BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Pusat Perbelanjaan Menurut International Council of Shopping Centre (ICSC), definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok lokasi usaha ritel dan usaha komersial lainnya yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu property tunggal. Menurut Jeffrey D. Fisher, Robert, Martin dan Paige Mosbaugh, definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih tokoserba ada,toko grosir dan tempat parkir. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007, pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan Perbelanjaan barang. 2.1.2 Jenis - Jenis Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan memiliki skala luas yang berbeda – beda. Biasanya semakin besar skalanya, semakin banyak penyewa yang bisa ditampung oleh pusat perbelanjaan. Variasi produk juga semakin meningkat. Jenis – jenis pusat perbelanjaan berdasarkan skala luas menurut buku The 4Rs of ASIAN Shopping Centre Management : 1. Pusat Perbelanjaan Regional Super Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 1.000.000 ke atas. Penyewa utama : tiga toserba atau lebih, toko diskon, toko busana, toko spesialis lain Populasi yang dilayani : 300.000 ke atas 2. Pusat Perbelanjaan Regional Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 400.000 - 1.000.000 Penyewa utama : satu toserba atau lebih Populasi yang dilayani : 150.000 - 300.000 3. Sentra Belanja Lokal (Community) Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 150.000 - 400.000 Penyewa utama : toserba kecil, toko perkakas, dan supermarket Populasi yang dilayani : 100.000 - 150.000 4. Sentra Belanja Distrik (Neighbourhood) Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 50.000 - 150.000 Penyewa utama : pasar swalayan, apotek, atau kombinasi Populasi yang dilayani : 5.000 - 40.000 5. Pusat Perbelanjaan Spesialis Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : Kurang dari 50.000 hingga 375.000 Penyewa utama : 5.000 - 40.000 toko Populasi yang dilayani : 1.000 hingga 150.000 ke atas 6. Waserba (Convenience) Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : kurang dari 50.000 Penyewa utama : toko kecil yang menjual bahan pangan Populasi yang dilayani : 1.000 - 2.500 7. Megamall Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 2.600.000 ke atas Penyewa utama : taman hiburan, toserba, restoran, klub malam Populasi yang dilayani : 1.000.000 ke atas 8. Hypermarket Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 150.000 – 250.000 Penyewa utama : kombinasi pasar swalayan, depot diskon, elektronik, pakaian, mainan, kebutuhan rumah tangga, peralatan kantor, perlengkapan otomatif Populasi yang dilayani : 100.000 ke atas 9. Pusat Ritel (Power Centre) Luas kotor area yang disewakan (dalam kaki persegi) : 250.000 - 700.000 Penyewa utama : spesialis kategori, perlengkapan renovasi rumah dan pertukangan, toko diskon, klub depot, toko obral Populasi yang dilayani : 150.000 ke atas 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Bentuk & Ruang Hubungan simbiosis antara bentuk massa dan ruang dalam arsitektur dapat dinilai dan didapatkan keberadaannya pada beberapa skala yang berbeda. Pada skala sebuah tapak bangunan, ada beragam strategi untuk menghubungkan bentuk sebuah bangunan terhadap ruang di sekitarnya. Sebuah bangunan dapat : - Membentuk sebuah dinding di sepanjang tepi tapaknya dan mulai mendefinisikan sebuah ruang luar yang positif; - Menyatukan ruang interiornya dengan ruang luar privat dari sebuah tapak berdinding; - Membungkus sebagian tapaknya sebagai suatu ruang luar dan melindunginya dari kondisi – kondisi iklim yang tidak diinginkan; - Mengelilingi dan membungkus halaman atau ruang atrium di dalam volumenya; - Berdiri sebagai sebuah obyek khusus dan mendominasi tapaknya melalui bentuk serta penempatan topografisnya; - Diregangkan keluar dan menghadirkan sebuah wajah yang luas untuk menyajikan suatu pemandangan, menghilangkan sumbu, atau mendefinisikan tepi suatu ruang kota; - Berdiri bebas dalam tapaknya tapi meneruskan ruang interiornya untuk bersatu dengan ruang eksterior privatnya; - Berdiri sebagai sebuah bentuk positif di dalam ruang negatif. 1. Elemen – Elemen Horisontal yang Mendefinisikan Ruang a. Bidang Dasar Sebuah bidang horisontal yang terhampar sebagai sebuah figur diatas sebuah latar yang kontras mendefinisikan sebuah area ruang sederhana. Jenis definisi spasial ini dapat dipakai untuk membedakan suatu alur pergerakan dengan tempat – tempat perhentian atau menegaskan sebuah zona fungsional di dalam suatu lingkungan. Gambar 2. Jalanan di Woodstock, Oxfordshire, Inggris Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan b. Bidang Dasar yang Diangkat Bidang horisontal yang diangkat diatas bidang dasar menghasilkan permukaan – permukaan vertikal di sepanjang tepinya yang memperkuat perpisahan visual antara areanya dengan bidang dasar di sekelilingnya. Pengangkatan sebagian bidang dasar akan menciptakan sebuah panggung atau podium yang secara struktural maupun visual menopang bentuk dan massa sebuah bangunan. Bidang dasar yang diangkat dapat berupa sebuah kondisi tapak pre-eksisting, atau dapat dibangun dan dengan sengaja mendirikan sebuah bangunan di atas lingkungan di sekelilingnya ataupun mempercantik citra di dalam lansekapnya. Gambar 3. Paviliun Harmoni Utama (Taihe Dian) di Kota Telarang, Beijing, 1627 Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan c. Bidang Dasar yang Diturunkan Bidang horisontal yang diangkat di atas bidang dasar menghasilkan permukaan – permukaan vertikal pada area yang lebih rendah untuk mendefinisikan sebuah volume ruang. Area – area rendah di dalam topografi sebuah tapak dapat berfungsi sebagai panggung ataupun teater amfibi, bagi arena ruang luar. Perubahan ketinggiannya yang alamiah akan menguntungkan baik dari sisi garis pandangnya maupun kualitas akustik ruang – ruang ini. Gambar 4. Teater di Epidauros, Yunani, sekitar tahun 350 SM, Polycleitos Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Alvar Aalto mendefinisikan sebuah ruang baca di dalam ruang perpustakaan yang lebih besar dengan cara menurunkan bidang lantainya ke bawah lantai utama ruang perpustakaan tersebut. Ia kemudian menggunakan permukaan pengikat vertikal dari area baca sebagai tambahan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku. Gambar 5. Perpustakaan, Pusat Budaya Wolfsburg, Essen, Jerman, 1962, Alvar Aalto Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan d. Bidang di Atas Bidang horisontal yang diletakkan di atas mendefinisikan sebuah volume ruang antara dirinya sendiri dengan bidang dasarnya. Elemen atas utama sebuah bangunan adalah bidang atapnya. Atap tidak hanya berfungsi untuk menaungi ruang interior bangunan dari sinar matahari, hujan, dan salju, tapi juga memiliki dampak besar terhadap bentuk sebuah bangunan secara keseluruhan serta gubahan ruangnya. Gambar 6. Struktur Tarik, Pameran Taman Nasional, Cologne, Jerman, 1957, Frei Otto dan Peter Stroymeyer Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2. Elemen – Elemen Vertikal yang Mendefinisikan Ruang a. Elemen – Elemen Linear Vertikal Elemen – elemen linear vertikal mendefinisikan tepi – tepi tegak lurus suatu volume ruang. Elemen – elemen linear yang vertikal mampu meniadakan sebuah sumbu, menandai pusat ruang kota, atau menjadi titik perhatian bagi sebuah ruang kota di sepanjang kelilingnya. Gambar 7. Piazza del Campo, Siena, Italia Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan b. Bidang Vertikal Tunggal Sebuah bidang vertikal akan menegaskan ruang di hadapannya. Sebuah bidang vertikal dapat mendefinisikan tampak prinsip sebuah bangunan yang menghadap ruang publik, menciptakan sebuah gerbang masuk bagi orang, serta mengartikulasikan zona – zona spasial di dalam sebuah volume yang lebih besar. Gambar 8. S. Agostino, Roma, 1479-83, Giacomo da Pietrasanta Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan c. Bidang Berbentuk-L Sebuah konfigurasi bidang – bidang vertikal yang berbentuk L akan memunculkan area ruang dari sudutnya keluar searah dengan sumbu diagonalnya. Aspek sebuah konfigurasi bentuk L yang bersifat menaungi terekspresikan dengan baik pada contoh ini dimana para petani Jepang dengan telaten menjadikan pepohonan pinus tumbuh rimbun membentuk huruf L yang tebal untuk melindungi rumah dan tanah mereka dari angina musim dingin serta badai salju. Gambar 9. Vegetasi yang Menjadi Tirai Angin berbentuk L, Wilayah Shimane, Jepang Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan d. Bidang – Bidang Sejajar Dua bidang vertikal yang sejajar akan mendefinisikan volume ruang di antara mereka yang diorientasikan mengikuti sumbu di kedua ujung terbuka konfigurasi tersebut. Kualitas arah dan aliran ruang yang didefinisikan oleh bidang-bidang sejajar secara alamiah dimanifestasikan di dalam ruang yang digunakan untuk sirkulasi dan pergerakan, seperti jalanan dan alun-alun kota. Ruang-ruang linear ini dapat didefinisikan oleh fasad bangunan yang menghadap mereka, maupun oleh bidangbidang yang lebih mudah dilalui yang tercipta oleh jejeran kolom, arkade, atau barisan pepohonan. Gambar 10. Galleria Vittorio Emanuelle II, Milan, Italia, 1865 – 77, Giuseppe Mengoni Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan e. Bidang Berbentuk U Sebuah konfigurasi bidang – bidang vertikal yang membentuk huruf U akan mendefinisikan volume ruang yang diorientasikan terutama menuju ujung terbuka pada konfigurasi tersebut. Konfigurasi-konfigurasi bentuk bangunan berbentuk huruf U dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah ruang kota dan melenyapkan suatu kondisi aksial (bersumbu). Mereka juga bisa difokuskan kepada sebuah elemen yang penting di dalam area-areanya. Jika sebuah elemen ditempatkan di sepanjang ujung sisi terbuka dari area tersebut, maka ia akan dijadikan sebuah titik fokus, serta memiliki kesan penutupan yang lebih besar. Gambar 11. Villa Trissino di Meledo, Dari The Four Books on Architecture, Andrea Palladio Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan f. Empat Bidang : Penutup Empat bidang vertikal akan menciptakan batas – batas ruang yang tertutup serta mempengaruhi area ruang di sekeliling penutupnya. Area-area ruang yang tertutup dengan jelas dapat ditemukan dalam arsitektur dengan beragam skala, mulai dari sebuah lapangan kota yang besar, pekarangan atau ruang atrium, hingga sebuah aula tunggal atau kamar di dalam sebuah kompleks bangunan. Gambar 12. Kompleks Suci, Makam Ise, Mie Prefecture, Jepang, direkonstruksi setiap 20 tahun sejak tahun 690 Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2.2.2 Organisasi Menjelaskan bagaimana beragam konfigurasi dapat dimanipulasi untuk mendefinisikan suatu area terpisah atau volume ruang, serta bagaimana pola solid dan void mempengaruhi kualitas visual ruang yang didefinisikan tersebut. Namun, beberapa bangunan, memiliki sebuah ruang yang menyendiri. Biasanya bangunan bangunan–ini terdiri dari sejumlah ruang yang terhubung satu sama lain melalui fungsi, kedekatan, atau jalur pergerakannya. 1. Hubungan – Hubungan Spasial a. Ruang Dalam Ruang Ruang dapat ditampung di dalam volume sebuah ruang yang lebih besar. Agar konsep ini dapat dilihat dengan jelas, diperlukan perbedaan ukuran yang jelas antara kedua ruang tersebut. Gambar 13. Ruang Dalam Ruang Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang yang ditampung juga bisa saja berbeda bentuknya dibandingkan dengan ruang pembungkusnya demi memperkuat citranya sebagai sebuah volume yang berdiri sendiri. Kekontrasan bentuk ini bisa jadi mengindikasikan nilai kepentingan simbolis ruang yang ditampung itu. Gambar 14. Rumah Moore, Orinda, California, 1961, Charles Moore Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan b. Ruang – ruang yang Saling Mengunci Area sebuah ruang bisa menumpuk pada volume ruang lainnya. Gambar 15. Ruang – ruang yang Saling Mengunci Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Bagian yang saling mengunci dapat mengembangkan integritasnya sendiri sebagai sebuah ruang yang berfungsi untuk menghubungkan kedua ruang aslinya. Gambar 16. Gereja Ziarah, Vierzehnheiligen, Jerman, 1744-72, Balthasar Neumann Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan c. Ruang – ruang yang Berdekatan Dua buah ruang bisa saling bersentuhan satu sama lain ataupun membagi garis batas bersama. Gambar 17. Ruang – ruang yang Berdekatan Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang – ruang di dalam bangunan ini memiliki sifat individualistis dari segi ukuran, bentuk dasar, dan bentuknya. Dinding yang membungkusnya mengadaptasi bentuk – bentuk mereka tersebut untuk mengakomodir perbedaan antar ruang yang saling berdekatan. Gambar 18. Desain Paviliun, Abad XVII, Fischer von Erlach Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan d. Ruang – ruang yang Dihubungkan oleh Sebuah Ruang Bersama Dua buah ruang bisa saling mengandalkan sebuah ruang perantara untuk menghubungkan mereka. Gambar 19. Ruang – ruang yang Dihubungkan oleh Sebuah Ruang Bersama Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang perantara ini dapat dibuat berbeda bentuk dan orientasinya dari ruang yang dihubungkan agar dapat mengekspresikan fungsinya sebagai penghubung. Gambar 20. Satu Setengah Rumah ( Proyek ), 1966, John Hejduk Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2. Organisasi - Organisasi Spasial a. Organisasi – organisasi Terpusat Suatu ruang sentral dan dominan, yang dikelilingi oleh sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan. Gambar 21. Organisasi – organisasi Terpusat Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Karena bentuk sebuah organisasi terpusat pada hakekatnya adalah tidak berarah, maka kondisi – kondisi pencapaian dan akses masuknya harus dirinci oleh tapak serta penegasan salah satu ruang sekundernya sebagai sebuah pintu atau gerbang masuk. Gambar 22. Bentuk Organisasi Terpusat Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang – ruang sekunder pada organisasi ini dapat setara satu sama lain dalam hal fungsi, bentuk, ukurannya, serta menciptakan sebuah konfigurasi keseluruhan yang secara geometris teratur dan simetris pada dua buah sumbu atau lebih. Gambar 23. Gereja Ideal oleh Leonardo Da Vinci Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang – ruang sekunder ini bentuk atau ukurannya mungkin saja berbeda satu sama lain agar dapat merespon kebutuhan individual fungsi, mengekspresikan kepentingan relatifnya atau mengukuhkan lingkungannya. Pembedaan diantara ruang sekunder ini juga memungkinkan bentuk suatu organisasi terpusat merespon kondisi – kondisi lingkungan tapaknya. Gambar 24. San Lorenzo Maggiore, Milan, Italia, sekitar tahun 480 Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan b. Organisasi – organisasi Linier Sebuah sekuen linier ruang – ruang yang berulang. Gambar 25. Organisasi – organisasi Linier Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sebuah organisasi linier biasanya terdiri dari ruang – ruang berulang yang ukuran, bentuk, dan fungsinya serupa. Ia juga dapat terdiri dari sebuah ruang linier yang tunggal yang mengorganisir serangkaian ruang yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi di sepanjang sisinya. Gambar 26. Macam Bentuk Organisasi Linier Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Bentuk organisasi – organisasi linier yang melengkung dan tersegmentasi akan menutupi sebuah ruang eksterior pada sisi cekungannya serta mengarahkan ruang – ruangnya ke pusat area. Di sisi cekungnya, bentuk – bentuk ini seolah menghadap ruang dan mengeluarkannya dari arah mereka. Gambar 27. Bentuk Organisasi Linier Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Organisasi – organisasi linier dapat dihubungkan dengan bentuk lain di dalam lingkungannya, menyesuaikan terhadap fungsi dan tapak serta membentuk ruang eksterior. Gambar 28. Denah untuk Sirkus (1754, John Wood, Sr.), dan Istana Bulan Sabit (1767-75, John Wood) di Bath, Inggris Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan c. Organisasi – organisasi Radial Sebuah ruang terpusat yang menjadi sentral organisasi – organisasi linier ruang yang memanjang dengan cara radial. Organisasi radial merupakan sebuah denah terbuka yang menggapai keluar dari lingkungannya. Dengan lengan – lengan liniernya, organisasi ini dapat memanjang dan menempelkan dirinya ke elemen atau fitur – fitur khusus tapaknya. Gambar 29. Organisasi – organisasi Radial Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Lengan – lengan yang menjulur itu juga dapat berbeda satu sama lain demi merespon kebutuhan – kebutuhan individual fungsi dan lingkungan. Gambar 30. Bentuk Organisasi Radial Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sebuah varian khusus organisasi radial adalah pola kincir angina, dimana lengan – lengan linier organisasi tersebut menjulur keluar dari sisi – sisi suatu ruang pusat yang berbentuk bujursangkar ataupun persegi panjang. Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual memberikan kesan pergerakan berputar mengelilingi ruang pusat tersebut. Gambar 31. Penjara Moabit, Berlin, 1869 – 79, August Bussed an Heinrich Herrmann Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan d. Organisasi – organisasi Berklaster Ruang – ruang yang dikelompokkan melalui kedekatan atau pembagian suatu tanda pengenal atau hubungan visual bersama. Gambar 32. Organisasi – organisasi Berklaster Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Ruang – ruang terklaster dapat diatur mengelilingi sebuah titik akses masuk ke dalam sebuah bangunan ataupun di sepanjang jalur pergerakan yang melaluinya. Ruang – ruang ini juga dapat tersebar mengelilingi suatu area yang terdefinisi atau volume ruang yang besar. Gambar 33. Jenis Organisasi Berklaster Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Karena tidak ada tempat hasil bentukan yang penting di dalam pola sebuah organisasi terklaster, maka nilai kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan melalui ukuran, bentuk, atau orientasi di dalam pola tersebut. Suatu kondisi simetri atau aksial dapat digunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian – bagian sebuah organisasi terklaster serta membantu mengartikulasikan kepentingan satu atau sekelompok ruang di dalam organisasi tersebut. Gambar 34. Rumah Pertemuan, Institut Studi Biologi Salk (Proyek), La Jolla, California, 195965, Louis Kahn Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan e. Organisasi – organisasi Grid Ruang – ruang yang diorganisir di dalam area sebuah grid struktur atau rangka kerja tiga dimensi lainnya. Gambar 35. Organisasi – organisasi Grid Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sebuah grid juga dapat melakukan transformasi lain. Bagian – bagian grid tersebut dapat bergeser untuk mendapatkan alternatif kemenerusan visual dan spasial yang melintasi areanya. Gambar 36. Jenis Organisasi Grid Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Karena sebuah grid tiga dimensional terdiri dari unit – unit ruang yang moduler dan berulang, maka ia dapat dikurangi, ditambah, atau dilapisi, dan tetap mampu mempertahankan identitasnya sebagai grid dengan kemampuannya dalam mengatur ruang. Manipualsi bentuk ini dapat digunakan untuk mendefinisikan suatu ruang luar atau akses masuk. Gambar 37. Museum Ashram, Ahmedabad, India, 1958 – 63, Charles Correa Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2.2.3 Sirkulasi 1. Elemen – Elemen Sirkulasi a. Pencapaian • Frontal Pencapaian frontal secara langsung mengarah ke pintu masuk sebuah bangunan melalui sebuah jalur lurus dan aksial. Ujung akhir visual yang menghilangkan pencapaian ini jelas, bisa berupa seluruh fasad depan bangunan atau pintu masuk yang mendetail di dalam bidang. Gambar 38. Pencapaian Frontal Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan • Tidak Langsung Sebuah pencapaian tidak langsung menekankan efek perspektif pada fasad depan dan bentuk sebuah bangunan. Jalurnya dapat diarahkan kembali sekali atau beberapa kali untuk menunda dan memperlama sekuen pencapaiannya. Gambar 39. Pencapaian Tidak Langsung Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan • Spiral Sebuah jalur spiral melamakan sekuen pencapaian dan menekankan bentuk tiga dimensional sebuah bangunan sementara kita bergerak di sepanjang kelilingnya. Pintu masuk bangunan ini bisa terlihat berulang kali pada waktu pencapaiannya untuk memperjelas posisinya, atau ia bisa disembunyikan hingga tiba di titik kedatangan. Gambar 40. Pencapaian Spiral Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sebelum benar – benar berjalan memasuki interior suatu bangunan, kita mencapai pintu masuknya melalui sebuah jalur. Ini adalah tahap pertama sistem sirkulasi, yang ketika tengah menempuh pencapaian itu kita disiapkan untuk melihat, mengalami, serta memanfaatkan ruang – ruang di dalam sebuah bangunan. Gambar 41. Rencana Tapak, Balai Kota di Saynatsalo, Finlandia, 1950-52, Alvar Aalto Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan b. Pintu Masuk Proses memasuki sebuah bangunan, ruang di dalam bangunan, ataupun area ruang eksterior tertentu, akan melibatkan aksi menembus suatu bidang vertikal yang membedakan suatu ruang dari ruang lainnya serta memisahkan makna “di sini” dan “di sana”. Gambar 42. Pintu Masuk Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Menurut bentuknya, pintu – pintu masuk dapat di kelompokkan ke dalam kategori berikut : rata, dijorokkan, dan dimundurkan. Gambar 43. Bentuk Pintu Masuk Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Menurut lokasinya, sebuah pintu masuk dapat diletakkan ditengah – tengah bidang frontal sebuah bangunan, atau digeser dari tengah. Posisi sebuah pintu masuk relatif terhadap bentuk ruang yang dimasuki akan menentukan konfigurasi jalur serta pola aktivitas di dalam ruang tersebut. Gambar 44. Letak Pintu Masuk Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Pemandangan ke laut yang dibingkai oleh Istana Doge di kiri dan Perpustakaan Scamozzi di kanan. Pintu masuk ke piazza ini adalah dari arah laut ditandai dengan adanya dua buah kolom granit, Kolom Singa (1189) dan Kolom Santo Theodorus (1329). Gambar 45. Piazza San Marco, Venesia Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Akses – akses masuk yang menembus dinding – dinding tebal akan menciptakan ruang – ruang peralihan yang dilalui ketika berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pintu masuk Gedung Pengadilan ini membingkai sebuah pemandangan ke taman dan bukit di kejauhan. Gambar 46. Gedung Pengadilan Santa Barbara, California, 1929, William Mooser. Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan c. Konfigurasi Jalurnya Seluruh jalur pergerakan, entah itu oleh manusia, mobil, barang, atau jasa, secara alamiah adalah linear. Dan seluruh jalur tersebut memiliki sebuah titik awal, yang darinya kita dibawa melalui suatu tahapan ruang – ruang hingga menuju tujuan kita. Gambar 47. Konfigurasi Jalur Pergerakan Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Titik temu atau persimpangan jalur selalu menjadi sebuah titik pengambilan keputusan bagi orang yang mendekatinya. Ketika jalur – jalur di sebuah persimpangan setara satu sama lain, maka perlu disediakan ruang yang cukup agar memungkinkan orang berhenti sejenak untuk menyesuaikan orientasinya. Gambar 48. Contoh Persimpangan Jalur Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sifat konfigurasi sebuah jalur mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh pola organisasi ruang – ruang yang dihubungkannya. Gambar 49. Konfigurasi Jalur Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 1) Linear Seluruh jalur adalah linear. Namun, jalur yang lurus, dapat menjadi elemen pengatur yang utama bagi serangkaian ruang. Jalur ini dapat berbentuk kurvalinear atau terpotong – potong, bersimpangan dengan jalur lain, bercabang, atau membentuk sebuah putaran balik. Gambar 50. Sekolah Seni dan Kerajinan Gunung Haystack, Deer Isle, Marine, 1960, Edward Larrabee Barnes Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2) Radial Sebuah konfigurasi radial memiliki jalur – jalur linier yang memanjang dari atau berakhir di sebuah titik pusat bersama. Gambar 51. Penjara Begara Bagian Timur, Philadelphia, dimulai pada 1821 Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 3) Spiral Sebuah konfigurasi spiral merupakan sebuah jalur tunggal yang menerus yang berawal dari sebuah titik pusat, bergerak melingkar, dan semakin lama semakin jauh darinya. Gambar 52. Museum Pertumbuhan Tanpa Batas (Proyek), Phillippeville, Algeria, 1939, Le Corbusier Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 4) Grid Sebuah konfgurasi grid terdiri dari dua buah jalur sejajar yang berpotongan pada interval – interval regular dan menciptakan area ruang berbentuk bujursangkar atau persegi panjang. Gambar 53. Priene, ditemukan pada abad IV S.M. Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 5) Jaringan Sebuah konfigurasi jaringan terdiri dari jalur – jalur yang menghubungkan titik – tiitk yang terbentuk di dalam ruang. Gambar 54. Paris pada era Louis XIV Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 6) Komposit Pada kenyataannya, sebuah bangunan biasanya menggunakan kombinasi pola – pola yang berurutan. Titik penting pada pola manapun akan menjadi pusat aktivitas, akses – akses masuk ke dalam ruangan dan aula, serta tempat bagi sirkulasi vertikal yang disediakan dengan tangga, ram, dan elevator. Untuk mencegah terjadinya sebuah jalur cabang yang berbelit dan tidak terorientasi, perlu ada susunan hirarkis di antara jalur dan titik – titik sebuah bangunan dengan cara membedakan skala, bentuk, panjang, dan penempatan mereka. d. Hubungan – hubungan Jalur-ruang Jalur dapat dikaitkan dengan ruang – ruang yang dihubungkannya melalui beberapa cara berikut. 1) Melewati Ruang • Integritas setiap ruang dipertahankan. • Konfigurasi jalurnya fleksibel. • Ruang – ruang yang menjadi perantara dapat digunakan untuk menghubungkan jalur dengan ruang- raungnya. Gambar 55. Melewati Ruang Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2) Lewat Menembusi Ruang • Jalur dapat lewat melalui sebuah ruang secara aksial, miring, atau di sepanjang tepinya. • Ketika menembusi ruang, jalur menciptakan pola – pola peristirahatan dan pergerakan di dalamnya. Gambar 56. Lewat Menembusi Ruang Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 3) Menghilang di dalam Ruang • Lokasi ruangnya menghasilkan jalurnya • Hubungan jalur – ruang ini digunakan untuk mencapai dan memasuki ruang – ruang penting baik secara fugnsional maupun simbolis. Gambar 57. Menghilang di dalam Ruang Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan e. Bentuk Ruang Sirkulasi Bentuk ruang sirkulasi bervariasi menurut bagaimana : • Batas – batasnya didefinisikan. • Bentuknya berkaitan dengan bentuk ruang yang dihubungkannya. • Kualitas skala, proporsi, pencahayaan, dan pemandangannya diartikulasikan. • Pintu – pintu masuk membuka padanya. • Ia menangani perubahan ketinggian dengan menggunakan tangga dan ram. Sebuah ruang sirkulasi bisa : 1) Tertutup Membentuk suatu galeri publik atau koridor privat yang berhubungan dengan ruang – ruang yang dihubungkannya melalui akses – akses masuk di dalam sebuah bidang dinding. Gambar 58. Ruang Sirkulasi Tertutup Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2) Terbuka pada Satu Sisi Membentuk sebuah balkon atau galeri yang menyajikan kemenerusan spasial dan visual dengan ruang – ruang yang dihubungkannya. Gambar 59. Ruang Sirkulasi Terbuka pada Satu Sisi Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 3) Terbuka pada Kedua Sisi Membentuk jalur setapak berkolom yang menjadi penambahan fisik ruang yang dilaluinya tersebut. Gambar 60. Ruang Sirkulasi Terbuka pada Kedua Sisi Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Sebuah jalur yang sempit dan tertutup secara alamiah akan mendorong pergerakan ke depan. Untuk mengakomodir lalu lintas yang lebih besar serta menciptakan ruang untuk berhenti sejenak, beristirahat, atau menikmati pemandangan, maka bagian – bagian tertentu sebuah jalur dapat diperlebar. Jalur ini juga dapat dieprbesar dengan menggabungkannya dengan ruang – ruang yang dilaluinya. Gambar 61. Contoh Pergerakan jalur yang Sempit dan Tertutup Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Di dalam ruang yang lebih besar, jalur dapat mengacak, tanpa bentuk atau definisi, dan ditentukan oleh aktivitas dan pengaturan perabotan di dalam ruang tersebut. Gambar 62. Contoh Pergerakan Jalur Mengacak Sumber : Francis D.K. Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan 2.3 Kerangka Berpikir Latar Belakang Pembangunan pusat perbelanjaan membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat dan juga ekonomi penduduk sekitarnya naik. Namun dari banyak pusat perbelanjaan tersebut, elemen ruang terbuka yang disediakan sangat minim sehingga ruang terbuka hijau dan daerah resapan berkurang. Perumusan Masalah Bagaimana mengorganisasikan bentuk dan ruang antara bangunan pusat perbelanjaan dan ruang terbuka. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pola organisasi bentuk dan ruang dari tiga mall yang menerapkan konsep ruang terbuka untuk diterapkan dalam proyek ‘Pusat Perbelanjaan dengan Konsep Ruang Terbuka di Jakarta’. Ruang Lingkup Pembahasan Membahas organisasi ruang dan bentuk bangunan pusat perbelanjaan menurut buku Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan dari Francis D.K. Ching. Landasan Teori Tinjauan Umum, Tinjauan Khusus, Novelty Metode penelitian Menggunakan metode kualitatif Analisa Menganalisa dan membandingkan pola organisasi bentuk dan ruang pada tiga mall dalam konteks menggabungkan pusat perbelanjaan dengan ruang terbuka. Kesimpulan 2.4.1 Novelty Journal of Retail & Leisure Property (16th September 2010), Vol. 9, 4, 1. 277-301 Judul : Coexistence and conflicts between shopping malls and street markets in growing cities : Analysis of shoppers behaviour Dr Rajagopal o Analisa tentang kemudahan dan perilaku dalam berbelanja ( shopping conveniences & shopping behavior ) o Hipotesa : - Pasar jalanan ( street market ) memiliki keunggulan harga ( low price ), pakaian dan makanan buatan sendiri terlepas dari standar kebersihan. - Shopping mall terdapat tempat – tempat menarik / rekreasi dan fasilitas modern untuk pembeli. - Pasar jalanan melayani konsumen yang cenderung membeli produk – produk makanan segar ( bahan makanan misalnya ikan dan sayuran ), sementara itu diyakini bahwa supermarket menjual produk olahan atau makanan yang telah dibekukan. - Baik pasar jalanan maupun pusat perbelanjaan mempengaruhi budaya konsumen. Namun atribut mereka untuk melayani konsumen dan meningkatkan nilai konsumen berbeda. o Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan pembeli untuk berbelanja didorong oleh : - Suasana berbelanja - Tempat – tempat menarik mall ( mall attraction ) - Fasilitas rekreasi - Lokasi mall - Promosi penjualan ( sale ) - Adanya daya tarik yang mengacu pada produk & layanan, merek / brand, harga ( store attractiveness ) 2. Journal of Retail & Leisure Property (7th May 2010), Vol. 9, 3, 193 - 199 Judul : Creating the futuristic retail experience through experiential marketing : Is it possible ? An exploratory study Srini R. Srinivasan & Rajesh Kumar Srivastava o Terdapat perbedaan antara selera dan preferensi dari generasi muda dan tua. o Remaja perempuan lebih tertarik menghabiskan waktu untuk berbelanja (shopping outlet), sedangkan remaja laki – laki cenderung lebih tertarik pada zona hiburan. o Daya Tarik untuk mengunjungi mall - Dibawah 25 tahun : outlet belanja 34%, food Court 30%, zona hiburan dan lainnya 36%. - Diatas 25 tahun : outlet belanja 58%, food court 24%, zona hiburan dan lainnya 18% o Atribut penting yang mempengaruhi pengalaman : staff dan layanan yang baik 6%, kualitas dalam menghabiskan waktu 32%, harga 42%, masalah merek / brand 18%, lainnya 2%. o Unsur – unsur lingkungan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kepuasan pembeli dan mendorong kembalinya pembeli. o Menawarkan pengalaman berbelanja yang positif berdasarkan visual merchandising. Visual merchandising menggambarkan penyajian barang dagangan untuk menarik konsumen dalam berbelanja, dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik yang mengundang konsumen untuk menghabiskan lebih banyak waktu ditoko. o Pengalaman berbelanja harus dibuat sesuai dengan kebiasaan konsumen dalam berbelanja dan tren pasar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen adalah wanita muda, yang umumnya lebih tertarik pada tempat belanja. Outlet belanja dan food court adalah daya Tarik terbesar di mall. Secara keseluruhan, disarankan agar pusat perbelanjaan harus mencoba untuk menciptakan pengalaman belanja yang unik & baru. Journal of Retail & Leisure Property (5th November 2009), Vol. 9, 1, 75- 3. 87 Judul : Customer expectations of store attributes : A study of organized retail outlets in India Piyali Ghosh, Vibhuti Tripathi, & Anil Kumar o Atribut toko dan pola belanja konsumen : - Lokasi Lokasi memainkan peran penting dalam keberhasilan atau kegagalan sebuah outlet. (Mendes and themido, 2004) Ketersediaan untuk melakukan perjalanan berdasarkan banyaknya daftar belanja. (Bell and Lattin, 1998) - Ukuran Pembeli lebih tertarik outlet besar daripada outlet kecil, kecuali pembeli tertarik dengan pelayanan cepat atau kenyamanan. (Simonson, 1999) - Flooring Orang dapat berbelanja atau menghabiskan waktu lebih lama jika mereka dapat berjalan dengan nyaman (tidak didorong) pada saat melihat barang dagangan. (Berman and Evans, 2007) - Pencahayaan, musik & bau Musik dapat mempengaruhi waktu yang dihabiskan, suasana hati konsumen & kesan keseluruhan dari outlet. (Herrington & Cappela, 1994) Musik meningkatkan persepsi waktu dalam menunggu layanan. (Hui et al, 1997) Lambat tempo musik dapat mendorong pembeli untuk bergerak perlahan – lahan. (Berman & Evans, 2007) Bau dapat memiliki efek positif pada pengalaman berbelanja, terutama ketika digabungkan dengan aspek lainnya seperti musik ditoko. (Mattila and Wirtz, 2001) - Suhu Image toko dapat dipengaruhi oleh central AC, unit AC, kipas angina, atau bukaan jendela. (Berman and Evans, 2007) - Warna Pilihan warna untuk dinding harus senada dengan target audiens. Kadang – kadang ketika warna berubah, pelanggan mungkin tidak nyaman pada awalnya, sampai mereka menyesuaikan diri dengan skema warna baru. (Berman and Evans, 2007) - Customer space Customer space dapat berkontribusi pada suasana belanja dan termasuk juga ruang duduk, bangku, ganti kamar, kamar kecil, restoran, parkir, dan sebagainya. (Berman and Evans, 2007) - Teknologi Toko dengan teknologi maju dapat mengesankan orang dengan operasi dan layanannya yang cepat. (Berman & Evans, 2007) 4. Jurnal “ ruang “ Volume 1 Nomor 1 September 2009 Judul : Pusat Pertokoan Dengan Konsep Pedestrian Mall Di Kota Palu Ahda Mulyati dan Fitria Junaeny Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako o Penataan etalase toko / retail yang menarik. Material dan konstruksi mempertimbangkan unsur estetika serta ketahanan terhadap kondisi cuaca dan iklim o Mempertimbangkan lebar dan jarak pedestrian, dilengkapi dengan street furniture, signage, vegetasi dan ruang parkir serta penyediaan open space sebagai tempat melakukan interaksi sosial o Pengaturan ruang parkir yang efisien, yaitu dengan meletakkan ruang parkir pada beberapa lokasi yang strategis dan memudahkan pergerakan pengunjung dengan pencapaian yang mudah. o Agar pengaturan sirkulasi barang lancar, aktivitas pelayanan bongkar muat barang diberlakukan pada jam – jam khusus atau jam – jam tertentu sehingga sirkulasi tidak saling mengganggu 5. Jurnal Planesa, Volume 2, Nomor 1 Mei 2012 Judul : Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan SA. Tirtayasa, Kota Serang dengan Pendekatan Pedestrianisasi ( Memanusiakan Pejalan kaki ) Darmawan Listya Cahya, Rima Metalia o Konsep pedestrian mall yang diambil dari Harvey Rubeinstein dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : 1) Faktor – faktor kultural ( Cultural Factor ) : - Kondisi lalu lintas, untuk menempatkan suatu mall dalam suatu blok tertentu diperlukan pengukuran yang aktual atas jumlah volume lalu lintas yang sudah ada dalam suatu jalan. - Transit, pengaruh mall terhadap lalu lintas dengan mempertimbangkan jalan – jalan lainnya disekitar area tersebut. - Parkir, dalam kondisi eksisting terdapat taman parkir yang terletak berdekatan dengan kawasan yang akan dikembangkan. Jika dalam perencanaan ditentukan bahwa lahan parkir yang tersedia tidak mencukupi dan memungkinkan maka perlu dibuat parkir multi-level, dimana lahan parkir dibangun secara vertikal. - Pelayanan untuk kendaraan truk, kendaraan emergensi seperti polisi dan pemadam kebakaran, dibutuhkan jalur khusus yang dapat mengakses keluar masuknya kendaraan darurat apabila terjadi sesuatu yang darurat dalam kawasan perencanaan. - Sirkulasi pedestrian, menyangkut kenyamanan dan keamanan pejalan kaki. - Utilitas yang meliputi drainase, pembuangan air kotor, sampah, listrik, gas, air bersih dan telepon. - Bangunan yang ada, yang harus diamati kondisinya, ketinggiannya, karakter arsitekturalnya, pintu masuknya. - Peraturan zonasi (RDTR Kota) sebelum merencanakan pengembangan perlu diketahui peraturan tata ruang yang berlaku pada kawasan tersebut, sehingga tidak merusak rencana tata ruang yang sudah ada. - Kelengkapan seperti tanda – tanda, penerangan, aksesori jalan. - Perawatan, untuk menjaga dan memelihara kawasan tersebut seperti membersihkan mall, membersihkan sampah, menggantikan penerangan jalan yang rusak, merawat pohon dan street furniture lainnya. 2) Faktor Alam ( Natural Factor ) : - Jenis Tanah, apakah jenis tanah tersebut cocok untuk dibangun dengan type bangunan vertikal atau tipe bangunan bermassa satu, atau justru tidak cocok untuk dibangun. - Klimatologi / cuaca, pengaruh lingkungan antara lain iklim yang menimbulkan berbagai masalah dalam kaitannya dengan para pejalan kaki. - Topografi, kemiringan tanah perlu diketahui untuk mengetahui aliran air sehingga bisa dipastikan daerah mana yang rawan genangan air pada saat musim hujan, dan dalam perencanaannya itu bisa diminimalisasi.