Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta

advertisement
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris
Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3
SMA Negeri 5 Bukittingi
Gusviar
SMA Negeri 5 Bukittinggi, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi karena selama ini model pembelajaran yang digunakan pada
proses belajar mengajar belum dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Permasalahan yang dihadapi antara lain Jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, kurang
fokusnya peserta dalam pembelajaran Bahasa Inggris, Kurangnya aktif nya peserta didik dalam bertanya
maupun menjawab pertanyaan pendidik, serta kurangnya kemauan peserta didik untuk menyampaikan
ide-idenya maupun menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam kegiatan diskusi. Oleh
karena itu dilaksanakanlah tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran STAD dapat mengembangkan keterampilan
dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah ini serta menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran. Sementara itu pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik pada kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Selama penelitian peneliti
menggunakan lembar observasi dan test berupa kuis. Hasil observasi dianalisis dan dijadikan sebagai
bahan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Data yang diperoleh diolah
untuk menarik
kesimpulan..
Kata Kunci : Pembelajaran Bahasa Inggris, Student Teams Achievement Divisions (STAD).
1. PENDAHULUAN
Undang-undang No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu keterampilan yang diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran
adalah kemampuan berbahasa, khususnya Bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
asing pertama yang dianggap penting, karena dengan Bahasa Inggris kita dapat mengakses
informasi, menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya serta
membina hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Dalam hal ini, pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai
tingkat literasi informational, meningkatkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global dan mengembangkan
pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dan budaya.
Oleh karena itu, Bahasa Inggris memiliki peranan penting untuk pengembangan
intelektual, sosial dan emosional siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan
peserta didik secara langsung dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif.
Dimana pada metode pembelajaran ini lebih menekankan interaksi antar peserta didik. Dari sini
16
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
peserta didik akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Namun dalam
pembelajaran Bahasa Inggris, ada beberapa kendala yang ditemui oleh peneliti pada peserta
didik kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi. Karena jumlah peserta didik yang banyak dalam
satu kelas, akibatnya banyak yang tidak fokus dengan materi yang diterangkan pendidik, enggan
bertanya ataupun menjawab pertanyaan pendidik, serta malu menyampaikan ide-idenya maupun
menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam kegiatan diskusi. Sehingga hal ini
mempengaruhi hasil belajar peserta didik tersebut.
Untuk mengatasi masalah diatas diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif
yang dapat mengembangkan keterampilan dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan
masalah ini serta menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Sementara itu pendidik
berfungsi sebagai fasilitator.
2. Tinjauan Literatur
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktifitas artinya “kegiatan atau keaktifan”.
Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan, Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan:
lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Senada dengan
itu, Sriyono mengatakan bahwa aktifitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani atau rohani. Aktifitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Sten (dalam Dimyati, 2006: 62) berpendapat bahwa guru harus berperan dalam
mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa, artinya mengubah peran
guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa
setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Kegiatan
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran akan
berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000:
67) bahwa: “Belajar sambil melakukan aktifitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan
didalam benak anak didik”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam
rangka mencapai tujuan belajar. Aktifitas yang dimaksud di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar
aktif.
Menurut KBBI hasil adalah sesuatu yang telah dicapai. Hasil belajar adalah
penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran lazimnya
ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan guru. Nawawi (1981: 100) mengemukakan
pengertian hasil adalah sebagai berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran
di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah
pelajaran tertentu.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan penjelasan
tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang
dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah
kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai peserta didik
dalam proses pembelajaran yang berupa nilai atau skor. Hasil belajar Bahasa Inggris adalah
hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau kecakapan untuk menambah pengetahuan atau tingkat
penguasaan yang dicapai peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar Bahasa Inggris di
kelas.
17
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan dan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah ini serta menjadikan
siswa sebagai pusat pembelajaran. Sementara itu pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Pada
proses pembelajaran yang menggunakan model STAD ini peserta didik dalam suatu kelas
tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen
yang terdiri dua laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan
diskusi.
Menurut Slavin 1998 (Permana, 2005) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran
yang menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD), yaitu: 1) Penyajian
Kelas, tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun.
Setiap pembelajaran dengan model STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum
menyajikan materi, pendidik dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya; 2) Tahapan kegiatan Belajar
Kelompok. Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar
Kerja Siswa) untuk setiap kelompok; 3) Tahapan Menguji Kinerja Individu. Untuk menguji
kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis. Setiap peserta didik wajib
mengerjakan tes atau kuis. Setiap peserta didik berusaha untuk bertanggung jawab secara
individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok; 4).Penskoran
Peningkatan Individu. Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan
kesempatan bagi setiap peserta didik untuk menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan
dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya; 5). Tahapan
mengukur Kinerja Kelompok. Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai,
langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok
diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Kelebihan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) adalah : a) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; b) Dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu
masalah; c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi; d) Dapat memungkinkan pendidik untuk lebih memperhatikan peserta didik sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya; e) Para peserta didik lebih aktif bergabung dalam pelajaran
mereka dan mereka lebih aktif dalm diskusi; f) Dapat memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya dan menghargai
pendapat orang lain.
3. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas
X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik. Subjek penelitian tindakan kelas ini
adalah peserta didik kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi diambil sebanyak 38 peserta didik,
18 orang peserta didik laki-laki dan 20 orang peserta didik perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus Pertama dilakukan 2 (dua) kali pertemuan begitu juga
dengan Siklus Kedua dilakukan 2 (dua) kali pertemuan.
Indikator yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktifitas dan
hasil belajar Bahasa Inggris Peserta Didik kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi dengan predikat
baik atau sangat baik dan dilihat keaktifan secara klasikal.
18
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
4. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data awal dari aktifitas belajar peserta didik
semester II/Genap kelas X.3 Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dilihat bahwa dari 38 peserta
didik hanya 7 orang peserta didik yang aktif, 14 orang peserta didik yang cukup aktif dan hanya
17 orang peserta didik yang kurang aktif.
Berdasarkan hasil observasi awal, diperoleh data awal tentang aktifitas belajar peserta
didik sebagai berikut : dari 38 orang peserta didik, yang aktif hanya diperoleh 7 orang peserta
didik (18 %), 14 orang peserta didik (37%) yang cukup aktif dan 17 orang peserta didik (45%)
yang kurang aktif, dan belum ada ditemukan peserta didik yang sangat aktif. Secara klasikal
keaktifan peserta didik baru mencapai 44%.
Berdasar data awal nilai Ulangan Harian 1 (UH1) peserta didik kelas X.3 semester
genap tahun pelajaran 2015/2016, dari 38 orang peserta didik hanya 7 orang peserta didik yang
nilainya tuntas dan 31 orang peserta didik nilainya tidak tuntas. Berdasarkan hasil tersebut
diperoleh gambaran awal dari 38 orang peserta didik, ada 5 orang peserta didik (13%) yang
mendapat kriteria sangat baik , 3 orang peserta didik (8%) yang mendapat kriteria baik, 16
orang peserta didik (42%) mendapat kriteria cukup baik dan 14 orang peserta didik (37%) yang
mendapat kriteria kurang baik. Sementara itu, jumlah peserta didik yang nilainya tuntas ada 7
orang peserta didik (18%) dan nilai peserta didik yang tidak tuntas ada 31 orang peserta didik
(82%) dari 38 orang jumlah peserta didik. Dari tabel bisa dilihat bahwa rata-rata kelas hanya
62,39 dan persentase nilai rata-rata kelas hanya 62%.
1. Siklus I
Tahapan yang penelitian pada siklus I ini adalah:
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan kegiatan, yang dilakukan peneliti adalah : 1)
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2) menyusun skenario
pembelajaran dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran; 3) menyiapkan instrument yang akan digunakan untuk pengamatan dan
penelitian dan 4) membuat instrument penilaian.
b) Pelaksanaan
Kegiatan untuk pengumpulan data telah dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan yaitu pada tanggal 11 dan 15 Februari 2016. Materi yang diajarkan adalah
descriptive text. Pada siklus 1 ini pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 11
Februari 2016 peserta didik diberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang akan
diajarkan sekaligus penjelasan tentang bagaimana penerapan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Setelah itu, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tingkat
kemampuan yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, dan bila memungkinkan dengan
ras yang berbeda. Disaat pembelajaran ini pendidik memperhatikan keaktifan masingmasing peserta didik agar diketahui keadaan peserta didik mana yang sangat aktif, aktif,
cukup aktif dan kurang aktif. Pada siklus I ini masih ada beberapa peserta didik yang
tidak serius mengikuti diskusi dalam kelompoknya tapi kebanyakkan para peserta didik
antusias melakukannya. Setelah setiap kelompok siap mengerjakan LKS dan menguasai
materi, kemudian pembahasan LKS dapat dilakukan.
Pada pertemuan kedua tanggal 15 Februari 2016 setelah pembelajaran
dilaksanakan, kemudian pendidik memberikan kuis kepada peserta didik agar dapat
mengetahui bagaimana aktifitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan
untuk mengetahui gambaran keadaan prestasi peserta didik secara individu.
Berdasarkan tabel pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II, aktifitas belajar
peserta didik mengalami peningkatan, dimana pada pertemuan I peserta didik dengan
kriteria sangat aktif berjumlah 2 orang (5%), peserta didik dengan kriteria aktif
19
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
berjumlah 9 orang (24%), peserta didik dengan kriteria cukup aktif 16 orang (42%),
sedangkan peserta didik dengan kriteria kurang aktif berjumlah 11 orang (29%).
Sementara pada pertemuan II, peserta didk dengan kriteria sangat aktif berjumlah 4
orang (10%), peserta didik dengan kriteria aktif berjumlah 13 orang (34%), peserta
didik dengan kriteria cukup aktif berjumlah 12 orang (32%), dan peserta didik dengan
kriteria kurang aktif berjumlah 9 orang (24%). Secara klasikal keaktifan peserta didik
pada siklus I baru mencapai 54% seperti yang terdapat pada tabel 1:
Tabel 1: persentase aktivitas peserta didik siklus I
Hasil
Kriteria Aktifitas
Peserta Didik
No
Siklus I
Data
Awal
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
Persentase
Siklus I
1
SA
:
Sangat Aktif
0%
5%
10%
7%
2
A
:
Aktif
18%
24%
34%
29%
3
CA
:
Cukup Aktif
37%
42%
32%
37%
4
KA
:
Kurang Aktif
45%
29%
24%
27%
Ket
Dengan peningkatan aktifitas peserta didik ini akan berpengaruh kepada hasil
nilai yang diperoleh dan hasil nilai tersebut dapat digambarkan bahwa peserta didik
dengan kriteria sangat baik berjumlah 5 orang (13%), peserta didik dengan kriteria baik
berjumlah 9 orang (24%), peserta didik dengan kriteria cukup baik berjumlah 15 orang
(39%), sedangkan peserta didik dengan kriteria kurang baik berjumlah 9 orang (24%).
Sementara itu jumlah peserta didik yang mendapat nilai kriteria tuntas ada 13 orang
(34%), dan yang kriteria tidak tuntas ada 25 orang peserta didik (65%). Dengan nilai
rata-rata kelas 67,42 dan persentase nilai rata-rata kelas meningkat dari 62% menjadi
67%.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar peserta didik
pada kelas X.3 mengalami kenaikann akan tetapi masih dibutuhkan juga peningkatan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
c) Pengamatan
Proses pengamatan dilakukan mulai dari mengumpulkan data dari proses hasil
perubahan yang terjadi yakni dari perubahan aktifitas belajar peserta didik baik pada
pertemuan I dan pertemuan II, nilai Ulangan Harian 1 (UH1), hasil tugas dari belajar
kelompok sampai hasil dilaksanakannya siklus I, dengan pembelajaran menggunakan
tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pengamatan dilakukan secara terus
menerus mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.
d) Refleksi
Berdasarkan analisis data pada siklus I di atas terdapat beberapa kelemahan
yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya : a) Kurangnya waktu untuk berdiskusi
mengenai materi yang di bahas; b) Peserta didik masih kurang dapat bekerja sama
2. Siklus II
a) Perencanaan
Rencana tindakan pada siklus 2 disusun berdasarkan kekurangan pada siklus 1
yaitu : 1) pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran; 2) menyusun skenario
pembelajaran; 3) menyiapkan instrument yang akan digunakan , alat dan media yang
dibutuhkan sesuai dengan kompetensi dasar; 4) menyusun ulang strategi pembelajaran
agar lebih baik dan teratur.
b) Pelaksanaan
20
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
Siklus II pada pertemuan I dilaksanakan tanggal 25 Februari 2016 dan
pertemuan II tanggal 3 Maret 2016. Materi pelajaran yang diajarkan pada siklus II
adalah Advertisement. Kegiatan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pada
siklus II, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan diajarkan. Setelah itu,
peserta didik duduk pada masing-masing kelompoknya. Kemudian peserta didik
mengerjakan LKS dan mendiskusikan jawabannya. Peneliti mengamati aktifitas peserta
didik dalam berdiskusi. Setelah itu, masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusinya kedepan kelas. Pada akhir pertemuan peserta didik
diberi kuis untuk melihat nilai masing-masing peserta didik.
Dari pertemuan yang dilaksanakan dapat digambarkan kembali rekapitulasi
aktifitas belajar peserta didik pada siklus II ini, adalah aktifitas belajar peserta didik
pada siklus II pertemuan I diperoleh hasil sebagai berikut : peserta didik dengan kriteria
sangat aktif berjumlah 11 orang (29%), peserta didik dengan kriteria aktif berjumlah 13
orang (34%), peserta didik dengan kriteria cukup aktif berjumlah 9 orang (24%), dan
peserta didik dengan kriteria kurang aktif berjumlah 5 orang (13%). Sementara aktifitas
belajar peserta didik pada pertemuan II diperoleh hasil sebagai berikut: peserta didik
dengan kriteria sangat aktif berjumlah 21 orang (55%), peserta didik dengan kriteria
aktif berjumlah 13 orang (34%), peserta didik dengan kriteria cukup aktif berjumlah 4
orang (11%), sedangkan peserta didik dengan kriteria kurang aktif tidak lagi ditemui
pada pertemuan II ini. Secara klasikal keaktifan peserta didik pada siklus II baru
mencapai 78%.
Sementara itu atas pada siklus II, nilai peserta didik dengan kriteria sangat baik
meningkat menjadi 22 orang (58%), peserta didik dengan kriteria baik meningkat
menjadi 18 orang (42%), peserta didik dengan kriteria cukup baik dan kurang baik
mengalami pengurangan yang sangat signifikan yakni 0 orang peserta didik atau (0%).
Dan pada siklus II ini semua peserta didik mendapat kriteria tuntas dengan rata-rata
kelas 85,08 atau 85%.
c) Pengamatan
Pada siklus II ini, tahap-tahap pengamatan dilakukan sama halnya dengan yang
dilakukan pada siklus I, yakni mulai dari proses pengumpulan data sampai tindakan
yang dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Bahasa Inggris dengan
menggunakan tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
d) Refleksi
Setelah 4 (empat) pertemuan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) dapat dilihat bahwa aktifitas belajar
peserta didik mengalami peningkatan . Hal ini sangat membanggakan karena selama ini
proses pembelajaran yang klasikal belum dapat meningkatkan aktifitas belajar peserta
didik. Oleh karena itu, metode pembelajaran ini akan tetap pendidik gunakan dalam
proses pembelajaran selanjutnya.
PEMBAHASAN
Dari analisis data di atas menggambarkan bahwa aktifitas peserta didik dalam
belajar telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan setelah menggunakan
model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2: Persentase aktivitas peserta didik siklus I dan siklus II
Kriteria Aktifitas
Peserta Didik
No
1
SA
:
Sangat Aktif
Data Awal
Rata-rata
Persentase
Siklus I
Rata-rata
Persentase
Siklus II
0%
7,5%
42%
Ket
21
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
2
A
:
Aktif
18%
29%
34%
3
CA
:
Cukup Aktif
37%
37%
17,5%
4
KA
:
Kurang Aktif
45%
26,5%
6,5%
Jumlah
100%
100%
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa dari data awal diperoleh peserta
didik yang kriteria sangat aktif adalah 0%, kriteria aktif adalah 18%, kriteria cukup aktif adalah
37% dan kriteria kurang aktif adalah 45%. Setelah dilaksanakan siklus I peserta didik dengan
kriteria sangat aktif ada 7,5%, kriteria aktif 29%, kriteria cukup aktif 37% dan kriteria kurang
aktif 26,5%. Dan dari hasil siklus II diperoleh data peserta didik dengan kriteria sangat aktif ada
42%, kriteria aktif ada 34%, kriteria cukup aktif ada 17,5% dan kriteria kurang aktif ada 6.5%.
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan pembelajaran tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, dengan
sendirinya dapat juga meningkatkan hasil belajar peserta didik, seperti tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3: Hasil belajaran peserta didik berdasar kriteria
No
Hasil Nilai
Kriteria Nilai Peserta
Didik
Ket
Data Awal
Siklus I
Siklus II
1
SB
:
Sangat Baik
5
5
22
2
B
:
Baik
3
9
16
3
CB
:
Cukup Baik
16
15
0
4
KB
:
Kurang Baik
14
9
0
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai peserta didik pada data awal
dengan kriteria sangat baik 5 orang peserta didik, kriteria baik ada 3 orang peserta didik, kriteria
cukup baik 16 orang peserta didik, dan kriteria kurang baik ada 14 orang peserta didik. Dan
pada siklus I peserta didik dengan kriteria sangat baik ada 5 orang peserta didik, kriteria baik
ada 9 orang peserta didik, kriteria cukup baik ada 15 orang peserta didik dan kriteria kurang
baik ada 9 orang peserta didik. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar
peserta didik, kriteria sangat baik meningkat menjadi 22 orang peserta didik, kriteria baik
menjadi 16 orang peserta didik, dan tidak ada peserta didik dengan kriteria cukup baik ataupun
kurang baik.
Persentase keaktifan peserta didik menurut skala richter dapat dilihat pada tabel 4
berikut ini :
Tabel 4: Persentase aktivitas peserta didik menurut skala richter
Hasil Persentase Aktifitas
No
1
Ket
Data Awal
Siklus I
Siklus II
44%
54%
78%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat diagram persentasenya sebagai berikut :
22
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Series1
Data Awal
41%
Siklus I
52%
Siklus II
78%
Gambar 1: Diagram batang persentase aktivitas peserta didik menurut skala richter
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat aktifitas peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga diperoleh nilai keaktifan peserta didik sebagai berikut : nilai aktifitas
awal peserta didik hanya 44%, setelah dilaksanakan siklus I meningkat menjadi 54%, kemudian
hasil aktifitas peserta didik pada pelaksanaan siklus II meningkat menjadi 78%.
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
peserta didik pada kelas X.3 di SMA Negeri 5 Bukittinggi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus membuat rancangan pelaksananan
pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran yang
digunakan.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpusat
pada peserta didik, peserta didik membangun diri sendiri dan pengetahuan dalam
mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dipahami dan dikuasai oleh peserta
didik, baik secara individu maupun kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator.
3. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
peserta didik kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi. Aktifitas belajar peserta didik dari
siklus I ke siklus II meningkatkan hal itu dapat dilihat dari persentase yang diperoleh
pada siklus I yaitu 54% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 78%.
Berdasarkan uraian diatas dapat dsimipulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
peserta didik kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittinggi.
B. Saran
1. Melihat pengaruh penggunaan Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta
23
Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal. 16 - 24
Copyright©2016 by LPPM UPI YPTK Padang
ISSN : 2355-9977
didik dalam belajar , untuk itu kepada pendidik yang akan melakukan Proses Belajar
Mengajar (PBM) dapat juga menerapkan tipe Student Teams Achievement Division
(STAD).
2. Agar pembelajaran dengan menggunakan Student Teams Achievement Division
(STAD) dapat berjalan dengan baik, sebaiknya pendidik membuat perencanaan
mengajar materi pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan
dikembangkan, dan untuk setiap konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan
digunakan.
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di kota Bukittinggi, hendaknya pendidik
menambah wawasannya tentang teori belajar dan metode atau model-model
pembelajaran inovatif.
Referensi
[1] Arikunto, Suharsimi & Suharjono & Supardi, “Penelitian Tindakan Kelas", Bumi
Aksara, 2006.
[2] Borich, G.D.,” Observation Skills for Effective Teaching” Mcmilan Publishing
Company, 1984.
[3] Departemen Pendidikan Nasional,” Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, PT Kloang Klede Putra Timur,
2003.
[4] Felder, Arthur. W.”, The Profesional Education of Teachers”. Allin and Bacon,
Inc., 1994.
[5] Hartoyo, Oemar, “Psikologi Belajar dan Mengajar”, Sinar Baru, 2000.
[6] Lie, Anita, “Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
ruang-ruang kelas”, Grasindo, 2004.
[7] Mulyasa. E., “Menjadi Guru Profesional”, Remaja Rosdakarya, 2003.
[8] Nur, Muhammad, “Pembelajaran Kooperatif”, Pusat Sains dan Matematika
Sekolah UNESA, 2005.
[9] Slavin. E. Robert, “Cooperative Learning Theory Research and Practice”, Allyn
&Bacon, 1995.
[10] Suharjono, Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen Dikdasmen Depdiknas, 2003.
[11] Suherman, E, “Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Murid”,
Jurnal Pendidikan dan Budaya.ISSN 1412-579, 2001.
24
Download