JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 ANALISIS PENGARUH PEREKONOMIAN MAKRO DAN MIKRO YANG BERPENGARUH PADA RISIKO SISTEMATIS SAHAM Ming Chen STIE Musi Palembang [email protected] Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perekonomian makro (kurs, inflasi, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar) dan mikro (Asset Growth dan Debt to Equity) terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tahunan untuk variabel makroekonomi selama tahun 2006-2012 dan data bulanan yang akan diolah menjadi data tahunan untuk variabel mikro dan risiko sistematis selama periode januari 2006 sampai Desember 2012. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat inflasi, kurs, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI, DER dan Aset Growth berpengerahu secara simultan terhadap risiko sistematis saham. Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham sedangkan DER dan asset growth berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham. Kata Kunci : Makro, Mikro, Risiko Sistematis Saham Abstract: This research was conducted to determine the influence of mcro economy (exchange rate, inglation, interest rate of SBI and the amount of supplied money) and micro economy (asset growth and debt to equity) to the systematic risk in LQ-45 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Annual data for macro economic variables during the period of 2006-2012 and monthly data were processed into annual data for micro variables and systematic risk during the period of January 2006 to December 2012. The data were analyzed by multiple regression analysis. The result showed that inflation and exchange rate, money supply, interest rate of SBI, DER and Asset growth simultaneously influence the systematic risk of stocks. Thus, the inflation n exchange rate and money suplly do not partially affect the systematic risk of stock. Meanwhile, DER and Asset growth partially influence the systematic risk of stocks. Key words : Macro, Micro, The Systematic Risk of Stocks. PENDAHULUAN sekuritas di antara sekuritas-sekuritas lainnya Latar Belakang yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Pasar modal pada Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas return yang akan diterima oleh investor di jangka panjang baik berbentuk hutang masa datang. Terdapat dua aspek yang maupun serta melekat dalam suatu investasi yaitu tingkat berbagai produk turunannya. (Tandelilin, pengembalian (return) yang diharapkan dan 2010). risiko ekuitas Saham (capital market) (modal merupakan sendiri) salah satu 75 tidak tercapainya return yang JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 diharapkan. Risiko yang tinggi pada saham merupakan terjadinya penyimpangan atas berhubungan keuntungan dengan kondisi ekonomi yang diharapkan. Misalkan makro, seperti resesi ekonomi, gejolak terdapat suatu perusahaan yang tidak efisien politik, dan lain sebagainya serta industri dan dalam karakteristik perusahaan. (Hamzah, 2005). menyebabkan Pasar modal laksana pendulum petunjuk menggunakan hutang yang tinggi dalam arah, dimana naik dan turunnya umumnya produksinya yang mengakibatkan biaya tetap mengekspresikan realitas gambaran dari perusahaan menjadi tinggi dan apabila suatu kondisi saat ekonomi, politik sekaligus operasi produksinya. Hal perusahaan perusahaan tersebut gagal, ini tersebut maka optimisme menatap masa depan (Susanto, kepentingan investor dalam mendapatkan 2002). Pasar modal di Indonesia pernah laba mengalami tantangan yang cukup berat sejak terancam. Oleh karena itu, investor juga akhir dengan perlu melihat seberapa besar risiko yang perekonomian harus ditanggungnya dalam berinvestasi. tahun 1997, terguncangnya bersamaan sendi-sendi diperusahaan tersebut Indonesia akibat hantaman krisis ekonomi Beberapa yang melanda hampir seluruh kawasan Asia. melakukan penelitian untuk mengetahui Krisis ini ditandai dengan menurunnya nilai pengaruh variabel ekonomi makro dan mikro kurs, meningkatnya suku bunga deposito, terhadap dan SBI yang berada diatas 60 persen per Makaryanawati dan Ulum (2008), Hamzah tahun, serta jumlah uang beredar yang (2005), Haryanto dan Riyatno (2007), Ocran meningkat (2010), dan Tandelilin (1997). Penelitian cukup signifikan diikuti peneliti risiko sebelumnya menjadi sistematik Makaryanawati Selama periode krisis ini kondisi pasar menemukan bahwa tingkat suku bunga modal pun ikut terpuruk, Indeks Harga berpengaruh Saham Gabungan mengalami koreksi yang sistematik saham namun tingkat likuiditas cukup besar dari kisaran harga 726 pada yang ditunjukkan oleh rasio lancar (current pertengahan tahun 1997 menjadi kurang ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap lebih 260. Penurunan laba yang dialami risiko investasi saham. Dalam penelitian sebagian besar emiten, penurunan aktivitas, yang Hamzah nilai transaksi, dan kesulitan finansial yang menemukan bahwa secara simultan variabel dialami yang makro, karakteristik perusahaan dan industri diperoleh dari krisis ekonomi yang terjadi. berpengaruh terhadap beta saham syariah. Faktor yang secara teoritis dipertimbangkan Dalam dalam investasi saham adalah risiko. Risiko menemukan bahwa variabel fundamental konsekuensi 76 Ulum seperti peningkatan inflasi yang cukup tajam. merupakan dan telah signifikan dilakukan oleh penelitian terhadap Tandelilin (2008) risiko (2005) (1997) JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 secara simultan berpengaruh terhadap beta 1. Apakah terdapat pengaruh antara kurs, saham sedangkan variabel makro secara inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang simultan tidak berpengaruh terhadap beta beredar, DER dan asset Growth secara saham. Dalam penelitian yang dilakukan simultan (bersama-sama) terhadap risiko oleh Haryanto dan Riyatno (2007) selain sistematis saham pada perusahaan LQ- menemukan bahwa tingkat suku bunga 45? berpengaruh risiko 2. Apakah terdapat pengaruh antara kurs, sistematik saham, ditemukan juga pengaruh inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang yang signifikan antara nilai kurs dan risiko beredar, DER dan asset growth secara sistematik. Penelitian yang dilakukan Ocran parsial (sendiri-sendiri) terhadap risiko (2010) menemukan bahwa Perekonomian sistematis saham pada perusahaan LQ- Negara Ghana tidak berpengaruh pada resiko 45? sistematik signifikan saham terhadap karena saham yang terdaftar di Ghana Bursa Efek adalah saham Tujuan Penelitian defensive dengan tingkat beta kurang dari Berdasarkan rumusan masalah yang telah satu. Adanya pertentangan dalam kajian- dinyatakan diatas, maka tujuan dari peneltian kajian ini adalah sebagai berikut: sebelumnya dan berdasarkan fenomena yang ada, dirasakan perlu untuk 1. Ingin menganalisis pengaruh kurs, melakukan penelitian lain yang mengkaji inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang mengenai pengaruh kurs, inflasi, tingkat beredar, debt to equity dan asset suku bunga SBI, jumlah uang beredar, debt growth to equity dan asset growth terhadap risiko sama) terhadap risiko sistematis saham sistematis saham pada perusahaan LQ-45. pada perusahaan LQ-45. Berdasarkan uraian diatas maka judul dari 2. secara simultan (bersama- Ingin menganalisis pengaruh kurs, penelitian ini adalah Analisis Pengaruh inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang Perekonomian Makro dan Mikro Terhadap beredar, debt to equity dan asset Risiko Sistematis Saham :Studi Empiris growth secara parsial (sendiri-sendiri) Pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek terhadap risiko sistematis saham pada Indonesia. perusahaan LQ-45. Rumusan Masalah Penelitian Manfaat Penelitian Terkait dengan beberapa hal di atas maka Hasil dapa memberikan manfaat bagi berbagai pihak, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : penelitian antara lain : 77 ini diharapkan dapat JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 1. Secara Teoritis Teori Portofolio Sebagai input dan bahan perbandingan Konsep dari resiko portofolio pertama kali mengenai diperkenalkan oleh Markowitz (1950). Teori konsep pengetahuan dan teori akuntansi ilmu keuangan, portofolio merupakan teori khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan mempengaruhi risiko sistematis saham. portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko 2. Secara Praktis portofolio 1) Investor mengenai yang yang dapat pengembalian diterima, serta menunjukkan cara pembentukan portofolio Sebagai bahan pertimbangan bagi yang optimal. Teori portofolio ini saling investor membuat berkaitan dengan teori pasar modal yang mengenai berdasar pada pengaruh keputusan investor pemilihan jenis saham perusahaan terhadap harga sekuritas serta menunjukkan dan waktu berinvestasi dengan tepat hubungan yang seharusnya terjadi antara di pasar modal Indonesia. pengembalian dan risiko sekuritas jika agar keputusan dapat investasi 2) Regulator/Pemerintah investor membentuk portofolio yang sesuai Sebagai bahan pertimbangan bagi dengan teori portofolio. pemerintah menentukan Dalam membentuk suatu portofolio terdapat mempengaruhi permasalahan yakni terdapat banyak sekali makroekonomi kemungkinan portofolio yang dibentuk dari kebijakan dalam yang variabel-variabel terkait pasar modal. kombinasi aktiva beresiko yang tersedia di 3) Bursa Efek Indonesia pasar. Portofolio yang dipilih oleh investor Sebagai bahan pertimbangan bagi adalah portofolio optimal. Portofolio optimal para pialang yang bekerja di Bursa ditentukan dengan menggunakan model efek Indonesia dalam melakukan Markowitx atau model indeks tunggal. analisis saham. Untuk menentukan portofolio yang optimal 4) Bagi Peneliti dengan model-model ini yang pertama kali Diharapkan hasil penelitian ini dapat dibutuhkan adalah menentukan portofolio dibermanfaat bagi semua pihak dan optimal. dapat memberikan bukti empiris mengenai analisis pengaruh faktor- Risiko Sistematis Saham faktor Dalam melakukan investasi, investor selalu yang berpengaruh terhadap risiko sistematis. memperhatikan return yang diharapkan dengan risiko yang harus ditanggung atas investasinya. Hubungan risiko dan return 78 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 yang diharapkan dari suatu investasi return yang diharapkan pada suatu periode merupakan hubungan searah dan linier. tertentu tidak dapat direaliasikan. Semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang Inflasi dan Risiko Sistematis Saham diharapkan. yang Inflasi merupakan kenaikan harga-harga investor secara umum dan terus menerus untuk Hubungan menyebabkan tidak inilah semua berinvestasi pada aset yang menawarkan periode tingkat return yang tinggi. Di samping variabel makroekonomi yang dapat sekaligus memperhatikan return yang tinggi, investor menguntungkan juga harus mempertimbangkan tingkat risiko perusahaan. Pada dasarnya inflasi yang yang harus ditanggung. Risiko ini timbul tinggi tidak disukai oleh pelaku pasar modal karena adanya ketidakpastian. karena akan meningkatkan biaya produksi Investor yang tidak terlalu menyukai risiko yang akan berdampak buruk pada harga akan menempatkan sebagian investasinya produk yang dijual dan pendapatan. Namun pada SBI disisi lain inflasi juga akan meningkatkan (Sertifikat Bank Indonesia). Investasi pada harga jual produk perusahaan tersebut. Jika SBI dapat dikatakan tidak berisiko karena margin pendapatan lebih tinggi daripada Bank margin aset risiko Indonesia rendah dapat seperti dipastikan akan waktu biaya tertentu. dan maka Inflasi adalah merugikan perusahaan suatu akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh memperoleh keuntungan dari inflasi tetapi tempo. hal sebaliknya yang lebih sering terjadi. Karena resikonya yang sangat rendah, maka investasi pada SBI hanya dapat Hooker (2004) menemukan bahwa tingkat memberikan inflasi return yang relatif kecil. mempengaruhi secara signifikan Investasi pada obligasi mempunyai risiko terhadap harga saham. Makin tingginya yang lebih tinggi, tetapi masih lebih rendah inflasi dibandingkan risiko saham. Investasi pada perusahaan. obligasi mempunyai risiko tidak dapat perusahaan merupakan informasi yang buruk dilunasi kewajibannya pembayaran bunga bagi para investor di bursa saham sehingga dan/atau dapat mengakibatkan turunnya harga saham pelunasan obligasi apabila makin menurunkan profitabilitas Turunnya profitabilitas perusahaan yang mengeluarkan obligasi perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan menurunnya risiko yang akan ditanggung investasi pada saham mempunyai risiko yang oleh investor. lebih tinggi lagi. Investasi pada saham mempunyai risiko yang tinggi dikarenakan 79 tersebut, sehingga akan JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tingkat Suku Bunga SBI dan Risiko Jumlah Sistematis Sistematis Tingkat bunga merupakan alat penyimpan Jumlah kekayaan dan sebagai variabel penghubung keseluruhan uang yang berada di tangan antara pasar uang dan pasar barang atau masyarakat. Semakin tinggi jumlah uang harga dari penggunaan uang untuk jangka beredar dalam masyarakat maka masyarakat waktu tertentu. Kaum klasik berpendapat, memiliki kelebihan dana untuk melakukan bunga merupakan harga dari penggunaan investasi. Jumlah uang beredar dengan loanable funds atau harga yang terjadi di pertumbuhan pasar dana investasi dalam suatu periode pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar tertentu. modal Kenaikan menyebabkan suku investor bunga Beredar uang beredar yang secara dan adalah wajar jangka Risiko nilai memberikan pendek. Namun berminat pertumbuhan yang drastis akan memicu melakukan investasi karena bunga pinjaman inflasi yang tentunya memberikan pengaruh yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi. negatif terhadap pasar modal (Nugroho, Pada kondisi ini investor lebih tertarik untuk 2008). menyimpan dana di bank dan memperoleh Jumlah uang beredar memiliki pengaruh pendapatan dari bunga tabungan sehingga terhadap risiko sistematik dimana jika pasar menarik. jumlah uang beredar dalam masyarakat Peningkatan suku bunga akan mendorong cukup tinggi, maka terjadi peningkatan daya peningkatan biaya pada perusahaan yang beli masyarakat. Peningkatan daya beli yang memiliki jumlah kewajiban yang besar. didukung Peningkatan biaya ini akan menurunkan laba produk perusahaan dan kemampuan perusahaan pendapatan untuk dikarenakan saham menjadi membagikan menurunnya perusahaan mengurangi berinvestasi kurang akan Uang laba tidak dividen. dan membagikan minat pada Dengan kemampuan dividen investor perusahaan oleh akan peningkatan penawaran memberikan tambahan bagi perusahaan. produk yang Hal ini dihasilkan perusahaan dapat diserap penuh oleh pasar. akan Dengan meningkatnya pendapatan untuk perusahaan maka perusahaan akan memiliki tersebut laba bersih yang ikut meningkat. Laba bersih sehingga banyak investor yang melepaskan yang investasinya. Semakin banyak investor yang mendorong terjadinya peningkatan terhadap melepaskan atau menjual saham maka harga dividen yang akan dibagikan kepada para saham perusahaan tersebut akan turun dan investor. Hal ini akan memancing investor akhirnya berimbas pada penurunan return untuk membeli saham perusahaan tersebut serta risiko sistematik. (Kewal, 2011) dengan 80 mengalami maksud peningkatan untuk akan memperoleh JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 pembagian dividen. Tingginya permintaan menunjukkan proporsi ekuitas yang terhadap saham akan mendorong terjadinya rendah untuk membiayai aktiva. (Ang, peningkatan harga saham. Harga saham yang 1997). meningkat akan mendorong peningkatan return ekspektasi investor sekaligus risiko 2. Asset Growth dan Risiko Sistematis sistematik saham yang harus ditanggung Variabel investor.(Nugroho, 2008) asset growth didefinisikan sebagai perubahan atau tingkat perubahan tahunan dari aktiva total. Asset Growth adalah rata-rata 1. Debt to Equity Ratio dan Risiko pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila Sistematis Salah satu proksi yang digunakan kekayaan awal suatu perusahaan adalah untuk mencerminkan financial leverage tetap jumlahnya, maka pada tingkat berpengaruh terhadap risiko sistematis pertumbuhan asset yang tinggi berarti adalah Debt to equity Ratio (DER). DER besarnya kekayaan akhir perusahaan merupakan komponen rasio leverage. tersebut semakin besar, demikian pula Rasio sebaliknya. ini menunjukkan kekuatan perusahaan untuk memenuhi kewajiban Tingkat pertumbuhan asset yang jangka pendek dan jangka panjangnya. cepat menunjukkan bahwa perusahaan Debt menjelaskan sedang melakukan ekspansi. Apabila hubungan perbandingan total hutang ekspansi ini mengalami kegagalan maka terhadap total modal sendiri. Variabel akan meningkatkan beban perusahaan ini dirumuskan sebagai berikut : untuk menutup pengembalian biaya to equity ratio 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 ekspansi yang pada akhirnya akan DER = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 ……………… menyebabkan (6) Debt to memberikan equity ratio gambaran tertagihnya para investor menjual sahamnya di perusahaan tersebut karena minat dan harapan para pemodal turun. Hal ini hutang menyebabkan perubahan return saham perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio, ditanggung maka investor risiko akan itu kurang prospektif maka menyebabkan mengenai sehingga dapat diberikan gambaran tidak perusahaan menjadi kurang prospektif. Apabila dapat struktur modal yang dimiliki perusahaan risiko nilai yang besar yang berakibat pada beta yang saham perusahaan yang besar. Asset semakin Growth diprediksi akan mempunyai tinggi. Debt to equity ratio yang tinggi hubungan yang positif dengan beta 81 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 saham. Asset growth menunjukkan terhadap risiko sistematis saham pada pertumbuhan per tahun pemakian aktiva. perusahaan LQ-45. Penelitian ini termasuk Asset ke growth yang tinggi akan dalam jenis penelitian kausalitas, berimplikasi pada tingkat resiko yang penggolongan penelitian ditinjau dari sifat tinggi pula. Hal ini dapat dijelaskan eksplanasi bahwa pemakaian aktiva yang tinggi Eksplanasi ilmu adalah jenis penjelasan ilmu akan memberikan tanggungan terhadap yang dihasilkan dari suatu penelitian. Sifat pengembalian investasi yang tinggi dan eksplanasi ilmu dapat dibedakan menjadi merupakan resiko yang tinggi apabila penelitian tidak kausalitas komparatif. Penelitian kausalitas dapat menutup pengembalian investasi tersebut. (Muljono, 2002). ilmu (Ferdinand, kausalitas dan 2006). penelitian merupakan penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antara beberapa konsep/variabel atau Kurs (X1) beberapa strategi yang dikembangkan manajemen. Penelitian ini mencari hubungan Inflasi (X2) sebab akibat antara indikator-indikator faktor Risiko Sistem atis (Y) SBI (X3) JUB (X4) yang berpengaruh terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ-45. DER (X5) Jenis dan Sumber Data AS (X6) Jenis data penelitian termasuk ke dalam data Gambar 2.1. Kerangka Teoritis kuantitatif dengan periode pengamatan dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sumber data Hubungan Antara Tingkat Inflasi, Jumlah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga SBI, data sekunder berupa data yang mendukung Debt to Equity dan Asset Growth terhadap variabel Risiko Sistematis. eksogen penelitian ini, yaitu : tingkat inflasi, penelitian. Data dari variabel tingkat bunga SBI, kurs rupiah, Jumlah uang METODE PENELITIAN beredar, DER dan Asset Growth. Ruang Lingkup Penelitian Data dari variabel endogen adalah risiko Penelitian ini ingin melihat pengaruh sistematis saham. Objek penelitian, yaitu variabel-variabel makroekonomi yaitu kurs, Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dari inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang tahun 2006 sampai tahun 2012. Data beredar, debt to equity dan asset growth diperoleh dari informasi dan laporan dari 82 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia dan tahun tersebut kondisi ekonomi dalam Biro Pusat Statistik. keadaan stabil, sedangkan pada tahun 2006 terjadi gejolak bursa saham yang Populasi dan Sampel menyebabkan Indonesia terkena dampak Di Bursa Efek Indonesia terdapat berbagai yang cukup signifikan yang dilanjutkan perusahaan go public dalam berbagai bidang dengan 2008 terjadi krisis global, 2010 usaha antara lain pertanian, pertambangan, dengan adanya krisis eropa. Hal ini industri dasar dan kimia, aneka industri, menyebabkan harga saham berfluktuasi industri barang konsumsi, property dan real sehingga estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi, sampai 2012. keuangan, perdagangan, jasa dan investasi. Indonesia, 2006 periode 2006 sampai 2012. perusahaan- 3. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi kriteria ranking perusahaan yang masuk dalam indeks tinggi pada: (1) total transaksi, (2) nilai LQ-45 minimal selama 6 kali selama transaksi, transaksi. periode 2006 sampai dengan 2012. Saham-saham ini lalu dikumpulkan menjadi Pemilihan sampel ini diambil karena satu dan disebut sebagai LQ45. Pada risiko penelitian ini perusahaan LQ45 dipilih perusahaan-perusahaan sebagai populasi. perdagangan yang teraktif. dan dipilih periode 2. Menerbitkan laporan keuangan selama Dari sejumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek diambilnya (3) frekuensi Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yang sampling perusahaan adalah perusahaan masuk dalam melakukan dijadikan yang indeks sampel dilihat dari mempunyai yang stock tidak split. pernah Stock split merupakan salah satu cara perusahaan sahamnya LQ-45 dapat 4. Perusahaan yang menjadi sampel adalah berdasarkan kriteria-kriteria: 1. Perusahaan saham untuk yang meningkatkan sahamnya dengan perdagangan melakukan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama pemecahan saham sehingga harga saham periode 2006 sampai 2012. Alasan menjadi rendah. Tujuan dari pemilihan mengapa 2006 sampel ini adalah jika perusahaan sampai dengan 2012 adalah karena pada melakukan stock split maka harga saham tahun 2005 perusahaan tersebut menjadi bias dan Indonesia sedang melakukan perbaikan tidak bisa mencerminkan risiko yang dari ditanggung. diambilnya 2000 krisis sampai moneter periode dengan yang melanda Indonesia pada tahun 1998 dan pada 83 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat 30 kuantitatif dari variabel-variabel perusahaan yang menjadi sampel penelitian mempengaruhi, yang memenuhi kriteria yang diatas. simultan terhadap beta saham. Alat bantu secara parsial yang maupun yang digunakan dalam penelitian ini adalah software komputer program SPSS 13.0 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dengan (Statistical Package for Social Science). yaitu Pengujian teknik pengumpulan data yang dilakukan dilakukan dengan regresi berganda dengan model sebagai berikut : dengan cara mencatat data dari laporanlaporan yang ada dari beberapa sumber. Y = bo+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+e Sumber tersebut dapat berupa informasi atau Dimana : laporan dari Bursa Efek Indonesia, Bank Y = Risiko sistematis Indonesia ataupun dari Biro Pusat Statistik. X1 = Kurs Data dari variabel kurs, inflasi, suku bunga X2 = Inflasi SBI dan jumlah uang beredar yang akan X3 = tingkat suku bunga diolah merupakan data bulanan dengan X4 = jumlah uang beredar melakukan metode interpolasi linier, data X5 = debt to equity (DER) dari variabel DER dan Asset Growth akan X6 = Asset Growth diambil b1-b6 = koefisien regresi dari tiap-tiap dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan setiap tahunnya variabel independen sedangkan e risiko sistematis akan = error term. menggunakan perhitungan model indeks Uji Asumsi Klasik tunggal. a. Pengujian Normalitas Data Teknik Analisis Data Menurut Ghozali (2011) uji normalitas Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk bertujuan untuk menguji apakah dalam mengetahui antara model regresi, variabel penggangu atau variabel independen dan variabel dependen residual memiliki distribusi normal. Uji t dan dengan skala pengukuran atau rasio dalam uji F mengasumsikan bahwa nilai residual sebuah persamaan linier, oleh karena itu mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dalam penelitian ini digunakan analisis ini dilanggar maka uji statistic manjadi tidak regresi linier berganda. Metode analisis valid untuk jumlah sampel yang kecil. Uji dalam penelitian ini menggunakan data normalitas dilakukan dengan menggunakan kuantitatif Kolmogrov Smirnov Tes dengan ketentuan: pengaruh untuk hubungan memperkirakan secara 84 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 1. Jika probabilitas > 0,05 maka data jika berdistribusi normal berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik 2. Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam berdistribusi nol penelitian ini untuk menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji b. Pengujian Multikolinieritas park. Uji park mengemukakan metode Menurut Ghozali (2011) multikolinieritas bahwa variance (S2) merupakan fungsi dari bertujuan untuk menguji apakah model variabel-variabel independen. Dasar analisis regresi ditemukan adanya korelasi antar dalam uji park, apabila koefisien parameter variabel bebas (independen). Untuk menguji untuk variabel independen dari persamaan asumsi multikolonieritas digunakan VIF regresi signifikan secara statistik hal ini (Variance menunjukkan bahwa dalam data model Inflation Factor). Dasar pengambilan keputusan: empiris 1.) Besarnya VIF dan tolerance heteroskedastisitas a) Mempunyai nilai VIF disekitar parameter untuk variabel independen tidak angka 1 nilai tolerance dan terdapat sebaliknya jika homoskedastisitas pada model tidak dapat mendekati 1 Besarnya diestimasi signifikan secara statistik maka asumsi b) Mempunyai 2.) yang korelasi ditolak. antarvariabel independen d. Pengujian Hipotesis Statistik Koefisien korelasi antarvariabel independen Pengujian haruslah lemah (dibawah 0,5) jika korelasi memperhatikan dua pengujian, yaitu uji kuat parsial (uji t) dan uji Anova (uji F). maka terjadi problem multikolinieralitas. a. hipotesis dilakukan dengan Uji Parsial (uji t) Untuk mengetahui seberapa besar c. Pengujian Heteroskedastisitas pengaruh variabel independen secara Heteroskedastisitas adalah suatu situasi yang individu diukur dengan menggunakan menunjukkan setiap residual yang dibatasi uji t statistik. Uji t adalah uji yang oleh nilai tertentu merupakan nilai varians digunakan untuk menguji hubungan konstan. Uji heteroskedastisitas bertujuan regresi secara parsial. Pengujian ini menguji apakah dalam model regresi terjadi dilakukan untuk mengukur tingkat ketidaksamaan varians dari residual satu signifikasi pengamatan ke pengamatan lain tetap, yang terhadap variabel terikat. Pengaruh dapat disebut sebagai homoskedastisitas dan hipotesis terhadap koefisien regresi 85 setiap variabel bebas JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 b. secara parsial menggunakan uji t memberikan hampir semua informasi pada tingkat kesalahan α. Dasar yang pengambilan memprediksikan keputusan dengan dierlukan untuk variabel-variabel melihat tingkat probabilitas. dependen. Jika probabilitas < 0,05 : H0 ditolak koefisien Jika probabilitas > 0,05 : H0 diterima memiliki suatu kelemahan, yaitu Uji anova (uji F) terdapatnya Untuk mengetahui seberapa besar jumlah variabel independen yang pengaruh independen dimasukkan kedalam model. Agar terhadap variabel dependen. Uji F terhindar dari bias tersebut, maka adalah uji yang dilakukan untuk digunakan nilai adjusted R2, dimana membuktikan variabel- nilai adjusted R2 mampu naik atau variabel bebas secara keseluruhan turun apabila terjadi penambahan terhadap variabel terikat pada analisis satu variabel independen (Ghozali, regresi. Pengujian dilakukan pada uji 2011). variabel pengaruh Tetapi penggunaan determinasi suatu bias tersebut terhadap F dengan tingkat keyakinan 95%. c. Dasar pengambilan keputusan dengan HASIL melihat tingkat probabilitas. PEMBAHASAN Jika probabilitas < 0.05 : H0 ditolak Statistik Dekriptif dan Ha diterima Analisis deskriptif adalah analisis yang Jika probabilitas > 0.05 : H0 diterima menggambarkan suatu data yang akan dibuat dan Ha ditolak baik sendiri maupun secara kelompok. Koefisien Determinasi (R2) Tujuan analisis deskriptif untuk membuat Koefisien determinasi (R2) pada PENELITIAN DAN gambaran secara sistematis data yang faktual dasarnya mengukur seberapa jauh dan kemampuan hubungan antar fenomena yang diselidiki menerangkan model dalam variabel dependen. akurat mengenai fakta-fakta serta atau diteliti. Nilai koefisien determinasi adalah Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan diantara nol dan satu. Nilai R2 yang melakukan pengujian statisktik deskriptif kecil memperlihatkan kemampuan dapat diketahui karakteristik data penelitian variabel dalam yang digunakan. Statistik deskriptif untuk menjelaskan variabel-variabel sangat masing-masing variabel, yaitu inflasi, kurs, terbatas. Nilai yang mendekati satu tingkat suku bunga BI, jumlah uang beredar, independen berarti variabel-variabel independen 86 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 DER, asset growth dan risiko sistematis 1,06302. Tingkat inflasi memiliki nilai saham (beta) disajikan dalam Tabel 4.1. minimum sebesar -0,96%, nilai maksimum sebesar 1,11%, mean sebesar -0,001% dan Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Ketera N ngan deviasi standar sebesar 0,60690%. Kurs Mini Maksi Me Std. mum mum an Devi memiliki nilai minimum sebesar -0,17, nilai maksimum sebesar 0,13, mean sebesar ation Beta Inflasi Kurs 1 - 1,063 Jumlah 7 0,0 02 minimum sebesar -0,88, nilai maksimum 1 077 1 -3,24 memiliki nilai sebesar 0,71, mean sebesar 0,0019 dan deviasi standar sebesar 0,36209. Debt to 7 0,0 90 equity memiliki nilai minimum sebesar - 1 010 0,13 7 2,92, nilai maksimum sebesar 2,84, mean 0,0 0,071 sebesar 0,0085 dan deviasi standar sebesar 002 46 0,65556. Asset growth 1 JUB beredar 0,606 -0,17 1,11 uang - 1 -0,96 3,59 0,0002 dan deviasi standar sebesar 0,07146. 1 memiliki nilai minimum sebesar -8,7, nilai maksimum -0,88 0,71 7 0,0 0,362 sebesar 8,96, mean sebesar 0,0008 dan 019 09 deviasi standar sebesar 1,05670. 0,0 0,655 Uji Asumsi Klasik 085 56 a. Pengujian Normalitas Data 1 DER 1 -2,92 2,84 7 1 AS 1 Uji normalitas bertujuan untuk menguji -08,7 7 8,96 0,0 1,056 apakah 008 70 pengganggu atau residual memiliki distribusi dalam model regresi, variabel 1 normal. Uji statistik yang digunakan untuk Sumber : data diolah menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnof Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat (K-S). jumlah data penelitian sebanyak 171 data normalitas yang dikumpulkan per tahun selama 7 tahun berdistribusi secara normal maka perlu dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Beta dilakukanya saham memiliki nilai minimum sebesar - menggunakan 3,24, nilai maksimum sebesar 3,59, mean pengujian setelah dilakukannya tranformasi sebesar -0,0077 dan deviasi standar sebesar data tetap data tidak berdistribusi secara 87 Dalam melakukan terjadi masalah pengujian data transformasi data logaritma natural. tidak dengan Hasil JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 normal sehingga data outlier perlu logaritma natural. Hasil pengujian setelah dikeluarkan. Hasil pengujian menyatakan dilakukannya tranformasi data tetap terjadi bahwa data berdistribusi secara normal multikolinearitas sehingga data outlier perlu setelah data outlier dikelaurkan sebanyak 47 dikeluarkan. data. Berikut ini hasil pengujian normalitas Hasil pengujian setelah data outlier dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnof dikeluarkan teryata masih menunjukkan (K-S). terjadinya multikolinearitas sehingga perlu mengeluarkan Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Keterangan Kolmogorov- memiliki BI. Setelah dikeluarkan variabel tingkat suku Signifikansi 1,287 yang kolerasi yang tinggi yaitu tingkat suku bunga bunga BI hasil pengujian dinyatakan tidak Smirnof (K-S) Residual variabel terjadi multikolinearitas. Berikut ini hasil 0,073 pengujian Sumber : data diolah multikolinearitas setelah dikeluarkannya variabel tingkat suku bunga. Berdasarkan Tabel 4.2, nilai signifikansi Hasil pengujian multikolinieritas sebesar 1,287 atau probabilitas diatas 5% substruktur 1 terlihat pada Tabel 4.3. pada (0,073 > 0,05). Maka dapat disimpulkan data Tabel 4.3. Hasil Uji Multikoliearitas residual berdistribusi normal. Variabel Tolerance VIF DIFF 0,472 2,117 DIFF (ln_kurs,1) 0,936 1,068 DIFF (ln_jub,1) 0,487 2,052 asumsi DIFF (ln_der,1) 0,977 1,024 multikolonieritas digunakan VIF (Variance DIFF (ln_AS,1) 0,938 1,066 Inflation Factor) dan nilai tolerance. Dasar Sumber: data diolah b. Pengujian Multikolinearitas (ln_inflasi,1) Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi (independen). pengambilan antar Untuk variabel menguji keputusan adalah bebas variabel eksogen mempunyai nilai VIF disekitar Pada Tabel 4.3 terlihat nilai Tolerance untuk angka 1 dan mempunyai nilai tolerance semua variabel eksogen mendekati angka 1 mendekati 1. Dalam melakukan pengujian dan nilai VIF berada disekitar angka 1 multikolinearitas sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas maka diperlukannya transformasi dengan menggunakan data terjadi masalah multikolinieritas. 88 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 versi 13.0. Dari tabel 4.5 persamaan regresi c. Pengujian Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk sebagai berikut: Y = -0,005 – 0,163 DIFF(ln_infl,1) + 2,154 menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu DIFF(ln_kurs,1) – 0,369 pengamatan ke pengamatan yang lain. Model DIFF(ln_JUB,1) – 0,276 regresi yang baik adalah homoskedastisitas DIFF(ln_DER,1) + 0,220 atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam DIFF(ln_AS,1) model ini untuk menguji heteroskedastisitas Tabel 4.5. Hasil Persamaan Regresi menggunakan uji park. Model zed Tabel 4.4. Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel T-test Signifikansi DIFF(ln_inf,1) -0,109 0,913 DIFF(ln_kurs,1) 0,537 0,592 DIFF(ln_JUB,1) -1,486 0,139 DIFF(ln_DER,1) 1,729 0,086 DIFF(ln_AS,1) 1,342 0,181 Coeficients B 4.4 di atas menunjukkan (Contants) memiliki tingkat signifikan di atas 5% atau Variabel independen DIFF(ln_infl,1), DIFF(ln_JUB,1), baik DIFF(ln_kurs,1), DIFF(ln_DER,1), T di atas 0,05 atau signifikan pada tingkat 5%, - 0,0 0,0 05 70 l,1) 0,1 0,8 63 70 0,187 1,131 - DIFF(ln_ku 2,1 rs,1) 54 DIFF(ln_JU - B,1) 0,3 1,1 69 94 1,9 0,309 ER,1) 0,2 2,2 76 85 ,1) 20 0,121 - - DIFF(ln_AS 0,2 0,944 0,385 0,059 05 DIFF(ln_D hal ini berarti model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. 0,078 - dan DIFF(ln_AS,1) memiliki tingkat signifikan - Signifik ansi DIFF(ln_inf nilai koefisien parameter untuk variabel eksogen 0,05. Std.er ror Sumber : data diolah Tabel Unstandardi 0,076 - 2,8 0,234 0,024 0,005 77 Sumber : data diolah Hasil Persamaan Regresi Penelitian ini menggunakan analisis regresi Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa berganda dengan bantuan program SPSS variabel inflasi, jumlah uang beredar, debt to 89 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 equity mempunyai hubungan yang simultan dilakukan dengan uji F. Untuk negatif/berlawanan dengan risiko sistematis menentukan saham. Sedangkan kurs dan asset growth diterima/ditolak mempunyai hubungan positif dengan risiko pengambilan keputusannya. Jika tingkat sistematis saham. Kontanta sebesar -0,005 signifikan < atau sama dengan 0,05 maka menyatakan bahwa jika tidak ada variabel hipotesis inflasi, kurs, JUB, DER dan Asset growth signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak. maka risiko sistematis saham sebesar -0,005. 1. Koefisien -0,163 Hipotesis pertama dalam penelitian ini setiap menggunakan uji F. Dari pengujian tersebut penambahan/kenaikan 1% tingkat inflasi secara keseluruhan diperoleh hasil seperti akan menurunkan beta saham sebesar 0,163. yang terlihat pada tabel 4.6 bahwa F hitung Koefisien kurs sebesar 2,154 menunjukkan dari bahwa setiap penambahan/kenaikan Rp. 1 serentak kurs maka akan meningkatkan beta saham signifikansi sebesar hipotesis pertama diterima. inflasi menunjukkan sebesar bahwa 2,154. Koefisien jumlah uang apakah suatu maka diterima hipotesis ada namun jika dasar tingkat Hipotesis pertama keempat variabel tersebut secara 3,970 dengan tingkat adalah sebesar 0.002 ini berarti beredar sebesar -0,369 menunjukkan bahwa setiap penambahan/kenaikan Rp.1 jumlah Tabel 4.6. Hasil Uji F uang beredar maka akan menurunkan beta Keterangan F Signifikansi saham sebesar 0,369. Koefisien debt to Residual 3,970 0,002 equity sebesar -0,276 menunjukkan bahwa Sumber : data diolah setiap penambahan/kenaikan 1% DER maka akan menurunkan beta saham sebesar 0,276. Berdasarkan hasil pengujian uji F maka Demikian juga dengan koefisien dari asset dapat growth sebesar 0,220 menunjukkan bahwa signifikan antara variabel-variabel inflasi, setiap penambahan/kenaikan 1 asset growth kurs, jumlah uang beredar, debt to equity dan akan meningkatkan beta saham sebesar asset growth terhadap risiko sistematis 0,220. saham pada perusahaan LQ-45. disimpulkan ada pengaruh yang 2. Hipotesis Kedua Pengujian Hipotesis Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t ini dapat dilihat dari dillakukan secara parsial dan simultan. harga t-tabel dan nilai signifikansi. Harga t- Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan tabel untuk df dengan jumlah sampel 171 dengan uji t, sedangkan hipotesis secara 90 kedua dalam penelitian ini JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 adalah 1,9739.Dari tabel 4.7. didapat dari uji tidak berpengaruh secara signifikan t: terhadap risiko sistematis saham. b. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung Tabel 4.7. Hasil Uji t Variabel DIFF(ln_infl, dari variabel kurs adalah 1,905. Jadi Standardi t_te Signifika t-hitung 1,905<1,9739 kemudian zed st nsi pengujian ini juga bisa dilihat dari Coefficie tingkat signifikansi. Pada tabel 4.8. nts Beta didapat tingkat signifikansi 0,059 -0,093 - yang teryata lebih besar dari 0,05. 0,385 0,87 Berdasarkan hasil pengujian yang 0 didapat disimpulkan bahwa kurs DIFF(ln_kurs 0,145 1,90 0,059 tidak berpengaruh secara signifikan ,1) 5 terhadap risiko sistematis saham. 1) DIFF(ln_JU -1,194 B,1) DIFF(ln_DE -0,17 R,1) DIFF(ln_AS, 0,218 1) - c. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung 0,234 1,19 dari variabel jumlah uang beredar 4 adalah - 1,194. Jadi t-hitung 1,194<1,9739 kemudian pengujian 0,024 2,28 ini juga bisa dilihat dari tingkat 5 signifikansi. Pada tabel 4.8. didapat 2,87 0,005 tingkat signifikansi 7 teryata lebih besar 0,234 yang dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian yang Sumber: data diolah didapat disimpulkan bahwa jumlah uang a. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung beredar tidak berpengaruh dari variabel inflasi adalah 0,87. Jadi secara signifikan terhadap risiko t-hitung sistematis saham. 0,87<1,9739 kemudian pengujian ini juga bisa dilihat dari d. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung tingkat signifikansi. Pada tabel 4.8. dari variabel debt to equity adalah didapat tingkat signifikansi 0,385 2,285. Jadi t-hitung 2,285<1,9739 yang teryata lebih besar dari 0,05. kemudian pengujian ini juga bisa Berdasarkan hasil pengujian yang dilihat dari tingkat signifikansi. Pada didapat disimpulkan bahwa inflasi tabel 4.8. didapat tingkat signifikansi 0,024 yang teryata lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian 91 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 yang didapat disimpulkan bahwa debt dari bias tersebut, maka digunakan nilai to equity (DER) berpengaruh secara adjusted R2, dimana nilai adjusted R2 mampu signifikan terhadap risiko sistematis naik atau turun apabila terjadi penambahan saham. satu e. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung variabel independent. Hasil dari koefisien determinasi : dari variabel asset growth adalah 2,877. Jadi t-hitung 2,877<1,9739 Tabel 4.8. Hasil Koefisien Determinasi kemudian pengujian ini juga bisa Model R2 dilihat dari tingkat signifikansi. Pada 1 0,054 tabel 4.8. didapat tingkat signifikansi Sumber : data diolah 0,005 yang teryata lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian Pada tabel 4.8. didapat nilai R2 sebesar 0,054 yang didapat disimpulkan bahwa yang menjelaskan bahwa sebesar 5,4% asset growth berpengaruh secara variasi dari beta saham dijelaskan oleh signifikan terhadap risiko sistematis variabel inflasi, kurs, jumlah uang beredar, saham. debt to equity dan asset growth, sedangkan sisanya sebesar 94,6% dijelaskan oleh faktor Koefisien Determinasi diluar model. 2 Koefisien determinasi (R ) pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model Analisis Ekonomi dalam menerangkan variabel dependen. Nilai Perkembangan pasar modal sangat koefisien determinasi adalah diantara nol dan dipengaruhi satu. Nilai R2 yang kecil memperlihatkan suatu kemampuan dalam perkembangan sangat dipengaruhi menjelaskan variabel independen variabel-variabel oleh negara kondisi perekonomian termasuk pasar oleh Indonesia modal Indonesia kondisi perekonomian kondisi perekonomian terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti Indonesia. Jika variabel-variabel independen memberikan Indonesia dalam hampir semua informasi yang dierlukan perkembangan pasar modal menunjukkan untuk prospek yang baik. Hal ini tercermin dari memprediksikan dependen. determinasi Tetapi variabel-variabel penggunaan tersebut koefisien memiliki kondisi stabil maka perkembangan indeks harga saham gabungan suatu (IHSG) yang ada di bursa efek. kelemahan, yaitu terdapatnya suatu bias Perkembangan terhadap jumlah variabel independen yang gabungan (IHSG) sangat tergantung dari dimasukkan kedalam model. Agar terhindar 92 indeks harga saham JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 ketertarikan para menginvestasikan dimana investor modalnya semakin di banyak dalam Suardana (2006) suku bunga merupakan alat saham, untuk menekan inflasi. Dengan naiknya suku investor bunga diharapkan pemilik uang akan menanamkan modalnya di pasar modal maka menabungkan uangnya di bank. Uang akan harga saham akan semakin tinggi sehingga masuk ke dalam kas bank umum. Hal itu indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berarti jumlah uang yang beredar akan dihasilkan juga mengalami kenaikan. berkurang. Berkurangnya jumlah uang yang Sebelum pasar modal melakukan para investasi investor di beredar akan dapat meredakan inflasi. seharusnya Inflasi merupakan kenaikan harga- melakukan analisis ekonomi karena analisis harga secara umum dan berlangsung terus ekonomi menerus merupakan analisis berbagai untuk jangka waktu tertentu. indikator yang biasanya digunakan oleh Umumnya inflasi terjadi karena masyarakat pengambil dalam bidang terlalu tingkat inflasi, kelangkaan. Apabila terjadi inflasi yang kurs,tingkat suku bunga SBI, dan berbagai terlalu tinggi maka menyebabkan daya beli indikator perekonomian lainnya. Karena masyarakat menurun, untuk mengatasi hal perekonomian yang baik secara umum ini pemerintah akan mengeluarkan kebijakan menunjukkan tingkat perbaikan kesejateraan moneter. Kebijakan moneter yang paling masyarakat yang biasanya diikuti dengan umum dikeluarkan oleh pemerintah untuk peningkatan kegiatan pasar modal. Dengan mengatasi perekonomian yang baik maka risiko yang meningkatkan suku bunga. Peningkatan suku ditanggung oleh investor akan kecil. Dalam bunga ini bertujuan untuk menarik minat melakukan investasi kecenderungan investor masyarakat menginginkan tingkat pengembalian yang tabungan, deposito, maupun SBI. Dengan tinggi dengan risiko yang rendah, tetapi pada demikian diharapkan kebiasaan konsumtif kenyataannya tingkat pengembalian yang masyarakat dapat menurun dan inflasi tinggi akan juga meningkatkan risiko yang kembali stabil. perekonomian kebijakan seperti harus ditanggung oleh investor. konsumtif inflasi untuk sehingga adalah berinvestasi terjadi dengan pada Peningkatan suku bunga yang terlalu Dalam pengujian ini ada 1 variabel tinggi juga dapat memberikan dampak buruk makro yang dibuang karena adanya kolerasi bagi perekonomian suatu negara. Apabila yang kuat dengan variabel lain khususnya suku bunga terlalu tinggi maka masyarakat inflasi dan jumlah uang beredar. Berdasarkan akan cenderung menginvestasikan uangnya teori yang ada memang ada kolerasi antara pada bank daripada melakukan kegiatan inflasi dan tingkat bunga BI. Menurut ekonomi. 93 Hal ini akan menyebabkan JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 terjadinya deflasi atau penurunan harga- deposito, maupun SBI. Penurunan suku harga akan bunga SBI ini akan menurunkan minat ekonomi masyarakat untuk berinvestasi pada SBI dan menjadi lambat dan tidak mampu menarik pada akhirnya jumlah uang beredar kembali minat investor untuk berinvestasi. Dengan meningkat. secara umum. mengakibatkan Deflasi pertumbuhan demikian terdapat hubungan yang saling Setelah dibuangnya 1 variabel makro mempengaruhi antara inflasi dan suku bunga yaitu tingkat suku bunga SBI maka diperoleh SBI dan merupakan hubungan yang positif. bahwa inflasi, kurs dan jumlah uang beredar Sedangkan adanya hubungan antara tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bunga SBI dan jumlah uang beredar beta saham sedangkan variabel mikro yaitu sesuai dengan teori dan penelitian yang debt to equity dan asset growth berpengaruh dilakukan oleh Paul dan Maurice (2005) secara signifikan terhadap beta saham. Hasil dimana kenaikan tingkat penawaran uang yang diperoleh berbeda dengan penelitian akan menurunkan suku bunga, sedangkan sebelumnya. penurunan tingkat penawaran uang akan (2008) menemukan bahwa tingkat suku meningkatkan suku bunga. Apabila suku bunga bunga SBI mengalami peningkatan maka terhadap beta saham sedangkan tingkat masyarakat berpengaruh secara dan Ulum signifikan cenderung melakukan likuiditas tidak berpengaruh terhadap beta kegiatan konsumtif. saham. yang dilakukan menemukan bahwa kurs dan tingkat bunga masyarakat pada SBI akan menurunkan SBi berpengaruh terhadap beta saham. Ocran jumlah uang beredar yang ada didalam suatu (2010) menemukan bahwa perekonomian negara. makro di Ghana tidak berpengaruh terhadap investasi Kegiatan akan Makaryanawati daripada investasi Haryanto dan Riyatno (2007) Jumlah uang beredar juga dapat beta saham. Hamzah (2005) menemukan mempengaruhi suku bunga Sertifikat Bank bahwa kurs dan PBD berpengaruh terhadap Indonesia. beta saham. Apabila pemerintah menilai bahwa jumlah uang beredar yang ada di masyarakat menggerakkan terlalu Dalam penelitian ini variabel makro sedikit untuk yang diwakili oleh inflasi, kurs, dan jumlah perekonomian, maka uang yang beredar tidak signifikan pemerintah akan mengeluarkan kebijakan berpengaruh terhadap risiko sistematis moneter. Salah satu kebijakan moneter saham dikarenakan investor Indonesia tidak adalah menurunkan suku bunga. Penurunan menyukai risiko dalam berinvestasi. Ketika suku bunga ini akan dialami oleh hampir adanya kenaikan inflasi, kurs dan jumlah seluruh produk perbankan baik tabungan, uang beredar cenderung investor tidak 94 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 tertarik berinvestasi di pasar modal karena perusahaan. risiko yang harus ditanggung oleh investor melalui hutang peningkatkan tersebut terjadi juga tinggi. Hasil penelitian ini sejalan akibat dari efek tax deductible, artinya dengan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan yang Tandelilin (1997) dimana variabel makro membayar bunga pinjaman yang dapat tidak berpengaruh terhadap beta saham mengurangi penghasilan kena pajak dan dikarenakan periode, sampel yang diambil dapat memberi manfaat bagi pemegang dan kondisi ekonomi yang sedang stabil. saham. Selain itu, penggunaan dana ekstenal Dalam berinvestasi selain melihat Apabila pendanaan didanai memiiki hutang akan akan menambah pendapatan perusahaan dari sisi makro investor juga harus melihat yang dari sisi mikro perusahaan, karena ketika kegiatan investasi yang menguntungkkan kondisi perusahaan dalam kondisi yang tidak bagi perusahaan. Sehingga dapat dikatakan baik maka akan meningkatkan risiko yang bahwa debt to equity berpengaruh signifikan harus ditanggung oleh investor. Dalam dengan arah yang negatif terhadap risiko penelitian ini variabel mikro yang diambil sistematis saham dimana jika debt to equity diwakili oleh debt to equity dan asset growth meningkat 1% maka akan menurunkan risiko dimana hasil yang didapat bahwa debt to sistematis sebesar 0,27 atau 27%. Koefisien equity berpengaruh ini relatif kecil karena seharusnya debt to terhadap risiko sistematis saham. Hasil equity berpengaruh positif terhadap risiko penelitian ini memiliki koefisien sebesar sistematis, dimana rasio DER tinggi maka 27,6% dimana angka ini relatif kecil debt to akan meningkatkan risiko yang ditanggung equity berpengaruh signifikan dengan arah oleh investor. Hal ini juga bisa dilihat dari yang negatif terhadap risiko sistematis trend data dan berhubungan dengan kondisi saham. dengan ekonomi yang ada. Dari trend data pada penelitian sebelumnya dimana debt to equity tahun 2008 pada saat kondisi ekonomi berpengaruh positif terhadap beta saham. sedang tidak stabil. Dimana pada tahun Dalam penelitian ini didapat bahwa debt to tersebut terjadi krisis global dan trend data equity memiliki hubungan yang negatif dan rasio DER perusahaan meningkat. dan asset Penelitian growth ini berbeda nantinya akan digunakan untuk berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Asset growth menunjukkan rata-rata Debt to equity menunjukkan kemampuan pertumbuhan kekayaan perusahaan, dimana perusahaan kemampuan perusahaan dalam mengolah untuk memenuhi kewajiban jangka panjang dan pendeknya. Menurut asset Komariah, Julenah dan Chuderi (2011) menunjukkan sebesar 22% asset growth dimana pendanaan dapat meningkatkan nilai berpengaruh terhadap beta saham. Koefisien 95 perusahaan. dalam penelitian ini JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 asset growth ini relatif kecil, dikarenakan SIMPULAN DAN SARAN pertumbuhan asset yang tinggi akan menbuat Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan investor percaya terhadap perusahaan dalam yang telah dikemukakan sebelumnya, maka mengembangkan bisnisnya tetapi dalam penelitian ini mengambil beberapa simpulan penelitin ini dihasilkan asset growt memiliki yang hubungan yang positif terhadap beta saham. permasalahan, simpulan dari penelitian ini Koefisien asset growth ini relatif kecil. Hal yaitu : ini sejalan dengan teori yang ada,dimana 1. ditujukan untuk menjawab Tingkat inflasi, kurs, jumlah uang asset growth yang tinggi akan berimplikasi beredar, pada tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini berpengaruh secara serentak terhadap dapat dijelaskan bahwa pemakaian aktiva risiko sistematis saham. yang tinggi akan memberikan tanggungan 2. DER dan asset growth Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang terhadap pengembalian investasi yang tinggi beredar tidak berpengaruh terhadap dan merupakan resiko yang tinggi apabila risiko sistematis saham sedangkan DER tidak dapat menutup pengembalian investasi dan asset growth berpengaruh terhadap tersebut. (Muljono, 2002). risiko cepat sistematis saham. Dapat Tingkat pertumbuhan asset yang disimpulkan bahwa variabel makro yang menunjukkan diatur oleh kebijakan pemerintah tidak sedang bahwa melakukan melakukan perusahaan ekspansi. ekspansi perusahaan Dalam bepengaruh terhadap risiko karena pada harus dasarnya kebijakan pemerintah telah menanggung 2 risiko yaitu ekspansi yang diumumkan dilakukan yang pemerintah dan dapat dilihat trend dilakukan tidak berhasil. Jika ekspansi yang pergerakannya oleh investor sehingga dilakukan berhasil maka perusahaan akan investor tetap bertahan sedangkan jika ekspansi yang ketidakstabilan kondisi ekonomi dan dilakukan gagal maka akan meningkatkan menarik sahamnya dibursa efek. Hal ini biaya perusahaan yang tinggi dan berakibat disebabkan karena investor di Indonesia kepada risiko yang harus ditanggung oleh tidak tertarik dengan risiko yang tinggi. investor juga tinggi. hasil pengujian ini sedangkan variabel mikro perusahaan didukung oleh penelitian yang dilakukan yang diwakili oleh DER dan asset oleh Tandelilin (1997) dimana variabel growth mikro sistematis. Debt to equity berpengaruh berhasil perusahaan berpengaruh dan ekspansi (faktor terhadap fundamental) risiko sistematis terlebih telah dahulu siap oleh dengan berpengaruh terhadap risiko signifikan dan memiliki arah yang saham. negatif 96 terhadap risiko sistematis JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 dikarenakan pendanaan dapat variabel mikro berpengaruh terhadap meningkatkan nilai perusahaan. Apabila risiko sehingga sebaiknya ditambah pendanaan variabel didanai melalui hutang mikro peningkatkan tersebut terjadi akibat dari mengambarkan efek tax deductible, artinya perusahaan ditanggung investor. yang memiiki hutang akan membayar 3. yang risiko dapat yang akan Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya bunga pinjaman yang dapat mengurangi menambahkan variabel makro yang lain penghasilan kena pajak dan dapat seperti memberi manfaat bagi pemegang saham. pengumuman kebijakan pemerintah, dan Selain itu, penggunaan dana ekstenal harga emas karena dalam penelitian ini akan menambah pendapatan perusahaan semua variabel makro tidak berpengaruh yang nantinya akan digunakan untuk terhadap risiko sistematis dan peneliti kegiatan investasi yang menguntungkan selanjutnya bagi semakin periode penelitian yang dikhawatirkan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ditanggung semakin kecil. Perusahaan seperti krisis ekonomi yang melanda yang memiliki asset yang banyak dapat Indonesia. perusahaan, tinggi DER sehingga maka risiko Produk harus Domestik Bruto, memperhatikan juga meningkatkan risiko yang akan ditanggung oleh investor DAFTAR PUSTAKA jika perusahaan tidak dapat menggunakan Auliyah dan Hamzah,Ardi. 2006. Analisa asset tersebut dan gagal melakukan Karakter Perusahaan, Industri dan ekspansi. Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Saran Jakarta. 1. Varibel makro dan mikro berpengaruh Akuntansi IX Padang Agustus 2006 secara hal 1-16. signifikan terhadap risiko sistematis tetapi memiliki koefisien determinasi yang kecil sehingga Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia Jakarta. mempengaruhi risiko. Variabel makro terhadap risiko tidak Nasional Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar perlunya mencari varibael lain yang 2. Simposium Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard berpengaruh sistematis Starz. 2008. Makro Ekonomi. sehingga Terjemahan oleh : Roy Indra perlunya memasukan variabel lain yang Mirazudin, SE. PT Media Global berpengaruh terhadap risiko. Sedangkan Edukasi, Jakarta. 97 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Fabozzi, EJ. and Francis, J.C. 1996. Capital Returns: A Bayesian Model Selection Market and Institution and Approach. Emerging Markets Review Instrument. Upper Saddle River New 5:379-387. Jersey. Kewal, Suramaya Suci. 2011. Pengaruh Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Tingkat Inflasi, Suku Bunga Penelitian Manajemen (Edisi 1). BP Sertifikat Bank Indonesia, Kurs dan Undip. Semarang. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Frank, J, Fabozzi, franco, Modigliani dan G, Terhadap Harga Saham Sektoral dan Michael, Ferri. 1999. Pasar dan Indeks Harga Saham Gabungan di Lembaga Keuangan. Bursa Efek Indonesia. Tesis Sarjana Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat. S2 Universitas Sriwijaya. Program Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Studi Magister Sains. Universitas Multivariat dengan Program SPSS. Sriwijaya, Palembang. Badan Penerbit Universitas Komariah, Julenah, Chudori. 2011. Return Diponegoro, Semarang. Hamzah,Ardi, 2005, Analisa Saham, Ekonomi Inflasi, Kepemilikan dan Struktur Terhadap Makro, Industri dan Karakteristik Investasi. Perusahaan terhadap Beta Saham Perbankan. Syariah, September2011 hal 376-391. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo September 2005 Krugman,Paul R. hal 367-378. Suku Keuangan Vol 15 No. dan 3 dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional Teori Haryanto, M.Y Dedi dan Riyatno. 2007. Pengaruh Jurnal Risiko Bunga dan Kebijakan. Edisi kelima, jilid Sertifikat kedua, Penerbit Indeks. Jakarta. Bank Indonesia dan Nilai Kurs Makaryanawati dan Ulum, Misbachul. 2009. terhadap Risiko Sistematik Saham Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan Tingkat dan Bisnis Vol 5 No 1 Maret 2007 terhadap Risiko Investasi Saham hal 24-40. yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Husnan,Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Kedua. AMP Perusahaan Index, Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Likuiditas 14 No 1 Maret 2009 hal 49-59. YKPN. Muljono. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Yogyakarta. Mempengaruhi Hooker, Mark A. 2004. Macroeconomic Dalam Factors and Emerging Market Equity Risiko Industri Sistematis Barang-Barang Konsumsi Pada Bursa Efek Jakarta. 98 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tesis Sarjana S-2 Universitas Sukirno, Sadono. 2004, Makroekonomi Teori Diponegoro. Magister Manajemen. Pengantar, edisi ketiga, PT, Grafindo Universitas Diponegoro Semarang. Persada, Jakarta. Mutia, Evi dan Muhammad, Arfan. 2010. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS : Analisis Pengaruh Deviden Payout Statistik Non Parametrik. PT Elex Ratio dan Capital Structure Terhadap Media Komputindo, Jakarta. Beta Saham : (Studi Pada Saham Sufiyati dan Ainun Na’im. 1998. Pengaruh Syariah dan Saham Non Syariah Leverage Operational dan Leverage Perusahaan Non Keuangan di Bursa Finansial Terhadap Risiko Sistematis Efek Saham : Studi Pada Perusahaan Indonesia). SNA XIII Purwokerto 2010. Publik di BEJ. Jurnal Ekonomi dan Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi, Edisi Bisnis Indonesia 1998, vol 13, No3, 1. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 57-69. Nachrowi, D.N, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer Ekonometrika dan Susanto,Yudhistira. 2002. Sinyal Positif dari Praktis Untuk Lantai Bursa. Investor No.53/IV. Analisis Jakarta. Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Tandelilin, Eduardus. 1997. Determinants if Indonesia, Systematic Risk : The Experience of Jakarta. Some Nugroho,Heru. 2008. Analisis Pengaruh Uang Beredar Common Stock, Kelola, No. 16/IV, 101-114. Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah Indonesia Tandelilin, terhadap Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Indeks LQ45 (Studi Kasus Pada BEI BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. Periode 2002-2007). Tesis Sarjana S- Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan 2 Magister Manajemen, Program Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi Studi 1. Kanisius, Yogyakarta. Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Universitas Tjahjawandita,Ari Diponegoro Semarang. Ocran,Karl. 2010. Systematic Of Submitted Departement of 2005. The Dollar Amerika Serikat Melalui Suku Companies Bunga SBI, Sosiosains, Oktober hal Listed On The Ghana Stock Exhange. Dissertation Dumairy. Pengendalian Kurs Rupiah Terhadap Measuring Risk dan to 639-656. The Umar,Husein. 2003, Riset Bisnis, Cetakan Business kedua, PT, Gramedia Pustaka Utama, Administration, Ashesi University. Jakarta. 99 JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Widjaja,Emilia. 2004. Analisis Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Risiko Saham (Studi Kasus Pada SahamSaham Kategori LQ45 Tahun 20012002). Atma nan Jaya Januari-Juni 2004 hal 55-67. Yamin,Sofyan dan Kurniawan, Heri. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap. Salemba Empat. Jakarta. Bank Indonesia. Bank Central Republik Indonesia. Online. www.bi.co.id. 14 Maret 2013. Saham Ok. Realistis Berinvestasi Saham di Bursa Efek Indonesia. Online. www.sahamok.com. 12 April 2013. 100