P a g e | 87 TAMADDUN ||Volume||1||Nomor||2||Hal|| 87-100 ||2017|| Bisa diakses di: http://ejournal.kopertais4.or.id/index.php/tamaddun |ISSN (online): 2528-2565| PENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA KARTU KONSEP Anton Timur1 [email protected] SMP Negeri 1 Trowulan Jl. Raya Trowulan Mojokerto Catatan Artikel: Abstrak Proses pembelajaran IPS selama ini masih berorientasi pada target penguasaan materi dan menyelesaikan target kurikulum. Akibatnya siswa hanya terfokus pada hafalan materi dan kurang memahami relevansi materi dengan situasi Korespondesi Penulis: kehidupannya. Berdasarkan observasi di kelas ditemukan [email protected] bahwa pada saat belajar mengajar berlangsung, tidak banyak siswa yang mengeluarkan pendapat atau idenya dan cenderung pasif. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa melalui metode make a match dengan media kartu konsep sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan kerjasama dalam menguasai materi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan langkah/prosedur daur ulang atau siklus dengan subjek siswa kelas VII D SMPN 11 Pasuruan. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada tiap siklusnya, sehingga siswa semakin terlibat aktif dalam pembelajaran IPS. Selain itu juga terjadi peningkatan kemampuan guru dalam penerapan metode pembelajaran dan melakukan penelitian tindakan kelas. Dikirim: 13 Februari 2017 Diterima: 15 Februari 2017 Kata Kunci: Partisipasi, Hasil Belajar, Metode Make a 1 Guru SMP Negeri 1 Trowulan Mojokerto dan Pengurus Jaringan Sekolah Islam Terpadu Wilayah Jawa Timur. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 88 Match, Kartu Konsep Abstract IPS learning process so far is still oriented to the target mastery of the material and complete the target curriculum. As a result students focus only on rote material and less understanding of material relevance to their life situations. Based on classroom observation it was found that at the time of teaching and learning took place, not many students expressed their opinions or ideas and tended to be passive. The purpose of this research is to improve student participation and learning outcomes through make a match method with concept card media so that students can be actively involved in learning and cooperation in mastering the material. This research uses classroom action research method with step / procedure of recycle or cycle with subject of student of class VII D SMPN 11 Pasuruan. The results indicate that there is increased participation and learning outcomes of students in each cycle, so that students increasingly actively involved in learning IPS. In addition there is also an increase in the ability of teachers in the application of learning methods and conduct classroom action research. Keywords: Participation, Learning Outcomes, Make a Match Method, Concept Card PENDAHULUAN Pembelajaran IPS pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik2. Melalui pembelajaran Ilmu sosial (geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, antropologi), diharapkan peserta didik menjadi lebih 2 BSNP. 2007. Model Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Halaman 4. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 89 matang secara emosional, berpikir rasional, memiliki keterampilan sosial dan intelektual sehingga mampu melahirkan keputusan-keputusan yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami. Pembelajaran IPS harus berperspektif global. Perpektif global merupakan pandangan dimana guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang berkaitan dengan isu global. National Council for the Sosial Studies memberikan sejumlah rambu-rambu kapan pembelajaran IPS akan menjadi sangat kuat (powerful) apabila (1) Terasa bermakna, yaitu bila siswa mampu menghubungkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dipelajari di sekolah dan luar sekolah, penyampaian bahan ajar ditujukan pada pemahaman, apresiasi dan aplikasinya dalam kehidupan, (2) Pendekatan integratif, yaitu terintegrasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai, kepercayaan dan keperbuatan nyata, (3) Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu kontroversial yang memberikan ruang berefleksi dan bereaksi sebagai anggota masyarakat, bersikap kritis terhadap isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan pandangan, (4) Bersifat menantang. Siswa ditantang untuk mencapai tujuan pembelajaran baik secara individual maupun sebagai anggota kelompok, guru sebagai model untuk mencapai kualitas sesuai standar yang diinginkan, guru lebih menghargai pendapat siswa dengan alasan yang baik daripada pendapat asal-asalan, (5) Bersifat aktif, memberi kesempatan berfikir dan terlibat dalam pengambilan keputusan selama pembelajaran, pengajaran harus berbasis aktivitas yang dapat ditemui di lingkungan sosial3. Pembelajaran yang berkualitas pada dasarnya akan memberikan dampak pada peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa. Salah satu yang dapat mempengaruhi adalah penggunaan dan pemilihan metode mengajar yang paling tepat untuk dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di kelas, selama ini sering berpusat pada guru sehingga kreatifitas siswa kurang dapat berkembang. Metode yang paling umum digunakan adalah metode ceramah tak terkecuali pada mata pelajaran IPS. Penerapan dan pemakaian metode ceramah yang berlebihan dan berorientasi pada guru akan membawa 3 NCSS. 2000. National Standars for Social Studies Teacher Volume 1,2, USA dalam http://www.upy.ac.id, diunduh pada tanggal 27 Februari 2013. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 90 dampak kurang baik bagi siswa. Dampak itu antara lain (1) siswa mengalami kebosanan dan merasa jenuh, (2) kurang dipahaminya materi, (3) siswa kurang mendapat pengalaman, (4) kurang disukainya pelajaran karena metodenya monoton, (5) tingkat ketuntasan belajar rendah. Berdasarkan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa pada saat proses belajar mengajar berlangsung tidak banyak siswa yang mengeluarkan pendapat atau idenya dan cenderung pasif. Dari kenyataan tersebut peneliti bersama guru yang lainnya berusaha memperbaiki metode dan media mengajar sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan bekerjasama dalam menguasai materi. Peneliti mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran make a match dengan media kartu konsep di kelas. Metode make a match dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 19944. Metode make a match adalah model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) Guru melakukan apersepsi, (3) Guru menyiapkan beberapa kartu konsep (kartu berisi dan jawaban yang saling berpasangan), (4) Setiap siswa mendapat satu buah kartu yang dibagi secara acak, (5) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya, (6) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya, (7) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, (8) Siswa yang telah mendapatkan pasangan, menjelaskan konsep yang ada di dalam kartu yang dipegangnya, (9) Guru memberi penguatan terhadap hasil penjelasan siswa dan tanya jawab, (10) Membimbing siswa untuk melakukan refleksi, (11) Memberikan tes, (12) Memberi tugas untuk membaca, (13) Penutup5. Secara umum metode ini mampu menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa yang terlibat di dalamnya. Keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. 4 Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontektual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Halaman 85. 5 Ibid, halaman 86 dengan modifikasi dari peneliti. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 91 Sedangkan kelemahannya adalah akan terjadi kegaduhan apabila siswa di dalam kelas jumlah banyak dan guru tidak menguasai kelas dengan baik. Media yang mendukung untuk menerapkan metode make a match adalah media kartu konsep. Media kartu konsep adalah media pembelajaran yang terbuat dari kartu berbentuk persegi panjang atau lainnya yang berisi konsep-konsep mata pelajaran yang sedang/akan dipelajari. Sebelum membuat kartu, guru terlebih dahulu membuat konsep-konsep materi yang akan dipelajari. Setelah konsep selesai, kemudian diketik dan diprin/langsung ditulis tangan di kertas bufallo/lainnya yang agak tebal dan tidak mudah kusut. Selanjutnya digunting sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Warna dan bentuk kartu yang dipilih disesuaikan dengan bahan yang tersedia/keinginaan dan kondisi psikologis siswa. Satu kartu berisi satu konsep. Melalui metode make a match dengan media kartu konsep diharapkan terjadinya peningkatan partisipasi siswa dalam pempelajaran sehingga hasil belajar juga mengalami peningkatan. Partisipasi dapat diartikan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan6. Partisipasi siswa merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang memuaskan. Dalam penelitian ini indikator partisipasi siswa adalah (a) bertanya, (b) menjawab, (c) mengemukakan pendapat, (d) mengerjakan tugas, dan (e) kerjasama. Hasil belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan usaha atau belajar. Sedangkan hasil belajar IPS adalah hasil belajar dilihat dari aspek kognitif yang dinyatakan dalam nilai atau skor setelah siswa mengikuti pelajaran IPS. 6 Tannenbaun dan Hahn, Dusseldorp dalam Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Halaman 159 dan Mulyasa, Encoh. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : PT Pemaja Rosda Karya. halaman 59. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 92 Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Faktor-faktor itu adalah, (1) Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alami, dan lingkungan social budaya, (2) Faktor instrumental, meliputi kurikulum, program, motivasi, dan kemampuan kognitif. Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa serta mengetahaui kendala dalam penerapannya. METODE Desain dan metode penelitian ini menggunakan pola penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan proses daur ulang atau siklus. Setiap siklus meliputi: (1) merencanakan tindakan, (2) implementasi tindakan (tindakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran), (3) observasi dan evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi7. Langkah tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus sebagai berikut: 7 Opcit, Sukidin, 2002 halaman 49 dan Hopkins, David. 1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research, 2nd. Philladelphia: Open University Press. Halaman 11. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 93 Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMPN 11 Pasuruan yang berjumlah 35 orang yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember-April pada Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, tes, dokumentasi8. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah (1) lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran, (2) lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, (3) soal tes evaluasi. Teknik analisis kuantitatif deskriptif berdasarkan data yang diperoleh dari instrumen yang digunakan. Instrumennya adalah lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. 8 Moleong, Leky Johannes. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Halaman 217, Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito. halaman 85 dan Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikanm Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: UNESA University Press. halaman 26. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 94 HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian di dapat dari hasil pengamatan proses belajar mengajar IPS, partisipasi siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar menggunakan metode make a match dengan media kartu konsep. Kompetensi yang dibahas adalah KD 5.2 : Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya dengan materi yang dibagi dalam tiga pertemuan dalam tiga siklus. Siklus I Tindakan Siklus I dilaksanakan pada 9 Februari 2015 dengan materi: (1) Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, (2) Saluran Islamisasi di Indonesia, (3) Cara-cara yang digunakan oleh para ulama dan lainnya dalam menyebarkan Islam di berbagai wilayah Indonesia, (4) Peta jalur dan daerah penyebaran Islam di Indonesia. Dari hasil refleksi bersama dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar menunjukkan angka 71 % (25 siswa tuntas 10 siswa tidak tuntas). Belum mencapai kriteria yang dikehendaki yaitu 75 % siswa tuntas. Berdasarkan pengamatan, aktivitas kemampuan guru mencapai 78 %. Belum mencapai kriteria yang dikehendaki yaitu 80 %. 2. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Data hasil observasi partisipasi siswa 76 % dengan perincian sebagai berikut : (I) bertanya 70% (II) menjawab 80% (III) mengemukakan pendapat 71% (IV) mengerjakan tugas 81% (V) kerjasama 80%. Partisipasi siswa telah mencapai kiriteria yang diharapkan yaitu 75 %. 3. Pelaksanaan Tindakan oleh Guru Secara garis besar guru sudah melaksanakan tindakan I dengan skenario pembelajaran menggunakan model make a match dengan media kartu konsep. Pada siklus I terdapat temuan-temuan sebagai berikut : 1. Siswa belum terbiasa menggunakan media kartu konsep dalam pembelajaran. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 95 2. Sebagian siswa masih canggung bertanya dan mengemukakan pendapat dengan temannya untuk menemukan pasangan kartu. 3. Terjadi kegaduhan yang luar biasa dan siswa cenderung bersendagurau. 4. Guru belum maksimal menggunakan pendekatan dalam pembelajaran. 5. Pemantauan guru terhadap pastisipasi siswa dalam pembelajaran masih kurang Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan standar, maka perlu dilakukan perbaikan tindakan dikelas sebagai berikut : 1. Perlu instruksi yang jelas sehingga siswa terbiasa dengan media kartu konsep dalam pembelajaran. 2. Agar siswa tidak canggung bertanya dan mengemukakan pendapat, maka guru perlu memotivasi. 3. Untuk mengurangi kegaduhan perlu di bentuk kelompok-kelompok. 4. Guru perlu mengevaluasi diri terhadap pendekatannya. 5. Agar pemantauan maksimal guru harus lebih fokus dalam pengamatan. Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanakan pada 16 Februari 2015 dengan materi perkembangan kerajaan Islam di berbagai wilayah Indonesia. Dari hasil refleksi bersama dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Data hasil observasi partisipasi siswa 81 % dengan perincian sebagai berikut : (I) bertanya 81 % (II) menjawab 83 % (III) mengemukakan pendapat 74 % (IV) mengerjakan tugas 85 % (V) kerjasama 84 %. Partisipasi siswa telah melampaui kiriteria yang diharapkan yaitu 75 %. 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar menunjukkan angka 80 % (28 siswa tuntas 7 siswa tidak tuntas). Sudah melampaui kriteria yang dikehendaki yaitu 75 % siswa tuntas. 3. Pelaksanaan Tindakan oleh Guru Secara garis besar guru sudah melaksanakan tindakan II dengan skenario pembelajaran menggunakan model make a match dengan media kartu konsep. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 96 Berdasarkan pengamatan, aktivitas kemampuan guru mencapai 86 %. Sudah melampaui kriteria yang dikehendaki yaitu 80 %. Pada siklus II terdapat temuan-temuan sebagai berikut : 1. Siswa mulai terbiasa menggunakan media kartu konsep dalam pembelajaran 2. Sebagian siswa masih canggung mengemukakan pendapat dengan temannya untuk menemukan pasangan kartu 3. Kegaduhan yang mengarah pada sendagurau mulai berkurang 4. Guru belum maksimal dalam hal bahasa komunikasi dengan siswa Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari standar yang telah ditentukan, maka perlu dilakukan perbaikan tindakan dikelas sebagai berikut : 1) Perlu instruksi yang jelas dan berulang agar siswa terbiasa dengan media kartu konsep dalam pembelajaran 2) Agar siswa tidak canggung mengemukakan pendapat, maka guru perlu memotivasi. 3) Untuk mengurangi kegaduhan perlu di bentuk kelompok-kelompok 4) Guru perlu mengevaluasi diri dan memperbaiki bahasa komunikasinya agar mudah dimengerti siswa Siklus III Tindakan siklus III dilaksanakan pada 23 Februari 2015 dengan materi peninggalanpeninggalan sejarah bercorak Islam diberbagai daerah di Indonesia Dari hasil refleksi bersama dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Data hasil observasi partisipasi siswa 86 % dengan perincian sebagai berikut : (I) bertanya 83 % (II) menjawab 85 % (III) mengemukakan pendapat 80 % (IV) mengerjakan tugas 91 % (V) kerjasama 93 %. Partisipasi siswa telah melampaui kiriteria yang diharapkan yaitu 75 %. 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar menunjukkan angka 94 % (28 siswa tuntas) dan 6 % (2 siswa tidak tuntas). Sudah melampaui kriteria yang dikehendaki yaitu 75 % siswa tuntas. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 97 3. Pelaksanaan Tindakan oleh Guru Secara garis besar guru sudah melaksanakan tindakan III dengan skenario pembelajaran menggunakan model make a match dengan media kartu konsep. Berdasarkan pengamatan, aktivitas kemampuan guru mencapai 94 %. Sudah melampaui kriteria yang dikehendaki yaitu 80 %. Pada siklus II terdapat temuan-temuan sebagai berikut : 1. Siswa sudah terbiasa menggunakan media kartu konsep dalam pembelajaran 2. Partisipasi siswa telah melampaui standar yang telah ditentukan 3. Hasil belajar siswa juga telah melampaui standar yang telah ditentukan 4. Guru sudah maksimal dalam mengajarnya Dari hasil temuan dan data yang ada maka penelitian sudah dianggap cukup berhasil dan tidak perlu dilanjutkan kembali dan cukup sampai siklus III. Tujuan pembelajaran menggunakan metode make a match dengan media kartu konsep telah tercapai. Dari data yang telah dipaparkan di atas, maka pembahasan terbagi dalam tiga hal yaitu : 1. Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran. Selama proses pembelajaran menggunakan metode make a match dengan media kartu konsep terlihat aktivitas siswa sangat dinamis hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode ini. Hal ini bisa kita lihat dari perkembangan pada setiap aspek pada tabel bawah ini : Tabel 1 Data peningkatan partisipasi siswa NO 1 2 3 4 5 ASPEK YANG DIAMATI Bertanya Menjawab Mengemukakan pendapat Mengerjakan tugas Kerjasama Total rata-rata PROSENTASE KETERCAPAIAN SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III 70% 81% 83% 80% 83% 85% 71% 74% 80% 81% 85% 91% 80% 84% 93% 76 % 81% 86% Dari tabel di atas maka dapat buat grafik sebagai berikut: Grafik 1 Rata-rata partisipasi siswa tiap siklus Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 98 Rata-rata partisipasi siswa tiap siklus 90% 85% Rata-rata partisipasi siswa tiap siklus 80% 75% 70% Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Grafik 2 Partisipasi siswa tiap indikator 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Dari tabel dapat kita lihat bahwa aspek bertanya dan mengemukakan pendapat, paling sedikit peningkatan skornya. Setelah dianalisis lebih lanjut didapatkan kesimpulan bahwa selama ini siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang menekankan keberanian siswa untuk bertanya dan berpendapat. Sedangkan aspek lainnya sudah baik dan perlu ditigkatakn agar lebih baik lagi. Penerapan metode make a match dengan media kartu konsep telah membawa perubahan pada diri siswa yaitu : Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 99 a. Terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa. Siswa termotivasi untuk belajar IPS dengan sungguh-sungguh karena ditumbuhkan motivasi untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya. b. Siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena dibangun budaya bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan kerjasama. Hal ini bisa kita ketahui lewat hasil observasi yang menunjukkan partisipasi siswa dalam setiap aspeknya mengalami peningkatan. 2. Hasil Belajar Siswa. Penerapan metode make a match dengan media kartu konsep telah membawa perubahan terhadap peningkatan hasil belajar IPS. Hal ini terjadi karena mental positif siswa terbangun dengan penerapan metode ini. Selain itu, siswa mulai terbiasa dengan cara berfikir logis dan ilmiah karena media kartu yang digunakan berisi konsep-konsep materi. Kemampuan siswa menguasai konsep yang dimainkan akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam setiap penilaian. Tabel 2 Prosentase ketercapaian hasil belajar siswa SIKLUS PROSENTASE KETERCAPAIAN TUNTAS TIDAK TUNTAS I II III 71% 80% 94% 29% 20% 6% Dari tabel di atas maka dapat buat grafik sebagai berikut: Grafik 3 Prosentase ketercapaian hasil belajar siswa 100% 80% 60% Tuntas 40% Tidak Tuntas 20% 0% Siklus 1 Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 Siklus 2 Siklus 3 P a g e | 100 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa secara umum kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru telah mengikuti langkah dan prosedur yang digunakan. Hal ini bisa dilihat dari perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan oleh guru tersebut selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Pelaksanaan Tindakan oleh Guru. Hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator terhadap pelaksanaan tindakan dan aktivitas guru selama pembelajaran pada 3 siklus yang dilakukan di dapat data pada siklus I 78%, siklus II 86%, dan siklus III 94%. Secara umum telah menunjukkan perbaikan dan peningkatan. Hal ini bisa di lihat jumlah skor ketercapaiannya dalam grafik di bawah ini: Grafik 4 Aktivitas dan kegiatan guru selama pembelajaran Aktivitas dan Kegiatan guru selama pembelajaran 100% Aktivitas dan Kegiatan guru selama pembelajaran 50% 0% Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Melalui penelitian ini juga telah terjadi beberapa perubahan pada diri guru, di antaranya : a. Guru memahami tentang metode make a match dengan media kartu konsep, serta teknik pengembangannya. b. Guru memahami proses penelitian tindakan kelas untuk perbaikan mutu (perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan tindak lanjut). Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 101 c. Guru memahami pentingnya perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. d. Guru semakin memahami karakter siswa yang beragam dalam pembelajaran e. Guru memahami pentingnya kolaborasi dan kerja sama dengan teman sejawatnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa akan terjadi peningkatan prosentasi ketuntasan yang banyak apabila siswa telah membaca materi terlebih dahulu sebelum penerapan metode make a match dengan media kartu konsep. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) Penggunaan metode make a match dengan media kartu konsep dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. (2) Siswa semakin terlibat aktif dalam pembelajaran IPS, (3) Terjadi perubahan peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai konsep materi yang dipelajari, (4) Terjadi perubahan peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran dan melakukan penelitian tindakan kelas. Agar proses belajar mengajar IPS lebih baik dan efektif maka disarankan agar guru mampu, (1) memberikan motivasi yang maksimal pada siswa untuk menghubungkan materi awal dan yang sedang dipelajari, (2) mengendalikan situasi dari kondisi kelas dan memanfaatkan waktu secara optimal,(3) melakukan pengembangan dan modifikasi metode pembelajaran sehingga cocok dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolahnya, dan (4) sering melatih siswa dengan konsep sehingga menjadi terbiasa. DAFTAR RUJUKAN BSNP. 2007. Model Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hopkins, David. 1992. A Teacher’s Guide to Classroom Research, 2nd. Philladelphia: Open University Press. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontektual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017 P a g e | 102 Moleong, Leky Johannes. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, Encoh. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : PT Pemaja Rosda Karya. Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito. NCSS. 2000. National Standars for Social Studies Teacher Volume 1,2, USA dalam http://www.upy.ac.id , diunduh pada tanggal 27 Februari 2013. Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikanm Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: UNESA University Press. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Anton Timur Tamaddun Volume 1, Nomor 2, Maret, 2017