universitas indonesia laporan praktek kerja

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. NOVARTIS INDONESIA
JL. PROF. DR. SATRIO KAV. 18 KUNINGAN CITY
SETIABUDI JAKARTA SELATAN 12940
PERIODE 29 JULI-11 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RIRI YUANA, S. Farm
1206330034
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT. NOVARTIS INDONESIA
JL. PROF. DR. SATRIO KAV. 18 KUNINGAN CITY
SETIABUDI JAKARTA SELATAN 12940
PERIODE 29 JULI-11 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RIRI YUANA, S. Farm
1206330034
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
iii
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Novartis Indonesia. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si, Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20
Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan
PKPA di PT. Novartis Indonesia.
4. Ibu Hasriani Yusuf selaku Chief Scientific Officer PT. Novartis Indonesia
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
PKPA di PT. Novartis Indonesia.
5. Halimah Lailasari, S.Farm., Apt. selaku Drug Regulatory Affairs dan
sekaligus pembimbing PKPA di PT. Novartis Indonesia yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis selama melakukan PKPA di PT. Novartis Indonesia.
6. Bapak Dr. Hayun M.Si, Apt. selaku pembimbing di Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di PT.
Novartis Indonesia.
7. Bapak Firnando Sianturi, Ibu Meranti Puspitasari, Ibu Lily Komiarsih,
Kak Risa Widiani, Kak Vera, Kak Dea dan seluruh rekan kerja di
departemen Medical and Regulatory khususnya dan seluruh departemen
vi
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
vii
perusahaan PT. Novartis Indonesia umumnya yang telah membantu
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Novartis Indonesia.
8. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan
bantuan yang sangat berarti bagi penulis.
9. Orang tua tercinta beserta kakak dan adik-adik tersayang atas doa dan
dukungannya.
10. Semua rekan-rekan Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXXVII
dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada
penulis selama pelaksanaan PKPA ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.
Penulis
2013
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................
HALAMAN ORISINILITAS ....................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN UMUM.......................................................................
2.1 PT. Novartis Indonesia...........................................................
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan............................................
2.1.2 Visi PT. Novartis Indonesia...........................................
2.1.3 Kewarganegaraan Perusahaan PT. Novartis Indonesia...
2.2 Medical & Regulatory Department ........................................
2.3 Alur Internal Proses Registrasi Obat ......................................
4
4
4
5
5
8
8
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS.................................................................... 10
3.1 Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat ............................. 10
3.1.1 Registrasi ...................................................................... 10
3.1.2 Pendaftar....................................................................... 10
3.1.3 Registrasi Obat.............................................................. 12
3.2 ASEAN Common Technical Dossier/ ASEAN Common Technical Requirements.................................................................... 18
3.2.1 Ketentuan ACTD........................................................... 19
3.2.2 Pembagian ACTD ......................................................... 19
BAB 4. PEMBAHASAN.............................................................................
4.1 Registrasi Obat ......................................................................
4.2 Registrasi Obat Baru..............................................................
4.3 Registrasi Obat Copy .............................................................
4.4 Registrasi Variasi...................................................................
4.5 Registrasi Ulang ....................................................................
4.6 Regulatory .............................................................................
4.6.1 Fungsi Regulator...........................................................
4.6.2 Karakterisasi Regulator .................................................
22
22
23
25
25
26
26
26
27
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 28
5.1 Kesimpulan............................................................................ 28
5.2 Saran ..................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 29
ix
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur organisasi Medical and Regulatory Departement PT.
Novartis Indonesia Jakarta........................................................
Lampiran 2 Formulir registrasi ....................................................................
Lampiran 3 Isi dokumen praregistrasi dan registrasi ....................................
Lampiran 4 Alur proses registrasi................................................................
Lampiran 5 Alur registrasi dan evaluasi obat................................................
ix
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
30
31
36
41
43
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu tonggak yang menjamin
kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan berkaitan dengan produksi sediaan
dan perkembangannya dalam rangka terapi pengobatan penyakit yang ada di
masyarakat. Produksi dan pengembangan yang dilakukan oleh industri farmasi
tidak hanya berupa sediaan bersifat terapetik namun juga dapat yang bersifat
preventif pada pengobatan suatu penyakit atau penunjang kesehatan masyarakat
misalnya suplemen makanan, fitofarmaka, dan obat tradisional. Pentingnya
peranan industri farmasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terkait sediaan
yang berhubungan dengan kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk
memenuhi standar efikasi, keamanan, dan mutu produknya sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
Persyaratan bagi industri farmasi telah ditetapkan berdasarkan standar
kualitas mutu produk dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB
mengatur semua aspek yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian
mutu obat dalam rangka menjamin sediaan obat tersebut memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan secara konsisten sesuai dengan tujuan pengobatannya.
Dengan adanya CPOB maka setiap industri mempunyai standar yang sama dalam
kualitas, dan keamanan mutu produk disebabkan proses dan segala aspek yang
mendukung berjalannya proses produksi obat adalah sama dan sesuai dengan yang
tercantum dalam CPOB (Anonim, 2006).
Meningkatnya pertumbuhan jumlah dan jenis produk yang beredar
menyebabkan konsumsi masyarakat juga meningkat, tetapi keadaan ini tidak
selalu diikuti oleh pengetahuan yang memadai untuk memilih dan menggunakan
produk secara tepat dan aman. Perkembangan teknologi yang pesat turut
membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi.
Dengan menggunakan teknologi modern tersebut, maka produksi dari industriindustri tersebut mampu dilakukan dengan skala besar dan optimal. Faktor ini
juga ditunjang oleh kemajuan teknologi transportasi yang memungkinkan produkproduk tersebut dapat terdistribusi dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat
1
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dalam
waktu
singkat.
mengedepankan
profit
Persaingan
saja
tanpa
bisnis
dikhawatirkan
memperhatikan
faktor
hanya
akan
manfaat
dan
keamanannya, sehingga pada akhirnya dapat beresiko pada kesehatan dan
keselamatan masyarakat sebagai konsumen.
Sebagai institusi pemerintah yang memiliki kewenangan dan tanggung
jawab dalam pengawasan produk
ketentuan
tentang
obat
dan
makanan, BPOM membuat
pendaftaran produk, baik obat-obatan sintesis, produk
biologi, obat tradisional, obat herbal, dan fitofarmaka, pangan maupun suplemen
makanan dari produsen baik dalam maupun luar negeri. BPOM mengendalikan
peredaran dan juga pengawasan dengan cara mengadakan proses registrasi yang
harus dilalui setiap industri farmasi dalam proses pemasaran produknya.
Dalam pelaksanaan prosedur pendaftaran atau registrasi tersebut, tentu
saja memerlukan bagian yang dapat mengerti, dan memahami secara jelas tata
laksana prosedur registrasi tersebut, terkait persyaratan dan peraturan-peraturan
pemerintah terkait. Oleh karena itu, masing-masing industri selayaknya memiliki
bagian yang disebut dengan Regulatory Affairs yang merupakan penghubung
antara pihak industri dengan pihak pemerintah,
dalam
hal
ini
BPOM.
Regulatory Affairs dalam suatu industri farmasi, memiliki tanggung jawab
antara lain (www.prospects.ac.uk, 2012)
a. Mematuhi
undang-undang
yang
berlaku
di
Indonesia
dan
dalam
pengaplikasiannya dalam pedoman pemasaran produk obat di semua negara
tujuan ekspor.
b. Mengumpulkan, menyusun dan mengevaluasi dossier dalam penyusunan
dokumen registrasi.
c. Menyusun dokumen registrasi produk obat, obat tradisional, fitofarmaka,
suplemen makanan, bahan pangan.
d. Meregistrasikan produk obat, obat tradisional, fitofarmaka,
suplemen
makanan, bahan pangan.
e. Memberikan
saran
strategis
bagi
bagian
manajemen
dalam
hal
pengembangan produk obat baru.
f. Penghubung antara industri farmasi dengan pihak berwenang, dengan
bernegosiasi dengan pihak berwenang untuk pemasaran, pelabelan dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
3
persyaratan kemasan.
Regulatory Affairs harus dapat menjamin bahwa produk yang akan
diregistrasikan memiliki dokumen yang menyatakan bahwa produk telah
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan efikasi. Apoteker dalam peranannya
sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional, secara umum memiliki tanggung
jawab dari hulu hingga ke hilir dalam industri farmasi. Regulatory Affairs dalam
hubungannya dengan peran dan tanggung jawab apoteker, yaitu sebagai ujung
tombak dalam tahapan pembuatan obat sampai sebelum dipasarkan, dengan
menjamin bahwa tahapan dalam pembuatan obat di suatu industri farmasi telah
sesuai dengan peraturan yang berlaku lewat komunikasi dengan pihak terkait.
Apoteker dengan pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki terutama tentang
obat sangat dibutuhkan dalam fungsinya sebagai regulatory.
Sebagai profesi yang memiliki pengetahuan tentang obat, apoteker dituntut
untuk dapat meregistrasikan suatu produk obat. Dalam pengaplikasian kompetensi
dan kemampuannya, perlu diberikan pembekalan ilmu dan informasi yang lebih
mendalam mengenai Regulatory affairs kepada para calon Apoteker untuk dapat
lebih memahami mengenai tugas dan fungsinya. Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA), khususnya di Regulatory Affairs, perlu dilakukan oleh para calon
Apoteker sehingga sebagai gambaran di kemudian hari mengenai peranannya
terhadap masyarakat dibidang industri, khususnya bagian Regulatory affairs,
sehingga masyarakat memperoleh produk-produk yang bermutu, aman, dan
berkhasiat.
1.2
Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Novartis Indonesia
khususnya di Medical & Regulatory Department, bertujuan agar para calon
Apoteker mengetahui dan memahami tugas Apoteker sebagai Drug Regulatory
Affairs di PT. Novartis Indonesia, Jakarta dalam proses meregistrasikan obat baru,
registrasi variasi pada produk yang telah memiliki Nomor Ijin Edar, dan
meregistrasikan ulang produk yang telah habis masa ijin edarnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
PT. Novartis Indonesia
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan
Novartis International AG adalah sebuah perusahaan multinasional,
pharmaceutical yang berbasis di Basel, Swiss. Novartis adalah anggota dari
European Federation of Pharmaceutical Industries and Associations (EFPIA) dan
juga International Federation of Pharmaceutical Manufacturers and Associations
(IFPMA) (Novartis Indonesia, 2013).
Sejarah Novartis di Indonesia berawal dari berdirinya PT. Ciba Geigy
Indonesia pada 1968. Setelah mengalami beberapa momentum, mengikuti
penggabungan global dua perusahaan, yaitu Sandoz dan Ciba Geigy menjadi
Novartis, pada 1996 PT. Ciba Indonesia bergabung dengan PT. Sandoz
Biochemie Pharma membentuk PT. Novartis Biochemie. Berganti nama menjadi
Novartis menyusul akuisisi oleh Ciba-Geigy, sang pemilik Sandoz, produsen
besar obat generik. Perusahaan ini sebelumnya dimiliki Gerber Products
Company, produsen produk bayi yang besar, tetapi dijual ke Nestle pada 1
September 2007. Pada tahun 2005, setelah akuisisi global yang dilakukan oleh
Novartis Group Hexal, Divisi Novartis di Indonesia Sandoz juga mengakuisisi PT
Prima Hexal di Indonesia dan karenanya membentuk sebuah badan hukum baru
yang diperbesar yang kemudian disebut PT Sandoz Indonesia. Di tahun 2006,
tepat memasuki sepuluh tahun setelah merger global, PT Novartis Biochemie
berubah nama menjadi PT Novartis Indonesia (Novartis Indonesia, 2013).
Kini, Novartis Indonesia memperkerjakan sedikitnya 550 tenaga kerja di
divisi farmasi dan produk kesehatan yang berlokasi di Citeureup, Jawa Barat.
Selain itu, Novartis Indonesia juga memiliki laboratorium penelitian, yang
dinamakkan NEHCRI (Novartis- Eijkman- Hasanuddin Research Initiative atau
NECHRI yang bertempat di Makassar, Sulawesi Selatan (tepatnya di RS
Wahidin) dan di Jakarta (bertempat di Eijkman Institute Jakarta Pusat). NECHRI
memfokuskan diri pada pengembangan obat-obatan penyakit tropis seperti demam
berdarah dan tuberkulosis (Novartis Indonesia, 2013).
4
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Dua anak perusahaan lainnya, yaitu PT Ciba Vision Batam merupakan
pemasok utama lensa kontak di seluruh dunia dan memperkerjakan 3000
karyawan kontrak pabriknya di Pulau Batam. Sedangkan PT Sandoz Indonesia
menjalankan usaha di bidang obat generik bermerek, dengan lebih 600 tenaga
kerja yang beroperasi di Bandung, Jawa Barat (Novartis Indonesia, 2013).
Novartis memproduksi obat-obatan seperti clozapine (Clozaril), diklofenak
(Voltaren), carbamazepine (Tegretol), valsartan (Diovan), mesylate imatinib dan
(Gleevec/Glivec). Agen tambahan termasuk ciclosporin (Neoral/Sandimmun),
letrozole (Femara), methylphenidate (Ritalin), terbinafine (Lamisil), dan lain-lain
(Novartis Indonesia, 2013).
2.1.2 Visi PT. Novartis Indonesia
Menjadi perusahaan terpilih baik bagi mitra usahanya maupun
karyawannya serta para pemangku kepentingan lainnya di bidang industri farmasi,
karena :
a. Tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan industri rata-rata
b. Memiliki 10 produk unggulan yang senantiasa diingat mitra usahanya
c. Mengembangkan talenta atau sumber daya terbaik di bidang industri farmasi
d. Secara aktif mendukung upaya-upaya yang bertujuan meningkatkan akses
pengobatan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia
(Novartis Indonesia, 2013)
2.1.3 Kewargaan Perusahaan PT. Novartis Indonesia
Di Indonesia, Novartis telah berpartisipasi dalam kegiatan Kewargaan
Perusahaan dengan mengacu pada empat pilar utama yaitu pasien, aturan bisnis,
masyarakat dan komunitas, serta lingkungan. Berbagai aktivitas yang ada
meliputi Akses kepada Obat-Obatan (Access to Medicine), Program, Hari
Kemitraan dengan Masyarakat (Community Partnership Day), dan donasi ke
organisasi sosial (Novartis Indonesia, 2013).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
6
2.1.3.1 Akses kepada Obat-Obatan (Access to Medicine)
Novartis Indonesia menunjukkan komitmennya dengan mendukung
komunitas lokal. Sejak 2003, Novartis Indonesia telah membantu para penderita
Chronic Myeloid Leukemia (CML) untuk mendapatkan perawatan Glivec secara
gratis bekerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia. Novartis Indonesia juga
secara aktif berpartisipasi dalam penanganan bencana, antara lain membantu
penyediaan perpustakaan keliling untuk Komisi Nasional Perlindungan Anak
pasca tsunami 2005, dan bantuan spontan para karyawan secara sukarela pada
bencana gempa Jogja tahun 2006 (Novartis Indonesia, 2013).
Dengan visi untuk meningkatkan akses bagi para pasien untuk
memperoleh obat-obatan, Novartis Indonesia secara berkesinambungan telah
menjalin kemitraan dengan pemerintah melalui program ASKES dimana banyak
obat-obatan terbaik Novartis termasuk dalam program asuransi pemerintah
tersebut. Novartis Indonesia juga membina kerjasama dengan rumah sakit
bereputasi seperti RS Pertamina dengan menyediakan program khusus untuk
membantu pasien dalam memperoleh obat-obatan (Novartis Indonesia, 2013).
2.1.3.2 Program
a.
Novartis Selenggarakan Media Workshop & Writing Contest Mengenai
Terobosan Baru Penatalaksanaan Hipertensi
Penyakit Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia atau satu dari empat
orang dewasa mengidap penyakit ini. Bahkan jumlah ini diprediksi akan
meningkat jadi 1, 6 milyar orang menjelang tahun 2025. Keberadaan penyakit
hipertensi seringkali tidak disadari oleh si penderita sehingga ia dikenal juga
sebagai the silent killer. Yang lebih memprihatinkan, pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai penyakit ini masih sangat rendah sehingga
penanganan/pengobatannya seringkali dilakukan dengan cara yang tidak tepat
atau tidak memadai. Setelah dilakukannya berbagai upaya riset selama lebih
dari 40 tahun untuk mencari pendekatan terapi yang dapat bekerja dengan
optimal, sebuah terobosan baru terapi hipertensi yang bekerja di dalam sistem
Renin (Direct Renin Inhibitor) kini telah ditetapkan menjadi sebuah
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
7
pendekatan terapi terkini yang mengontrol hipertensi secara optimal. Adapun
Direct Renin Inhibitors (DRI) adalah pendekatan terapi yang bekerja di dalam
sistem Renin di dalam tubuh yang merupakan titik sentral dari pengaturan
tekanan darah. Karena secara langsung menghambat titik aktifasti sistem ini Renin - Direct Renin Inhibitor menurunkan aktivitas Sistem Renin yang
diukur dengan aktivitas plasma renin (plasma renin activity).
b.
Lomba Penulisan Media
Tujuan umum kegiatan lomba penulisan Novartis ini dimaksudkan untuk
meningkatkan
penyebaran
informasi,
pengetahuan,
pemahaman
dan
penatalaksanaan (4P) mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat
Indonesia. Secara lebih khusus, kegiatan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan
pemahaman
masyarakat
tentang
terobosan
dalam
penatalaksanaan hipertensi di masa depan, yang tidak lain adalah Direct
Renin Inhibitor. Panitia kegiatan telah menetapkan sejumlah kriteria untuk
mengikuti lomba antara lain: peserta merupakan wartawan media cetak /
online di Indonesia, yang memiliki ketertarikan di bidang hipertensi. Selain
itu peserta harus menulis artikel yang membahas tema yang telah
ditentukan.Sedangkan juri lomba penulisan ini terdiri dari 3 unsur yakni Dr dr
Faisal Baraas SpJp (pakar hipertensi), Nugroho Dewanto (wartawan Tempo,
anggota Aliansi Jurnalis Indonesia), dan dr Wibawa Roan (Medical Affairs
Manager Novartis Indonesia). Ketiga unsur ini diharapkan dapat menjaga
independensi penilaian yang dilakukan.
(Novartis Indonesia, 2013)
2.1.3.3 Hari Kemitraan dengan Masyarakat (Community Partnership Day)
Setiap tahunnya, karyawan Novartis di seluruh dunia secara sukarela
berpartisipasi dalam Community Partnership Day (CPD) atau Hari Kemitraan
dengan Masyarakat sebagai wujud komitmen kami terhadap Corporate
Citizenship . CPD diadakan untuk memperingati merger Novartis pada 1996. Di
CPD, pegawai mendukung komunitas lokal, lembaga sosial, maupun organisasi
non-profit dalam proyek-proyek yang sejalan dengan program CSR dari Novartis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
8
Di Indonesia, sekitar 70-100 relawan berpartisipasi dalam CPD melalui
serangkaian kegiatan antara lain renovasi gedung sekolah, rekreasi dan menghibur
bersama anak-anak yatim piatu serta penderita penyakit berat, dan lain-lain
(Novartis Indonesia, 2013).
2.1.3.4 Donasi ke organisasi sosial
Ketika terjadi beberapa musibah bencana alam di Indonesia, seperti
tsunami dan gempa di Jogja, Novartis Indonesia turut serta memberikan bantuan
berupa obat-obatan dan dana bagi para korban melalui organisasi seperti Palang
Merah Indonesia (PMI), International Pharmaceutical Manufacturer Groups
(IPMG), Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi), Komnas Perlindungan
Anak dan lain-lain (Novartis Indonesia, 2013).
2.2
Medical & Regulatory Department
Medical & Regulatory department adalah suatu departemen dalam suatu
perusahaan farmasi dengan individu yang ada di dalamnya merupakan tenaga
keprofesian di bidang keilmuan kesehatan, seperti dokter dan apoteker. Medical
& Regulatory
pendaftaran
department
produk,
menangani koordinasi studi klinis, meliputi
pendaftaran
iklan,
dan
pendaftaran harga produk,
pelaporan dan pemberitahuan efek produk, pemantauan keamanan obat, serta
menangani hubungan dalam dunia medis dan studi ilmiah. Medical department
juga bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan medis dasar tentang produk
kepada pekerja lapangan di perusahaan farmasi. Selain itu, medical &
regulatory department bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan
promosi dilakukan sesuai dengan Peraturan Departemen Kesehatan dan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Novartis Indonesia, 2013).
2.3
Alur Internal Proses Registrasi Obat
Tahapan proses registrasi obat di PT Novartis Indonesia diawali adanya
putusan dari Novartis AG, Basel, Swiss kepada pihak PT Novartis Indonesia
untuk memasarkan produknya di Indonesia. Novartis AG, Basel, Swiss akan
mengirimkan dokumen-dokumen terkait obat tersebut kepada pihak regulatory
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
9
department. Regulatory department bertanggungjawab untuk mendaftarkan obat
tersebut ke BPOM hingga mendapatkan nomor ijin edar sehingga bisa dipasarkan
di Indonesia (Novartis Indonesia, 2013).
Regulatory department akan mereview dokumen-dokumen yang berkaitan
dan kemudian akan disusun berdasarkan format ACTD (ASEAN Common
Technical Dossier). Selanjutnya, regulatory department akan menyerahkan
dokumen tersebut ke BPOM untuk dievaluasi oleh evaluator (Novartis Indonesia,
2013).
Pada tahap pra registrasi, setelah dokumen diperiksa maka pendaftar akan
diberikan formulir konsultasi yang harus dilengkapi jika masih terdapat
kekurangan, atau diberikan SPB (Surat Perintah Bayar) jika dokumen dinyatakan
lengkap. Pendaftar harus membayar sesuai ketentuan dan menyerahkan bukti
bayar beserta dokumen lengkap ke loket. Setelah hasil pra registrasi keluar,
regulatory department akan menyusun dokumen yang diperlukan untuk keperluan
registrasi. Dokumen yang terkumpul diproses seperti tahap pra registrasi. Pada
tahap ini, kelengkapan yang harus diserahkan ke loket, yaitu bukti bayar,
dokumen registrasi, dan disket registrasi yang berisi dokumen administratif,
informasi umum mengenai produk, dan dokumen mutu mengenai bahan baku dan
produk. Nomor izin edar (NIE) produk akan keluar dalam 40 - 300 hari kerja
tergantung dari kategori registrasi produk yang didaftarkan. Selama menunggu
NIE produk keluar dapat dilakukan konsultasi
dengan Kepala Seksi bagian
terkait untuk mengetahui perkembangan hasil registrasi produk (Novartis
Indonesia, 2013).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1
Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat
3.1.1 Registrasi
Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi suatu produk untuk
mendapatkan izin edar. Izin edar adalah suatu bentuk persetujuan registrasi untuk
dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Registrasi bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari peredaran produk yang tidak memenuhi persyaratan khasiat,
keamanan, dan mutu. Registrasi terdiri atas registrasi baru, registrasi variasi, dan
registrasi ulang. Registrasi baru adalah registrasi produk yang belum
mendapatkan izin edar di Indonesia. Registrasi variasi adalah registrasi
perubahan aspek apapun pada produk yang telah memiliki izin edar di Indonesia,
termasuk tetapi tidak terbatas pada perubahan formulasi, metoda, proses
pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah, kemasan dan
penandaan. Registrasi Variasi Major (VaMa) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat.
Registrasi Variasi Minor yang Memerlukan Persetujuan (VaMi-B) adalah
registrasi variasi yang tidak termasuk kategori registrasi variasi minor dengan
notifikasi maupun variasi major. Registrasi Variasi Minor dengan Notifikasi
(VaMi-A)
adalah
registrasi variasi yang berpengaruh minimal atau tidak
berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat, keamanan, dan/atau mutu obat,
serta tidak merubah informasi pada sertifikat izin edar. Registrasi ulang adalah
registrasi perpanjangan masa berlaku izin edar (Badan POM RI, 2011).
3.1.2 Pendaftar
Pendaftar adalah industri farmasi yang telah mendapat izin industri
farmasi sesuai ketentuan perundang-undangan (Badan POM RI, 2011). Setiap
pendaftar bertanggung jawab atas kelengkapan dokumen yang diserahkan,
kebenaran semua informasi yang tercantum dalam dokumen registrasi, kebenaran
dan keabsahan dokumen yang dilampirkan untuk kelengkapan registrasi, dan
perubahan data dan informasi dari produk yang sedang dalam proses registrasi
10
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
11
atau sudah memiliki izin edar. Jenis pendaftar dibagi menjadi beberapa kategori
sesuai produk yang didaftarkan, yaitu (Badan POM RI, 2011) :
a.
Pendaftar Produk yang Diproduksi di Dalam Negeri
Produk dalam negeri, meliputi produk tanpa lisensi, produk lisensi, dan
produk kontrak. Pendaftar produk tanpa lisensi adalah pendaftar yang
memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat Cara Pembuatan
Obat
yang Baik (CPOB) yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan yang diregistrasikan. Pendaftar produk lisensi adalah
penerima lisensi yang memiliki ketentuan seperti pendaftar tanpa lisensi dan
dokumen perjanjian
lisensi. Pendaftar obat kontrak adalah pemberi
kontrak yang memiliki izin industri farmasi, paling sedikit satu fasilitas
produksi sediaan lain yang telah memenuhi
persyaratan CPOB, dan
dokumen perjanjian kontrak.
b.
Pendaftar Produk impor
Pendaftar produk impor adalah industri farmasi dalam negeri yang mendapat
persetujuan tertulis dari industri farmasi di luar negeri. Industri pemilik
produk di luar negeri wajib memiliki izin industri farmasi dan memenuhi
persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang masih
berlaku atau dokumen lain yang setara, dan data inspeksi terakhir atau
perubahan terkait paling lama dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas
pengawas obat setempat dan/atau otoritas pengawas obat negara lain.
Pendaftar juga harus menyerahkan Dokumen Induk Farmasi atau SMF (Site
Master File) terbaru jika industri farmasi di luar negeri belum mempunyai
produk dengan jenis dan bentuk sediaan yang sama dengan yang disetujui
beredar di Indonesia atau industri tersebut mempunyai produk yang beredar
di Indonesia dengan jenis dan bentuk sediaan yang sama namun terjadi
perubahan pada fasilitas produksi.
c.
Pendaftar Produk Khusus Ekspor
Pendaftar produk khusus ekspor adalah industri farmasi terdiri dari pendaftar
produk dalam negeri yang ditujukan khusus ekspor dan produk impor khusus
ekspor. Produk khusus ekspor dilarang diedarkan di wilayah Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
12
d.
Pendaftar Produk yang Dilindungi Paten
Pendaftar produk yang dilindungi paten adalah pemilik hak paten atau yang
ditunjuk oleh pemilik hak paten. Pendaftaran produk yang masih dilindungi
paten dapat dilakukan oleh pendaftar yang bukan pemilik hak paten sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Pendaftaran dapat diajukan mulai
dua tahun sebelum berakhirnya perlindungan paten dengan melampirkan
informasi tanggal berakhirnya perlindungan paten dan data ekivalensi
untuk menjamin kesetaraan khasiat, keamanan, dan mutu.
3.1.3
Registrasi Obat
3.1.3.1 Kategori Registrasi Obat
Registrasi obat terdiri atas registrasi baru, registrasi variasi, dan registrasi
ulang. Registrasi baru diawali dengan proses pre registrasi. Registrasi baru terdiri
atas tiga kategori, yaitu:
a.
Kategori 1 : registrasi obat baru dan produk biologi, temasuk produk biologi
sejenis (PBS)/Similar Biotherapic Product (SBP), meliputi :
1. Registrasi obat baru dengan zat aktif baru atau produk biologi
2. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan kombinasi baru
3. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan bentuk sediaan baru atau
kekuatan baru
4. Registrasi obat baru atau produk biologi dengan rute pemberian baru
5. Registrasi produk biologi sejenis (PBS)/Similar Biotherapic Product
(SBP)
b.
Kategori 2 : registrasi obat copy, meliputi :
1. Registrasi obat copy yang memerlukan uji klinik
2. Registrasi obat copy yang tidak memerlukan uji klinik
c. Kategori 3 : registrasi sediaan lain yang mengandung obat
Registrasi variasi dilakukan apabila terjadi perubahan terhadap obat yang
telah mendapat NIE. Registrasi variasi terdiri atas tiga kategori, yaitu :
a. Kategori 4 : registrasi variasi major (VaMa)
b. Kategori 5 : registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan (VaMi-B)
c. Kategori 6 : registrasi variasi minor dengan notifikasi (VaMi-A)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
13
Permohonan pengajuan registrasi ulang dilakukan paling cepat 120 hari
sebelum berakhir masa berlaku izin edar. Permohonan ini diajukan dengan
mengisi formulir registrasi dan melampirkan dokumen registrasi ulang.
Persetujuan atas permohonan registrasi ulang secara otomatis berlaku sejak
berakhir masa izin edarnya, kecuali untuk registrasi ulang dengan informasi
terbaru yang terkait aspek keamanan obat, khasiat obat, dan/atau kerasionalan
formula obat. Registrasi ulang termasuk dalam kategori 7.
3.1.3.2 Tata Laksana Registrasi Obat
Permohonan pra registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar secara
tertulis kepada Kepala BPOM dan dilampiri dengan dokumen pra registrasi atau
dokumen registrasi. Proses registrasi dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pra
registrasi dan tahap registrasi. Kelengkapan persyaratan
untuk
proses
pra
registrasi atau registrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan alur proses registrasi
dapat dilihat pada Lampiran 4.
a. Tahap Pra Registrasi
Permohonan pra registrasi dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya
evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat. Permohonan ini diajukan
dengan mengisi formulir pra registrasi, menyerahkan bukti pembayaran biaya
pra registrasi, dan melampirkan dokumen lengkap pra registrasi. Pada tahap
ini, paling lama dalam jangka waktu 40 hari sejak diterimanya permohonan
pra registrasi Kepala BPOM memberikan surat hasil pra registrasi (HPR)
kepada pendaftar yang berlaku satu tahun sejak tanggal dikeluarkan. Apabila
sebelum jangka waktu yang dimaksud diperlukan penambahan data atas
dokumen administratif dan/atau teknis, maka pendaftar akan diberikan surat
permintaan tambahan data. Perhitungan jangka waktu pengeluaran HPR
diberhentikan (clock off) sampai pendaftar menyampaikan tambahan data
yang diterima dan penyerahan tambahan data tersebut harus disampaikan
paling lama 20 hari setelah surat dikeluarkan. Jalur evaluasi untuk tahap pra
registrasi terdiri atas jalur 40 hari, meliputi registrasi variasi minor yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
14
memerlukan persetujuan dan registrasi obat khusus ekspor, jalur 100 hari
meliputi :
a) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang diindikasikan untuk
terapi penyakit serius yang mengancam nyawa manusia (life saving),
dan/atau mudah menular pada orang lain, dan/atau belum ada atau
kurangnya pilihan terapi lain yang aman dan efektif
b) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang berdasarkan
justifikasi diindikasikan untuk penyakit serius dan langka (orphan drug)
c) Registrasi baru obat baru dan produk biologi ditujukan untuk
program kesehatan masyarakat
d) Registrasi baru obat baru dan produk biologi yang telah melalui proses
obat pengembangan baru yang dikembangkan oleh industri farmasi atau
institusi riset di Indonesia dan seluruh tahapan uji kliniknya dilakukan di
Indonesia
e) Registrasi
baru
obat
copy
esensial
generik
yang
dilengkapi
dengan dokumen penunjang kebutuhan program atau data pendukung
sebagai obat esensial
f)
Registrasi baru obat copy dengan standar informasi elektronik (Stinel)
g) Registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru untuk obat
yang ditujukan sebagaimana dimaksud pada huruf a-d.
h) Registrasi variasi major yang tidak termasuk pada huruf g.
Jalur 150 hari meliputi :
a)
Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi
major indikasi baru/posologi baru yang telah disetujui di negara yang
telah menerapkan sistem evaluasi terharmonisasi dan di negara dengan
sistem evaluasi yang telah dikenal baik.
b)
Registrasi baru obat baru, produk biologi, dan registrasi variasi
major indikasi baru/posologi baru yang telah disetujui paling sedikit
di tiga negara dengan sistem evaluasi yang telah dikenal baik.
c)
Registrasi baru obat copy tanpa Stinel
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
15
Jalur 300 hari, meliputi registrasi baru obat baru, produk biologi,
produk biologi sejenis, atau registrasi variasi major indikasi baru/posologi baru
yang tidak termasuk dalam jalur evaluasi sebagaimana dimaksud pada jalur 100
dan 150 hari.
b.
Tahap Registrasi
Pengajuan registrasi dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi
dengan mengisi formulir registrasi dan disket disertai bukti pembayaran
biaya evaluasi dan pendaftaran, serta HPR. Berkas registrasi terdiri atas
formulir registrasi dengan dokumen administratif dan dokumen penunjang.
Dokumen tersebut disusun sesuai format ASEAN Common Technical Dossier
(ACTD) dan merupakan dokumen rahasia yang dipergunakan hanya untuk
keperluan evaluasi oleh yang berwenang. Dokumen registrasi yang
diserahkan harus dilengkapi dengan rancangan kemasan dan brosur.
Rancangan kemasan, meliputi etiket, dus/bungkus luar, strip/blister, catch
over, ampul atau vial, dan kemasan lain sesuai ketentuan tentang
pembungkusan luar dan penandaan yang berlaku, yang merupakan
rancangan kemasan obat yang akan diedarkan, dan dilengkapi dengan
rancangan warna.
3.1.3.3 Evaluasi dan Pemberian Keputusan
a.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap dokumen registrasi yang telah dinyatakan
lengkap. Alur registrasi dan evaluasi obat dapat dilihat pada Lampiran 5.
Evaluasi dilaksanakan sesuai jalur evaluasi 40 hari kerja, 100 hari kerja,
150 hari kerja, atau 300 hari kerja yang dihitung sejak penyerahan
dokumen
registrasi obat. Untuk melakukan evaluasi dibentuk Komite
Nasional (KOMNAS) Penilai Obat, Panitia Penilai Khasiat Keamanan,
Panitia Penilai Mutu, dan Panitia Penilai Informasi Produk dan Penandaan.
Evaluasi data khasiat dan keamanan dilakukan berdasarkan pembuktian
ilmiah dan pedoman penilaian khasiat dan keamanan oleh Penilai Khasiat
Keamanan. Hasil evaluasi khasiat dan keamanan disampaikan kepada
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
16
pendaftar paling lambat 30 hari. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut,
KOMNAS Penilai Obat dapat memberikan rekomendasi kepada Kepala
BPOM. Apabila diperlukan klarifikasi dan/atau penjelasan teknis secara
rinci dari dokumen yang diserahkan, KOMNAS Penilai Obat dapat
merekomendasikan untuk dilakukan dengar pendapat oleh pendaftar. Untuk
dengar pendapat, BPOM akan menyampaikan surat pemberitahuan kepada
pendaftar. Evaluasi informasi produk dan penandaan dilakukan oleh Penilai
Informasi Produk dan Penandaan sesuai kriteria yang lengkap, objektif,
tidak
menyesatkan
yang menjamin penggunaan
obat
secara tepat,
rasional, dan aman. Jika diperlukan tambahan data, maka permintaan
tambahan data akan disampaikan kepada pendaftar secara tertulis. Tambahan
data ini harus disampaikan paling lama 100 hari setelah tanggal permintaan,
sementara itu waktu perhitungan waktu evaluasi
dihentikan. Perhitungan
waktu evaluasi dilanjutkan setelah pendaftar menyerahkan tambahan data
dan jika pendaftar tidak dapat memenuhi maka Kepala BPOM mengeluarkan
surat penolakan.
b.
Pemberian Keputusan
Keputusan terhadap registrasi obat dapat berupa pemberian persetujuan atau
penolakan yang dipertimbangkan berdasarkan hasil evaluasi dokumen
registrasi dan hasil pemeriksaan pada pabrik pembuatan obat. Persetujuan
diberikan secara tertulis kepada pendaftar berupa persetujuan izin edar,
persetujuan impor dalam bentuk ruahan, persetujuan impor khusus ekspor,
dan persetujuan khusus ekspor. Penolakan registrasi disampaikan secara
tertulis oleh Kepala BPOM berupa surat penolakan dan biaya registrasi
yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali. Registrasi yang ditolak
dapat diajukan kembali dengan mengikuti tata cara sesuai ketentuan. Jika
terdapat keberatan terhadap hasil evaluasi khasiat dan keamanan dari
KOMNAS Penilai Obat maka pendaftar dapat mengajukan permohonan
dengar pendapat secara tertulis dalam jangka waktu 20 hari sejak
tanggal
surat pemberitahuan kepada Kepala BPOM. Jika keputusan hasil
registrasi berupa penolakan, maka pendaftar dapat mengajukan permohonan
peninjauan kembali kepada Kepala BPOM. Peninjauan kembali ini dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
17
diajukan paling lama enam bulan setelah tanggal surat penolakan dan
hanya dapat dilakukan satu kali. Permohonan ini harus dilengkapi dengan
data baru dan/atau data yang sudah pernah diajukan dengan dilengkapi
justifikasi. Pembahasan terhadap surat permohonan ini dilakukan paling
lama 100 hari sejak dokumen diterima. Apabila registrasi ditolak, pendaftar
dapat mengajukan permohonan registrasi kembali sesuai ketentuan. Akan
tetapi jika registrasi ditolak karena alasan tidak memenuhi kriteria khasiat
dan keamanan, selain harus mengikuti tata cara sesuai ketentuan, registrasi
kembali hanya dapat diajukan dengan data baru dan paling cepat satu tahun
setelah tanggal surat penolakan.
3.1.3.4 Masa Berlaku dan Pelaksanaan Izin Edar
a.
Masa Berlaku Izin Edar
Izin edar obat berlaku paling lama lima tahun selama masih memenuhi
ketentuan yang berlaku termasuk persetujuan impor dalam bentuk ruahan,
persetujuan impor khusus ekspor, dan persetujuan khusus ekspor. Jika obat
yang diregistrasikan berdasarkan perjanjian/penunjukkan dengan masa kerja
sama kurang dari lima tahun, maka masa berlaku izin edar disesuaikan
dengan masa berlaku kerja sama dalam dokumen perjanjian. Dalam hal
perjanjian/penunjukkan kerja sama dihentikan sebelum masa izin edar
berakhir, izin edar obat yang bersangkutan dibatalkan. Obat yang telah habis
masa berlaku izin edarnya dapat diperpanjang selama memenuhi kriteria
melalui mekanisme registrasi ulang. Apabila obat yang telah habis masa
berlaku izin edarnya dan tidak diperpanjang maka dianggap sebagai obat
yang tidak memiliki izin edar.
b.
Pelaksanaan Izin Edar
Pendaftar wajib memproduksi atau mengimpor, dan mengedarkan obat
yang telah mendapatkan izin edar
selambatnya
satu
tahun
setelah
tanggal persetujuan dikeluarkan dan harus melapor kepada Kepala BPOM
dengan menyerahkan kemasan siap edar. Kemasan siap edar yang diserahkan
berupa kemasan primer, kemasan sekunder, dan informasi produk.
Penyerahan kemasan dilakukan paling lambat satu bulan sebelum
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
18
pelaksanaan peredaran obat. Pemilik izin edar obat wajib melakukan
pemantauan khasiat, keamanan, dan mutu selama obat diedarkan dan
melaporkan hasilnya kepada Kepala BPOM.
3.1.3.5 Evaluasi Kembali dan Sanksi
Evaluasi kembali dapat dilakukan terhadap obat yang telah mendapat izin
edar. Evaluasi ini dilakukan jika berdasarkan hasil pemantauan terdapat
perkembangan baru mengenai khasiat, keamanan, dan mutu obat yang
berbeda dari data penunjang saat registrasi. Keputusan hasil evaluasi kembali
dapat berupa perubahan penandaan, perbaikan komposisi/ formula, pemberian
batasan penggunaan, penarikan obat dari peredaran, dan / atau pembekuan izin
edar dan/atau pembatalan izin edar.
Pendaftar yang tidak memenuhi ketentuan dapat dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan proses registrasi obat,
pembekuan izin edar obat yang bersangkutan, pembatalan izin edar obat yang
bersangkutan, atau sanksi administrative lain sesuai ketentuan perundangundangan. Pemberian sanksi berupa pembatalan atau pembekuan izin edar terjadi
jika tidak melaksanakan kewajiban memproduksi/mengimpor/mengedarkan obat
yang telah mendapat
izin edar, selama 12 bulan berturut-turut tidak
memproduksi / mengimpor / mengedarkan obat, izin industri farmasi pemilik izin
edar dicabut, dan/atau pemilik izin edar melakukan pelanggaran di bidang
produksi dan/atau distribusi obat. Pembekuan dan pembatalan izin edar dilakukan
secara tertulis kepada pemilik izin edar.
3.2
ASEAN Common Technical Dossier / ASEAN Common Technical
Requirements
ASEAN Common Technical Dossier (ACTD) adalah format umum yang
digunakan untuk menyusun dokumen registrasi
yang akan didaftarkan
kepada badan regulasi obat di wilayah ASEAN. Tujuan penggunaan ACTD
adalah agar penggambaran berbagai informasi produk menjadi transparan dan
tidak ambigu, sehingga mempermudah
membantu
pemeriksaan
data-data
dasar dan
pembaca menjadi lebih cepat terorientasi kepada isi pendaftaran
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
19
produk. ASEAN Common Technical Requirements (ACTR) adalah seluruh
materi tertulis yang bertujuan untuk membantu pendaftar untuk menyiapkan
dokumen
registrasi
secara konsisten sesuai dengan harapan seluruh badan
otoritas regulasi obat di ASEAN. ACTR ini berisi seluruh persyaratan dan
parameter-parameter
yang harus dipenuhi oleh produk obat, baik dari segi
kualitas, keamanan, dan efikasi. Untuk memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam ACTR, maka dibuat berbagai pedoman, seperti pedoman uji stabilitas,
validasi analisis, validasi proses, validasi uji bioekivalensi, dan berbagai
pedoman keamanan dan pedoman efikasi (Badan POM RI, 2011).
3.2.1 Ketentuan ACTD
Teks dan tabel harus disiapkan dengan margin yang memungkinkan
dokumen dapat dicetak dengan baik pada kertas berukuran A4. Margin kiri
sebaiknya cukup besar sehingga informasi tidak bias dengan menggunakan
metode binding. Jenis huruf dan besar huruf adalah Times New Roman 12.
Untuk teks dan tabel, sebaiknya jenis dan ukuran huruf yang cukup besar
sehingga mudah dibaca bahkan setelah difotokopi. Setiap halaman harus
diberi
angka dengan halaman pertama pada setiap bagian disebut sebagai
halaman 1. Untuk singkatan dan pengertian Common Technical Dossier harus
dijelaskan setiap pertama kali digunakan pada setiap bagian. Referensi harus
dicantumkan menurut 1979 Vancouver Declaration of Uniform requirements
for Manuscript Submitted to Biomedical Journals (Badan POM RI, 2011).
3.2.2 Pembagian ACTD
ACTD dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu Dokumen Administratif,
Dokumen Mutu, Dokumen Non klinik, dan Dokumen Klinik (Badan POM RI,
2011).
3.2.2.1 Dokumen Administratif
Dokumen ini berisi pengenalan umum dari sediaan farmasi yang
akan didaftarkan. Pada bagian awal dokumen ini berisi keseluruhan tabel isi atau
keseluruhan dokumen ACTD untuk memberikan informasi dasar yang dapat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
20
dicari langsung. Selanjutnya, dokumen ini berisi data administratif yang
memerlukan dokumentasi spesifik sejelas mungkin, yaitu formulir pendaftaran,
label, brosur, kemasan, dan lain-lain. Bagian akhir dari dokumen ini adalah
informasi produk yang memberikan informasi seperlunya, meliputi informasi
pemberian obat, mekanisme kerja, efek samping, dan sebagainya. Isi dari
dokumen administratif dapat dilihat pada Lampiran 3 (Badan POM RI, 2011).
3.2.2.2 Dokumen Mutu
Bagian ini berisikan penjelasan mengenai kualitas produk obat secara
menyeluruh beserta laporan penelitiannya. Dokumen kontrol kualitas harus
dijelaskan sejelas mungkin. Isi dari dokumen mutu dapat dilihat pada Lampiran 3
(Badan POM RI, 2011).
3.2.2.3 Dokumen Non klinik
Bagian ini harus memberikan penjelasan non klinik yang disertai dengan
rangkuman non klinik tertulis dan rangkuman non klinik dalam bentuk tabel.
Data dalam bagian ini tidak disertakan pada pendaftaran produk generik, produk
yang telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada beberapa produk
dengan variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN tertentu, laporan
penelitian dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk dengan zat
kimia baru (New Chemical
Entity/NCE), produk bioteknologi, dan produk
dengan variasi mayor lain jika produk aslinya telah teregistrasi dan sudah
disetujui untuk izin pemasaran di negara asalnya. Isi dari dokumen non klinik
dapat dilihat pada Lampiran 3 (Badan POM RI, 2011).
3.2.2.4 Dokumen Klinik
Bagian ini memberikan penjelasan klinik dan rangkuman klinik.
Dokumen dari bagian ini juga tidak disertakan pada pendaftaran produk
generik, produk yang telah memiliki NIE dengan variasi minor, dan juga pada
beberapa produk dengan variasi mayor. Untuk negara-negara anggota ASEAN,
laporan penelitian dari bagian ini mungkin tidak dibutuhkan untuk produk
dengan zat kimia baru (NCE), produk bioteknologi, dan produk dengan variasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
21
mayor lain jika produk aslinya telah teregistrasi dan sudah disetujui untuk
izin pemasaran di Negara asalnya. Isi dari dokumen klinik dapat dilihat pada
Lampiran 3 (Badan POM RI, 2011).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
Registrasi Obat
Registrasi merupakan proses suatu obat untuk mendapatkan nomor ijin
edar (NIE) sehingga dapat diedarkan di wilayah Indonesia. Obat yang dapat
memiliki izin edar harus memenuhi kriteria bahwa obat tersebut memiliki
khasiat yang meyakinkan dan keamanan memadai dibuktikan melalui uji nonklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan standar perkembangan
ilmu pengetahuan yang bersangkutan, obat memenuhi syarat yang dinilai dari
proses produksi sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
spesifikasi dan metode analisis terhadap semua bahan yang digunakan serta
produk jadi dengan bukti yang sahih, Obat memiliki penandaan dan informasi
produk yang berisi informasi lengkap, objektif dan tidak menyesatkan yang
dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman, obat sesuai
dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan khusus untuk obat psikotropika baru
harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan obat yang telah disetujui
beredar di Indonesia, dan untuk kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam
program nasional dapat dipersyaratkan uji klinik di Indonesia.
Registrasi bertujuan untuk melindungi masyarakat dari peredaran produk
yang tidak memenuhi persyaratan khasiat, keamanan, dan mutu. Registrasi obat
dilakukan oleh pendaftar dengan menyerahkan dokumen registrasi dan hasilnya
berupa nomor ijin edar. Registrasi obat diajukan kepada Kepala Badan dan
selanjutnya dilakukan evaluasi oleh evaluator yang ditunjuk dan ahli dibidangnya
untuk menilai obat tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ada atau tidak.
Di Indonesia, evaluasi dokumen registrasi obat dilakukan oleh BPOM selaku
pihak regulator.
Tata lakasana registrasi obat diatur oleh Badan POM dalam keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat menggantikan Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat dalam
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.3.1950
22
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
23
tahun 2003 karena telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Perubahan
yang
terjadi
juga
merupakan
penyempurnaan dan penyesuaian dengan regulasi terbaru di Indonesia dan
ASEAN, namun secara garis besar isi dari regulasi mengenai tata cara registrasi
obat tidak terlalu banyak berubah.
Perubahan yang terdapat pada terjadi pada tata laksana registrasi obat
tahun 2011 dari tahun 2003 antara lain adalah penjelasan mengenai pendaftar
registrasi yang sebelumnya diatur bahwa pendaftar merupakan industri farmasi
yang memiliki izin industri dan PBF namun sekarang hanya industi farmasi yang
telah memiliki izin industri; terdapat perubahan kategori registrasi yang
sebelumnya ada 10 kategori namun sekarang hanya 7 kategori registrasi saja;
terdapat perubahan pada jalur pra-registrasi yang sebelumnya hanya ditujukan
untuk obat yang belum memiliki izin edar namun sekarang pra-registrasi
dilakukan pada obat baru dan obat copy yang belum pernah didaftarkan dan pada
registrasi variasi yang termasuk kategori variasi mayor; terdapat perubahan
pengelompokan registrasi variasi yang sebelumnya tidak ada pengelompokan
registrasi variasi namun sekarang menjadi tiga kelompok registrasi yaitu
registrasi variasi mayor, registrasi variasi minor yang memerlukan persetujuan
dan registrasi variasi minor dengan notifikasi; terdapat ketentuan bolar provision
yakni obat paten yang sebelumnya tidak boleh diregistrasikan namun sekarang
ada ketentuan yang menyebutkan bahwa obat paten diizinkan untuk dilakukan
registrasi; dan terdapat perubahan jalur evaluasi.
4.2
Registrasi Obat Baru
Obat baru adalah obat yang mengandung zat aktif baru, zat tambahan
baru, bentuk sediaan atau rute pemberian baru, kekuatan baru, atau
kombinasi baru yang belum pernah disetujui di Indonesia. Dalam prosesnya
registrasi obat baru termasuk dalam golongan registrasi baru kategori 1. Proses
registrasi dibagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap pra registrasi dan kemudian
dilanjutkan dengan tahap registrasi. Tahapan pra registrasi dilakukan untuk
menentukan kategori registrasi, jalur evaluasi, dan biaya evaluasi pada tahapan
registrasi selanjutnya. Pra registrasi diawali dengan pengajuan pendaftaran secara
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
24
online melalui https://www.antrianobat.co pendaftaran dilakukan untuk jadwal
layanan di minggu berikutnya. Selanjutnya akan dikeluarkan jadwal pendaftaran
dan nomor antrian. Pendaftar kemudian melakukan verifikasi kelengkapan
dokumen sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Permohonan pra registrasi dan registrasi diajukan oleh pendaftar
secara tertulis kepada Kepala BPOM dan dilampiri dengan dokumen sesuai
tahapannya. Kelengkapan persyaratan
untuk
proses
pra registrasi atau
registrasi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan alur proses registrasi dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Secara garis besar dokumen registrasi yang harus diserahkan terdiri dari 4
bagian, yaitu:
a. Dokumen administratif
b. Dokumen mutu
c. Dokumen non-klinik
d. Dokumen klinik
Kelengkapan dokumen tersebut disatukan dalam ordner/ map berwarna
biru. Untuk obat
kategori
1,
yaitu
obat baru
pendaftar juga
harus
menyerahkan rencana manajemen risiko yang kemudian akan ditetapkan.
Dokumen pra-registrasi atau registrasi yang telah disiapkan akan
di verifikasi pada bagian loket pra registrasi. Setelah dinyatakan lengkap
dengan bukti cap lengkap pada dokumen checklist selanjutnya pendaftar akan
mendapat surat perintah bayar untuk biaya evaluasi pra registrasi. Setelah
pembayaran dilakukan, dokumen-dokumen tersebut beserta bukti cap lengkap,
bukti bayar dan formulir pra registrasi yang sebelumnya telah diisi di masukkan
ke dalam loket bagian pemasukan dokumen untuk dilakukan validasi
kelengkapan dokumen. Bersamaan dengan dimasukkannya dokumen pra
registrasi pendaftar akan mendapatkan surat tanda terima dokumen. Setelah
proses tersebut, pendaftar harus terus memantau perkembangan tahapan pra
registrasi yang sedang berjalan dan harus siap jika pada tahapan tersebut
diperlukan data tambahan. Hasil pra registrasi akan keluar dalam jangka waktu
40 hari kerja terhitung sejak dokumen dimasukkan. Setelah 40 hari kerja, akan di
dapat hasil pra registrasi, di dalamnya akan mencantumkan kategori registrasi,
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
25
jalur evaluasi, biaya evaluasi tahapan registrasi serta pengembalian dokumen
pra registrasi atau registrasi.
Tahap selanjutnya yaitu registrasi. Pada prosesnya tahapan ini hampir
sama dengan tahapan pra registrasi. Perbedaan terdapat pada saat dilakukannya
validasi kelengkapan dokumen. Saat melakukan validasi kelengkapan dokumen
registrasi pendaftar harus menyertakan hasil pra registrasi, bukti bayar, cap bukti
lengkap, disket beserta dokumen registrasi serta mengisi formulir permohonan
registrasi dan formulir pengisian disket. Setelah pembayaran dilakukan dokumendokumen tersebut beserta bukti cap lengkap, bukti bayar, formulir registrasi, hasil
pra registrasi, dan disket yang sebelumnya telah diisi di masukkan ke dalam loket
bagian pemasukan dokumen.
Bersamaan dengan dimasukkannya dokumen pra registrasi pendaftar akan
mendapatkan surat tanda terima dokumen. Setelah proses tersebut, pendaftar
harus terus memantau perkembangan tahapan registrasi yang sedang berjalan dan
harus siap jika pada tahapan tersebut diperlukan data tambahan. Hasil pra
registrasi akan keluar dalam jangka waktu sesuai dengan kategori registrasi,
terhitung sejak dokumen dimasukkan. Setelahnya, jika telah disetujui, maka akan
didapat nomor izin edar (NIE) yang berlaku selama 5 tahun, dan dapat
diperpanjang jika telah habis masa berlakunya dengan registrasi ulang.
4.3
Registrasi Obat Copy
Obat copy adalah obat yang mengandung zat aktif dengan komposisi,
kekuatan, bentuk sediaan, rute pemberian, indikasi dan posologi sama
dengan obat yang sudah disetujui. Untuk kelengkapan dokumen registrasi obat
copy secara umum memiliki kesamaan dengan registrasi obat baru, namun
terdapat perbedaan pada beberapa bagian, diantaranya yaitu: untuk registrasi obat
copy tidak disertakan bagian 3, yaitu dokumen non-klinik, serta perbedaan warna
map untuk dokumen yang berwarna hitam. Sedangkan untuk tahapan
registrasi obat copy adalah sama, mulai dari pra registrasi, hingga registrasinya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
26
4.4
Registrasi Variasi
Perubahan terhadap obat yang telah mendapat nomor ijin edar harus
dilaporkan kepada Kepala Badan melalui mekanisme Registrasi variasi.
Registrasi variasi adalah registrasi perubahan aspek apapun pada produk yang
telah memiliki izin edar di Indonesia,
termasuk tetapi tidak terbatas pada
perubahan formulasi, metoda, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan
bahan baku, wadah, kemasan dan penandaan. Registrasi Variasi Major (VaMa)
adalah registrasi variasi yang berpengaruh bermakna terhadap aspek khasiat,
keamanan, dan/atau mutu obat. Registrasi Variasi Minor yang Memerlukan
Persetujuan (VaMi-B) adalah registrasi variasi yang tidak termasuk kategori
registrasi variasi minor dengan notifikasi maupun variasi major. Registrasi
Variasi Minor dengan Notifikasi (VaMi-A) adalah registrasi variasi yang
berpengaruh minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat,
keamanan, dan/atau mutu obat, serta tidak merubah informasi pada sertifikat izin
edar. Permohonan registrasi variasi diajukan dengan mengisi formulir dan
melampirkan dokumen registrasi variasi terkait perubahan yang diajukan.
4.5
Registrasi Ulang
Registrasi ulang dilakukan pada produk yang telah habis masa nomor ijin
edarnya. Permohonan pengajuan registrasi ulang dilakukan paling cepat 120 hari
sebelum berakhir masa berlaku izin edar. Permohonan ini diajukan dengan
mengisi formulir registrasi dan melampirkan dokumen registrasi ulang.
Persetujuan atas permohonan registrasi ulang secara otomatis berlaku sejak
berakhir masa izin edarnya, kecuali untuk registrasi ulang dengan informasi
terbaru yang terkait aspek keamanan obat, khasiat obat, dan/atau kerasionalan
formula obat.
4.6
Regulatory
4.6.1 Fungsi Regulator
Fungsi seorang regulator secara khususnya sangat penting di PT. Novartis
Indonesia. Regulator bertanggungjawab untuk meregistrasikan produk yang
belum memiliki ijin edar, mengajukan registrasi terhadap perubahan produk yang
telah memiliki nomor ijin edar, dan meregistrasi ulang produk yang telah habis
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
27
masa ijin edarnya. Regulator berperan sebagai perencana proses registrasi dan
persiapan persyaratan registrasi obat meliputi formulir maupun dokumen
pendukung registrasi obat, sebagai pendaftar ke Badan POM, sebagai pihak yang
bernegosiasi jika terjadi permasalahan selama proses registrasi baik dalam bentuk
kelengkapan data maupun konsultasi dengan pihak yang terkait, sebagai pihak
yang mengurus pembayaran terkait registrasi obat, sebagai pengontrol selama
proses registrasi berjalan, dan sebagai pihak yang membuat pelaporan tentang
produk-produk yang telah mengalami proses registrasi.
4.6.2 Karakterisasi Regulator
Menjadi seorang regulator harus memiliki beberapa karakter pendukung
terkait fungsinya sebagai seorang regulatory. Karakter tersebut antara lain adalah:
a. Pintar, artinya seorang regulator dapat menangkap informasi yang terdapat
dalam dokumen terkait registrasi dan paham secara keseluruhan isi dokumen
tersebut sehingga dapat menghadapi evaluator dari Badan POM dengan baik.
b. Memiliki skill dalam mempersiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan
untuk meregistrasikan produknya, baik terkait dokumen pendukung
23maupun formulir dan hal-hal lain sehingga memudahkan evaluator
memeriksa kelengkapan yang diperlukan dalam meregistrasikan suatu
produk.
c. Memiliki sikap yang baik dalam bekerja, secara tim maupun individual.
Sikap yang harus dimiliki oleh seorang regulator antara lain disiplin, jujur,
teliti, kreatif, mudah bersosialisasi, mudah bekerja sama, dapat bernegosiasi
dengan baik, efektif dan efisien dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja profesi apoteker yang dilakukan di PT.
Novartis, maka dapat disimpulkan bahwa seorang regulator bertanggungjawab
untuk meregistrasikan obat baru yang belum memiliki ijin edar, mengajukan
registrasi variasi terhadap perubahan obat yang telah memiliki nomor ijin edar,
dan meregistrasi ulang produk yang telah habis masa ijin edarnya.
5.2
a.
Saran
Perlu dilakukan kerjasama secara berkesinambungan antara pihak
Universitas dan PT. Novartis Indonesia dalam pelaksanaan program
Praktek Kerja Profesi Apoteker untuk mengembangkan potensi para calon
apoteker mengenai tugas dan fungsinya secara lebih luas di Industri
Farmasi, tidak hanya terbatas pada bagian Produksi dan Mutu Produk saja.
b.
Perlu menanamkan karakter yang harus dimiliki seorang regulator kepada
para calon apoteker sehingga dapat memaksimalkan fungsi regulator
dalam suatu industri farmasi.
28
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. (2011). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
http://www.id.novartis.com. (2013). Novartis Indonesia. Diakses tanggal 18
November 2013.
http://www.prospects.ac.uk.
(2013).
Regulatory
Affairs
Officer
Job
Description. Diakses tanggal 18 November 2013.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1700/MenKes/Per/XII/2010
tentang
Industri
Farmasi.
Jakarta
:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
29
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Lampiran 1 Struktur organisasi Medical and Regulatory Departement PT. Novartis
Indonesia, Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Lampiran 2 Formulir registrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
(Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Lampiran 3 Isi dokumen praregistrasi dan registrasi
BAGIAN I DOKUMEN ADMINISTRATIF DAN INFORMASI PRODUK
Sub Bagian A Daftar Isi Keseluruhan
Sub Bagian B Dokumen Administratif
1. Surat Pengantar
2. Formulir Registrasi
3. Pernyataan Pendaftar
4. Sertifikat dan Dokumen Administratif Lain
4.1 Obat Produksi Dalam Negeri
4.1.1 Izin industri farmasi
4.1.2 Sertifikat CPOB yang masih berlaku untuk bentuk sediaan
yang didaftarkan
4.1.3 Data insperksi terakhir dan perubahan terkait paling lama
dua tahun yang dikeluarkan oleh BPOM
4.2 Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Lisensi
4.2.1 Izin industri farmasi atau dokumen penunjang dengan
bukti yang cukup untuk badan atau institusi riset sebagai
pemberi lisensi
4.2.2 Izin industri farmasi sebagai penerima lisensi
4.2.3 Sertifikat CPOB industri farmasi penerima lisensi yang
masih berlaku untuk bentuk sediaan yang didaftarkan
4.2.4 Perjanjian lisensi
4.3 Obat Produksi Dalam Negeri berdasarkan Kontrak
4.3.1 Izin industri farmasi pendaftar/pemberi kontrak
4.3.2 Izin industri farmasi sebagai penerima kontrak
4.3.2 Sertifikat
CPOB
industri
farmasi
pendaftar
atau
pemberi kontrak yang masih berlaku
4.3.3 Perjanjian kontrak
4.4 Obat Khusus Ekspor
4.4.1 Izin industri farmasi
4.4.2 Sertifikat CPOB pendaftar
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
(Lanjutan)
4.4.3 Sertifikat CPOB atau dokumen lain yang setara dari
produsen sesuai bentuk sediaan yang didaftarkan (untuk
obat impor khusus ekspor)
4.5 Obat Impor
4.5.1 Izin industri farmasi produsen dan pendaftar
4.5.2 Surat
penunjukkan
dari
industri
farmasi
atau
pemilik produk di luar negeri
4.5.3 Certificate of Pharmaceutical
Product (CPP)
atau
dokumen lain yang setara dari negara produsen dan/atau
Negara dimana diterbitkan sertifikat kelulusan bets
4.5.4 Sertifikat CPOB yang masih berlaku dari produsen untuk
bentuk sediaan yang didaftarkan atau dokumen
lain
yang setara (termasuk sertifikat CPOB produsen zat aktif
untuk produk biologi)
4.5.5 Data inspeksi CPOB terakhir dan perubahan terkait paling
lama dua tahun yang dikeluarkan oleh otoritas pengawas
obat setempat dan/atau otoritas pengawas obat negara lain
4.5.6 Justifikasi impor
4.5.7 Bukti perimbangan kegiatan ekspor dan impor (jika perlu)
5. Hasil Pra-Registrasi
6. Kuitansi/Bukti Pembayaran
7. Dokumen Lain
Sub Bagian C Informasi Produk dan Penandaan
1. Informasi Produk
2. Penandaan pada kemasan
BAGIAN II DOKUMEN MUTU
Sub Bagian A Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
Sub Bagian B Dokumen Mutu
S Zat Aktif
S1 Informasi Umum
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
S1.1 Tata Nama S1.2
Rumus Kimia S1.3
Sifat-sifat umum
S2 Proses Produksi dan Sumber Zat Aktif
S2.1 Produsen
S2.2 Uraian dan Kontrol Proses Pembuatan
S2.3 Kontrol terhadap Bahan
S2.4 Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Senyawa
S2.5 Validasi proses dan/atau Evaluasi
S2.6 Pengembangan Proses Pembuatan
S3 Karakterisasi
S3.1 Elusidasi dan Struktur Karakterisasi
S3.2 Bahan Pengotor
S4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Aktif
S4.1 Spesifikasi antara
S4.2 Prosedur Analisis
S4.3 Validasi Prosedur Analisis
S4.4 Analisis Bets
S4.5 Justifikasi Spesifikasi
S5 Baku Pembanding
S6 Spesifikasi dan Pengujian Kemasan
S7 Stabilitas
P Obat Jadi
P1 Pemerian dan Formula
P2 Pengembangan Produk
P2.1 Informasi dan Studi Pengembangan
P2.2 Komponen Obat
P2.2.1 Zat Aktif
P2.2.2 Zat Tambahan
P2.3 Obat
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
P2.3.1 Pengembangan Formula
P2.3.2 Overages
P2.3.3 Sifat Fisikokimia dan biologi
P2.4 Pengembangan Proses Pembuatan
P2.5 Sistem Kemasan
P2.6 Atribut Mikrobiologi
P2.7 Kompatibilitas
P3 Prosedur Pembuatan
P3.1 Formula Bets
P3.2 Proses Pembuatan dan Kontrol Proses
P3.3 Kontrol terhadap Tahapan Kritis dan Produk Antara
P3.4 Validasi Proses dan/atau Laporan
P4 Spesifikasi dan Metode Pengujian Zat Tambahan
P4.1 Spesifikasi
P4.2 Prosedur Analisis
P4.3 Zat Tambahan yangBersumber dari Hewan dan/atau Manusia
P4.4 Zat Tambahan Baru
P5 Spesifikasi dan Metode Pengujian Obat
P5.1 Spesifikasi
P5.2 Prosedur Analisis
P5.3 Laporan validasi Metode Analisis
P5.4 Analisis Bets
P5.5 Karakterisasi Zat Pengotor
P5.6 Justifikasi Spesifikasi
P6 Baku Pembanding
P7 Spesifikasi dan Metode Pengujian Kemasan
P8 Stabilitas
P9 Bukti Ekivalensi (bila perlu)
Sub Bagian C Daftar Pustaka
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
BAGIAN III DOKUMEN NONKLINIK
Sub Bagian A Tinjauan Studi Nonklinik
Sub Bagian B Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
Sub Bagian C Laporan Studi Nonklinik
Sub Bagian D Daftar Pustaka
BAGIAN IV DOKUMEN KLINIK
Sub Bagian A Tinjauan Studi Klinik
Sub Bagian B Ringkasan Studi Klinik
Sub Bagian C Matriks Studi Klinik
Sub Bagian D Laporan Studi Klinik
Sub Bagian E Daftar Pustaka
[Sumber : Badan POM RI, 2011]
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 3 Alur proses registrasi
Tahap pra-registrasi
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Penyerahan Berkas Registrasi
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 5 Alur registrasi dan evaluasi obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riri Yuana, FF UI, 2014
Download