1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lahir di dunia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak lahir di dunia, manusia telah bergaul dengan sesamanya di
dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Dari pergaulan tersebut,
manusia semakin mengetahui bahwa dalam berbagai hal, dia mempunyai
persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia berbeda
dengan mereka dan mempunyai sifat-sifat khas yang berlaku bagi dirinya
sendiri. Adanya persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut,
lama-lama melahirkan kesadaran pada diri manusia, bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat manusia membutuhkan aturan-aturan yang oleh semua anggota
masyarakat tersebut harus dipatuhi dan ditaati sebagai pegangan atau pedoman
yang mengatur hubungan-hubungan antara manusia satu dengan manusia yang
lainnya, antara masyarakatnya dengan kelompok masyarakat yang lainnya.
Pedoman-pedoman itu biasanya diatur oleh serangkaian nilai-nilai dan kaidahkaidah.
Kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia
dalam masyarakat, bermacam-macam ragamnya. Diantara sekian banyak
kaidah tersebut, hukum merupakan salah satu kaidah yang sangat penting
dalam mengatur segala persoalan yang ada dalam masyarakat. Hal ini didasari
1
2
bahwa hukum harus mampu bersifat sebagai agent of sosial change dan social
control yang terkait erat dengan kehidupan sosial masyarakat.1
Di lain sisi, hukum merupakan refleksi tata nilai yang diyakini oleh
masyarakat sebagai suatu pranata dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Hal ini berarti, bahwa muatan hukum itu seharusnya mampu
menangkap aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang, bukan hanya
bersifat kekinian, namun juga menjadi acuan dalam mengantisipasi
perkembangan sosial, ekonomi dan politik di masa depan.2 Dengan demikian,
hukum itu tidak hanya sebagai norma statis yang hanya mengutamakan
kepastian dan ketertiban, namun juga berkemampuan untuk mendinamisasikan
pemikiran serta merekayasa perilaku masyarakat dalam menggapai cita-cita.
Seiring dengan perubahan masyarakat yang semakin pesat dalam
berbagai sektor kehidupan, dan adanya persaingan dalam dunia bisnis yang
semakin pesat, serta tuntutan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat.
Seringkali terjadi kesenjangan antara teori hukum yang telah ditetapkan
dengan praktek hukum yang dilakukan masyarakat. Salah satu problema
tersebut yaitu menyangkut tentang urusan ekonomi, dalam hal ini yaitu
praktek jual beli yang terjadi dalam masyarakat.
Secara ideal, kegiatan ekonomi adalah solusi yang diberikan oleh
Allah agar manusia bisa memiliki harta, hal ini dilakukan agar manusia bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
1
Pujiano, Hukum Islam dan Dinamika Perkembangan Masyarakat (Jember: Stain Press, 2011), 13
Amrullah Ahmad, SF. Dkk, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta:
Gema Insani Press, 1966), ix.
2
3
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan melakukan
transaksi jual beli. Transaksi jenis ini sangat dianjurkan oleh Islam, karena
selain untuk mencari nafkah sesuai ketentuan Islam, kegiatan ini juga
diharapkan agar manusia bisa saling melengkapi dan membutuhkan antara
satu yang lainnya dalam segala urusan kepentingan hidup, baik dengan cara
jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam, atau dengan bentuk pertukaran
yang lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun kemaslahatan umum.
Oleh karena itu, hukum Islam mengadakan aturan-aturan bagi keperluan dan
membatasi
keinginan
hingga
memungkinkan
manusia
memperoleh
maksudnya tanpa memberi madharat kepada orang lain dan mengadakan
hukum tukar-menukar keperluan antara masyarakat dalam satu jalan yang adil.
Islam memberikan jalan kepada manusia untuk jual beli dengan dasar
penentuan harga untuk menghindari kepicikan, kesukaran dan mendatangkan
kemudahan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Quran surat an-nisa ayat
29, yaitu :
         
              

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
4
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa kegiatan jual beli memiliki landasan
hukum syar’i. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diberi kebebasan untuk
melakukan jual beli, sepanjang jual beli tersebut berdasarkan komitmen suka
sama suka dan berdasarkan prinsip jual beli, maka unsur kerelaan antara
penjual dan pembeli adalah faktor yang paling utama.3
Hal tersebut menegaskan, bahwa kegiatan ekonomi dalam ajaran
Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi
ibadah, karena dalam ajaran Islam kehidupan manusia tidak dapat dipisahpisahkan menjadi kehidupan ruhaniyah semata, tanpa jasmaniyah atau
sebaliknya. Keduanya merupakan satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan.
Dengan kata lain, Islam tidak mengenal kehidupan yang hanya berorientasi
kepada akhirat, tanpa memikirkan duniawi, ataupun sebaliknya yang hanya
memikirkan materi duniawi tanpa memikirkan kehidupan akhirat. Alasan yang
mendasari ajaran ini adalah karena kenikmatan duniawi merupakan anugerah
Allah SWT, yang apabila dimanfaatkan secara benar, akan dapat
mengantarkan pelakunya mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
kelak.4 Hal ini sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat al-Qashash
ayat 77, yaitu :
3
Hasby Ash Shiddiq, Memahami Syariat Islam (Semarang: Pustaka Riki Putra, 2000 ), 45
Pujiano, Hukum Islam dan Dinamika Perkembangan Masyarakat, 1.
4
5
            
              
  
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Selain itu jual beli juga harus memenuhi beberapa ketentuan rukun
dan syarat yang harus dipenuhi dalam mengadakan jual beli sebagai unsur
legal formal sebagai sebuah akad (perjanjian), sehingga tidak menimbulkan
madharat atau kerugian bagi kedua belah pihak, karena perjanjian jual beli
merupakan perbuatan hukum yang mempunyai konsekuensi terjadinya
peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pembeli, maka
dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini haruslah memenuhi rukun dan
syarat-syarat sahnya jual beli. Apabila tidak terpenuhi salah satu diantara
rukun dan syaratnya, maka jual beli tersebut tidak sah. Dan apabila tetap
dilakukan, tentu akan ada pihak-pihak yang dirugikan dari transaksi tersebut.
Oleh karena itu dalam prakteknya harus dikerjakan secara benar, konsisten
dan dapat memberi manfaat pada yang bersangkutan.
Mengacu pada wacana di atas, maka sudah seharusnya jika
masyarakat luas paham akan transaksi jual beli yang berlandaskan hukum
Islam. Salah satunya yaitu masyarakat di daerah pesisir. Mengingat bahwa
6
hampir 70% wilayah di Indonesia merupakan perairan yang kaya dengan
berbagai macam spesies ikan.5 Keadaan geografis yang menguntungkan ini,
menjadikan masyarakat kita hidup sebagai nelayan, di mana ikan merupakan
sumber penggerak ekonomi bagi kehidupan mereka. Begitu juga pada
masyarakat di daerah pesisir Pengambengan, di mana masyarakat di daerah
tersebut rata-rata mencari nafkah sebagai nelayan. Menurut data Kabupaten
Jembrana, jumlah masyarakat Jembrana tahun 2015 total sebanyak 11, 213
jiwa. Di mana, 65% dari jumlah tersebut bekerja sebagai nelayan yang
menempatkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pengambengan sebagai pusat
transaksi jual beli ikan.6 Dengan adanya sektor perikanan yang sangat
potensial tersebut, mengharuskan pemerintah melakukan regulasi. Antara lain
dengan mendirikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tempat khusus
untuk bertransaksi para nelayan dalam menjual hasil tangkapannya. Tempat
Pelelangan Ikan merupakan tempat yang secara khusus dibangun oleh
Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan termasuk jasa
pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat Pelelangan Ikan.
Namun di lain sisi, ada fenomena menarik yang terjadi di masyarakat
Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.
Masyarakat di daerah tersebut mayoritas beragama Islam. Akan tetapi, dalam
melakukan transaksi jual beli ikan segar itu sering kali terjadi praktek
perubahan kesepakatan secara sepihak, yang pada akhirnya merugikan salah
5
Sarwono Kusumaatmadja, Menggali Potensi Sumber Daya Kelautan (Jakarta : Rineka Cipta,
2001), 34.
6
Data Statistik Buku BPS Kabupaten Jembrana Tahun 2015
7
satu pihak. Proses jual beli ikan segar dilakukan dengan sistem pemesanan
(baik lewat telfon ataupun sms), yang dinamakan barang (ikan segar) itu ada
wujudnya akan tetapi tidak bisa dihadirkan pada saat akad itu berlangsung.
Hal ini dikarenakan, pengambilan ikan dilakukan pada waktu tengah malam
sehingga bisa didapatkan ikan yang masih segar dan baru. Dengan kata lain,
proses jual beli ikan itu dilakukan oleh pihak pedagang pengecer yang
memesan ikan segar pada nelayan pada malam hari, dengan menyebutkan
jenis dan banyaknya ikan yang dibutuhkan, yang kemudian dilanjutkan oleh
pihak nelayan yang menyebutkan harga per Kg dari ikan segar tersebut.
Sedangkan pembayaran diberikan pada nelayan, sehari setelah ikan itu
laku/terjual. Tidak terdapat ketentuan lebih jika ikan yang dikirimkan itu
terdapat cacat, akan tetapi jika terjadi hal demikian, maka pedagang pengecer
tidak akan segan melakukan perubahan harga dari jumlah uang yang harus
disetorkan.
Ternyata terdapat kesenjangan dalam transaksi jual beli ikan segar
tersebut, yaitu, pada saat pembayaran, sering kali pihak pengecer tidak
melakukan pembayaran secara penuh kepada pihak nelayan, dikarenakan
mereka menganggap ikan yang mereka terima tidak sempurna menurut
perspektif mereka sendiri. Peristiwa ini sebenarnya sangat mengecewakan
pihak nelayan, karena hal tersebut dilakukan tanpa ada kesepakatan ulang
dengan pihak nelayan. Dan di sini pihak nelayan sendiri juga sudah
mengeluarkan modal untuk biaya produksi, yang di antaranya digunakan
untuk membayar.
8
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka peneliti mempunyai
ketertarikan untuk lebih lanjut meneliti permasalahan praktek perubahan harga
secara sepihak dalam jual beli ikan segar di tempat pelelangan ikan
Pengambengan jika di tinjau dari segi hukum Islam. Penelitian ini didasari
oleh beberapa pertimbangan, salah satunya yaitu 65% dari total masyarakat
Jembrana, khususnya masyarakat di desa Banyubiru hidup sebagai nelayan
yang rata-rata beragama Islam namun dalam melakukan transaksi jual beli
ikan masih belum mengikuti ketentuan-ketentuan hukum Islam. Dari alasan
tersebut, maka peneliti mempunyai ketertarikan dengan mengangkat judul
yaitu “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perubahan Harga Secara Sepihak
Dalam Jual Beli Ikan Segar di Tempat Pelelangan Ikan Pengambengan Desa
Banyubiru Kec. Negara Kab Jembrana Provinsi Bali”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses perubahan harga secara sepihak dalam jual beli Ikan
segar di Tempat Pelelangan Ikan Pengambengan Desa Banyubiru Kec.
Negara Kab. Jembrana Provinsi Bali?
2.
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan harga
secara sepihak dalam jual beli Ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan
Pengambengan Desa Banyubiru Kec. Negara Kab. Jembrana Provinsi
Bali?
9
3.
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap perubahan harga secara
sepihak dalam jual beli Ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan
Pengambengan Desa Banyubiru Kec. Negara Kab. Jembrana Provinsi
Bali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan suatu faktor penting dalam suatu
penelitian, sebab tujuan ini akan memberikan gambaran tentang arah penelitian
yang akan dilakukan.7
Sebagai konsekuensi dari permasalahan, maka tujuan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan proses perubahan harga secara sepihak dalam jual
beli Ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan Pengambengan Desa Banyubiru
Kec. Jembrana Kab. Negara Provinsi Bali.
2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan harga secara sepihak dalam jual beli Ikan segar di Tempat
Pelelangan Ikan Pengambengan Desa Banyubiru Kec. Jembrana Kab.
Negara Provinsi Bali.
3. Untuk mendeskripsikan tinjauan hukum Islam terhadap perubahan harga
secara sepihak dalam jual beli Ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan
Pengambengan Desa Banyubiru Kec. Negara Kab. Jembrana Provinsi Bali.
7
Lexy J. Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.RemajaRosdakarya,2008), 62.
10
D. Manfaat Penelitian
Pada dasarnya suatu penelitian akan lebih berguna apabila dapat
dipergunakan oleh semua pihak. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini
dapat memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran untuk memperkaya
khasanah keilmuan. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperdalam dan memperluas
khazanah keilmuan yang terkait dengan tinjauan hukum Islam. terhadap
perubahan harga secara sepihak dalam kegiatan jual beli.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan praktis
dalam mengamplikasikan nilai-nilai hukun Islam khususnya terkait
dengan kegiatan jual beli.
b. Bagi Almamater IAIN Jember, dapat menjadi koleksi kajian dan refrensi
tambahan tentang tinjauan hukum Islam terhadap perubahan harga
sepihak dalam kegiatan jual beli.
c. Bagi masyarakat luas, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah
satu solusi alternatif dalam menyikapi berbagai problem kegiatan jual
beli.
E. Definisi Istilah
Definisi Istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang
menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak
11
terjadi kesalahpahaman makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh
peneliti.
1. Perubahan Harga Secara Sepihak
Perubahan harga secara sepihak adalah transaksi yang sudah
disepakati pada waktu awal pemesanan oleh kedua belah pihak (penjual
dan pembeli).Akan tetapi diwaktu pembayaran ternyata ada pemotongan
harga secara sepihak di bawah harga yang telah disepakati, di mana pihak
pembeli merubah harga lebih rendah dari kesepakatan yang ditetapkan
pada waktu akad.
2. Jual Beli
Suatu kegiatan dalam menukar suatu barang dengan barang lain
yang dilakukan melalui cara tertentu.8
3. Ikan Segar
Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat samaseperti
ikan hidup, baik rupa, bau, rasa maupun teksturnya atau ikan yang baru
saja ditangkap, belum disimpan dan diolah, atau ikan yang memiliki sifat
kesegaran yang kuat serta belum mengalami pembusukan.
4. Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari dan menjadi
bagian agama Islam.9
8
Abdul Jamali, Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum
(Bandung: Mandar Maju, 2002),146
9
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia” (Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada,2007), 42
12
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripi alur pembahasan skripsi
yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup.10 Keseluruhan
penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab, dan setiap bab terbagi menjadi
beberapa sub bab, hal ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Oleh
karena itu kami akan diskripsikan secara singkat mengenai keseluruhan
pembahasan.
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan
gambaran secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan sekaligus
memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya.Bab ini
dimulai dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang kajian terdahulu dan kerangka teoritik yang
berusaha menyajikan landasan teori tentang tinjauan hukum Islam terhadap
perubahan harga secara sepihak dalam kegiatan jual beli ikan segar.
Bab ketiga berisi metode penelitian. Dalam bab ini dibahas mengenai
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab keempat berisi mengenai gambaran objek penelitian, penyajian dan
analisis data, serta pembahasan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data
10
Tim Penyusun Revisi STAIN Jember, 45.
13
yang diperoleh di lapangan dan juga menarik kesimpulan dalam rangka
menjawab focus penelitian yang telah dirumuskan.
Bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ini
berisi tentang berbagai temuan hasil analisa dari bab-bab sebelumnya,
sedangkan saran-saran merupakan tindak lanjut dan bersifat konstruktif.
Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka dan beberapa
lampiran-lampiran sebagai pendukung pemenuhan kelengkapan data skripsi.
Download