KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil „Alamin, segala puji dan

advertisement
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT
yang telah begitu banyak memberi nikmat kepada penulis baik nikmat waktu,
kesempatan, kesehatan dan masih banyak lagi yang sering penulis lupakan. Berkat
rahmat Allah SWT juga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak
lupa pula shalawat dan salam penulis sampaikan semoga dilimpahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umat dimanapun berada.
Adapun skripsi ini berjudul: Fenomena Kodokushi di Jepang Dewasa Ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan
meraih gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari banyak pihak, maka dalam
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra
Jepang, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M. S., Ph. D., selaku Dosen
Pembimbing I yang telah dengan sabar meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Adriana Hasibuan, S. S, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang
juga telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam mengerjakan skripsi.
i iv
Universitas Sumatera Utara
5. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya USU,
khususnya pada Departemen Sastra Jepang yang telah mengajarkan
ilmunya kepada penulis.
6. Ayah dan Mamak tercinta (Ahdan dan Nurmismah) yang tanpa lelah
mengorbankan segalanya sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan
sampai saat ini, kalian menjadi inspirasi dan penyemangat yang luar biasa.
7.
Adik-adikku tersayang (Rizal, Taufik, Arini) yang telah menjadi
penyemangat dan penghibur bagi penulis sampai saat ini, penulis akan
berusaha lebih baik lagi ke depannya untuk membantu kalian mewujudkan
impian dan menjadi contoh yang bisa di teladani.
8. Orang-orang yang akan paling di rindukan setelah tamat, Elvi, Liska, Echa,
Vitri, Martha, yang dengan senang hati mau mendengar keluh-kesah
penulis, sabar menghadapi sikap penulis yang menyebalkan, dan
menghibur penulis dengan semua candaan dan gurauannya. Setelah ini kita
masih punya mimpi yang harus kita kejar dan meski nanti kita terpisah,
semoga gak ada yang berubah ^_^.
9. Teman-teman penulis, Puti, Chusyam, Dian, Lina, Linda, Restu, Bari,
Baim, Rauf, pendopo genk, dan berbagai pihak yang telah banyak
membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, biarpun nanti
kita berjauhan jangan lupa sama ku ya .
10. Untuk “BM” (Ayu, Tika, Ifa, Winda) dan Retno yang biarpun kita jarang
ketemu karena kesibukan masing-masing, tapi kalian tetap nggak bosanbosan ngingatkan aku tentang skripsi, menjadi sahabat terhebat sampai
hari ini dan semoga selama-lamanya.
ii
v
Universitas Sumatera Utara
11. Rekan-rekan Sastra Jepang Stambuk 2010 yang telah memberi banyak
bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dan yang telah menemani penulis dalam menghadapi dunia perkuliahan
sampai saat ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
orang yang membacanya dan ingin mengetahui lebih banyak mengenai
kodokushi.
Medan, Oktober 2014
Penulis,
Dila Fitria
iii
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………….….…………...…iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….....1
1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………….1
1.2. Perumusan Masalah…………………………...………………………….6
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan……………………………………………...7
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……………………………………8
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………..……...11
1.6. Metode Penelitian……………………………………………………….12
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KODOKUSHI
2.1. Definisi kodokushi……………………………………………………….13
2.1.1. Pertumbuhan Penduduk Jepang…………………………………..16
2.1.2. Pelaku Kodokushi…………………………………………………20
2.2. Penyebab Terjadinya Kodokushi………………………………………...22
2.3. Perubahan Perilaku Sosial Masyarakat Jepang terhadap Lansia……......30
2.4. Contoh-contoh Kejadian Kodokushi…………………………………….34
BAB III DAMPAK KODOKUSHI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
MASYARAKAT JEPANG
3.1. Diri Sendiri (Kaum Lansia)…………………………………………36
3.2. Masyarakat…………………………………………...…………..... 40
3.3. Negara………………………………………………………………46
iv vii
Universitas Sumatera Utara
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan……………………………………………...... 55
4.2. Saran……………………………………………………… 56
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK.
v viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Selain memiliki kebudayaan yang begitu beragam, Jepang juga memiliki
perindustrian yang maju dan ekonomi yang kuat. Tidak banyak negara maju yang
mampu mempertahankan kebudayaannya hingga dikenal diseluruh dunia namun
diimbangi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jepang merupakan
salah satu dari negara-negara Asia yang mampu bersaing dengan negara-negara
barat saat ini, Jepang yang awalnya mencontoh dari negara-negara barat terutama
Amerika dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini mampu
mengimbangi negara-negara tersebut bahkan mengunggulinya.
Kemajuan Jepang dalam berbagai bidang telah dimulai sejak pemerintahan
Meiji yang menganjurkan industrialisasi dan peningkatan produksi, kemakmuran
nasional, dan kekuatan militer, akibatnya ekonomi kapitalis Jepang mulai tumbuh
pesat. Setelah Perang Dunia II kemakmuran Jepang juga dikarenakan adanya
perjanjian keamanan dengan Amerika Serikat yang menekankan kemajuan
ekonomi dan politik yang berorientasi pada perdagangan dan pendidikan, hal itu
membantu memulihkan kondisi rakyat yang menderita trauma dan peperangan.
Pencapaian Jepang hingga sekarang tidak terlepas dari semangat kerja orang
Jepang yang sangat tinggi serta budaya kelompok yang kuat. Setiap pekerjaan
yang mereka lakukan merupakan pekerjaan untuk kepentingan bersama. Mereka
bekerja keras untuk menunjukkan keberhasilan pekerjaan yang dilakukannya juga
1
Universitas Sumatera Utara
rela dan loyal melakukan pekerjaan yang menjadi kewajibannya demi kepentingan
keluarga dan negara walaupun pekerjaan itu berat. Sikap loyal diperlukan dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidup didalam masyarakat. Semangat kerja mayarakat
Jepang ini dapat dilihat disiaran televisi, koran, ataupun majalah Jepang yang
sering memberitakan tentang orang meninggal karena kelelahan dalam bekerja,
fenomena ini disebut dengan istilah karoshi (Skripsi Lastri Pebriyanti Situmorang:
2008). Ini merupakan hal yang biasa bagi masyarakat Jepang, bahkan mereka
lebih mementingkan pekerjaannya daripada kehidupan sosialnya.
Statistik tahun 2013 menunjukkan rata-rata setiap tahunnya pekerja Jepang
bekerja sekitar 1.765 jam yang merupakan salah satu jam kerja tertinggi di dunia
dan para pekerja Jepang lebih sering merelakan hari liburnya untuk bekerja. Para
pekerja di Jepang secara tradisional maupun struktural didorong untuk
meningkatkan pendapatan dengan bekerja lembur. Perusahaan tidak memaksa
pegawai bekerja lebih panjang, akan tetapi pegawai secara sukarela melakukannya
demi prestasi. Mereka secara sukarela harus bekerja lebih lama, baik untuk
prestasi atau meraih pendapatan lebih tinggi karena dalam budaya kerja
masyarakat Jepang kenaikan pangkat dinilai berdasarkan prestasi kerja.
Orang-orang yang hidupnya tergantung gaji ini dikenal dengan istilah
Salaryman. Mereka adalah kaum pekerja kelas menengah kebawah yang hidupnya
serba pas-pasan. Para salaryman ini seluruh hidupnya berkutat disekitar pekerjaan
dikantor dan bekerja lembur setiap hari. Jenis pekerjaan yang termasuk kedalam
Salaryman adalah pegawai Bank, asuransi, perusahaan pelayanan, pegawai
perusahaan listrik dan gas, pegawai perkapalan, pegawai kontruksi, dan lain
sebagainya. Sikap masyarakat Jepang yang seperti ini tidak terlepas dari tingginya
2
Universitas Sumatera Utara
biaya hidup yang harus dipenuhi. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak
memiliki kehidupan sosial diluar kehidupan kantornya karena mereka hanya
berteman dan bergaul dengan orang-orang ditempat kerjanya. Mereka tidak
mengenal orang-orang dilingkungan sekitarnya sehingga ketika mereka telah
pensiun dan berpisah dari teman-teman kantornya mereka tidak memiliki teman
untuk berbagi bahkan dengan keluarga sendiripun tidak memiliki ikatan
kekeluargaan yang kuat, yang lebih mengkhawatirkan adalah mereka bahkan tidak
memiliki keluarga karena tidak pernah menikah. Kondisi seperti ini disebut
dengan istilah Muen shakai yaitu seseorang yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan. Kondisi masyarakat yang seperti ini pada akhirnya menimbulkan
berbagai masalah sosial dalam masyarakatnya.
Salah satu masalah sosial yang sedang dihadapi Jepang saat ini adalah
kodokushi. Jika dilihat dari kanjinya yaitu kodoku(孤独) yang berarti kesepian dan
shi(死) yang berarti kematian, maka kodokushi dapat diartikan mati kesepian atau
mati dalam kesendirian. Kodokushi merupakan masalah sosial yang saat ini
sedang dihadapi kaum lansia Jepang, suatu kondisi dimana orang tua yang hidup
sendiri, di apartemen ataupun di rumah mereka, meninggal tanpa ada keluarga
yang merawatnya. Hal ini dikarenakan adalah berubahnya sistem masyarakat di
Jepang yang disebabkan beralihnya masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Pola keluarga Jepang yang awalnya berbentuk Ie dimana dalam satu
rumah tangga dapat hidup dua sampai tiga generasi berubah menjadi kaku kazoku
atau keluarga inti yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum
menikah. Hal ini dimaklumi mengingat biaya hidup yang semakin lama semakin
mahal membuat tradisi keluarga besar yang hidup bersama semakin pudar.
3
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya banyak orangtua yang tidak lagi tinggal bersama anak atau cucunya
kemudian menyebabkan banyak orang tua tinggal sendiri atau di panti jompo dan
kemudian meninggal. Fenomena kodokushi ini merupakan dampak dari
peningkatan jumlah lansia di Jepang dimana saat ini pertumbuhan kaum lansia
meningkat sedangkan penduduk usia muda semakin menurun atau biasa disebut
shoushi koreika. Penyebab menurunnya jumlah penduduk usia muda dikarenakan
kaum wanita Jepang saat ini merasa kesulitan untuk memilih antara kodratnya
sebagai ibu rumah tangga yang harus mendidik anak atau berkarir. Banyak dari
mereka lebih memilih bekerja sehingga mereka tidak mau melahirkan anak
bahkan semakin banyak kaum wanita yang tidak mau menikah. Ini menyebabkan
angka kelahiran di Jepang saat ini adalah yang terendah di dunia yaitu sekitar 1,3
per pasangan sedangkan angka lansia mencapai 23,3% pada 2011 dan diprediksi
akan mencapai 38,5% pada 2050. Kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan
kaum lansia yang hidup tanpa keluarga dan hubungan sosial yang baik dengan
sekitarnya. Pada dasarnya peningkatan usia hidup disatu sisi menunjukkan hal
yang positif karena hal ini berarti meningkatnya sistem kesehatan dan pola hidup
yang baik, akan tetapi dalam perkembangannya hal ini menimbulkan masalah
yaitu tentang penanganan lansia. Para lansia tidak mendapatkan kualitas
pemeliharaan yang memadai akibat keterbatasan tenaga muda yang produktif.
Fenomena kodokushi adalah fenomena sosial yang muncul ke permukaan di
Jepang pasca gempa bumi Kobe tahun 1995. Kasus ini mencuat pasca
ditemukannya 207 lansia yang meninggal di rumah penampungan sementara
(Themporary Shelter Housing). Mereka adalah para lansia yang menjadi korban
gempa dan tidak memiliki sanak keluarga. Kondisi ini menyebabkan mayoritas
4
Universitas Sumatera Utara
dari mereka mengalami deperesi akibat kesepian, banyak diantaranya yang
akhirnya mengalami ketergantungan alkohol. Sebagian lagi ditemukan karena
kelaparan, kekurangan gizi, atau sakit lever. Mayoritas adalah pria berusia 55
tahun-an. Jumlahnya hampir dua kali lipat wanita yang rata-rata berusia 70 tahunan.
Kasus-kasus kodokushi lainnya banyak dialami oleh para pekerja yang
memasuki usia pensiun dimana sebagian besar masyarakatnya, terutama kaum
pria, memiliki fokus yang lebih besar terhadap pekerjaannya sehingga mereka
akan merasa diasingkan apabila mereka telah pensiun atau kehilangan pekerjaan.
Pada lansia berumur 70-80 tahunan sering muncul perasaan tidak puas terhadap
kaum muda yang dianggap tidak mampu merawat mereka dan mereka
beranggapan bahwa keberhasilan Jepang menjadi negara maju yang membuat para
generasi muda hidup nyaman adalah berkat jasa mereka. Hal ini diperparah karena
adanya budaya malu dalam masyarakat Jepang dan kebiasaan tidak ingin
mencampuri masalah orang lain sehingga ketika seseorang dalam kesulitan
mereka tidak mau meminta bantuan orang lain meski itu keluarganya sendiri, bagi
mereka lebih baik bertahan dalam penderitaan daripada harus meminta bantuan
orang lain. Karenanya masyarakat Jepang cenderung individualis dan merasa
hidup nyaman tanpa harus berinteraksi dengan banyak orang. Gaya hidup
masyarakat Jepang yang cenderung individualis ini pada akhirnya membawa
dampak negatif karena ketika mereka meninggal tidak ada yang mengurus jasad
mereka. Namun disisi lain hal ini melahirkan perusahaan-perusahaan yang
menangani urusan kematian, mulai dari pemindahan barang-barang orang yang
sudah meninggal, upacara kematian, hingga pemakaman.
5
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soekanto dalam sosiologi suatu pengantar, sejak dilahirkan
manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu menjadi satu
dengan manusia lain disekelilingnya serta menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya (1990: 124). Proses ini bisa disebut sosialisasi sehingga ketika
kehilangan agen sosialisasi untuk sebagian besar manusia ini membuat mereka
merasa terisolasi dari lingkungannya dan kehilangan masa depannya. Hal inilah
yang dirasakan oleh sebagian besar kaum lansia Jepang sekarang ini, ditambah
tidak adanya lagi sistem keluarga besar dimana dalam satu keluarga dapat hidup
dua sampai tiga generasi yang memungkinkan kaum lansia dapat terus
bersosialisasi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa penting
untuk membahas dan menganalisis tentang sejarah dan pekembangan kodokushi
yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat Jepang. Hal ini akan penulis
bahas melalui skripsi yang berjudul “ Fenomena Kodokushi di Jepang
Dewasa Ini .“
1.2.
PERUMUSAN MASALAH
Guba dalam Moleong (2007: 93) mendefinisikan masalah sebagai suatu
keadaan yang bersumber dari hubungan antara 2 faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi lain yang menyeret mereka dalam hubungan yang rumit
yang mereka sendiri sulit memahaminya.
Fenomena
kodokushi
sendiri
telah
menjadi
masalah
serius
bagi
pemerintahan Jepang. Fenomena tersebut menunjukkkan lemahnya ikatan sosial
masyarakat Jepang saat ini padahal Jepang adalah negara yang bangga akan
6
Universitas Sumatera Utara
komitmen mereka untuk menghormati orang tua. Kebanggaan ini ditunjukkan dari
adanya sistem Ie dimana dalam satu keluarga dapat terdiri dari dua hingga tiga
generasi, menurut Ariga Kizaemon dalam Situmorang (2011: 25) Ie adalah
kelompok kerjasama dalam mengelola kehidupan. Maka jika ditinjau lebih jauh
pada dasarnya masyarakat Jepang didasarkan pada dua pilar yaitu pekerjaan dan
keluarga yang stabil, namun sekarang hal tersebut tidak sekuat dulu lagi.
Berdasarkan hal diatas maka permasalahan penelitian ini akan menjawab
masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah realitas kodokushi?
2. Bagaimanakah usaha mengatasi kodokushi dan apa dampak yang
ditimbulkan oleh kodokushi terhadap kehidupan sosial masyarakat
Jepang?
1.3.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis
menganggap perlu adanya pembatasan masalah karena dalam setiap penelitian
diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar
sehingga penulis dapat lebih fokus terhadap pembahasan dalam masalah tersebut
dan agar tidak menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang
dibahas.
Seperti diketahui bahwa setiap manusia memiliki masalah tidak peduli
apakah seseorang tersebut muda ataupun tua. Di Jepang sendiri yang merupakan
negara maju masyarakatnya tidak terlepas dari masalah-masalah sosial tidak
7
Universitas Sumatera Utara
hanya kaum muda saja, tetapi kaum lansia juga. Salah satu masalah sosial yang
sedang dihadapi kaum lansia Jepang saat ini adalah kodokushi. Untuk membatasi
ruang lingkup pembahasan, dalam penulisan ini hanya akan membahas masalah
Kodokuhi dalam kehidupan kaum lansia Jepang dan dampak yang ditimbulkannya
terhadap kehidupan sosial masyarakat Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini
penulis juga akan membahas tentang kehidupan sosial masyarakat Jepang dewasa
ini, latar belakang terjadinya kodokushi, serta faktor-faktor penyebab terjadinya
kodokushi di Jepang.
1.4. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
a. Tinjauan Pustaka
Setiap manusia dimanapun mereka berada tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain karena manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri
sehingga perlu adanya jalinan kerjasama antara manusia yang satu dengan yang
lain. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada
dalam masyarakat (sosial) sebab setiap individu tidak dapat hidup dalam
keterpencilan selama-lamanya. Manusia membutuhkan satu sama lain untuk
bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia. Saling ketergantungan ini
menghasilkan bentuk kerjasama tertentu dan menghasilkan bentuk masyarakat
tertentu.
Mac Iver dan page dalam Hasan (2009: 28) menyatakan bahwa masyarakat
ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama
antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta
8
Universitas Sumatera Utara
kebebasan- kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial.
Dan masyarakat selalu berubah.
Kenudian Ralph Linton dalam Hasan (2009: 28) dalam bukunya yang
berjudul The Study of Man, mengemukakan masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Dari penjelasan diatas maka jelaslah bahwa manusia adalah makhluk sosial
sedangkan yang merupakan bentuk umum dalam proses-proses sosial adalah
interaksi sosial, bahkan beberapa ahli sosiologi berpendapat bahwa interaksi sosial
tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain
dari proses-proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis,
menyangkut hubungan secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 1990: 51).
Namun dalam masyarakat Jepang sekarang ini interaksi sosial yang terjadi
sangat jarang karena adanya tuntutan pekerjaan sehingga interaksi sosial dianggap
tidak terlalu penting. Hal ini akhirnya menjadi masalah bagi masyarakat Jepang
yang salah satunya adalah kodokushi.
b. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian perlu adanya kerangka teori untuk mendukung
penelitian tersebut, menurut Koentjaraningrat (1976: 1) kerangka teori berfungsi
sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak
9
Universitas Sumatera Utara
kedalam bentuk yang nyata. Dalam penelitian kebudayaan masyarakat diperlukan
satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari
penelitian ini. Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan psikologi
sosial, teori sosiologi, juga pendekatan fenomenologis untuk meneliti masalah
yang berkaitan dengan kodokushi.
Michener dan Delameter, dalam Tridayaksini dan Hudaniah (2003: 5)
mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi yang sistematik tentang sifat alami
dan sebab-sebab dari perilaku sosial manusia. Sementara menurut Shaw Costanzo
dalam Sarwono (1987: 3), psikologi sosial didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsanganrangsangan sosial. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan rangsangan-rangsangan
sosial adalah manusia dan seluruh hasil karya manusia yang ada disekitar individu.
Teori ini berhubungan dengan bagaimana cara berfikir kaum lansia di Jepang
dalam menghadapi masalah yang ada dalam kehidupannya.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto dalam Upe (2010: 39) menyatakan
bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial,
termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah sosial.
Menurut Moleong (1994: 8), pendekatan fenomenologis menekankan
rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari
sudut pandang pelaku budaya tersebut. Dalam pendekatan fenomenologis, peneliti
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
dalam situasi tertentu.
10
Universitas Sumatera Utara
Penulis menggunakan teori psikologi sosial, teori sosiologi, dan pendekatan
fenomenologis untuk menjawab hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya
kodokushi dan dampak yang ditimbulkan oleh kodokushi terhadap kehidupan
sosial masyarakat Jepang karena perilaku individu pelaku kodokushi merupakan
gejala psikologi sosial yang terjadi di masyarakat.
1.5. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui latar belakang terjadinya kodokushi.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kodokushi terhadap kehidupan
sosial masyarakat Jepang.
b. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai kodokushi.
2. Diharapkan mampu menambah informasi bagi para pembaca khususnya
pelajar Bahasa Jepang mengenai masalah sosial yang sedang dihadapi
kaum lansia di Jepang yaitu kodokushi.
3. Menjadi bahan referensi bagi pembaca yang ingin meneliti masalah
kodokushi lebih jauh.
11
Universitas Sumatera Utara
1.6. METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian sangat diperlukan metode-metode yang
mendukung penelitian untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan
disampaikan penulis kepada para pembaca. Maka dalam mengerjakan penelitian
ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
menggambarkan peristiwa atau gejala apa adanya. Menurut Koentjaraningrat
(1976: 30) penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang
secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh, dikumpulkan, disusun,
diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap
mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.
Selain itu untuk pengumpulan data penulisan menggunakan metode
penelitian kepustakaan (Library Research). Menurut Nasution (1996 : 14), metode
kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca
referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis.
Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan
skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti
meliputi : masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran. Data dihimpun dari
berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survey book
dilakukan di perpustakaan. Data juga didapat melalui Internet yang berhubungan
mengenai masalah kodokushi dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah
sosial ini.
12
Universitas Sumatera Utara
Download