pengukuran tekanan darah di rumah sebagai prediktor nilai indeks

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGUKURAN TEKANAN DARAH DI RUMAH SEBAGAI
PREDIKTOR NILAI INDEKS RESISTENSI RENALIS PADA
PASIEN HIPERTENSI DALAM PENGOBATAN
TESIS
Edrian
0806360720
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
JAKARTA 2013
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGUKURAN TEKANAN DARAH DI RUMAH SEBAGAI
PREDIKTOR NILAI INDEKS RESISTENSI RENALIS PADA
PASIEN HIPERTENSI DALAM PENGOBATAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Jantung
dan Pembuluh Darah
Edrian
0806360720
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
JAKARTA 2013
ii
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT akhirnya saya dapat menyelesaikan tesis ini.
Saya sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tesis ini tidak
mungkin dapat saya selesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini izinkanlah
saya dengan segala kerendahan hati untuk menyampaikan terima kasih, rasa hormat
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Prof. dr. Ganesja M Harimurti, SpJP(K), selaku Ketua Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI atas bimbingan dan dukungan yang
telah beliau berikan selama saya menjalani pendidikan spesialis ini. Ilmu dan
nasehat yang beliau berikan merupakan modal berharga untuk dapat memberikan
yang terbaik
bagi tempat saya bekerja nanti sekaligus menjaga nama baik
kardiologi yang di amanahkan kepada saya.
2.
Para Guru Besar, Prof. dr. Asikin Hanafiah, SpJP(K), SpA, Prof.dr. Lily I
Rilantono,SpJP(K), SpA, Alm. Prof.dr. Syukri Karim, SpJP(K), Prof. DR.
dr. Idris Idham, SpJP(K), Prof. dr. Harmani Kalim, SpJP(K), MPH, Prof.
DR. dr. Dede Kusmana, SpJP(K), Prof. DR. dr. Budhi Setianto, SpJP(K),
sebagai tauladan kehidupan dan pembuka wawasan dalam hal keilmuan
kardiologi dan cara berpikir untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung yang
baik.
3.
DR. dr. Nani Hersunarti, SpJP(K) dan dr. Nur Haryono, SpJP(K) sebagai
pembimbing penelitian yang telah memberikan segala perhatian, waktu dan
dukungannya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan dan juga selama
pendidikan, serta kepada Dr.dr. Barita Sitompul, SpJP(K), sebagai
pembimbing bahasa yang sudah meluangkan waktu untuk membaca dan
mengoreksi tata bahasa dan penulisan tesis ini.
4.
dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K), ketua program studi saat ini, dr. Sunarya
Soerianata, SpJP(K), ketua program studi terdahulu dan DR. dr. Amiliana
v
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Mardiani, SpJP(K) sekretaris program studi yang telah membantu dan
menfasilitasi saya selama pendidikan sampai dengan selesai.
5.
Dr.dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), sebagai koordinator penelitian yang banyak
memberikan dukungan, saran dan kritik dalam penyelesaian dan penyempurnaan
tesis ini.
6.
Dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K), Direktur Utama PJNHK saat ini, Dr.dr.
Faisal Baraas, SpJP(K) dan Dr.dr. Anwar Santoso, SpJP(K), Direktur Utama
PJNHK terdahulu beserta jajaran Direksinya, atas segala kesempatan dan fasilitas
yang diberikan selama menjalani pendidikan.
7.
Seluruh Staf Pengajar, dan para perawat di Divisi Vaskular dan Divisi Non
Invasif atas segala bantuannya dalam pengambilan sampel penelitian. Terima
kasih juga kepada Hidayat (Dayat) sebagai teknisi vaskular yang banyak
membantu saya dalam penelitian ini.
8.
Seluruh Staf Pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
FKUI, para pahlawan tanpa tanda jasa, yang bertindak selaku guru sekaligus
orang tua saya selama menjalani pendidikan, terima kasih atas segala imu yang
diberikan, tidak hanya sebatas keilmuan dalam bidang Kardiologi tetapi juga
pembelajaran tentang kehidupan dan cara berpikir, dan atas segala perhatian dan
kesabarannya dalam membimbing saya selama mengikuti program pendidikan
untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung dan manusia yang lebih baik.
9.
Prof. dr. Pandu Riono, Phd sebagai pembimbing statistik yang telah membantu
dalam membuka wawasan tentang penelitian dan melakukan analisis statistik
dalam penelitian ini.
10. Seluruh rekan-rekan dan pengurus Keluarga Asisten Kardiologi (KELAKAR)
terutama teman-teman angkatan Juli 2008 : dr. Ika Komar, dr. F.X Erwin
Mulia, dr. Bimo Bintoro, dr. Yansen, dr. Hendra Ginting, dr. Victor Joseph,
dr. Celly Anantaria, dr. Eka Fitrah, dr. Badai Tiksnadi, dr Yandi A, dr.
Wiena Tarigan, dr. Debby M, dr. Novi Anggriyani dan dr. Pipin Ardhianto ,
untuk kebersamaan, persahabatan, dukungan, kerja sama dan segala cerita suka
vi
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
dan duka yang telah kita bagi bersama dalam 5 tahun ini dan di tahun-tahun
mendatang.
11. Bapak Herman, Ibu Rini Sukaman, Ibu Linda, Mbak Rita, Mbak Pipin,
Mbak Ita, Mas Budi, Mbak Nurul, Syuaib, Arry dan mas Endra, terima kasih
untuk segala bantuan selama menjalani proses pendidikan ini.
12. Seluruh karyawan medis maupun non-medis di Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama yang baik
selama saya menjalani proses pendidikan.
13. Secara khusus saya haturkan segala rasa hormat dan terima kasih yang mendalam
kepada orang tua tercinta Zulkarnain Laura dan Suharni atas panutan dan
inspirasi dalam kehidupan, atas segala kasih sayang, didikan, kesabaran,
kepercayaan, dorongan semangat dan untaian doa yang tidak henti-hentinya
mengalir kepada saya. Tidak ada suatupun hal yang dapat membalas segala
sesuatu yang telah papa dan mama berikan.
14. Kepada istriku
tercinta, Thirtawati, terima kasih untuk semua dorongan,
semangat dan kesabaran yang diberikan selama pendidikan, di saat-saat jaga
malam dan selama penyelesaian penelitian ini. Terima kasih juga untuk kedua
putriku, Maydia Aqila Edrian, Mutia Gebrina Edrian, kalian selalu menjadi
penyemangat dan penghibur di saat lelah.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah
membantu selama pendidikan serta dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.
Jakarta, Juni 2013
Edrian
vii
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Edrian
: Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
: Pengukuran Tekanan Darah di Rumah sebagai Prediktor Nilai
Indeks Resistensi Renalis pada Pasien Hipertensi dalam
Pengobatan
Latar belakang. Pengukuran tekanan darah di klinik (TDK) saat ini masih dianggap
sebagai metoda referensi dalam mendiagnosis dan follow-up pasien hipertensi,tetapi
disebabkan adanya fenomena white-coat hypertension dan masked hypertension
terlihat semakin jelas informasi yang diberikan seringkali tidak adekuat tentang status
tekanan darah pasien yang sebenarnya. Hipertensi sendiri dikaitkan dengan
kerusakan target organ dan salah satu diantaranya ke organ ginjal. Pemeriksaan
indeks resistensi renalis (RRI) dapat menjadi prediktor disfungsi ginjal dan dapat
mencerminkan tingkat aterosklerosis sistemik. Khususnya pada kasus hipertensi,
peningkatan RRI dihubungkan dengan berat dan lama nya durasi hipertensi esensial.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat nilai pengukuran tekanan darah di rumah
(TDR) dibandingkan TDK dalam memprediksi nilai RRI
Metode. Tujuh puluh dua pasien hipertensi dalam terapi obat antihipertensi diambil
secara konsekutif untuk studi potong lintang ini, mulai bulan Maret hingga Mei 2013
di poli rawat jalan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta. Pasien menjalani
pemeriksaan TDK saat kontrol dan TDR dilakukan selama 4 hari dimana keduanya
memakai alat osilometri yang tervalidasi. Pemeriksaan Doppler renal dilakukan pada
semua pasien untuk mendapatkan nilai RRI.
Hasil. Uji korelasi antara nilai TDR dan TDK mempunyai korelasi yang baik untuk
sistolik maupun diastolik (r = 0,48/0,45 , p < 0,001). Pada uji korelasi regresi
didapatkan korelasi yang bermakna antara nilai sistolik TDR dengan nilai RRI
(r=0,118 dengan p=0,032), dan korelasi ini tidak signifikan baik untuk sistolik TDK,
dan diastolik baik TDK dan TDR. Dari uji multipel regresi melihat prediktor
independen terhadap nilai RRI didapatkan nilai sistolik TDR merupakan prediktor
independen.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa TDR merupakan prediktor yang
baik dari nilai RRI sebagai penilaian kerusakan target organ, dan metode ini lebih
superior dibandingkan TDK.
Kata kunci : hipertensi, home blood pressure monitoring, nefropati hipertensi, renal
resisitive indeks
ix
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Abstract
Name
Program Studi
Title
: Edrian
: Cardiology and Vascular Medicine
: Role of Home Blood Pressure Monitoring as a Predictor of
Renal Resistive Index in Hypertension Patient on Medication
Introduction. Office blood pressure monitoring still considered as method of
reference for diagnosing an follow up hypertension patients, but due to white coat
hypertension and masked hypertension it seems the information inadequate for the
real blood pressure status. Hypertension itself was related to target organ damage and
one of them is renal damage. Renal Resistive index (RRI) can be a predictor of renal
dysfunction and it reflect sistemic atherosclerosis. Especially for hypertension,
increase of RRI is related to severity and duration of essential hypertension. Our
objective was to assess the value of home blood pressure (HBP) monitoring in
comparison to office blood pressure in predicting renal resistive index value(RRI).
Methods. Seventy two hypertension patients on medication was consecutively
included in our cross sectional study, starting from March to Mei 2013 at National
Cardiac Centre Harapan Kita Hospital Outpatient clinic. Office Blood pressure was
measured when patients controlled to the clinic and HBP was measured for 4
workdays with the same validated electronic device. Renal Doppler was performed to
measured RRI value.
Results. Correlation test between HBP and OBP showed a good correlation for
systolic and diastolic (r=0,48/0,45, p<0,001). The correlation regretion test showed a
good correlation between systolic HBP with renal resistive index (r=0,118 with
p=0,032), and this correlation was not significant for systolic OBP, and diastolic OBP
and HBP. In multiple regression analysis assessing independent predictor for RRI,
systolic HBP was seen as the only independent predictor.
Conclusions. This result suggest that home BP was a better predictor of RRI as
assessment for target organ damage, and this method was superior compared to the
blood pressure measurement at the clinic.
Keywords : hypertension, home blood pressure monitoring, nephropathy
hypertension, renal resisitive indeks
x
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………...
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………..…………....
HALAMAN PENGESAHAN ..……………………………………………………
UCAPAN TERIMA KASIH ..……………………………………………………..
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..………………….
ABSTRAK …………………………………………………………………………
ABSTRACT ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...…….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang……………………………………………………………..
1.2
Rumusan masalah………………………………………………………….
1.3
Pertanyaan penelitian……………………………………………………..
1.4
Hipotesis………………………………………………………….............
1.5
Tujuan Penelitian………………………………………………………...
1.6
Manfaat penelitian…………………………………………………………
1.6.1 Bagi bidang akademik………………………………..……………..
1.6.2 Bagi bidang klinik .…………………………………………………
1.6.3 Bagi bidang penelitian .......................................................................
1.6.4 Bagi bidang masyarakat …………………………………………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
White coat hypertension………………………….....................................
2.2
Masked hypertension ………………………….. .....................................
2.3
Patofisiologi kerusakan renal akibat hipertensi ………………………….
2.4
Indeks Resistensi Renalis………...............................................................
2.5
Pengukuran tekanan darah di rumah……………………………..............
2.6
Pengukuran tekanan darah di rumah Vs pengukuran tekanan darah di
klinik
2.7 Pengukuran tekanan darah di rumah, kerusakan target organ dan prognosis
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN ALUR PENELITIAN
3.1
Kerangka teori ...…………………………………………………………..
3.2
Kerangka konsep ………………………………………………………….
3.3
Alur penelitian……………………………………………………………..
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Desain penelitian……………………………………………………...…...
4.2
Tempat penelitian………………………………………….........................
4.3
Waktu penelitian……………………………………………………..…….
4.4
Populasi dan sampel……………………………………………………….
xi
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
i
ii
iii
iv
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
1
2
3
3
Hipotesis………
3
3
3
3
4
4
5
6
6
9
12
14
17
20
21
22
23
23
23
23
4.4.1 Populasi penelitian …………………...……………………………..
4.4.1.1 Populasi target ………………………………………...………
4.4.1.2 Populasi terjangkau……………………………………………
4.4.2 Sampel penelitian ………………………………..………………….
4.5
Besar sampel ...............................................................................................
4.6
Kriteria inklusi dan eksklusi……………………………………………….
4.6.1 Kriteria inklusi ………………………………………………………
4.6.2 Kriteria eksklusi ……………….........................................................
4.7
Identifikasi variabel………………..…………………...………………….
4.7.1 Variabel dependen …………………………………………………..
4.7.2 Variabel independen ………………………………...………………
4.8
Cara kerja…………………………………………………...…………......
4.9
Definisi operasional…………………………………………………….….
4.10 Analisa statistik ...........................................................................................
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik pasien penelitian ……………………………………………
5.2 Hasil penelitian ……………………………………………………………
BAB 6 DISKUSI
6.1 Pembahasan hasil …………………………………………………………
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... ……..
7.2 Saran ....................................................................................................... …
KEPUSTAKAAN ................................................................................................... .
xii
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
23
23
23
23
24
24
24
24
24
24
25
25
26
28
29
29
34
37
37
38
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Keuntungan dan keterbatasan TDR…………………..……………...13
Tabel 2.2
Perbandingan berbagai modalitas pengukuran……….…………..….14
Tabel 2.3
TDR dan outcome ………..……………..……………….…….……19
Tabel 5.1
Karakteristik partisipan…………………. ..………………….......…30
Tabel 5.2
Uji regresi linear antara nilai TDR dan TDK terhadap RRI …….….31
Tabel 5.3
Uji multipel regresi variabel independen yang mempengaruhi nilai
RRI………………………………………………………………...…33
Tabel 5.4
Uji korelasi antara nilai TDR dan TDK terhadap eCcr……..…..……33
Tabel 5.4
Nilai mean RRI dari empat kategori setelah TDK dan TDR………..34
xiii
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model skematik perjalanan alamiah hipertensi yang tidak diobati ….6
Gambar 2.2
Nofrosklerosis jinak dan ganas ………………….…………………...7
Gambar 2.3
Doppler vaskulatur intrarenal………….. …………………………….8
Gambar 2.4
Gambar renal resistif indeks normal…………….. ………………….10
Gambar 2.5
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan TDK dan ABP ……..……….16
Gambar 3.1
Kerangka teori ……………………………………………...……… 20
Gambar 3.2
Kerangka konsep …………………………………………..….…….21
Gambar 3.3
Alur penelitian ………………………………………..……….…….22
Gambar 4.1
Cara pengukuran PSV-EDV dan anatomi pembuluh darah ginjal…..24
Gambar 5.1
Scatter-plot hubungan nilai TDR dan TDK …………………………31
Gambar 5.2
Scatter plot hubungan linear tekanan darah TDK dan TDR terhadap
nilai RRI…………………………………………………….…….…32
Gambar 5.3
Scatter plot antara nilai RRI dengan nilai eCcr ….. …………………33
Gambar 5.4
Diagram distribusi responden setelah TDK dan TDR…………..…..34
Gambar 6.1
Korelasi perubahan LVMI dan perubahan tekanan darah setelah satu
tahun terapi : SAMPLE study………………………………………38
xiv
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN
ABPM
Ambulatory Blood Pressure Monitoring
AER
Albumin Excretion Ratio
CIN
Contrast Induced Nephropathy
ESH
European Society of Hypertension
eCcr
Estimated creatinin clearence
GFR
Glomerulus Filtration Rate
GGK
Gagal ginjal kronik
HBPM
Home blood pressure monitoring
LVH
Left Ventricle Hypertrophy
LVMI
Left Ventricle Mass Index
OBPM
Office blood pressure monitoring
WCE
White coat effect
WCH
White coat hypertension
xv
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian
diseluruh dunia dibandingkan faktor resiko lainnya.1,2 Data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Departemen Kesehatan dalam laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan prevalensi sebesar 31.7%.3 Dari penelitian
yang dilakukan Rohman terhadap 330 pasien kontrol secara rutin di poliklinik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 65.8%,
dengan hipertensi tidak terkontrol sebesar 60.7%. 4
Hubungan
antara
tekanan
darah
dengan
resiko
kejadian
penyakit
kardioserebrovaskular bersifat kontinu, konsisten dan independen dengan faktor
resiko lainnya. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar kemungkinan kejadian
infark miokard, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Untuk individu berusia 40-70
tahun, setiap kenaikan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah
diastolik memiliki resiko dua kali lipat untuk mengalami penyakit kardiovaskular.5
Angka prevalensi hipertensi pada populasi jumlahnya cukup besar. Hal ini membuat
hipertensi menjadi penyebab kedua terbanyak dari penyakit ginjal stadium akhir.6
Aplikasi klinis dari pemeriksaan Doppler renal saat ini semakin meningkat.
Pemeriksaan yang handal dan tidak invasif ini dapat mengukur beberapa parameter
baik intra maupun ekstra parenkim. Parameter ini tidak dipengaruhi dari sudut
maupun posisi probe yang digunakan sehingga memberikan pengukuran yang akurat
dan reproducible dari tahanan vaskular.7 Terdapat laporan indeks resistensi renalis
(RRI) dapat menjadi prediktor disfungsi ginjal, mencerminkan tingkat aterosklerosis
sistemik dan menjadi penanda yang berguna untuk mendeteksi dan mengevaluasi
penyakit arterosklerotik.8-10 Khususnya pada kasus hipertensi, peningkatan RRI yang
1
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
diukur pada level arteri interlobar telah dihubungkan dengan berat dan lama nya
durasi hipertensi esensial.7
Pengukuran tekanan darah di klinik atau rumah sakit (TDK) saat ini masih
dianggap sebagai metoda dalam mendiagnosis dan follow-up pasien hipertensi.
Walau pengukuran ini tetap merupakan garis terdepan untuk diagnosis dan
menajemen dari hipertensi, tetapi terlihat semakin jelas informasi yang diberikan
seringkali tidak adekuat tentang status tekanan darah pasien yang sebenarnya. Hal ini
disebabkan adanya fenomena white-coat hypertension dan masked hypertension (1520% dan 10-15% dari populasi). Oleh sebab itu, saat ini pengukuran tekanan darah
diluar klinik atau rumah sakit menggunakan tekanan darah ambulatoar (TDA) atau
tekanan darah di rumah (TDR) merupakan metode yang dipilih untuk mengurangi
efek ini.11
Pengukuran tekanan darah rumah, dapat menghindari beberapa kelemahan
dari pengukuran tekanan darah di klinik karena menyebabkan
pengukuran
dalam
lingkungan
yang
lebih
representatif.
lebih banyak
Belakangan
ini,
penggunaannya semakin mendapatkan penekanan penting dalam diagnosis maupun
pengobatan hipertensi. Penggunaan TDR dalam tatalaksana hipertensi kini telah
diakui oleh berbagai panduan hipertensi, baik oleh Joint National Committee/JNC 7,
maupun dari European Society of Hypertension/ESH.2 Penelitian yang terkini telah
menunjukan pengukuran tekanan darah di rumah sama baiknya dengan pengukuran
tekanan darah ambulatoar sebagai prediktor kerusakan target organ yang disebabkan
oleh hipertensi dibandingkan pengukuran tekanan darah di klinik.12
I.1. Rumusan Masalah

Pengukuran tekanan darah di klinik memiliki kekurangan untuk manajemen
tekanan darah pada pasien hipertensi dalam pengobatan

Pengukuran tekanan darah di rumah mempunyai nilai prediktor yang baik
bagi kerusakan target organ
2
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013

Data yang menghubungkan langsung antara nilai pengukuran tekanan darah
rumah dengan derajat indeks resistensi renalis sebagai indikator dini
kerusakan target organ akibat hipertensi masih sangat terbatas
I.2. Pertanyaan Penelitian

Apakah nilai dari pengukuran tekanan darah di rumah memiliki hubungan
dengan indeks resistensi renalis pada penderita hipertensi dalam pengobatan?

Apakah hubungan antara pengukuran tekanan darah di rumah lebih baik dari
pengukuran tekanan darah di klinik terhadap indeks resistensi renalis pada
penderita hipertensi dalam pengobatan?
I.3. Hipotesis
Pengukuran tekanan darah di rumah memiliki hubungan dengan indeks
resistensi renalis pada pasien hipertensi dalam pengobatan.
I.4. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan nilai pengukuran tekanan darah di rumah dengan nilai
indeks resistensi renalis pada pasien hipertensi dalam pengobatan.
I.5. Manfaat Penelitian
I.5.1. Akademik
Memberikan data tentang kuatnya hubungan antara status kontrol hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah rumah terhadap indeks resistensi
renalis
I.5.2. Klinik
Memberikan bukti manfaat dari pengukuran tekanan darah rumah dalam
manajemen tekanan darah pada penderita hipertensi dalam pengobatan klinik rawat
jalan
3
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
I.5.3. Masyarakat
Melibatkan penderita hipertensi lebih aktif dalam menjaga tekanan darah di
rumah sehingga memperbaiki kontrol tekanan darah agar
dapat mencegah
terjadinya kerusakan target organ yang lebih lanjut
I.5.4. Bidang Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi dan data
tentang manfaat pengukuran tekanan darah rumah, memberikan dasar untuk
penelitian lanjutan dengan disain penelitian yang lebih baik dalam jumlah sampel
yang lebih besar.
4
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. White Coat Hypertension (WCH)
Reaksi kewaspadaan terhadap kunjungan dokter telah diketahui menginduksi
peningkatan tekanan darah yang diberi terminologi “white coat effect” (WCE).
Fenomena ini telah dihubungkan dengan kondisi klinis tekanan darah yang secara
persisten tinggi di ruang kerja dokter dan secara persisten normal di waktu yang lain,
kondisi yang umumnya disebut sebagai “isolated office hypertension” atau “white
coat hypertension”. 13
Peningkatan tekanan darah di lingkungan rumah sakit pertama kali
digambarkan
oleh
Riva-Rocci
di
tahun
1897
dengan
menggunakan
sphygnomanometer.13 Hampir 50 tahun kemudian, Ayman dan Goldshine mengamati
bahwa nilai tekanan darah diukur oleh pasien di rumah secara seragam lebih rendah
dibandingkan yang diukur oleh dokter di ruang kerja mereka, dan perbedaan ini
bertahan sampai dengan rata-rata masa observasi 104 minggu.13 Pemeriksaan
kuantitatif dari fenomena ini pertama kali dilakukan oleh Mancia dan kawan-kawan
di tahun 1983 dengan menggunakan pengukuran tekanan darah ambulatoar intraarterial secara kontinu. Dari hasil observasi didapatkan bahwa tekanan darah
meningkat selama kunjungan dokter : 1) dimulai dari awal kunjungan bahkan
sebelum waktu pengukuran tekanan darah yang sebenarnya dilakukan; 2) bertahan
sampai 10-15 menit (selama waktu kunjungan); 3) diikuti dengan peningkatan yang
serupa pada denyut jantung; 4) terdapat peningkatan maksimal tekanan darah intraarterial sistolik dan diastolik selama 2-4 menit pertama dari kunjungan dengan ratarata +27/+14 mmHg; dan 5) mempunyai karakter variabilitas antar subjek yang jelas,
membuat prediksi respon tekanan antar individu sulit dilakukan. 14
5
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
II.2. Masked Hypertension
Istilah Masked hypertension pertama kali diperkenalkan oleh Pickering dkk
untuk menggambarkan tekanan darah di rumah yang lebih tinggi dibandingkan di
klinik. Walaupun entitas ini tidak banyak diketahui tetapi mempunyai nilai prognosis
yang lebih serius. Pada awalnya prevalensi kelompok ini dianggap jarang, tetapi saat
ini ditemukan pada hampir sepertiga pasien hipertensi. 15
Faktor Resiko untuk untuk masked hypertension antara lain konsumsi alkohol,
merokok, konsumsi kafein dan juga inaktifitas fisik pada saat di rumah.15 Pada
penelitian PAMELA, pasien dengan masked hypertension mempunyai hipertropi
ventrikel kiri lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan normotensi.
Kerusakan target organ yang tidak sesuai (tidak sesuai dengan nilai tekanan darah di
klinik) dapat memicu kecurigaan adanya masked hypertension dan memotivasi dokter
untuk menyarankan pengukuran tekanan darah di rumah dengan TDR atau TDA. 15,16
Kecurigaan adanya WCH lebih mudah diduga, dimana pasien umumnya
mengatakan tekanan darah yang rendah saat mengukur di rumah. Sebaliknya, masked
hypertension
kasusnya
keberadaannya.
15,17
terdapat
sedikit
sekali
klinis
yang
menunjukkan
Tekanan darah yang normal di seting klinis tidak berarti pasien
tidak mempunyai resiko untuk tekanan darah yang meningkat, dimana peningkatan
ini dapat terjadi di hari yang lain. Ini terutama pada pasien yang diberikan obat anti
hipertensi yang tidak mencangkup 24 jam. Pada pasien yang biasanya mengkonsumsi
obat di pagi hari, maka tekanan darah di ruang kerja dokter seringkali normal tetapi
dapat naik dengan jelas saat akhir dari interval dosis (selama malam hari atau dini
hari). 17
II.3. Patofisiologi kerusakan renal akibat hipertensi
Salah satu pencapaian terbesar dari kedokteran preventif dalam 120 tahun
terakhir adalah kesadaran peningkatan tekanan darah sebagai faktor resiko yang kuat,
untuk terjadinya luaran yang buruk termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal
6
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
ginjal dan kematian (gambar 2.1). Hal ini diikuti dengan penemuan obat-obatan yang
bertujuan menurunkan resiko ini.18
Gambar 2.1. Model skematik dari perjalanan alamiah hipertensi yang tidak diobati,
menunjukkan perkembangan dari prehipertensi sampai hipertensi sampai kepada kerusakan
target organ sampai kepada kejadian klinis dan akhirnya kematian.18
Insiden dan prevalensi hipertensi cukup tinggi, dan kondisi ini menjadi
penyebab kedua terbanyak untuk penyakit ginjal stadium akhir. Dari data pasien
dengan gagal ginjal kronik (GGK) di Amerika Serikat, 50-75% diantaranya juga
mempunyai hipertensi primer.
Pada hampir 40% pasien dengan laju filtrasi
glomerulus (GFR) 60-90 ml/min/1.73m2 (GGK stadium 2) mempunyai hipertensi
dan hampir seluruh pasien dengan GFR <30 ml/min/1.73m2 (GGK stadium 4 atau 5)
mempunyai hipertensi.19 Terjadinya GGK pada hipertensi primer meningkatkan
resiko kardiovaskular yang sebelumnya sudah tinggi.19
Nefropati hipertensi adalah kondisi medis yang diakibatkan kerusakan pada
ginjal yang diakibatkan tekanan darah tinggi yang kronis. Hal ini harus dibedakan
7
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
dengan hipertensi renovaskular yang merupakan bentuk lain dari hipertensi
sekunder.20 Menurut sejarahnya kerusakan ginjal yang diinduksi oleh hipertensi telah
dibagi menjadi dua pola klinis dan histologis yang berbeda yaitu nefrosklerosis
“jinak” dan “ganas”. Nefrosklerosis yang jinak adalah pola yang paling sering
ditemui pada sebagian besar pasien dengan hipertensi tanpa penyulit yang lain. Lesi
vaskular yang tidak spesifik berupa arterosklerosis hyalinisasi yang terbentuk secara
perlahan tanpa disertai proteinuria. Sebaliknya, nefrosklerosis “ganas” yang diamati
pada level hipertensi yang sangat berat (fase maligna dari hipertensi primer)
mempunyai karakteristik fenotip ginjal vaskular yang terganggu dan kerusakan
glomerulus dengan nekrosis fibroid dan thrombosis (gambar 2.2).1
Nefrosklerosis
ganas
Nefrosklerosis
jinak
Gambar 2.2. A. arteri intralobar dengan gambaran proliferasi myointimal
(gambar bintang) pada pasien dengan nefrosklerosis maligna. B. Arterosklerosis
hyalinisasi dengan tubular atropi, fibrosis interstitial dan iskemia glomerular
(gambar bintang) pada pasien dengan nefrosklerosis jinak.1
Konsekuensi langsung hipertensi pada pembuluh darah ditentukan oleh
besarnya jaringan terekspos tekanan yang meningkat. Determinan patogenik
8
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
kerusakan ginjal karena hipertensi dapat dibagi menjadi tiga kategori : (1) beban
tekanan darah sistemik (2) besarnya beban ditransmisikan kepada jaringan pembuluh
darah (3) keretanan jaringan lokal terhadap barotrauma.1 Fase awal lesi patologis
ginjal yang dihubungkan dengan hipertensi primer adalah nefrosklerosis (hipertropi
dan fibrosis dari tunika media arteriole pre-glomerular) yang ditandai secara
hemodinamik dengan hipoperfusi renal dengan preservasi laju filtrasi glomerulus
(GFR) di fase awal. Aliran total ke ginjal perlahan berkurang, tetapi fraksi filtrasi
meningkat, menyebabkan preservasi sementara dari GFR. Stadium ini juga ditandai
dengan terganggunya natriuresis yang diinduksi tekanan, dimana dibutuhkan tekanan
perfusi ginjal yang lebih tinggi untuk mengekskresikan garam yang dikonsumsi. Ini
menyebabkan terjadinya sensitivitas garam fase awal, dimana sedikit garam yang
dieksresikan dan terjadi retensi garam yang akan diikuti kenaikan tekanan darah.
Dengan kondisi hipertensi yang menetap atau memberat, penurunan progresif dari
aliran darah ginjal diikuti dengan penurunan GFR secara paralel. Albuminuria secara
klinis menjadi lebih jelas, diikuti ganguan eksresi garam dan air yang menunjukkan
glomerulosklerosis (kerusakan progresif area permukaan kapiler glomerulus dan
fibrosis peritubular). Glomerulosklerosis sendiri kemudian diikuti peningkatan
tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas membran basal glomerular terhadap
albumin dan protein lainnya.19
II.4. Indeks Resistensi Renalis
Perubahan pada gelombang arteri intrarenal telah ditunjukkan berhubungan
dengan obstruksi urinal, beberapa tipe kelainan renal intrinsik, dan penyakit vaskular
renalis. Indeks resistensi renalis ([peak systolic velocity – end diastolic velocity}/peak
systolic velocity) merupakan parameter yang berguna untuk mengukur perubahan
aliran darah renal yang dapat terjadi pada penyakit renal. 21
Probe dengan frekuensi tertinggi untuk memberikan gambaran yang baik
harus dipilih ditambah dengan penggunaan sonografi Doppler warna untuk lokalisasi
dari pembuluh darah. Arteri segmental atau arteri intralobaris dipilih untuk
9
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
mendapatkan gambaran sinyal yang lebih kuat dengan nilai repitisi yang baik. Hal ini
disebabkan jalannya pembuluh darah ini tegak lurus terhadap probe Doppler (Gambar
2.3).21
Interlobular
Arcuata
Interlobar
Segmental
Gambar 2.3. Gambar Doppler warna menunjukkan vaskulatur intrarenal yang normal. Arteri terlihat
dengan warna merah dan vena dengan warna biru.21
Tiga sampai lima gelombang yang serupa untuk tiap ginjal diambil, dan RRI
dari gelombang ini di rata-ratakan untuk mendapatkan nilai mean RRI (gambar 6).21
Pada ginjal kanan dan kiri orang dewasa yang sehat, Ansarin dkk menemukan bahwa
RRI dan sebagian besar parameter dopler ultrasonografi ginjal lainnya adalah simetris
satu sama lain.22
Gambar 2.4. Gambar nilai resistif indeks normal. Sonografi Doppler warna digunakan untuk
mengidentifikasi arteri interlobar (panah); gelombang di maksimalkan menggunakan frekuensi pulse
terendah.21
10
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Telah dilaporkan bahwa RRI dapat menjadi prediktor disfungsi ginjal dan
dapat memberikan informasi diagnostik yang berguna untuk berbagai penyakit ginjal.
Nilai RI yang lebih tinggi dikaitkan dengan kelangsungan hidup allograft buruk
setelah tranplantasi
ginjal dan RRI dapat diprediksi untuk meningkatkan fungsi
ginjal atau pengurangan tekanan darah setelah angioplasti di pada pasien dengan
stenosis arteri ginjal. 23-26 Di RS Harapan Kita, penelitian Tondas dkk, menyimpulkan
peran RRI sebagai metode prediksi contrast induced nephropathy (CIN) pada pasien
yang akan menjalani angiografi koroner.27
RRI juga telah dilaporkan berkorelasi secara signifikan dengan kerusakan
organ. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa pengukuran RRI di samping
albuminuria berguna untuk sasaran skrining kerusakan organ pada pasien dengan
hipertensi resisten dan RRI secara independen berkorelasi dengan karotid intima
media pada pasien dengan hipertensi esensial yang tidak diterapi dan sindroma
metabolik.9,10 Pada penelitian yang dilakukan oleh Boddi dkk memperlihatkan bahwa
RRI memungkinkan identifikasi dini dari pasien dengan nefritis tubulointerstitial
kronis dan lesi ini mempunyai korelasi histologis baik untuk fungsi ginjal dan
prognosis jangka panjang.8 Hasil ini menunjukkan bahwa resistensi pembuluh darah
ginjal
yang ditunjukkan oleh RRI dapat mencerminkan tingkat aterosklerosis
sistemik dan bahwa RRI dapat menjadi penanda yang berguna untuk mendeteksi dan
mengevaluasi penyakit aterosklerotik akibat CVD dengan faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes, dislipidemia dan sindrom metabolik.
II.5. Pengukuran tekanan darah rumah (TDR)
Saat ini terdapat dua tehnik independen untuk mengukur tekanan darah pada
praktek sehari-hari yaitu pengukuran konvensional di klinik dan diluar rumah sakit.
Untuk yang terakhir, pengukuran tekanan darah ambulatoar saat ini merupakan
standar baku. Kita dapat mendefinisikan hipertensi secara independen dengan kedua
metode, dimana akan membagi menjadi keempat kelompok pasien: 1) normotensi
dengan kedua metode (true normotensive); 2) hipertensi dengan kedua metode
11
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
(sustained hypertension); 3) hipertensi dengan TDK dan normotensi dengan ABP
(white coat hypertension); dan 4) normotensi dengan TDK dan hipertensi ABP
(masked hypertension) (gambar 2.5). 15
Clinic
Pressure
140/90
135/85
Ambulatory Pressure
15
Gambar 2.5. Klasifikasi status tekanan darah berdasarkan TDK dan TDA.
Pengukuran tekanan darah di rumah memiliki keuntungan teoritis yang
mampu untuk mengatasi dua keterbatasan utama pembacaan klinik yaitu jumlah
pemeriksaan yang rendah dan white coat effect. Teknik ini sederhana dan hemat biaya
untuk dapat mendapatkan sejumlah besar pengukuran yang mewakili kehidupan
sehari-hari pasien.(Tabel 2.1)18
Tabel 2.1. Keuntungan dan keterbatasan dari TDR 18
Keuntungan
Menghilangkan efek “white coat”
Meningkatkan jumlah pengukuran
Evaluasi respon terhadap terapi
Biaya rendah
Meningkatak kepatuhan untuk terapi
Prediktor luaran klinis
Kerugian
Kemungkinan “underestimation” tekanan
darah siang hari
Kemungkinan pasien salah melaporkan hasil
pengukuran
Kemungkinan peningkatan level kecemasan
12
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Ketika awal perkembangannya, penelitian TDR banyak menggunakan alat
sphygnomanometer aneroid ataupun air raksa. Namun beberapa tahun terakhir,
perkembangan teknologi dalam alat pengukuran tekanan darah telah menghasilkan
alat osilometrik digital yang akurat, praktis dan mempermudah pasien dalam
mengukur sendiri tekanan darahnya.28 Keuntungan dari pengukuran tekanan darah
menggunakan alat ukur osilometrik otomatis adalah menghilangkan bias dan
kesalahan pemeriksa dan menghindari bias dari angka digit.29 Pasien disarankan
memakai alat yang telah tervalidasi untuk akurasi dan realibilitas berdasarkan
protocol standar internasional seperti Association for the Advancement of Medical
Instrumentation (AAMI) dan British Hypertension Society (BHS).18,28
Monitor tekanan darah di arteri brachialis pada cuff yang diletakkan di lengan
atas akan tetap menjadi metode yang dipakai. Hal ini dikarenakan metode
pengukuran ini merupakan metode yang telah digunakan di hampir seluruh penelitian
epidemiologi mengenai hipertensi dan konsekuensinya. Dan secara umum,
pengukuran tensi di lengan menempatkan alat tensimeter satu level dengan jantung,
dimana pengaturan kembali dibutuhkan jika pengukuran di pergelangan tangan atau
jari.18
II.6. Pengukuran tekanan darah di rumah (TDR) Vs pengukuran tekanan darah
ambulatoar (TDA)
Pada dekade terakhir ini, dua tehnik pengukuran tekanan darah diluar rumah
sakit atau klinik yaitu TDR dan TDA telah mendapatkan perhatian yang cukup besar
untuk pendekatan klinis pasien dengan hipertensi yang keduanya disarankan oleh
tatalaksana hipertensi internasional yang terbaru. Aplikasinya dalam praktek seharihari semakin meningkat dikarenakan kemajuan dari tehnik pengukuran, ketersediaan
13
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
alat TDR dan TDA yang akurat, dan kesadaran akan keterbatasan dari TDK (Tabel
2.2).5
Tabel 2.2. Berbagai modalitas pengukuran tekanan darah yang digunakan saat ini
dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing5
Fitur
TDK
TDA
TDR
rendah
tinggi
sedang
White coat effect
Iya
No
No
Dependen pada operator
Iya
No
No
Membutuhkan validasi
No
Yes
Yes
Daytime BP
+
+++
++
Nighttime BP dan dipping
-
+++
-
Morning BP
+
++
+
Variabilitas TD 24 jam
-
++
+
Diagnosis WCH dan MH
-
++
++
++
-
-
rendah
Tinggi (nilai rata-rata
Tinggi (rerata dari
24 jam)
beberapa
Jumlah pengukuran
Efek plasebo
Reprodusibilitas
pengukuran
Nilai prognostik
+
+++
++
Keterlibatan pasien
-
-
++
Keterlibatan medis
+++
++
+
Monitor efek terapi
Informasi sedikit
Inforasi ekstensif akan
Baik untuk monitor
profil TD, tidak bisa
jangka panjang,
sering diualang
informasi profil TD
terbatas
Perbaikan control hipertensi
+
++
+++
Biaya
rendah
Tinggi
Rendah
ketersediaan
Banyak
Sedikit
Banyak
-
+
++
Latihan buat pasien
Nilai pengukuran yang didapatkan baik dari tekanan darah di rumah dan
tekanan darah ambulatoar didapatkan dari lingkungan sehari-hari sehingga secara
14
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
mendasar menghilangkan white coat effect yang ditimbulkan oleh pengukuran
tekanan darah di klinik. Berdasarkan rekomendasi yang terkini, kedua pemeriksaan
ini menggunakan alat osilometrik yang tervalidasi yang dan nilai tekanan darah yang
didapatkan bebas dari bias operator. Aplikasi kedua tehnik ini dapat digunakan pada
sebagian besar pasien dengan dua pengecualian termasuk aritmia yang penting seperti
ekstrasistole yang frekuen dan atrial fibrilasi, dimana pengukuran osilometrik kurang
dapat diandalkan, dan pasien obese dengan lingkar lengan yang sangat besar.18
Keuntungan yang terbesar dari pengukuran tekanan darah di rumah dan
pengukuran tekanan darah ambulatoar adalah memberikan nilai pengukuran tekanan
darah dengan jumlah yang besar dibandingkan pengukuran tekanan darah di klinik.
Hal ini memberikan estimasi tekanan darah yang lebih stabil yang menggambarkan
beban tekanan darah sebenarnya pada organ jantung dan pembuluh darah secara lebih
tepat dibandingkan pengukuran di klinik. 5
Biarpun terdapat persamaan beberapa persamaan antara pengukuran tekanan
darah di rumah dengan pengukuran tekanan darah ambulatoar, terdapat perbedaan
besar yang penting yang mempengaruhi penggunaannya pada klinis dan penelitian.
Salah satu diantaranya adalah aspek ekonomi, dimana walaupun harga pengukur
tekanan darah ambulatoar yang tervalidasi telah turun dalam beberapa tahun terakhir
tetapi harga dari sistem ini dan pemeliharaannya jauh lebih mahal dibandingkan
pengukuran tekanan darah di rumah. Maka, walaupun keduanya memberikan
informasi klinis yang ekuivalen, pemakaian TDR lebih dianjurkan pada sumber daya
yang terbatas sehingga dapat menurunkan biaya manajemen terapi pasien.5
Walaupun demikian salah satu keunggulan yang jelas dari pengukuran
tekanan darah ambulatoar yang tidak bisa didapatkan secara langsung dari
pengukuran tekanan darah di rumah adalah kemampuannya untuk memberikan serial
pengukuran tekanan darah yang sering dan rutin selama 24 jam sehingga mampu
untuk secara dinamis melihat perubahan tekanan darah dalam jangka waktu yang
pendek. ABPM dapat melihat gambaran sepesifik variabilitas tekanan darah slama 24
15
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
jam, termasuk penurunan tekanan darah nokturnal yang tidak adekuat (non dipper),
peningkatan variabilitas tekanan darah dalam waktu singkat, dan kemungkinan
melihat peningkatan tekanan darah di pagi hari yang berlebihan.
5
Tetapi harus
ditekankan juga bahwa informasi perubahan dinamis dari tekanan darah setidaknya
sebagian dapat dijelaskan dengan pengukuran tekanan darah di rumah. Telah
ditunjukkan berdasarkan penelitian yang terakhir bahwa derajat variabilitas tekanan
darah dan denyut nadi hari ke hari dengan menggunakan pengukuran tekanan darah
di rumah mempunyai nilai prognostik dalam memprediksi resiko untuk kejadian
kardiovaskular (gambar 2.6). 30
Pengukur tekanan darah ambulatoar dapat mengukur tekanan darah di waktu
pengukur tekanan darah di rumah tidak dapat digunakan sama sekali (contohnya,
malam hari saat istirahat) atau dengan keterbatasan penggunaan (seperti saat bekerja,
pagi dini hari, atau pada aktivitas tertentu). Kemampuan tenik ini mempunyai nilai
klinis dalam melihat kapasitas pengobatan antihipertensi untuk mengontrol tekanan
darah secara adekuat selama 24 jam, sehingga dapat melihat indikasi kebutuhan
pemberian dengan waktu atau jenis yang berbeda. 5
Gambar 2.6. Resiko absolut 10 tahun mortalitas kardiovaskular dengan hubungannya dengan SD TD
sistolik dan SD denyut nadi yang didapatkan dengan tekanan darah rumah.30
16
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
II.7. Pengukuran tekanan darah di rumah, kerusakan target organ dan
prognosis
Salah satu faktor yang membatasi penerimaan pengukuran tekanan darah di
rumah sebagai dasar penentuan arah pengobatan disebabkan kurangnya data
prognostik. Tetapi saat ini telah terdapat bukti nilai pengukuran tekanan darah di
rumah sebagai prediktor morbiditas kardiovaskular yang lebih baik dibandingkan
tekanan darah di klinis. Lebih jauh lagi terdapat banyak bukti menunjukkan
pengukuran tekanan darah di rumah berkorelasi lebih baik dibandingkan pengukuran
tekanan darah di klinik terhadap kerusakan target organ, dimana dapat dikatakan
sebagai surrogate terhadap morbiditas.
Penelitian yang pertama menggunakan pengukuran tekanan darah di rumah
adalah
evaluasi
hipertropi
ventrikel
kiri
(LVH)
dengan
menggunakan
elektrokardiografi (EKG) yang berkorelasi lebih baik dengan perubahan tekanan
darah di rumah dibandingkan tekanan darah di klinik setelah dimulainya pemberian
obat antihipretensi. 31 Sejak itu beberapa penelitian mengindikasikan hubungan antara
LVH berdasarkan ekokardiografi dan pengukuran tekanan darah di rumah yang lebih
baik dibandingkan pengukuran tekanan darah di klinik.
32,33
Pada suatu penelitian
pasien hipertensi yang mendapat terapi dan tidak mendapat terapi, pengukuran
tekanan darah di rumah berkorelasi kuat dengan indeks massa ventrikel kiri (LVMI)
dibandingkan tekanan darah di klinik atau tekanan darah ambulatoar.34 pengukuran
tekanan darah di rumah juga telah dihubungkan dengan pengukuran kerusakan target
organ yang lain. Pengukuran dengan metode
ini telah dilaporkan mempunyai
korelasi yang baik dibandingkan tekanan darah di rumah terhadap mikroalbuminuria
dan ketebalan intima-media arteri carotis.34,35
Penelitian terdahulu telah melaporkan keunggulan kekuatan prognostik
pengukuran tekanan darah di rumah terhadap pengukuran pengukuran tekanan darah
di klinik. Penelitian Ohasama yang merupakan penelitian prospektif untuk 10 tahun,
17
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
menjelaskan prediksi akan resiko menjadi lebih kuat dengan semakin banyaknya
pengukuran tekanan darah yang dilakukan sampai dengan 25 kali pengukuran.16
Penelitian yang dilakukan di Perancis terhadap 4939 pasien hipertensi usia tua
menunjukkan pengukuran dasar pengukuran tekanan darah di rumah memprediksi
morbiditas kardiovaskular yang tidak terlihat dengan pengukuran tekanan darah di
klinik.
36
Dan yang paling menarik dari penelitian ini adalah meningkatnya resiko
pasien dengan tekanan darah di klinik yang normal tetapi tekanan darah di rumah
yang tinggi, atau masked hypertension. Berbagai penelitian lainnya menunjukkan
nilai prognostik pengukuran tekanan darah di rumah (Tabel 2.3).
5
Penelitian nilai
pengukuran tekanan darah di rumah sebagai prediktor fungsi ginjal pada pasien
hipertensi sendiri masih sangat terbatas. Rave dkk menunjukkan superioritas dari
nilai pengukuran tekanan darh di rumah sebagai prediktor kerusakan fungsi ginjal
pada pasien diabetes type 1 jika dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah di
klinik.
37
Tabel 2.3. Pengukuran tekanan darah rumah dan Outcome5
Nama Penelitian
Populasi
Outcome
Ohasama
Populasi dengan dan tanpa terapi >40 thn
Kardiovaskular,
nonkardiovaskular, dan all-cause
mortality
Ohasama
Populasi dengan dan tanpa terapi >40 thn
Morbiditas stroke total
Ohasama
Populasi dengan dan tanpa terapi >40 thn
Morbiditastotal stroke hemoragik
dan non hemoragik
Kahoku
Populasi dengan dan tanpa terapi > 65
Kardiovaskular,
thn
nonkardiovaskular, dan all-cause
mortality
Kahoku
Populasi dengan dan tanpa terapi >70 thn
Disabilitas, kardiovaskular,
nonkardiovaskular, dan all-cause
mortality
SHEAF
Pasien hipertensi on terapi >60 thn
Kardiovaskular,
nonkardiovaskular, dan all-cause
mortality
PAMELA
Populasi dengan dan tanpa terapi >40 thn
18
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Kardiovaskular dan all-cause
mortality
CKD veterans
Veteran yang diterapi dengan GGK
Morbiditas renal stadium akhir,
all cause mortality
Didima
Populasi umum dengan dan tanpa terapi
Total mortalitas dan morbiditas
usia >18 thn
kardiovaskular
19
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN ALUR PENELITIAN
3.1.
Kerangka Teori
Gambar 3.1. Kerangka teori. Pasien dengan hipertensi, dievaluasi dengan pemeriksaan pengukuran
tekanan darah di rumah dan di klinik. Pada tekanan darah yang tidak terkontrol, maka perfusi ke renal
akan menurun dan terjadi arterosklerosis renal. Hal ini akan menyebabkan peningkatan resistensi
vaskular dan lebih lanjut penurunan GFR. 19
20
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
3.2 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Nilai pengukuran TDR
Nilai pengukuran TDK
Nilai RRI
Faktor Perancu
Demografi pasien
Usia
Diabetes
Dyslipidemia
Indeks massa tubuh
Gambar 3.2. Kerangka Konsep. Hubungan nilai RRI dengan tekanan darah yang dapat dipengaruhi
oleh usia, diabetes, dislipdemia dan indeks massa tubuh
21
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
22
3.3. Alur Penelitian
Kriteria inklusi :
 Dx Hipertensi dalam 18 bulan
terakhir
 Berobat rutin > 3 bulan terakhir





Kriteria ekslusi
Tidak bersedia berpartisipasi
Usia > 65 thn
Gagal jantung fc III-IV
Bukti adanya HT sekunder
Irama Atrial Fibrilasi
Pemeriksaan
Laboratorium,
Doppler Renal
Gambar 3.3. Alur penelitian. Pasien hipertensi yang kontrol dan minum obat teratur dievaluasi
tekanan darah untuk TDR dan TDK. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium dan doppler renalis.
Universitas Indonesia
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian
Penelitian adalah penelitian potong lintang (cross sectional).
4.2
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita, Jakarta.
4.3
Waktu Penelitian
a. Persiapan
: Desember 2012 -Februari 2013
b. Pelaksanaan
: Maret 2013 - Mei 2013
c. Analisis/penyajian
: Juni 2013
4.4
Populasi dan Sampel
4.4.1
Populasi penelitian
4.4.1.1 Populasi target :
Pasien hipertensi yang medapat terapi rutin
4.4.1.2 Populasi terjangkau:
Pasien hipertensi yang mendapatkan terapi rutin dan kontrol di Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta
4.4.2
Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil secara konsekutif dan merupakan bagian subyek
dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan.
23
Universitas Indonesia
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Besar Sampel
4.5
Besar sampel (N) ditentukan dengan rumus
n
= Besar sampel
Zα
= Devriat baku alfa (kesalahan tipe I ditetapkan 5% sehingga Zα=1,96)
Zβ
= Derivat baku beta (bera 20%,Zβ= 0.842)
r
= korelasi yang dianggap bermakna adalah 0,4
Jumlah sample (N) yang didapat adalah 54 sampel. Untuk estimasi drop out
atau data tidak lengkap sebanyak 10% maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
59 orang.
4.6
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.6.1
Kriteria Inklusi
1. Pasien penderita Hipertensi di poliklinik rawat jalan Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita
2. Telah berobat rutin setidaknya dalam 3 bulan terakhir
4.6.2 Kriteria Eksklusi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pasien tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian
Pasien dengan usia > 65 thn
Pasien dengan gagal jantung (fc III-IV)
Serum kreatinin >1.5 mg/dl
Terdokumentasi adanya hipertensi sekunder
Irama atrial fibrilasi
4.7
Identifikasi Variabel
4.7.1
Variabel dependen
1.
2.
Nilai indeks resistensi renalis
Estimated creatinin Clearence (eCcr)
24
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
4.7.2
Variabel independen
1. Data demografis: usia, jenis kelamin, BMI
2. Faktor risiko (diabetes melitus, hipertensi, merokok, dislipidemia), terapi yang
diterima, serum kreatinin dasar
4.8
Cara Kerja
1. Sampel diambil secara konsekutif dari pasien-pasien hipertensi yang kontrol
rutin di PJNHK yang memenuhi kriteria serta setuju untuk mengikuti
penelitian.
2. Data dasar, karakteristik pasien dan pemeriksaan lab dicatat lengkap. Tekanan
darah diukur di rumah sakit oleh tenaga medis terlatih dengan tensimeter
digital yang tervalidasi dan telah dikalibrasi untuk mendapatkan angka TDK
setelah sebelumnya pasien duduk istirahat selama lima menit. Pengukuran
dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak antara pengukuran satu menit. Nilai
TDK sistolik dan diastolik didapatkan dengan mengambil rata-rata dari kedua
pengukuran.38
3. Pengukuran tekanan darah di rumah dilakukan sendiri oleh pasien dengan
menggunakan alat yang sama untuk mendapatkan nilai TDK. Pasien
sebelumnya sudah dilatih cara pengukuran TDR yang baik dengan dua kali
pengukuran di pagi hari dan malam hari setelah sebelumya duduk istirahat
lima menit dengan jarak antar pengukuran satu menit selama 4 hari. Untuk
tiap individu, baik untuk TDK maupun TDR, semua pengukuran dilakukan di
tangan yang sama (non-dominan).29
4. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler ginjal keadaan puasa oleh
sonografer ahli dengan menggunakan probe 5 MHz dari alat ultrasonografi
portabel Logiq-e, dimulai dengan skrining stenosis arteri renalis. Stenosis
dianggap penting apabila >60% dimana sudah terjadi penurunan bermakna
25
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
dari aliran darah ginjal.39 Bila ini ditemukan maka pasien dikeluarkan dari
penelitian. Ginjal yang diperiksa adalah ginjal kanan, kecuali terdapat
kesulitan teknis, sama seperti yang telah dikerjakan pada penelitian
terdahulu.27,40
5. Dengan mempertahankan sudut insonasi <60%, diambil 3 sampel sinyal
Doppler pulse wave pada arteri interlobaris atau segmental sehingga
didapatkan parameter peak systolic velocity (PSV) dan end diastolic velocity
(EDV). Kedua lokasi tersebut reproduksinya baik karena mengarah ke
tranduser. Sedangkan sinyal lemah dari arteri perifer (arkuata) dihindari. Nilai
RRI dihitung dengan menggunakan rerata nilai PSV dan EDV tersebut.
(gambar 4.1).27,40
PSV
EDV
Gambar 4.1 Cara pengukuran PSV-EDV dan anatomi pembuluh darah ginjal.
4.9.
Definisi Operasional
1. Hipertensi didefinisikan sebagai pasien dengan riwayat tekanan darah tinggi
dan sedang mendapat terapi anti hipertensi rutin selama 3 bulan terakhir.
2. Office BP monitoring
dinilai dengan mengukur tekanan darah di klinik
sebanyak dua kali, kemudian diambil nilai rata-rata.
3. Home BP monitoring dinilai dengan mengukur tekanan darah di rumah oleh
pasien, sehingga didapatkan 4 kategori pasien :
-
Normal (TDK <140/90 mmHg dan tekanan darah rumah <135/85
mmHg)
26
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
-
White Coat Hypertension (TDK >140/90 mmHg dan TDR<135/85
mmHg)
-
Masked Hypertension (TDK <140/90 mmHg dan TDR >135/85
mmHg)
-
Sustained hypertension (TDK >140/90 mmHg dan TDR >135/85
mmHg)
4. Peak systolic velocity (PSV) adalah kecepatan tertinggi pada fase sistolik
arteri renalis dari rekaman pulse wave dopler ultrasonografi ginjal dalam cm/
dtk
5. End diastolic velocity (EDV) adalah kecepatan pada akhir fase diastolik dari
rekaman pulse wave dopler ultrasonografi ginjal dalam cm/dtk
6. Indeks Resistif Renalis (RRI) adalah parameter impedans arteri intrarenal
dengan nilai dimensionless quantity dan dikalkulasi dengan formula berikut :
RRI = PSV- EDV x100
PSV
Nilai PS dan EDV yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai rerata
dopler pulse wave yang diambil pada 3 denyutan jantung.41
7. Stenosis arteri renalis dapat terlihat dari gambaran mosaik (turbulensi) pada
color Doppler. Diagnosis stenosis arteri renalis yang bermakna (>60%)
ditegakkan apabila didapatkan nilai PSV >180 cm/detik dan RAR >3.5. bila
sudah terjadi oklusi total dari arteri renalis maka distal dari oklusi tidak akan
mendapatkan sinyal dopler.
8. Renal/Aortic Ratio (RAR) adalah perbandingan antara PSV di arteri renalis
dengan PSV di aorta abdominalis pra-renal
9. Diabetes militus didefinisikan subjek dengan gula darah puasa >126
mg/dl atau gula darah dua jam post prandial >200 mg/dl atau mendapat terapi
anti diabetes.
10. Estimetated creatinin clearence rate (eCcr) dihitung dengan menggunaan
Cockcroft-Gault formula :
27
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
4.10.
Analisis Statistik
Pengukuran TDK dan TDR dibandingkan menggunakan uji korelasi pearson.
Perbedaan diantara keduanya nya di uji t-test untuk beda dua mean. Normalitas data
dilihat dengan menggunakan test of normality Kolmogorov-Smirnov. Uji regresi
korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara metode pengukuran tekanan darah
dan Renal Resistif Indeks dan eCcr. Multiple-regresion model digunakan untuk
mencari faktor independen prediktor dari RRI termasuk usia, jenis kelamin, indeks
massa tubuh, diabetes, TDK dan TDR, terpisah untuk sistolik dan diastolik. Batas
kemaknaan p<0.05. Analisa statistik menggunakan Stata versi 12.0.
28
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Pasien Penelitian
Selama bulan Maret 2013 sampai dengan Mei 2013 diperoleh 82 subyek penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti mengikuti dan menandatangani persetujuan
penelitian, namun satu pasien mempunyai nilai serum kreatinin >1,5 mg/dl, empat pasien tidak
datang untuk evaluasi hasil TDR, dan empat pasien tidak melanjutkan ke pemeriksaan Renal
Resistif Indeks (RRI). Akhirnya kami dapat mengumpulkan partisipan sebanyak 72 pasien.
5.2 Hasil Penelitian
Tujuh puluh dua pasien yang ikut dalam penelitian ini, terdiri dari 30 orang laki-laki
(41.1%) dan dan sisanya perempuan, berusia antara 24-64 tahun. Nilai mean usia adalah 51.7 +
8.2 (SD) tahun, dan indeks massa tubuh 25,986 + 3,15 (SD) kg/m2. Nilai rata-rata kolesterol
total adalah 193 + 48 (SD) mg/dl, HDL 46 + 13 (SD) mg/dl, LDL 122 + 36,9 (SD) mg/dl, dan
TG 125 + 70 (SD) mg/dl. Tiga puluh lima koma enam persen pasien dengan diabetes militus,
23,3% dengan toleransi glukosa terganggu, dan 41.1% tidak diabetes. Karakteristik pasien dan
rata-rata tekanan darah yang didapatkan oleh tiap metode pengukuran disajikan di tabel 5.1. Dari
hasil mean terlihat nilai pengukuran tekanan darah di rumah sistolik (127.20 + 15.97) dan
diastolik (78.12 + 12.061) yang lebih rendah dibandingkan nilai tekanan darah di klinik sistolik
(140.60 + 17.11) dan diastolik (81.61 + 11.60). Perbedaan nilai kedua metode pengukuran ini
diuji dengan uji t-test untuk beda dua mean dan didapatkan perbedaan yang cukup signifikan
(beda mean sistolik 12,8242, dengan p< 0,001 dan CI 9,010-16,638; beda mean diastolik 4,063,
dengan p=0,003 dan CI 1,42 – 6,1 ). dengan Nilai denyut nadi juga ditemukan lebih rendah di
rumah (74,69 + 10,01) dibandingkan saat diukur di klinik (78,19 + 11,75 ).
Terhadap semua subjek, pengukuran RRI dilakukan pada ginjal kanan dan tidak
ditemukan satupun stenosis arteri renalis yang bermakna. Nilai mean Renal Resistif Indeks (RRI)
adalah 69,68 + 7.5 (SD) (arbitrary unit) dengan 54,8% dari partisipan mempunyai nilai dibawah
<70 (arbitrary unit).
29
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Tabel 5.1 Karakteristik partisipan (n= 72, mean + SD)
Karakteristik
Mean + SD
Usia
52.07 + 7.688
Laki-laki(%)
30 (41.1)
Berat badan
67,3 + 8,18
Tinggi badan
161 + 5,82
IMT
25,98 + 3,15
Merokok (%)
12 (16,4)
Dyslipidemia (%)
34 (46,6)
DM(%)
26(35,6)
Sistolik TDK
140.60 + 17.11
Diastolik TDK
81.61 + 11.610
Denyut jantung di klinik(Avg)
78,19 + 11,75
Sistolik TDR
127.20 + 15.97
Diastolik TDR
78.12 + 12.81
Denyut jantung di rumah(Avg)
74,69 + 10,01
Renal resistif indeks (arbitrary unit)
69,68 + 7.5
Uji korelasi antara nilai TDR dan TDK mempunyai korelasi yang sedang untuk sistolik
maupun diastolik (r = 0,48 dengan p<0,001 dan r=0,45 dengan p < 0,001, secara berturutan)
(Gambar 5.1).
30
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
a)
b)
Gambar 5.1 Grafik scatter-plot menunjukkan hubungan linear dari nilai a)nilai tekanan darah sistolik di
rumah dan klinik ; b) nilai tekanan darah diastolik di rumah dan di klinik
Hubungan dari metode pengukuran baik tekanan darah di klinik maupun di rumah dengan
nilai Renal Resistif Indeks (RRI) menggunakan uji regresi linear ditunjukkan di tabel 5.2. Pada
uji korelasi regresi pada nilai sistolik dan diastolik untuk TDK dan TDR didapatkan korelasi
yang bermakna antara nilai sistolik TDR dengan nilai renal Resistif Indeks. Sedangkan dengan
menggunakan korelasi regresi antara nilai sistolik TDK dengan nilai RRI tidak ditemukan
adanya hubungan.
Tabel 5.2. Uji regresi linear antara nilai TDR dan TDK terhadap RRI
Coeffisien
P
[95% CI]
Sistolik TDK
0.037
0.556
-0.064 - 0.139
Diastolik TDK
-0.047
0.414
-0.193 - 0.099
Sistolik TDR
0,118
0.032
0.010 - 0.225
Diastolik TDR
-0.063
0.362
-0.201 - 0.074
Dengan menggunakan kurva korelasi plot, terlihat hubungan peningkatan tekanan sistolik
TDR diikuti dengan peningkatan nilai RRI. Hal ini tidak terlihat di kurva sistolik dan diastolik
untuk TDK (gambar 5.2) .
31
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Renal Resistive Index (AU)
a)
Renal Resistive Index (AU)
b)
Gambar 5.2. Menggambarkan scatter plot antara a) sistolik TDR dan diastolik TDR terhadap nilai RRI dan b)
sistolik TDK dan diatolik TDK terhadap RRI.
Dilakukan uji multipel regresi dengan variable usia, jenis kelamin, body mass index,
diabetes militus, dislipidemia, dan sistolik TDR sebagai variable independen dan nilai RRI
sebagai variable dependen (Tabel 5.3). Dari uji ini dapat dilihat korelasi sistolik TDR terhadap
nilai RRI yang masih signifikan.
32
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Tabel 5.3 Uji multiple regresi dari variabel independen yang mempengaruhi nilai RRI
Koefisien
P
[95% Conf. Interval]
Sistolik TDR
0.112
0.042
0,042 - 0,220
Usia
0.204
0.070
-0.017 - 0,427
Jenis kelamin
1.26
0.481
-2.30 - 4.83
Dislipidemia
-0.350
0.849
-1.191 - 7.256
Diabetes
3.03
0.156
-1.191 - 7.256
BMI
0.007
0.980
-0.561 - 0.575
Untuk melihat peran pengukuran tekanan darah di rumah dan klinik kepada fungsi ginjal
lebih lanjut, dilakukan uji regresi linear dengan estimated creatinin clearance rate (eCcr).
Didapatkan tidak terdapat korelasi yang bermakna diantara kedua metode pengukuran terhadap
nilai eCcr (tabel 5.4).
Tabel 5.4. Uji regresi linear antara nilai TDR dan TDK terhadap eCcr
Coeffisien
P
[95% CI]
Sistolik TDK
0.156
0.272
-0.064 - 0.139
Diastolik TDK
0.400
0.054
-0.07 - 0.807
Sistolik TDR
0,070
0.661
-0.390 - 0.249
Diastolik TDR
0.410
0.052
-0.002 - 0.822
Berdasarkan nilai RRI yang sudah didapat, dilakukan uji korelasi untuk melihat
hubungan antara anatar RRI dengan eCcr sebagai prediktor fungsi ginjal. Didapatkan hubungan
yang bermakna dengan korelasi yang sedang diantara keduanya (r=-0.388 dengan
p<0.001)(gambar 5.3)
33
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Gambar 5.3. Menggambarkan scatter plot antara nilai RRI dengan nilai eCcr
Berdasarkan tekanan darah TDR dan TDK pasien dibagi ke dalam empat kelompok
besar yaitu normotension, white coat hypertension, masked hypertension dan sustained
hypertension (Gambar 5.3). Ketika dihitung nilai mean Renal Resistive Indeks dari keempat
kelompok ini didapatkan nilai mean tertinggi pada kelompok dengan masked hypertension (tabel
5.4).
17,8%
39,7%
16,4%
26%
Gambar 5.4. Diagram distribusi responden setelah TDK dan TDR
34
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Tabel 5.5. Nilai mean RRI dari empat kategori setelah TDK dan TDR
Mean + SD
Normotension
67,45 + 7,2
White coat hypertension
68,16 + 6,8
Masked hypertension
76,57 + 7,19
Sustained hypertension
70,53 + 5,9
35
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB 6
DISKUSI
6.1 Pembahasan Hasil
Penelitian ini membandingkan tekanan darah di rumah dengan tekanan darah di klinik
dalam hubungannya terhadap nilai indeks esistensi Renalis sebagai kerusakan target organ.
Penemuan utama dari penelitian ini adalah didapatkan korelasi yang baik antara pengukuran
tekanan darah di rumah dengan di klinik, metode pengukuran di rumah berkorelasi secara linear
dengan nilai renal resistif indeks, dan setelah dilakukan multiple regresi didapatkan sistolik TDR
merupakan prediktor independen dari kerusakan target organ ginjal yang dinilai dari RRI.
Beberapa usaha telah dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan reabilitas pengukuran
pengukuran. Pasien dilakukan pengukuran tekanan darah setelah istirahat lima menit dengan
posisi dan cara pengukuran yang baik,
pengukuran diulang sampai dengan dua kali dan
menggunakan alat osilometrik otomastis yang telah tervalidasi dan nilai pengukuran di klinik
didapatkan setelah merata-ratakan hasil kedua pengukuran . Pendekatan ini dilakukan untuk
mencegah bias observer dan bertujuan mengurangi white-coat effect. Hal ini tercermin dari
korelasi yang sedang antara antara TDK dengan TDR baik sistolik maupun diastolik (r=0,48
dengan p<0.001, r=0,45 dengan p<0.001 secara berturutan). Hasil ini berbeda dengan yang
ditemukan oleh Stergiou dkk, yang menemukan korelasi yang kuat antara nilai pengkukuran di
klinik dan di rumah (r=0,79/0,83 untuk sistolik/distolik).12 Perbedaan kekuatan korelasi ini dapat
disebabkan perbedaan dalam pengambilan nilai TDK. Pada penelitian Stergiou, pengukuran
tekanan darah di klinik dilakukan enam kali dalam dua kali kunjungan. Pada penelitian ini
pengukuran tekanan darah di klinik disandarkan pada prinsip “casual” TDK dengan cara yang
telah terstandarisasi.38
Pada penelitian ini, 48 responden (65,7%) mempunyai tekanan darah yang terkontrol
berdasarkan nilai tekanan darah di rumah (tekanan darah sistolik <135 mmHg dan tekanan darah
diastolik BP<85 mmHg). Penelitian Ohasama dan penelitian Japan Home versus Office Blood
Pressure Measurement Evaluation (J-HOME) menunjukkan 40-55% dari pasien dengan
hipertensi essensial terkontrol,42 . Ini dapat disebabkannya adalah populasi baik pada penelitian
Ohasama dan J-HOME merupakan penelitian yang berbasis di populasi sedangkan penelitian ini
sendiri merupakan penelitian berbasis rumah sakit khusus jantung dengan salah satu kriteria
36
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
inklusi adalah pasien kontrol dan minum obat anti hipertensi secara rutin sehingga memberikan
kontrol tekanan darah yang lebih baik saat di rumah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pontremoli dkk menunjukan peningkatan RRI
berhubungan dengan kerusakan target organ dini seperti microalbuminuria, penebalan intima
carotis dan LVH pada pasien dengan hipertensi esensial. Walaupun patogenesisnya masih belum
banyak diketahui, beberapa penelitian menunjukkan hal ini dapat disebabkan vasokontriksi
sekunder disebabkan status hipertensi atau lesi aterosklerotik pada ginjal atau keduanya. 7
Bukti-bukti akan peran TDR sebagai prediktor kerusakan target organ terutama renal
terbatas. Mule dkk membandingkan pengukuran TDK, TDR dan ABP dan hubungannya dengan
kerusakan target organ pada 38 pasien hipertensi yang tidak diterapi dan TDR berhubungan
dengan baik dengan indeks massa ventrikel kiri (LVMI) (r=0.43/0.41 untuk sistolik dan diatolik)
dan albumin excretion rate (AER) (0.40/0.33).35 Pada penelitian SAMPLE, 184 pasien hipertensi
dengan hipertropi ventrikel kiri yang dievaluasi dengan TDK, TDR dan ABP. Pemeriksaan echo
dilakukan di awal dan dilakukan 12 bulan kemudian. Ditemukan rata-rata TDR juga prediktif
terhadap perubahan LVMI (r sekitar 0,40; p<0.05), dimana tidak dengan TDK (gambar 6.1).43
Penelitian-penelitian prognostik ini dan beberapa penelitian lainnya kemudian menjadi landasan
rekomendasi untuk pengukuran tekanan darah di rumah oleh 2013 ESH/ESC Guidelines for the
management of arterial hypertension.44
Pada penelitian yang kita lakukan, nilai TDR sistolik merupakan nilai satu-satunya yang
mempunyai korelasi dengan nilai renal resistif indeks dibandingkan dengan nilai TDK. Hal ini
tetap konsisten setelah dilakukan multipel regresi dengan faktor-faktor perancu lainnya (usia,
jenis kelamin, diabetes, BMI). Hubungan antara nilai pengukuran tekanan darah di rumah sendiri
saat dihubungkan dengan nilai eCcr sebagai prediksi dari nilai GFR tidak menunjukkan korelasi
yang signifikan. Hal ini disebabkan pada fase awal kerusakan ginjal dikarenakan hipertensi, renal
tetap meningkatkan fraksi filtrasi sehingga dapat mempertahankan GFR. Pada saat ini telah
terjadi peningkatan resistensi diakibatkan hipertropi dari dinding arteri renalis yang dapat dilihat
dari peningkatan nilai RRI. Pada penelitian ini, RRI terlihat berkorelasi dengan baik dengan nilai
eCcr. Korelasi antara nilai pengukuran TDR dengan fungsi renal pada penelitian ini tidak sekuat
pada penelitian yang dilakukan oleh Pontremoli dkk untuk mikroalbuminuria.7 Kesenjangan nilai
korelasi ini dapat disebabkan pasien pada penelitian ini sudah mendapat terapi rutin sehingga
37
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
menumpulkan kekuatan korelasi dibandingkan penelitian sebelumnya pada pasien yang “naif”
terapi.
Gambar 6.1. Korelasi perubahan left ventricular mass index dan perubahan dalam tekanan darah setelah
satu tahun terapi : SAMPLE study.43
Pada penelitian ini tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara nilai diastolik TDR
dengan nilai RRI. Pada populasi umum peningkatan dari tekanan darah sistolik merupakan faktor
penting berhubungan dengan resiko penurunan dari fungsi ginjal dibandingkan nilai diastolik,
sehingga peningkatan dari tekanan diastolik tidak memberi korelasi sebaik sistolik pada
penelitian ini.45
Penelitian besar pasien hipertensi essensial yang mendapat terapi yang dilakukan di
Jepang (J-HOME study) dan beberapa penelitian yang lebih kecil lainnya
menunjukkan
prevalensi dari masked hypertension antara 9- 25% dan white coat hypertension 18-33%. Hal ini
sesuai seperti yang ditemukan pada penelitian ini dimana prevalensi masked hypertension
sebesar 16,4% dan white coat hypertension 26%. Angka white coat hypertension yang ditemukan
cukup tinggi pada penelitian ini dapat disebabkan penelitian dilakukan di rumah sakit tersier
seperti yang ditemukan di penelitian sebelumnya.46
6.2. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini jumlah obat, dosis, golongan atau waktu pemberian tidak seragam.
Sebagai tambahan, durasi dari antihipertensi dapat berbeda diantara asing-masing obat.
Walaupun tujuan dari penelitian ini tidak untuk mencari efek dari pengobatan antihipertensi,
38
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
tetapi efek antihipertensi yang tidak adekuat dapat mempengaruhi hasil TDR pada sebagian
pasien.
Penilaian durasi dari hipertensi pada sebagian besar responden sulit untuk divaluasi
dengan baik. Umumnya responden tidak melakukan pengukuran tekanan darah sebelum
terdiagnosa hipertensi.
39
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini didapatkan adanya korelasi antara nilai sistolik TDR dengan nilai RRI
dimana peningkatan 1 mmHg nilai TDR dihubungkan dengan peningkatan nilai RRI 0,12
arbitrary unit, dan hubungan ini bersifat independen.
2. Pada penelitian ini terdapat korelasi yang sedang antara tekanan darah TDR dengan
tekanan darah di klinik.
3. Pada penelitian ini terdapat korelasi yang sedang antara nilai RRI dengan eCcr.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat secara prospektif hasil dari pengukuran
tekanan darah di rumah dengan penurunan fungsi ginjal di kemudian hari.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh dari empat kelompok
hipertensi (normotension, white coat hypertension, masked hypertension, dan sustained
hypertension) terhadap nilai RRI.
40
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Bidani AK, Griffin KA. Pathophysiology of hypertensive renal damage: implications for therapy.
Hypertension 2004;44:595-601.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, Jr., et al. The Seventh Report
of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA : the journal of the American Medical Association
2003;289:2560-72.
BPS. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
indonesia; 2007.
Rohman S. Achievement blood pressure target in outpatient clinic. Jakarta: InaSH; 2009.
Parati G, Omboni S, Bilo G. Why Is Out-of-Office Blood Pressure Measurement Needed? Home
Blood Pressure Measurements Will Increasingly Replace Ambulatory Blood Pressure Monitoring
in the Diagnosis and Management of Hypertension. Hypertension 2009.
Lopez-Novoa JM, Martinez-Salgado C, Rodriguez-Pena AB, Lopez-Hernandez FJ. Common
pathophysiological mechanisms of chronic kidney disease: therapeutic perspectives.
Pharmacology & therapeutics 2010;128:61-81.
Pontremoli R, Viazzi F, Martinoli C, Ravera M, Nicolella C, Berruti V, et al. Increased renal
resistive index in patients with essential hypertension: a marker of target organ damage.
Nephrology, dialysis, transplantation : official publication of the European Dialysis and
Transplant Association - European Renal Association 1999;14:360-5.
Boddi M, Cecioni I, Poggesi L, Fiorentino F, Olianti K, Berardino S, et al. Renal resistive index
early detects chronic tubulointerstitial nephropathy in normo- and hypertensive patients.
American journal of nephrology 2006;26:16-21.
Buscemi S, Verga S, Batsis JA, Cottone S, Mattina A, Re A, et al. Intra-renal hemodynamics and
carotid intima-media thickness in the metabolic syndrome. Diabetes research and clinical
practice 2009;86:177-85.
Raff U, Schmidt BM, Schwab J, Schwarz TK, Achenbach S, Bar I, et al. Renal resistive index in
addition to low-grade albuminuria complements screening for target organ damage in therapyresistant hypertension. Journal of hypertension 2010;28:608-14.
Parati G, Bilo G. Home Blood Pressure Measurements Will or Will Not Replace 24-Hour
Ambulatory Blood Pressure Measurement. Hypertension 2009.
Stergiou GS, Argyraki KK, Moyssakis I, Mastorantonakis SE, Achimastos AD, Karamanos VG, et al.
Home blood pressure is as reliable as ambulatory blood pressure in predicting target-organ
damage in hypertension. American journal of hypertension 2007;20:616-21.
Parati G, Mancia G. White coat effect: semantics, assessment and pathophysiological
implications. Journal of hypertension 2003;21:481-6.
Mancia G, Bertinieri G, Grassi G, Parati G, Pomidossi G, Ferrari A, et al. Effects of blood-pressure
measurement by the doctor on patient's blood pressure and heart rate. Lancet 1983;2:695-8.
Pickering TG, Eguchi K, Kario K. Masked hypertension: a review. Hypertension research : official
journal of the Japanese Society of Hypertension 2007;30:479-88.
Ohkubo T, Asayama K, Kikuya M, Metoki H, Hoshi H, Hashimoto J, et al. How many times should
blood pressure be measured at home for better prediction of stroke risk? Ten-year follow-up
results from the Ohasama study. Journal of hypertension 2004;22:1099-104.
Messerli FH, Cotiga D. Masked hypertension and white-coat hypertension: therapeutic
navigation between scylla and charybdis. Journal of the American College of Cardiology
2005;46:516-7.
41
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
Campbell PT, White WB. Home Monitoring of Blood Pressure. In: Black HR, Elliott WJ, eds.
Hypertension : a companion to Braunwald’s heart disease. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier;
2013:465:45-56.
Rosario RF, Wesson DE. Primary hypertension and nephropathy. Current opinion in nephrology
and hypertension 2006;15:130-4.
Luke RG. Hypertensive nephrosclerosis: pathogenesis and prevalence. Essential hypertension is
an important cause of end-stage renal disease. Nephrology, dialysis, transplantation : official
publication of the European Dialysis and Transplant Association - European Renal Association
1999;14:2271-8.
Tublin ME, Bude RO, Platt JF. Review. The resistive index in renal Doppler sonography: where do
we stand? AJR American journal of roentgenology 2003;180:885-92.
Ansarin K, Bavil AS, Ghabili K, Shoja MM, Khosroshahi HT, Hajipour B, et al. Are Doppler
ultrasonography parameters symmetric between the right and left kidney? International journal
of general medicine 2010;3:371-3.
Petersen LJ, Petersen JR, Talleruphuus U, Ladefoged SD, Mehlsen J, Jensen HA. The pulsatility
index and the resistive index in renal arteries. Associations with long-term progression in chronic
renal failure. Nephrology, dialysis, transplantation : official publication of the European Dialysis
and Transplant Association - European Renal Association 1997;12:1376-80.
Platt JF, Ellis JH, Rubin JM, Merion RM, Lucey MR. Renal duplex Doppler ultrasonography: a
noninvasive predictor of kidney dysfunction and hepatorenal failure in liver disease. Hepatology
1994;20:362-9.
Radermacher J, Ellis S, Haller H. Renal resistance index and progression of renal disease.
Hypertension 2002;39:699-703.
Splendiani G, Parolini C, Fortunato L, Sturniolo A, Costanzi S. Resistive index in chronic
nephropathies: predictive value of renal outcome. Clinical nephrology 2002;57:45-50.
Tondas A. Indeks Resistif Ginjal sebagai Prediktor Gangguan Ginjal Akut pada pasien yang akan
menjalani Angioplasti Koroner. Jakarta: Indonesia University; 2012.
Pickering TG, Miller NH, Ogedegbe G, Krakoff LR, Artinian NT, Goff D, et al. Call to action on use
and reimbursement for home blood pressure monitoring: a joint scientific statement from the
American Heart Association, American Society of Hypertension, and Preventive Cardiovascular
Nurses Association. The Journal of cardiovascular nursing 2008;23:299-323.
Parati G, Stergiou GS, Asmar R, Bilo G, de Leeuw P, Imai Y, et al. European Society of
Hypertension guidelines for blood pressure monitoring at home: a summary report of the
Second International Consensus Conference on Home Blood Pressure Monitoring. Journal of
hypertension 2008;26:1505-26.
Parati G, Bilo G. Clinical relevance of day-by-day blood pressure and heart rate variability: new
information from home self-measurements. Hypertension 2008;52:1006-8.
Ibrahim MM, Tarazi RC, Dustan HP, Gifford RW, Jr. Electrocardiogram in evaluation of resistance
to antihypertensive therapy. Archives of internal medicine 1977;137:1125-9.
Niiranen TJ, Jula AM, Kantola IM, Karanko H, Reunanen A. Home-measured blood pressure is
more strongly associated with electrocardiographic left ventricular hypertrophy than is clinic
blood pressure: the Finn-HOME study. Journal of human hypertension 2007;21:788-94.
Shibamiya T, Obara T, Ohkubo T, Shinki T, Ishikura K, Yoshida M, et al. Electrocardiographic
abnormalities and home blood pressure in treated elderly hypertensive patients: Japan home
versus office blood pressure measurement evaluation in the elderly (J-HOME-Elderly) study.
Hypertension research : official journal of the Japanese Society of Hypertension 2010;33:670-7.
42
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
Gaborieau V, Delarche N, Gosse P. Ambulatory blood pressure monitoring versus selfmeasurement of blood pressure at home: correlation with target organ damage. Journal of
hypertension 2008;26:1919-27.
Mule G, Caimi G, Cottone S, Nardi E, Andronico G, Piazza G, et al. Value of home blood pressures
as predictor of target organ damage in mild arterial hypertension. Journal of cardiovascular risk
2002;9:123-9.
Bobrie G, Chatellier G, Genes N, Clerson P, Vaur L, Vaisse B, et al. Cardiovascular prognosis of
"masked hypertension" detected by blood pressure self-measurement in elderly treated
hypertensive patients. JAMA : the journal of the American Medical Association 2004;291:13429.
Rave K, Bender R, Heise T, Sawicki PT. Value of blood pressure self-monitoring as a predictor of
progression of diabetic nephropathy. Journal of hypertension 1999;17:597-601.
Pickering TG, Hall JE, Appel LJ, Falkner BE, Graves J, Hill MN, et al. Recommendations for blood
pressure measurement in humans and experimental animals: part 1: blood pressure
measurement in humans: a statement for professionals from the Subcommittee of Professional
and Public Education of the American Heart Association Council on High Blood Pressure
Research. Circulation 2005;111:697-716.
Granata A, Fiorini F, Andrulli S, Logias F, Gallieni M, Romano G, et al. Doppler ultrasound and
renal artery stenosis: An overview. Journal of ultrasound 2009;12:133-43.
Bossard G, Bourgoin P, Corbeau JJ, Huntzinger J, Beydon L. Early detection of postoperative
acute kidney injury by Doppler renal resistive index in cardiac surgery with cardiopulmonary
bypass. British journal of anaesthesia 2011;107:891-8.
Raff U, Schwarz TK, Schmidt BM, Schneider MP, Schmieder RE. Renal resistive index--a valid tool
to assess renal endothelial function in humans? Nephrology, dialysis, transplantation : official
publication of the European Dialysis and Transplant Association - European Renal Association
2010;25:1869-74.
Ohkubo T, Obara T, Funahashi J, Kikuya M, Asayama K, Metoki H, et al. Control of blood pressure
as measured at home and office, and comparison with physicians' assessment of control among
treated hypertensive patients in Japan: First Report of the Japan Home versus Office Blood
Pressure Measurement Evaluation (J-HOME) study. Hypertension research : official journal of
the Japanese Society of Hypertension 2004;27:755-63.
Meredith PA. ACE inhibition and AT(1) receptor blockers: efficacy and duration in hypertension.
Heart 2000;84 Suppl 1:i39-41; discussion i50.
Authors/Task Force M, Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, et al. 2013
ESH/ESC Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the
management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the
European Society of Cardiology (ESC). European heart journal 2013.
Bakris GL, Weir MR, Shanifar S, Zhang Z, Douglas J, van Dijk DJ, et al. Effects of blood pressure
level on progression of diabetic nephropathy: results from the RENAAL study. Archives of
internal medicine 2003;163:1555-65.
Myers MG, Oh PI, Reeves RA, Joyner CD. Prevalence of white coat effect in treated hypertensive
patients in the community. American journal of hypertension 1995;8:591-7.
43
Pengukuran tekanan.., Edrian, FK UI, 2013
Download