BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang model pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan 9 sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin.. 2. Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman 10 bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pembelajaran tertentu dan pengalaman berfungsi belajar sebagi untuk pedoman mencapai bagi tujuan perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau 11 prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah: 1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran. 12 Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55). B. Tinjauan tentang model pembelajaran terpadu 1. Pengertian model pembelajaran terpadu Menurut Joni, T. R (1996: 3) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. Senada dengan pendapat di atas, menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan 13 dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu sebagai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka sudah pahami (Depdikbud, 1996: 5). Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadi proses belajar lebih efektif. Kaitan konsep yang dipelajari dengan sisi bidang kajian ilmu-ilmu yang relevan akan membentuk skema kognitif sehingga anak akan memperoleh keutuhan belajar, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena kehidupan hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Menurut Trianto, (2010: 7) pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang 14 atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian. Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya akan lebih efisien dan dapat mencapaian tujuan pembelajaran. C. Tinjauan tentang model pembelajaran tematik 1. Pengertian model pembelajaran tematik Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka (Trianto, 2011: 147). Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5) Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang 15 memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Penerapan pembelajaran tematik ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang dihadapi. Menurut Panduan KTSP dalam Trianto (2011: 153) pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut. 1. Memudahkan pemusatan perhatian kepada siswa pada satu tema tertentu. 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama. 3. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. 4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. 5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajarnya karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas. 6. Siswa lebih dapat bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain. 7. Guru dapat menghemat waktu pembelajaran. Hal ini karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan 16 dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi. 2. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk. (2001: 109) dalam Trianto (2010 : 154), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa macam materi pelajaran. Pembelajaran tematik perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling berkaitan. Dengan demikian, materi-materi tersebut akan dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum. Perlu diingat, penyajian materi pengayaan perlu dibatasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa. Seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pembelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan (Trianto, 2011: 154). 17 Menurut Trianto (2011: 155-156) secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: a. Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam seluruh proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. c. Prinsip Evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik. d. Prinsip Reaksi Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan 18 bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan halhal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut. 3. Arti Penting Pembelajaran Tematik. Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompeternsi peserta didik, antara lain. a. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. b. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di 19 sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai denan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (Trianto, 2011: 154). Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: i. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan Indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang-tindih materi dapat dikurangi bahkan mungkin dapat dihilangkan. ii. Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna, sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir dari suatu pembelajaran. iii. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah antara materi yang satu dengan materi yang lain, dan iv. Dengan adanya pemaduan antar-mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain: a. Dunia anak adalah dunia nyata Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat 20 mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (Ilmu Pengetahuan Alam), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik-turun (Ilmu Pengetahuan Sosial), dan beberapa materi pelajaran lain. b. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/objek lebih terorganisasi. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Setiap anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. c. Pembelajaran akan lebih bermakna. Pembelajaran akan lebih bermakna jika pembelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri. Pengajaran terpadu memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah pendidikan ini meliputi, sikap (jujur, teliti, tekun, dan terbuka terhadap gagasan ilmiah) keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan ranah kognitif (pengetahuan). 21 e. Memperkuat kemampuan yang diperoleh. Kemampuan yang diperoleh dari suatu mata pelajaran tertentu akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran yang lain. f. Efisien waktu. Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan pembelajaran. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan. Apabila pembelajaran tematik ini dirancang bersama, dapat meningkatkan kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber, sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 157-158). Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain: 1. Tersedia waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari dan mencakup berbagai mata pelajaran. 2. Hubungan antar-mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. 3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinue, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau empat dinding kelas. Guru 22 dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan. 4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang yang ada. 5. Pengembangan masyarakat untuk belajar dapat terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan kolaborasi. Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain: 1. Dapat lebih memfokuskan diri pada proses, bukan dari hasil belajar. 2. Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif. 3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Siswa didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar. 4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri siswa di dalam dan di luar kelas. 5. Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang ada. Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan itu terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk 23 melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 161). 4. Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas yaitu: i. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar. ii. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. iii. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama. iv. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa. v. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lungkungannya dan, vi. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Selain itu, menurut Depdiknas (2006) sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain: a. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai 24 fasilitator, yaitu memberikan kemudahan untuk melakukan aktifitas belajar kepada siswa. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak dikemudian hari. c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Hal ini karena fokus pembelajaran diarahkan kepada pembelajaran terhadap tema-tema yang paling dekat serta berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyediakan konsep dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana siswa dan sekolah tersebut berada. 25 f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 5. Standar Proses Pembelajaran Terpadu Model Tematik Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik untuk anak usia kelas 3 sekolah dasar, pada dasarnya sama seperti pelaksanaan pembelajaran pada umumnya. Akan tetapi terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain. a. Istilah pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik. b. Jenis model pembelajaran Model pembelajaran memiliki berbagai jenis. Diantaranya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi,eksperimen, kerja kelompok dan lain sebagainya. Akan tetapi model pembelajaran terpadu yang diterapkan di sekolah dasar kelas rendah adalah model tematik. c. Cara memilih model pembelajaran terpadu. Cara memilih model pembelajaran terpadu sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan pemilihan model yang dilakukan oleh guru. Cara memilih model pembelajaran terpadu ini berdasarkan karakteristik dan 26 kesesuaian model pembelajaran terpadu yang ada dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. d. Istilah pembelajaran tematik Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. e. Menetapkan jaringan tema Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari pembelajaran terpadu model tematik yang banyak digunakan dewasa ini. Pembelajaran terpadu model tematik sendiri menjadi model pembelajaran yang dipilih oleh berbagai kalangan sebagai ganti dari model pembelajaran drillsystem. Dalam pembelajaran tematik, eksplorasi topik/tema menjadi alat pemacu utama bagi pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan topik/tema serta menghubungkan antara satu tema dan tema lainnya menjadi persoalan penting yang harus dikuasai oleh pendidik. f. Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan. Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan yaitu dengan kreativitas yang tinggi dari pendidik yang bersangkutan. Dengan kreatifitas tang tinggi dari guru maka kesulitan terhadap mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan akan dapat teratasi. 27 g. Strategi pelaksanaan pembelajaran tematik Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk mengetahui kompetensi dasar dan indikator , dan kegiatan ini terulang dalam kegiatan pembuka, inti, dan penutup. h. Tahapan pelaksanaan pembelajaran tematik. Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap menggunakan tiga tahapan hari dilakukan dengan kegiatan, yaitu kegiatan pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka lebih kurang 5-10% waktu pelajaran yang disediakan, kegiatan inti lebih kurang 80% dari waktu pelajaran yang telah disediakan, sedangkan kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu lebih kurang 10-15% dari waktu pelajaran yang disediakan. i. Prosedur pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan kegiatan tiga tahapan yaitu kegiatan pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka kurang lebih satu jam pelajaran (1 X 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 X 35 menit), dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 X 35 menit). 28 j. Pengaturan jadwal pelajaran. Perancangan jadwal pelajaran merupakan prosedur yang bersifat administratif dan biasanya disusun oleh guru kelas. Semua guru kelas harus menyusunan jadwal pembelajaran karena semua guru yang mengajar di kelas bawah, atau kelas 1-3 harus mengimplementasikan pembelajaran tematik dan harus terlibat dalam penyusunan jadwal pelajaran. k. Model pembelajaran terpadu Ada tiga model yang dianggap layak untuk diterpkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar). Ketiga model ini adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated) l. Penentuan media dan sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek dan dahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penetapan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator kegiatan pencapaian kompetensi. m. Penentuan alokasi waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah Kompetensi Dasar, keleluasaan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat Kompetensi Dasar. Alokasi 29 waktu yang dicantumkan pada silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhakan oleh peserta didik untuk menguasai Kompetensi Dasar. n. Urutan kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan kegiatan tiga tahapan yaitu kegiatan pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. o. Metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Metode pembelajaran tersebut diantaranya ceramah, diskusi, penugasan, tanya jawab, dan unjuk kerja. p. Menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam standar isi. Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan. q. Pemetaan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator. Pemetaan dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. 30 r. Penyusunan dan pengembangan silabus pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik perlu diupayakan adannya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan proses belajar siswa secara menyeluruh melalui keguatan penghubungan gagasan/konsep pada suatu mata pelajaran dengan gagasan/konsep pada mata pelajaran lainnya. Penyusunan perancangan pembelajaran terpadu model tematik dapat dimulai dari penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelajari Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelajari Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran beserta hasil belajar dan Indikator pencapaiannya. Selanjutnya menetapkan tema yang dapat digunakan untuk memadukan Kompetensi Dasar antar mata pelajaran serta membuat bagan/matriks keterhubungannya. Guru dapat memulai penyusunan silabus dan satuan pembelajaran tematik. s. Identifikasi materi pokok Materi pokok berisi pokok-pokok bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi dasart yang telah ditetapkan. Dalam penentuan materi pembelajaran tematik perlu diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur. Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat, dan media pembelajaran yang akan digunakan. 31 t. Evaluasi dan penilaian pembelajaran tematik. Penilaian pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari poertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Alat penilaian dapat berupa tes dan non tes. Tes mencakup tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. 32 D. Tinjauan tentang Karakteristik anak kelas 3 Menurut John W Santrock (2007: 246) membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Pada tahap sensorimotor, anak berada pada usia 0-2 tahun. Pada masa ini bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan refleksif, instingtif pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal pada akhir tahap ini. Pada tahap praoperasional, anak berada pada usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahap ini, seperti egosentrisme dan sentralisasi. Pada tahap operasional konkret, anak berada pada usia 7 hingga 11 tahun. Pada tahap ini anak mampu berfikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi). 33 Pada tahap operasional formal, anak berada pada usia 11 tahun hingga masa dewasa. Pada tahap ini remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis (hipotetis-deduktif). Dari pendapat John W Santrock di atas, maka anak usia kelas 3 sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Syumsu Yusuf (2008: 178) Pada usia sekolah dasar kelas 3 anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia sekolah dasar daya pikirnya sudah berkembang ke arah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal). Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu pada akhir periode ini nanak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana. Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat memberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar 34 dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau orang lain dan sebagainya. Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru seharusnya memberikan kualitas pengajaran yang baik agar kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan. 35 E. Kerangka pikir Pembelajaran terpadu model tematik di kelas 3 sekolah dasar gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri merupakan pembelajaran yang menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Pada pembelajaran terpadu model tematik kelas 3 sekolah dasar di gugus Ki Hajar Dewantara juga mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki setiap paserta didik karena pendidik percaya bahwa setiap anak itu istimewa dan memiliki kecerdasan majemuk. Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik sehingga membuat pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang dapat membuat peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Hal ini karena dengan pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran maka akan dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik, sehingga bisa dijadikan metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada siswa kelas 3 sekolah dasar. 36 F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal. 2. Model pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. 3. Pembelajaran terpadu model tematik Pembelajaran terpadu model tematik pada hakekatnya merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistis dan autentik. 37