elektronika - laboratorium fisika

advertisement
PANDUAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA
LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
MODUL I
KARAKTERISTIK DIODA
I. Tujuan Percobaan
Memahami prinsip kerja dari dioda dan karakteristiknya.
II. Alat dan Bahan
1. Breadboard
4. Multimeter
2. Power supply
5. Kabel penghubung
3. Dioda
III. Teori Dasar
Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub
positif yang disebut anoda dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik
DC hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda dan tidak dapat mengalir dari
katoda ke anoda. Fungsi dioda secara umum adalah sebagai penyearah arus
listrik, oleh sebab itu dioda umum digunakan sebagai pengubah arus AC
menjadi arus DC.
Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai
penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan
menjadi katode. Berdasar pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya,
dioda bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode
mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan
negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan
tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi
tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-konseptual. Pada dioda faktual (riil),
perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk dioda yang terbuat dari bahan
silikon) pada anode terhadap katode agar dioda dapat menghantarkan arus
listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier
voltage). Dioda yang terbuat dari bahan Germanium memiliki tegangan halang
kira-kira 0,3V.
Kaki positif
(anoda)
P
Kaki negatif (Katoda)
N
.
Semikonduktor tipe P
Semikonduktor tipe N
sambungan (juction)
Gambar 1. Bagian-bagian dioda Dioda
terbagi menjadi beberapa macam antara lain :
1. Dioda silikon
Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak
digunakan sebagai penyerah arus AC ke DC.
2. Cristal dioda (Cat’s Whisker)
Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio
sebagai alat demodulasi.
3. Varactor dioda
Varactor dioda adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik
4. Silicon Controler Rectifier (SCR)
SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila
dibandingkan dengan varaktor
5. Photodioda
Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor
6. Laser dioda
Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar
menjadi cahaya monokromatik yang koheren
7. Dioda Zener
Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik,
dioda zener memiliki tegangan breakdown yang rendah.
8. Light emitting Dioda (LED)
LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya
9. Gunn dioda
Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam mikrowave
10. Thermal dioda
Thermal dioda adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur
dengan mengatur besarnya tegangan yang melawatinya. Dioda ini banyak
digunakan dalam sistem pendingin termoelektrik.
Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran
sebuah dioda dinyatakan dalam satuan berapa kuat arus dan tegangan
maksimum yang dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran ukuran dioda
dinyatakan dalam bentuk no tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik
yang membuatnya. Contoh tipetipe dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15
dan sebagainya.
Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :
Forward Voltage (Panjar Maju)
Dioda berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah
saja. Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi untuk membuka pintu
dan melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda.
Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus listrik melewati
dioda (yang terbuat dari silikon). Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut
forward voltage.
Reverse Voltage (Panjar Mundur)
Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah
yang berlawanan (dengan panah pada simbol dioda). Namun, secara praktis
terdapat kebocoran, yaitu ada arus dilewatkan maksimum sebesar beberapa
μA meski dapat diabaikan. Tegangan balik maksimum (maximum reverse
voltage) sebesar 50V atau lebih adalah nilai maksimum tegangan (dengan
arah arus berlawanan) yang masih dapat ditahan oleh dioda. Bila tegangan
balik melebihi rating tegangan balik maksimum ini maka dioda akan rusak,
kebocoran arus.
Dioda Signal
Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus
kecil, yaitu hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148
yang terbuat dari bahan silikon.
Dioda Rectifier
Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda
tersebut berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating
maksimum arus yang dapat dilewatkan sama dengan 1A atau lebih besar dan
maximum reverse voltage sama dengan 50V atau lebih besar .
Dioda Zener
Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang
tetap ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse
voltage, meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah breakdown
maka tegangan dioda zener tersebut akan tetap.
Karakteristik Dioda
Kita dapat menyelidiki karakteristik statik dioda, dengan cara
memasang dioda seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor.
Kurva karakteristik statik dioda merupakan merukan fungsi dari arus ID,
arus yang melalui dioda terhadap tegangan VD, beda tegangan antara titik
a dan b ( lihat gambar 2).
Gambar 2. Kurva Karakteristik Dioda
Karakteristik ststik dioda dapat diperoleh dengan mengukur tegangan
dioda Vab dan arus yang melalui dioda yaitu ID. Dapat diubah dengan dua cara
yaitu mengubah VDD. Bila arus dioda ID kita plotkan terhadap tegangan dioda
Vab, kita peroleh karakteristik dioda. Bila anoda berada pada tegangan lebih
tinggi daripada tegangan katoda (VD positif) dioda dikatakan mendapatkan bias
forward.Bila VD negatif disebut bias reverse atau bias mundur. Dioda yang
biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara berlawanan jika
dicatu-balik (reversebiased) di bawah tegangan rusaknya. Jika melampaui batas
tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik
yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel jika dilakukan
dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah
gambar panah), dioda ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage)
sekitar 0.6 Volt yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini tergantung
dari jenis dioda yang dipakai.
IV. Prosedur Percobaan
1. Karakteristik Dioda
a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3 di bawah ini menggunakan
breadboard.
b. Atur resistor variabel (potensiometer) untuk mendapatkan nilai tegangan dc
sebesar 1
V, 1.2 V, 1.4 V, 1.6 V dan 1.8 V
c. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian dioda untuk setiap tegangan
yang diberikan. Masukkan datanya ke dalam tabel 1.
d. Buat grafik hubungan arus dengan tegangan berdasarkan data tersebut.
e. Posisikan resistor variabel sehingga didapat nilai tegangan sebesar 0 Volt.
f. Pasangan Voltmeter dan Ampermeter pada dioda.
e. Naikkan perlahan nilai tegangan dengan merubah resistor variabel hingga nilai
maksimum yang didapat.
g. Catat arus dan tegangan dioda.
h. Buatlah grafik arus dengan tegangan, amati perubahan nilai tegangan jatuh
pada dioda. Tarik kesimpulan dari fenomena tersebut.
Tabel Pengamatan
No
Arus
Tegangan
1
2
3
4
5
Gambar 3. Rangkaian Dioda 2.
Dioda Zener
a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut.
b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
c. Atur nilai V dc pada nilai 4 Volt, tutup saklar. Ukur nilai arus yang mengalir dan
tegangan pada dioda zener, catat harga yang didapat
d. Ulangi prosedur percobaan diatas untuk nilai 2 V, 3V, 4V, 5V dan 6V, catat harga
yang didapat.
e. Balik polaritas dari dioda zener, ukur arus dan tegangan zener untuk tegangan
sumber 4V dan 5V.
3. LED
a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut,
b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum
c. Biarkan S1 dalam posisi terbuka, naikan perlahan nilai V AC variabel (pada posisi
R2 minimum), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan
atas pengamatan tersebut.
d. Setting V AC sebesar 6 Volt, naikan perlahan nilai resistor variabel (R2), amati
perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas fenomena tersebut
dan amati fenomena yang terjadi. Pada V AC 6 Volt ini, balik polaritas dari LED
Merah, ulangin prosedur (e) dan amati fenomena yang terjadi. Kembalikan pada
posisi semula.
e. Tutup saklar S1, lakukan prosedur (d) dan (e). Amati kecemerlangan dari kedua LED
tersebut.
MODUL II
PENGUAT OPERASIONAL
A. Tujuan
 Mempelajari karakteristik penguat
 Menganalisis penguat pembalik OpAmp.
 Menganalisis penguat non pembalik OpAmp.
B. Dasar Teori
Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog
yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp
yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator
dan differensiator.
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian
terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa
konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak
berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp
memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang
kecil. Op-amp memiliki simbol seperti yang terlihat pada gambar (1).
Gambar 1
Simbol Op-Amp
Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan inverting (tanda
minus), masukan noninverting (tanda plus), masukan tegangan positif, masukan tegangan
negatif dan pin keluaran. Di samping pin tersebut terdapat satu pin untuk adjustment.
Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah:
A. Penguat Inverting
Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).
Gambar 2. Rangkaian Penguat Inverting
Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar
180o. Pada rangkaian penguat yang ideal memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama
dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut dapat
diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
dimana i- = 0, maka
Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) sehingga diperoleh
Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda
fasa sebesar 1800 dengan masukannya.
Penguat Non-inverting,
Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).
Gambar 3. Rangkaian Penguat Non-Inverting
Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari
penguat tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat
inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya. Seperti
pada rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan
sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut
dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) sehingga diperoleh
Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting biasanya menggunakan IC
Op-Amp 741. Dengan memahami prinsip kerja dari rangkaian ini, maka rangkaian
pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC (Analog to Digital
Converter), DAC (Digital to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang
lainnya juga dapat dipahami. Berikut datasheet dari IC 741:
Gambar 4. Confiurasi Pin Out Op-Amp741
C. Peralatan yang digunakan 1.
Logic circuit trainer.
2. Kabel seperlunya.
3. Multimeter.
4. Osiloskop.
5. Power Supply, function generator.
6. IC OpAmp 741 dan resistor.
D. Prosedur praktikum
Penguat Pembalik (Inverting)
1. Rangkailah rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 5.1.
XSC1
Ext Trig
+
-15V
_
B
A
XFG1
+
Vee
3
1
+
2
741
2
0
6
0
3
0
_
R2
4
R1
_
7
1
5
Vcc
15V
Gambar 5.1. Rangkaian penguat pembalik OpAmp.
2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 0,5 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 =
10 Kohm.
3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output.
5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout.
Penguat Non Pembalik (Non-Inverting).
1. Rangkailah rangkaian penguat nonpembalik seperti pada gambar 5.2.
XSC1
Ext Trig
+
-15V
_
B
A
3
Vee
R2
_
_
+
1
4
0
+
R1
741
2
0
6
XFG1
3
2
0
7
1
5
Vcc
15V
Gambar 5.2. Rangkaian penguat nonpembalik OpAmp.
2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 1 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 =
10 Kohm.
3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output.
5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout.
E. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Rangkaian Inverting
Tegangan Sumber
Frekuensi
V1=
Penguatan
Hambatan
Penguatan
R1=
R2=
Tabel 1. Rangkaian Non-Inverting
Tegangan Sumber
Frekuensi
V1=
Hambatan
R1=
R2=
MODUL III
TRANSISTOR BIPOLAR
I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui karakteristik transistor bipolar
2. Menentukan pengaruh bias maju dan bias balik pada junction basis-emiter.
3. Menguji dan mengukur penguatan arus pada transistor NPN dan PNP
II. Alat dan Bahan
1. Power supply
2. Transistor BD139
3. Mult meter
4. Resistor
5. Breadboard
6. Kabel penghubung
III. Teori Dasar
Karakteristik Transistor Bipolar
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana transistor bekerja, yaitu
dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Dapat
diperoleh kurva kolektor CE dengan membentuk suatu rangkaian seperti gambar
3.1, yaitu dengan mengubah-ubah tegangan VBB dan VCC untuk memperoleh
tegangan dan arus transistor yang berbeda-beda.
Gambar 3.1 Rangkaian untuk mengatur arus dan tegangan kolektor
Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur yang biasa digunakan yaitu
dengan menentukan suatu nilai dari IB dan menjaganya tetap stabil sambil VCC
diubah. Dengan mengukur IC dan VCE, diperoleh data untuk menggambar grafik IC
dan VCE. Misalkan seperti gambar 3.1, kita tentukan IB konstan sebesar 10 uA.
Kemudian dengan mengubah VCC, dapat terukur hasil IC dan VCE seperti kurva
tergambar pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kurva transistor dengan IB = 10 Ua
Kurva pada gambar 3.2 menggambarkan penjelasan tentang kerja transistor. Jika
VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus koletor sangat kecil.
Untuk VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan
kemudian menjadi hampir konstan. Ini berhubungan dengan gagasan membias
balik dioda kolektor. Dibutuhkan kira-kira 0,7 V untuk membias dioda kolektor.
Jika digambarkan beberapa kurva untuk IB yang berbeda-beda, diperoleh
grafik seperti gambar 3.3. Karena menggunakan transistor dengan βdc kira-kira
100, maka arus kolektor 100 kali lebih besar daripada arus basis. Kurva ini
seringkali disebut kurva kolektor statik karena yang digambarkan arus dan
tegangan DC.
Gambar 3.3 Kurva transistor dengan IB variabel
Juga diperhatikan tegangan breakdown, tegangan breakdown menjadi lebih
kecil pada arus yang lebih besar. Ini berarti bahwa voltage compliance dari
transistor berkurang untuk arus yang lebih besar. Semuanya ini dibutuhkan untuk
mencegah breakdown pada segala keadaan. Ini menjamin bahwa transistor akan
bekerja pada daerah aktif. Bias Transistor
Prinsip dasar transistor bipolar merupakan pengembangan dari dioda, yakni
rangkaian sambungan dua buah dioda. Pada transistor NPN, pembiasan maju dioda
emiter mengendalikan jumlah elektron-elektron bebas yang diinjeksikan ke basis.
Makin besar VBE, maka makin banyak jumlah elektron yang diinjeksikan sehingga arus
yang dapat dihantarkan akan lebih besar.
Bias balik pada dioda kolektor mempunyai pengaruh yang kecil pada
jumlah elektron yang memasuki kolektor. Memperbesar VBE akan mempertinggi
arus kolektor, namun jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan kolektor
akan tetap.
Gambar 3.4 Rangkaian dasar transistor NPN
3.5. Karena dioda emiter dan kolektor menunjuk ke arah berlainan, semua arus dan
tegangan dibalik.
Transistor PNP dikatakan komplemen dari transistor NPN. Kata
“komplemen” menandakan bahwa semua tegangan dan arusnya berlawanan dengan
yang dimiliki transistor NPN. Semua rangkaian NPN mempunyai rangkaian
komplementer. Untuk
mendapatkan trasnsistor PNP komplementer:
1. Gantilah transistor NPN dengan transistor PNP
2. Baliklah semua tegangan dan arusnya
Gambar 3.5 Transistor PNP dan aliran konvensional
Gambar 3.6 memperlihatkan rangkaian transistor PNP komplementer, yang
dilakukan adalah mengkomplemenkan tegangan dan arusnya serta mengganti transistor
NPN dengan PNP.
Gambar 3.6 Rangkaian dasar transistor
PNP III Prosedur Percobaan
Karakteristik Transistor
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 3.7 di bawah ini.
2. Pasang power supply pada VBB = 5 V (variabel) dan VCC = 5 V.
3. Mengatur VBB sebesar 0 V dengan membuka S2.
4. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
5. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
6. Menutup S2, mengatur VBB=0,5 V
7. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1.
8. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1
9. Mengulangi langkah 4-8 dengan nilai RC diubah secara berturut-turut 4 kΩ, 3 kΩ,
dan 2 kΩ.
10. Masing-masing data IB, IC, VRC, VBE, VCE dicatat pada Tabel 3.1.
11. Mengulangi langkah 6-10, namun mengatur VBB secara berturut-turut 4V dan 5 V.
12. Membuat grafik karakteristik transistor IC terhadap VCE dengan masing-masing IB
konstan
Tabel pengamatan
VBB
Rc (kΩ)
0V
5
0,5 V
5
4
3
2
4V
5
4
3
2
5V
5
4
3
2
IB
IC
VBE
VRC
VCE
MODUL IV
DASAR GERBANG LOGIKA dan KOMBINASI
4.1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini, anda diharapkan dapat:
1. Menuliskan hubungan antara masukan dan keluaran pada piranti logika AND, OR, dan
NOT.
2. Menggunakan tabel kebenaran untuk menyatakan hubungan piranti logika tersebut.
3. Dapat membuat suatu logika dengan mengkombinasikan sejumlah piranti logika
lainnya.
4.2. Pendahuluan
Gerbang logika adalah piranti yang mempunyai keluaran dengan dua keadaan.
Dalam logika positif, logika 0 (rendah) mempunyai tingkat tegangan yang rendah. TTL
tegangan ini berkisar 0 sampai dengan 0,5 volt. Logika 1 (tinggi) menggunakan tingkat
tegangan yang paling tinggi. TTL tegangan ini berkisar 2,4 volt sampai dengan 5 volt.
Gerbang logika digunakan untuk melakukan operasi-operasi khusus, seperti: AND,
OR, dan NOT. Hubungan masukan dan keluaran untuk operasi-operasi tersebut biasanya
dituliskan dalam suatu tabel yang disebut tabel kebenaran.
4.3. Alat dan Bahan
1. Bread Board
2. Jumper
3. Sumber Tegangan
4. LED
5. IC 7408 (AND)
6. IC 7432 (OR)
7. IC 7404 (NOT)
4.4. Prosedur Kerja
Percobaan 1
1. Buatlah rangkaian pada breadboard menggunakan IC 7408,IC 7432,IC 7404
2. Ujilah IC tersebut dengan cara memberi masukan – masukan A dan B logika 0 atau 1
sesuai tabel kebenaran.
3. Catatlah dan lengkapi tabel logika keluaran Y yang teramati sesuai dengan penunjukan
LED pada keluaran tersebut.
Tabel 1
a)
b)
c)
d)
A
B
0
0
1
0
0
1
1
1
Y
LED
Percobaan 2
Buatlah rangkaian sesuai Gambar rangkaian menggunakan breadboard
Ujilah rangkaian tersebut dengan cara memberi masukan A logika 0 atau 1 sesuai
dengan tabel kebenaran.
Catatlah logika keluaran X dan Y yang teramati sesuai dengan penunjukkan LED.
Membangun fungsi NOR menggunakan kombinasi Gerbang NAND (Gunakan Tabel 2)
e) Gerbang OR (Gunakan Tabel 3)
Tabel 2
A
B
0
0
1
0
Y
0
1
1
1
Tabel 3
Masukan
Keluaran
A
B
C
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
X
Y
MODUL V
ALJABAR BOOLE
5.1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, diharapkan praktikan dapat:
1. Menggunakan ungkapan aljabar boole dalam rangkaian logika
2. Menyatakan rangkaian-rangkaian logika menggunakan rotasi-rotasi seperti yang
dipakai dalam aljabar boole
5.2. Pendahuluan
Hubungan antara keluaran dan masukan satu atau kombinasu beberapa buah gerbang
dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan boole. Cara ini
memanfaatkan aljabar boole dengan notasi-notasi khusus. Fungsi-fungsi AND, OR, NOT,
dan XOR berturut-turut dinyatakan dengan notasi titik (dot), plus (+), garis atas (over line)
dan O.
5.3. Alat dan Bahan
1. Breadboard
2. Jumper
3. Sumber tegangan
4. IC 7404
5. IC 7408
6. IC 7432
5.4. Prosedur Kerja
a) Buatlah rangkaian seperti pada Gambar a.
b) Ujilah rangkaian tersebut dengan memberikan masukan logika 0 atau 1 sesuai tabel.
c) Catatlah logika keluaran X pada tabel sesuai dengan penunjukan LED.
d) Ulangilah langkah kerja diatas untuk Gambar b, dan catat logika keluaran Y pada tabel.
e) Buatlah kesimpulan mengenai hubungan X dan Y.
1. Hukum Asosiatif
Gambar 1. Rangkaian Hukum Asosiatif
A
B
C
0
0
0
0
0
1
0
1
0
X
Y
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
2. Hukum Idempotent
A
X=
Y=
0
1
Gambar 2. Rangkaian Hukum Idempotent
3. Hukum Komplementasi
Gambar 3. Rangkaian Hukum Komplementasi
A
A
X=
Y=
0
1
4. Hukum Absorbsi
Gambar 4. Rangkaian Hukum Absorbsi
A
B
0
0
0
1
1
0
1
1
X=
Y=
5. Hukum Distribusi
Gambar 5. Rangkaian Hukum Distribusi
MODUL VI
FLIP – FLOP
6.1. Tujuan
1. Menunjukkan cara kerja gerbang NOR dan NAND sebagai rangkaian dasar flip-flop
2. Mengetahui cara kerja dari RS flip-flop, D flip-flop dan Master-Slave JK flip-flop.
6.2. Pendahuluan
Flip flop adalah rangkaian logika yang bersifat sekuensial. Artinya, kondisi yang
dihasilkan oleh keluarannya bergantung pada kondisi masukan sebelumnya. Rangkaian flip
flop pada umumnya digerakkan dengan clock (pulsa).
6.3. Alat dan Bahan
7. Breadboard
8. Jumper
9. Sumber tegangan
10. LED
11. IC 7404
12. IC 7408
13. IC 7432
6.4. Prosedur Kerja
f)
g)
h)
i)
Buatlah rangkaian seperti pada Gambar Rangkaian.
Ujilah rangkaian tersebut dengan memberikan masukan logika 0 atau 1 sesuai tabel.
Catatlah logika keluaran X dan Y pada tabel sesuai dengan penunjukan LED.
Buatlah kesimpulan mengenai hubungan X dan Y.
6. Menggunakan gerbang NOR
Gambar 1. Flip flop menggunakan gerbang NOR
A
B
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
7. Menggunakan gerbang NAND
X
Y
Keterangan
Gambar 2. Rangkaian Flip Flop gerbang NAND
A
B
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
X
Y
Keterangan
8. RS Flip Flop
Gambar 3. Rangkaian Hukum Komplementasi
9. Hukum Absorbsi
Gambar 4. Rangkaian Hukum Absorbsi
A
B
0
0
0
1
1
0
1
1
X=
Y=
10. Hukum Distribusi
Gambar 5. Rangkaian Hukum Distribusi
A
B
C
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
Y=
Tugas Pendahuluan
Modul Elektronika Dasar
1.
2.
3.
4.
Modul I
Apa pengertian dan fungsi dioda?
Sebutkan Jenis-jenis dioda serta fungsinya dalam rangkaian elektronik!
Jelaskan yang dimaksud dengan bias maju, bias mundur, tegangan drop!
Sebutkan
1.
2.
3.
4.
Modul II
Apa yang dimaksud dengan penguat operational (OP AMP)?
Sebutkan golden rules ideal dari op amp yang wajib dipenuhi!
Jelaskan perbedaan penguat inverting dan non inverting!
Apa manfaat rangkaian penguat operational?
1.
2.
3.
Modul III
Sebutkan Jenis-jenis transistor beserta fungsinya!
Jelaskan beberapa keadaan pada rangkaian transistor berikut :
a. Saturasi
b. Cut Off
Bagaimana prinsip kerja dari rangkaian transistor sebagai saklar
Modul IV
1. Buatlah gambar dan tabel kebenaran dari persamaan Logika berikut :
a. Y = (A.B) (A+B)
b. Y = (A.B).C
2. Sederhanakan persamaan Y=AB (B.C) + ABC
3. Buatlah persamaan dan tabel kebenaran dari gambar
Modul V
Tuliskan aturan perkalian untuk masing-masing sifat aljabar boolen!
1.
2.
3.
4.
Modul VI
jelaskan apa yang dimaksud dengan flip flop!
Gambarlah rangkaian RS flip flop serta buatlah tabel kebenarannya!
Gambarlah rangkaian hukum absorbsi menggunakan gerbang AND dan OR serta buat tabel
kenenarannya!
Jelaskan apa itu hukum Distribusi !
Download