EFEK TERATOGENIK EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP JUMLAH FETUS, PANJANG EKSTREMITAS DEPAN DAN BELAKANG, SERTA MALFORMASI LAINNYA PADA FETUS MENCIT (Mus musculus L.) (Skripsi) Oleh Faizatin Nadya Roza JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 EFEK TERATOGENIK EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP JUMLAH FETUS, PANJANG EKSTREMITAS DEPAN DAN BELAKANG, SERTA MALFORMASI LAINNYA PADA FETUS MENCIT (Mus musculus L.) Oleh Faizatin Nadya Roza ABSTRAK Rumput teki (Cyperus rotundus) mengandung senyawa yang zat-zat aktifnya dapat mempengaruhi proses hormonal jika digunakan sebagai secara langsung sehingga dapat memberikan efek samping apabila dikonsumsi oleh wanita hamil. Pada periode organogenesis,embrio sangat sensitif terhadap masuknya suatu zat ke dalam tubuhnya. Penelitian yang dilakukan pada 23 Desember 2015 hingga 22 Januari 2016 di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Lampung ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teratogenik dari ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap jumlah fetus, pertumbuhan panjang ekstremitas depan dan belakang, serta malformasi (kecacatan) fetus mencit (Mus musculus L.) secara anatomi. Dua puluh mencit betina dibagi menjadi 4 kelompok. Ekstrak diberikan secara oral ke tiga kelompok perlakuan dengan dosis 45 mg/40 grBB (B); 90 mg/40 grBB (C); dan 135 mg/grBB (D), dalam 0,4 mL aquabides sedangkan satu kelompok tanpa ekstrak (A) sebagai kontrol. Perlakuan diberikan pada hari kehamilan ke 6 hingga 13 (periode organogenesis). Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rimpang rumput teki tidak mengurangi jumlah fetus yang dikandung induk dan tidak menghambat pertumbuhan ekstremitas depan karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol (A) dan kelompok perlakuan (B,C, dan D). Akan tetapi, ekstrak rimpang rumput teki berpengaruh terhadap pertumbuhan ekstremitas belakang fetus mencit ditandai dengan adanya perbedaan nyata yang signifikan berupa penurunan panjang antara kelompok kontrol (A) terhadap kelompok perlakuan (B,C, dan D). Selain itu, pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) menyebabkan adanya fetus yang mati pada saat kelahiran dan mengalami malformasi pada fetus lainnya. Kata Kunci : Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.), Ekstremitas Depan dan Belakang, Malformasi, Mencit (Mus musculus L.) i EFEK TERATOGENIK EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP JUMLAH FETUS, PANJANG EKSTREMITAS DEPAN DAN BELAKANG, SERTA MALFORMASI LAINNYA PADA FETUS MENCIT (Mus musculus L.) Oleh FAIZATIN NADYA ROZA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 23 September 1994 dari pasangan Bapak Fajar Budiharto S.H. dan Ibu Siti Azkiyah. Penulis yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara ini menghabiskan masa kecil hingga dewasanya bertempat tinggal di Perumahan Gelora Persada Blok H No. 3, Rajabasa Raya, Bandar Lampung. Penulis memulai pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Universitas Lampung pada tahun 1999. Di tahun 2000, penulis bersekolah di SDN 1 Rajabasa Raya dan melanjutkan ke sekolah menengah di SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2006. Setelah lulus di sekolah menengah, penulis masuk ke SMA Negeri 2 Bandar Lampung hingga lulus tahun 2012 dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi sebagai mahasiswi di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis pada tahun 2012. Selama masa kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum di beberapa mata kuliah wajib dan pilihan seperti Biologi Umum, Biologi Medik Fakultas Kedokteran, Struktur Perkembangan Hewan, Biosistematika Hewan, Embriologi Hewan, Fisiologi Hewan, dan Botani Umum Fakultas Pertanian. ii Penulis merupakan mahasiswi yang aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Lampung. Penulis pernah menjabat sebagai Sekretaris Bidang Kominfo pada periode 2013/2014 dan menjadi Sekretaris Umum HIMBIO FMIPA Unila pada periode 2014/2015. Selain itu, penulis pernah mengikuti organisasi BEM FMIPA Unila sebagai Sekretaris Departemen PSLH (Pengembangan Sains dan Lingkungan Hidup) pada periode 2015/2016. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Napal, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus pada Januari 2015 dan melaksanakan Kerja Praktik pada Juli 2015 dengan judul Uji Kandungan Formalin Pada Daging Ayam dan Bakso di Balai Veteriner Lampung. iii Bismillahirromaanirrohiim… Kupersembahkan karya kecilku ini : Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan ridho-Nya yang tak henti-hentinya Dia berikan. Untuk Ayah dan Ibuku yang selalu dan senantiasa mendukungku dalam setiap langkahku, yang selalu mencurhkan segala kasih sayangnya untukku, dan selalu menyebut namaku dalam setiap doanya, Adik-adikku yang senantiasa selalu membuatku belajar, yang nantinya akan lebih maju dariku, Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikanku semua ilmunya yang berharga, yang selalu menuntunku untuk membantuku menggapai sukses ini, Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikanku motivasi, dukungan dan semangat yang tiada henti, Almamaterku tercinta. iv Jangan Takut dengan Rasa Takutmu, Jadikan Kegagalan Sebagai Awalmu Kembali Untuk Memulai. Bisa Tak Bisa Kau Melakukannya, Kau Pasti Bisa karena Kau Belum Mencapai Batasmu. No One Knows Who’s Really Myself, But I Try To Be What It Is And Let Them Know And Be Proud Of. Orang yang Berbahagia Bukanlah Orang yang Hebat dalam Segala Hal, Melainkan Orang yang Bisa Menemukan Hal Sederhana dalam Hidupnya. “Barangkali Sesuatu Ditunda karena Hendak Disempurnakan, Dibatalkan karena Hendak Diganti Dengan yang Lebih Utama, Ditolak karena Dinanti yang Lebih Baik” (Ust. Salim A. Fillah) “Aku Tidak Sebaik yang Engkau Ucapkan, tetapi Aku Tidak Seburuk Apa yang Terlintas di Hatimu” (Ali Bin Abi Thalib) v SANWACANA Alhamdulillahirobbilalamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEK TERATOGENIK EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP JUMLAH FETUS, PANJANG EKSTREMITAS DEPAN DAN BELAKANG, SERTA MALFORMASI LAINNYA PADA FETUS MENCIT (Mus musculus L.)”. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ayah dan Ibunda tercinta dan tersayang Bapak Fajar Budiharto, S.H. dan Ibu Siti Azkiyah yang senantiasa menuntun, melindungi, dan selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa ada hambatan apapun berkat restu dan doa yang selalu mengiringi, 2. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik, dan selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA yang telah menjadi ibu kedua, senantiasa membimbing, memberikan ilmu, serta meluangkan waktu untuk selalu memberikan dukungan, perhatian, kritik dan saran yang selalu membangun mulai dari masa perkuliahan hingga kelulusan, vi vii 3. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa membimbing, memberikan arahan, kritik, dan saran yang membantu dan membangun selama penyusunan skripsi, 4. Ibu Prof. Dr. Ida Farida Rivai, selaku Dosen Pembahas yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan, serta ide dan nasihat yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi, 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Biologi FMIPA Unila yang bersedia memberikan ilmu dan pengalamannya yang berharga selama masa perkuliahan, 6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung, 7. Teman setim penelitian, Puty Orlando A. dan Etika Julita Sari yang selalu saling mendukung, saling membantu, saling bekerjasama dan saling mengingatkan dari sebelum penelitian hingga skripsi ini selesai, 8. Kesayangan Faisnaini Nurul Aisyah dan Faiqo Muhammad Aqil, serta sahabat spiritual sejak dulu hingga kini Mutiara Romana, S.T., Tia Nurainina S.Akun., Arika HP S.Akun., Aisyah Fatma A.Md.Keb., Christyne, dan Ruwaidah. 9. Sahabat bersama dari dulu Dwi Nurkinasih, serta Emilia Apriyanti, Imamah Muslimah, Agustina, dan Sayu Kadek Dwi Dani, 10. Try Larasati dan Amanda Amalia Putri yang selalu saling mendukung dan memberikan saran baik di dalam atau di luar kampus. 11. Sahabat kesayangan seluruh mahasiswa jurusan Biologi angkatan 2012 yang selalu memberikan kebersamaan dan keceriaan dari mulai perkuliahan. vii 12. Kakak-kakak dan adik-adik di Jurusan Biologi FMIPA Unila yang telah memberikan banyak pengalaman, pembelajaran, dukungan, kritik dan saran, 13. Teman-teman baru Pimpinan BEM FMIPA Unila Kabinet Dinamis&Kreatif yang telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran yang baru yang tidak dapat diperoleh di kursi perkuliahan, 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan penulis dukungan, berbagai kritik dan saran, 15. Serta almamater tercinta Universitas Lampung. Semoga Allah SWT selalu memberikan ilmu dan pahala-Nya yang berlimpah serta menjadikan kita orang-orang yang terus bersyukur hingga terus belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, 13 April 2016 Penulis, Faizatin Nadya Roza viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK ........................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. ii PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv MOTTO ............................................................................................................... v SANWACANA .................................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTARTABEL ................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. B. C. D. E. II. Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 4 Hipotesis .............................................................................................. 5 TINJAUANPUSTAKA ............................................................................. 6 A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) .................................................... 6 1. Biologi Rumput Teki ..................................................................... 6 2. Kandungan Rumput Teki .............................................................. 8 3. Manfaat Rumput Teki.................................................................... 9 B. Mencit (Mus musculus L.) .................................................................... 10 1. Biologi Mencit ............................................................................... 10 2. Sistem Reproduksi Mencit ............................................................ 12 3. Perkembangan Fetus ...................................................................... 13 vii C. Malformasi Anatomi ............................................................................ 16 D. Ekstremitas Depan dan Belakang ......................................................... 18 III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 20 A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 20 B. Alat dan Bahan .................................................................................... 20 C. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 21 1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji ............................................... 21 2. Pembuatan Ekstrak Rimpang Rumput Teki .................................. 21 3. Pemberian Perlakuan ..................................................................... 22 4. Laparaktomi .................................................................................. 23 5. Fiksasi dan Pengamatan Struktur Anatomi ................................... 24 6. Rancangan Percobaan .................................................................... 24 7. Analisis Data ................................................................................. 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 27 A. Hasil Pengamatan ................................................................................. 27 1. Jumlah Fetus Mencit ..................................................................... 27 2. EkstremitasDepan Fetus Mencit ................................................... 28 3. Ekstremitas Belakang Fetus Mencit .............................................. 29 4. Malformasi Lain Pada Fetus Mencit ............................................. 30 B. Pembahasan ......................................................................................... 32 1. Jumlah Fetus Mencit ..................................................................... 32 2. EkstremitasDepan Fetus Mencit ................................................... 33 3. Ekstremitas Belakang Fetus Mencit .............................................. 36 4. Malformasi LainPada Fetus Mencit .............................................. 37 V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 41 A. Kesimpulan ........................................................................................... 41 B. Saran ..................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43 LAMPIRAN ......................................................................................................... 47 viii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Jumlah fetus mencit dari induk yang diinduksi ekstrak rimpang rumput teki ........................................................................................... 27 2. Rata-rata panjang ekstremitasdepan fetus mencit ................................ 28 3. Rata-rata panjang ekstremitasbelakang fetus mencit ........................... 29 ix DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) ......................................................... 6 2. Rimpang Rumput Teki .............................................................................. 7 3. Mencit (Mus musculus L.) ........................................................................ 12 4. Morofologi Fetus Normal Mencit ............................................................. 16 5. Kerangka Mencit (Mus musculus L.) ........................................................ 19 6. Ekstremitas Depan dan Belakang Mencit (Mus musculus L.) .................. 19 7. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 26 8. Rata-rata panjang ekstremitas depan fetus mencit .................................... 28 9. Rata-rata panjang ekstremitas belakang fetus mencit ............................... 30 10. Perbandingan gambar fetus yang hidup dan mati ..................................... 24 11. Perbandingan kecacatan fetus ................................................................... 25 12. Persiapan Kandang dan Hewan Uji (Aklimatisasi)................................... 43 13. Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) .......... 43 14. Laparaktomi .............................................................................................. 44 15. Fetus yang telah dikeluarkan dari induk mencit ....................................... 44 16. Pengukuran Panjang Ekstremitas Depan dan Belakang Fetus Mencit Menggunakan Mikrometer Sekrup ........................................................... 45 17. Mikrometer Sekrup ................................................................................... 45 18. Seperangkat Alat Bedah ............................................................................ 46 19. Induk mencit hamil yang dibius menggunakan kloroform ....................... 46 x 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang banyak ditumbuhi tanaman sebagai sumber bahan obat. Masyarakat Indonesia sudah menggunakan sumber bahan obat dari alam sebagai obat tradisional dari nenek moyang secara turuntemurun. Pada saat ini pemakaian obat tradisional berkembang dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan seiring dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature). Tanaman obat akan memberikan hasil yang optimal bila dikonsumsi secukupnya untuk tujuan pengobatan (Agusta, 2001). Efek suatu bahan sangat erat kaitannya dengan senyawa kimia yang terkandung dalam bahan tersebut. Rumput teki merupakan herba menahun yang tumbuh liar dan merupakan tanaman yang dapat dilihat di berbagai tempat. Ciri khas dari tanaman ini adalah memiliki rimpang yang ternyata memiliki banyak manfaat. Rimpang rumput teki ini mengandung komponenkomponen kimia antara lain minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, polifenol, resin, amilum tanin, triterpen, d-glukosa, d-fruktosa dan gula tak mereduksi. Di antara senyawa - senyawa tersebut flavonoid mempunyai bermacammacam efek, yaitu efek anti tumor, immunostimulan, antioksidan, analgesik, 1 2 anti radang (antiinflamasi), antibakteri, antidiare, antihepatotoksik, dan antihiperglikemik (dePadua et al., 1993; Willaman, 1995 dalam Sumastuti dan Sonlimar, 2002). Kombinasi 6-9 gram rimpang rumput teki dapat meringankan gejala premenstrual syndrome. Rimpang rumput teki dapat digunakan sebagai obat untuk memperlancar menstruasi dan menghilangkan nyeri pada waktu haid (Ekasari, 2013). Adanya penggunaan rimpang rumput teki sebagai obat gangguan menstruasi ini memungkinkan adanya pengaruh terhadap siklus haid. Bila ditinjau dari zat-zat aktif yang terdapat pada tanaman tersebut, zatzat tersebut mendukung penggunaannya sebagai obat peluruh haid dan kontrasepsi. Menurut Kesumawati (2008), rimpang rumput teki dapat memperpendek waktu masa subur mencit yakni pada fase proestrus dan estrus. Kontrasepsi yang mempengaruhi proses reproduksi pada wanita diantaranya menghambat proses ovulasi terhadap siklus haid pada manusia dan siklus estrus pada mencit, menghambat proses fertilisasi sehingga proses kehamilan tidak terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) yang menunjukkan adanya malformasi (pembentukan abnormal) pada bagian-bagian tubuh embrio mencit. Pada periode organogenesis, ekstremitas depan merupakan organ luar yang pertama kali terbentuk dalam janin yang kemudian berbentuk tunas. Pada periode ini terjadi diferensiasi sel-sel untuk membentuk kelompok khusus yang mempunyai kesamaan fungsi yang disebut organ (Widiyani dan Sagi, 2001). 3 Oleh karena itu, berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai malformasi embrio pada mencit mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak rimpang rumput teki terhadap jumlah fetus yang dikandung oleh induk serta panjang ekstremitas depan dan belakang fetus mencit. Pengamatan terhadap ekstremitas belakang dilakukan sebagai perbandingan terhadap ekstremitas depan. Selain itu, pengamatan terhadap malformasi fetus mencit juga dilakukan untuk melihat apakah ekstrak rimpang rumput teki mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan fetus mencit. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teratogenik dari ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap jumlah fetus, panjang ekstremitas depan dan belakang, serta malformasi (kecacatan) dari fetus mencit (Mus musculus L.) secara anatomi. C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai efek pemberian rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) terhadap jumlah fetus, panjang ekstremitas depan dan belakang, serta malformasi fetus mencit (Mus musculus L.). 4 D. Kerangka Pemikiran Obat tradisional yang berasal dari tanaman banyak tersedia di lingkungan sekitar. Dalam obat tradisional tersebut, terkandung bahan-bahan senyawa kimia yang belum diketahui pasti fungsi dan peranannya sehingga dapat menjadi peluang menyebabkan efek yang diinginkan oleh pemakainya. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah rumput teki (Cyperus rotundus L.). Tanaman tersebut merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai obat gangguan menstruasi yang memberikan pengaruh terhadap siklus haid. Bila ditinjau dari zat-zat aktif yang terdapat pada tanaman tersebut, bila digunakan sebagai obat peluruh haid dan kontrasepsi secara langsung dapat mempengaruhi proses hormonal sehingga dapat memberikan efek samping apabila dikonsumsi oleh wanita hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) yang menunjukkan adanya malformasi (pembentukan abnormal) pada bagianbagian tubuh embrio mencit, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah fetus yang dikandung induk dan pertumbuhan kerangka fetus mencit setelah induk diberikan ekstrak rimpang rumput teki pada periode organogenesis dengan panjang ekstremitas depan dan belakang sebagai indikatornya. Pada periode organogenesis, embrio sangat sensitif terhadap masuknya suatu zat ke dalam tubuhnya sehingga dilakukan pengamatan lebih lanjut apakah fetus yang dikandung masih mengalami malformasi. 5 E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) pada mencit (Mus musculus L.) betina yang hamil : 1. Mengurangi jumlah fetus yang dikandung dalam mencit betina, 2. Menghambat pertumbuhan panjang ekstremitas depan dan belakang fetus 3. Menyebabkan kecacatan visual (malformasi) pada fetus. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) 1. Biologi Rumput Teki Tanaman di alam menduduki peranan terpenting dalam kehidupan hewan maupun manusia. Hampir semua tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satunya rumput teki (Cyperus rotundus L.). Tanaman ini biasanya tumbuh secara liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan atau lahan pertanian dan tumbuh sebagai gulma (Dalimartha, 2009). Gambar 1. Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) (Tjitrosoepomo, 2007) 6 7 Rumput teki mempunyai batang berbentuk segitiga yang hidup sepanjang tahun di ketinggian 10 – 75 cm. Bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas helaian benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu payung. Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4 – 10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi rimpang berwarna coklat atau hitam dalamnya berwarna putih kemerahan. Rimpangnya berumpun dan bentuknya bulat telur sebesar kacang tanah sampai beberapa cm. Rasanya sepat kepahitpahitan dan baunya wangi (Tjitrosoepomo, 2007). Gambar 2. Rimpang Rumput Teki (Tjitrosoepomo, 2007) Rimpang utuh berbentuk jorong/bulat panjang sampai bulat telur memanjang, bagian pangkal dan ujungnya meruncing, sangat keras, sukar patah. Panjang satu cmsampai 5,5 cm, garis tengah 7mm sampai 1,5 cm. Warna coklat muda sampai coklat kehitaman, kadang-kadang berbintik putih, permukaan beruas-ruas, jarak antara tiap ruas sampai kurang lebih 4mm. Pada permukaan rimpang terdapat tunas-tunas, pangkal akar, sisasisa pelepah dan serabut berasal dari sisa pelepah daun yang telah koyak. 8 Sisa pelepah daun berupa lembaran-lembaran tipis berbentuk tidak beraturan berwarna coklat muda, coklat sampai kehitaman, terdapat terutama pada pertengahan sampai bagian ujung rimpang. Klasifikasi ilmiah dari rumput teki (Sugati, Syamsuhidayat, dan Johnny. 1991): Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Cyperales Suku : Cyperaceae Marga : Cyperus Jenis : Cyperus rotundus L. 2. Kandungan Rumput Teki Menurut Hariana (2007), salah satu bagian rumput teki yang bisa digunakan adalah rimpangnya. Sifat kimiawi dan efek farmakologis rumput teki adalah rasa pedas, sedikit pahit, dan manis. Studi fitokimia pada rimpang rumput teki mengungkapkan bahwa tanaman ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida dan furochromones, saponin dan seskuiterpenoid (Lawal, 2009). Seperti tanaman lainnya, rimpang rumput teki memiliki banyak kandungan kimia yang dapat menunjukkan aktivitas farmakologi, namun komponen aktif utamanya merupakan seskuiterpen. Ini adalah molekul aromatik. Di 9 antara seskuiterpen utama yang diidentifikasi dalam rimpang rumput teki sejauh ini adalah: a-cyperone, ß-selinene, cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone dan isokobusone. Selain itu, rimpang rumput teki juga mengandung terpen lainnya, seperti pinene (monoterpene), dan beberapa turunan sesquiterpen lainnya seperti cyperol, isocyperol, dan cyperone (Subhuti, 2005). Rimpang rumput teki mengandung alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%, flavonoid 1-3% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya (Lawal, 2009). 3. Manfaat Rumput Teki Rumput teki merupakan tanaman serbaguna, banyak digunakan dalam pengobatan tradisional di seluruh dunia untuk mengobati kejang perut, luka, bisul dan lecet. Sejumlah aktivitas farmakologi dan biologi termasuk anti-Candida, antiinflamasi, antidiabetes, antidiarrhoeal, sitoprotektif, antimutagenik, antimikroba, antibakteri, antioksidan, sitotoksik dan apoptosis, kegiatan analgesik, anti-piretik telah dilaporkan untuk tanaman ini (Lawal, 2009) dan pengurang rasa nyeri pada mencit. Kegunaan rimpang rumput teki lainnya adalah sebagai obat mempercepat pematangan bisul, obat cacing, pelembut kulit, peluruh dahak (ekspektoran), peluruh haid (emenagok), peluruh buang angin (karminatif), penambah nafsu makan, penghenti pendarahan (hemostatik) dan penurun tekanan darah (Puspitasari, 2003). 10 Rumput teki merupakan obat penting untuk gangguan kesehatan pada wanita, untuk menstabilkan siklus hormonal, haid tidak teratur, sakit waktu haid, sebagai air pencuci anti keringat, radang kuku, nyeri lambung, busung, kencing batu, luka terpukul, mual, dan muntah. Selain itu, rumput teki juga digunakan untuk obat sakit dada, gangguan fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare, bengkak akibat retensi cairan, keputihan, dan sariawan serta untuk meningkatkan daya ingat (Achyad dan Rasyidah, 2000). Masyarakat Indian menggunakan rimpang segar sebagai perangsang ASI, sementara di Vietnam dipakai untuk menghentikan perdarahan rahim. Rimpang yang diramu bersama daun Centella asiatica (pegagan) dan rimpang Imperata cylindrical (alang-alang) digunakan sebagai diuretikum kuat (untuk melancarkan buang air kecil). Tepung rimpang sering digunakan oleh masyarakat Tripoli sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas menyegarkan. Rimpang yang telah direbus mempunyai rasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping (Sudarsono dkk, 1996). B. Mencit (Mus musculus L.) 1. Biologi Mencit Mencit merupakan salah satu hewan percobaan yang sering digunakan dalam penelitian. Tujuan penggunaan hewan percobaan adalah untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dan serta penelitian laboratorium. Hewan percobaan harus mempunyai persyaratan 11 tertentu antara lain persyaratan genetis dan lingkungan yang memadai. Mencit termasuk hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, dan variasi genetiknya cukup besar. Mencit merupakan hewan percobaan yang efisien karena mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu kehamilan yang singkat, dan banyak memiliki anak per kelahiran. Mencit dan tikus putih memiliki banyak data toksikologi, sehingga mempermudah membandingkan toksisitas zat-zat kimia (Lu (1995) dalam Somala, 2006). Sistem taksonomi mencit menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Bangsa : Rodentia Marga : Mus Jenis : Mus musculus L. Mencit hidup di berbagai daerah mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam kandang atau hidup bebas sebagai hewan liar. Rambut mencit liar berwarna abu-abu dan warna perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen (Mangkoewidjojo dan Smith, 1988). 12 Gambar 3. Mencit (Mus musculus L.) (Garcia dkk., 2009) Menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) mencit mempunyai lama hidup 1-2 tahun, lama produksi ekonomis 9 bulan, lama bunting 19-21 hari, dan umur sapih 21 hari. Umur dewasa mencit 35 hari dan umur dikawinkan 8 minggu. Berat dewasa mencit rata-rata 18-35 g dan berat lahir 0,5-1.0 g. Suhu rektal mencit 35-39OC, pernapasan 140-180 kali/menit, dan denyut jantung 600-650 kali (Somala, 2006). 2. Sistem Reproduksi Mencit Sistem reproduksi pada mencit betina terdiri atas: kelenjar betina (ovarium), saluran reproduksi dan kelenjar assesori pada umur 10-12 minggu, mencit jantan maupun betina sudah mencapai kematangan seksual. Periode aktivitas reproduksi berlangsung sejak umur dewasa seksual yang mencapai sampai mencit berumur 14 bulan dan biasa lebih lama lagi pada mencit jantan. Seperti pada mamalia betina pada umumnya , mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama fase estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-kadang kopulasi dapat terjadi 13 pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi sampai 8 jam setelah ovulasi (Prawirohardjo, 2008). Fase estrus mencit dapat ditentukan dengan melihat ciri alat kelamin luarnya yaitu vulva yang membengkak dan berwarna kemerahan. Untuk lebih meyakinkan, fase estrus dapat diketahui dengan membuat apusan vagina. Banyaknya sel-sel epitel menanduk pada apusan vagina menunjukkan bahwa mencit berada pada fase estrus. Biasanya fase estrus mencit dimulai pada tengah malam dan kopulasi alami terjadi sekitar pukul 02.00 menjelang pagi. Sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada waktu kopulasi akan mencapai oviduk dalam beberapa menit. Mobilitas dan viabilitas sperma dipertahankan selama 8 jam setelah ovulasi (Prawirohardjo, 2008). Keberhasilan perkawinan mencit ditandai dengan adanya sumbat vagina merupakan hari kehamilan ke-0. Zigot akan mengalami perkembangan menjadi embrio. Segala kebutuhan embrio diperoleh melalui induk melalui organ ekstra embrio yaitu plasenta. Pembentukan plasenta dimulai dari kehamilan ke-8,5 (Cunningham, 2006). 3. Perkembangan Fetus Mencit Masa embriogenik atau masa organogenesis adalah masa mudigah yang berlangsung dari perkembangan minggu ketiga hingga minggu kedelapan dan merupakan masa terbentuknya jaringan dan sistem organ yang spesifik dari masing-masing lapisan mudigah (Sadler, 2000). Masing-masing dari 14 ketiga lapisan mudigah yaitu lapisan mudigah ektoderm, endoderm, dan mesoderm akan membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik (Cunningham, 2006). Sedangkan fetus adalah makhluk yang sedang berkembang yang bentuk morfologinya menyerupai bentuk dewasa. Tahap perkembangan embrio secara sistematik meliputi tahap progenesis, embriogenesis, dan organogenesis (Roux, 2011). Tahap progenesis diawali dengan terjadinya proses gametogenesis yaitu dengan terbentuknya empat sperma pada jantan dan satu ovum pada betina. Gametogenesis terjadi pada individu dewasa yang kemudian dilanjutkan dengan adanya fertilisasi membentuk zigot. Pada masa ini, fetus yang terbentuk cenderung tidak memiliki respon teratogenik (Roux, 2011). Tahap embriogenesis merupakan tahap yang diawali dengan proses pembelahan atau proliferasi yaitu pertambahan jumlah sel setelah terjadi pembuahan. Zigot berproliferasi dengan cara membelah diri secara mitosis sehingga menjadi blastomer, morula, blastula dan gastrula. Pembelahan ini disebut blastogenesis (Roux, 2011). Pembelahan sel yang pertama pada tikus maupun mencit terjadi 24 jam (1 hari) setelah pembuahan. Pembelahan terjadi secara cepat di dalam oviduk dan berulang-ulang. Menjelang hari ke 2 setelah pembuahan fetus sudah berbentuk morula 16 sel Bersamaan dengan pembelahan, fetus bergulir menuju uterus. 15 Menjelang hari ke 3 kebuntingan fetus telah masuk ke dalam uterus, tetapi masih berkelompok-kelompok. Pada akhirnya fetus akan menyebar di sepanjang kandungan dengan jarak yang memadai untuk implantansi dengan ruang yang cukup selama masa pertumbuhan (Hanson, 2012). Pada akhir tahap pembelahan akan terbentuk blastula. Blastula akan membentuk massa sel sebelah dalam dan tropoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. Massa sel akan berkembang menjadi hipoblas dan epiblas, dimana epiblas akan berkembang menjadi fetus sedangkan hipoblas akan berkembang menjadi selaput ekstra fetus. Blastomer akan terimplantansi pada hari ke-4 kebuntingan dan berakhir pada hari ke-6 kebuntingan. Kemudian diikuti dengan proses gastrulasi, yakni adanya perpindahan sel dan differensiasi untuk membentuk lapisan ectoderm,endoderm dan mesoderm (Roux, 2011). Selanjutnya pada kebuntingan hari ke-6 sampai hari ke-11 terjadi tahap organogenesis di mana terjadi proses pembentukan organ dari lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm. Lapisan ektoderm akan membentuk susunan saraf, lapisan epidermis kulit, bagian mulut dan anus. Lapisan mesoderm akan membentuk otot, pembuluh darah, dan jaringan pengikat. Lapisan endoderm membentuk lapisan saluran pencernaan dan berbagai organ pencernaan seperti hati dan pankreas. Fetus pada masa ini cenderung memiliki respon teratogenik (Jelodar dan Rodashtian, 2009). 16 Gambar 4. Morofologi Fetus Normal Mencit (Iriani, 2009). C. Malformasi Anatomi Malformasi kongenital, anomali kongenital, dan cacat lahir adalah istilah yang sama maknanya yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktural, perilaku, faal, dan kelainan metabolik yang terdapat pada waktu lahir (Jelodar dan Rodashtian, 2009). Kejadian anomali ditandai dengan penyimpangan dari standar normal, terutama sebagai akibat dari defek kongenital (Dorland, 2010). Perkembangan fetus tidak selalu terbentuk sempurna kadang terjadi penyimpangan atau kelainan. Kelainan yang dibawa sejak lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik, atau karena faktor nirgenetis atau faktor lingkungan bisa berupa faktor internal dan eksternal. Teratogen karena faktor lingkungan berasal dari induksi ion Hg, Pb, Virus teratogenik juga karena pengaruh radiasi, ketidakseimbangan hormon, trauma fisik, kondisi stress (Jelodar dan Rodashtian, 2009). 17 Ditinjau dari bentuk morfologiknya, maka kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformasi ataupun bentuk malformasi. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformasi, secara anatomik susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformasi, susunan anatomik maupun bentuknya akan berubah (Prawirohardjo, 2007). Malformasi ini dapat timbul akibat dari proses perkembangan abnormal secara intrinsik (Dorland, 2010). Sebab pasti malformasi sudah diketahui pada sebagian kasus. Faktor lingkungan salah satu penyebab terjadinya malformasi. Timbulnya malformasi dari faktor lingkungan dan sifatnya berkaitan dengan waktu periode terjadinya paparan intrauterin dan perbedaan penerimaannya pada berbagai sistem organ. Menurut Robbins (2009), faktor – faktor tersebut diantaranya : 1. Virus Adanya infeksi dari virus rubella yang menginfeksi sebelum usia kehamilan 16 minggu dapat menyebabkan defek pada jantung. Infeksi dari sitomegalovirus yang menyebabkan resiko tertinggi terjadinya malformasi. 2. Obat dan zat kimia Agen teratogenik ini adalah talidomid, antagonis folat, hormon androgen, etanol, antikonvulsan, dan asam 13-cis-retinoat. 3. Radiasi Pajanan dosis tinggi selama organogenesis menyebabkan malformasi, meliputi mikrosefali, kebutaan, defek tengkorak, dan spina bifida. 18 Patogenesis berbagai malformasi kongenital adalah kompleks dan belum dipahami dengan baik. Namun waktu terjadinya proses teratogenik pranatal mempunyai dampak yang penting pada kejadian dan jenis malformasi yang dihasilkan. Teratogen dan defek genetik dapat bekerja pada beberapa tahap, baik pada tahap proliferasi sel, migrasi sel, diferensiasi, maupun pada organ yang sudah terbentuk dan terdiferensiasi (Robbins, 2009). D. Ekstremitas Depan dan Belakang Ekstremitas depan dan belakang pada mencit hampir mirip dengan manusia yang terbagi atas regio brachii, regio antebrachii, dan regio manus. Regio brachii pada ekstremitas depan terdiri dari os (tulang) humerus yang menghubungkan os scapula dengan os radius dan os ulna. Pada ekstremitas belakang, region brachii terdiri dari os femur yang menghubungkan antara os tibia dan os fibula (Cook, 2012). Regio antebrachii terdiri atas os radius dan os ulna di mana di bagian medial yaitu os ulna dan di bagian lateral os radius pada ekstremitas depan sedangkan pada ekstremitas belakang terdiri dari os tibia dan os fibula di mana di bagian medial yaitu os fibula dan di bagian lateral os tibia. Antara regio brachii dan regio antebrachii terdapat articulatio cubiti (Cook, 2012). Pada regio manus terdiri dari beberapa kumpulan tulang yaitu osses carpal, osses metacarpal, dan osses phalanges pada ekstremitas depan sedangkan kumpulan tulang pada ekstremitas belakang terdiri dari osses tarsus, osses metatarsus, dan osses phalanges (Cook, 2012). 19 Gambar 5. Kerangka Mencit (Mus musculus L.) (Amsel, 2012) Gambar 6. Ekstremitas Depan dan Belakang Mencit (Mus musculus L.) (Cook, 2012) 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia FMIPA Unila untuk pembuatan eksrtak rimpang teki dan Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi FMIPA Unila untuk tempat pemberian perlakuan pada mencit dan pengamatan. Penelitian ini dilakukan pada 23 Desember 2015 hingga 22 Januari 2016. B. Alat dan Bahan 1. Alat-alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit yang berukuran 50x30 cm, tempat makan dan minum mencit sebanyak 20 unit yang akan terbagi dalam 4 kelompok, seperangkat alat bedah, sondae lambung, kertas label, kertas millimeter blok, jangka sorong, mikrometer sekrup, pena dan buku catatan. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor mencit betina dan jantan yang berumur 3-4 bulan dengan berat sekitar 40 gram, alkohol 20 21 96%, kapas, kloroform, makanan mencit, aquabidest, aquadest, air dan ekstrak rimpang rumput teki. C. Pelaksaan Penelitian 1. Persiapan Kandang dan Hewan Uji Sebelum melaksanakan penelitian, disiapkan terlebih dahulu kandang yang berukuran 50 x 30 cm dari bahan kawat berukuran 15x15 mm sebanyak 20 unit dan hewan uji yakni mencit jantan dan betina yang berumur 10 minggu dengan kondisi fertil, dan berat sekitar 40 gram. Hewan uji diperoleh dari Balai Veteriner Lampung. Hewan uji kemudian diaklimatisasi selama 10 hari dalam kondisi laboratorium dengan tujuan penyesuaian lingkungan dan membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Di dalam kandang yang telah disiapkan, ditempatkan satu ekor mencit jantan dan satu ekor mencit betina serta diberi makan dan air minum secukupnya setiap hari. 2. Pembuatan Ekstrak Rimpang Rumput Teki Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari rimpang rumput teki yang diperoleh di sekitar Bandar Lampung dan Lampung Selatan. Tahap pembuatan ekstrak rimpang rumput teki ini yakni rimpang rumput teki dibersihkan dan dijemur hingga kering; lalu digiling hingga menjadi serbuk. Serbuk tersebut dibuat ekstrak dengan pelarut ethanol dengan cara 22 soklet. Ekstrak dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 35 oC dan kecepatan 60 rpm selama 1 jam (Busman, 2013). 3. Pemberian Perlakuan Dua puluh ekor mencit betina yang hamil dibagi dalam empat kelompok yakni satu kelompok sebagai kontrol dan tiga kelompok lainnya adalah kelompok yang diberi perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit sebagai pengulangan. Pemberian ekstrak rimpang rumput teki pada penelitian ini dilakukan secara oral untuk mempermudah masuknya ekstrak ke dalam tubuh mencit melalui saluran pencernaan sehingga ekstrak cepat masuk ke dalam embrio melalui tali plasenta. Persen pemberian ekstrak yang digunakan adalah 1%. Ekstrak diberikan dengan menggunakan sondae lambung ke setiap mencit betina yang hamil. Karena hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit yang memiliki berat sekitar 40 gram, rumus perhitungan dosis penggunaan ekstrak rumput teki untuk mencit adalah sebagai berikut: Volume Pemberian: Berat x Persen Pemberian = 40 gram x 1% = 40 gram x (1 ml/100 gram) = 0,4 ml 23 Pada penelitian Sa’roni dan Wahyoedi (2002), tikus putih (Rattus sp.) yang beratnya 100 gram diberi perlakuan secara oral sehari 1 kali selama 12 hari dengan menggunakan dosis 112,5 mg/100 grBB dalam 1ml aquadest. Setelah dikonversikan ke dosis mencit yang memiliki berat 40 gram, dosis yang diberikan setiap pergram berat badan mencit yaitu: Berat teki Berat hewan x 112,5 mg x 100 g 40 g = 45 mg Melalui perhitungan di atas, maka kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kelompok kontrol, diperlakukan dengan diberi 0,4 ml aquabides (A) 2. Kelompok dosis 45 mg/40 grBB dalam 0,4 ml aquabides (B) 3. Kelompok dosis 90 mg/40 grBB dalam 0,4 ml aquabides (C) 4. Kelompok dosis 135 mg/40 grBB dalam 0,4 ml aquabides (D) 4. Laparaktomi Pada hari ke-18 kehamilan, semua mencit betina yang hamil dimasukkan ke dalam desikator untuk dibius menggunakan kloroform. Laparaktomi dilakukan untuk mengeluarkan fetus dengan cara membedah pada bagian abdomen ke arah atas sampai terlihat uterus yang berisi fetus. Fetus kemudian dikeluarkan dengan memotong uterus dan plasenta untuk selanjutnya diamati. Fetus dari masing-masing mencit dikeringkan dengan tissue dan dihitung jumlah yang hidup dan mati, serta diamati ada atau 24 tidaknya kelainan secara visual (malformasi) (Wilson dan Warkany, 1975 dalam Setyawati, 2009). 5. Fiksasi dan Pengamatan Struktur Anatomi Setelah diamati ada atau tidaknya malformasi pada fetus mencit, pengamatan struktur anatomi selanjutnya pada penelitian ini adalah dengan melihat dan mengukur panjang penulangan ekstremitas depan dan belakang fetus. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter blok dan alat ukur berupa mikrometer sekrup untuk mempertajam ketelitian ukuran panjang. 6. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 4 perlakuan dan setiap perlakuan memiliki ulangan sebanyak 5 kali. Menurut Federer (1977), rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental dengan rancangan acak lengkap adalah : t(n-1) ≥15 Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah sampel yang diperlukan tiap kelompok. Dalam penelitian ini akan digunakan 4 kelompok perlakuan dimana satu kelompok merupakan kelompok kontrol dan 3 kelompok lainnya adalah kelompok yang 25 diberikan ektrsrak rimpang rumput teki sehingga jumlah ulangan atau jumlah sampel yang diperlukan menjadi: 4(n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75 Nilai 4,75 tersebut dibulatkan menjadi 5 sehingga setiap kelompok percobaan masing-masing memiliki 5 ulangan. Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan adalah 5 ekor betina dan 5 ekor jantan dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 4 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit betina dan 20 ekor mencit jantan. Susunan rancangan percobaan penelitian ini adalah sebagai berikut. K1U1 P2U1 P3U1 P3U4 P4U2 K2U2 P2U2 P3U2 P4U3 P3U5 K3U3 P2U3 P4U5 P4U4 K5U5 K4U4 P4U1 P2U5 P3U3 P2U4 Keterangan : P = Perlakuan yang digunakan (P2; P3; P4) K = Kontrol (K1) U = Ulangan (U1,U2,U3,U4,U5). 26 7. Analisis Data Data yang diperoleh terdiri dari panjang ekstremitas depan dan yang dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANOVA (analysis of variant) dan diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf uji 5% apabila terdapat perbedaan yang signifikan. Untuk data berupa jumlah fetus dan malformasi yang ditemukan dianalisis secara deskriptif. Gambar 7. Diagram Alir Penelitian 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) : 1. Tidak mengurangi jumlah fetus yang dikandung namun menyebabkan kematian pada beberapa fetus yang dilahirkan oleh induk mencit (Mus musculus L.). 2. Tidak menghambat pertumbuhan panjang ekstremitas depan fetus mencit namun menyebabkan perbedaan ukuran panjang antara kanan dan kirinya. 3. Menghambat pertumbuhan panjang ekstremitas belakang fetus mencit (Mus musculus L.) ditandai dengan adanya perbedaan nyata yang signifikan terhadap kontrol dan perbedaan ukuran panjang antara yang kanan dengan yang kiri. 4. Menyebabkan adanya malformasi pada fetus dan salah satu induk mencit mati akibat pemberian ekstrak. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini yaitu : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa – senyawa pada ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) yang sekiranya 42 berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan fetus mencit (Mus musculus L.). 2. Perlu dikaji ulang mengenai dosis pemberian ekstrak rimpang rumput teki sehingga dapat menentukan dosis yang sangat berpengaruh terhadap terhadap pertumbuhan dan perkembangan fetus mencit (Mus musculus L.). 43 DAFTAR PUSTAKA Achyad, D.E., dan Rasyidah, R. 2000. Teki Cyperus rotundus L. PT. Asimaya. Indonesia. Jakarta. Agusta, A. 2001. Awas! Bahaya Tumbuhan Obat. [internet]. (diunduh pada 19 Maret 2016). Tersedia pada : http://www.indomedia.com/. Amsel, S. 2012. Movie Worksheets, What Owls Eat -- The Bones of a Mouse. Exploring Nature Educational Resource. [internet]. (diunduh 17 Oktober 2015). Tersedia pada. http://visual. merriamwebster.com/images/animal kingdom/rodents-lagomorphs/ rodent/skeleton-rat.jpg. Arifin, H., V. Delvita,, dan A. Almahdy. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 12 (1). 32-40. Busman, H. 2013. Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Masa Subur Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Busman, H., dan Muhartono. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki pada Endometrium Mencit. JuKe Unila. 3(2). 13-16. Connel, D.W., dan G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti K, Penerjemah. Penerbit University Indonesia. Jakarta. Terjemahan dari Chemistry and Toxicology of Pollution. Cook, M. J. 2012. The Anatomy of the Laboratory Mouse. [internet]. (diunduh 17 Oktober 2015). Tersedia pada. http://www.informatics. jax.org/ cookbook/imageindex.shtml. Cunningham, F. G. 2006. Obstetri Williams Volume I. EGC. Jakarta. Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya. Jakarta. Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29 : Malformasi, Anomali. EGC.Jakarta 44 Dorland. 2010. Kamus Kedokteran : Anomali Ed.31. EGC. Jakarta. Ekasari, W. 2013. Sistem Informasi Tanaman Obat: Rumput Teki (Cyperus rotundus L.). Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya Garcia, R.N., A.E.G. Alvarez, and C.E. Dias. 2009. Bond strength of contemporary restorative systems to enamel and dentin. RSBO. Ham, A.W. and D.H. Cormack. 1979. Histology. 8 th ed. J.B. Lippincott Company, Philadelphia. Hariana, A. H. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta. Iriani, S. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto. Skripsi FMIPA. Universitas Udayana Jelodar, G., Rodashtian, M. 2009. Effect of Radiation Laekage of Microwave Oven on Pregnant Mice. J Babol Univ Med Sci : 11 (3). Kesumawati, L. 2008. Struktur Histologi Ulas Vagina Masa Subur Dan Waktu Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L.) Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki (Cyperus rotundus L.). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. (tidak dipublikasikan) Lawal , O. A. dan Adebola, O. 2009. Chemical Composition Of The Essential Oils Of Cyperus Rotundus L. From South Africa. Journal Molecules 2009, 14, hal 2909-2917. Mangkoewidjojo dan Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta Pasaribu, L. 2008. Malformasi bagian-bagian tubuh embrio mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. (tidak dipublikasikan) Prawirohardjo, S. 2007. Obat Pada Perempuan Hamil dan Janinnya pp.67-80 dan Plasenta dan Cairan Amnion pp.148-156 : Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka. Jakarta. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta Price, S.A., and L.M. Wilson. 1984. Patofisiologi, CV EGC, Jakarta, hal.468. Puspitasari, H. dan T.Widiyani. 2003. Aktifitas Analgetik Ekstrak Umbi Teki (Cyperus rotundus L.) pada Mencit Putih (Mus Musculus L.) Jantan. Jurnal biofarmasi. 1(2). 50-57. 45 Ritter, E.J. 1977. Altered biosynthesys In: Wilson, J.G. and F.C. Fraser (eds.) Hand Book of Teratology. Vol.2. New York:Plenum Press. Robbins, S. 2009. Dasar Patologis Penyakit Ed.7. EGC. Jakarta. Robinson, T. 1995. The Basic of Higher Plants. 6th Edition. Terjemahan. Roux, D. 2011. A High-Resolution Anatomical Atlas of the Transcriptome in the Mouse Embryo. J PLOS Bio: 9(1). Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Malformasi Kongenital. EGC. Jakarta. pp. 122-124. Sadler, T.W. 2000.Embriologi Kedokteran Langman Ed. 7 : Masa Embriogenik. EGC. Jakarta. pp. 67-89. Santoso, H.B. 2004. Kelainan Struktur Anatomi Skeleton Fetus Mencit Akibat Kafein. Jurnal Bioscientiae. 1 (2):23-30. Santoso, H.B. 2006. Pengaruh Kafein terhadap Penampilan Reproduksi dan Perkembangan Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus L). Jurnal Biologi. X: 39-48. Sa‘roni dan Wahyoedi. 2002. Pengaruh Infuse Rimpang Cyperus rotundus L. Terhadap Siklus Estrus dan Bobot Uterus Pada Tikus Putih. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Jakarta. Hlm 45-47. Sawynok, J. & Yaksh, T.L. 1993. Caffeine as an analgesic adjuvant : A review of pharmacology & mechanism of action. Pharmacological Reviews 45 1: 4546. Setyawati, I. 2009. Morfologi Fetus Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Jurnal Biologi. XIII (2) : 41-44 Somala, L. 2006. Sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Subowo. 1992. Histologi Umum. PAU Ilmu Hayati ITB - Bumi Aksara, Jakarta. Subhuti, D. 2005. CYPERUS Primary Qi Regulating Herb Of Chinese Medicine. Institute for Traditional Medicine, Portland, Oregon. 46 Sudarsono, Pujirianto, Gunawan, Wahyono, Donatus, Drajad, Wibowo dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan. Pusat Penelitian Obat Tradisional (PPOT UGM). Yogyakarta. Sugati, S., Syamsuhidayat, Johnny. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Litbangkes Depkes R.I. Jakarta. Sumastuti, R. 2004. Pengaruh Infus Daun dan Buah Makuta Dewa Pada Rahim Marmot. Medika 30(1). 16-23. Suntoro, S.H. 1983. Metode pewarnaan (Histologi & Histokimia). Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung. Villoe C. A., Walker W. F. Jr., Barnes R. D. 1984. Zoologi umum. Erlangga. Jakarta. Widiyani, T. dan M. Sagi. 2001. Pengaruh Aflatoksin B1 Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio dan Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus). Tecnosains 24 (3):409-427. Wilson, J.G. and J. Warkany. 1975. Teratology Principles and Techniques. University of Chicago Press. Chicago IL. Young, V. S. L. 2001. “Teratogenicity and Drugs in Breast Milk”. In: Koda Kimble, Anne, M.; and Bing, M. 2001. Applied Therapeutics: the Clinical Use of Drugs. Lippincott Williams and Wilkins.