Misa Rabu Abu TK, SD, dan SMP Tarakanita 3 [Tartig, SMP TARAKANITA 3 JAKARTA] - Berita Umum Untuk mengawali Masa Prapaskah, TK, SD, dan SMP Tarakanita 3 menyelenggarakan Misa Rabu Abu. Masa Prapaskah adalah masa persiapan menyambut Paskah yang lamanya 40 hari (tidak termasuk hari Minggu). Misa kudus ini diselenggarakan di aula SMP Tarakanita 3. Salah satu upacara dalam misa ini adalah penerimaan abu. Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari zaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian, dan sesal / tobat. Sebagai contoh Mordekhai mengenakan kain kabung dan abu ketika ia mendengar perintah Raja Ahasyweros dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi dalam kerajaan Persia (Est 4:1). Ayub menyatakan sesalnya dengan duduk dalam debu dan abu (Ayb 42:6). Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu.” (Dan 9:3). Dalam abad kelima SM, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, kota Niniwe memaklumkan puasa dan mengenakan kain kabung, dan raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3:5-6). Yesus Sendiri juga menyinggung soal penggunaan abu dengan berkata, “Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.” (Mat 11:21)* Dalam liturgi sekarang abu yang abu yang digunakan dalam perayaan Rabu Abu berasal dari pembakaran daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Imam memberkati abu dan mengenakannya pada dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata, “Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu,” atau “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Ketika kita memasuki Masa Prapaskah yang kudus ini, patutlah kita ingat akan makna abu yang telah kita terima, dan kita menyesali dosa dan melakukan silih bagi dosa-dosa kita. Kita mengarahkan hati kepada Kristus, yang sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Kita memperbaharui janji-janji yang kita ucapkan dalam pembaptisan, yaitu kita mati atas hidup kita yang lama dan bangkit kembali dalam hidup yang baru bersama Kristus. Selain apa yang diungkapkan di atas, selama Masa Prapaskah ini patutlah kita mohon Roh Kudus untuk menggerakkan kita dalam karya dan amal belas kasihan terhadap sesama. Bapa Suci dalam pesan Masa Prapaskah pernah mengatakan, “Merupakan harapan saya yang terdalam bahwa umat beriman akan mendapati Masa Prapaskah ini sebagai masa yang menyenangkan untuk menjadi saksi belas kasih Injil di segala tempat, karena panggilan untuk berbelas kasihan merupakan inti dari segala pewartaan Injil yang sejati.” Dalam Masa Prapaskah ini, tindakan belas kasihan yang tulus, yang dinyatakan kepada mereka yang berkekurangan, haruslah menjadi bagian dari silih kita, tobat kita, dan pembaharuan hidup kita, karena tindakan-tindakan belas kasihan semacam itu mencerminkan kesetiakawanan dan keadilan yang teramat penting bagi datangnya Kerajaan Allah di dunia ini.