KOMUNIKASI KELOMPOK PEMULUNG DI TPA NAMO BINTANG

advertisement
KOMUNIKASI KELOMPOK PEMULUNG DI TPA NAMO
BINTANG UNTUK BERTAHAN HIDUP
(Studi Kasus Tentang Komunikasi Kelompok Pemulung untuk
Bertahan Hidup di TPA Namo Bintang Pancur Batu Medan)
Lilis Marpaung
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok Dikalangan Pemulung
Dalam Acara Bertahan Hidup (Studi Kasus Tentang Komunikasi
Kelompok Dalam Bertahan Hidup Di Kalangan Pemulung TPA Namo
Bintang Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Komunikasi Kelompok Dikalangan Pemulung Untuk Bertahan Hidup
di TPA Namo Bintang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode studi kasus, yaitu metode riset yang menggunakan
berbagai sumber data yang dapat digunakan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek
individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara
sistematis. Objek penelitian tentang komunikasi kelompok untuk
bertahan hidup, sedangkan Subjek Penelitian dalam penelitian ini
adalah pemulung yang berperan sebagai informan yang berada di
lokasi peneliti yaitu Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Medan
Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Pemulung, Bertahan hidup
Pendahuluan
Kehadiran pemulung memang bukan hal baru, tetapi ada
perubahan mendasar dalam pola kehidupan mereka. Pengaruh
globalisasi yang menyebabkan kota mengalami tekanan lebih keras
daripada sebelumnya tidak secara serta-merta memunculkan
kecenderungan sifat yang pasrah dalam menghadapi masa depan dan
menyerah pada nasib. Bahkan, mereka lebih berani menampakkan diri
ketika mereka menjalankan aktivitas. Mereka juga tegar ketika
menghadapi tekanan tekanan struktural seperti penggusuran dari
pihak negara yang menganggap bahwa mereka merupakan sumber
kekumuhan dan perusak ketentraman yang sulit diatur dan hanya
menjadi permasalahan bagi pemerintah kota. Mereka juga tidak
1
terlalu peduli dengan warga kota yang umumnya mencitrakannya
secara negatif (Twikromo: 1999). Sebagai subjek aktif, tetap kreatif
dalam melahirkan taktik taktik baru yang mereka peroleh dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Taktik taktik tersebut
merupakan upaya mereka untuk menciptakan kondisi yang dapat
menghasilkan dan menguntungkan dalam rangka mencapai tujuantujuan mereka, yakni pemenuhan kebutuhan hidup mereka, sehingga
mereka dapat tetap bertahan dalam menghadapi lingkungan dan
kondisi sosial yang berubah-ubah di tengah kemiskinan perkotaan.
Pelaksanaan pembangunan di Indonesia pada hakekatnya
bertujuan untuk mencapai suatu wujud masyarakat yang adil dan
makmur, sejahtera, maju, berdaya saing, berkeadilan, damai dan
demokrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari sisi
pemerataan dan perimbangan hasil-hasil pembangunan, masih
terdapat ketimpangan-ketimpangan pada sektoral dan regional.
Hasilnya, kota dijadikan sebagai pusat perdagangan, pusat ekonomi,
pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat sosial budaya serta
memiliki fasilitas-fasilitas lebih baik dari pedesaan. Kota juga
dijadikan fokus utama dalam penanaman modal dan investasi
dimana sebagai pusat berdirinya pabrik-pabrik yang membuat
penduduk desa tergiur untuk datang dan hidup di kota. Dalam
perkembangannya kota akan dipadati kaum urban dari pedesaan
untuk mencari peluang kerja tanpa berbekal keterampilan dan
keahlian serta mempunyai tingkat pendidikan yang relatif rendah.
Semua akibat ini muncul dari suatu konsep pembangunan yang bias
urban dan mengabaikan kaum tertinggal di pedesaan. Dampak
lanjutannya adalah kini muncul masalah diperkotaan seperti yang
disebut dengan pemulungan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
komunikasi kelompok dikalangan pemulung untuk bertahan hidup di
Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Simpang Kongsi,
Kecamatan Pancur Batu Medan
Kajian Pustaka
1. Perspektif
Perspektif merupakan sudut pandang atau cara pandang kita
terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam
mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang kita
peroleh. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan
2
bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang
menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung
dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan
aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya
aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau
kesepakatan dalam hal berbicara, bagaimana bersikap sopan santun
atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak
terjadi konflik atau kekacauan.
2. Teori
Teori adalah abstraksi dari realitas. Teori terdiri dari
sekumpulan prinsip dan definisi yang secara konseptual
mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
Sedangkan Llittle John and Foss (2005: 4) mengatakan “ A Theory is a
system of thought, a way of looking”. Jadi dapat disimpulkan teori
merupakan konseptualisasi mengenai aspek dunia empirik tentang
suatu fenomena, peristiwa atau gejala yang telah tersusun secara
sistematis dengan penjelasan yang logis.
3. Bertahan Hidup
Bertahan hidup (survival) adalah keadaan dimana diperlukan
perjuangan untuk bertahan hidup. survival merupakan kehidupan
dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang
memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk
improvisasi. Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap
kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi
memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan.
menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan
darurat adalah kunci dari survival. pengaturan disini adalah memelihara
ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam
diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru,
tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak
terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan
hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi
survival.
4. Pemulung
Pemulung adalah orang yang memulung dan mencari nafkah
dengan jalan memungut serta memanfaatkan barang–barang bekas
3
(seperti puntung rokok, plastik, kardus bekas dan sebagainya)
kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya
kembali menjadi barang komoditi Ali Lukman, (1991 : 51). Selain itu
pemulung didefinisikan sebagai orang yang mempunyai pekerjaan
utama sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung
kehidupannya sehari-hari, yang tidak mempunyai kewajiban formal dan
tidak terdaftar diunit administrasi pemerintahan Twikromo, (1999 : 09).
Metode penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber
data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti,
menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek
individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara
sistematis (Kriyantono, 2007:66). Seorang peneliti harus
mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari
kasus tersebut untuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya
bilamana terdapat aaspek-aspek yang perlu diperbaiki (Nawawi,
1995:72). Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian di lokasi penelitian. Semua hasil
pengamatan dituangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara
nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati
dan berkaitan dengan tujuan penelitian.
1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan Tempat Pembuangan
Akhir Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu.
2. Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi
hasil penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat konstektual dan
kausistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu
penelitian dilakukan. Karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal
istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut subjek penelitian
atau informan (Kriyantono, 2007:161).
Subjek penelitian yang selanjutnya disebut sebagai informan
dalam penelitian ini adalah pemulung
Pembuangan Terakhir
4
Kecamatan Pancur Batu Nano Bintang dan seorang mandor. Alasan
peneliti memilih informan disesuaikan dengan tujuan penelitian,
karakteristik subjek penelitian dan juga akan disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian.
Subjek penelitian akan diperoleh dengan teknik “snowball” yaitu
subjek peneliti yang pertama diperoleh akan memberitahukan keadaan
informan kedua. Hal ini dilakukan karena luasnya lokasi penelitian
yang tidak memungkinkan peneliti menyelidiki satu persatu yang akan
dijadikan sebagai subjek penelitian, dan bila jumlahnya telah dirasa
cukup dimana dengan jumlah tersebut sudah memenuhi kebutuhan
informasi dalam penelitian maka pencarian subjek penelitian akan
dihentikan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif laporan penelitian akan berisi kutipankutipan atau untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut, data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, videotape, dokumen pribadi catatan atau memo, dan dokumen
resmi lainnya (Moleong, 1990:6)
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan terjun kelapangan untuk
melakukan survey di lokasi penelitian
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan bacaan yang
mendukung dan relevan dengan masalah penelitian yang dilakukan.
Hasil
Setelah menganalisa setiap data hasil wawancara, dilanjutkan
observasi ke lapangan yaitu mengukur tingkat hubungan antara
pemulung dalam komunikasi kelompok. Wawancara dan observasi
yang diajukan diharapkan dapat menunjukkan pengaruh komunikasi
kelompok dikalangan pemulung TPA Namo Bintang Pancur Batu
Medan.
5
Pengujian wawancara dan observasi di awali dengan melihat
kondisi umum pemulung dari jawaban setiap informan yang telah di
berikan setiap pertayaan. Berdasarkan peryataan dari wawancara dan
observasi yang diterima dalam penelitian ini adalah terdapatnya
hubungan komunikasi kelompok dikalangan pemulung dalam
mempertahankan hidup di TPA Namo Bintang Pancur Batu Medan.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat hasil wawancara dan
observasi tersebut dilakukan dengan membuat sumber data yaitu data
primer dan data sekunder bahwa hubunganya saling ketergantungan.
Artinya komunikasi kelompok dikalangan pemulung TPA namo
Bintang memiliki hubungan erat dalam cara mempertahankan hidup
Namo Bintang Pancur Batu Medan.
Kemudian untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan tersebut
digunakan reduksi data dalam proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan abstaksi data (kasar) yang diperoleh dilapangan dan
penyajian data. Hal ini menunjukkan hubungan yang tinggi dan kuat
antara komunikasi kelompok pemulung dalam cara bertahan hidup di
TPA Namo Bintang Pancur Batu Medan.
Hasil dari kesimpulan wawancara menunjukkan bahwa
komunikasi kelompok dikalangan pemulung TPA Namo Bintang
Pancur Batu Medan dengan proses sejak dilakukan kegiatan di
lapangan. Hasil wawancara dan observasi merupakan penarikan
kesimpulan dari analisis data.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang komunikasi kelompok dikalangan
pemulung yang berada di TPA Namo Bintang Pancur Batu Medan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi kelompok antara
pemulung TPA Namo Bintang berperan besar dalam membentuk
konsep cara bertahan hidup pemulung. Hal ini karena adanya situasi
yang dekat dan akrab dalam berkomunikasi. Pemulung pada
dasarnya terkesan tertutup dan pasif, oleh karena itu perlu keakraban
dari pihak luar dalam melakukan pendekatan dengan mereka.
Dengan empati dan menciptakan suasana yang akrab, ramah serta
penuh kasih sayang, maka pemulung dapat lebih terbuka dalam
berkomunikasi antara
sesama pemulung. Temuan juga
6
menunjukkan bahwa pemulung yang selama ini melakukan
komunikasi kelompok. Terlihat bahwa sebagian besar dari mereka
telah menunjukkan berkomunikasi secara kelompok dapat
membantu dalam mempertahankan hidup yang wajar.
2. Temuan menunjukkan bahwa terdapat adanya alasan menjadi
pemulung di TPA Namo Bintang Pancur Batu. Yakni dikarenakan
faktor ekonomi (pemenuhan kebutuhan primer seperti makan,
pakian dan tempat tinggal), rendahnya tingkat pendidikan yang
mengakibabkan susah dalam mencari pekerjan secara formal.
Sebangian penduduk yang tinggal di TPA Namo Bintang tersebut
berasal dari golongan menengah kebawah.
3. Untuk mengatasi masalah-masalah pemulung dalam bertahan hidup,
pemulung saling bekerjasama dengan berkomunikasi secara
kelompok dalam untuk dapat saling menolong antara pemulung.
Temuan menunjukkan pemulung saling menunjukkan empati yang
suportif terhadap pemulung lain.
Saran
Masih berhubungan dengan kesimpulan diatas, maka peneliti
merasa perlu untuk memberikan beberapa saran yang merupakan
sumbangan pemikiran peneliti. Saran-saran yang dimaksud adalah:
1. Sebaiknya pemulung bisa diberikann penyuluhan dalam hal
kesulitan yang dihadapi pemulung dari sisi ekonomi, kesehatan,
pendidikan dan terus memantau siapa saja pemulung yang
bermasalah dalam hal mencari pekerjaan atau pun yang tidak
bermasalah.
2. Perlu diadakan berbagai kegiatan yang dapat lebih meningkatkan
kreatifitas pemulung untuk pengolahan produsi yang ada di TPA.
3. Hendaknya pemerintah dan masyarakat memperhatikan kesehatan
para pemulung
4. Para pemulung melegalkan status kependudukan mereka agar lebih
mudah memperoleh pelayanan seperti pelayanan kesehatan, bantuan
dari pemerintahan dan sebagainya.
5. Adanya program sekolah gratis bagi anak pemulung
6. Pemukiman pemulung tidak kumuh dan kotor. Karena lingkungan
yang kumuh dan kotor adalah sumber penyakit.
7
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani. Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : Refika
Aditama
Anwar Arifin. 1984. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas.
Bandung: Armico
Alsa, A. 2003. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta kombinasinya
dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ardiyanto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Beebe, Redmond. 2008. Interpersonal Communication Relating To
Others. United Of America: Pearson International Edition
Bodgan, Robert, dan Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metoda
Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional
Cangara, Hafied, Msc. Dr. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Daniel T. Sicular. 1991. Pokets in Indonesia Cities: The case of
Scavenger, World development, Vol.9
Dayakisni, Tri. & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM
Press
Daymon, Christine dan Immy Holloway, 2008. Metode-metode Riset
Kualitatif dalam Public
De Vito, Joseph, A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi ke lima.
Hunter Collage of The City University of New York. New
York
Djuarsa, Sasa. 2003. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Fitts, W.H. 1971. The Self Concept And Self Actualization Research.
Monograph: Library of Congres Catalog.
Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius.
-----------------------------. 1992. Majalah Tempo, No: 46 Th. XXI, Jan .
1992, hal 43.
Jalaludin, Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
---------------------------. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
8
John Fiske. 1996. Introduction to Communication Studies. Sage
Publications
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Littlejohn. 1999. Theories of Human Communication. Belmont
California: Wadsworth Publishing Company
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXIV.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
----------------------. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
---------------------. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nur’aeni. 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Purba, Amir dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
--------------------. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian
Survei :Edisi Revisi. Jakarta : LP3S.
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth
Publication, New.
------------------------- Wibowo dan R Sochinb op. Cit hal 5-6,
Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Widjaja, H,A,W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wirosardjono. Dalam Stratifigasi Masyarakat Kota. 1984 : 34
Daftar Pustaka Online:
http://www.forumkami.net/cafe/25072-cara-bertahan-hidup
bagaimana.html#ixzz1u5wwxEIM (diakses tanggal 21 November
2012)
www.pemulung.net/cafe/ (diakses tanggal 21 November 2011)
9
Download