ABSTRAK PENGALIHAN HAK ULAYAT ATAS TANAH ADAT DI

advertisement
ABSTRAK
PENGALIHAN HAK ULAYAT
ATAS TANAH ADAT DI
KAMPUNG TUA BAGAN DI
KECAMATAN SUNGAI BEDUK
KOTA BATAM
pihak lain. Adanya peran aktor sosial
kampung tua dalam pengalihan hak
ulayat atas tanah adat di Kampung Tua
Bagan.
Banyaknya
masyarakat
pendatang di Kampung Tua Bagan
akan melunturkan kearifan lokal di
Kampung Tua Bagan dimana, budaya
yang ada telah tercampur dengan
budaya lain yang di bawa masyarakat
pendatang.
Oleh
Vina Aprilianti
Penelitian
ini
membahas
mengenai pengalihan hak ulayat atas
tanah adat yang terjadi antara
masyarakat asli Kampung Tua Bagan
dengan masyarakat pendatang Kota
Batam. Di tinjau dari teori struktural
fungsional (Robert K Merton). Adapun
subyek penelitian adalah masyarakat
asli Kampung Tua Bagan yang
menjual lahan, masyarakat asli
Kampung Tua Bagan yang memiliki
lahan tetapi tidak menjual dan ketua
tokoh adat Kampung Tua Bagan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, wawancara dan
dokumentasi. Metode yang digunakan
yaitu deskriptif kualitatif dengan
maksud menganalisa data
yang
diperoleh langsung dari lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melemahnya nilai dan norma
atas penghargaan terhadap lahan adat
di Kampung Tua Bagan menyebabkan
masyarakat menjual lahannya kepada
Kata Kunci : Hak Ulayat, Tanah
Adat, Adaptasi, Nilai dan Norma.
PENDAHULUAN
Definisi
perkampungan
tua
dalam peraturan daerah Kota Batam
nomor 2 tahun 2004 tentang rencana
tata ruang wilayah Kota Batam tahun
2004-2014.
kelompok
Kampung
rumah
tua
yang
adalah
berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal
penduduk asli Kota Batam saat Batam
mulai dibangun, yang mengandung
nilai sejarah, budaya tempatan, dan
atau
agama
yang
dijaga
dan
dilestarikan keberadaannya. Kampung
yang di terbitkan Kerajaan Riau
tua merupakan pemukiman masyarakat
Lingga,
atau penduduk disuatu tempat yang
perkawinan melayu serta pekerjaan
tinggal dengan menggunakan rumah-
masyarakat sebagai nelayan tradisional
rumah semi apung (terapung) dilaut
yang
atau rumah semi permanen didaratan.
lokasi sebagai perkampungan tua.
Kampung
Tua
Bagan
merupakan salah satu kampung tua
yang di akui di Kota Batam. Kampung
ini
juga
di
kategorikan
sebagai
kampung tertua setelah Nongsa. Usia
Kampung Tua Bagan yang telah ada
selama ratusan tahun dan di anggap
memiliki nilai historis yang harus di
jaga dan di lestarikan. Kampung Tua
Bagan yang masih memiliki hubungan
sejarah dengan Kerajaan Riau Lingga,
terlihat dari adanya salah satu makam
keturunan raja di Pulau Penyengat
yang berada di Kampung Tua Bagan.
Bukti
keberadaan
Kampung
Tua
Bagan
ini berawal dari surat tanah
kemudian
menjadi
dari
patokan
budaya
penetapan
Secara normatif Pemko Batam
menerangkan dalam perda tata ruang
Kota Batam, bahwa kampung tua
berfungsi sebagai lahan adat dan cagar
budaya. Wakil walikota Batam , Rudi
menyampaikan
BP
Batam
telah
memberikan hak pengelolaan lahan
(HPL) kampung tua ke Pemko Batam.
Bila diberikan ke Pemko Batam akan
menjadi aset Pemko Batam. Kampung
tua menjadi cagar budaya, tak bisa
diperjualbelikan. Masyarakat lokal di
harapkan
dapat
kampung tua
tinggal
menjaga
lahan
sebagai rumah tempat
mereka
untuk
melindungi
kerifan lokal masyarakat setempat.
masyarakat adat memiliki hak ulayat
Tetapi
ketika
atas sebidang tanah tersebut. Dalam
masyarakat lokal menjual lahan ulayat
tanah ulayat masyarakat adat tidak
adat kepada pihak lain. Padahal secara
mengenal adanya kepemilikan pribadi
hukum
tua
sehingga
sebidang
merupakan tanah ulayat adat yang di
tanggung
jawab
wariskan secara turun-temurun yang
bersama dalam memanfaatkan dan
harus di jaga keberadaanya. ( sumber:
merawatnya.
persoalan
adat
muncul
tanah
kampung
batampos 20 januari 2016)
Selanjutnya menurut
tanah
dan
menjadi
kepemilikan
Di Indonesia keberadaan hak
UUPA
ulayat ini ada yang masih kental, ada
secara fungsi nya lahan ulayat adat
yang sudah menipis dan ada yang
bukan lagi di pergunakan secara fungsi
sudah tidak ada sama sekali. Karena
sosial bagi kepentingan masyarakat
adat itu berbeda-beda antara suku yang
lokal, tetapi berubah menjadi fungsi
satu
ekonomi
pengaturan tanh ulayat juga berbeda-
bagi
perseorangan.
kepentingan
yang
lain,
maka
lahan
beda, tergantung dari suku yang
merupakan komoditi ekonomi yang
menguasai tanah ulayat tersebut. tanah
harus
legal
ulayat yang ada di Kota Batam sendiri
maupun ilegal. Tanah ulayat sendiri
di dapat melalui mekanime sistem
mempunyai arti sebidang tanah yang
pemerintahan, bahwa tanah ulayat
dimiliki
yang ada di Kota Batam karena
dikuasai
Sehingga
dengan
baik
masyarakat
secara
adat
dimana
dahulunya termasuk kawasan Kerajaan
Kampung Tua Bagan memiliki luas
Riau Lingga pada masa itu. Para
wilayah sebanyak 70 hektar dari luas
keturunannya menyebar di berbagai
tersebut sekitar 3 hektar lahan telah di
daerah dan membuka lahan. Lahan
jual kepada pihak lain. Hal ini tidak
adat
warisi
menutup kemungkinan jumlah lahan
keturunan.dan
yang terjual akan bertambah melihat
sistem kekerabatan dan berlangsung
kebutuhan akan lahan tinggal yang
selama ratusan tahun. Tanah ulaat di
tinggi. Perkampungan tua kini mulai
Kota Batam sendiri telah di akui dan di
banyak di
lindungi
Batam
pendatang yang bukan merupakan
sebagai perkamupungan tua rumah
penduduk asli masyarakat Kampung
bagi penduduk asli Kota Batam.
Tua Bagan.
yang
berdasarkan
telah
ada
garis
pemerintah
Tetapi
pada
di
Kota
kenyataannya
tanah ulayat yang di miliki masyarakat
lokal kampung tua di jual. Mayarakat
lokal menjual tanah dan rumah kepada
pihak lain meski belum memiliki
huni
oleh
masyarakat
PERNYATAAN PENELITIAN
“Bagaimana pengalihan hak ulayat
atas tanah adat di Kampung Tua Bagan
Di Kecamatan Sungai Beduk Kota
Batam”.
sertifikat. Sumber dari masyarakat
setempat selama kurun waktu 10 tahun
TUJUAN PENELITIAN
ada lima orang masyarakat lokal yang
Tujuan dari penelitian ini adalah :
menjual lahan kepada pihak lain.
untuk mengetahui pengalihan hak
ulayat atas tanah adat di Kampung Tua
atasnya,
atau
berburu
binatang-
Bagan di Kecamatan Sungai Beduk
binatang yang hidup di atas tanah itu.
Kota Batam.
(AG.Kartasapoetra. 1985 : 88)
Tanah ulayat merupakan tanah
LANDASAN TEORI
kepunyaan bersama yang diyakini
Pengertian Hak Ulayat
sebagai karunia suatu kekuatan ghaib
Hak
Ulayat
merupakan
serangkaian wewenang dan kewajiban
suatu masyarakat hukum adat, yang
berhubungan
dengan
tanah
yang
terletak dalam lingkungan wilayahnya,
yang sebagaian telah diuraikan di atas
merupakan
pendukung
penghidupan
masyarakat
sepanjang
dan
masa.
bersangkutan
Dalam
hak
persekutuan (hak masyarakat hukum)
terhadap tanah tersebut, misalnya hak
untuk menguasai tanah, memanfaatkan
tanah
itu,
memungut
tumbuh-tumbuhan
yang
peninggalan
nenek
moyang
kepada kelompok yang merupakan
masyarakat hukum adat sebagai unsur
pendukung utama bagi kehidupan dan
penghidupan
kelompok
tersebut
sepanjang masa.
utama
kehidupan
yang
atau
hasil
hidup
dari
di
Disinilah
sifat
religius
hubungan hukum antara para warga
masyarakat
hukum
adat
bersama
dengan tanah ulayatnya ini. Adapaun
tanah ulayat atau tanah bersama yang
dalam hal ini oleh kelompok di bawah
pimpinan
kepala
adat
masyarakat
hukum adat, misalnya adalah hutan,
tanah lapang, dan lain sebagainya.
Tanah untuk pasar, penggembalaan,
perilaku yang dicegah oleh struktur
tanah bersama, dan lain-lain yang pada
sosial.
intinya adalah demi keperluan bersama
tanah ulayat
Teori
fungsional Merton berdasarkan pada (
fungsional
dapat
mengarah pada suatu struktur yang
keseluruhan
struktural
Robert K. Merton. Model structural –
Teori Struktural Fungsional
disfungsional
Fungsionalisme
bagi
dan
sistem
secara
mungkin
terus
berlangsung. Namun, tidak semuanya
3
)
tiga
postulat
dasar
analisis
fungsional, yaitu :
1.Postulat
tentang
kesatuan
fungsional masyarakat
2. Fungsionalisme Universal
struktur sosial itu tidak dapat diubah
oleh
sistem
sosial,
serta
3. Postulat indispensability
fungsionalisme itu membuka jalan
Robert K Merton berpendapat
bagi perubahan sosial penuh makna.
bahwa analisis struktural fungsional
Analisis Merton mengenai hubungan
memusatkan perhatian pada kelompok,
antara kebudayaan, struktur dan anomi
organisasi, masyarakat, dan kultur. Ia
yakni
menyatakan bahwa setiap objek yang
ketidakmampuan
bertindak
menurut nilai-nilai normatif karena
dapat
posisinya berada dalam struktur sosial
struktural
masyarakat,
mencerminkan
serta
kebudayaan
menghendaki adanya beberapa jenis
dijadikan
sebagai
fungsional
hal
yang
analisis
tentu
standart
(artinya terpola dan berulang). Lima
kemungkinan cara yang digambarkan
tujuan budaya yang ditetapkan
oleh Merton dalam hal penerimaan
maupun cara untuk mencapai
atau penolakan tujuan sosial dan
tujuan tersebut.
sarana
yang
dilembagakan
mencapainya
tujuan-tujuan
untuk
2. Inovasi (innovation) merupakan
budaya
respon karena ketegangan yang
yang ada di dalam masyarakat. Merton
dihasilkan
menggambarkannya
budaya kita pada kekayaan dan
ke
dalam
5
kurangnya
kemungkinan adaptasi:
1. Konformitas
(conformity)
menerima tujuan masyarakat dan
sarana
sosial
untuk
dapat
diterima
mencapainya
suatu
kesuksesan. Merton mengklaim
bahwa
masyarakat
sebagian
kelas
besar
menengah
telah mampu mengakses peluang
di dalam
masyarakat seperti
pendidikan, kesehatan yang lebih
baik untuk mencapai kesuksesan
moneter melalui kerja keras.
Konformitas
menerima
baik
oleh
penekanan
kesempatan
menjadi
untuk
kaya,
menyebabkan
yang
orang
menjadi
"inovator" dengan terlibat dalam
mencuri
dan
menjual
obat-
obatan. Inovator menerima atau
mengikuti
ditentukan
tujuan
oleh
yang
masyarakat,
tetapi ia memakai cara yang
dilarang.
Merton
mengklaim
bahwa inovator sebagian besar
mereka
yang
disosialisasikan
telah
dengan
pandangan dunia yang mirip
dengan konformis, tetapi yang
telah ditolak kesempatan yang
dipandang sebagai ancaman bagi
mereka
butuhkan
struktur sosial atau organisasi
mencapai
tujuan
untuk
masyarakat
yang sah.
4. Retretisme
3. Ritualisme (ritualism) mengacu
pada
(Gomme, 1982; 51).
ketidakmampuan
mencapai
tujuan
untuk
(retreatism)
merupakan
respon
yang
menunjukkan
ketidakmampuan
budaya
seseorang untuk menolak baik
sehingga merangkul aturan ke
tujuan budaya maupun tujuan
titik di mana mereka melupakan
yang
tujuan mereka yang lebih besar
masyarakat,
untuk merasa terhormat. Ritualis
membiarkan orang "drop out" .
cenderung menghindari risiko
“Retreatists”
(seperti
hukum),
masyarakat dan sarana yang sah
dan hidup nyaman dalam batas-
untuk mencapai tujuan mereka.
batas dari rutinitas sehari-hari
Merton
(Lilly et al, 2001:57.). Merton
demikian
menjelaskan,
penyimpangan, karena mereka
pelanggaran
"untuk
ritualis,
ditetapkan
oleh
dengan
cara
menolak
melihat
tujuan
hal
sebagai
yang
suatu
berarti berakhir menjadi dalam
melakukan
diri mereka". Ketika mereka
penyimpangan untuk mencapai
menjaga
hal-hal yang tidak selalu sejalan
kesesuaian
dengan
norma sosial budaya dan tidak
melanggar hukum, ritualis tidak
tindakan
dengan nilai-nilai masyarakat.
5. Pemberontakan (Rebellion) mirip
dengan
retreatisme,
pemberontakan
tujuan
juga
budaya
mencapainya,
melangkah
Rumpun
Khazanah
Warisan Batam dan Ketua Lembaga
menolak
Adat Melayu. Sejarah Kampung Tua
cara
Batam bermula Pada masa Kerajaan
mereka
Riau Lingga, beberapa keturunan dan
dan
kerabat sultan banyak yang menyebar
"tandingan" yang mendukung
ke Pulau Batam yang waktu itu
tatanan sosial lain yang sudah
berpusat di Nongsa.
ada
lebih
Ketua
karena
dan
tetapi
beserta
jauh
(melanggar
Pemberontak
aturan).
menolak
tujuan
masyarakat dan tidak mengakui
struktur yang ada dan berupaya
menciptakan struktur sosial yang
baru.
tanah kampung tua adalah rumah
tempat
tinggal
mereka,
dimana
masyarakat bertempat tinggal selama
ratusan tahun. Masyarakat melihat
tanah ulayat tidak terpisahkan dari
warisan
GAMBARAN UMUM
Kampung
Tua
Bagan
di
kategorikan sebagai kampung tertua di
Kota Batam karena usianya mencapai
ratusan tahun. Penetapan Kampung
Tua Bagan di resmikan langsung oleh
Walikota
Masyarakat memaknai bahwa
Batam
Ahmad
Dahlan
nenek
moyang.
Disinilah
makam-makam orang tua mereka.
Tanah di anggap menjadi sumber
kehidupan masyarakat, tempat untuk
berkebun, berternak dan pengambilan
sumber air. Tanah ulayat adat juga
tempat
pewarisan
nilai
dan
kebudayaan
yang
jaga
membuka hutan untuk peladangan,
kelestariannya selama turun temurun.
pertama kali untuk membuat sawah
Sebagian masyarakat juga memaknai
baru, membikin kolam atau tebat ikan,
bahwa
aset
atau dengan membuat pemukiman
ekonomi yang memiliki nilai jual
baru. Dari hak ulayat tersebut dapat
cukup tinggi. Tanah menjadi sumber
pula timbul hak perorangan, terjadi
produksi yang bisa di manfaatkan
bila orang perorangan berusaha secara
sebagai tabungan harta kekayaan jika
terus
sewaktu-waktu
mengusahakan
tanah
adat
di
sebagai
masyarakat
Pengalihan Hak Ulayat Atas Tanah
Adat Di Kampung Tua Bagan di
Sungai
Beduk
Kota
Batam.
Kepemilikan Hak Ulayat Atas Tanah
Adat di Kampung Tua Bagan
tanah adat di Kampung Tua Bagan
Menurut sejarah cara timbulnya hak
ini
adalah
dengan
tanah
dan
tersebut,
dan
diakui
oleh
hukum,
disini
kekuasaan kaum akan menipis dan hak
perorangan akan menjadi kuat. Pada
umumnya
hak
diseluruh
wilayah
keberadaannya
ulayat
terdapat
Indonesia
tergantung
dan
pada
persekutuan yang ada dan merupakan
Kepemilikan hak ulayat atas
ulayat
menguasai
sehingga kekuasaannya semakin nyata
membutuhkan uang segera.
Kecamatan
menerus,
jalan
bagian yang tidak terpisahkan dari
hukum adat masing-masing daerah.
Pemanfaatan lahan ulayat adat
di Kampung Tua Bagan pada awalnya
di
berikan
sepenuhnya
untuk
tidaklah
dapat
dibenarkan
bahwa
kemakmuran masyarakat hukum adat
tanahnya itu akan dipergunakan kalau
di Kampung Tua Bagan. Lahan adat di
hak itu menimbulkan kerugian bagi
atur oleh tokoh adat untuk tempat
masyarakat.
ibadah, lapangan olahraga maupun
kawasan makam. Pengaturan lahan
oleh tokoh adat dilakukan untuk lahan
digunakan
semsetinya.
Masyarakat
adat Kampung Tua Bagan dahulu
memiliki lahan sebagai bekal untuk
warisan anak cucu kelak. Sehingga
keturunannya meiliki lahan adat untuk
mebangun
rummah
maupun
menggarap lahan untuk kebutuhan
pertanian.
Teori
struktural
fungsional
Robert K. Merton untuk mengkaji
tentang disfungsi dan perubahan yang
menyebabkan melemahnya nilai-nilai
tradisional pada masyarakat Kampung
Tua Bagan. Perubahan yang terjadi
terlihat dari pola pikir masyarakat
Kampung Tua Bagan dalam memaknai
lahan ulayat adat mereka. Dahulunya
masyarakat menghargai lahan ulayat
adat sebagai tanah nenek moyang yang
Pengalihan Hak Ulayat Tanah Adat
di warisi secara turun temurun. Tanah
Oleh Masyarakat
ulayat adat merupakan rumah tempat
Semua
hak
atas
tanah
mempunyai fungsi sosial, mengandung
arti bahwa hak atas tanah apapun yang
ada pada seseorang atau badan hukum,
tinggal mereka dan tempat tubuhnya
nilai-nilai adat melayu yang diajarkan
oleh orang-orang tua. Tanah ulayat
adat kampung tua memiliki nilai
historis bagi tatanan sosial masyarakat
anggap memiliki nilai historis akan
asli yang lahir dan besar disini.
kearifan lokal budaya melayu, di
Tetapi dengan perkembangan
harapkan dengan di tetapkan nya
Kota
pesat
menjadi
kota
penunjukkan kampung tua melindungi
lahan
adat
masyarakat lokal yang telah mendiami
dimaknai oleh masyarakat sebagai
kampung tua secara turun-temurun.
sumber faktor produksi yang memiliki
Permasalahan yang terjadi ketika tanah
nilai jual cukup tinggi. Banyaknya
kampung tua yang seharusnya di huni
para pendatang dari berbagai daerah
oleh masyarakat lokal kampung tua
yang
Batam
kini sebagian lahan di jual kepada
menyebakan kebutuhan lahan tinggal
pihak lain. Hal ini tentu akhirnya akan
menjadi tinggi. Masyarakat pendatang
mengikis kearifan lokal masyarakat
membutuhkan lahan sebagai tempat
setempat
tinggal mereka maupun tempat untuk
masyarakat pendatang yang mulai
menacari nafkah. Hal ini menyebabkan
tinggal di Kampung Tua Bagan,
masyarakat pendatang ingin membeli
dengan membawa nilai-nilai budaya
lahan adat dari masyarakat Kampung
baru serta kebiasaan baru yang akan
Tua Bagan.
membawa
Kearifan Lokal
masyarakat lokal.
industri
Batam
menyebabkan
berdatang
ke
Kota
Tanah Kampung Tua Bagan
merupakan tanah cagar budaya yang di
karena
perubahan
banyaknya
dalam
Kampung
Kesimpulan
Tanah ulayat yang dimiliki
oleh masyarakat Kampung Tua Batam
telah ada selama ratusan tahun. Tanh
ulayat ini di berikan secara
turun-
temurun dari orang tua mereka untuk
tempat hidup anak cucu nya kelak.
Secara
hukum
kampung
tua
adat
tanah ulayat
diperuntukan
kesejahteraan
seluruh
untuk
anggota
masyarakat adat.
Masyarakat
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan di depan maka peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai
Bagan.
adat
dahulunya
mejaga lahan untuk kemakmuran
anak cucu serta memanfaatkan
lahan untuk memenui kehidupan
rumah tangga seperti berkebun
maupun
berternak.
dengan
pertumbuhan
Batam
Tetapi
serta
Kota
sulitnya
perekonomian
masyarakat,
menyebabakn
masyarakat
meliaht
Berdasarkan hasil penelitian
Tua
bahwa
lahan
adat
sebagai sumber produksi yang
dapat dijual kepada pihak lain
untuk
menutupi
kesulitan
ekonomi sewaktu-waktu.
berikut :
2. Mulai melemanya nilai dan
1. Pengalihan hak ulayat atas tanah
adat di Kampung Tua Bagan
terlihat dari perubahan makna
tanah
bagi
masyarakat
adat
norma adat di Kampung Tua
Bagan menyebabkan perubahan
pola pikir masyarakat terhadap
penghargaan tanah ulayat adat
bagi
sumber
kehidupan
dan
atas
tanah
kemakmuran bersama anggota
Kampung
kaum masyarakat adat.
Permasalahan
3. adanya peran aktor sosial sebagai
perangkat
desa
yang
mempermudah
penjulan
turut
mekanisme
lahan
ulayat
adat.
Dimana penjualan lahan diikuti
adanya
kepentingan
individu
untuk mendapatkan hasil komisi
atas
penjulan
lahan
yang
ulayat
adat
Tua
di
Bagan.
yang
terjadi
bertambah banyak masyarakat,
sedangkan tanah ulayat adat
semakin
berkurang
luasnya,
karena sebagian sudah dibangun
oleh
masyarakat
pendatang
untuk tempat tinggal maupun
adanya lahan usaha. Hal ini
menimbulkan masalah kemudian
hari dimana anak asli Kampung
dilakukan masyarakat.
Tua Bagan akan sulit memiliki
4.
Disamping
itu
masyarakat
Kampung Tua Bagan kini mulai
berkembang,
terlihat
lahan di kampung adat mereka
sendiri.
dari
bertambahnya anak cucu yang
Saran
ada di Kampung Tua Bagan.
Saran peneliti terhadap permasalahan
Masyarakat
pengaliahan hak ulayat atas tanah adat
yang
lahir
dan
merupakan anak asli Kampung
Tua Bagan merupakan anggota
kaum yang juga memiliki hak
di Kampung Tua Bagan yaitu :
1. Perlu di adanya sangsi kongkret
dari tokoh adat
serta lembaga
masyarakat
dalam
memaknai
adat melayu di Kota Batam,
lahan ulayat adat Kampung Tua
kepada masyarakat yang menjual
Bagan.
lahan adat mereka kepada pihak
lain
yang
bukan
merupakan
penduduk asli Kampung Tua
Bagan.
2.
merubah pola perilku atau sikap
Melakukan
pendekatan
mensosialisasikan
dan
kepada
masyarakat asli kampung tua
akan penting lahan ulayat adat
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi
Klasik. Remaja Rosda : Bandung.
Cullen, 1980. Juvenile Delinguency.
J.B. Lippincott Company,
Philadelphia and New
York.
Remaja
dan
Masalahnya.
Alfabeta,
Bandung.
Effiandi, Eksistensi Tanah Adat
(Ulayat) dalam Sistem UUPA (Studi
Kasus di
Kabupaten Agam) 1997. Tesis USU
dalam menjaga tatanan adat
mereka dan melindungi kearifan
lokal
masyarakat
melayu
khususnya di Kota Batam.
3. Perlu dilakukannya komunikasi
sosial berupa penyampaian ideide ataupun gagasan pemikiran,
pertukaran
harapan
informasi
dan
tujuan
dengan
dapat
AG.Kartasapoetra. Hukum Tanah,
Jaminan Undang-Undang
Pokok
Agraria
Bagi
Keberhasilan
Pendayagunaan
Tanah,
(Jakarta: Bina aksara,
1985), hal. 88
Giddens, Anthony. 2004. Sosiologi
Sejarah Dan Berbagai
Pemikirannya.
Kreasi
Wacana : Bandung.
Gomme, 1982. Anomi, Lippincott
Company Philadelphia, New York.
Harsono,
Boedi. Hukum
Agraria
Indonesia,
Himpunan
Peraturan-Peraturan
Hukum
Tanah.Jakarta:
Djambatan, 1991
Lexy J. 2004. Metode
Penelitian Kualitatif Edisi
Revisi. Bandung : Remaja
Rosda karya.
Pelly, Usman. 1994. Teori-Teori
Sosial Budaya. Proyek
pembinaan
dan
peningkatan mutu tenaga
kependidikan, Direktorat
pendidikan tinggi dan
kebudayaan.
Permenag No. 5 Tahun 1999 tentang
Pedoman
Penyelesaian
Masalah
Hak
Ulayat
Masyarakat Hukum Adat.
Poloma, Margareth. 2004. Sosiologi
Kontemporer. Jakarta : Rajawali Press.
Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan
Halim, 1983, Sendi-Sendi
Hukum Agraria, Jakarta:
Ghalia Indonesia
Pengantar,
Bandung:
Refika Aditama, 2010.
Moleong
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi
Dari Sosiologi Klasik
Sampai
Perkembangan
Terakhir
Postmodern.
Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Ritzer, George & Douglas J.
Goodman, Teori Sosiologi, Bantul :
Kreasi
Wacana. 2008
Silalahi,
Ulber.
2004.
Metode
penelitian Sosial. Bandung : PT Rafika
Aditama. Sudiyat, Imam. Hukum Adat,
Yogyakarta: Liberty, 2000.
Wulansari,
Dewi. Hukum
Adat
Indonesia
Suatu
Jurnal
Irwandi. 2010. Pergeseran Hukum
Adat Dalam Pemanfaatan Tanah
Ulayat Kaum di Kecamatan Banu
Hampu Kabupaten Agam Provinsi
Sumaera Barat.
Mulyanai Randi. 2016. Pergeseran
Nilai Budaya Atas Pemanfaatan Lahan
Adat di Kecamatan Amabalau,
Kabupaten Siantang.
Sumber Website dan Majalah
Batampos. kampong tua warisan
penduduk asli, Edisi 38. Minggu IV
Oktober 2013
Lilly, 2001 Produksi Budaya dan
Menyajikan
Tujuan
Budaya.
Universitas
Bakrie. Jakarta (Artikel).
Tahar, Muhammad Natsir . Kampung
Bagan. 22 Oktober 2014.
http://kampungtuabatam.blogspot.co.id/2014/
10/kampung-bagan.html
Download