GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.id 1 KEINTIMAN (INTIMACY) PADA ORANG YANG BERPACARAN JARAK JAUH USULAN PENELITIAN Kiki Yudistriana (10505104) Abstract—KEINTIMAN (INTIMACY) PADA ORANG YANG BERPACARAN JARAK JAUH Kiki Yudistriana (10505104) Jurusan : Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Seringnya seseorang berhubungan dengan orang lain membuat seseorang tertarik dengan orang lain. Ketertarikaan muncul karena adanya pendekatan sartu sama lainnya baik antara pria dan wanita atau sebaliknya wanita dengan pria. Dalam hal berpacaran ada yang disebut dengan tahap keintiman, yaitu pasangan mengungkapkan diri dan pasangan lebih dekat, seperti adanya kontak fisik. Namun dalam berpacaran pasangan tidak bisa selalu dekat dengan pasangannya ada saat pasangan sekolah atau kerja di luar kota atau luar negeri. Individu yang memilih untuk mengejar pendidikannya diluar negaranya akan mengalami konflik jika pada saat bersamaan ia masih menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Untuk menjaga agar hubungan tetap intim dengan pasangannya gengan cara komunikasi, kepercayaan dan lainlain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keintiman (intimacy) pada orang yang berpacaran jarak jauh. Mengapa elemen keintiman diperlulakan pada orang yang berpacaran jarak jauh, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keintiman pada orang yang berpacaran jarak jauh dan bagaimana proses terjadinya keintiman (intimacy) pada orang yang berpacaran jarak jauh. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini karakteristik subjek adalah remaja berusia 16-19 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mempunyai pacar di luar kota. I. Chapter 1 BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Seringnya seseorang berhubungan dengan orang lain membuat seseorang tertarik dengan orang lain. Dalam berhubungan seseorang dihadapkan pada situasi di mana seseorang berada di tengah orangorang yang di sukai atau sebaliknya. Ketertarikan muncul karena adanya kedekatan satu sama lainnya baik antara pria dan wanita atau sebaliknya wanita dengan pria. Seseorang selalu ingin berhubungan dengan orang lain yang berarti seseorang tertarik pada mereka, atau seseorang ingin menarik mereka. Dalam hal ini muncul istilah menyukai, mencintai, persahabatan dan lainlain hubungan intim yang lain sebagai akibat adanya ketertarikan antar pribadi. Faktor pertama pada saat terjadinya kedekatan fisik (physical proximity) dengan orang lain dapat meningkatkan atau mengurangi kemungkinan bahwa dua individu akan sering mengalami kontak. Kontak yang terusmenerus merupakan dasar awal ketertarikan pada seseorang. Faktor kedua yang sangat penting adalah keadaan afektif (affective state) seseorang. Faktor ketiga seseorang cenderung menyukai orang lain yang dihubungkan dengan emosi positif dan tidak menyukai orang lain yang dihubungkan dengan emosi negatif. Faktor ke empat reaksi emosional terhadap orangorang yang kita temui sebagian ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersepsikan karakteristik yang dapat di amati (observable characteristic). Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang asing dengan komputer membuka suatu dunia interpersonal yang sama sekali baru (Clay Kirn dalam Baron Byrne, 2004) . Dari ke empat faktor, proses ketertarikan dapat bergerak ketahap yang terakhir, yaitu dua orang mulai menemukan sejauh mana 1 2 kesamaan mereka dibandingkan ketidaksamaan sehubungan dengan sikap, keyakinan nilainilai, minat dan banyak hal lainnya. Langkah terakhir muncul jika setiap individu mulai mengekspresikan rasa saling menyukai (mutual liking), baik melalui kata kata atau perbuatan (Baron Byrne, 2004). Erickson (Papalia Olds, 2004) mengatakan perkembangan hubungan intim merupakan tugas yang penting....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) II. Chapter 2 BAB 2 Landasan Teori A. Keintiman 1. Definisi Kata keintiman (intimacy) berasal dari bahasa latin, yaitu intimus yang mempunyai arti dalam atau bagian paling dalam. Dalam beragam bahasa, kata intim mengacu pada kualitas penting dalam diri seseorang. Intim dengan orang lain berarti dekat dengan orang lain (Turner Helms, 1991). Kata intim di Indonesia identik dengan hubungan seks yang disebut dengan hubungan intim (Sarwono dalam Yeniza, 2007). Tetapi lebih dari itu hubungan intim mempresentasikan suatu proses, yang berarti adalah suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka (Atkinson dkk, 1991) (dalam Yeniza, 2007). Keintiman merupakan salah satu dari tiga komponen yang mempunyai peranan penting dalam cinta (Sternberg dalam Papalia Olds, 2004). Sedangkan menurut Atwater (dalam Yeniza, 2007) keintiman merupakan kedekatan dengan orang lain, yang ditandai dengan adanya saling berbagi pemikiran dan perasaan yang terdalam. Papalia and Olds (dalam Papalia Olds, 2004) menyebutkan bahwa keintiman melibatkan adanya perasaan saling memiliki antara pasangan, yang diperlukan untuk membangun hubungan yang kuat, stabil, dekat dan penuh kasih sayang. Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa keintiman (intimacy) adalah 2 GUNADARMA UNIVERSITY LIBRARY : http://library.gunadarma.ac.id kedekatan seseorang dengan orang lain yang didasarkan pada perasaan saling suka antara seseorang dengan orang lain, sayang, rasa memiliki dan cinta pada orang lain. 9 10 2. Dimensi Keintiman Chelune (dalam Turner Helms, 1991) memaparkan beberapa dimensi keintiman yang meliputi : a. Knowledge Pada hubungan yang intim adalah proses mengenal pasangan lebih dalam, aspek subjektif dari lainnya. Perkembangan hubungan yang intim, bersamaan dengan waktu saling mengungkapkan diri tentang informasi pribadi dengan laporan dari penilaian tambahan dari keintiman. Memperlihatkan diri menjadi pusat orang yang penting mampu berbagi semua aspek pada diri mereka dengan orang lain. Juga penting untuk diketahui, mengerti dan menerima orang lain sepenuhnya pada waktu yang sama. Hubungan yang intim, terjadi karena proses bersama dan....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) III. Chapter 3 BAB 3 Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian dalam kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (dalam Moeloeng, 2005) definisi studi kasus adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moeloeng, 2005) mendefinisikan bahwa studi kasus merupakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau pun lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh) Stake menjelaskan (Basuki, 2006) studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk generalisasi. B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek adalah remaja berusia 16-19 tahun dengan jenis kelamin lakilaki/perempuan yang mempunyai pacar berbeda kota dengan pasangannya. 2. Jumlah Sampel Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998), tidak ada aturan yang baku mengenai jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian kulitatif, jumlah sampel sangat 22 23 tergantung pada apa yang diketahui peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Poerwandari (1998) juga mengatakan dengan fokus penelitian pada kedalaman proses, maka penelitian kualitatif cenderung dengan kasus sedikit. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini subjek yang akan diambil adalah 1 (satu) orang. C. Tahap Penelitian Adapun tahap- tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Tahap pencarian subjek Pada tahap ini peneliti mencari subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Kemudian setelah peneliti mencari subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang diambil, maka kemudian peneliti mencari subjek yang bersedia membantu peneliti untuk dimintai keterangan. 2) Tahap persiapan....... For further detail, please visit UG Library (http://library.gunadarma.ac.id) IV. Chapter 4 ....... For further detail, please (http://library.gunadarma.ac.id) visit UG Library UG Library V. Chapter 5 ....... For further detail, please (http://library.gunadarma.ac.id) visit