ABSTRAK PENGALIHAN HAK ULAYAT ATAS TANAH ADAT DI KAMPUNG TUA BAGAN DI KECAMATAN SUNGAI BEDUK KOTA BATAM pihak lain. Adanya peran aktor sosial kampung tua dalam pengalihan hak ulayat atas tanah adat di Kampung Tua Bagan. Banyaknya masyarakat pendatang di Kampung Tua Bagan akan melunturkan kearifan lokal di Kampung Tua Bagan dimana, budaya yang ada telah tercampur dengan budaya lain yang di bawa masyarakat pendatang. Oleh Vina Aprilianti Penelitian ini membahas mengenai pengalihan hak ulayat atas tanah adat yang terjadi antara masyarakat asli Kampung Tua Bagan dengan masyarakat pendatang Kota Batam. Di tinjau dari teori struktural fungsional (Robert K Merton). Adapun subyek penelitian adalah masyarakat asli Kampung Tua Bagan yang menjual lahan, masyarakat asli Kampung Tua Bagan yang memiliki lahan tetapi tidak menjual dan ketua tokoh adat Kampung Tua Bagan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan maksud menganalisa data yang diperoleh langsung dari lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melemahnya nilai dan norma atas penghargaan terhadap lahan adat di Kampung Tua Bagan menyebabkan masyarakat menjual lahannya kepada Kata Kunci : Hak Ulayat, Tanah Adat, Adaptasi, Nilai dan Norma. PENDAHULUAN Definisi perkampungan tua dalam peraturan daerah Kota Batam nomor 2 tahun 2004 tentang rencana tata ruang wilayah Kota Batam tahun 2004-2014. kelompok Kampung rumah tua yang adalah berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal penduduk asli Kota Batam saat Batam mulai dibangun, yang mengandung nilai sejarah, budaya tempatan, dan atau agama yang dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Kampung yang di terbitkan Kerajaan Riau tua merupakan pemukiman masyarakat Lingga, atau penduduk disuatu tempat yang perkawinan melayu serta pekerjaan tinggal dengan menggunakan rumah- masyarakat sebagai nelayan tradisional rumah semi apung (terapung) dilaut yang atau rumah semi permanen didaratan. lokasi sebagai perkampungan tua. Kampung Tua Bagan merupakan salah satu kampung tua yang di akui di Kota Batam. Kampung ini juga di kategorikan sebagai kampung tertua setelah Nongsa. Usia Kampung Tua Bagan yang telah ada selama ratusan tahun dan di anggap memiliki nilai historis yang harus di jaga dan di lestarikan. Kampung Tua Bagan yang masih memiliki hubungan sejarah dengan Kerajaan Riau Lingga, terlihat dari adanya salah satu makam keturunan raja di Pulau Penyengat yang berada di Kampung Tua Bagan. Bukti keberadaan Kampung Tua Bagan ini berawal dari surat tanah kemudian menjadi dari patokan budaya penetapan Secara normatif Pemko Batam menerangkan dalam perda tata ruang Kota Batam, bahwa kampung tua berfungsi sebagai lahan adat dan cagar budaya. Wakil walikota Batam , Rudi menyampaikan BP Batam telah memberikan hak pengelolaan lahan (HPL) kampung tua ke Pemko Batam. Bila diberikan ke Pemko Batam akan menjadi aset Pemko Batam. Kampung tua menjadi cagar budaya, tak bisa diperjualbelikan. Masyarakat lokal di harapkan dapat kampung tua tinggal menjaga lahan sebagai rumah tempat mereka untuk melindungi kerifan lokal masyarakat setempat. masyarakat adat memiliki hak ulayat Tetapi ketika atas sebidang tanah tersebut. Dalam masyarakat lokal menjual lahan ulayat tanah ulayat masyarakat adat tidak adat kepada pihak lain. Padahal secara mengenal adanya kepemilikan pribadi hukum tua sehingga sebidang merupakan tanah ulayat adat yang di tanggung jawab wariskan secara turun-temurun yang bersama dalam memanfaatkan dan harus di jaga keberadaanya. ( sumber: merawatnya. persoalan adat muncul tanah kampung batampos 20 januari 2016) Selanjutnya menurut tanah dan menjadi kepemilikan Di Indonesia keberadaan hak UUPA ulayat ini ada yang masih kental, ada secara fungsi nya lahan ulayat adat yang sudah menipis dan ada yang bukan lagi di pergunakan secara fungsi sudah tidak ada sama sekali. Karena sosial bagi kepentingan masyarakat adat itu berbeda-beda antara suku yang lokal, tetapi berubah menjadi fungsi satu ekonomi pengaturan tanh ulayat juga berbeda- bagi perseorangan. kepentingan yang lain, maka lahan beda, tergantung dari suku yang merupakan komoditi ekonomi yang menguasai tanah ulayat tersebut. tanah harus legal ulayat yang ada di Kota Batam sendiri maupun ilegal. Tanah ulayat sendiri di dapat melalui mekanime sistem mempunyai arti sebidang tanah yang pemerintahan, bahwa tanah ulayat dimiliki yang ada di Kota Batam karena dikuasai Sehingga dengan baik masyarakat secara adat dimana dahulunya termasuk kawasan Kerajaan Kampung Tua Bagan memiliki luas Riau Lingga pada masa itu. Para wilayah sebanyak 70 hektar dari luas keturunannya menyebar di berbagai tersebut sekitar 3 hektar lahan telah di daerah dan membuka lahan. Lahan jual kepada pihak lain. Hal ini tidak adat warisi menutup kemungkinan jumlah lahan keturunan.dan yang terjual akan bertambah melihat sistem kekerabatan dan berlangsung kebutuhan akan lahan tinggal yang selama ratusan tahun. Tanah ulaat di tinggi. Perkampungan tua kini mulai Kota Batam sendiri telah di akui dan di banyak di lindungi Batam pendatang yang bukan merupakan sebagai perkamupungan tua rumah penduduk asli masyarakat Kampung bagi penduduk asli Kota Batam. Tua Bagan. yang berdasarkan telah ada garis pemerintah Tetapi pada di Kota kenyataannya tanah ulayat yang di miliki masyarakat lokal kampung tua di jual. Mayarakat lokal menjual tanah dan rumah kepada pihak lain meski belum memiliki huni oleh masyarakat PERNYATAAN PENELITIAN “Bagaimana pengalihan hak ulayat atas tanah adat di Kampung Tua Bagan Di Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam”. sertifikat. Sumber dari masyarakat setempat selama kurun waktu 10 tahun TUJUAN PENELITIAN ada lima orang masyarakat lokal yang Tujuan dari penelitian ini adalah : menjual lahan kepada pihak lain. untuk mengetahui pengalihan hak ulayat atas tanah adat di Kampung Tua atasnya, atau berburu binatang- Bagan di Kecamatan Sungai Beduk binatang yang hidup di atas tanah itu. Kota Batam. (AG.Kartasapoetra. 1985 : 88) Tanah ulayat merupakan tanah LANDASAN TEORI kepunyaan bersama yang diyakini Pengertian Hak Ulayat sebagai karunia suatu kekuatan ghaib Hak Ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya, yang sebagaian telah diuraikan di atas merupakan pendukung penghidupan masyarakat sepanjang dan masa. bersangkutan Dalam hak persekutuan (hak masyarakat hukum) terhadap tanah tersebut, misalnya hak untuk menguasai tanah, memanfaatkan tanah itu, memungut tumbuh-tumbuhan yang peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat sebagai unsur pendukung utama bagi kehidupan dan penghidupan kelompok tersebut sepanjang masa. utama kehidupan yang atau hasil hidup dari di Disinilah sifat religius hubungan hukum antara para warga masyarakat hukum adat bersama dengan tanah ulayatnya ini. Adapaun tanah ulayat atau tanah bersama yang dalam hal ini oleh kelompok di bawah pimpinan kepala adat masyarakat hukum adat, misalnya adalah hutan, tanah lapang, dan lain sebagainya. Tanah untuk pasar, penggembalaan, perilaku yang dicegah oleh struktur tanah bersama, dan lain-lain yang pada sosial. intinya adalah demi keperluan bersama tanah ulayat Teori fungsional Merton berdasarkan pada ( fungsional dapat mengarah pada suatu struktur yang keseluruhan struktural Robert K. Merton. Model structural – Teori Struktural Fungsional disfungsional Fungsionalisme bagi dan sistem secara mungkin terus berlangsung. Namun, tidak semuanya 3 ) tiga postulat dasar analisis fungsional, yaitu : 1.Postulat tentang kesatuan fungsional masyarakat 2. Fungsionalisme Universal struktur sosial itu tidak dapat diubah oleh sistem sosial, serta 3. Postulat indispensability fungsionalisme itu membuka jalan Robert K Merton berpendapat bagi perubahan sosial penuh makna. bahwa analisis struktural fungsional Analisis Merton mengenai hubungan memusatkan perhatian pada kelompok, antara kebudayaan, struktur dan anomi organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia yakni menyatakan bahwa setiap objek yang ketidakmampuan bertindak menurut nilai-nilai normatif karena dapat posisinya berada dalam struktur sosial struktural masyarakat, mencerminkan serta kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis dijadikan sebagai fungsional hal yang analisis tentu standart (artinya terpola dan berulang). Lima kemungkinan cara yang digambarkan tujuan budaya yang ditetapkan oleh Merton dalam hal penerimaan maupun cara untuk mencapai atau penolakan tujuan sosial dan tujuan tersebut. sarana yang dilembagakan mencapainya tujuan-tujuan untuk 2. Inovasi (innovation) merupakan budaya respon karena ketegangan yang yang ada di dalam masyarakat. Merton dihasilkan menggambarkannya budaya kita pada kekayaan dan ke dalam 5 kurangnya kemungkinan adaptasi: 1. Konformitas (conformity) menerima tujuan masyarakat dan sarana sosial untuk dapat diterima mencapainya suatu kesuksesan. Merton mengklaim bahwa masyarakat sebagian kelas besar menengah telah mampu mengakses peluang di dalam masyarakat seperti pendidikan, kesehatan yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan moneter melalui kerja keras. Konformitas menerima baik oleh penekanan kesempatan menjadi untuk kaya, menyebabkan yang orang menjadi "inovator" dengan terlibat dalam mencuri dan menjual obat- obatan. Inovator menerima atau mengikuti ditentukan tujuan oleh yang masyarakat, tetapi ia memakai cara yang dilarang. Merton mengklaim bahwa inovator sebagian besar mereka yang disosialisasikan telah dengan pandangan dunia yang mirip dengan konformis, tetapi yang telah ditolak kesempatan yang dipandang sebagai ancaman bagi mereka butuhkan struktur sosial atau organisasi mencapai tujuan untuk masyarakat yang sah. 4. Retretisme 3. Ritualisme (ritualism) mengacu pada (Gomme, 1982; 51). ketidakmampuan mencapai tujuan untuk (retreatism) merupakan respon yang menunjukkan ketidakmampuan budaya seseorang untuk menolak baik sehingga merangkul aturan ke tujuan budaya maupun tujuan titik di mana mereka melupakan yang tujuan mereka yang lebih besar masyarakat, untuk merasa terhormat. Ritualis membiarkan orang "drop out" . cenderung menghindari risiko “Retreatists” (seperti hukum), masyarakat dan sarana yang sah dan hidup nyaman dalam batas- untuk mencapai tujuan mereka. batas dari rutinitas sehari-hari Merton (Lilly et al, 2001:57.). Merton demikian menjelaskan, penyimpangan, karena mereka pelanggaran "untuk ritualis, ditetapkan oleh dengan cara menolak melihat tujuan hal sebagai yang suatu berarti berakhir menjadi dalam melakukan diri mereka". Ketika mereka penyimpangan untuk mencapai menjaga hal-hal yang tidak selalu sejalan kesesuaian dengan norma sosial budaya dan tidak melanggar hukum, ritualis tidak tindakan dengan nilai-nilai masyarakat. 5. Pemberontakan (Rebellion) mirip dengan retreatisme, pemberontakan tujuan juga budaya mencapainya, melangkah Rumpun Khazanah Warisan Batam dan Ketua Lembaga menolak Adat Melayu. Sejarah Kampung Tua cara Batam bermula Pada masa Kerajaan mereka Riau Lingga, beberapa keturunan dan dan kerabat sultan banyak yang menyebar "tandingan" yang mendukung ke Pulau Batam yang waktu itu tatanan sosial lain yang sudah berpusat di Nongsa. ada lebih Ketua karena dan tetapi beserta jauh (melanggar Pemberontak aturan). menolak tujuan masyarakat dan tidak mengakui struktur yang ada dan berupaya menciptakan struktur sosial yang baru. tanah kampung tua adalah rumah tempat tinggal mereka, dimana masyarakat bertempat tinggal selama ratusan tahun. Masyarakat melihat tanah ulayat tidak terpisahkan dari warisan GAMBARAN UMUM Kampung Tua Bagan di kategorikan sebagai kampung tertua di Kota Batam karena usianya mencapai ratusan tahun. Penetapan Kampung Tua Bagan di resmikan langsung oleh Walikota Masyarakat memaknai bahwa Batam Ahmad Dahlan nenek moyang. Disinilah makam-makam orang tua mereka. Tanah di anggap menjadi sumber kehidupan masyarakat, tempat untuk berkebun, berternak dan pengambilan sumber air. Tanah ulayat adat juga tempat pewarisan nilai dan kebudayaan yang jaga membuka hutan untuk peladangan, kelestariannya selama turun temurun. pertama kali untuk membuat sawah Sebagian masyarakat juga memaknai baru, membikin kolam atau tebat ikan, bahwa aset atau dengan membuat pemukiman ekonomi yang memiliki nilai jual baru. Dari hak ulayat tersebut dapat cukup tinggi. Tanah menjadi sumber pula timbul hak perorangan, terjadi produksi yang bisa di manfaatkan bila orang perorangan berusaha secara sebagai tabungan harta kekayaan jika terus sewaktu-waktu mengusahakan tanah adat di sebagai masyarakat Pengalihan Hak Ulayat Atas Tanah Adat Di Kampung Tua Bagan di Sungai Beduk Kota Batam. Kepemilikan Hak Ulayat Atas Tanah Adat di Kampung Tua Bagan tanah adat di Kampung Tua Bagan Menurut sejarah cara timbulnya hak ini adalah dengan tanah dan tersebut, dan diakui oleh hukum, disini kekuasaan kaum akan menipis dan hak perorangan akan menjadi kuat. Pada umumnya hak diseluruh wilayah keberadaannya ulayat terdapat Indonesia tergantung dan pada persekutuan yang ada dan merupakan Kepemilikan hak ulayat atas ulayat menguasai sehingga kekuasaannya semakin nyata membutuhkan uang segera. Kecamatan menerus, jalan bagian yang tidak terpisahkan dari hukum adat masing-masing daerah. Pemanfaatan lahan ulayat adat di Kampung Tua Bagan pada awalnya di berikan sepenuhnya untuk tidaklah dapat dibenarkan bahwa kemakmuran masyarakat hukum adat tanahnya itu akan dipergunakan kalau di Kampung Tua Bagan. Lahan adat di hak itu menimbulkan kerugian bagi atur oleh tokoh adat untuk tempat masyarakat. ibadah, lapangan olahraga maupun kawasan makam. Pengaturan lahan oleh tokoh adat dilakukan untuk lahan digunakan semsetinya. Masyarakat adat Kampung Tua Bagan dahulu memiliki lahan sebagai bekal untuk warisan anak cucu kelak. Sehingga keturunannya meiliki lahan adat untuk mebangun rummah maupun menggarap lahan untuk kebutuhan pertanian. Teori struktural fungsional Robert K. Merton untuk mengkaji tentang disfungsi dan perubahan yang menyebabkan melemahnya nilai-nilai tradisional pada masyarakat Kampung Tua Bagan. Perubahan yang terjadi terlihat dari pola pikir masyarakat Kampung Tua Bagan dalam memaknai lahan ulayat adat mereka. Dahulunya masyarakat menghargai lahan ulayat adat sebagai tanah nenek moyang yang Pengalihan Hak Ulayat Tanah Adat di warisi secara turun temurun. Tanah Oleh Masyarakat ulayat adat merupakan rumah tempat Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, mengandung arti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang atau badan hukum, tinggal mereka dan tempat tubuhnya nilai-nilai adat melayu yang diajarkan oleh orang-orang tua. Tanah ulayat adat kampung tua memiliki nilai historis bagi tatanan sosial masyarakat anggap memiliki nilai historis akan asli yang lahir dan besar disini. kearifan lokal budaya melayu, di Tetapi dengan perkembangan harapkan dengan di tetapkan nya Kota pesat menjadi kota penunjukkan kampung tua melindungi lahan adat masyarakat lokal yang telah mendiami dimaknai oleh masyarakat sebagai kampung tua secara turun-temurun. sumber faktor produksi yang memiliki Permasalahan yang terjadi ketika tanah nilai jual cukup tinggi. Banyaknya kampung tua yang seharusnya di huni para pendatang dari berbagai daerah oleh masyarakat lokal kampung tua yang Batam kini sebagian lahan di jual kepada menyebakan kebutuhan lahan tinggal pihak lain. Hal ini tentu akhirnya akan menjadi tinggi. Masyarakat pendatang mengikis kearifan lokal masyarakat membutuhkan lahan sebagai tempat setempat tinggal mereka maupun tempat untuk masyarakat pendatang yang mulai menacari nafkah. Hal ini menyebabkan tinggal di Kampung Tua Bagan, masyarakat pendatang ingin membeli dengan membawa nilai-nilai budaya lahan adat dari masyarakat Kampung baru serta kebiasaan baru yang akan Tua Bagan. membawa Kearifan Lokal masyarakat lokal. industri Batam menyebabkan berdatang ke Kota Tanah Kampung Tua Bagan merupakan tanah cagar budaya yang di karena perubahan banyaknya dalam Kampung Kesimpulan Tanah ulayat yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Tua Batam telah ada selama ratusan tahun. Tanh ulayat ini di berikan secara turun- temurun dari orang tua mereka untuk tempat hidup anak cucu nya kelak. Secara hukum kampung tua adat tanah ulayat diperuntukan kesejahteraan seluruh untuk anggota masyarakat adat. Masyarakat dan pembahasan yang telah dikemukakan di depan maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai Bagan. adat dahulunya mejaga lahan untuk kemakmuran anak cucu serta memanfaatkan lahan untuk memenui kehidupan rumah tangga seperti berkebun maupun berternak. dengan pertumbuhan Batam Tetapi serta Kota sulitnya perekonomian masyarakat, menyebabakn masyarakat meliaht Berdasarkan hasil penelitian Tua bahwa lahan adat sebagai sumber produksi yang dapat dijual kepada pihak lain untuk menutupi kesulitan ekonomi sewaktu-waktu. berikut : 2. Mulai melemanya nilai dan 1. Pengalihan hak ulayat atas tanah adat di Kampung Tua Bagan terlihat dari perubahan makna tanah bagi masyarakat adat norma adat di Kampung Tua Bagan menyebabkan perubahan pola pikir masyarakat terhadap penghargaan tanah ulayat adat bagi sumber kehidupan dan atas tanah kemakmuran bersama anggota Kampung kaum masyarakat adat. Permasalahan 3. adanya peran aktor sosial sebagai perangkat desa yang mempermudah penjulan turut mekanisme lahan ulayat adat. Dimana penjualan lahan diikuti adanya kepentingan individu untuk mendapatkan hasil komisi atas penjulan lahan yang ulayat adat Tua di Bagan. yang terjadi bertambah banyak masyarakat, sedangkan tanah ulayat adat semakin berkurang luasnya, karena sebagian sudah dibangun oleh masyarakat pendatang untuk tempat tinggal maupun adanya lahan usaha. Hal ini menimbulkan masalah kemudian hari dimana anak asli Kampung dilakukan masyarakat. Tua Bagan akan sulit memiliki 4. Disamping itu masyarakat Kampung Tua Bagan kini mulai berkembang, terlihat lahan di kampung adat mereka sendiri. dari bertambahnya anak cucu yang Saran ada di Kampung Tua Bagan. Saran peneliti terhadap permasalahan Masyarakat pengaliahan hak ulayat atas tanah adat yang lahir dan merupakan anak asli Kampung Tua Bagan merupakan anggota kaum yang juga memiliki hak di Kampung Tua Bagan yaitu : 1. Perlu di adanya sangsi kongkret dari tokoh adat serta lembaga masyarakat dalam memaknai adat melayu di Kota Batam, lahan ulayat adat Kampung Tua kepada masyarakat yang menjual Bagan. lahan adat mereka kepada pihak lain yang bukan merupakan penduduk asli Kampung Tua Bagan. 2. merubah pola perilku atau sikap Melakukan pendekatan mensosialisasikan dan kepada masyarakat asli kampung tua akan penting lahan ulayat adat DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Remaja Rosda : Bandung. Cullen, 1980. Juvenile Delinguency. J.B. Lippincott Company, Philadelphia and New York. Remaja dan Masalahnya. Alfabeta, Bandung. Effiandi, Eksistensi Tanah Adat (Ulayat) dalam Sistem UUPA (Studi Kasus di Kabupaten Agam) 1997. Tesis USU dalam menjaga tatanan adat mereka dan melindungi kearifan lokal masyarakat melayu khususnya di Kota Batam. 3. Perlu dilakukannya komunikasi sosial berupa penyampaian ideide ataupun gagasan pemikiran, pertukaran harapan informasi dan tujuan dengan dapat AG.Kartasapoetra. Hukum Tanah, Jaminan Undang-Undang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: Bina aksara, 1985), hal. 88 Giddens, Anthony. 2004. Sosiologi Sejarah Dan Berbagai Pemikirannya. Kreasi Wacana : Bandung. Gomme, 1982. Anomi, Lippincott Company Philadelphia, New York. Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah.Jakarta: Djambatan, 1991 Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosda karya. Pelly, Usman. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga kependidikan, Direktorat pendidikan tinggi dan kebudayaan. Permenag No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Poloma, Margareth. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Press. Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim, 1983, Sendi-Sendi Hukum Agraria, Jakarta: Ghalia Indonesia Pengantar, Bandung: Refika Aditama, 2010. Moleong Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, Bantul : Kreasi Wacana. 2008 Silalahi, Ulber. 2004. Metode penelitian Sosial. Bandung : PT Rafika Aditama. Sudiyat, Imam. Hukum Adat, Yogyakarta: Liberty, 2000. Wulansari, Dewi. Hukum Adat Indonesia Suatu Jurnal Irwandi. 2010. Pergeseran Hukum Adat Dalam Pemanfaatan Tanah Ulayat Kaum di Kecamatan Banu Hampu Kabupaten Agam Provinsi Sumaera Barat. Mulyanai Randi. 2016. Pergeseran Nilai Budaya Atas Pemanfaatan Lahan Adat di Kecamatan Amabalau, Kabupaten Siantang. Sumber Website dan Majalah Batampos. kampong tua warisan penduduk asli, Edisi 38. Minggu IV Oktober 2013 Lilly, 2001 Produksi Budaya dan Menyajikan Tujuan Budaya. Universitas Bakrie. Jakarta (Artikel). Tahar, Muhammad Natsir . Kampung Bagan. 22 Oktober 2014. http://kampungtuabatam.blogspot.co.id/2014/ 10/kampung-bagan.html