Resume 5# Pengembangan Kurikulum

advertisement
Resume 5# Pengembangan Kurikulum
Yasyfa Harashta/15105244001/TP-B 2015
Teori pendidikan merupakan landasan dalam pengembangan praktik-praktik
pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar dan
manajemen sekolah. Suatu kurikulum dan rencana pembelajaran disusun dengan
mengacu pada teori pendidikan (Kadir., dkk, 2012:141).
Terdapat empat teori pendidikan yaitu teori pendidikan klasik, teori pendidikan
personal, teknologi pendidikan, dan teori pendidikan interaksional yang didasari
berbagai aliran filsafat klasik dan teori-teori belajar menurut para ahli.
Teori adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan
memprediksi (Sagala, 2006:4).
Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, Mudyaharjo dalam Sagala
(2006:3).
Sagala (2006:4), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah sistem konsepkonsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa
pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai asumsi pemikiran
pendidikan dan ada yang beperan sebagai definisi menerangkan makna.
Asumsi pokok pendidikan adalah pendidikan adalah aktual artinya pendidikan
bermula dari kodisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan
belajarnya, pendidikan adalah normative artinya pendidikan tertuju pada mencapai
hal-hal yang baik, dan pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan artiya
pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan
individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapakan.
Teori-teori Pendidikan
Ada empat teori pendidikan yaitu:
1. Teori Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan perenan isi
pendidikan dari pada proses. Dalam praktiknya, pendidik memiliki peranan lebih
besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif
sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
Teori ini berlandaskan aliran filsafat essensialisme, perenialisme dan
eksistensialisme. Filsafat pendidikan essensialisme dengan tokohnya Brameld
bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya, kebenran
esensial ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang
menggunakan buku-buku klasik yang dikenal denganGreat Book. Penekanannya
adalah pada pembentukan intelektual, logika dan kedisiplinan. Pelajaran sangat
berstruktur dengan materi pewarisan budaya dan pengajarannya berpusat pada
guru.
Filsafat perenialisme menyatakan bahwa kebenaran ada pada wahyu Tuhan,
ajaran agama merupakan suatu kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Tokohnya filsafat ini adalah Agustinus dan Thomas
Aquino.
Filsafat eksistensialisme berpendapat bahwa kebenaran adalah eksistensi atau
adanya individu manusia itu sendiri. Kebenaran menurut aliran filsafat ini adalah
bergantung pada keputusan orang itu sendiri. Pendidikan menurut filsafat ini
bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan untuk bebas
memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan diri sendiri, bertanggung
jawab sendiri dan mengembangkan komitmen sendiri.
Materi pelajaran ditekankan pada kebutuhan langsung dalam kehidupan
manusia dan harus memberi kesempatan aktif sendiri, merencanakan dan
melaksanakan sendiri baik individu maupun kelompok. Guru harus bersifat
demokratis dengan teknik mengajar tidak langsung dan peserta didik perlu
mendapatkan pengalaman sesuiai dengan perbedaan individual mereka.
Artinya terdapat perbedaan penekanan dari aliran-aliran filsafat yang
disebutkan diatas, yaitu essensialisme berdasarkan pada logika dan sifatnya
objektif, perenialisme menekankan pada kebenaran berdasarkan wahyu dan
sifatnya mutlak (tidak dapat dibantah walaupun itu logis atau tidak logis),
sedangkan eksistensialisme tergantung pada eksistensi atau keberadaan manusia itu
sendiri dan sifatny subjektif.
2. Teori Pendidikan Personal
Teori pendidikan ini berasumsi bahwa sejak anak dilahirkan, anak tersebut
telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan seyogyanya dapat
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Hal ini berarti peserta didik adalah
pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik sebagai pembimbing, motivator,
fasilitator serta melayani peserta didik.
Teori pendidikan ini berlandaskan filsafat progresivisme dan filsafat romantic.
Filsafat progresivisme dengan tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John
Dewey memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh.
Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan
minat dan kebutuhannya. Kurikulumnya adalah kehidupan itu sendiri, artinya
kurikulum tidak dibatasi pada hal-hal yang bersifat akademik saja, karena semua
pengetahuan adalah merupakan produk berpikir melalui pengalaman. Pendidik
lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik
sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing.
Teori pendidikan romantik berawal dari pemikiran J.J Rouseau tentang tabula
rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah, memiliki nurani
kejujuran, kebeneran dan ketulusan dan siap diisi dengan pengetahuanpengetahuan.
3. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan suatu konsep pendidikan yang memiliki
persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam
menyampaikan informasi namun terdapat perbedaan yaitu dalam pedndiikan
ini pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan
praktis lebih diutamakan.
Isi pendidikan disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran
dan disampaikan dengan media elektronika, dan para peserta didik belajar secara
individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan polapola kegiatan secara efisien. Keterampilan barunya segera digunakan dalam
masyarakat, sedangkan pendidik berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak
tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teori ini merupakan teori pendidikan non-klasik, karena melibatkan teknologi
dalam prosesnya seiring perkembangan zaman.
4. Teori Interaksional
Pendidikan Interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang berttik tolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerjasama dengan manusia lainnya. Dalam pendidikan ini tidak hanya
menekankan interaksi antara peserta didik dan pendidik, akan tetapi juga peserta
didik dengan materi pembelajaran dan lingkungan, yaitu antara pemikiran manusia
dengan lingkungannya.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta yang ada,
memberikan interprestasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam
konteks kehidupan. Filsafat yang melandasinya dalah filsafat rekonstruksionisme
yang merupakan variasi dari progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia
pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Dengan mengkontruksi kembali
kehidupan manusia secara total, dengan merombak tata susunan masyarakat lama
dan membangun tata susunan hidup yang baru melalui lembaga dan proses
pendidikan.
Teori – Teori Pendidikan yang lain adalah:
1. Empirisme
Tokoh utama aliran ini adalah John Locke (Inggris; 1632-1704).Teori ini
beranggapan bahwa keberhasilan seorang anak itu ditentukan oleh pengalaman dan
lingkugannya, dan faktor pembawaan berupa bakat dari lahir tidak berpengaruh
sama sekali. Yang dikenal dengan teori Tabula Rasa yaitu setiap anak terlahir di
dunia dalam keadaan putih bersih bagaikan tabula rasa, selanjutnya lingkunganlah
(pengalaman empirik) yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
2. Nativisme
Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer (Jerman; 1788-1880).Nativus
berarti bakat , teori ini beranggapan bahwa perkembangan seorang anak ditentukan
oleh faktor pembawaan dari lahir, yang merupakan faktor keturunan dari orang
tuanya. Sedangkan faktor lingkungan tidak berpengaruh sama sekali.
3. Konvergensi
Tokoh utama aliran ini adalah William Stern (1871-1939). Teori ini merupakan
perpaduan antara teori empirisme dan nativisme, bahwa perkembangan seorang
anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan dari lahir sebagai bakat dan faktor
lingkungan sebagai pengaruh perkembangannya. Teori ini beranggapan bahwa
faktor pembawaan dari lahir dan lingkungan sama pengaruhnya dalam hasil
pendidikan seorang anak.
4. Naturalisme
Dipelopori oleh JJ. Rousseau (Perancis; 1712-1778). Teori ini juga disebut
dengan Negativisme karena beranggapan bahwa seorang anak dilahirkan dengan
pembawaan yang baik, namun pembawaan yang baik ini dapat rusak karena
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sehingga pendidik diharapakan dapat
menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mampu mendorong
keberanian anak didik kearah pandangan yang positif.
5. Kognitif
Teori Kognitif berasumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya
(Budiningsih, 2004:51). Artinya proses belajar berjalan dengan baik jika materi
pelajaran beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh orang
tersebut. Adapun tiga pakar teori kognitif yaitu:
a.
Teori Perkembangan Piaget
Dikembangkan oleh Jean Piaget ( Swiss, 1896-1980 ), menurut piaget
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf (Budiningsih,
2004:35). Artinya peningkatan kemampuan sesorang sesuai dengan usianya. Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa seseorang dan proses belajar akan terjadi jika melalui tahap
asimilasi, akomodasi, dan enquilibrasi. Asimilasi merupakan proses penyatuan
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu,
akomodasi merupakan poses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang
baru, dan enquilibrasi merupakan proses penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan menjadi empat yaitu tahap
sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap preoperasional (usia 2-7/8 tahun), tahap
operasional konkret (usia 7/8 -11/12 tahun), tahap operasional formal (usia 11/1218 tahun).
b. Teori Belajar menurut Brunner
Brunner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2004:41). Artinya belajar lebih ditentukan dengan
mengatur, menyimpan informasi dan menanggapi suatu rangsangan dengan baik.
Proses belajar terjadi jika melalui tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif
merupakan tahap dimana seorang anak memahami lingkungan sekitarnya dengan
kegiatan-kegiatan (pengetahuan motorik), tahap ikonik merupakan tahap dimana
seorang anak memahami lingkungannya dengan sebuah perumpamaan dan
perbandingan misalnya dengan gambar-gambar, tahap simbolik merupakan tahap
dimana saat seseorang telah memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh
kemampuan bahasa dan berpikir logis.
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru
(Budiningsih, 2004:51). Proses belajar akan terjadi jika melalui tahap
memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran yaitu bahwa siswa melalui
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan kognitifnya, benda-benda nyata dapat
membantu anak-anak usia dini dalam belajar dengan baik, proses asimilasi dan
akomodasi dapat berjalan dengan baik dengan cara melibatkan siswa secara aktif,
menarik minat siswa dengan menghubungkan pengalaman dengan struktur kognitif
yang dimilkinya, pemahaman dalam belajar jika materi belajar disusun dengan
menggunakan pola tertentu, memahami materi pelajaran akan lebih bermakna
daripada menghafal, dan memerhatikan perbedaan karakteristik siswa karena
sangat mempengaruhi hasil belajar.
6. Humanistik
Teori humanistik berpendapat bahwa belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri (Budiningsih, 2004:68). Artinya
tujuan belajar adalah memanusiakan manusia, siswa yang mampu memahami
dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya adalah siswa yangberhasil dalam
belajar. Teori ini dapat memanfaatkan teori lainnya agar dapat mencapai tujuan
sehingga sifatnya cenderung elektif. Adapun tokoh yang menganut teori humanistik
adalah:
a. Pandangan Kolb terhadap belajar
Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi tahap pengalaman konkret yaitu
merupakan tahap paling awal dalam belajar dimana sesorang hanya dapat
merasakan kejadian yang dialaminya apa adanyari jawaban, tanpa dapat
memahami dan menjelaskan kejadian tersebut, tahap pengamatan aktif dan reflektif
merupakan tahap kedua dalam belajar dimana seseorang telah berusaha
memikirkan dan mencari jawaban serta merefleksi pertanyan-pertanyaan terhadap
hal yang dialaminya, tahap konseptualisasi merupakan tahap dimana seseorang
mulai berusaha untuk mengkonsep dan mengembangkan teori dan tahap
eksperimentasi aktif dimana seseorang telah dapat mengaplikasikan teori-teori
dalam situasi yang nyata.
b. Pandangan Honey dan Mumford dalam belajar
Honey dan Mumford membagi orang yang belajar kedalam empat golongan
yaitu kelompok aktivis yaitu orang senang mendapat pengalaman baru dengan
berpartisipasi dalam segala aktivitas, kelompok reflektor yang cenderung bersifat
konservatif sehingga orang-orang di kelompok ini penuh pertimbangan dalam
melakukan suatu tindakan, kelompok teroris merupakan orang-orang yang tidak
mudah terpengaruh, mereka berpikir rasional dan sangat kritis dan yang terakhir
kelompok pragmatis yang merupakan orang-orang yang bersifat praktis, dimana
sesuatu akan berguna jika dapat dipraktikkan.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
Pandangan Hubermas terhadap belajar
Hubermas berpendapat bahwa belajarakan terjadi jika ada interaksi antara
manusia dan lingkungannya baik itu lingkugan alam dan lingkungan sosial.
Hubermas membagi tipe belajar menjadi tiga yaitu belajar teknis yang merupakan
bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan alam,
belajar praktis yang merupakan bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan
baik dengan lingkungan sosialnya, dan belajar emansipatoris yang menekankan
pada usaha sesorang dalam mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi
akan terjadinya transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar
Tujuan belajar dirangkum dalam tiga kawasan yang disebut dengan taksonomi
bloom, yaitu domain kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi), domain psikomotorik (peniruan, penggunaan, ketepatan,
perangkaian, dan naturalisasi), dan domain efektif (pengenalan, merespon,
penghargaan, pengorganisasian, dan pengalaman).
Aplikasi teori belajar humanistik dalam praktiknya cenderung mengarahkan
siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, dan melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran.
7. Konstruksivistik
Pandangan konstruktivisme mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya (Budiningsih,
2004:64). Siswa diharapkan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
dalam kegiatan belajar guru mengarahkan siswa sehingga terjadi kegiatan
konstruksi pengetahuan. Artinya dengan membebaskan siswa dlam berpikir dan
mengembangkan gagasannya.
8. Behavioristik
Meurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya inetraksi antara stimulus dan respon. Artinya seseorang
dinyatakan belajar jika tingkah lakunya menunjukkan perubahan. Adapun tokohtokoh teori behavioristic adalah:
Teori Belajar menurut Thorndike
Belajar adlah proses inetraksi antara stimulus dan respon, dan disebut juga
dengan teori koneksionisme
Teori Belajar menurut Watson
Belajar adalah proses inetraksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
Teori Belajar menurut Clark Hull
Clark Hull menggunakan variabel interaksi antara stimulus dan respon namun
terpengaruh oleh teori evolusi, dimana semua fungsi tingkah laku bermanfaat untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia.
Teori Belajar menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie juga menggunakan variabel interaksi stimulus dan respon,
namun sifatnya hanya sementara, maka dari itu peserta didik seharusnya diberi
stimulus sesering mungkin agar interaksi antara stimulus dan respon bersifat tetap.
Guthrie juga berpendapat bahwa hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
dapat merubah kebiasaan dan perilaku seseorang.
e. Teori Belajar menurut Skinner
Teori Skinner adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
teori behavioristik dimana program-program pembelajaran sperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan
faktor-faktor penguat (Budiningsih, 2004:24).
Daftar Pustaka :
-
http://andhinazubir.blogspot.co.id/2013/11/dasar-dasar-teoripendidikan.html
Download