BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar
untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus dicapai diluar batas wilayahnya, dan hal itu diterapkan dalam
sejumlah keputusan yang dibuat dalam kebijakan politik suatu bangsa. Para aktor pengambil kebijakan Luar Negeri
(foreign policy) suatu bangsa akan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap formulasi kebijakan
politik Luar Negerinya.
Hubungan internasional adalah fenomena yang kompleks yang melintasi batas nasional suatu Negara baik yang
dilakukan oleh kesatuan-kesatuan sosial yang disebut dengan aktor-aktor negara dan non –negara, yang meliputi
individu, bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia dan kekuatan-kekuatan, tekanan-tekanan,
proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertindak dan cara berfikir dari manusia ( Wiraatmadja, 1987: 33).
Dalam menjelaskan hubungan antar dua negara dapat ditinjau dari berbagai aspek. Untuk itu teori mendasar yang
harus diperhatikan yaitu teori kedaulatan sebuah Negara.
Konsep kedaulatan mengemuka dalam politik global sejak dilakukannya Traktat Wesphalia di Eropa pada tahun
1648. Traktat Wesphalia ini mengakhiri perang yang berlangsung di Eropa selama 30 tahun. Dalam pandangan mereka,
sebuah Negara harus mempunyai kekuasaan yang absolute atas tritori mereka sendiri, tanpa dibatasi oleh kekuatan supra
nasional/supra territorial dan tanpa intervensi dari pihak lain. Kedaulatan adalah hak ekslusif yang dimiliki suatu Negara
untuk mengatur rakyatnya dalam batas teritorinya, sebagai akibat pelimpahan kekuasaan yang diberikan oleh rakyatnya
(Hermawan, Ed, 2007 :130)
Kepentingan Nasional adalah iringan setia bagi teori kedaulatan. Kepentingan Nasional merupakan konsepsi yang
mencakup kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara. Kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan
kesejahteraan ekonomi. Di mana tujuan mendasar serta faktor paling menentukan para pembuat keputusan dalam
merumuskan kebijakan politik Luar Negerinya adalah kepentingan nasional tersebut. Karena setiap kebijakan politik
Luar Negerinya dirumuskan untuk menjangkau kepentingan nasional.
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
1 – Universitas Indonesia
Kepentingan Nasional (National Interest) ( Rudy, 2002 :116 ) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sehubungan dengan kebutuhan bangsa/Negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-citakan. Dalam hal ini
kepentingan nasioanl yang relatif tetap dan sama diantara semua Negara/bangsa adalah keamanan (mencakup
kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan (prosperity), pasti terdapat serta merupakan
dasar dalam merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional bagi setiap Negara. Oleh karena kesamaan itu,
kepentingan nasional lazim diidentikkan dengan ”tujuan nasional” (national goals atau national objectives).
Tujuan nasional yang hendak dijangkau tersebut melalui politik Luar Negeri merupakan formulasi kongkrit dan
dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power
yang dimiliki untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan dikendalikan
untuk mengubah atau mempertahankan ihwal kenegaraan dan lingkungan internasional. Dalam hal ini, kepentingan
nasional dalam analisa hubungan internasional adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan maupun
menganjurkan prilaku internasional, sebagai dasar untuk menjelaskan prilaku luar negeri suatu Negara. Dengan
demikian, ia seakan menjadi alasan pembenar utama bagi tindakan suatu Negara.
Indonesia sebagai sebuah Negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sejak kemerdekaannya tahun 1945 telah
memainkan berbagai ragam diplomasi menurut perjalanan sejarahnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi sampai
sekarang.
Demikian juga halnya dengan Iran yang berada pada persilangan yang strategis di lingkar Timur Tengah, Asia
Barat Daya, mengalami perkembangan politik sangat panjang pada kebijakan Luar Negerinya, baik semenjak masa pra
Awal revolusi, Awal revolusi, masa Ali Akbar Hashim Rafsanjani, Mohammad Khatami, dan Mahmoud Ahmaddinejad
telah melewati dinamika diplomasi yang tidak pendek. Iran sendiri mempunyai arti sangat penting. Selain karena
jalur-jalur komunikasi yang menghubungkan ketiga benua (Eropa, Asia dan Afrika), kekayaan minyak atau
petrodollarnya dan ketergantungan negara-negara industri Barat dan Jepang pada minyak, menjadikannya posisi sebagai
sebuah Negara yang patut diperhitungkan.
Disamping pengaruh politik dalam negerinya, -- Iran maupun Indonesia--, konstalasi politik internasional yang
dilanda perang dingin antar blok Barat dan blok Timur memberikan tantangan dan pengaruh yang besar bagi diplomasi di
dalam Negara dalam percaturan internasional.
Berakhirnya perang dingin, ternyata juga mengurangi peran strategis Iran, awalnya Amerika Serikat (AS)
membantu Iran dalam mengembangkan program nuklirnya, semua peralatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) dipasok
langsung dari AS. Ini dimaksudkan untuk menghalau perkembangan komunisme. Tapi pada perkembangan selanjutnya
sampai dengan saat ini, Iran justru menjadi sasaran AS, dituduh mengembangkan program nuklirnya untuk kepentingan
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
2 – Universitas Indonesia
militer. Walau dengan kadar berbeda, hal serupa juga dilakukan AS pada Korea Utara. Sekali lagi alasan untuk
mempertahankan keamanan kolektif, seperti yang didengungkan Bush dijadikan pijakan utama ( Keal, 107)
Kedahsyatan nuklir dalam bom atom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki dalam perang Dunia II tahun
1945 kiranya meninggalkan pengaruh yang masih dirasakan sampai sekarang. Selain sebagai senjata pamungkas yang
dahsyat, sejak lama pakar nuklir telah memikirkan bagaimana cara memanfaatkan nuklir untuk kesejahteraan manusia.
Zat radio aktif yang dikandungnya telah dapat dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang, antara lain bidang
industri, kesehatan, pertanian, peternakan, pengawetan bahan makanan maupun bidang ketekniksipilan.
Salah satu pemanfaatan nuklir dalam bidang energi saat ini berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran di
Negara-negara maju, dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Energi Nuklir digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah dan dianggap sebagai pembangkit listrik yang relatif lebih baik dalam
meminimalisasi pencemaran lingkungan di Negara maju, dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Ancaman ketersediaan sumber daya energi fosil yang kian menipis, khususnya minyak bumi dan batu bara
sebagai komponen utama penghasil energy listrik, serta meningkatnya kesadaran usaha untuk melestarikan lingkungan ,
menyebabkan lahirnya pemikiran untuk mencari alternatif baru penyediaan energi listrik.
Kebutuhan energi abad ini adalah kebutuhan yang paling esensial ditengah menipisnya Sumber Daya Alam yang
ada. Teknologi nuklir dapat dikembangkan menjadi energi alternatif dan dapat dimanfaatkan sebagai energi listri,
sehingga bisa menjadi kontributor yang kompetitif dengan sumber energi listrik lainnya seperti batu bara, minyak, gas,
air dll.
Alasan utama penolakan program nuklir Iran adalah kecurigaan penyalahgunaan program tersebut untuk tujuan
persenjataan nuklir. Sebenarnya, terkait kasus nuklir terdapat dua pandangan yang bertyolak belakang, yakni pertama,
telah disepakati bahwa setiap Negara mempunyai hak mengembangkan teknologi tanpa intervensi Negara lain. Hal ini
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan energi negara di mana nuklir bisa menjadi salah satu alternatif sumber energi.
Iran sebagai sebuah Negara merdeka, mempunyai potensi baik SDA maupun SDM, untuk mengembangkan teknologi
nuklir itu. Kedua, pandangan yang sulit dipecahkan terutama adanya kepentingan politik global, di mana isu ini
merupakan turunan dari perang dingin yang terjadi anatara AS dan Rusia terutama dalam program NPT (Traktat Non
Proliferasi Nuklir).
Mencermati beragam reaksi Negara lain, Iran menyebutkan bahwa teknologi nuklir yang dikembangkannnya,
hanya bertujuan untuk pembangkit listrik dan tidak akan diteruskan menjadi proyek senjata dengan meninggikan
pengayaan uraniumnya. Akan tetapi banyak kalangan mensinyalir bahwa reaktor grade saja dapat diproses menjadi bom
seperti halnya di Korut, maka hal tersebut tidak mustahil dikhawatirkan terjadi pula di Iran.
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
3 – Universitas Indonesia
Sebenarnya, mulai 2001, keberadaan teknologi Nuklir Iran, sebagai sebuah alternatif sumber energi, bisa
diandalkan sebagai sumber energi yang besar dan langgeng, dan dapat memenuhi sebagaian kebutuhan pertumbuhan
ekonomi di dalam negeri. Hal ini berbeda dengan tingkat pencemaran energi yang dihasilkan minyak bumi yang sangat
besar terhadap lingkungan hidup, apalagi dengan terbatasnya persediaan energi minyak. Sebagai anggota Traktat Non
Proliferasi Nuklir (NPT) Iran punya hak memanfaatkan energi ini untuk bidang non militer dan Iran tidak bersedia
melepas hak ini.
Atas polemik perspektif ini, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) melalui resolusi DK PBB
yang dimulai DK PBB 1696, tanggal 31 Juli 2006, kemudian DK PBB 1737, tanggal 23 Desember 2006 dan disusul DK
PBB 1747 tanggal 24 Maret 2007, melarang Iran mengembangkan program nuklirnya. Berkaitan dengan hal yang
menyangkut persoalan pengembangan teknologi nuklir Iran, dalam kaitannya dengan persoalan hubungan internasional di
atas, khususnya hubungan Iran Indonesia, baik pra resolusi DK PBB 1747 tanggal 24 Maret 2007 maupun pascanya,
maka penelitian tesis ini dilakukan guna mencari tahu sejauh mana persoalan kebijakan pengembangan program nuklir
Iran ini mempengaruhi kebijakan Politik sebuah Negara, dengan mengambil judul ”HUBUNGAN DIPLOMATIK
IRAN – INDONESIA : ( Studi Kebijakan Pengembangan Nuklir Iran dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Diplomatik
Iran – Indonesia 2005 – 2007 ) ”
B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Untuk mengkaji dan menjawab masalah penelitian, penentuan fokus penelitian menjadi sangat perlu. Menurut
Eisenhardt (1989 : 536) tanpa fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di
lapangan. Oleh karena itu, fokus menjadi sangat penting dalam memadu terarahnya suatu penelitian. Fokus penelitian
terkait erat dengan masalah yang telah dirumuskan, yakni menjadi acuan menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian
masih berkembang sesuai dengan sifatnya yang masih emergent atau tentatif. Karena sifatnya tentatif, maka Fokus
penelitian kualitatif menurut Moleong ( 1999 : 237) dimaksudkan untuk ”membatasi studi kualitatif”, sekaligus
membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan mana yang tidak.
Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, maka untuk mendiskripsikan, menganalisis, dan
menginterpretasikan fokus masalah yang akan diteliti pada penulisan tesis ini dirumuskan menjadi sebuah pertanyaan
penelitian (rumusan masalah) sebagai berikut:
1. Mengapa Iran mengembangkan program teknologi nuklirnya?
2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan PBB mengeluarkan resolusi terkait program nuklir Iran?
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
4 – Universitas Indonesia
3. Bagaimana respon kebijakan Indonesia atas resolusi DK PBB terkait nuklir Iran terhadap hubungan diplomatik
Indonesia - Iran ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam tesis ini, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui latar belakang kebijakan Iran dalam mengembangkan teknologi nuklirnya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan PBB mengeluarkan Resolusi terkait nuklir Iran.
3. Mengetahui respon kebijakan politik negeri Indonesia atas resolusi DK PBB terkait program nuklir Iran,
pengaruhnya terhadap hubungan diplomatik Indonesia – Iran.
D. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang dipakai dalam penelitian ini secara paradigmatik adlah kualitatif dengan strategi studi
kasus. Aplikasi penelitian kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah : a) merumuskan
masalah sebagai fokus penelitian, b) mengumpulkan data, c) menganalisa data, d) merumuskan hasil studi dan, e)
menyusun kesimpulan.
Berdasar ciri-ciri penelitian ini dan memperhatikan fokus kajian penelitian ini, maka strategi yang ditempuh
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Dipilihnya studi kasus karena penelitian ini berusaha mengumpulkan sejumlah
informasi hanya pada kasus tertentu secara mendalam (insight) dan menyeluruh (whole) terhadap sebuah peristiwa atau
kejadian tertentu ( Yin, 1989 : 197) dan Eisenhardt (1989 : 534) : ” the case study is research strategy which focusses on
understanding the dynamic present within single setting.”
Metode
kasus
ini,
pada
dasarnya
peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tak
terfokus
untuk
melacak
peristiwa-peristiwa
kontemporer,
bila
dapat dimanipulasi. Karena itu, studi kasus mendasarkan diri pada
teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber
bukti yang biasanya tak termasuk dalam pilihan sejarawan. Kekuatan yang unik dari studi kasus ialah kemampuannya
untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti dokumen, peralatan, wawancara, dan observasi partisipan,
manipulasi informal juga dapat terjadi (Yin, 2005 : 12).
Kebijakan luar negeri merupakan tindakan suatu Negara yang ditujukan kepada Negara lain atau dunia
internasional yang mempunyai dampak terhadap interaksi antar Negara. Politik luar negeri merupakan suatu kebijakan
yang merefleksikan kepentingan dalam negerinya. Hal ini, artinya mencerminkan respon suatu Negara terhadap
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
5 – Universitas Indonesia
lingkungan domestik dan internasional berkaitan dengan upaya memenuhi dan melindungi kepentingan nasionalnya.
Beranjak dari peranan faktor domestik ,penelitian mencoba menjelaskan dinamika sistem politik Iran dan Indonesia
dalam kaitannya dengan perubahan kebijakan luar negerinya, berkaitan dengan dampak kebijakan pengembangan
nuklirnya atas adanya respon DK PBB. Maka dengan dipilihnya studi kasus dalam penelitian tesis ini, persoalan yang
diteliti bisa dilakukan secara mendalam, detail dan menyeluruh.
E. Sistematika Tulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian tesis ini disesuaikan dengan ketentuan program Pascasarjana Universitas
Indonesia Program Studi Timur Tengah dan Islam sebagai berikut:
Pada Bab I, berisi Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Pertanyaan
Penelitian, Tujuan Penelitian, Kerangka Penelitian dan Sistematika Tulisan.
Bab II, adalah Landasan Teori yang terdiri dari Hubungan Antar Negara, Kepentingan Nasional dan Kebijakan
Luar Negeri. Dari ketiga teori inti tersebut, di dalamnya dijelaskan pula peran Organisasi internasional. Kemudian
turunan teori inti yang kedua adalah Tujuan Nasional dan Kedaulatan. Pada teori Kebijakan Luar Negeri di dalamnya
dijelaskan pula Kebijakan, Politik Luar Negeri, dan Diplomasi.
Bab III, adalah Metodologi Penelitian, yang terdiri dari; Ruang Lingkup Penelitian, Paradigma Penelitian, Metode
Penelitian berisi sub Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisa Data dan diakhiri Validasi dan Pemeriksaan
Keabsahan Data.
Bab IV, adalah Analisa dan Pembahasan. Bab ini merupakan uraian hasil penelitian. Berisi tentang Iran dan
Program Pengembangan Nuklir, yang didalamnya terdapat tiga bahasan inti : Deskripsi negara Iran, tentang Nuklir, dan
Latar Belakang pengembangan nuklir Iran. Dalam hal ini, Iran diurai berdasar kondisi geografis dan geoploitiknya.
Bahasan tentang Nuklir diurai tentang Selayang Pandang Nuklir, Pemanfatan Energi Nuklir dan Aturan Internasional
tentang Pemanfaatan Energi Nuklir.Pada bahasan Latar Belakang Pengembangan Nuklir Iran, di urai tentang Sejarah
Nuklir Iran dan Komplektisitas Isu Nuklir Iran.
Bab V, adalah Analisa dan Pembahasan. Bab ini merupakan uraian hasil penelitian berisi Kebijakan Program
Pengembangan Nuklir Iran, pra dan pasca DK PBB 1747, 24 Maret 2007 yang didalamnya diuraikan Karakteristik
Kebijakan Politik negeri Iran, baik politik Luar Negerinya, khususnya kebijakan masa Presiden Ahmadinejad.
Dilanjutkan dengan Analisa dan Pembahasan tentang faktor-faktor penyebab jatuhnya resolusi DK PBB terkait nuklir
Iran. Baik sebelum jatuhnya Resolusi DK PBB, Kebijakan Amerika dan Iran tentang argumen nuklir Iran maupun
diplomatik atas kebijakan nuklir antar kedua negara penyelenggara Nuklir dan Penggagas DK PBB.
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
6 – Universitas Indonesia
Bab VI, adalah Analisa dan Pembahasan. Bab ini merupakan uraian hasil penelitian dengan mengacu pada
tahap-tahap penelitian. Berisi antara lain deskripsi Indonesia, Iran – Indonesia dan partisipasi organisasi internasionalnya,
respon kebijakan Indonesia terhadap resolusi DK PBB terkait nuklir Iran yang didalamnya dipaparkan tentang kerjasama
kedua negara, dan dinamika politik di Indonesia dalam merespon kebijakan Indonesia yang mendukung resolusi DK PBB
1747 tentang nuklir Iran.
Kemudian Bab V, berisi Kesimpulan dan Saran serta terakhir Daftar Pustaka dan Lampiran.
Hubungan diplomatik iran..., Khodijatul Qodriyah, Program Pascasarjana, 2008
7 – Universitas Indonesia
Download