efektifitas komunikasi antarpribadi orangtua pada anak

advertisement
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANGTUA PADA
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DISLEKSIA DAN AUTIS
Risqi Inayah Dwijayanti
Universitas Satya Negara Indonesia
Jl.Arteri Pondok Indah No 11 Jakarta Selatan
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRACT
Communication interpersonal parents against children special needs dieksexia and autism
in family environment. Having a similar position as the children who other. In the family, your
home learning and place forge mental need the interaction that dynamic. Communications
interpersonal in the family can have a difference with the family other .Is economic factors,
social status and the level Of education suspended to be factors communication interpersonal
should be able to arranged in a way so as not to cause disharmony in family.
Associated with this research, interpersonal interactions that occur between parents and
children with autism is always changing and running dynamically following the mood of an
autistic child. Interactions that occur between individuals evolve through the symbols they
create. The interaction between individuals takes place consciously and is related to gestures,
vocals, voices, and body expressions, all of which have the intent to seek understanding of
meaning.
This study to know about how the effectiveness of communication between parents and
children with special needs dileksia and autism. To gain knowledge about this, the researcher
uses qualitative research methods. Namely the researchers conducted research directly on the
object of research and go directly to obtain data Research interviewed.
Maintaining an effective process of interpersonal communication between parents and
children, especially with regard to diversity values so as to create effective interpersonal
communication for children. And will affect the performance and success of a program and
facilitate the achievement of learning objectives of diversity values in the character formation of
children.
Keywords: Effectiveness, interpersonal communication, Autism
ABSTRAK
Komunikasi antarpribadi Orangtua terhadap Anak Kebutuhan Khusus Diseleksia dan
Autis dalam lingkungan keluarga. memiliki posisi yang sama dengan anak-anak yang lainnya.
Dalam keluarga, rumah sebagai tempat belajar dan tempat menempa mental membutuhkan
interaksi yang dinamis. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga juga memiliki perbedaan
dengan keluarga lainnya. Adalah faktor ekonomi, status sosial dan tingkat pendidikan yang
ditengarai menjadi faktor perbedaan pola komunikasi dalam keluarga. Apapun itu, pola
99
komunikasi interpersonal seharusnya dapat diatur sedemikain rupa agar tidak menimbulkan
disharmonisasi dalam keluarga.
Terkait dengan penelitian ini, interaksi antar pribadi yang terjadi antara orang tua dan
anak autis selalu berubah dan berjalan dinamis mengikuti mood dari anak autis. Interaksi yang
terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Interaksi yang
dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal,
suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud untuk mencari
kesepahaman makna.
Penelitian ini untuk mengetahui tentang bagaimana efektifitas komunikasi antar pribadi
orangtua dan anak berkebutuhan khusus dileksia dan autis. Untuk memperoleh pengetahuan
mengenai ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Yakni peneliti
melakukan penelitian secara langsung pada objek penelitian dan terjun langsung untuk
memperoleh data-data Penelitian yang diwawancarai.
Memelihara proses Komunikasi antarpribadi yang efektif di antara orangtua dan anak,
khususnya berkaitan dengan nilai-nilai keberagaman sehingga akan tercipta juga komunikasi
antarpribadi yang efektif dengan baik bagi anak. Dan akanberpengaruh terhadap kinerja dan
keberhasilan suatu program serta mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran nilai-nilai
keberagaman dalam pembentukan karakter anak.
Kata Kunci :Efektifitas, komunikasi antar pribadi, Autis
memerlukan perhatian khusus dari
lingkungan sekitarnya untuk dapat
bertumbuh kembang seperti anak
normal lainnya. Keterbatasan yang
dimiliki oleh anak autis ini
menyebabkan anak autis melakukan
tindakan negatif seperti lebih mudah
marah, Pendidikan adalah salah satu
upaya orang tua untuk meminimalisir
tindakan negatif anak autis.
PENDAHULUAN
Mencermati perkembangan
teknologi dan komunikasi yang
makin cepat membutuhkan gerak
yang serba instant, sebab memiliki
efek yang mempengaruhi gaya hidup
manusia yang gampang, praktis,
ekonomis dan sebagainya. Kadang
kita lupa bahwa tidak semua yang
praktis dan ekonomis itu baik untuk
kesehatan tubuh manusia dan tanpa
disadari perkembangan penyakit juga
semakin banyak dan salah satunya
adalah penyakit autism dimana
penyakit yang menyebabkan anak
memiliki perilaku tidak peduli
dengan
lingkungan
sosialnya
sehingga
dapat
mempengaruhi
perkembangan
bahasanya
atau
delayed speech.
Dengan
gangguan
perkembangan yang dimiliki anak
autis
tersebut,
anak
autis
Pendekataan
komunikasi
antarpribadi Orangtua terhadap Anak
Kebutuhan Khusus Diseleksia dan
Autis dalam lingkungan keluarga.
memiliki posisi yang sama dengan
anak-anak yang lainnya. Dalam
keluarga, rumah sebagai tempat
belajar dan tempat menempa mental
membutuhkan
interaksi
yang
dinamis. Komunikasi antarpribadi
dalam keluarga juga memiliki
perbedaan dengan keluarga lainnya.
Adalah faktor ekonomi, status sosial
100
dan tingkat pendidikan yang
ditengarai menjadi faktor perbedaan
pola komunikasi dalam keluarga.
Apapun itu, pola komunikasi
interpersonal seharusnya dapat diatur
sedemikain
rupa
agar
tidak
menimbulkan disharmonisasi dalam
keluarga.
diangkat dalam penelitian ini adalah
: “Bagaima pendekatan komunikasi
antarpribadi orangtua pada Anak
Berkebutuhan Khusus Diseleksia dan
Autis dalam keluarga”?
Setelah terperinci dan lebih
jelasnya penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran yang
jelas tentang bagaimana Pendekataan
komunikasi antarpribadi Orangtua
terhadap Anak Kebutuhan Khusus
Diseleksia
dan
Autis
dalam
lingkungan keluarga.
Manfaat teoritis Dengan
penelitian ini penulis berharap dapat
memperkaya ragam khasanah ilmu
pengetahuan terutama kajian ilmu
komunikasi
dan
kshususnya
komunikasi interpersonal. Penulis
juga berharap, penelitian ini mampu
digunakan sebagai referensi bagi
kaum akdemisi ilmu komunikasi
untuk mengembangkan keilmuan
Sementara manfaat praktis
penelitian ini dapat berguna bagi
para pihak-pihak yang secara teknis
berkecimpung di dalam dunia
pendidikan dan kesehatan Indonesia,
khususnya memberikan manfaat bagi
para orang tua dan penulis juga
berharap bahwa penelitian ini
mampu digunakan sebagai bahan
rujukan
untuk
memberikan
gambaran yang lengkap bagaimana
Pendekatan komunikasi antarpribadi
orangtua pada Anak Berkebutuhan
Khusus Diseleksia dan Autis dalam
keluarga.
Dalam lingkungan keluarga
komunikasi merupakan suatu hal
penting
dimana
komunikasi
berfungsi sebagai media penjebatan
dalam hubungan antara keluarga.
komunikasi berasal dari bahasa latin
(communication)dan perkataan ini
bersumber dari comunis yang artinya
sama makna yang sama makna
mengenai suatu hal (effendi:2002:3).
Terkait dengan penelitian ini,
interaksi antar pribadi yang terjadi
antara orang tua dan anak autis selalu
berubah dan berjalan dinamis
mengikuti mood dari anak autis.
Interaksi yang terjadi antar individu
berkembang melalui simbol-simbol
yang mereka ciptakan. Interaksi yang
dilakukan
antar
individu
itu
berlangsung secara sadar dan
berkaitan dengan gerak tubuh, vokal,
suara, dan ekspresi tubuh, yang
kesemuanya itu mempunyai maksud
untuk mencari kesepahaman makna.
Kemudian interaksi ini akan
menentukan perilaku masing-masing
pihak dalam berkomunikasi dengan
mempertimbangkan
ekspektasi
masing-masing pihak yang saling
berinteraksi. Dari sinilah nantinya
akan terbentuk aturan-aturan yang
berasal dari interaksi yang dilakukan
yang
akan
menjadi
standar
berkomunikasi oleh masing-masing
pihak
Berdasarkan latar belakang
masalah dan uraian tersebut, maka
inti dari permaslahan yang akan
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi Interpersonal
Devito
(2001)
mendefinisikan komunikasi interpersonal
101
“is the communication that takesplace
between two person who have
anestablished relationship.” Sementara
Effendy (2003) mengemukakan bahwa
komunikasi
interpersonal
adalah
komunikasi antar komunikator dengan
komunikan,
komunikasi
jenis
ini
dianggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis
berupa percakapan. Arus balik bersifat
langsung,
komunikator
mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga.
Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau
negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia
dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluasluasnya. Dari definisi diatas, dapat
disimpulkan
bahwa
komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang
terjadi di antara dua orang atau lebih,
dimana terjadi pertukaran makna yang
dipahami dalam arti yang sama di antara
mereka yang berkomunikasi, efek dan
feedbacknya bersifat langsung, ditujukan
kepada kelompok yang jumlahnya
terbatas dan sudah dikenal terlebih dulu.
Pertama,
komunikator
interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada komunikannya.
Ini tidaklah berarti bahwa orang
harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya. Memang
ini mungkin menarik, tetapi
biasanya
tidak
membantu
komunikasi. Sebalikanya, harus
ada kesediaan untuk membuka
diri mengungkapkan informasi
yang biasanya disembunyikan,
asalkan pengungkapan diri ini
patut dan wajar.
Aspek kedua mengacu
pada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang.
Orang yang diam, tidak kritis,
dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan komunikan yang
menjemukan.
Bila
ingin
komunikan bereaksi terhadap apa
yang komunikator ucapkan,
komunikator
dapat
memperlihatkan
keterbukaan
dengan cara bereaksi secara
spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut
kepemilikan perasaan dan pikiran
dimana komunikator mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang
diungkapkannya adalah miliknya
dan ia bertanggung jawab
atasnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Dalam
buku
Komunikasi
Antarpribadi,
Alo
Liliweri
mengutip
pendapat
Joseph
A.Devito
mengenai
ciri
komunikasi antarpribadi yang
efektif, yaitu:
b. Empati (empathy)
Empati
adalah
kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa
yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu, dari
sudut pandang orang lain itu,
melalui kacamata orang lain itu.
Berbeda dengan simpati yang
artinya adalah merasakan bagi
orang lain. Orang yang berempati
a. Keterbukaan
(openness) Kemauan menanggapi
dengan senang hati informasi
yang
diterima
di
dalam
menghadapi
hubungan
antarpribadi. Kualitas keterbukaan
mengacu pada tiga aspek dari
komunikasi
interpersonal.
102
mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan
dan keinginan mereka untuk
masa mendatang sehingga dapat
mengkomunikasikan
empati,
baik secara verbal maupun nonverbal.
mempengaruhi. Proses saling
mempengaruhi ini merupakan
suatu proses bersifat psikologis
dan karenanya juga merupakan
permulaan dari ikatan psikologis
antarmanusia yang memiliki
suatu pribadi.
Definisi autisme
Istilah autisme berasal dari
kata “Autos” yang berarti diri sendiri
dan “isme” yang berarti suatu aliran,
sehingga dapat diartikan sebagai
suatu paham tertarik pada dunianya
sendiri (Suryana, 2004). Autisme
pertama kali ditemukan oleh Leo
Kanner pada tahun 1943. Kanner
mendeskripsikan
gangguan
ini
sebagai ketidakmampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain,
gangguan
berbahasa
yang
ditunjukkan dengan penguasaan
bahasa yang tertunda, echolalia,
mutism, pembalikan kalimat, adanya
aktivitas bermain repetitive dan
stereotype, rute ingatan yang kuat
dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di
dalam lingkungannya (Dawson &
Castelloe dalam Widihastuti, 2007).
c.
Dukungan
(supportiveness) Situasi yang
terbuka
untuk
mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
Hubungan interpersonal yang
efektif adalah hubungan dimana
terdapat
sikap
mendukung.
Individu memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap
deskriptif
bukan
evaluatif,
spontan bukan strategik.
d.
Rasa
Positif
(positiveness) Seseorang harus
memiliki
perasaan
positif
terhadap dirinya, mendorong
orang
lain
lebih
aktif
berpartisipasi, dan menciptakan
situasi komunikasi kondusif
untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality)
Komunikasi antarpribadi akan
lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, ada pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua
belah
pihak
menghargai,
berguna, dan mempunyai sesuatu
yang
penting
untuk
disumbangkan.
Kesetaraan
meminta kita untuk memberikan
penghargaan positif tak bersyarat
kepada individu lain. (Liliweri,
1991: 13)
Gulo (1982) menyebutkan
autisme berarti preokupasi terhadap
pikiran dan khayalan sendiri atau
dengan kata lain lebih banyak
berorientasi
kepada
pikiran
subjektifnya sendiri daripada melihat
kenyataan atau realita kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu penderita
autisme disebut orang yang hidup di
“alamnya” sendiri. Istilah autisme
dipergunakan untuk menunjukkan
suatu gejala psikosis pada anak-anak
yang unik dan menonjol yang sering
disebut sindrom Kanner yang
dicirikan dengan ekspresi wajah
yang kosong seolah-olah sedang
Komunikasi antarpribadi
sebenarnya merupakan suatu
proses sosial dimana orang-orang
yang terlibat di dalamnya saling
103
melamun, kehilangan pikiran dan
sulit sekali bagi orang lain untuk
menarik perhatian mereka atau
mengajak mereka berkomunikasi
(Budiman, 1998).
Autistik
adalah
suatu
gangguan
perkembangan
yang
kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas
imajinasi. Gejalanya mulai tampak
sebelum anak berusia 3 tahun
(Suryana, 2004). Menurut dr. Faisal
Yatim DTM&H, MPH (dalam
Suryana, 2004), autisme bukanlah
gejala penyakit tetapi berupa
sindroma (kumpulan gejala) dimana
terjadi penyimpangan perkembangan
sosial, kemampuan berbahasa dan
kepedulian
terhadap
sekitar,
sehingga anak autisme hidup dalam
dunianya sendiri. Autisme tidak
termasuk ke dalam golongan suatu
penyakit tetapi suatu kumpulan
gejala kelainan perilaku dan
kemajuan perkembangan. Dengan
kata lain, pada anak Autisme terjadi
kelainan emosi, intelektual dan
kemauan (gangguan pervasif).
Berdasarkan uraian di atas,
maka autisme adalah gangguan
perkembangan yang sifatnya luas
dan kompleks, mencakup aspek
interaksi sosial, kognisi, bahasa dan
motorik
kemudian
dianalisis
dan
mendapatkan keseimpulan penelitian
dalam situasi dan kondisi tertentu.
Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilakukan dengan
cara
observasi
dan
wawacara
mendalam (in depth interview) dengan
mengajukan pertanyaan kepada key
informant dan informant.
HASIL PENELITIAN
Hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya mengenai pendekatan
komunikasi antarpribadi orangtua
dengan anak berkebutuhan khusus
disleksia dan autism (Studi Kasus
pada Anak bekebutuhan khusus
dalam keluarga bapak Ediyanto
Sofwan
di
Jl.Ashirot
No25
kebayoran lama Jakarta selatan) di
jelaskan bahwa: a). keterbukaan
(openness), empati (emphaty), sikap
mendukung (suppportiveness), sikap
positif (positivennes), dan kesetaraan
(equality)
akan
menciptakann
interaksi yang bermakna jujur, dan
memuaskan kedekatan terhadap
anak.
Pentingnya
komunikasi
antarpribadi orangtua terhadap
anak berkebutuhan khusus belajar
dan autis.
METODOLOGI PENELITIAN
Komunikasi
antarpribadi
merupakan komunikasi yang paling
penting
dalam
menjalankan
hubungan orangtua dan anak dalam
proses terapi dan pembelajaran anak.
Dengan komunikasi antarpribadi
yang dialkukan oleh orangtua anin
dan anin dalam proses komunikasi
keluarga
akan
menimbilkan
hubungan yang harmonik pada kedua
belah pihak.
Metode Penelitian yang
digunakan pada penelitian adalah
studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan pendekatan penelitian
yang memerlukan pemahaman yang
mendalam meyeluruh berhubungan
dengan objek yang akan di teliti
dalam menjawab permaslahan untuk
mendapatkan
data-data
yang
104
Dalam komunikasi antarpribadi
orangtua bukan hanya mengasuh
anak saja melainkan orangtua dapat
memuka komunikasi dengan baik
kepada anak apalagi menderita
berkebutuhan khusus belajar dan
autis.agar anak bisa memahami
komunikasi baik antara orangtua dan
anak.
dibicarakan melalui komunikasi antar
pribadi.
Hubungan antara orangtua dan
anak dipelukan adnaya saling percaya
diantara keduanya akan tetapi dalam
melakukan komunikasi antarpribadi
menurut de vito (1997:233) yang
dilakukan oleh orangtua adaah membuat
kontak dari berbagai macam persepsi
alat
indera,
yakni
melihat,
mendengarkan , berempati ditambah
pula dengan sikap positif, sikap
mendukung, dan kesetaraan merupakan
bentuk dari pada hubungan orangtua
dan anak dan dibawh ini akan dijelaskan
bentuk hubungan dengan komuniaksi
sebagi berikut:
Komunikasi antarpribadi yang
dilakukan anak berkebutuhan khusus
belajar dan autis. Benar-benar ekstra
didapatkan dari peranan orangtua
yang selalu memberikan motivasi
dalam tumbuh kembang anak . dan
anak harus merasa nyaman dengan
apa yang diinginkan orangtuanya.
Menurut Liliweri (2007):20)
komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi yang dilakukan oleh 2
atau 3 orang dengan fisik diantara
mereka yang sangat dekat, bertatap
muka atau bermedia dengan difat
umpan balik yang berlansung cepat.
Adaptasi pesean berdifat khusus
serta memiliki tujuan / maksud
komunikasi tidak berstruktur.
Bentuk-bentuk
Komunikasi Antarpribadi
Mendengarkan
Pada saat anak sedang
menceritakan dan mengeluh kesah
pada
orangtuanya,
sebaiknya
orangtua
dengan
tnang
dan
mendengarkannya. Hal inilah yang
diharapkan oleh anak, untuk
memperoleh respon yang baik
kepada orangtua. Seperti yang
dikatakan pengamat dan pengajar
anak
berkebutuhan
khusus
mengatakan pentingnya pada saat
anak berkomunikasi baik dnegan
orangtua, begitu juga sebaliknya,
ketika orangtua memberikan saransaran kepada anak, anak harus
berusaha berusaha menerima dengan
baik dan paham dengan apa yang
diinginkan orangtuanya.
Hubungan
Bentuk
dari
komunikasi
antarpribadi bersifat secara langsung
atau tatap muka, misalnya berbicara
dengan teman, bertukar cerita dimeja
makan merupakan salah satu interaksi
yang dilakukan secara langsung. Akan
tetapi berkat kemajuan teknologi dapat
pula
dilakukan
dengan
e-mail,
kelompok milis, dan group chatt.
Sedangkan
bentukj
kominikasi
antarpribadi bersifat secara tidak
langsung misalnya informasi melalui
media,baik cetak maupun media
elektronik dan informasi tersebut dapat
Begitu juga apa yang
dikatakan ibu Hj Sri aisyah
mengenai panca indra ini merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
menjadi rekan komunikasi yang baik
membuat yang berkomunikasi bisa
menerimanaya.
Dengan
mendengarkan sebagai seorang ibu
105
dapat mengerti dan memahami
informasi yang disampaikan oleh
anak. Dapat menggali sabanyakbanyaknya informasi dari sang anak
demikian pernyataannya:
Kita
harus
saling
dalam
komunikasi agar anak merasa
nyaman”
Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dalam hal ini adalah agar
anak berkebutuhan khusus autis
dalam
berkomunikasi
dalam
keluarga. Manak bisa mengatakan
dengan keterbukaan itu sangat
penting.
Dengan
adanya
keterbukaananak kepada orangtua.
Dengan adanya rasa saling percaya
tersebut dalam diri anak. Anak
semakin memahami apa yang
diinginkan orangtu dan anak
menyampaikan informasi segala
kegiatan yang dia lakukan.
“saya sedikit demi sedikit
mencoba memahami apapun keluh
kesah anin jika dia merasa bosan”
Keterbukaan (Operteness)
Keterbukaan merupakan hal
yang
sangat
penting
dalam
komunikasi antara orangtua dan
anak. Dalam keterbukaan orangtua
memerlukan informasi dari anak
tentang perilaku,perasaan, keinginan,
dan kreativitas anak. Hal yang paling
penting dalam hubungan antara
orangtua dan anak adanya rasa saling
terbuka. Agar anak dapat lebih
efektif dalam berkomunikasi dan
belajar, anak harus terbuka dan
bersedia untuk bekerja sama
walaupun sulit bagi anak memahami.
Sedangkan orangtua harus terbuka
bahwa
orangtua sanggup dan
bersabar dalam mepelajari dan
berkomunikasi baik dengan anak
berkebutuhan khusus. Orangtua
membebaskan anak untuk terbuka
dalam kondisi apapun dan saat anak
menginginkan sesuatu tanpa paksaan
kepada anak. Ibu hj sri aisyah
mengatakan dari kecil saya selalu
percaya anin bisa meminimaliskan
autisnya walaupun tidak bisa
menjadi anak yang normal pada
umumnya. Maka pernyataan dari
Yemima Indah selaku Pengamat dan
Pengajar Anak-anak Berkebutuhan
Khusus mengatakan
Empati (emphaty)
Pengertian dari pada empati
adalah
seolah-olah
seseorang
merasakan apa yang dia rasakan oleh
orang lain. Empati menjadi factor
yang snagat penting dalam terapi dan
tumbuh kembang anak dalam belajar
dan berkomunikasi dengan baik. Hal
ini menimbulkan kesabaran dalam
diri seorang ibu yang mempunyai 3
anak yang berbeda. Seperti yang
dikatakan ibu hj sri aisyah rasa
empati dengan anak itu sangatlah
penting, dengan memberikan rasa
percaya diri kepada anak yang
mempunyai
kekurangan
dan
membangun rasa kepercayaan diri
pada anak serta memberika masukan
dan pandangan-pandangan baik dan
buruk bila akan melakukan tindakan.
Demikian pernyataan dari ibu Hj Sri
aisyah
“rasa empati itu harus ada
pada diri orangtua peranan ibu,
saya berusaha memahami dan
memberikan berbagai pilihan
“sebelum kita mengenal
lebih jauh, kita harus paham
bahwa anak berkebutuhan khusus
ada yang tingkatan low dan high.
106
untuk
anin
yang
ingin
melanjutkan kuliah selanjutna
anin yang memutuskan apakah
dia merasa nyaman dan mau
menjalankannya”
Sikap Positif (Positivenes)
Sikap positif (Positivenees)
sangat diperlukan dalam hubungan
komunikasi antara orangtua dan
anak. Sikap postif pada komunikasi
pada umumnya sangat penting untuk
berinteraksi yang efektif. Bila anak
memiliki rasa positif terhadap diri
sendiri
akan
mengisyaratkan
perasaannya kepada orang lain.
Sikap positif mendorong perilaku
seseorang
menghargai
keberadaannya dan pentingnya orang
lain. Begitu pula pada orangtua yang
memiliki sikap positif pada anak,
akan memberikan dorongan anak
dalam beljar dan berkreatifitas dalam
belajar
Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan informan lainnya.
Mereka berpendapat sama. Seperti
yang dikatakan oleh yemima
pengamat anak berkebutuhan khusus
mengatakan
“orangtua harus bersabar
dan harus menambahkan rasa
kepercayaan pada diri anak agar
tidak
minder
dengan
kekurangannya yang dimiliki oleh
anak”
Sedangkan ibu Hj cut anisah
mengatakan bahwa hubungan ibu
dengan anak berkomunikasi baik
baik dan memahami apa yang
diinginkan oleh anak
Dalam hubungan komunikasi
antarpribadi sikap positif sangat
penting untk membina hubungan
pada pasien yang memiliki rasa
positif, baik kepada orangtua
maupun
lingkungan
keluaraga.
Demikian pernyataan dari ibu Hj Sri
aisyah:
“ sikap empati ibu itu
penting dalam merawat dan
menjaga anak dan mempelajari
anak hingga mau melanjutkan
pendidikan sampai perkuliahan.
Sehingga mampu mengurai rasa
jenuh pada anak saat hanya
melakukan kegiatan dirumah
saja”
“perasaan positif pada anak
akan memberikan rasa nyaman
pada anak dan dimana dia
berinteraksi, yang pada akhinya
pada pola piker anak dan tumbuh
kembang anak”
Demikian
pula
yang
dikatakan yasmina anindita dia
merasa senang dengan masuk kuliah
banyak teman dan bisa melakukan
hal-hal yang baru sehingga tidak
merasakan rasa jenuh.
Dengan
empati hubungan orangtua dan anak
sangatlah penting untuk memberikan
kesadaran dalam diri anak agar tidak
salah paham dalam menrima
komunikasi. Empati memberikan
kesan pribadi pada diri sang anak.
Sikap
(Supportivennes)
Mendukung
Hubungan antar pribadi yang
efektif antara orangtua dan anak
adalah hubungan yang terdapat sikap
saling mendukung (Supportivennes).
Orangtua
akan
berusaha
menciptakan komunikasi yang baik
dengan anak berkebutuhan khusus
terutama
dalam
memberikan
motivasi pada anak.
107
Seperti yang dikatakan oleh
Ibu Hj Sri aisyah untuk suatu proses
terapi dan meminimaliskan autis
dengan melakukan beberapa terapi.
Sejak usia 3 tahun , sangat
diperlukan tindakan penting agar
anak bisa menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Demikian pernyataan
dari ibu Hj sri aisyah.
ada pengakuan bahwa kedua belah
pihak sama-sama bernilai dan
berharga , masing-masing pihak
mempunyai
sesuatu
yang
pentinguntuk disumbangkan ( De
Vito,1997:263). Dalam hubungan
antarpribadi yang ditandai oleh
kesetaraan, ketidaksependapatan dan
konflik lebih dilihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang
pasti
ada
ketimbangsebagaikesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain. Dalam
kesetaraan kita tidak diharuskan
untuk menerima dan menyetujui
perilaku verbal dan non verbal.
“ sikap mendukung dari
anak dalam proses terapi sangat
diperlukan agar anak merasa
nyaman pada saat terapi”
Sikap mendukung dari kedua
orangtua perlu dilakukan. Secara
terbuka akan memperoleh kesadaran
penuh untuk mencapai kesembuhan
yang sedikit demi sedikit. Dan
bersedia untuk mengubah sikap pada
anak. Sikap mendukung yang
diberikan oleh orangtua pada anak,
akan memberikankepuasaan sendiri
pada diri anak.
Dalam
komunikasi
antarpribadi orangtua dan anak,
sama-sama memiliki posisi yang
saling membutuhkan. Anak adalah
yang mebutuhkan peranan motivasi
dan
pembelajaran.
Sedangkan
orangtua
orang
memberikan
infomasi dan pendidikan serta
komunikasi yang baik untuk
menunjang kepribadian sang anak.
Melalui hasil wawancara dari
ketiga
informan
yaitu
orangtua,pengamat
anak
berkebutuhan khusus, dan tetangga
lingkungan
sekitar.
Diperoleh
kesepakatan bahwa mereka setuju
dalam menjaga komunikasi yang
baik
ahrus ada saling percaya.
Selama melakukan pembelajaran
pada anak dalam bermacam hal.
Sikap yang mendengarkan yang
baik. Naik itu informasi yang
disampaikan pada anak maupun
informasi yang disampaikan pada
orangtua tentang hal-hal yang perlu
dilakukan dan diperhatikan seperti
motivasi dan nasehat-nasehat.
Kesetaraan
(aquality)
hubungan baik antara orangtua dan
anak akan memberika citra positif
pada kedua belah pihak terutama
pada anak.kesetaraan yang diberikan
orangtua pada anak. Seperti yang
dikatakan oleh yemima indah salah
satu dari informan yang peneliti
wawancarai memberi pernytaan:
“ kesetaraan dari orangtua
kepada anak memberikan nilai
positif untuk orangtua dan anak
maupun
lingkungan
dalam
keluaraga sebagai pembelajaran
anak”
4.3.4.6 kesetaraan (Equality)
Kesetaraan yang berarti kita
menerima pihak lain atau menurut
istilah
Carl Rogers, kesetaraan
Dalam
komunikasi
antarpribadi antara akan lebih efektif
bila suasana setara. Artinya harus
108
meminta kita untuk memberikan
penghargaan positif tak bersyarat
kepada
orang
lain
(De
Vito,1997:264)
pengetahuan tentang kondisi anak autis. Hal
ini sesuai dengan apa yang diuraikan oleh
Liliweri bahwa mengenal orang lain begitu
penting supaya anda mampu memberikan
perbedaan dengan cara apa kebiasaan
berkomunikasi
itu
harus
dilakukan.
(Liliweri, 1991:25)
Dan bagian selanjutnya adalah
komunikasi antar pribadi antara orang tua
dengan anak autis dalam memberikan
pendidikan dan kreatifitas anak. Komunikasi
memegang
peranan
penting
dalam
kehidupan. Dengan komunikasi seseorang
dapat menjalin hubungan dengan orang lain.
Komunikasi antarpribadi adalah lingkup
komunikasi terkecil, di mana terdapat
sedikitnya dua orang saling berkomunikasi
untuk menciptakan sebuah interaksi.
Interaksi yang terjalin di antara keduanya
biasanya bertujuan untuk mengembangkan
sebuah hubungan interpersonal yang baik.
Demikian pula dalam lingkup keluarga,
komunikasi antarpribadi sangat dibutuhkan
untuk
mewujudkan suatu hubungan
komunikasi yang harmonis antar anggota
keluarga. Terlebih pada hubungan orang tua
dan anak autis yang sedang memasuki masamasa kedewasaan anak, kualitas komunikasi
antarpribadi yang baik sangat membantu
dalam proses pengasuhan tahap belajar dan
proses komunikasi dalam keluarga.
Pada kasus ini, dalam memberikan
pendidikan dan kreatifitas anak hanya orang
tua yang dituntut untuk melihat lawan bicara
(anak autis) sebagai pribadi yang unik.
Sebaliknya, sulit mengharapkan anak autis
untuk melakukan hal yang sama. Hal ini
dikarenakan
keterbatasan
dalam
bersosialisasi dan berkomunikasi yang
dimiliki anak autis sehingga anak autis tidak
mampu memahami dirinya sendiri maupun
orang lain dengan baik. Sedangkan menurut
DeVito, dari semua komponen tindakan
komunikasi, yang paling penting adalah diri
(self). Siapa anda dan bagaimana anda
mempersepsikan diri sendiri dan orang lain
Komunikasi memegang peranan
penting
dalam
kehidupan.
Dengan
komunikasi seseorang dapat menjalin
hubungan dengan orang lain. Komunikasi
antarpribadi adalah lingkup komunikasi
terkecil, di mana terdapat sedikitnya dua
orang
saling
berkomunikasi
untuk
menciptakan sebuah interaksi. Interaksi
yang terjalin di antara keduanya biasanya
bertujuan untuk mengembangkan sebuah
hubungan
interpersonal
yang
baik.
Demikian pula dalam lingkup keluarga,
komunikasi antarpribadi sangat dibutuhkan
untuk
mewujudkan suatu hubungan
komunikasi yang harmonis antar anggota
keluarga. Terlebih pada hubungan orang tua
dan anak autis yang sedang memasuki
remaja anak yang duduk dibangku kuliah,
kualitas komunikasi antarpribadi yang baik
sangat membantu
Dalam proses pengasuhan anak autis
pada masa ini. Hal ini ditunjukkan dengan
ketegasan orang tua dalam memberi
pendidikan pada anak autis agar anak
mampu mandiri dalam berbagai hal,
Komunikasi memegang peranan penting
dalam kehidupan. Dengan komunikasi
seseorang dapat menjalin hubungan dengan
orang lain.
Berkaitan
dengan
konteks
komunikasi antarpribadi dimana setiap
orang adalah spesial, komunikasi yang
terjalin antara orang tua dan anak autis
dalam
memberikan
pendidikan
dan
komunikasi dengan baik memiliki keunikan
tersendiri. Pengetahuan berbahasa dan
menggunakannya dapat disesuaikan dengan
siapa percakapan komunikasi antar pribadi
dilakukan. Namun, yang lebih penting
dalam berkomunikasi antara orang tua
dengan anak autis upaya untuk mengenal
anak autis lebih dalam dengan memperkaya
109
akan mempengaruhi komunikasi anda dan
tanggapan anda terhadap komunikasi orang
lain (DeVito, 1997:56).
Menurut DeVito, beberapa prinsipprinsip interaksi antarpribadi yang efektif
adalah
keterbukaan,
empati,
sikap
mendukung, sikap positif, kesetaraan,
percaya diri, kedekatan (immediacy),
manajemen interaksi, daya ekspresi,
berorientasi kepada pihak lain (1997:494495). Temuan penelitian menunjukkan
bahwa komunikasi yang efektif sulit terjadi
antara orang tua dan anak autis karena sikap
terbuka, empati, supportif, seperti yang
diuraikan oleh Devito hanya ditunjukkan
oleh satu pihak saja, yaitu orang tua.
Sedangkan anak autis sulit untuk
menunjukkan sikap terbuka, empati,
supportif karena memiliki keterbatasan
dalam hal menginterpretasikan pesan yang
diberikan oleh lingkungan sekitar
Hal ini sesuai dengan kondisi anak
autis yang memiliki dunia mereka sendiri.
Pesan yang disampaikan oleh orang lain
belum tentu memiliki makna yang sama bagi
anak autis. Dalam proses komunikasi
antarpribadi untuk mencapai kesepahaman
makna antara orang tua dan anak autis,
peneliti melihat ada suatu bentuk
komunikasi asertif dalam komunikasi yang
terjadi antara orang tua dan anak autis.
Bentuk ini terutama sangat menonjol
pada komunikasi yang dilakukan oleh orang
tua. Komunikasi asertif adalah sebuah
bentuk komunikasi yang di dalamnya
mengutamakan
atau
memperhatikan
kepentingan dan perasaan masing-masing
pihak (DeVito, 2001:86-87). Orang yang
berkomunikasi dengan asertif cenderung
tidak memaksakan kehendak pribadi, tidak
mudah emosi, mengutamakan kesabaran,
dan dapat menyelesaikan konflik yang
terjadi dengan baik.
Hal-hal tersebut tampak pada orang
tua yang memiliki anak autis. Kedua
informan dalam penelitian ini banyak
mengungkapkan tentang kesabaran dan
keikhlasan dalam menghadapi anak autis.
Orang tua jelas menginginkan anaknya
dapat tumbuh dengan sempurna, memiliki
kemampuan yang tidak kalah dengan anak
normal pada umumnya. Keinginan tersebut
tampak pada perilaku mereka yang
memberikan pendidikan agar anak autis
dapat mandiri dan berkreativitas.
Pendekataan
komunikasi
antarpribadi dari sudut pandang humanistik
ada 5 kualitas yaitu keterbukaan (openness),
empati (emphaty), sikap mendukung
(suppportiveness),
sikap
positif
(positivennes), dan kesetaraan (equality)
akan menciptakann interaksi yang bermakna
jujur, dan memuaskan . hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. keterbukaan (openness),
keterbukaan anak kepada
orangtua dalam berkomunikasi
memberikan segala informasi
tentang segala maslaah atau
kendala pada sang anak. Dan
pendekataan orangtua untuk
mencari tau solusi yang sedang
dilalui anak. Dengan melalukan
terapi
atau
memberikan
kenyamanan dengan mengikuti
keinginan sang anak
2. Empati (emphaty)
Empati
yang
diberikan
orangtua kepada anak untuk
ememberikan kekuatan dan
membangun rasa kepercayaan
diri dalam diri anak autism atau
diselksia
agar tidak merasa
minder dari adik-adiknya. Baik
buruknya pendekataan orangtua
dalam menjalin komunikasi di
dalam keluarga sangatlah penting
3. Sikap
mendukung
(suppportiveness)
Sikap anak autism atau
diselksia akan mempengaruhi
110
pola pikir sang anak. Sedangkan
sikap positif orangtua terhadap
anak memberikan motivasi anak
dalam belajar, berkomunikasi
dan
bersosialisasi
ditempat
mereka tinggal
4. Sikap positif (positivennes)
Sikap
mendukung
yang
diberikan orangtua maupun anak
akan menciptakan hubungan
yang baik dalam mengambil
segala tindkan dalam sikap ini
pendekataan
komunikasi
antarpribadi
orangtua
yang
memperhatikan dan memberikan
banyak masukan kepada sang
anak.
nilai keberagaman sehingga akan
tercipta juga komunikasi antarpribadi
yang efektif dengan baik bagi anak.
Dan
akanberpengaruh terhadap
kinerja dan keberhasilan suatu
program
serta
mempermudah
pencapaian tujuan pembelajaran
nilai-nilai
keberagaman
dalam
pembentukan karakter anak.
keterbukaan anak kepada
orangtua
dalam
berkomunikasi
memberikan segala informasi tentang
segala maslaah atau kendala pada
sang anak. Dan pendekataan
orangtua untuk mencari tau solusi
yang sedang dilalui anak. Dengan
melalukan terapi atau memberikan
kenyamanan dengan
mengikuti
keinginan sang anak
Sikap anak autism atau
diselksia akan mempengaruhi pola
pikir sang anak. Sedangkan sikap
positif orangtua
terhadap anak
memberikan motivasi anak dalam
belajar, tinggal dimana edukator
menghargai dan mendengarkan
pendapat
setiap
anak
dan
bekerjasama dengan orang tua untuk
kemajuan proses belajar anak
Komunikasi antarpribadi baik
dalam lingkungan keluarga sangatlah
penting, dan sangat perlu dicermati
orangtua dalam memahami serta apa
yang diinginkan oleh sang anak yang
mempunyai kekurangan. Ditujukan
kepada
penelitian
selanjutnya,
peneliti berharap nantinya akan
muncul penelitian lainnya dengan
obyek
dan
sudut
pandang
permasalahan yang berbeda sehingga
dapat memberikan wawasan baru
dan sumbangsih bagi perkembangan
ilmu komunikasi.
5. Kesetaraan (equality)
Dalam kesetaraan anatara
orangtua dan anak sama-sama
saling
membutuhkan
dan
memiliki posisi yang sama. Anak
merasa membutuhkan orangtua
dalam segala hal dan tindakan.
Dalam kesetaraan orangtua dan
anak akan memberikancitra
positif pada kedua belah pihak.
KESIMPULAN
Pendekatan
komunikasi
antarpribadi yang dilakukan pada
komunikasi antarpribadi orangtua
dengan anak berkebutuhan khusus
disleksia dan autism (Studi Kasus
pada Anak bekebutuhan khusus
dalam keluarga bapak Ediyanto
Sofwan
di
Jl.Ashirot
No25
kebayoran lama Jakarta selatan).
Memelihara
proses
Komunikasi antarpribadi yang efektif
di antara orangtua dan anak,
khususnya berkaitan dengan nilai-
bisa
111
Diharapkan hasil penelitian
menambah
pengetahuan
masyarakat dan memberi masukan
kepada masyarakat luas khususnya
pada penelitian tentang pendekatan
komunikasi antarpribadi orangtua
dengan anak berkebutuhan khusus
disleksia
dan
autism
dalam
membagun komunikasi.
Penyandang Autis. Jakarta
: PT. Dian Rakyat.
Rakhmat, Jalaludin., 2011. Psikologi
DAFTAR PUSTAKA
Rogers, Everett M., 1994. A History
Komunikasi.
PT. Remaja Rosdakarya.
Of
Alwasilah, A. Chaedar., 2006.
Pokoknya Kualitatif :
Dasar-dasar Merancang
dan Melakukan Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Arifin,
Prof.Dr.H.Anwar.,
Strategi
Bandung:
Communication
Study: A Biogrhapical
Approach. New York: A
Division Of Macmillan
Inc.
2007.
Sarwono,
Komunikasi:
W.
Sarlito.,
2010.
Sebuah Pengantar Ringkas.
Pengantar
Psikologi
Bandung: CV. Armico.
Umum .Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Bungin, S.Sos, M.Si, Prof. Dr. H.M.
Burhan.,
2006.
Komunikasi:
Persada,
Jakarta.
Sosiologi
Wisnu,
Teori,
Chandra.
2009.
Pola
Paradigma, dan Diskursus
Komunikasi
Tehnologi Komunikasi di
Dalam Membentuk Sikap
Masyarakat.
Toleransi
Kencana
Jakarta:
Pada
Prenada Media
Group.
Kosasih. 2012. Cara Bijak
Memahami Anak
Berkebutuhan Khusus.
YRAMA WIDYA:Bandung
Orangtua
Anak
(Studi
Keluarga
di
Kelurahan
Penengahan
Kecamatan
Tanjung
Karang Pusat). Tanjung
Karang.
Universitas
Tesis
Lampung
(UNILA).
Peeters, Theo. 2004. Autisme,
Hubungan Pengetahuan
Teoritis dan Intervensi
Pendidikan Bagi
West, Richard – Turner, Lynn H,
2008. Pengantar Teori
112
Komunikasi Analisis dan
Aplikasi.
Jakarta:
Penerbit
Salemba
Humanika.
Zeitlin,
Muhammad.,
1998.
Memahami
kembali
Sosiologi.
Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.
Zurani, Ikhma.2005.
Makna
Konstruksi
Diri
Lingkungan
Orangtua
Berkebutuhan
Dan
Bagi
Anaka
Khusus
Belajar (ABK). Bandung.
Tesis
Universitas
Islam
Bandung
113
Download