9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang model

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Tinjauan tentang model pembelajaran
1.
Pengertian pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk
itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran
merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution
(2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai
suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi
guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
9
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran.
Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang
seoptimal mungkin..
2.
Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam
Trianto, 2010: 51).
Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk
(1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman
10
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik
dalam
mengorganisasikan
pembelajaran
tertentu
dan
pengalaman
berfungsi
belajar
sebagi
untuk
pedoman
mencapai
bagi
tujuan
perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar
mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi
yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula,
setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat
dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks
yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya
pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka
ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Menurut Kardi dan Nur
dalam Trianto (2011: 142) istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau
11
prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
1.
Rasional
teoretis
logis
yang
disusun oleh
para
pencipta
atau
pengembangnya.
Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal.
Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan
mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak
secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
2.
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai).
Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan
dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan
baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
3.
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan
sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil
dalam pelaksanaannya.
4.
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta
nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek
penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.
12
Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang
berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi
dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan,
materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar.
Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari
kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).
B.
Tinjauan tentang model pembelajaran terpadu
1.
Pengertian model pembelajaran terpadu
Menurut Joni, T. R (1996: 3) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik.
Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik
atau
eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.
Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar
sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam
Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali
dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok
bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara
sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan
13
dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih
bermakna.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai
pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna
karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari itu sebagai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang mereka sudah pahami (Depdikbud, 1996: 5).
Melalui
pembelajaran
terpadu,
peserta
didik
dapat
memperoleh
pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif. Cara
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar
yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadi proses
belajar lebih efektif. Kaitan konsep yang dipelajari dengan sisi bidang kajian
ilmu-ilmu yang relevan akan membentuk skema kognitif sehingga anak akan
memperoleh keutuhan belajar, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan,
dunia nyata dan fenomena kehidupan hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu.
Menurut Trianto, (2010: 7) pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan
tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang
14
atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh peserta didik.
Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek
bidang kajian. Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa
konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam
bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya
akan lebih efisien dan dapat mencapaian tujuan pembelajaran.
C.
Tinjauan tentang model pembelajaran tematik
1.
Pengertian model pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan
dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat
banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang
tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan
memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di
sekitar mereka (Trianto, 2011: 147).
Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran termasuk salah
satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5)
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang
15
memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Penerapan pembelajaran tematik
ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan
keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang
dihadapi.
Menurut Panduan KTSP dalam Trianto (2011: 153) pembelajaran tematik
sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang
dapat dicapai sebagai berikut.
1.
Memudahkan pemusatan perhatian kepada siswa pada satu tema tertentu.
2.
Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.
Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4.
Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5.
Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajarnya karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.
Siswa lebih dapat bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu
mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.
7.
Guru dapat menghemat waktu pembelajaran. Hal ini karena mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan
16
dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
2.
Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik
memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Ujang
Sukandi, dkk. (2001: 109) dalam Trianto (2010 : 154), pembelajaran terpadu
memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
beberapa macam materi pelajaran.
Pembelajaran tematik perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran
yang mungkin dan saling berkaitan. Dengan demikian, materi-materi tersebut
akan dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi
pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum.
Perlu diingat, penyajian materi pengayaan perlu dibatasi pada tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum
yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi
pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan
karakteristik siswa. Seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Materi pembelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya,
materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan (Trianto, 2011: 154).
17
Menurut
Trianto
(2011:
155-156)
secara
umum
prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi:
a.
Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik.
Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan
menjadi target utama dalam pembelajaran.
b.
Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan
pembelajaran
dapat
optimal
apabila
guru
mampu
menempatkan dirinya dalam seluruh proses. Artinya, guru harus mampu
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran.
c.
Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana
suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.
Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran
tematik.
d.
Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara
sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan
18
bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan halhal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.
3.
Arti Penting Pembelajaran Tematik.
Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting
dalam membangun kompeternsi peserta didik, antara lain.
a.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
b.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan
unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk
skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di
19
sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai denan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (Trianto, 2011: 154).
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh
beberapa manfaat yaitu:
i.
Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan Indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang-tindih materi
dapat dikurangi bahkan mungkin dapat dihilangkan.
ii.
Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna, sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir
dari suatu pembelajaran.
iii.
Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah antara materi yang
satu dengan materi yang lain, dan
iv.
Dengan adanya pemaduan antar-mata pelajaran, maka penguasaan konsep
akan semakin baik dan meningkat.
Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:
a.
Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir
nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran
berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya
memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat
20
mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu
perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (Ilmu Pengetahuan
Alam), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik-turun
(Ilmu Pengetahuan Sosial), dan beberapa materi pelajaran lain.
b.
Proses
pemahaman
anak
terhadap
suatu
konsep
dalam
suatu
peristiwa/objek lebih terorganisasi.
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat
bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya.
Setiap anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru.
Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua
hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar
dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang
disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika pembelajaran yang sudah
dipelajari siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.
Pengajaran terpadu memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan
tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah pendidikan
ini meliputi, sikap (jujur, teliti, tekun, dan terbuka terhadap gagasan
ilmiah)
keterampilan
(memperoleh,
memanfaatkan,
dan
memilih
informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan ranah
kognitif (pengetahuan).
21
e.
Memperkuat kemampuan yang diperoleh.
Kemampuan yang diperoleh dari suatu mata pelajaran tertentu akan saling
memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran yang lain.
f.
Efisien waktu.
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan
pembelajaran. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna
terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.
Apabila pembelajaran tematik ini dirancang bersama, dapat meningkatkan
kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber, sehingga
belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 157-158).
Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik
memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru
antara lain:
1.
Tersedia waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran
tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang
hari dan mencakup berbagai mata pelajaran.
2.
Hubungan antar-mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
3.
Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinue, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau empat dinding kelas. Guru
22
dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek
kehidupan.
4.
Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang yang ada.
5.
Pengembangan masyarakat untuk belajar dapat terfasilitasi. Penekanan
pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan
kolaborasi.
Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain:
1.
Dapat lebih memfokuskan diri pada proses, bukan dari hasil belajar.
2.
Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
3.
Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Siswa didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
4.
Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri siswa di dalam dan di
luar kelas.
5.
Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap materi pembelajaran
yang ada.
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki
keterbatasan. Keterbatasan itu terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada
perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk
23
melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran
langsung saja Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 161).
4.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa
ciri khas yaitu:
i.
Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
ii.
Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
iii.
Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
iv.
Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
v.
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lungkungannya dan,
vi.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Selain itu, menurut Depdiknas (2006) sebagai model pembelajaran di
sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain:
a.
Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
24
fasilitator, yaitu memberikan kemudahan untuk melakukan aktifitas belajar
kepada siswa.
b.
Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal
yang lebih abstrak dikemudian hari.
c.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Hal ini karena fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembelajaran terhadap tema-tema yang paling dekat serta berkaitan
dengan kehidupan siswa.
d.
Menyediakan konsep dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e.
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana siswa dan sekolah tersebut berada.
25
f.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM
yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
5.
Standar Proses Pembelajaran Terpadu Model Tematik
Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik untuk anak usia kelas 3
sekolah dasar, pada dasarnya sama seperti pelaksanaan pembelajaran pada
umumnya. Akan tetapi terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain.
a.
Istilah pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
hoilistik, bermakna, dan otentik.
b.
Jenis model pembelajaran
Model pembelajaran memiliki berbagai jenis. Diantaranya metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi,eksperimen,
kerja kelompok dan lain sebagainya. Akan tetapi model pembelajaran
terpadu yang diterapkan di sekolah dasar kelas rendah adalah model
tematik.
c.
Cara memilih model pembelajaran terpadu.
Cara memilih model pembelajaran terpadu sangat diperlukan agar tidak
terjadi kesalahan pemilihan model yang dilakukan oleh guru. Cara
memilih model pembelajaran terpadu ini berdasarkan karakteristik dan
26
kesesuaian model pembelajaran terpadu yang ada dengan materi pelajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik.
d.
Istilah pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan
keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika
dalam pendidikan.
e.
Menetapkan jaringan tema
Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari pembelajaran
terpadu model tematik yang banyak digunakan dewasa ini. Pembelajaran
terpadu model tematik sendiri menjadi model pembelajaran yang dipilih
oleh berbagai kalangan sebagai ganti dari model pembelajaran drillsystem. Dalam pembelajaran tematik, eksplorasi topik/tema menjadi alat
pemacu utama bagi pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan
topik/tema serta menghubungkan antara satu tema dan tema lainnya
menjadi persoalan penting yang harus dikuasai oleh pendidik.
f.
Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan.
Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan yaitu dengan
kreativitas yang tinggi dari pendidik yang bersangkutan. Dengan
kreatifitas tang tinggi dari guru maka kesulitan terhadap mata pelajaran
yang sulit untuk ditematikkan akan dapat teratasi.
27
g.
Strategi pelaksanaan pembelajaran tematik
Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk mengetahui kompetensi dasar dan
indikator , dan kegiatan ini terulang dalam kegiatan pembuka, inti, dan
penutup.
h.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran tematik.
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap
menggunakan
tiga
tahapan
hari dilakukan dengan
kegiatan,
yaitu
kegiatan
pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi
waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka lebih kurang 5-10%
waktu pelajaran yang disediakan, kegiatan inti lebih kurang 80% dari
waktu pelajaran yang telah disediakan, sedangkan kegiatan penutup
dilakukan dengan alokasi waktu lebih kurang 10-15% dari waktu pelajaran
yang disediakan.
i.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tematik
setiap hari dilakukan dengan
menggunakan
kegiatan
tiga
tahapan
yaitu
kegiatan
pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi
waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka kurang lebih satu
jam pelajaran (1 X 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 X 35 menit),
dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 X 35 menit).
28
j.
Pengaturan jadwal pelajaran.
Perancangan jadwal pelajaran merupakan prosedur yang bersifat
administratif dan biasanya disusun oleh guru kelas. Semua guru kelas
harus menyusunan jadwal pembelajaran karena semua guru yang mengajar
di kelas bawah, atau kelas 1-3 harus mengimplementasikan pembelajaran
tematik dan harus terlibat dalam penyusunan jadwal pelajaran.
k.
Model pembelajaran terpadu
Ada tiga model yang dianggap layak untuk diterpkan dan mudah
dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar). Ketiga model ini
adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba
(webbed), dan model keterpaduan (integrated)
l.
Penentuan media dan sumber belajar.
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan dahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penetapan sumber belajar didasarkan pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan indikator kegiatan pencapaian kompetensi.
m.
Penentuan alokasi waktu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah Kompetensi Dasar, keleluasaan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat Kompetensi Dasar. Alokasi
29
waktu yang dicantumkan pada silabus merupakan perkiraan waktu yang
dibutuhakan oleh peserta didik untuk menguasai Kompetensi Dasar.
n.
Urutan kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran tematik
setiap hari dilakukan dengan
menggunakan
kegiatan
tiga
tahapan
yaitu
kegiatan
pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
o.
Metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk untuk
menyampaikan
materi
pelajaran
kepada
peserta
didik.
Metode
pembelajaran tersebut diantaranya ceramah, diskusi, penugasan, tanya
jawab, dan unjuk kerja.
p.
Menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum dalam standar isi. Kompetensi dasar berisi
mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa
dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata
pelajaran yang akan dipadukan.
q.
Pemetaan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan
Indikator.
Pemetaan dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan
utuh semua Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dari
berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
30
r.
Penyusunan dan pengembangan silabus pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik perlu diupayakan
adannya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan
proses belajar siswa secara menyeluruh melalui keguatan penghubungan
gagasan/konsep pada suatu mata pelajaran dengan gagasan/konsep pada
mata pelajaran lainnya.
Penyusunan perancangan pembelajaran terpadu model tematik dapat
dimulai dari penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelajari
Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran yang akan dipadukan,
mempelajari Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran beserta hasil
belajar dan Indikator pencapaiannya. Selanjutnya menetapkan tema yang
dapat digunakan untuk memadukan Kompetensi Dasar antar mata
pelajaran serta membuat bagan/matriks keterhubungannya. Guru dapat
memulai penyusunan silabus dan satuan pembelajaran tematik.
s.
Identifikasi materi pokok
Materi pokok berisi pokok-pokok bahan pelajaran yang harus dipelajari
siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi dasart yang telah
ditetapkan.
Dalam penentuan materi pembelajaran tematik perlu
diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur.
Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat, dan media
pembelajaran yang akan digunakan.
31
t.
Evaluasi dan penilaian pembelajaran tematik.
Penilaian pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari poertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Alat penilaian
dapat berupa tes dan non tes. Tes mencakup tertulis, lisan, atau perbuatan,
catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio.
32
D.
Tinjauan tentang Karakteristik anak kelas 3
Menurut John W Santrock (2007: 246) membagi perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional,
operasional konkret, dan operasional formal.
Pada tahap sensorimotor, anak berada pada usia 0-2 tahun. Pada masa ini
bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang
mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik
dengan tindakan-tindakan fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan refleksif,
instingtif pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal
pada akhir tahap ini.
Pada tahap praoperasional, anak berada pada usia 2 hingga 7 tahun. Pada
tahap ini anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami
dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan
kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental,
yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi,
ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahap ini, seperti egosentrisme
dan sentralisasi.
Pada tahap operasional konkret, anak berada pada usia 7 hingga 11 tahun.
Pada tahap ini anak mampu berfikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret,
memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas
hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur
(serialisasi).
33
Pada tahap operasional formal, anak berada pada usia 11 tahun hingga
masa dewasa. Pada tahap ini remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis
(hipotetis-deduktif).
Dari pendapat John W Santrock di atas, maka anak usia kelas 3 sekolah
dasar berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Syumsu Yusuf (2008: 178)
Pada usia sekolah dasar kelas 3 anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat
imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia sekolah dasar daya
pikirnya sudah berkembang ke arah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima
akal).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan
(mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka),
seperti
menambah,
mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Di samping itu pada akhir periode ini nanak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau
daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat memberikan dasar-dasar keilmuan,
seperti membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan
juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar
34
dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak
untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai
hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan
yang baik dengan teman sebaya atau orang lain dan sebagainya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam
hal ini guru seharusnya memberikan kualitas pengajaran yang baik agar
kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan.
35
E.
Kerangka pikir
Pembelajaran terpadu model tematik di kelas 3 sekolah dasar gugus Ki
Hajar Dewantara Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri merupakan
pembelajaran yang menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk
memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Pada pembelajaran terpadu model tematik kelas 3 sekolah dasar di gugus
Ki Hajar Dewantara juga mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki setiap
paserta didik karena pendidik percaya bahwa setiap anak itu istimewa dan
memiliki
kecerdasan
majemuk.
Untuk
itu
peneliti
ingin
mengetahui
bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik sehingga
membuat pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Hal ini karena dengan pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran maka akan dapat
memberikan
pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik, sehingga bisa dijadikan
metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada siswa kelas 3 sekolah
dasar.
36
F.
Definisi Operasional
1.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan
mendapatkan hasil yang optimal.
2.
Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi
perancang
pembelajaran
dan
para
guru
dalam
merancang
dan
melaksanakan pembelajaran.
3.
Pembelajaran terpadu model tematik
Pembelajaran terpadu model tematik pada hakekatnya merupakan
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara
holistis dan autentik.
37
Download