identifikasi komponen kimia dalam biji mengkudu

advertisement
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DALAM BIJI MENGKUDU
(MORINDACITRIFOLIA)
ENI HAYANI DAN TJITJAH FATIMAH
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3, BOGOR.
RINGKASAN
Biji mengkudu berwarna cokelat kehitaman, merupakan limbah dari buah mengkudu setelah diproses untuk
sari buah. Didalam biji mengkudu terdapat alkaloid, saponin, tanin dan glikosida jantung. Dari hasil pemisahan
komponen ekstrak etanol secara KLT dengan eluen CHCl3 diperoleh jumlah spot sebanyak 7 buah. Daya insektisida
berupa efek refellent dan antifeedant.
Kata kunci : Biji mengkudu, Identifikasi, Pemisahan komponen.
PENDAHULUAN
Tanaman mengkudu merupakan tanaman obat yang cukup potensial untuk
dikembangkan. Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat-obatan. Tanaman
tersebut berbentuk pohon dan dapat tumbuh secara liar di ladang-ladang, hutan atau halaman
rumah sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Tanaman mengkudu dapat mencapai tinggi 3-8 m,
bercabang banyak, berdaun lebar, tebal dan permukaan licin serta 6mengkilap. Biji mengkudu
berwarna coklat kehitaman dan memiliki kantong yang memungkinkan biji mengapung dalam
air. Hal tersebut menyebabkan tanaman mengkudu dapat tersebar. Untuk perbanyakan tanaman
dapat dilakukan melalui biji atau cangkok. Buah mengkudu yang sudah masak dibiarkan
membusuk di dalam tanah selama satu bulan hingga biji terlepas dari dagingnya. Selanjutnya
biji dicuci dan disimpan di tempat yang kering. Untuk bahan tanaman di gunakan bibit yang
sudah berumur 1 atau 11/2 bulan penuh dalam tanah. Tanaman mengkudu dapat berbuah
sepanjang tahun.
Menurut Eisai (1986) daun dan buah mengkudu mengandung alkaloid, saponin,
flavonoid, antrakinon, dan polifenol. Selain itu juga buah mengkudu mengandung metil asetil
ester, asam kaprilat dan morindon, sedangkan daun mengadung asam ursolic (C 30 H 48 O3)
yaitu suatu triterpen pentasiklik, karoten, zat besi, zat kapur, dan askorbin (Heyne dan
Sardianto, 1987). Di dalam akar mengkudu terdapat dua senyawa viridoid 7,5%, 7 antrakinon
15,3 %, 1 turunan kumarin 27,8% dan 8 triterpen sebanyak 6,9%. Sedangkan didalam biji
kemungkinan terdapat minyak asam capron dan asam kaprilat.
Pada tahun 1984-1990 permintaan buah mengkudu sebagai obat-obatan sebesar 2145,57
kg dan di tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 4230,96 kg . Pada umumnya buah
mengkudu yang digunakan sebagai obat adalah buah yang sudah masak (berwarna kuning)
dengan cara dipress (kempa). Para penderita kelainan jantung agar berhati-hati dalam
mengkonsumsi buah mengkudu karena dapat mempercepat denyut jantung.
Didalam buah mengkudu terdapat banyak biji yang dibuang begitu saja sebagai limbah
setelah di press. Menurut Sri Wahyuni (2000) ekstrak biji mengkudu sebanyak 1,0% (v/b) dapat
menghambat perkembangan Sitophilus zeamais. Daya insektisida yang dimiliki oleh bahan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
153
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
tersebut adalah berupa efek repellent (serangga tidak mau bertelur pada saat infestasi) dan
antifeedant (mengganggu aktivitas makan). Menurut Eva Erayana (2001) ekstrak biji mengkudu
dapat digunakan untuk menghambat bakteri B.Sthearothermophillus dengan zona hambatan
sebesar 7,75 mm. Dengan demikian perlu kiranya dilakukan identifikasi biji mengkudu untuk
mengetahui komponen apa yang terdapat di dalamnya sehingga biji tersebut kemungkinan dapat
digunakan sebagai pestisida nabati atau untuk kegunaan lainnya.
Percobaan ini bertujuan untuk memberi informasi bahwa kandungan yang terdapat dalam
biji mengkudu merupakan limbah yang dapat berguna untuk kepentingan pengendalian hama.
BAHAN DAN CARA
Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi hasil dan Keteknikan, Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat di Bogor pada tahun 2002. Bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah biji mengkudu kering yang diperoleh dari Kebun Percobaan Cimanggu dan bahan
kimia seperti Etanol, CHC13, aceton, toluen, etil asetat, as. Format, cerric sulfat dan sebagainya
serta peralatan seperti ekstraktor, hummer mill, rotary evaporator dan alat-alat gelas untuk
analisis.
Biji mengkudu dikeringkan di panas matahari, setelah kering di giling dengan
menggunakan hummer mill. Sebelum diekstrak dilakukan analisis karakteristik biji yang
selanjutnya diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol (1:3) selama 2 jam. Hasil ekstrasi
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia
terhadap oleoresin biji mengkudu dengan parameter yang diamati adalah alkanoid, flavonoid,
saponin, tanin, glikosida, dan glikosida jantung serta dilakukan pemisahan komponen dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa cairan pengembang seperti: (1)
CHC13, (2) CHC13 : aceton (3:1) dan (3) Toluen : CHC13 : etil acetat ( 1 : 3 : 3 + 3 tetes asam
format).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik biji mengkudu
Dari hasil analisis karakteristik diperoleh kadar air biji mengkudu 8,66%, kadar abu 1,
09% , kadar sari dalam air 5,78%, dan kadar sari alkohol 7,09 % (Tabel 1) .
Tabel 1. Hasil analisis serbuk biji mengkudu.
Analisis
154
Nilai (%)
Kadar air
8,66
Kadar abu
1,09
Kadar sari larut dalam air
5,78
Kadar sari larut dalam alkohol
7,09
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
2. Pemeriksaan Fitokimia
Selanjutnya hasil dari identifikasi skrining fitokimia oleoresin diperoleh bahwa di dalam
biji mengkudu terdapat alkaloid, saponin, tanin dan glikosida jantung seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil identifikasi skrining fitokimia oleoresin biji mengkudu
Jenis Pemeriksaan
Alkaloid
Hasil
+
Saponin
+
Tanin
+
Glikosida jantung
++
Flavonoid
-
Glikosida
-
Dilihat dari hasil skrining fitokimianya bahwa biji mengkudu kemungkinan dapat
digunakan sebagai pestisida nabati (alkaloid dan glikosa jantung). Alkaloid sering kali beracun
bagi manusia dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Komponen terbesar dari
senyawa nitrogen yang terdapat dalam tumbuhan adalah alkaloid beracun. Demikian juga
dengan glikosa jantung yang dapat ditemukan pada famili Apocynaceae, liliaceae, moraceae.
Tumbuhan yang mengandung glikosa jantung sejak jaman pra sejarah sudah digunakan sebagai
racun panah dan siksaan. Senyawa ini mempunyai efek kardiotonik khas dan tapak kerja
molekulnya ialah ATP ase yang terikat pada membran yang mengatur angkutan kation.
Keberadaan senyawa tersebut di dalam tumbuhan dapat memberi perlindungan terhadap dirinya
dari gangguan beberapa senyawa tertentu.
Hasil pemisahan secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan pemakaian eluen
pengembang yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Bila dilihat dari jumlah spot/bercak yang
muncul, ternyata penggunaan eluen pengembang CHC13 menghasilkan spot paling banyak
yaitu 7 buah, CHC13 : aceton (1 : 3) 4 buah dan toluen : CHC13 : etil acetat (1 : 3 : 3) + 3 tetes
as. format 3 buah. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar 1.
Tabel 3. Pemisahann komponen ekstrak etanol biji mengkudu dengan tiga macam keluen
Jumlah komponen
Harga Rf
Warna
CHC13
Jenis eluen
7
CHC13 : aceton 1 : 3
4
Toluen : CHC13 : Etil acetat =1:3:3 + 3
tetes
as. format
3
0,933
0,733
0,6
0,566
0,33
0,166
0,06
0,866
0,466
0,2
0,13
0,9706
0,8529
0,7941
Coklat
Coklat
Coklat
Biru
Coklat
Biru
Coklat
Ungu
Coklat
Ungu
Ungu
Ungu merah
Ungu
Biru
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
155
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Batas rambut
Awal penotolan
CHCl3
CHCl3 : Aceton
1:3
Pelarut : Ethanol
Pendeteksi : Cerric
Toluen : CHCl3 : Etil acetat
( l : 3 : 3) + 3 tetes as. format
sulfat
Gambar 1. Pemisahan komponen ekstrak mengkudu
Pemisahan komponen secara KLT dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kejenuhan
uap pelarut dalam benjana pengembang, cara penetesan contoh pada absorben, ketebalan
absorben yang digunakan dan suhu ruangan.
Dalam KLT berlaku hukum like disolves like , yaitu bahan polar menyukai yang polar
dan yang tidak polar menyukai yang tidak polar. Zat polar akan dibawa merambat oleh cairan
polar dan non polar dibawa merambat oleh cairan polar (Kantasubrata, 1991 dan Sutrisno,
1986).
KESIMPULAN
Dalam hasil analisis skrining fitokimia menunjukan bahwa di dalam biji mengkudu
terdapat alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida jantung. Hasil pemisahan dengan KLT
menunjukan bahwa penggunaan cairan pengembang CHCL3 menghasilkan spot paling banyak
yaitu 7 buah, CHC13 : aceton 4 buah dan toluen : CHC13 : etil acetat + as.format menghasilkan
3 spot.
DAFTAR BACAAN
Eisai.1986. Indek Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. PT Eisai Indonesia. Jakarta. Pp. 207
Erayana, E. 2001. Kajian Antibakteri dan Antioksidan dari bagian buah mengkudu (Morinda citrifolia L).
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. pp.49.
Heyne, K dan Sardianto. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. III, pp.
1775-1779.
Kantasubrata, J. 1991. Konsep polaritas dalam kromatografi . Warta Kimia Analitik. Puslitbang Kimia
Terapan LIPI, Bandung.
Sutrisno, B. 1986. Reserve Approach. Fak.Farmasi Universitas Pancasila.Jakarta.
Wahyuningsih, S. Kajian daya insektisida biji paria (Momordica charantia L.) dan biji mengkudu
(Morinda citrifolia L) terhadap perkembangan sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian,IPB, Bogor. Pp. 42.
156
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Download