EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANGTUA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DISLEKSIA DAN AUTIS Risqi Inayah Dwijayanti Universitas Satya Negara Indonesia Jl.Arteri Pondok Indah No 11 Jakarta Selatan Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRACT Communication interpersonal parents against children special needs dieksexia and autism in family environment. Having a similar position as the children who other. In the family, your home learning and place forge mental need the interaction that dynamic. Communications interpersonal in the family can have a difference with the family other .Is economic factors, social status and the level Of education suspended to be factors communication interpersonal should be able to arranged in a way so as not to cause disharmony in family. Associated with this research, interpersonal interactions that occur between parents and children with autism is always changing and running dynamically following the mood of an autistic child. Interactions that occur between individuals evolve through the symbols they create. The interaction between individuals takes place consciously and is related to gestures, vocals, voices, and body expressions, all of which have the intent to seek understanding of meaning. This study to know about how the effectiveness of communication between parents and children with special needs dileksia and autism. To gain knowledge about this, the researcher uses qualitative research methods. Namely the researchers conducted research directly on the object of research and go directly to obtain data Research interviewed. Maintaining an effective process of interpersonal communication between parents and children, especially with regard to diversity values so as to create effective interpersonal communication for children. And will affect the performance and success of a program and facilitate the achievement of learning objectives of diversity values in the character formation of children. Keywords: Effectiveness, interpersonal communication, Autism ABSTRAK Komunikasi antarpribadi Orangtua terhadap Anak Kebutuhan Khusus Diseleksia dan Autis dalam lingkungan keluarga. memiliki posisi yang sama dengan anak-anak yang lainnya. Dalam keluarga, rumah sebagai tempat belajar dan tempat menempa mental membutuhkan interaksi yang dinamis. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga juga memiliki perbedaan dengan keluarga lainnya. Adalah faktor ekonomi, status sosial dan tingkat pendidikan yang ditengarai menjadi faktor perbedaan pola komunikasi dalam keluarga. Apapun itu, pola 99 komunikasi interpersonal seharusnya dapat diatur sedemikain rupa agar tidak menimbulkan disharmonisasi dalam keluarga. Terkait dengan penelitian ini, interaksi antar pribadi yang terjadi antara orang tua dan anak autis selalu berubah dan berjalan dinamis mengikuti mood dari anak autis. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud untuk mencari kesepahaman makna. Penelitian ini untuk mengetahui tentang bagaimana efektifitas komunikasi antar pribadi orangtua dan anak berkebutuhan khusus dileksia dan autis. Untuk memperoleh pengetahuan mengenai ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Yakni peneliti melakukan penelitian secara langsung pada objek penelitian dan terjun langsung untuk memperoleh data-data Penelitian yang diwawancarai. Memelihara proses Komunikasi antarpribadi yang efektif di antara orangtua dan anak, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai keberagaman sehingga akan tercipta juga komunikasi antarpribadi yang efektif dengan baik bagi anak. Dan akanberpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan suatu program serta mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran nilai-nilai keberagaman dalam pembentukan karakter anak. Kata Kunci :Efektifitas, komunikasi antar pribadi, Autis memerlukan perhatian khusus dari lingkungan sekitarnya untuk dapat bertumbuh kembang seperti anak normal lainnya. Keterbatasan yang dimiliki oleh anak autis ini menyebabkan anak autis melakukan tindakan negatif seperti lebih mudah marah, Pendidikan adalah salah satu upaya orang tua untuk meminimalisir tindakan negatif anak autis. PENDAHULUAN Mencermati perkembangan teknologi dan komunikasi yang makin cepat membutuhkan gerak yang serba instant, sebab memiliki efek yang mempengaruhi gaya hidup manusia yang gampang, praktis, ekonomis dan sebagainya. Kadang kita lupa bahwa tidak semua yang praktis dan ekonomis itu baik untuk kesehatan tubuh manusia dan tanpa disadari perkembangan penyakit juga semakin banyak dan salah satunya adalah penyakit autism dimana penyakit yang menyebabkan anak memiliki perilaku tidak peduli dengan lingkungan sosialnya sehingga dapat mempengaruhi perkembangan bahasanya atau delayed speech. Dengan gangguan perkembangan yang dimiliki anak autis tersebut, anak autis Pendekataan komunikasi antarpribadi Orangtua terhadap Anak Kebutuhan Khusus Diseleksia dan Autis dalam lingkungan keluarga. memiliki posisi yang sama dengan anak-anak yang lainnya. Dalam keluarga, rumah sebagai tempat belajar dan tempat menempa mental membutuhkan interaksi yang dinamis. Komunikasi antarpribadi dalam keluarga juga memiliki perbedaan dengan keluarga lainnya. Adalah faktor ekonomi, status sosial 100 dan tingkat pendidikan yang ditengarai menjadi faktor perbedaan pola komunikasi dalam keluarga. Apapun itu, pola komunikasi interpersonal seharusnya dapat diatur sedemikain rupa agar tidak menimbulkan disharmonisasi dalam keluarga. diangkat dalam penelitian ini adalah : “Bagaima pendekatan komunikasi antarpribadi orangtua pada Anak Berkebutuhan Khusus Diseleksia dan Autis dalam keluarga”? Setelah terperinci dan lebih jelasnya penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Pendekataan komunikasi antarpribadi Orangtua terhadap Anak Kebutuhan Khusus Diseleksia dan Autis dalam lingkungan keluarga. Manfaat teoritis Dengan penelitian ini penulis berharap dapat memperkaya ragam khasanah ilmu pengetahuan terutama kajian ilmu komunikasi dan kshususnya komunikasi interpersonal. Penulis juga berharap, penelitian ini mampu digunakan sebagai referensi bagi kaum akdemisi ilmu komunikasi untuk mengembangkan keilmuan Sementara manfaat praktis penelitian ini dapat berguna bagi para pihak-pihak yang secara teknis berkecimpung di dalam dunia pendidikan dan kesehatan Indonesia, khususnya memberikan manfaat bagi para orang tua dan penulis juga berharap bahwa penelitian ini mampu digunakan sebagai bahan rujukan untuk memberikan gambaran yang lengkap bagaimana Pendekatan komunikasi antarpribadi orangtua pada Anak Berkebutuhan Khusus Diseleksia dan Autis dalam keluarga. Dalam lingkungan keluarga komunikasi merupakan suatu hal penting dimana komunikasi berfungsi sebagai media penjebatan dalam hubungan antara keluarga. komunikasi berasal dari bahasa latin (communication)dan perkataan ini bersumber dari comunis yang artinya sama makna yang sama makna mengenai suatu hal (effendi:2002:3). Terkait dengan penelitian ini, interaksi antar pribadi yang terjadi antara orang tua dan anak autis selalu berubah dan berjalan dinamis mengikuti mood dari anak autis. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud untuk mencari kesepahaman makna. Kemudian interaksi ini akan menentukan perilaku masing-masing pihak dalam berkomunikasi dengan mempertimbangkan ekspektasi masing-masing pihak yang saling berinteraksi. Dari sinilah nantinya akan terbentuk aturan-aturan yang berasal dari interaksi yang dilakukan yang akan menjadi standar berkomunikasi oleh masing-masing pihak Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian tersebut, maka inti dari permaslahan yang akan TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Interpersonal Devito (2001) mendefinisikan komunikasi interpersonal 101 “is the communication that takesplace between two person who have anestablished relationship.” Sementara Effendy (2003) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluasluasnya. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang atau lebih, dimana terjadi pertukaran makna yang dipahami dalam arti yang sama di antara mereka yang berkomunikasi, efek dan feedbacknya bersifat langsung, ditujukan kepada kelompok yang jumlahnya terbatas dan sudah dikenal terlebih dulu. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu: b. Empati (empathy) Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati a. Keterbukaan (openness) Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. 102 mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun nonverbal. mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi. Definisi autisme Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya (Dawson & Castelloe dalam Widihastuti, 2007). c. Dukungan (supportiveness) Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik. d. Rasa Positif (positiveness) Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan (equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13) Gulo (1982) menyebutkan autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subjektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling 103 melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi (Budiman, 1998). Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun (Suryana, 2004). Menurut dr. Faisal Yatim DTM&H, MPH (dalam Suryana, 2004), autisme bukanlah gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autisme hidup dalam dunianya sendiri. Autisme tidak termasuk ke dalam golongan suatu penyakit tetapi suatu kumpulan gejala kelainan perilaku dan kemajuan perkembangan. Dengan kata lain, pada anak Autisme terjadi kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasif). Berdasarkan uraian di atas, maka autisme adalah gangguan perkembangan yang sifatnya luas dan kompleks, mencakup aspek interaksi sosial, kognisi, bahasa dan motorik kemudian dianalisis dan mendapatkan keseimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi tertentu. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawacara mendalam (in depth interview) dengan mengajukan pertanyaan kepada key informant dan informant. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya mengenai pendekatan komunikasi antarpribadi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus disleksia dan autism (Studi Kasus pada Anak bekebutuhan khusus dalam keluarga bapak Ediyanto Sofwan di Jl.Ashirot No25 kebayoran lama Jakarta selatan) di jelaskan bahwa: a). keterbukaan (openness), empati (emphaty), sikap mendukung (suppportiveness), sikap positif (positivennes), dan kesetaraan (equality) akan menciptakann interaksi yang bermakna jujur, dan memuaskan kedekatan terhadap anak. Pentingnya komunikasi antarpribadi orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus belajar dan autis. METODOLOGI PENELITIAN Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang paling penting dalam menjalankan hubungan orangtua dan anak dalam proses terapi dan pembelajaran anak. Dengan komunikasi antarpribadi yang dialkukan oleh orangtua anin dan anin dalam proses komunikasi keluarga akan menimbilkan hubungan yang harmonik pada kedua belah pihak. Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang memerlukan pemahaman yang mendalam meyeluruh berhubungan dengan objek yang akan di teliti dalam menjawab permaslahan untuk mendapatkan data-data yang 104 Dalam komunikasi antarpribadi orangtua bukan hanya mengasuh anak saja melainkan orangtua dapat memuka komunikasi dengan baik kepada anak apalagi menderita berkebutuhan khusus belajar dan autis.agar anak bisa memahami komunikasi baik antara orangtua dan anak. dibicarakan melalui komunikasi antar pribadi. Hubungan antara orangtua dan anak dipelukan adnaya saling percaya diantara keduanya akan tetapi dalam melakukan komunikasi antarpribadi menurut de vito (1997:233) yang dilakukan oleh orangtua adaah membuat kontak dari berbagai macam persepsi alat indera, yakni melihat, mendengarkan , berempati ditambah pula dengan sikap positif, sikap mendukung, dan kesetaraan merupakan bentuk dari pada hubungan orangtua dan anak dan dibawh ini akan dijelaskan bentuk hubungan dengan komuniaksi sebagi berikut: Komunikasi antarpribadi yang dilakukan anak berkebutuhan khusus belajar dan autis. Benar-benar ekstra didapatkan dari peranan orangtua yang selalu memberikan motivasi dalam tumbuh kembang anak . dan anak harus merasa nyaman dengan apa yang diinginkan orangtuanya. Menurut Liliweri (2007):20) komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang dengan fisik diantara mereka yang sangat dekat, bertatap muka atau bermedia dengan difat umpan balik yang berlansung cepat. Adaptasi pesean berdifat khusus serta memiliki tujuan / maksud komunikasi tidak berstruktur. Bentuk-bentuk Komunikasi Antarpribadi Mendengarkan Pada saat anak sedang menceritakan dan mengeluh kesah pada orangtuanya, sebaiknya orangtua dengan tnang dan mendengarkannya. Hal inilah yang diharapkan oleh anak, untuk memperoleh respon yang baik kepada orangtua. Seperti yang dikatakan pengamat dan pengajar anak berkebutuhan khusus mengatakan pentingnya pada saat anak berkomunikasi baik dnegan orangtua, begitu juga sebaliknya, ketika orangtua memberikan saransaran kepada anak, anak harus berusaha berusaha menerima dengan baik dan paham dengan apa yang diinginkan orangtuanya. Hubungan Bentuk dari komunikasi antarpribadi bersifat secara langsung atau tatap muka, misalnya berbicara dengan teman, bertukar cerita dimeja makan merupakan salah satu interaksi yang dilakukan secara langsung. Akan tetapi berkat kemajuan teknologi dapat pula dilakukan dengan e-mail, kelompok milis, dan group chatt. Sedangkan bentukj kominikasi antarpribadi bersifat secara tidak langsung misalnya informasi melalui media,baik cetak maupun media elektronik dan informasi tersebut dapat Begitu juga apa yang dikatakan ibu Hj Sri aisyah mengenai panca indra ini merupakan kemampuan seseorang untuk menjadi rekan komunikasi yang baik membuat yang berkomunikasi bisa menerimanaya. Dengan mendengarkan sebagai seorang ibu 105 dapat mengerti dan memahami informasi yang disampaikan oleh anak. Dapat menggali sabanyakbanyaknya informasi dari sang anak demikian pernyataannya: Kita harus saling dalam komunikasi agar anak merasa nyaman” Berdasarkan hasil wawancara peneliti dalam hal ini adalah agar anak berkebutuhan khusus autis dalam berkomunikasi dalam keluarga. Manak bisa mengatakan dengan keterbukaan itu sangat penting. Dengan adanya keterbukaananak kepada orangtua. Dengan adanya rasa saling percaya tersebut dalam diri anak. Anak semakin memahami apa yang diinginkan orangtu dan anak menyampaikan informasi segala kegiatan yang dia lakukan. “saya sedikit demi sedikit mencoba memahami apapun keluh kesah anin jika dia merasa bosan” Keterbukaan (Operteness) Keterbukaan merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi antara orangtua dan anak. Dalam keterbukaan orangtua memerlukan informasi dari anak tentang perilaku,perasaan, keinginan, dan kreativitas anak. Hal yang paling penting dalam hubungan antara orangtua dan anak adanya rasa saling terbuka. Agar anak dapat lebih efektif dalam berkomunikasi dan belajar, anak harus terbuka dan bersedia untuk bekerja sama walaupun sulit bagi anak memahami. Sedangkan orangtua harus terbuka bahwa orangtua sanggup dan bersabar dalam mepelajari dan berkomunikasi baik dengan anak berkebutuhan khusus. Orangtua membebaskan anak untuk terbuka dalam kondisi apapun dan saat anak menginginkan sesuatu tanpa paksaan kepada anak. Ibu hj sri aisyah mengatakan dari kecil saya selalu percaya anin bisa meminimaliskan autisnya walaupun tidak bisa menjadi anak yang normal pada umumnya. Maka pernyataan dari Yemima Indah selaku Pengamat dan Pengajar Anak-anak Berkebutuhan Khusus mengatakan Empati (emphaty) Pengertian dari pada empati adalah seolah-olah seseorang merasakan apa yang dia rasakan oleh orang lain. Empati menjadi factor yang snagat penting dalam terapi dan tumbuh kembang anak dalam belajar dan berkomunikasi dengan baik. Hal ini menimbulkan kesabaran dalam diri seorang ibu yang mempunyai 3 anak yang berbeda. Seperti yang dikatakan ibu hj sri aisyah rasa empati dengan anak itu sangatlah penting, dengan memberikan rasa percaya diri kepada anak yang mempunyai kekurangan dan membangun rasa kepercayaan diri pada anak serta memberika masukan dan pandangan-pandangan baik dan buruk bila akan melakukan tindakan. Demikian pernyataan dari ibu Hj Sri aisyah “rasa empati itu harus ada pada diri orangtua peranan ibu, saya berusaha memahami dan memberikan berbagai pilihan “sebelum kita mengenal lebih jauh, kita harus paham bahwa anak berkebutuhan khusus ada yang tingkatan low dan high. 106 untuk anin yang ingin melanjutkan kuliah selanjutna anin yang memutuskan apakah dia merasa nyaman dan mau menjalankannya” Sikap Positif (Positivenes) Sikap positif (Positivenees) sangat diperlukan dalam hubungan komunikasi antara orangtua dan anak. Sikap postif pada komunikasi pada umumnya sangat penting untuk berinteraksi yang efektif. Bila anak memiliki rasa positif terhadap diri sendiri akan mengisyaratkan perasaannya kepada orang lain. Sikap positif mendorong perilaku seseorang menghargai keberadaannya dan pentingnya orang lain. Begitu pula pada orangtua yang memiliki sikap positif pada anak, akan memberikan dorongan anak dalam beljar dan berkreatifitas dalam belajar Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan lainnya. Mereka berpendapat sama. Seperti yang dikatakan oleh yemima pengamat anak berkebutuhan khusus mengatakan “orangtua harus bersabar dan harus menambahkan rasa kepercayaan pada diri anak agar tidak minder dengan kekurangannya yang dimiliki oleh anak” Sedangkan ibu Hj cut anisah mengatakan bahwa hubungan ibu dengan anak berkomunikasi baik baik dan memahami apa yang diinginkan oleh anak Dalam hubungan komunikasi antarpribadi sikap positif sangat penting untk membina hubungan pada pasien yang memiliki rasa positif, baik kepada orangtua maupun lingkungan keluaraga. Demikian pernyataan dari ibu Hj Sri aisyah: “ sikap empati ibu itu penting dalam merawat dan menjaga anak dan mempelajari anak hingga mau melanjutkan pendidikan sampai perkuliahan. Sehingga mampu mengurai rasa jenuh pada anak saat hanya melakukan kegiatan dirumah saja” “perasaan positif pada anak akan memberikan rasa nyaman pada anak dan dimana dia berinteraksi, yang pada akhinya pada pola piker anak dan tumbuh kembang anak” Demikian pula yang dikatakan yasmina anindita dia merasa senang dengan masuk kuliah banyak teman dan bisa melakukan hal-hal yang baru sehingga tidak merasakan rasa jenuh. Dengan empati hubungan orangtua dan anak sangatlah penting untuk memberikan kesadaran dalam diri anak agar tidak salah paham dalam menrima komunikasi. Empati memberikan kesan pribadi pada diri sang anak. Sikap (Supportivennes) Mendukung Hubungan antar pribadi yang efektif antara orangtua dan anak adalah hubungan yang terdapat sikap saling mendukung (Supportivennes). Orangtua akan berusaha menciptakan komunikasi yang baik dengan anak berkebutuhan khusus terutama dalam memberikan motivasi pada anak. 107 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Hj Sri aisyah untuk suatu proses terapi dan meminimaliskan autis dengan melakukan beberapa terapi. Sejak usia 3 tahun , sangat diperlukan tindakan penting agar anak bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian pernyataan dari ibu Hj sri aisyah. ada pengakuan bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga , masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang pentinguntuk disumbangkan ( De Vito,1997:263). Dalam hubungan antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada ketimbangsebagaikesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Dalam kesetaraan kita tidak diharuskan untuk menerima dan menyetujui perilaku verbal dan non verbal. “ sikap mendukung dari anak dalam proses terapi sangat diperlukan agar anak merasa nyaman pada saat terapi” Sikap mendukung dari kedua orangtua perlu dilakukan. Secara terbuka akan memperoleh kesadaran penuh untuk mencapai kesembuhan yang sedikit demi sedikit. Dan bersedia untuk mengubah sikap pada anak. Sikap mendukung yang diberikan oleh orangtua pada anak, akan memberikankepuasaan sendiri pada diri anak. Dalam komunikasi antarpribadi orangtua dan anak, sama-sama memiliki posisi yang saling membutuhkan. Anak adalah yang mebutuhkan peranan motivasi dan pembelajaran. Sedangkan orangtua orang memberikan infomasi dan pendidikan serta komunikasi yang baik untuk menunjang kepribadian sang anak. Melalui hasil wawancara dari ketiga informan yaitu orangtua,pengamat anak berkebutuhan khusus, dan tetangga lingkungan sekitar. Diperoleh kesepakatan bahwa mereka setuju dalam menjaga komunikasi yang baik ahrus ada saling percaya. Selama melakukan pembelajaran pada anak dalam bermacam hal. Sikap yang mendengarkan yang baik. Naik itu informasi yang disampaikan pada anak maupun informasi yang disampaikan pada orangtua tentang hal-hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan seperti motivasi dan nasehat-nasehat. Kesetaraan (aquality) hubungan baik antara orangtua dan anak akan memberika citra positif pada kedua belah pihak terutama pada anak.kesetaraan yang diberikan orangtua pada anak. Seperti yang dikatakan oleh yemima indah salah satu dari informan yang peneliti wawancarai memberi pernytaan: “ kesetaraan dari orangtua kepada anak memberikan nilai positif untuk orangtua dan anak maupun lingkungan dalam keluaraga sebagai pembelajaran anak” 4.3.4.6 kesetaraan (Equality) Kesetaraan yang berarti kita menerima pihak lain atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan Dalam komunikasi antarpribadi antara akan lebih efektif bila suasana setara. Artinya harus 108 meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain (De Vito,1997:264) pengetahuan tentang kondisi anak autis. Hal ini sesuai dengan apa yang diuraikan oleh Liliweri bahwa mengenal orang lain begitu penting supaya anda mampu memberikan perbedaan dengan cara apa kebiasaan berkomunikasi itu harus dilakukan. (Liliweri, 1991:25) Dan bagian selanjutnya adalah komunikasi antar pribadi antara orang tua dengan anak autis dalam memberikan pendidikan dan kreatifitas anak. Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi adalah lingkup komunikasi terkecil, di mana terdapat sedikitnya dua orang saling berkomunikasi untuk menciptakan sebuah interaksi. Interaksi yang terjalin di antara keduanya biasanya bertujuan untuk mengembangkan sebuah hubungan interpersonal yang baik. Demikian pula dalam lingkup keluarga, komunikasi antarpribadi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan suatu hubungan komunikasi yang harmonis antar anggota keluarga. Terlebih pada hubungan orang tua dan anak autis yang sedang memasuki masamasa kedewasaan anak, kualitas komunikasi antarpribadi yang baik sangat membantu dalam proses pengasuhan tahap belajar dan proses komunikasi dalam keluarga. Pada kasus ini, dalam memberikan pendidikan dan kreatifitas anak hanya orang tua yang dituntut untuk melihat lawan bicara (anak autis) sebagai pribadi yang unik. Sebaliknya, sulit mengharapkan anak autis untuk melakukan hal yang sama. Hal ini dikarenakan keterbatasan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi yang dimiliki anak autis sehingga anak autis tidak mampu memahami dirinya sendiri maupun orang lain dengan baik. Sedangkan menurut DeVito, dari semua komponen tindakan komunikasi, yang paling penting adalah diri (self). Siapa anda dan bagaimana anda mempersepsikan diri sendiri dan orang lain Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi adalah lingkup komunikasi terkecil, di mana terdapat sedikitnya dua orang saling berkomunikasi untuk menciptakan sebuah interaksi. Interaksi yang terjalin di antara keduanya biasanya bertujuan untuk mengembangkan sebuah hubungan interpersonal yang baik. Demikian pula dalam lingkup keluarga, komunikasi antarpribadi sangat dibutuhkan untuk mewujudkan suatu hubungan komunikasi yang harmonis antar anggota keluarga. Terlebih pada hubungan orang tua dan anak autis yang sedang memasuki remaja anak yang duduk dibangku kuliah, kualitas komunikasi antarpribadi yang baik sangat membantu Dalam proses pengasuhan anak autis pada masa ini. Hal ini ditunjukkan dengan ketegasan orang tua dalam memberi pendidikan pada anak autis agar anak mampu mandiri dalam berbagai hal, Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi seseorang dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Berkaitan dengan konteks komunikasi antarpribadi dimana setiap orang adalah spesial, komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak autis dalam memberikan pendidikan dan komunikasi dengan baik memiliki keunikan tersendiri. Pengetahuan berbahasa dan menggunakannya dapat disesuaikan dengan siapa percakapan komunikasi antar pribadi dilakukan. Namun, yang lebih penting dalam berkomunikasi antara orang tua dengan anak autis upaya untuk mengenal anak autis lebih dalam dengan memperkaya 109 akan mempengaruhi komunikasi anda dan tanggapan anda terhadap komunikasi orang lain (DeVito, 1997:56). Menurut DeVito, beberapa prinsipprinsip interaksi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan, percaya diri, kedekatan (immediacy), manajemen interaksi, daya ekspresi, berorientasi kepada pihak lain (1997:494495). Temuan penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif sulit terjadi antara orang tua dan anak autis karena sikap terbuka, empati, supportif, seperti yang diuraikan oleh Devito hanya ditunjukkan oleh satu pihak saja, yaitu orang tua. Sedangkan anak autis sulit untuk menunjukkan sikap terbuka, empati, supportif karena memiliki keterbatasan dalam hal menginterpretasikan pesan yang diberikan oleh lingkungan sekitar Hal ini sesuai dengan kondisi anak autis yang memiliki dunia mereka sendiri. Pesan yang disampaikan oleh orang lain belum tentu memiliki makna yang sama bagi anak autis. Dalam proses komunikasi antarpribadi untuk mencapai kesepahaman makna antara orang tua dan anak autis, peneliti melihat ada suatu bentuk komunikasi asertif dalam komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak autis. Bentuk ini terutama sangat menonjol pada komunikasi yang dilakukan oleh orang tua. Komunikasi asertif adalah sebuah bentuk komunikasi yang di dalamnya mengutamakan atau memperhatikan kepentingan dan perasaan masing-masing pihak (DeVito, 2001:86-87). Orang yang berkomunikasi dengan asertif cenderung tidak memaksakan kehendak pribadi, tidak mudah emosi, mengutamakan kesabaran, dan dapat menyelesaikan konflik yang terjadi dengan baik. Hal-hal tersebut tampak pada orang tua yang memiliki anak autis. Kedua informan dalam penelitian ini banyak mengungkapkan tentang kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi anak autis. Orang tua jelas menginginkan anaknya dapat tumbuh dengan sempurna, memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan anak normal pada umumnya. Keinginan tersebut tampak pada perilaku mereka yang memberikan pendidikan agar anak autis dapat mandiri dan berkreativitas. Pendekataan komunikasi antarpribadi dari sudut pandang humanistik ada 5 kualitas yaitu keterbukaan (openness), empati (emphaty), sikap mendukung (suppportiveness), sikap positif (positivennes), dan kesetaraan (equality) akan menciptakann interaksi yang bermakna jujur, dan memuaskan . hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. keterbukaan (openness), keterbukaan anak kepada orangtua dalam berkomunikasi memberikan segala informasi tentang segala maslaah atau kendala pada sang anak. Dan pendekataan orangtua untuk mencari tau solusi yang sedang dilalui anak. Dengan melalukan terapi atau memberikan kenyamanan dengan mengikuti keinginan sang anak 2. Empati (emphaty) Empati yang diberikan orangtua kepada anak untuk ememberikan kekuatan dan membangun rasa kepercayaan diri dalam diri anak autism atau diselksia agar tidak merasa minder dari adik-adiknya. Baik buruknya pendekataan orangtua dalam menjalin komunikasi di dalam keluarga sangatlah penting 3. Sikap mendukung (suppportiveness) Sikap anak autism atau diselksia akan mempengaruhi 110 pola pikir sang anak. Sedangkan sikap positif orangtua terhadap anak memberikan motivasi anak dalam belajar, berkomunikasi dan bersosialisasi ditempat mereka tinggal 4. Sikap positif (positivennes) Sikap mendukung yang diberikan orangtua maupun anak akan menciptakan hubungan yang baik dalam mengambil segala tindkan dalam sikap ini pendekataan komunikasi antarpribadi orangtua yang memperhatikan dan memberikan banyak masukan kepada sang anak. nilai keberagaman sehingga akan tercipta juga komunikasi antarpribadi yang efektif dengan baik bagi anak. Dan akanberpengaruh terhadap kinerja dan keberhasilan suatu program serta mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran nilai-nilai keberagaman dalam pembentukan karakter anak. keterbukaan anak kepada orangtua dalam berkomunikasi memberikan segala informasi tentang segala maslaah atau kendala pada sang anak. Dan pendekataan orangtua untuk mencari tau solusi yang sedang dilalui anak. Dengan melalukan terapi atau memberikan kenyamanan dengan mengikuti keinginan sang anak Sikap anak autism atau diselksia akan mempengaruhi pola pikir sang anak. Sedangkan sikap positif orangtua terhadap anak memberikan motivasi anak dalam belajar, tinggal dimana edukator menghargai dan mendengarkan pendapat setiap anak dan bekerjasama dengan orang tua untuk kemajuan proses belajar anak Komunikasi antarpribadi baik dalam lingkungan keluarga sangatlah penting, dan sangat perlu dicermati orangtua dalam memahami serta apa yang diinginkan oleh sang anak yang mempunyai kekurangan. Ditujukan kepada penelitian selanjutnya, peneliti berharap nantinya akan muncul penelitian lainnya dengan obyek dan sudut pandang permasalahan yang berbeda sehingga dapat memberikan wawasan baru dan sumbangsih bagi perkembangan ilmu komunikasi. 5. Kesetaraan (equality) Dalam kesetaraan anatara orangtua dan anak sama-sama saling membutuhkan dan memiliki posisi yang sama. Anak merasa membutuhkan orangtua dalam segala hal dan tindakan. Dalam kesetaraan orangtua dan anak akan memberikancitra positif pada kedua belah pihak. KESIMPULAN Pendekatan komunikasi antarpribadi yang dilakukan pada komunikasi antarpribadi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus disleksia dan autism (Studi Kasus pada Anak bekebutuhan khusus dalam keluarga bapak Ediyanto Sofwan di Jl.Ashirot No25 kebayoran lama Jakarta selatan). Memelihara proses Komunikasi antarpribadi yang efektif di antara orangtua dan anak, khususnya berkaitan dengan nilai- bisa 111 Diharapkan hasil penelitian menambah pengetahuan masyarakat dan memberi masukan kepada masyarakat luas khususnya pada penelitian tentang pendekatan komunikasi antarpribadi orangtua dengan anak berkebutuhan khusus disleksia dan autism dalam membagun komunikasi. Penyandang Autis. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Rakhmat, Jalaludin., 2011. Psikologi DAFTAR PUSTAKA Rogers, Everett M., 1994. A History Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Of Alwasilah, A. Chaedar., 2006. Pokoknya Kualitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Arifin, Prof.Dr.H.Anwar., Strategi Bandung: Communication Study: A Biogrhapical Approach. New York: A Division Of Macmillan Inc. 2007. Sarwono, Komunikasi: W. Sarlito., 2010. Sebuah Pengantar Ringkas. Pengantar Psikologi Bandung: CV. Armico. Umum .Jakarta: PT. Raja Grafindo Bungin, S.Sos, M.Si, Prof. Dr. H.M. Burhan., 2006. Komunikasi: Persada, Jakarta. Sosiologi Wisnu, Teori, Chandra. 2009. Pola Paradigma, dan Diskursus Komunikasi Tehnologi Komunikasi di Dalam Membentuk Sikap Masyarakat. Toleransi Kencana Jakarta: Pada Prenada Media Group. Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. YRAMA WIDYA:Bandung Orangtua Anak (Studi Keluarga di Kelurahan Penengahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat). Tanjung Karang. Universitas Tesis Lampung (UNILA). Peeters, Theo. 2004. Autisme, Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan Bagi West, Richard – Turner, Lynn H, 2008. Pengantar Teori 112 Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Zeitlin, Muhammad., 1998. Memahami kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zurani, Ikhma.2005. Makna Konstruksi Diri Lingkungan Orangtua Berkebutuhan Dan Bagi Anaka Khusus Belajar (ABK). Bandung. Tesis Universitas Islam Bandung 113