1 PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pepaya di Indonesia selama dekade terakhir mulai tahun 20002010 berfluktuasi dengan produksi nasional tertinggi tahun 2004 yaitu 732,611 ton. Produktivitas pepaya Indonesia tahun 2010 mencapai sebesar 732.60 Kw.ha1 . Menurut data FAO (2010), Indonesia adalah produsen pepaya terbesar ke empat di dunia setelah India, Brazil, Nigeria, namun nilai ekspor dan konsumsi pepaya Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara produsen lainnya. Tingginya produksi pepaya nasional belum diikuti dengan kualitas yang baik sehinga belum dapat memenuhi persyaratan dan selera konsumen di dalam dan luar negeri. Perakitan varietas unggul baru pepaya dengan kualitas buah yang baik, sangat diperlukan untuk mendukung komersialisasi pengembangan pepaya. Preferensi konsumen terhadap ukuran buah terbagi tiga kelompok ukuran buah yaitu buah pepaya ukuran kecil (0.6-1.0 kg), ukuran sedang (1.0-1.5 kg) dan ukuran buah besar dengan bobot di atas 1.5 kg. Konsumen juga menghendaki buah dengan rasa daging buah manis (TSS >13obrix), warna daging merah dan tebal, kandungan vitamin A dan C tinggi, tekstur keras sehingga daya simpan lebih dari 7 hari setelah panen. Selain kualitas buah, tipe ideal pepaya juga harus berumur genjah ), tidak melalui lag phase (skip), persentase tanaman berbunga hermaprodit tinggi dan produktivitas lebih dari 70 ton.Ha-1 (Firdaus dan Wagiono (2009); Sunyoto et al. ( 2009)). Pemilihan metode pemuliaan sangat menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemulian tanaman. Metode pemuliaan yang tepat pada tanaman pepaya, dapat ditentukan berdasarkan informasi mengenai keragaman genetik, heritabilitas, daya gabung, serta hubungan antar karakter dan pengaruh dari karakter-karakter yang diduga erat hubungannya dengan hasil (Hallauer dan Miranda 1988). Pepaya merupakan tanaman menyerbuk silang yang memiliki bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna (Nakasone & Paull 1998). Perakitan varietas unggul pepaya dengan memanfaatkan fenomena heterosis dan hibrid vigor merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan pepaya berkualitas buah dan memiliki hasil tinggi. Genotipe unggul berupa varietas hibrida F1 diperoleh melalui persilangan genotipe terpilih. Heterosis pada hibrida F1 dalam beberapa kasus telah meningkatkan vigor tanaman dan hasil (Marin et al. 2006; Chan 2001). Upaya perbaikan varietas pepaya dengan memanfaatkan hibrid vigor telah dilakukan di beberapa negara antara lain Thailand, India, Malaysia dan Brazil (Mansha et al. 1999; Pereira 2009). Informasi tentang daya gabung sangat diperlukan untuk mengidentifikasi tetua berpotensi yang menghasilkan hibrida unggul (Iriany et al. 2011). Tantangan yang dihadapi saat ini adalah belum adanya informasi tentang kombinasi persilangan antar genotipe yang dapat meningkatkan potensi hasil dan kualitas pada pepaya. Daya gabung sangat diperlukan untuk mengidentifikasi kombinasi genotipe yang akan menghasilkan keturunan dengan potensi kualitas dan hasil tinggi. 2 Daya gabung umum (DGU) digunakan untuk merancang penampilan ratarata suatu galur dalam kombinasi hibrida, sedangkan daya gabung khusus (DGK) digunakan untuk merancang penampilan suatu galur dalam kombinasi tertentu. Kombinasi penampilan bisa lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan berdasarkan penampilan rata-rata galur yang terlibat (Sprague and Tatum 1942; Griffing 1956; Hayman 1954). Selain informasi daya gabung umum dan daya gabung khusus, untuk mempercepat tercapainya tujuan dari program pemuliaan perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe terpilih secara efektif dan efisien. Kegiatan seleksi dalam pemuliaan tanaman dapat dilakukan secara langsung dan tak langsung pada karakter yang dituju. Percepatan proses seleksi terhadap karakter hasil dapat dilakukan melalui karakter yang berkorelasi nyata terhadap hasil. Informasi keterkaitan antar dua karakter atau lebih perlu diketahui karena bermanfaat dalam pelaksanaan seleksi tidak langsung terhadap suatu karakter. Apabila karakter tersebut lebih mudah dan cepat diamati maka seleksi akan lebih terarah dan efisien. Tujuan Penelitian Tujuan 1. Memperoleh informasi daya gabung umum, daya gabung khusus dan heterosis pada populasi setengah dialel pepaya. 2. Memperoleh informasi heritabilitas dan tipe aksi gen pada populasi setengah dialel pepaya. 3. Memperoleh informasi tentang hubungan antar karakter morfologi terhadap potensi hasil pepaya. Hipotesis 1. Terdapat minimal satu genotipe pepaya yang mempunyai daya gabung umum baik dan sepasang genotipe yang mempunyai daya gabung khusus dan heterosis yang baik untuk peningkatan kualitas buah dan hasil pepaya. 2. Terdapat karakter morfologi dan komponen hasil yang mempunyai heritabilitas sempit dan dikendalikan oleh aksi gen non aditif. 3. Terdapat minimal satu karakter morfologi yang dapat dijadikan karakter seleksi untuk hasil buah pepaya. Perumusan Masalah Perakitan varietas unggul baru pepaya dengan kualitas buah yang baik, sangat diperlukan untuk mendukung komersialisasi pengembangan pepaya. Varietas unggul baru yang diinginkan adalah mempunyai kualitas buah yang tinggi, tanaman pendek, masa pembungaan dan umur panen cepat (genjah), presentase tanaman berbunga hermaprodit tinggi, tahan hama penyakit dan produktivitas tinggi (Rusnas 2004). Perkawinan silang merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk mendapatkan genotipe unggul. Genotipe unggul berupa varietas hibrida F1 diperoleh melalui persilangan tetua terpilih dengan mengeksploitasi secara 3 maksimal fenomena heterosis, yaitu keadaan dimana penampilan F1 lebih baik daripada tetua persilangannya. Nilai heterosis tinggi diperoleh dari tetua persilangan yang memiliki kemampuan menghasilkan turunan yang baik ketika disilangkan. Pengetahuan tentang aksi gen dalam pemuliaan tanaman pepaya merupakan kunci dalam memilih prosedur yang akan memberikan kemajuan seleksi yang maksimal. Apabila aksi gen aditif lebih besar maka pemulia dapat menyeleksi secara efektif galur-galur pada berbagai tingkat inbreeding, sebab pengaruh aditif selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sebaliknya apabila aksi gen dominan lebih penting maka dimungkinkan untuk memproduksi varietas hibrida (Dass et al. 1997) Metode persilangan dialel merupakan rancangan persilangan yang banyak digunakan dalam pemuliaan tanaman untuk memperoleh galur tetua yang baik yang ditandai dengan keturunan hasil persilangannya yang superior yang digunakan sebagai dasar dalam membentuk varietas hibrida maupun varietas bersari bebas. Metode persilangan dialel dapat memberikan informasi mengenai nilai daya gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK) galur-galur yang diuji serta nilai duga heterosis F1nya. Program pembentukan hibrida, perhatian utama umumnya lebih tertuju kepada nilai DGK dan heterosis dari masing-masing kombinasi persilangan. Informasi keterkaitan antar dua karakter atau lebih perlu diketahui karena bermanfaat dalam pelaksanaan seleksi tidak langsung terhadap suatu karakter.Karakter-karakter yang berkorelasi erat tersebut dapat digunakan sebagai penciri yaitu dengan mengetahui nilai korelasi antar karakter baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Seleksi terhadap karakter hasil yang baik dapat dilakukan melalui karakter lain yang lebih mudah diamati sehingga seleksi akan lebih terarah dan efisien. Penelitian perbaikan varietas pepaya ini diarahkan untuk mendapatkan informasi kombinasi persilangan antar tetua dan menentukan daya gabungnya pada karkater-karakter yang diamati sehingga mendapatkan keturunan yang berdaya hasil dan kualitas buah tinggi. Selain itu dengan mempelajari keterkaitan antar dua karakter atau lebih, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap karakter hasil maka seleksi terhadap karakter yang diinginkan akan lebih terarah dan efisien. 4 Alur Kegiatan Penelitian Bagan alir penelitian terdapat pada Gambar 1. Kegiatan diawali dengan pembentukan populasi setengah dialel pepaya menggunakan lima galur S3 hasil seleksi dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sehingga diperoleh 10 kombinasi F1. Pembentukan Populasi Populasi Setengah dialel F1 lima tetua Pendugaan DGU, DGK dan heterosis Evaluasi keragaan hibrid F1 Analisis sidik lintas 1. Informasi daya gabung umum, daya gabung khusus dan heterosis. 2. Informasi heritabilitas dan tipe aksi gen pada karakter morfologi dan hasil pepaya. 3. Karakter morfologi dan agronomi yang berpengaruh terhadap kualitas dan hasil pepaya. Gambar 1. Diagram Alur penelitian