BAB 2 - Ferdinandus Nipa

advertisement
BAB 2
PENDEKATAN-PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Telah anda pelajari bahwa penelitian terdiri dari enam langkah. Nah sekarang kita
perkenalkan konsep baru lagi: anda bisa mendekati penelitian dalam dua cara – melalui
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif – tergantung pada tipe masalah yang perlu
anda teliti. Pilihan terhadap salah satu pendekatan tersebut akan menentukan prosedur
yang anda harus gunakan dalam keenam langkah penelitian. Dalam bab ini, kita akan
menelusuri berbagai cara kedua pendekatan ini memiliki kesamaan dan perbedaan.
Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:
 Mendefenisikan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatf
 Menjelaskan pemikiran-pemikiran utama yang berpengaruh terhadap perkembangan
penelitian kualitatif pada setiap langkah penelitian
 Mengidentifikasi karakteristik yang membedakan
dan membuat sama antara
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif pada setiap langkah penelitian
 Mengidentifikasi tipe-tipe rancangan penelitian yang digunakan sebagai prosedur
dalam penelitian kuantittaif, kualitatif, atau pendekatan gabungan
 Mengidentifikasi tiga faktor yang bermanfaat dalam menentukan apakah penelitian
kuantitatif atau kualitattif paling sesuai (baik) untuk sesuatu penelitian.
Maria menimbang-nimbang pendekatan yang harus ia lakukan untuk proyek penelitiannya
di universitas. Ia pernah mendengar sebuah pendekatan baru yang disebut penelitian
kualitatif dan ia tahu bahwa beberapa dosen baru merupakan pendukung pendekatan ini.
Walaupun demikian, ia juga menyadari bahwa beberapa orang dosen pada program
studinya memiliki keyakinan yang kuat sekali terhadap pentingnya pengumpulan data
“keras” kuantitatif ketimbang data “lunak” kualitatif. Maria bertanya pada dirinya sendiri,
“Bagaiamana saya harus memiih antara peneiitian kuantitatif dan kualitatif?”
Sebagai bahagian dari penentuan pilihan yang penuh pertimbangan, Maria perlu
memahami perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tenu saja, cara ia
mengerangkakan masalah penelitiannya akan menentukan pendekatan mana yang harus ia
gunakan. Walaupun demikian, hal yang paling krusial bagi
Maria dan para peneliti
lainnya adalah pemahaman tentang perbedaan dan persamaan antara kedua pendekatan
tersebut karena pilihan terhadap salah satu pendekatan akan menentukan bagaimana
penelitian akan dilaksanakan secara keseluruhannya nanti.
20
APA
MAKNANYA
MELAKUKAN
PENELITIAN
KUANTITATIF
DAN
PENELITIAN KUALITATIF?
Untuk dapat memahami persamaan dan perbedaan ini, kita perlu mengetahui apa
defenisi penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Quantitative research (penelitian
kuantitatif) adalah sebuah tipe penelitian pendidikan di mana si peneliti menentukan apa
yang akan diteliti; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau menukik,
mengumpulkan data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka dengan
menggunakan statistik dan melaksanakan penelitian dengan cara-cara yang objektif dan
tidak bias. Qualitative research (penelitian kualitatif) adalah sebuah tipe penelitian
pendidikan di mana si peneliti mengandalkan pandangan para partisipan, mengajukan
pertanyaan yang bersifat umum dan luas, mengumpulkan data-data yang sebagai besar
terdiri dari kata-kata (atau teks) dari para partisipan; mendeskripsikan dan menganalisis
kata-kata ini ke dalam tema-tema, dan melaksanakan penelitian yang tidak bisa bebas dari
rasa subjektivitas dan bias.
Anda mungkin sudah mulai bisa melihat beberapa perbedaan dan kesamaan atas
dasar defenisi ini. Perbedaan dan kesamaan ini akan menjadi lebih kentara lagi pada saat
kita membahas ke enam langkah proses penelitian
dan membicarakan bagaimana
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif menggunakan masing-masing langkah. Akan
tetapi, pertama-tama kesamaan dan perbedaan antara keduanya akan menjadi lebih jelas
apabila kita telusuri secara singkat sejarah perkembangan masing-masing pendekatan.
Abad ke duapluh dimulai dengan satu pendekatan utama dalam penelitian pendidikan –
penelitian kuantitatif – dan diakhiri dengan dua pendekatan utama – penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Perkembangan dari kedua pendekatan ini kasusnya bukan sebuah
pendekatan digantikan oleh pendekatan lain; tapi lebih mencerminkan pada penambahan
penelitian kualitatif terhadap pendekatan kuantitaif yang bersifat tradisional. Dewasa ini,
kedua pendekatan ini merupakan modus penelitian pendidikan yang sama-sama sah dan
terpakai. Walaupun demikian, dalam prakteknya, penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif tidaklah benar-benar penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (seperti
dibahas oleh Firstone, 1987, dan Smith, 1983); tapi sebaliknya, pada sebuah penelitian
tertentu, seorang peneliti cenderung mengerangkakan penelitiannya lebih banyak ke dalam
satu pendekatan dibandingkan ke dalam pendekatan lainnya. Penelitian berada pada
sebuah garis kontinum antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Reichardt &
21
Cook, 1979). Contoh, dalam penelitian Maria, ia bisa mengumpukan data-data kuantitatif
untuk memperlihatkan frekuensi para siswa membawa senjta ke sekolah., dan
mengumpukan data-data wawancara yang mencakup kata-kata (atau teks) dari para siswa
ketika mereka mendeskripsikan pengalaman mereka. Contoh ini memperlihatkan
bagaimana suatu penelitian bisa terdiri dari unsur-unsur kuantitatif dan unsur-unsur
kualitatif, walaupun anda boleh jadi memberikan penekanan yang lebih besar pada
penelitian kuantitatif ketimbang penelitian kualitatif atau sebaliknya.
Sejarah Singkat Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dimulai pada penghujung abad ke sembilanbelas dan
mendominasi penelitian pendidikan pada hampir sepanjang abad duapuluh (lihat De
Landsheere, 1988, dan Travers, 1992, untuk pembahasan lebih lanjut). Menakjubkan
sekali bahwa betapa penelitian kuantitatif dewasa ini memiliki kesamaan dengan
penelitian kuantitatif pada awal lahirnya semenjak penghujung abad kesembilanbelas dan
awal abad keduapuluh.
Gagasan-gagasan awal dari penelitian kuantitatif berasal dari ilmu-limu fisika,
seperti fisika dan kimia. Sama seperti atom dan molekul-molekul yang menjadi objek dari
hukum dan aksioma yang bisa diramal, begitu juga pola-pola tingkah laku anak-anak di
sekolah. Mengikuti garis logika seperti ini, para peneliti kuantitatif pada awalnya mulai
mengidentifikasi pola-pola pendidikan melalui penilaian atau pengukuran kemampuankemampuan idividu, mengumpulkan skor (angka-angka) dari para individu, dan
menggunakan prosedur-prosedur eksperimen dalam bidang psikologi dan survai-survai
berskala besar.
Dalam sejarah perkembangan penelitian kuantitatif, terdapat tiga
kecenderungan: prosedur-prosedur statistik, praktek-praktek pengujian dan pengukuran,
rancangan penelitian. Kronologi dari kecenderungan ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Dalam hal statistik, penelitian kuantitatif muncul dari gagasan-gagasan terkait
dengan korelasi dan hubungan dua atau lebih hal pada abad ke sembilanbelas. Dengan
segera pengkajian ide-ide yang saling berhubungan berkembang menjadi penelitian
tentang kelompok, dan pada awal abad keduapuluh, para peneliti membandingkan skor
rata-rata dari kelompok-kelompok individu dalam seting-seting pendidikan. Kedua
gagasan awal ini – mengaitkan ide-ide dan membandingkan kelompok-kelompok –
merupakan asal muasal statistik yang kita gunakan saat ini. Sesuai dengan perjalanan
waktu, pemikiran-pemikiran tentang statistik elementer ini berkembang menjadi model-
22
model yang rumit berkenaan dengan saling keterkaitan antara berbagai variabel dan tes
terhadap hubungan sebab-akibat atau hubungan-hubungan stimulus dan respon.
Contoh, apakah waktu yang dihabiskan untuk belajar berpengaruh terhadap nilai
dalam belajar? Apakah depresi berhubungan dengan penggunaan tembakau di antara para
siswa?
Dalam hal pengukuran, konsep pengujian kemampuan mental para individu muncul
pada penghujung abad kesembilanbelas. Dengan terjadinya dua kali perang dunia,
pemerintah mempekerjakan para peneliti yang memiliki pengetahuan tentang pengujian
dan pengukuran karena kebutuhan angkatan bersenjata untuk menseleksi para individu dan
menentukan kesiapan mereka untuk bertempur. Juga selama awal abad keduapuluh,
pemikiran untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja atau prestasi seseorang individu
melahirkan tes-tes standar seperti Scholastic Aptitude Test (SAT) yang memungkinkan
staf penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi memprediksi kinerja akademik
individu di masa datang. Pada pertengahan abad keduapuluh, spesialist dalam bidang
pengukuran mengetes dan menggunakan mesin penskoran untuk memudahkan menskor
ujian-ujian. Dewasa ini, perdebatan tentang masalah penilaian yang terkait dengan
penggunaan standardized performance assessements (penilaian kinerja standard) untuk
anak-anak dalam berbagai mata pelajaran seperti matematika dan sain. Contoh, sekolah
memanfaatkan hasil-hasil penilaian ini untuk kenaikan kelas, atau menentukan apakah
mereka diikutsertakan dalam program anak berbakat.
Dibandingkan dengan rancangan penelitian dewasa ini, pendekatan-pendekatan ini
pada awalnya sederhana dan tidak rumit. Survai terhadap isu-isu pendidikan di dalam
masayarakat mulai dilakukan pada penghujung abad kesembilanbelas. Pada awal abad
keduapuluh, para peneliti melakukan eksperimen-eksperimen dalam bidang pendidikan,
mencotoh apa
yang dilakukan di dalam bidang psikologi. Pemikiran untuk
membandingkan sikap atau kinerja dua kelompok, konsep dasar yang melatari penelitian
eksperimental, juga terjadi pada awal abad keduapuluh. Para peneliti kemudian
mengembangkan model-model rancangan awal ini menjadi rancangan yang lebih rumit
dengan melibatkan kelompok-kelompok jamak dan pengujian jamak. Pada 1935, berbagai
bentuk eksperimen menjadi aliran penelitian. Sepanjang abad keduapuluh, para peneliti
eksperimental mengidentifikasi tipe-tipe eksperimen, kekuatan dan kelemahannya, dan
mengembangkan pendekatan-pendekatan kuantitatif dengan memasukkan penelitian
korelasional dan penelitian survai (D.T. Cambell & Stanley, 1963, Kerlinger, 1964).
23
Perkembangan ini memberikan kontribusi terhadap kehadiran penelitan kuantitatif di
dalam bidang pendidikan. Dewasa ini anda bisa menilai statusnya dengan jalan mengkaji
banyak sekali proyek-proyek penelitian kuantitatif yang didanai oleh lembaga-lembaga
tingkat pusat seperti Departemen Pendidikan dan institut-institut kesehatan. Demikian
juga, lembaga-lembaga tingkat daerah dan yayasan-yayasan swasta memberikan dukungan
pada banyak sekali proyek penelitian kuantitatif. Anda juga bisa menilai kondisi ini
melalui identifikasi jurnal-jurnal pendidikan yang mempublikasikan penelitian kuantitatif,
seperti Journal of Educational Research, Journal of experimental Education, Journal of
Applied Measurement, dan Journal of Learning Disabilities demikian juga halnya dengan
bermacam ragam web sites yang diabdikan pada penyediaan sumber-sumber terkait
dengan statistik dan pengukuran.
Kecendrungan-kecenderungan historis ini telah melahirkan karakteristik penelitian
kuantitatif seperti yang kita kenal saat ini:
 Penekanannya pada pengumpulan dan penganalisisan informasi dalam bentuk
angka
 Penekanannya pada pengumpulan skor-skor yang mengukur atribut-atribut
tertentu dari para individu dan organisasi
 Penekanannya pada prosedur-prosedur membandingkan kelompok-kelompok
atau mencari hubungan antara faktor-faktor terkait dengan para individu atau
kelompok di dalam penelitian eksperimen, korelasional, dan survai
Sejarah Singkat Penelitian Kualitatif
Dewasa ini, penelitian kualitatif merupakan sebuah alternatif dari bentuk penelitian
kuantitatif tradisional. Walaupun demikian, pemanfaatannya dalam bidang pendidikan
lebih kemudian dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Pemikiran tentang penelitian
kualitatif berkembang pada penghujung tahun 1980-an dan awal tahun 1900-an pada
bidang-bidang lain selain pendidikan. Contoh, penelitian-penelitian kualitatif berkenaan
dengan orang-orang miskin di Inggeris dan Eropah, laporan-laporan antropologi tentang
budaya-budaya pribumi, dan kerja lapangan dari para sosiolog di inner city Chicago dan
dengan para imigran yang semuanya tampil di dalam penelitian limu-ilmu sosial sampai
tahun 1930-an dan 1940-an (Bogdan & Biklen, 1998). Walaupun demikian, pemanfaatn
penelitian kualitatif di dalam bidang pendidikan baru jelas kelihatan selama 30 tahun
terakhir, dan kronologi peristiwa dalam sejarah singkat ini terlihat pada Tabel 2.2.
Sebagaimana terlihat dalam tabel ini, tiga buah tema membentuk sejarahnya dalam dunia
24
pendidikan: gagasan-gagasan filosofis, pengembangan-pengembangan prosedur, dan
praktek-praktek partisipatori dan advokasi. Penelitian-penelitian terkini biasanya
memperlihatkan satu atau lebih tema ini.
Pada penghujung tahun 1960-an, para filosof pendidikan menganjurkan sebuah
alternatif terhadap pendekatan kuantitatif tradisional (misalnya Guba & Lincoln, 1988).
Pendekatan tradisional ini, menurut mereka, terlampau menghandalkan pandangan para
peneliti tentang pendidikan dan kurang pada pandangan para partisipan penelitian. Para
peneliti tradisional menciptakan situasi buatan di mana para partisipan penelitian “di tarik”
keluar konteks dan ditempatkan pada situasi eksperimen yang jauh berbeda dari
pengalaman pribadi mereka masing-masing. Untuk menangkis pendekatan tradisional ini,
para filosof pendidikan mengajukan sebuah alternatif bentuk penelitian, yang disebut
penelitian naturalistik atau konstruktivisme, untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
tersebut (Lincoln & Guba, 1985). Perspektif inti dari pendekatan baru ini memberi
penekanan pada pentingnya pandangan para partisipan, penekanannya pada seting atau
konteks (misalnya ruang kelas) di mana para partisipan mengungkapkan pandanganpandangan mereka, dan menggarisbawahi makna yang dipegang oleh orang-orang itu
secara pribadi berkenaan dengan isu-isu pendidikan. Cara berpikir seperti ini
menempatkan penelitian kualitatif sebagai salah satu alternatif perspektif terhadap
pendekatan tradisional.
Tema lain berkembang dalam penelitian kualitatif selama tahun 1980-an dan 1990an yang memperlunak perspektif ini. Beberapa orang penulis memfokuskan pada prosedur
dalam melaksanakan penelitian kualitatif ketimbang menantang penelitian kuantitatif.
Posedur seperti merumuskan masalah-masalah penelitian kualitatif, melakukan wawancara
dan observasi di situs penelitian, menganalisis data untuk mendapatkan tema-tema
merupakan pusat perhatian dari para penulis (Cresweell, 2003, 2007; Glesne & Peshkin,
1992; Miles & Huberman, 1994; Tesch, 1990). Buku-buku khusus yang membuat
templates dalam perencanaan disertasi dan tesis master kualitatif (Creswell, 2003;
Marshall & Bossman, 1995). Bersamaan dengan upaya-upaya ini muncul pembicaraan
tentang “tipe-tipe” rancangan penelitian kualitatif, seperti studi kasus, penelitian teori alas
(grounded), dan penelitian naratif (misalnya Creswell, 2007; Stake, 1995; Strauss &
Corbin, 1990), dan munculnya program-program perangkat lunak komputer untuk
menganalisis data-data kualitatif (misalnya Weitzman & Mile, 1995).
Pada dekade terakhir, kita menyaksikan munculnya tema ketiga dalam penelitian
kualitatif pendidikan: praktek-praktek yang partisipatori dan advokatif. Tema ini
25
berkembang karena ketidaksabaran orang melihat ketidaksederajatan dan kebutuhan para
individu di lingkungan masyarakat kelas bawah, wanita dan anggota masyarakat ras
tertentu seperti orang-orang Amerika berketerununan Afrika, dan Spanyol (misalnya
Carspecken, 1995). Denzin dan Lincoln (2005) menyarikan posisi sebagai advokat seperti
berikut. Para peneliti yang bersifat advokatif, tidaklah objektif, otoritatif, atau secara
politik netral. Para peneliti yang bersifat advokatif melihat penelitian kualitatif sebagai
tanggung jawab warga negara, sebagai sebuah “ moral dialogue” (Denzin & Lincoln,
2005, halaman 1049), dan sebagai cara untuk membawa perubahan di dalam masyarakat.
Pemikiran-pemikiran seperti ini menantang penelitian tradisional yang berpegang
teguh pada posisi yang netral dan objektif. Ia juga meminta agar para peneliti melaporkan
penelitian mereka menurut perspektif, bias, nilai, dan asumsi-asumsi mereka sendiri. Ia
membawa penelitian menjadi berpolitik di mana penelitian harus memperhitungkan hakhak wanita, para gey (lesbian), kelompok-kelompok ras tertentu, dan kelas-kelas yang
berbeda-beda di dalam masyarakat, dan menghormati pandangan-pandangan yang berbeda
baik selama menulis maupun ketika membaca lapaoran-laporan penelitian kualitatif. Ia
juga berbicara tentang prosedur-prosedur pengumpulan data kualitatif di mana si peneliti
harus sensitif terhadap para partisipan, secara aktif berkolaborasi dengan mereka (bukan
hanya meneliti mereka), dan menghormati martabat masing-masing individu yang telah
menawarkan data-data penelitian.
Salah satu faset yang menarik dari ketiga tema ini adalah bagaimana ketigaketiganya menyatu dan membentuk penelitian kualitatif seperti adanya saat ini. Para
pendukung ketiga tema ini membentuk kontingen peneliti pendidikan. Kelompok yang
berbeda ini membuat presentasi pada pertemuan-pertemuan asosiasi profesional seperti
AERA dan pada konferensi-konferensi yang secara khusus disediakan untuk penelitian
kualitatif. Buku-buku pedoman utama saat ini tersedia, menciptakan landskap yang luas
dari penelitian kualitatif tentang pendidikan dan ilmu-limu sosial (misalnya Denzin &
Lincoln, 2005). Dengan tingginya frekuensi, lembaga-lembaga pemberi dana pada tingkat
pusat, daerah dan swasta mendukung proyek-proyek penelitian kualitatif. Jurnal-jurnal
utama dewasa ini juga berbicara juga tentang penelitian kualitatif. Walaupun banyak dari
jurnal-jurnal dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan terbuka bagi publikasi penelitian
kualitatif, beberapa jurnal ilmiah juga mempublikasikan penelitian kualitatif, seperti
International Journal of Qualitative studies in Education, Qualitative Inquiry,
Anthropological and Education Quaterly, Qualitative Research Elementary School
Journal, dan Journal of Counseling and Development.
26
Journal on-line yang
mendidikasikan dirinya terhadap penelitian kualitatif semenjak 1990, the Qualitative
Report, membuat daftar belasan situs yang berbicara tentang berbagai aspek penelitian
kualitatif.
Perkembangan secara historis ini telah menampakkan karakteristik penelitian
kualitatif yang saat ini kita kenal:
 Pengakuan bahwa sebagai seorang peneliti kita perlu mendengarkan pandangan
para patisipan di dalam penelitian kita
 Pengakuan bahwa kita perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
umum, terbuka dan mengumpulkan data-data di tempat-tempat di mana orang
hidup dan bekerja
 Pengakuan bahwa penelitian memiliki peranan advokasi demi perubahan dan
perbaikan kehidupan individu-individu
APA KARAKTERISTIK YANG MEMBEDAKAN DAN APA KESAMAAN
ANTARA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIf DALAM KEENAM
LANGKAH PENELITIAN?
Dengan asal usul kesejarahan yang berbeda, masuk akallah bahwa penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang berbeda. Dikaitkan dengan
ke enam langkah dalam proses penelitian membantu kita memahami perbedaan
karakteristik dari masing-masing pendekatan ini. Dengan mengamati secara cermat
masing-masing langkah, anda akan melihat bahwa para peneliti cenderung menggunakan
kedua pendekatan itu secara berbeda untuk masing-masing langkahnya. Lihat secara
cermat Diagram 2.1. Dalam buku ini, diagram ini penting karena ia memperlihatkan pada
sebuah kontinum, dengan ujung-ujungnya mengacu pada penelitian kuantitatif dan
kualitatif, dan karakteristik-karakteristik utama dari masing-masing pendekatan berada
pada ujung-ujungnya. Penelitian-penelitian kuantitatif sering dicirikan oleh unsur-unsur
yang ada di sebelah kiri, sedangkan penelitian kualitatif oleh unsur-unsur yang ada di
sebelah kanan. Tidak semua penelitian kuantitatif memiliki karakteristik seperti yang ada
di dalam daftar; begitu juga tidak semua penelitian kualitatif memiliki karakteristik seperti
yang ada di dalam daftar. Dengan demikian, sebaiknya perbedaan-perbedaan antara kedua
pendekatan ini dilihat dari sisi kontinum ketimbang dari sisi dikotomi yang kaku.
Walaupun demikian, akan bermanfaat kiranya memahami karakteristik itu apabila
dikaitkan dengan masing-masing ujung kontinum sehingga anda bisa mengidentifikasi
penelitian kuantitatif dan kualitatif
ketika anda melihatnya dalam publikasi,
menemukannya apabila dikutip di dalam laporan-laporan, atau ketika anda melakukan
27
penelitian anda sendiri. Walaupun demikian, saat ini, anda tidak perlu menguasai masingmasing karakteristik tersebut, pada bab-bab selanjutnya (bab 3 – 10) akan kita elaborasi
lagi secara lebih rinci.
Mengidentikasi Masalah Penelitian
Penelitian kuantitatif cenderung menangani Penelitian kualitatif cenderung menangani
masalah-masalah
penelitian
yang masalah-masalah
memerlukan:
penelitian
yang
memerlukan:
 Deskripsi tentang kecenderungan atau  Eksplorasi di mana pengetahuan tentang
penjelasan
tentang
hubungan
antar
masalah masih sedikit atau terbatas
variabel
 Pemahaman
yang
rinci
tentang
fenomena sentral (pokok)
Dalam penelitian kuantitatif, mendeskripsikan sebuah kecenderungan bermakna
bahwa masalah penelitian dapat dijawab dengan baik apabila si peneliti berupaya
membangun
kecenderungan
secara menyeluruh dari
respon
para
individu
dan
memperhatikan bagaimana kecenderungan ini bervariasi antar masing-masing individu.
Contoh, anda mungkin mengkaji bagaimana para pemilih mendeskripsikan sikap mereka
terhadap isu terkait dengan perserikat. Hasil dari penelitian ini dapat menginformasikan
bagimana sebuah populasi yang besar melihat sebuah isu dan keberagaman cara pandang
populasi tersebut.
Walaupun demikian, beberapa masalah penelitian kuantitatif mempersyaratkan agar
anda menjelaskan bagaimana satu variabel berpengaruh terhadap variabel lainnya. Variabel
adalah atribut (misalnya sikap terhadap isu school bond (perserikatan sekolah) atau
karakteristik individu-individu (misalnya jender) yang diteliti. Dengan menjelaskan
hubungan antara variabel-variabel, anda mungkin selanjutnya berminat untuk mengetahui
apakah satu atau lebih variabel berpengaruh terhadap variael lainnya. Contoh, para peneliti
kuantitatif mungkin ingin mengetahui kenapa para pemilih tertentu menolak is-isu
berkenaan dengan school bond. Variabel-variabel, jender dan sikap terhadap kualitas
sekolah, boleh jadi mempengaruh individu-individu untuk menerima isu-isu berkenaan
dengan school bond.
Para peneliti tentang keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005), terutama
dalam bab 1, kurang tertarik pada deskripsi berkaitan dengan tingkat keteribatan orang tua
28
dalam pendidikan persekolahan tingkat menengah dan lebih tertarik pada pengkajian
hubungan antara empat faktor – pengembangan peran orang tua, kesediaan orang, persepsi
terhadap undangan para guru, persepsi terhadap undangan para remaja—sebagai prediktor
dari keterlibatan orang tua di rumah dan di sekolah (lihat paragraf 02). Untuk mengkaji
hubungan ini, mereka kumpulkan data data dari 770 orang tua dari anak-anak kelas 7, 8 dan
9 (sistem Amerika sama dengan sistem Kanda; lihat paragraf 14). Dengan demikian,
masalah yang dihadapi (lihat paragraf 02) adalah bahwa pengetahuan kita tentang faktorfaktor yang berkaitan dengan keterlibatan orang tua dari anak-anak sekolah menengah
sedikit sekali. Menilai apakah faktor-faktor tertentu bisa memprediksi sebuah outcome
paling cocok dilakukan melalui penelitian kuantitatif.
Walaupun demikian, penelitian kualitatif, paling cocok dilakukan terhadap masalahmasalah penelitian di mana kita belum tahu variabel-variabelnya sama sekali dan perlu
dilakukan eksplorasi atau penelusuran terlebih dahulu. Informasi dari bahan kepustakaan
pun baru sedikit tentang fenomena yang diteliti dan anda perlu belajar lebih banyak lagi dari
para partisipan melalui eksplorasi masalahnya. Contoh, bahan kepustakaan boleh jadi tidak
banyak mengungkapkan penggunaan bahasa isyarat pada mata-mata kuliah pendidikan jarak
jauh. Penelitian kualitatif diperlukan untuk menelusuri fenomena ini dari perspektif
mahasiswa yang ikut pendidikan jarak jauh. Tanpa diragukan lagi, penggunaan bahasa
isyarat pada mata-mata kuliah jarak jauh merupakan hal yang rumit dan boleh jadi belum
disinggung-singgung dalam bahan kepustakaan sebelumnya. Sebuah fenomena sentral
merupakan konsep, gagasan atau proses kunci yang diteliti dalam penelitian kualitatif.
Dengan demikian, masalah penelitian tentang kesulitan mengajar anak-anak yang tuli
memerlukan tidak hanya sebuah eksplorasi (karena kita belum tahu bagaimana mengajar
anak-anak ini) tapi juga sebuah pemahaman (karena tingkat kerumitannya) tentang
pengajaran dan pembelajaran.
Dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Crewell, 1995) bab 1, anda bisa
melihat tidak hanya eksplorasi tapi juga pemahaman. Dalam penelitian kualitatif ini, para
peneliti tidak
tertarik pada penjelasan tentag insiden, akan tetapi mereka berupaya
menelusuri dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana orang-orang
di kampus memberikan reaksi terhadap insiden tersebut (lihat paragraf 03). Mereka
memetakan proses tersebut dalam kesemua aspek kerumitannya setelah insiden tersebut
dibuka setelah masa 8 bulan insden tersebut terjadi.
Tinjauan Kepustakaan
29
Dalam
penelitian
kuantitatif,
bahan Dalam
kepustakaan cenderung:
 Memainkan
saran-saran
pertanyaan
peranan
kualitatif
bahan
kepustakaan cenderung:
utama
berkenaan
penelitian
penelitian
yang
melalui  Memainkan peranan yang kecil (minor)
dengan
harus
diajukan
dalam
menentukan
pertanyaan
penelitian yang secara khusus perlu
diajukan
 Memberikan justifikasi terhadap masalah  Memberikan
justifikasi
terhadap
penelitian dan memberikan arah bagi
pentingnya melalukan penelitian tentang
penelitian (tujuan penelitian, pertanyaan
masalah penelitian;
dan hipotesis penelitian)
Dalam penelitian kuantitatif, anda biasanya akan menemukan banyak sekali bahan
kepustakaan yang dikaji/ditinjau pada awal penelitian. Dengan demikian, bahan
kepustakaan memainkan peranan utama dalam dua hal: memberikan justifikasi terhadap
perlunya masalah penelitian dan menyarankan (secara eksplisit ataupun implisit) apa
tujuan penelitian serta apa pertanyaan penelitian. Memberikan justifikasi terhadap masalah
penelitian
bermakna
bahwa
anda
menggunakan
bahan
kepustakaan
untuk
mendokumentasikan pentingnya isu yang dikaji di dalam penelitian. Untuk mewujudkan
itu, anda mencari bahan kepustakaan, dan mengidentikasi masalah penelitian yang penting
untuk ditelitii, dan kemudian mengutip bahan kepustakaan tersebut pada bahagianbahagian awal dari sebuah laporan penelitian.
Bahan kepustakaan juga memperlihatkan adanya kebutuhan akan sebuah penelitian.
Sebagaimana biasanya diungkapkan bahagian rumusan tujuan penelitian dan pertanyaan
serta hipotesis penelitian. Anda mengidentifikasi di dalam bahan kepustakaan variabelvariabel kunci, hubungan-hubungan, dan kecenderungan-kecenderungan, dan penggunaan
hal-hal tersebut untuk memberikan arahan terhadap pertanyaan dan hipotesis penelitian.
Tinjauan kepustakaan tetang mahasiswa perguruan yinggi, misalnya, bisa jadi
memperlihatkan bahwa pengetahuan kita tentang pesta minuman keras itu sedikit sekali.
Walaupun demikian, bahan kepustakaan yang ada, boleh jadi mengidentifikasi pentingnya
peer group (kelompok teman sejawat) dan gaya berinteraksi sesama kelompok teman
sejawat di lingkungan mahasiswa. Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang penting
bisa jadi terkait dengan bagaimana teman-teman sejawat dan gaya-gaya berinteraksi
sesama mereka berpengaruh terhadap pesta minuman keras di kampus-kampu perguruan
tinggi. Dengan cara ini, bahan kepustakaan di dalam penelitian kuantitatif tidak hanya
30
mendokumentasi perlunya dilakukan penelitian terhadap masalah tapi juga memberikan
arah terhadap pertanyaan penelitian.
Di dalam penelitian keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005), para
peneliti mengutip banyak sekali bahan kepustakaan pada awal laporan penelitian mereka
(paragraf 03 – 10). Di dalam paragraf-paragraf ini, para peneliti mengandalkan model dari
proses keterlibatan orang tua seperti dikutip pada paragraf 02, dan mereka membahas
bahan kepustakaan di sekitar masing-masing ke empat faktor yang diperkirakan
berpengaruh terhadap keterlibatan orang tua. Mereka mulai dengan tinjauan bahan
kepustakaan tentang faktor-faktor demografis dan pribadi seperti besarnya keluarga dan
tingkat pendidikan (lihat paragraf 03), kemudian mereka lanjutkan dengan bahan
kepustakaan tentang faktor-faktor utama di dalam penelitian yang mereka prediksikan
akan berpengaruh terhadap keterlibatan orang tua –pengembangan peran orang tua
(paragraf 05), kesediaan orang tua (paragraf 06) persepsi orang tua terhadap undangan
para guru (paragraf 07), dan persepsi orang tua terhadap undangan para siswa (paragaf 08
– 10). Dengan begini, bahagian pendahuluan mengungkapkan penelitian yang telah
dilaporkan di dalam bahan kepustakaan yang ada berkenaan dengan masing-masing
keempat faktor yang terdapat di dalam penelitian (paragraf 13) dan membayang-bayangi
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan ditangani di dalam penelitian.
Di dalam penelitian kualitatif, tinjauan bahan kepustakaan memainkan peranan yang
minor (tidak utama) pada bahagian awal penelitian. Walaupun anda bisa saja melakukan
tinjauan bahan kepustakaan untuk memberikan justifikasi terhadap perlu ditelitinya
masalah penelitian, tapi bahan kepustakaan tidak memberikan arahan utama terhadap
pertanyaan penelitian. Alasannya adalah bahwa penelitian kualitatif mengandalkan
pandangan para partisipan penelitian dan kurang mengandalkan arahan yang diidentifikasi
di dalam bahan kepustakaan. Dengan demikian, penggunaan bahan kepustakaan untuk
membeikan arahan terhadap atau menspesifikkan arah penelitian tidak konsisten dengan
pendekatan kualitatif yang mempelajari sesuatu dari para partisipan. Contoh, seorang
peneliti kualitatif yang meneliti masalah “kenakalan” di sekolah-sekolah mengutip
beberapa temuan (hasil) penelitian pada awal penelitian mereka untuk memberikan bukti
terhadap masalah akan tetapi tidak menggunakan bahan kepustakaan
tersebut guna
menspesifikkan pertanyaan penelitian. Alih-alih, si peneliti berupaya menjawab
pertanyaan yang bersifat paling umum dan terbuka “Apa yang dimaksudkan dengan
“kenakalan”?” untuk mempelajari bagaimana para siswa membangun pandangan mereka
terhadap apa-apa yang mereka alami.
31
Dengan cara yang sama, bahan kepustakaan memainkan peranan yang minor di
dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995). Laporan (artikel)
tersebut dimulai dengan referensi-referensi yang mendukung pentingnya masalah terkait
dengan kekerasan di kampus (lihat paragraf 01). Akan tetapi, pada bahagian selanjutnya
dari laporan tersebut, (paragraf 04), para peneliti mendeskripsikan insiden, dan bahan
kepustakaan tidak muncul-muncul lagi sampai pada bahagian terakhir laporan, di mana
peneliti mendeskripsikan perlunya perencanaan kampus. Dari bacaan tentang laporan
(artikel) ini, anda bisa melihat jauh lebih sedikit bahan kepustakaan yang digunakan.
Bahan kepustakaan memberikan justifikasi terhadap masalah penelitian, akan tetapi tidak
menggiringnya pada pertanyaan yang akan diajukan di dalam penelitian. Pertanyaanpertanyan penelitian bersifat umum, memberikan peluang kepada para partisipan untuk
membantu menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut. Dengan demikian, di dalam
penelitian kualitatif, bahan kepustakaan merupakan secondary importance tapi sebaliknya
pandangan para partisipanlah yang merupakan primary importance.
Merumuskan Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian kuantitatif, rumusan Di dalam penelitian kualitatif, rumusan
tujuan,
pertanyaan
dan
hipotesis tujuan,
penelitian cenderung:
 Spesifik dan sempit
 Mengupayakan
dan
pertanyaan
penelitian
cenderung:
 Umum dan luas
data yang terukur dan  Berupaya memahami pengalaman para
bisa diamati untuk variabel-variabel
partisipan
Didalam penelitian kuantitatif, anda memajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya spesifik dan menukik dalam rangka mendapatkan data-data yang terukur dan bisa
diamati untuk masing-masing variabel. Pernyataan-pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan
utama yang merupakan arah penelitian – berupa tujuan penelitian, pertanyaan penelitian,
dan hipotesis penelitian – haruslah bersifat spesifik dan menukik (sempit) karena anda
meneliti hanya beberapa variabel. Dari penelitian tentang variabel-variabel ini, anda akan
mendapatkan ukuran atau nilai melalui instrumen atau mencatat skor atas dasar skala
observasi. Contoh, dalam sebuah penelitian tentang pilihan karir remaja, variabelnya
peranan konselor sekolah, mempersempit penelitiannya pada variabel yang lebih spesifik
diantara banyak variabel yang sebenarnya bisa diteliti (misalnya peranan orang tua,
32
investasi pribadi oleh siswa itu sendiri). Untuk mengkaji pengaruh para konselor sekolah
terhadap pilihan karir remaja, data-data tentu harus diperoleh melalui para siswa.
Dalam penelitian keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005), para peneliti
mempersempit dan memilih beberapa faktor yang mereka prediksikan bisa menjelaskan
keterlibatan orang tua. Mereka nyatakan tujuan penelitiannya dan pertanyaan pokok
penelitiannya pada paragraf 13. Mereka nyatakan bahwa mereka akan meneliti empat
faktor yang mempengaruhi keterlibatan orang tua di rumah dan di sekolah, dan kemudian
mengidentifikasi keempat faktor tersebut yang mereka prediksi akan berpengaruh terhadap
keterlibatan orang tua ini. Dengan demikian, pertanyaan penelitiannya menjadi spesifik
dengan hanya mengacu kepada keempat faktor tersebut, dan kemudian pada bahagian
metoda penelitian, mereka jelaskan bagaimana mereka mengukur keempat faktor ini
(paragraf 08 – 12).
Dalam penelitian kualitatif, tujuan penelitiannya jauh lebih terbuka dibandingkan
dengan tujuan penelitian kuantitatif. Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat umum dan luas sehingga anda akan bisa belajar lebih banyak dari para partisipan.
Anda meneliti hanya satu fenomena yang menarik minat anda dan menyatakan fenomena
ini di dalam rumusan tujuan penelitian. Penelitian kualitatif yang mengkaji
“profesionalisme” guru, contohnya, anda mengajukan pertanyaan kepada para guru-guru
sekolah menengah. “Apakah maknanya menjadi seorang profesional itu?”. Pertanyaan ini
terfokus pada pemahaman terhadap gagasan tunggal – menjadi seorang yang profesional –
dan respon-respon terhadap ini akan menghasilkan data-data kualitatif seperti kutipankutipan berupa ucapan-ucapan para partisipan.
Dalam penelitian kualitatif “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), para
peneliti mulai dengan pertanyan-pertanyaan yang bersifat terbuka dan luas dalam rangka
memperoleh pandangan-pandangan para partisipan tentang insiden tersebut (paragraf 01).
Pertanyaan ini terfokus pada pemahaman terhadap proses reaksi kampus berkenaan
dengan insiden bersenjata. Tujuan para peneliti adalah untuk memberikan peluang kepada
partisipan berbicara secara terbuka tentang pengalaman-pengalaman mereka. Contoh,
perhatikan pertanyaan pertama yang bersifat umum dan luas yang diajukan oleh para
peneliti, “Apa yang terjadi?” (paragraf 03).
Pengumpulaan Data
Di
33
dalam
penelitian
kuantitatif, Di
dalam
penelitan
kualitatif,
pengumpulan data cerderung terdiri pengumpulan data cenderung terdiri
dari:
dari:
 Pengumpuan data dengan menggunakan  Pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen dengan pertanyaan-pertanyaan
bentuk-bentuk pertanyaan yang bersifat
dan jawaban yang sudah dipersiapkan
umum dan mencuat dalam rangka
sebelumnya
memberikan peluang kepada para
partisipan untuk menghasilkan jawabanjawaban yang terbuka
 Mengumpukan
data-data
yang  Mengumpulkan data-data berupa katadikuantifikasikan (berbentuk angka)
kata (teks) atau data-data berbentuk
gambar
 Pengumpulan informasi dari banyak  Mengumpulkan informasi dari individuindivud atau situs-situs yang jumlahnya
individu
sedikit (tidak banyak)
Dalam penelitian kuantitatif, anda menggunakan instrumen untuk mengukur variabel
penelitian. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur, mengobservasi, atau
mendokumentasikan data-data kuantitatif. Ia berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat spesifik dan alternatif-alternatif jawaban yang anda bangun atau kembangkan
sebelumnya. Contoh-contoh instrumen adalah angket survai, tes-tes standar, dan ceklist
yang boleh jadi akan anda gunakan untuk mengobservasi tingkah laku siswa atau tingkah
laku guru. Anda berikan instrumen ini kepada para partisipan penelitian dan
mengumpulkan data-data dalam bentuk angka. Contoh, anda boleh jadi mengumpulkan
respon-respon dari para siswa yang harus mereka tandai di dalam kotak-kotak yang sudah
disediakan untuk itu, atau dari ceklist yang harus anda beri tanda ketika anda
mengobservasi para siswa melakukan sesuatu kegiatan/tugas di dalam kelas. Maksud dari
proses ini adalah untuk mendapatkan hasil (disebut menggeneralisasikan hasil) dari
sejumlah orang ke pada orang yang jumlahnya jauh lebih besar. Makin besar jumlah orang
yang diteliti, akan makin kuat kasus tersebut dapat diaplikasikan pada sejumlah besar
orang. Contoh, pada sebuah survai yang dikirimkan kepada 500 orang tua di sebuah
kawasan sekolah, si peneliti mengumpulkan informasi tentang sikap orang tua terhadap
kebutuhan pendidikan bagi anak-anak remaja yang hamil di sekolah. Si peneliti memilih
instrumen “Sikap para remaja yang hamil terhadap pendidikan” yang diperoleh melalui
sumber-sumber perpustakaan. Kelima ratus orang tua yang menerima instrumen ini
mewakili berbagai kelompok orang dari tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam
kawasan sekolah. Setelah data-data dikumpulkan dan dianalisis, si peneliti mengambil
34
kesimpulan tentang sikap orang tua yang ada di kawasan sekolah tersebut atas dasar
sampel yang representatif yang diteiti.
Pengumpulan data juga merupakan bahgaian yang integral dari penelitian kuantitatif
tentang keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005). Para peneliti meneliti banyak
sekali orang tua (misalya 770 orang) dari siswa sekolah menegah kelas 7, 8, dan 9. Mereka
melakukan survai terhadap orang tua dengan menggunakan instrumen yang diadaptasi dari
“Sharing the Dream! Parent Quessionaire” (paragraf 16) begitu juga butir-butir angket
yang dirancang oleh para peneliti lain dalam rangka menilai persepsi orng tua terhadap
undangan siswa. Butir-butir angket tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis guna
menyesuaikan dengan konteks Quebec, dan mereka mengumpulkan data-data yang
dikuantifikasikan atau berupa skor (paragraf 17). Mereka diskusikan skala yang digunakan
untuk mengumpulkan data-data dan bagaimana mereka memberikan skor (misalnya mulai
dari 1= sangat tidak setuju sampai 6 = sangat setuju).
Dalam penelitian kualitatif, anda tidak memulai pengumpalan data dengan
menggunakan instrumen yang sudah disusun sebelumnya untuk mengukur variabelvarabel yang berbeda. Sebaliknya, anda berupaya belajar dari para partisipan penelitian,
dan mengembangkan formulir-formulir yang disebut protokol untuk merekam data-data
ketika penelitian sedang berlangsung. Formulir-formulir ini berisikan pertanyaanpertanyaan yang bersifat umum sehingga para partisipan bisa memberikan jawaban
mereka atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sering pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam protokol tersebut berubah dan mencuat begitu saja selama proses pengumpulan
data. Contoh dari formulir ini antara lain protokol wawancara, yang terdiri dari empat atau
lima pertanyaan, dan protokol observasi, di mana si peneliti merekam catatan-catatan
tentang tingkah laku para partisipan. Selanjutnya, anda juga mengumpulkan kata-kata
(teks) atau data-data berbentuk gambar. Transkrip rekaman-rekaman audio membentuk
data base yang terdiri dari kata-kata. Pada saat mengobservasi para partisipan dalam
pekerjaan dan dalam seting keluarga mereka, anda bisa membuat catatan-catatan yang
kemudian menjadi data base kualitatif. Ketika para peneliti menyuruh anak-anak
menuliskan pemikiran mereka di dalam diary (buku harian) mereka, isi buku haris tersebut
juga menjadi data base berbentuk teks. Dengan masing-masing bentuk data ini, anda bisa
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam rangka menghimpun kisah-kisah
yang rinci untuk keperluan laporan penelitian akhir.
Dalam penelitian kualitatif studi kasus gunman incident” (Asmussen & creswell,
19950, para peneliti mengumpulkan data-data dari sedikit individu di kampus yang
35
mewakili konsituent yang berbeda (misalnya para administrator, para konselor, para
“pakar”; paragraf 11). Mereka tidak menggunakan isntrumen yang disusun oleh para
peneliti lain; tapi sebaliknya, mereka mengembangkan sendiri formulir-formulir untuk
keperluan mencatat/merekam informasi – protokol wawancara – selama proyek penelitian
tersebut (lihat paragraf 11). Formulir-formulir ini bersikan pertanyaan-pertanyaan umum
sehingga para konstituent tersebut bisa memberikan
respon mereka masing-masing
terhadap pertanyaan-pertanyaan umum dimaksud. Mereka juga membuat catatan-catatan
observasi tentang ruang kelas di mana insien-insiden itu terjadi dan mengumpulkan reaksireaksi koran terhadap krisis tersebut.
Menganalisis dan Memberikan Interpretasi terhadap Data
Dalam penelitian kuantitatif,
Dalam penelitian kualitatif,
 Analisis data cenderung mencakup  Analisis data cenderung mencakup
analisis statistik
analisis teks
 Analisis data cenderung mencakup  Analisis data cenderung mencakup
mendeskripsikan
kecenderungan,
pengembangan deskripsi dan tema
membandingkan
perbedaan-perbedaan
kelompok, atau mengaitkan variabelvariabel
 Interpretasi
cenderung
mencakup  Interpretasi
cenderung
mencakup
perbandingan hasil dengan prediksi awal
merumuskan makna yang lebih luas dari
dan penelitian terdahulu
temuan-temuan
Dalam penelitian kuantitatif, anda menganalisis data-data dengan menggunakan
prosedur-prosedur matematis, disebut statistik. Analisis ini terdiri dari memilah-milah data
menjadi bahagian-bahagian dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Prosedurprosedur statistik seperti membandingkan kelompok-kelompok atau mengait-ngaitkan skor
masing-masing individu dalam rangka mencari informasi guna menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji hipotesis. Anda kemudian memberikan interpretasi terhadap hasilhasil analisis data ini dalam kerangka prediksi awal atau penelitian sebelumnya.
Interpretasi ini merupakan penjelasan berkenaan dengan kenapa hasil-hasilnya jadi seperti
itu, dan sering anda menjelaskan bagaimana hasil-hasil tersebut mendukung atau
membantah prediksi yang diharapkan di dalam penelitian.
Contoh, dalam penelitian keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005), para
peneliti mengumpulkan respon-respon dari orang tua siswa sekolah menengah berupa skor
yang dihasilkan oleh instrumen survai. Survai memiliki pertanyaan yang terkait dengan
masing-masing kedelapan faktor (konstruk) dan outcome measures (variabel terikat)
36
seperti diperlihatkan oleh Tabel 2. Untuk mengkaji hubungan antara faktor-faktor tersebut
dengan keterlibatan orang tua, para peneliti tidak menggunakan semua butir-butir angket
survai itu karena beberapa butir bukanlah merupakan ukuran yang bagus untuk faktorfaktor tersebut. Seperti dibicarakan dalam paragraf 17, mereka menggunakan program
statistik (yakni analisis faktor) untuk membantu mereka mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan yang paling penting untuk masing-masing keempat skala yang membangun
butir-butir (faktor-faktor) di dalam penelitian tersebut. Dengan berkurangnya jumlah
pertanyaan untuk masing-masing keempat faktor dalam penelitian ini, mereka kemudian
melakukan analisis deskriptif (yakni rata-rata dan deviasi standar seperti diperlihatkan
oleh Tabel 3), dan menggunakan program statistik untuk analisis statistik regresi guna
memprediksi apakah kontrol atau butir-butir personal (pribadi) atau keempat prdiktor
mampu menjelaskan secara lebih baik variasi yang ada pada skor keterlibatan orang tua.
Dari Tabel 4 dan 5, kita melihat variabel-variabel apa saja yang mampu menjelaskan
variasi yang terdapat pada masing-masing kelas (kelas 7, 8, dan 9) dan untuk kedua
outcome measures, keterlibatan orang di rumah dan keterlibatan orang tua di sekolah.
Singkatnya, para peneliti menggunakan analisis statistik yang terdiri dari tiga fase; analisis
faktor, analisis deskriptif, dan analisis regresi. Tujuan akhirnya adalah mengaitkan
variabel-variabel untuk melihat prediktor-pridiktor apa saja (demografis, atau keempat
faktor) mampu menjelaskan secara lebih baik keterlibatan orang tua. Kemudian, pada
bahagian implikasi dari laporan penelitian (artikel) ini (paragraf 44 – 45), para peneliti
membahas hasil-hasil utama penelitian dan membandingkan hasil-hasil ini dengan hasilhasil dar penelitian-penelitian lain yang ditemukan di dalam bahan kepustkaan.
Dalam penelitian kualitatif, karena data-data penelitiannya terdiri dari kata-kata atau
gambar-gambar, pendekatan berbeda dalam analisis data perlu diterapkan. Biasanya, anda
menghimpun data base berbentuk teks, sehingga analisis teks terdiri dari memilah-milah
teks itu ke dalam kelompok-kelompok kalimat, yang disebut segmen-segmen teks, dan
menentukan makna dari masimg-masing kelompok kalimat tersebut. Dari pada
menggunakan statistik, anda menganalisis kata-kata atau gambar-gambar itu untuk bisa
mendeskripsikan fenomena sentral yang diteliti. Hasilnya bisa berupa deskripsi tentang
orang-orang atau tempat tertentu. Pada beberapa penelitian kualitatif tertentu, keseluruhan
laporan pada umumnya merupakan deskripsi panjang tentang beberapa orang individu.
Hasil-hasilnya
juga
mencakup
tema-tema
atau
kategori-kategori
umum
yang
mencerminkan temuan-temuan penelitian. Pada penelitian kualitatif di mana anda tidak
hanya mendeskripsikan individu-individu tapi juga mengidentifikasi tema-tema, gambaran
37
yang kaya nuansa dan penuh kerumitan akan juga muncul atau mencuat. Dari gambaran
yang rumit ini, anda membuat interpretasi berkenaan dengan makna data dengan jalan
mengadakan refleksi tentang bagaimana temuan-temuan tersebut terkait dengan penelitian
terdahulu; dengan melakukan refleksi pribadi tentang signifikansi dari pelajaran yang
dapat ditarik dari penelitian ini; atau dengan jalan menyimpulkan makna-makna yang
lebih luas dan lebih abstrak.
Para peneliti pada penelitian kualiatatif berbentuk studi kasus “gunman incident”
menggunakan prosedur-prosedur analisis dan interpretasi seperti ini (Asmussen &
Creswell, 1995). Mereka melakukan tinjauan terhadap data-data teks yang terdiri dari
transkrip wawancara, cacatan-catatan tertulis dari observasi, dan dokumen-dokumen,
termasuk berita-berita surat kabar. Mereka juga memiliki rekaman video dari berita-berita
konferensi yang difilemkan langsung setelah insiden terjadi (lihat paragraf 11 untuk
sumber data). Dari data-data (berbentuk kata-kara dan gambar-gambar), para peneliti
mula-mula mendeskripsikan secara kronologis peristiwa-peristiwa selama dua minggu
setelah insiden terjadi (paragraf 04 – 10). Kemudian mereka mengidentifikasi tema-tema
atau kategoru-kategori seperti “Penolakan” (paragraf 13). Tema-tema lain yang
diungkapkan adalah kemanan dan perencanaan kampus. Akirnya, pada bahagian
pembahasan di akhir laporan (artikel), para peneliti memberikan interpretasi terhadap
makna-makna yang lebih luas dari deskripsi dan tema-tema yang mereka buat (paragraf
35), dengan menyebutkan bahwa tema-tema tersebut sesuai dengan perspektif-perspektif
ilmu-ilmu sosial psikologi dan psikologi sosial. Pada epilog (paragraf 38), para peneliti
menunjukkan jati diri mereka sediri dengan memberikan komentar-komentar pribadi
mereka berkenaan dengan insiden dimaksud. Para peneliti kualitatf biasanya
memperlihakan diri mereka sendiri dengan cara-cara tertentu di dalam laporan penelitian,
seperti terlihat dalam penulisan epilog, melaporkan pengalaman-pengalaman mereka
sendiri ketika mereka membahas prosedur, atau menjalin pengalaman-pengalaman pribadi
mereka ke dalam kesimpulan.
Melaporkan dan Mengevaluasi Penelitian
Dalam penelitian kualitatif:
Dalam penelitian kualitatif,
 Laporan
penelitian
cenderung  Laporan
penelitian
cenderung
menggunakan struktur (format) yang
menggunakan struktur (format) dan
sudah standar dan tetap
keriteria evaluasi yang fleksibel dan
mencuat begitu saja
38
 Para peneliti cenderung menerapkan  Para peneliti cenderung menerapkan
pendekatan yang objektif dan tanpa bias
pendekatan yang subjektif (refleksif) dan
bias
Dalam penelitian kuantitatif, format penelitian secara keseluruhan mengikuti pola
yang sudah baku (tetap): pendahuluan, tinjauan (bahan) kepustakaan, metoda, hasil
penelitian, dan pembahasan. Format ini menghasilkan struktur tang sudah standar untuk
semua penelitian kuantitatif. Tambahan lagi, ia juga menjurus pada kriteria khusus yang
boleh jadi anda gunakan untuk menilai kualitas laporan penelitian kuantitatif. Contoh,
anda mungkin melakukan penilaian terhadap suatu penelitian kuantitatif untuk melihat
apakah tinjauan
kepustakaannya sudah ekstensif, apakah pertanyaan dan hipotesis
penelitiannya sudah bagus, apakah prosedur-prosedur pengumpulan datanya sudah
rigorous dan impartial, apakah analisis statistik yang digunakan sudah tepat; dan apakah
interpretasi dilakukan dan mengalir secara wajar dari data-data.
Dalam penelitian kualitatif, anda juga menggunakan perosedur-prosedur untuk
menjamin bahwa bias dan nilai yang secara pribadi anda anut tidak berpengaruh terhadap
hasil-hasil penelitian. Anda menggunakan instrumen yang dari penggunaannya pada masa
lalu sudah terbukti valid dan reliabel. Anda merancang penelitian dalam rangka
mengontrol semua variabel yang boleh jadi mengandung bias. Akhirnya, anda laporkan
hasil penelitian anda tanpa mengacu pada diri anda sendiri atau pada rekasi-reaksi pribadi
anda sendiri.
Dalam penelitian kuantitatif keterlibatan orang tua (Deslndes & Bertrand, 2005),
para peneliti membagi penelitiannya atas bahagian-bahagian yang sudah standar yang
biasanya ditemukan pada penelitian-penelitian kuantitatif. Penelitian mulai dengan
pendahuluan yang mencakup tinjauan kepustakaan dan tujuan penelitian dan pertanyaanpertanyaan penelitian (lihat paragraf 01 – 13), metoda penelitian (lihat paragraf 14 – 24),
hasil-hasil penelitian (lihat paragraf 25 – 31), pembahasan (lihat paragraf 32 – 43), dan,
akhirnya implikasi dan keterbatasan penelitian (paragraf 44 – 49). Keseluruhan laporan
penelitian
memperlihatkan
nuansa-nuansa
objektivitas,
impersonalitas
(ketidakberpihakan), dan tidak membawa bias dan pendapat mereka sendiri ke dalam
laporan penelitian. Mereka menggunakan instrumen-instrumen yang sudah terbukti
keandalan dan kesahihannya dalam mengukur variabel-variabel penelitian (lihat paragraf
18 – 19), dan mereka memanfaatkan berbagai prosedur statistik (lihat paragraf 17 – 25)
dalam rangka membangun objektivitas penelitian.
39
Walaupun demikian, dalam penelitian kualitatif, anda menggunakan bermacam
ragam format untuk melaporkan penelitian anda. Walaupun bentuk umum secara
menyeluruh mengikuti langkah-langkah standar dalam proses penelitian, urutan dari”
bahagian-bahagian” penelitian cenderung bervariasi dari satu penelitian kualitatif ke
penelitian kualitatf lainnya. Sebuah peelitian boleh jadi mulai dengan narasi pribadi dan
panjang yang diceritakan dalam bentuk cerita atau dengan bentuk laporan yang lebih
objektif dan ilmiah seperti penelitian kuantitatif. Dengan variasi seperti itu, tidaklah
mengherankan bahwa standar untuk mengevaluasi laporan penelitian kualitatif juga
fleksibel. Walaupun demikian, laporan penelitian kualitatif yang baik harus realistik dan
persuasif untuk meyakinkan para pembaca bahwa penelitian tersebut merupakan sebuah
karya yang akurat dan kredibel. Laporan penelitian kualitatif biasanya mencakup
pengumpulan data yang ekestensif disebabkan oleh rumitnya fenomena atau proses yang
diteliti. Analisis data memperlihatkan deskripsi dan tema dan kesalinghubungan antara
tema-tema. Disamping itu, andapun perlu membahas peranan dan posisi anda di dalam
penelitian, yakni harus bersifat refleksif (reflexivity bermakna bahwa para peneliti
mengadakan refleksi yang di dalamnya akan tercermin bias, nilai atau asumsi yang
mungkin dipegang oleh para peneliti) dan ini harus terlihat dalam laporan penelitiannya.
Mereka
juga
harus
terlibat
membahas
pengalaman-pengalaman
pribadi
dan
mengidentifikasi bagaimana mereka berkolaborasi dengan para partisipan selama fase-fase
penelitian. Anda mungkin juga harus mendiskusikan bagaimana pengalaman-pengalaman
pribadi dan latar belakang anda, seperti persektif orang Asia-America (orang Amerika
yang berlatar belakang Asia) berpengaruh terhadap intepretasi dan kesimpulan hasil-hasil
penelitian.
Dalam studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), para peneliti
menggunakan struktur yang lebih ilmiah ketimbang struktur “bercerita” . Walaupun
demikian, mereka tidak mengurut “bahagian-bahagan” ilmiah dalam urutan seperti yang
biasanya ditemukan dalam penelitian kuantitatif. Pada peneliti mengemukakan
“temuan’temuan” penelitian mereka lebih awal dalam laporan penelitian mereka ketika
mereka mengisahkan peristiwa-peristiwa yang mengikuti insiden (paragraf 04 – 10),
ketimbang melaporkannya pada bahagian akhir. Mereka juga mengakhiri laporan
penelitian mereka dengan sebuah epilog yang terdiri dari pandangan-pandangan pribadi
oleh kedua peneliti tentang pengalaman mereka terkait dengan kekerasan dan senjata
(paragraf 38). Tambahan lagi, dalam penelitian secara keseluruhan para peneliti sering
menggunakan kata ganti orang pertama yang mengacu pada diri mereka sendiri (yakni
40
kami). Penggunaan kutipan yang sangat ekstensif dari masing-masing individu juga
memberikan aksentuasi pada pendekatan pribadi di dalam penelitian.
Pada titik ini, anda mungkin bertanya apa dan bagaimana penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif memiliki kesamaan:
 Kedua pendekatan mengikuti enam langah dalm poses penelitian
 Pada bahagian masalah penelitian – yang ditemukan pada bahagian pendahuluan
dalam laporan penelitian – baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif memiliki
kesamaan dalam hal isinya, yakni mengungkapkan masalah, menunjukkan
kurangnya bahan kepustakaan yang terkait dengan masalah tersebut, memberikan
justifikasi terhadap perlunya masalah tersebut diteliti. Ini tidak berarti bahwa tipe
masalahnya sama, hanya format laporan masalahnya saja yang sama
 Pada kedua pendekatan, kuantitatif dan kualitatif, anda mengumpukann data
dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumen. Walaupun demikian,
nanti akan kita lihat perbedaan antara tipe-tipe wawancara atau observasi dalam
kedua pendekatan ini.
RANCANGAN PENELITIAN TERKAIT DENGAN
PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Mengetahui langkah-langkah dalam sebuah proses penelitian, dan bahwa prosedurprosedur penelitian dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda dalam setiap
langkahnya tidak cukup. Sebaiknya kita juga harus tahu tentang prosedur-prosedur yang
diikuti dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif atau gabungan keduanya. Research
designs (rancangan penelitian) adalah prosedur spesifik yang diikuti dalam ketiga langkah
terakhir dalam proses penelitian: pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan,
seperti diperlihatkan oleh Diagram 2.2. Rancangan-rancangan penelitian ini berbeda untuk
penelitian kuantitatif dan kualitatif, dan kombinasi keduanya. Walaupun buku ini berisikan
bab-bab yang berbicata tentang delapan rancangan penelitian secara spesifik, bab ini akan
memberikan gambaran singkat tentang masing-masing rancangan tersebut. Gunakan
Diagram 2.2 sebagai petunjuk umum tentang perbedaan diantara masing-masing
rancangan ini.
Rancangan Ekesperimental
41
Beberapa peneliti kuantitatif berupaya menguji apakah sesuatu praktek atau gagasan
pendidikan tertentu membuat individu-individu berbeda. Prosedur-prosedur penelitian
eksperimental secara ideal cocok dengan penelitian seperti itu. Experimental desgins
(rancangan penelitian eksperimental), yang juga disebut penelitian intervensi atau
penelitian perbandingan kelompok) adalah prosedur penelitian kuantitatif di mana peneliti
menentukan apakah sebuah aktivitas atau bahan tertentu membuat para partisipan
penelitian bebeda. Anda menilai pengaruh dengan jalan memberikan serentetan aktivitas
kepada sesuatu kelompok individu (yang disebut intervensi) dan mengontrol/tidak
memberikan kegiatan ini pada kelompok lainnya. Pada bab 11, anda akan mempelajari
hakekat penelitian eksperimental dan prosedur melaksanakannnya secara lebih rinci.
Rancangan Korelasional
Di dalam beberapa penelitian, anda mungkin tidak bisa memberikan intervesi atau
menunjuk para individu untuk menjadi anggota dari sesuatu kelompok. Disamping itu,
anda mungkin memfokuskan diri pada pengujian ada atau tidak adanya asosiasi atau
hubungan antara satu atau lebih variabel ketimbang menguji pengaruh sesuatu kegiatan
atau sesuatu bahan tertentu. Correlational designs (rancangan korelasional) adalah
prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti mengukur derajat asosiasi atau
hubungan antara dua atau lebih variabel dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik,
yakni analisis korelasi. Derajat asosiasi atau hubungan ini, dinyatakan sebagai sebuah
angka, menyatakan apakah dua variabel berhubungan atau apakah satu variabel bisa
memprediksi variabel lainnya. Untuk bisa melakukan ini, anda meneliti satu kelompok
individu ketimbang dua atau lebih kelompok seperti hanya dalam rancangan penelitian
eksperimental. Bab 12 akan berbicara secara lebih rinci tentang prosedur melaksanakan
penelitian korelasional.
Rancangan Survai
Dalam bentuk lain dari penelitian kuantitatif, anda boleh jadi tidak ingin mengetes
sebuah aktivitas atau bahan/materi atau tidak tertarik pada asosiasi diantara varaibelvariabel. Sebaliknya, anda berkeinginan mendeskripsikan kecenderungan pada sebuah
populasi individu yang besar. Dalam hal ini, survai merupakan sebuah prosedur yang baik
atau cocok digunakan. Survey designs (rancangan survai) adalah sebuah prosedur dalam
penelitian kuantitatif, di mana anda mengedarkan angket kepada sekelompok kecil orang
(yang disebut sampel) untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam hal sikap, pendapat,
42
perilaku, atau karakteristik dari sejumlah besar orang (disebut populasi). Bab 13
membahas tujuan dan rancangan dari penelitian survai.
Rancangan Penelitian Terori Grounded (Alas)
Dari pada meneliti sebuah kelompok tunggal, anda mungkin mengkaji sejumlah
individu yang semuanya sudah mengalami sesuatu perbuatan/tindakan, interaksi, atau
proses. Grounded theory designs (rancangan penelitian teori grounded/alas) adalah
prosedur-prosedur penelitian kualitatif yang sistematis yang digunakan oleh para peneliti
untuk menghasilkan penjelasan umum (yang disebut teori grounded) yang menjelaskan
sebuah proses, tindakan, atau interaksi antara orang. Prosedur untuk mengembangkan teori
ini mencakup pengumpulan data-data
yang terutama sekali melalui wawancara,
mengembangkan dan mengaitkan kategori-kategori (atau tema-tema) yang dikandung oleh
informasi, dan kemudian menyusun sebuah diagram atau model visual yang
memperlihatkan penjelasan umum. Dengan cara ini, penjelasan dikatakan “is grounded”
(bertumpu) pada data yang diberikan oleh para partisipan. Bab 14 berbicara tentang
bagaimana merancang dan melaksanakan penelitian teori grounded/alas.
Rancangan Etnografis
Anda boleh jadi tertarik meneliti sebuah kelompok individu, dengan meneliti mereka
di dalam seting di mana mereka hidup dan bekerja, dan dalam rangka mengembangkan
sebuah potret tentang bagaimana mereka berinteraksi. Sebuah penelitian etnografis sangat
cocok untuk tujuan ini. Ethnographic designs (rancangan etnografis) adalah prosedur
penelitian kualitatif yang mendeskripsikan, menganalisis, dan memberikan interpretasi
terhadap sebuah kelompok budaya yang memiliki pola-pola bertingkah laku, berkeyakinan
dan berbahasa yang sama yang sudah terbentuk dalam jangka waktu tertetu. Dalam
etnografi, para peneliti memberikan gambaran yang rinci tentang kelompok yang
berbudaya sama dengan menggunakan berbagai sjumber infromasi. Si etnografer juga
mendeskripsikan kelompok tersebut dalam setingnya, menelusuri tema-tema ata isu-isu
yang sudah terbentuk untuk jangka waktu tertentu sebagai kelompok ketika berinteraksi,
dan membangun potret yang rinci tentang kelompmdimaksud. Bab 15 mengidentifikasi
prosedur-prosedur yang diikuti dalam melaksanakan sebuah penelitian berancangan
etnografis.
Rancangan Penelitian Naratif
43
Anda boleh jadi tidak tertarik untuk mendeskripsikan dan membuat interpretasi
terhadap tingkah laku atau gagasan-gagasan kelompok, atau untuk mngembangkan sebuah
penjelasan yang grounded pada pengalaman-pengalaman para individu yang jumlahnya
banyak. Sebaliknya, anda berkeinginan untuk mengisahkan cerita-cerita tentang seseorang
atau lebih individu. Narrative research designs (rancangan penelitian naratif) adalah
prosedur penelitian kualitatif di mana para peneliti mendeskripisikan kehidupan individuindividu, mengumpulkan dan menceritakan kisah-kisah tentang kehidupan individuindividu ini, dan menuliskan narasi berkenaan dengan pengalaman-pengalaman mereka.
Di dalam dunia pendidikan, kisah-kisah ini terkait dengan pengelaman-pengalaman
mengajar di dalam kelas atau aktivitas-aktvitas di sekolah. Prosedur-prosedu yang diikuti
dalam melaksanakan penelitian naratif akan dibahas pada bab 16.
Rancangan Metoda Gabungan
Anda nemutuskan utuk mengumpukan tidak hanya data-data kuantitatif tapi juga
data-data kualitatif (yakni data-data berbentuk teks dan berbentuk gambar). Argumentasi
inti untuk rancangan metoda gabungan ini adalah bahwa kombinasi kedua bentuk data ini
akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu masalah penelitian
ketimbang masing-masing cuma data-data kuantitatif atau data-data kualitatif saja. Mixed
methods designs (rancangan metoda gabungan) adalah prosedur pengumpulan, analisis,
dan penggabungan kedua bentuk data-data kuantitatif dan data-data kualitatif dalam
sebuah peneitian atau di dalam serangkaian penelitian berbentuk jamak. Di dalam proses
penelitian seperti ini, anda perlu menetapkan penekanan yang akan diberikan kepada
masing-masing bentuk data (pemberian prioritas), bentuk data mana yang mula-mula
dikumpulkan (serentak atau berurutan), bagaimana anda akan “menggabungkan” data-data
itu (memadukannya atau mengaitkannya), dan apakah anda akan menggunakan lensa
advokatif (seperti misalnya lensa feminist, atau teori kelas) dalam rangka memberikan
arahan terhadap penelitian anda. Bab 17 akan melakukan tinjauan terhadap rancangan
metoda gabungan yang terkini.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Seperti hanya penelitian berancangan metoda gabungan, penelitian tindakan kelas
memanfaatkan dua-duanya: data-data kuanttatif dan data-data kualitatif, akan tetapi
fokusnya lebih pada prosedur-prosedur yang berguna dalam menangani masalah-masalah
praktis di sekolah dan di dalam kelas. Action research designs (rancangan penelitian
44
tindakan kelas) adalah prosedur-prosedur sistematis yang digunakan oleh para guru (atau
individu-individu lain dalam seting kependidikan), untuk mengumpulkan data-data
kuantitatif dan kualitatif dalam upaya melakukan perbaikan dalam seting kependidikan,
kepengajaran, dan pembelajaran bagi ara siswa mereka. Pada beberapa penelitian tindakan
kelas, anda menangani dan mencari solusi terhadap masalah-masalah praktis dan bersifat
lokal, seperti isu berkenaan dengan disiplin kelas bagi seorang guru. Dalam penelitian
lainnya, tujuan anda berkemungkinan untuk memberdayakan, mentransformasikan, dan
mengemansipasikan individu-individu di dalam seting kependidikan. Bab 18 akan
mengidentifikasi prosedur-prosedur yang digunakan dalam melakukan penelitian tindakan
kelas.
BAGAIMANA MEMILIH ANTARA PENDEKATAN KUANTITATIF
ATAU PENDEKATAN KUALITATIF?
Dengan perbedaan dan persamaan antara penelitian
kuantitatif dan pendekatan
kualitatif dalam benak kita, disamping berbedanya prosedur dan rancangan yang
digunakan dalam melaksanakan penelitian, bagaimana anda memutuskan apakah akan
menggunakan pendekatan kuantitatif atau penelitian kualitatif (atau semacam kombinasi)?
Untuk itu, pertimbangkan tiga hal penting:
Sesuaikan Pendekatan anda dengan Masalah Penelitian
Faktor yang paling penting yang harus anda pertimbangkan dalam mengambil
keputusan adalah bahwa anda harus menyesuaikan pendekatan kuantitatif atau pendekatan
kualitatif dengan masalah penelitian. Ingat bahwa masalah-masalah yang paling cocok
diteliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah masalah-masalah di mana
kecenderungan atau penjelasan perlu dibuat. Bagi penelitian kualitatif, masalahnya perlu
ditelusuri guna mendapatkan pemahaman yang mendalam. Rancangan dengan metoda
bagungan mengupayakan keduanya: kecedenrungan dan penjelasan serta eksplorasi atau
pemahaman yang mendalam.
Dalam penelitian tentang keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand, 2005),
minat para peneliti muncul berkat adanya kebutuhan untuk memberikan penjelasan yang
lebih baik tentang fakotr-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan orang tua untuk
terlibat dalam pendidikan anak-anak remaja mereka. Apabila prediksi dierlukan, para
peneliti menggunaan penelitian kuantitatif. Sebaliknya, dalam penelitian kualitatif
berbentuk studi kasus tentang “gunman incident” )Asmussen & Creswell, 1995), para
45
peneliti berupaya memahami bagaimana perrsonalia kampus memberi respon terhadap
insiden selama dlapan bulan setelah insiden terjadi. Apabila sebuah eksplorasi diperlukan
diperlukan, dan di mana semua kerumitan dari sebuah situasi memerlukan eksplorasi, para
peneliti akan meggunakan penelitian kualitatif. Mengespklorasi berada pada satu ujung
yang berbda dari sebuah kontinum (lihat Diagram 2.1 mulai dari penjelasan tentang
dampak dari prediktor yang sudah diketahui dan mengukur dampaknya.
Sesuaikan Pendekatan anda dengan Audiencenya
Faktor kedua yang harus anda pertimbangkan dalam mengambil keputusan adalah
audience kepada siapa anda menulis laporan penelitian anda. Para pendidik menulis untuk
berbagai audience, seperti pembuat kebijakan, para dosen dan panita unjain pasca sarana,
para redaktur dan dewan penyelia, evaluator proposal untuk mendapatkan bantuan dana,
individu-individu di sekolah atau seting-seting kependidikan yang akan membaca dan b
arangkali menggunakan temuan-temuan penelitian. Penelitian kuantitatif boleh jadi akan
jauh lebih dikenal oleh para pendidik dewasa ini yang sudah terlatih dalam penelitian
eksperimental, rancangan survai, dan prosedur-prosedur statistik. Walapun demikian,
penelitian kualitatif dewasa ini menarik banyak pengikut, dan melalui buku-buku, artikelartiekl, konferensi-konferensi dan loka-loka karya, para pendidik bisa mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang penelitian kualitatif ketimbang beberapa tahun yang
lalu. Apabila mahasiswa memilih menggunakan penelitian kualitatif, mereka boleh jadi
perlu mendidik para pembacanya tentang karakteristik mendasar dari penelitian kualitatf.
Apabila pendidikan seperti ini memang dipelrukan, ia mungkin perlu dilakukan melalui
pembicaraan yang panjang tentang metoda (atau melalui presentasi kepada para audience),
atau melalui referensi-referensi terhadap bacan-bacaan kunci tentang laporan penelitian
kualitatif. Walaupun demikian, keperluan untuk melakukan ini, kelihatannya masih jarang
terjadi.
Kaitkan Pendekatan dengan Pengalaman anda
Pilih pendekatan atas dasar pengalaman pribadi dan pelatihan yang pernah diikuti
sebelumnya. Melakukan penelitian baik penelitian kuantitatif atau kualitatif memerlukan
ketrampilan-ketrampilan dalam hal mengkonsptualisasikan penelitian, melaksanakan
penelitian,
dan
menulis
laporan
penelitian.
Penelitian
kuantitatif
biasanya
mempersyaratkan beberapa mata kuliah atau pelatihan tentang pengukuran, statistik, dan
tekhnik-tekhnik pengumpulan data-data kuantitatif, seperti ekserimental, korelasional, atau
46
tekhnik-tekhnik survai. Para peneliti kualitatif perlu memiliki pengalaman dalam
melaksanakan penelitian lapangan di mana mereka harus mempraktekkan pengumpulan
informasi dalam sebuah seting dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan mengobsrvasi
dan mewawancarai para individu. Perkuliahan atau pengalaman dalam menganalsis datadata berbentuk teks juga membantu. Dengan demikian, pilihan terhadap pendekatan
penelitian seharusnya terkait dengan ketrampilan-ketrampilan, dan penggalamanpengalaman pribadi si peneliti sendiri.
MENGKAJI PENELITIAN KETRRLIBATAN ORANG TUA
DAN STUDI KASUS “GUNMAN INCIDENT”
Mari kita tinjau penelitian tentag keterlibatan orang tua (Deslandes & Bertrand,
2005) dan studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995).
Mari kita sarikan dulu tujuan umum dari penelitian kuantitatif keterlibatan orang tua
(Deslandes & Bertrand, 2005). Para peneliti mulai dengan sebuah model dari kepustakaan
tentang faktor-faktor yang cenderung berpengaruh terhadap keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak-anak remaja mereka di sekolah menengah. Mereka memfokuskan pada
empat faktor dan mengadaptasikan instrumen untuk mengukur masing-masing keempat
faktor dan keterlibatan orang tua. Mereka kemudian mengumpulkan data-data dengan
menggunakan instrumen dari sejumlah sampel orang tua. Sebelum mereka menganalisis
dampak dari masing-masing keempat faktor tersebut (dan juga variabel-variabel latar
belakang), mereka kurangi jumlah butir-butir pertanyaan tentang keempat faktor tersebut
dan kemudian memberikan deskripsi tentang sampel. Mereka kemudian membahas hasilhasil penelitian berkenaan dengan prediktor-prediktor mana yang paling baik menjelaskan
dua jenis keterlibatan orang tua – keterlibatan di dan di rumah. Dengan hasil-hasil
tersebut, mereka kemudian membandingkannya dengan penelitian-penelitian lain untuk
memperlihatkan bagaimana temuan-temuan mereka tersebut sama atau berbeda dengan
penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini memberikan ilustrasi tentang penelitian
kuantitatif.
Mari kita kembali pada penelitian kualitatif tentang studi kasus “gunman incident”
(Asmussen & Creswell, 1995). Dampak dari potensi kekerasan terhadap kampus
perguruan tinggi merupakan fokus dari penelitian kualitatf tersebut.
47
48
Download