Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : [email protected] ABSTRAK Pemilihan lokasi yang tepat sangat penting karena pendirian cabang baru BPR X ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah dan calon nasabah yang ada di lokasi tersebut. Untuk mengurangi risiko kesalahan dalam memilih lokasi maka penting untuk mengetahui kriteria-kriteria lokasi yang potensial untuk usaha bisnis perbankan sebagai dasar dalam menentukan lokasi terbaik, selain itu diperlukan metode yang tepat yaitu metode pengambilan keputusan yang dapat mengkuantitatifkan data kualitatif dan metode yang mempertimbangkan kriteria-kriteria dalam pengambilan keputusannya. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan dalam penelitian ini menyelesaikan masalah dengan memecah ke dalam kelompokkelompoknya kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Metode AHP memakai persepsi manusia yang dianggap ahli sebagai input utamanya, selain itu metode ini memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif serta memiliki skala perbandingan yang jelas, bersifat resiprokal dan hasil keputusan mudah dianalisis. Kriteria yang didapat untuk dasar penentuan pembukaan kantor cabang dengan bobot tertinggi adalah kriteria kriminalitas sebesar 0,542 dan bobot terendah adalah kriteria jumlah bank sebesar 0,047. Berdasarkan perhitungan nilai performansi, lokasi terbaik adalah Kecamatan Bantul mendapatkan nilai sebesar 3,798 sedangkan Kecamatan Banguntapan nilainya 3,207 merupakan pilihan kedua. Kata kunci : AHP, nilai performansi, kriteria, keputusan PENDAHULUAN Berkembangnya kegiatan usaha dari suatu industri, dirasakan perlu adanya sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai usaha yang semakin berkembang. Oleh karena itu hubungan antara pertumbuhan suatu kegiatan perekonomian ataupun pertumbuhan dengan suatu kegiatan usaha dari perusahaan dengan eksistensi perkreditan mempunyai koefisien korelasi yang sangat erat, baik bersifat negatif maupun dalam sifatnya yang positif. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha Bank Perkreditan Rakyat. Keberadaan BPR X di Kabupaten Bantul baru satu buah yaitu di Kecamatan Sewon, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah dan calon nasabah dalam hal ini pengusaha di daerah yang terhimpun dalam kegiatan kelompok industri seperti perusahaan maupun perorangan maka BPR X berencana akan membuka kantor cabangnya di Bantul. Pemilihan lokasi yang tepat tentu saja sangat penting karena pendirian cabang baru ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah dan calon nasabah yang ada di lokasi tersebut. Kedekatan lokasi dengan konsumen akan mempermudah pelayanan dan promosi dari BPR X yang akan dibuka, sehingga pemilihan lokasi yang tepat sangatlah penting dalam pembukaan sebuah cabang BPR baru. Untuk mengurangi risiko kesalahan dalam memilih lokasi maka penting untuk mengetahui kriteria-kriteria lokasi yang potensial untuk usaha bisnis perbankan sebagai dasar dalam menentukan lokasi terbaik, selain itu diperlukan metode yang tepat yaitu metode pengambilan keputusan yang dapat mengkuantitatifkan data kualitatif dan metode yang mempertimbangkan kriteria-kriteria dalam pengambilan keputusannya. Prinsip Analytic Hierarchy Process, Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) menyelesaikan masalah dengan memecah ke dalam kelompok-kelompoknya kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Metode ini memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif serta memiliki skala perbandingan yang jelas, bersifat resiprokal dan hasil keputusan mudah dianalisis (Brodjonegoro dan Utama, 1992). Pengambilan keputusan dalam AHP didasarkan atas 3 (tiga) prinsip dasar (Saaty, T.L. and Vargas, L.G. 2006): A-102 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X a. Penyusunan hirarki, merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang rumit dan kompleks, sehingga menjadi jelas dan rinci. Keputusan yang diambil ditetapkan sebagai tujuan, yang dijabarkan menjadi kriteria-kriteria yang lebih rinci hingga mencapai suatu tahapan yang paling terukur. Hirarki tersebut memudahkan pengambil keputusan untuk memvisualisasikan permasalahan dan faktor-faktor terkendali dari permasalahan tersebut, serta disusun berdasarkan pandangan dari pihak yang memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. b. Penentuan prioritas adalah melalui penentuan suatu nilai yang relatif pada suatu level yang mempunyai dampak pada nilai level diatasnya. Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. formula, matriks perbandingan berpasangan pada suatu level (gambar 1) adalah sebagai berikut : A1 A2 ... An A= A1 w1/w1 w1/w2 ... w1/wn A2 w2/w1 w2/w2 ... w2/wn ... ... ... ... ... An w3/w1 w3/w2 ... wn/wn Gambar 1. Format Matriks Perbandingan Berpasangan Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu Saaty (2006) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Skala penilaian perbandingan pasangan tersebut diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Nilai (n) Definisi 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Kebalikan (1/n) Kedua elemen sama pentingnya. Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lainnya. Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya. Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya. Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya. Nilai-nilai kompromi diantara dua pertimbangan yang ber- dekatan. Jika untuk aktivitas i dibandingkan dengan aktivitas j mempunyai nilai tertentu, aktivitas j dibandingkan aktivitas i mempunyai nilai kebalikannya. c. Konsistensi logika, prinsip pokok yang menentukan kesesuaian antara definisi konseptual dengan operasional data dan proses pengambilan keputusan adalah konsistensi jawaban dari para responden. Konsistensi tersebut tercermin dari penilaian kriteria dari perbandingan berpasangan. Jawaban para responden dalam menentukan prioritas merupakan prisip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengembilan keputusan. Untuk dapat membandingkan nilai berpasangan antar kriteria atau alternatif suatu pengukuran yang menyatakan kekonsistensian dari nilai berpasangan tersebut dengan menghitung suatu nilai ketidak konsistensian. Suatu matriks dapat dikatakan konsisten jika: n ………………………………………………………………………. (1) dimana: : Eigenvalue; n : Dimensi dari matriks. dan Consistency index ( CI ) = ( - n ) / ( n – 1 )……………………. (2) Consistency Ratio ( CR ) = CI / RI………………………………. (3) A-103 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X Perhitungan AHP dapat diterima jika nilai CR dibawah 10%, namun jika melebihi diatas nilai tersebut tidak dapat diterima, dengan kata lain bahwa telah tejadi ketidakkonsistenan suatu nilai pada saat penentuan prioritas. Karena terjadi ketidakkonsistenan maka akan dilakukan pengisian ulang atau dengan cara membuat suatu hirarki baru dibawah kriteria tersebut agar pengambilan keputusan akan semakin konsisten. AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perancangan sistem, pengukuran performansi, kelebihan dari metode AHP dalam pengambilan keputusan adalah: a. Dapat menyelesaikan permasalahan yang kompleks, dan strukturnya tidak beraturan, bahkan permasalahan yang sama sekali tidak terstruktur. b. Kurang lengkapnya data tertulis atau data kuantitatif mengenai permasalahan tidak mempengaruhi kelancaran proses pengambilan keputusan karena penilaian merupakan sintesis pemikiran berbagai sudut pandang responden. c. Sesuai dengan kemampuan dasar manusia dalam menilai suatu hal sehingga memudahkan penilaian dan pengukuran kriteria. d. Metode dilengkapi dengan pengujian konsistensi sehingga dapat memberikan jaminan keputusan yang diambil. METODE Pengumpulan informasi awal diperoleh melalui ketua tim survey pembukaan kantor cabang baru di Kabupaten Bantul dari BPR X. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pemberian kuesioner tentang hal yang berkaitan dengan penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X. Kuesioner pertama digunakan untuk menjaring kriteria-kriteria dasar penentuan lokasi kantor cabang BPR X, kuesioner diberikan kepada pihak pengambil keputusan BPR X melalui tim survei. Selain itu kuesioner pertama juga diberikan kepada Bappeda Bantul dan nasabah BPR X. Kuesioner kedua digunakan untuk mendapatkan kriteria secara rinci, diberikan kepada pihak BPR X, Bappeda Bantul, dan nasabah, selain itu digunakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bantul, Bappeda Bantul, Polres Bantul. Bappeda Bantul menetapkan 4 (empat) kecamatan dari 11 (sebelas) kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul sebagai wilayah unggulan. Empat lokasi tersebut adalah: Kecamatan Sewon, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Kasihan. Keempat lokasi di atas sebagai objek yang akan diseleksi lebih lanjut untuk menentukan lokasi yang tepat sebagai kantor cabang baru BPR X di Kabupaten Bantul. Hasil pengisian kuesioner ketiga yang dilakukan oleh pihak BPR X, tim Bappeda dan nasabah berupa matrik perbandingan berpasangan untuk tujuan (antar kriteria) pada penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X di Kabupaten Bantul setelah dilakukan rataan geometrik diperoleh hasil seperti ditunjukkan Tabel 2. Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan KRITERIA A A. Kriminalitas B. Sarana prasarana C. Pertumbuhan ekonomi D. Jumlah Bank E. Sosial ekonomi B C D E 5,10 5,43 3,49 5,43 3,83 3,08 5,67 5,10 3,08 2,32 Dengan bantuan program Expert Choice Nilai Rasio Konsistensi pada tabel 2 adalah 0,1. Karena Nilai Rasio Konsistensinya 0,1 maka perbandingan berpasangan untuk tujuan penentuan lokasi kantor cabang BPR X berada dalam batas konsisten. Untuk bobot setiap kriteria penentuan lokasi kantor cabang BPR X ditunjukkan pada Tabel 3. A-104 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X Tabel 3 Hasil Bobot Kriteria KRITERIA BOBOT A. Kriminalitas B. Sarana Prasarana C. Pertumbuhan Ekonomi D. Jumlah Bank E. Sosial Ekonomi 0,542 0,226 0,116 0,047 0,069 Selain matriks perbandingan kriteria tujuan seperti pada Tabel 3, matriks perbandingan juga dijabarkan pada sub kriteria tujuan yang juga dirata-rata dengan rataan geometrik, sedangkan bobot sub kriteria tujuan dicari dengan bantuan program Expert Choice. Matriks perbandingan sub kriteria tujuan dan bobotnya sebagai berikut: a. Kriminalitas Untuk kuesioner perbandingan sub kriteria kriminalitas diberikan kepada delapan responden yaitu: Pihak BPR X, Polres dan nasabah. Nilai Rasio Konsistensi (lihat tabel 4) adalah 0,1. Karena Nilai Rasio Konsistensinya 0,1 maka perbandingan berpasangan untuk sub kriteria kriminalitas penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X masih berada dalam batas konsisten. Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Sub Kriteria Kriminalitas SUB KRITERIA Kriminalitas A A. Perampokan B. Pecurian C. Penganiayaan D. Pencopetan B C D 5,10 5,67 3,49 5,43 3,08 2,57 b. Matriks perbandingan berpasangan kriteria sarana prasarana meliputi: jalan, listrik, telepon, angkutan. Kuesioner untuk matriks perbandingan kriteria sarana prasarana diberikan kepada delapan responden yaitu: Bappeda Bantul, pihak BPR X, nasabah. Nilai Rasio Konsistensi pada tabel 5 adalah 0,1. Karena Nilai Rasio Konsistensinya 0,1 maka perbandingan berpasangan untuk sub kriteria dari faktor sarana prasarana penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X masih berada dalam batas konsisten. Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Sarana Prasarana KRITERIA Sarana prasarana A A. Jalan B. Listrik C. Telepon D. Angkutan B C D 5,67 5,10 3,24 5,10 3,08 0,43 c. Matriks perbandingan berpasangan kriteria pertumbuhan ekonomi meliputi: usaha kecil menengah dan perdagangan & jasa. Kuesioner untuk pembandingan kriteria pertumbuhan ekonomi diberikan kepada delapan responden yaitu: Pihak BPR X, Bappeda dan nasabah. Nilai Rasio Konsistensi pada tabel 6 adalah 0,0. Karena Nilai Rasio Konsistensinya 0,1 maka perbandingan berpasangan untuk sub kriteria dari faktor pertumbuhan ekonomi penentuan lokasi kantor cabang baru masih berada dalam batas konsisten. A-105 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X Tabel 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Pertumbuhan Ekonomi KRITERIA Pertumbuhan ekonomi A A. Usaha kecil menengah B. Perdagangan & jasa B 5,10 d. Matriks perbandingan berpasangan kriteria sosial ekonomi meliputi: jenis mata pencaharian, jumlah penduduk, tingkat pendidikan. Kuesioner perbandingan kriteria sosial ekonomi diberikan kepada delapan responden yaitu: Pihak BPR X, Bappeda dan nasabah. Tabel 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Sosial Ekonomi KRITERIA Sosial ekonomi A A. Jumlah penduduk B. Jenis mata pencaharian C. Tingkat pendidikan B C 3,83 3,08 5,67 Nilai Rasio Konsistensi matriks pada tabel 7 adalah 0,05. Karena Nilai Rasio Konsistensinya 0,05 maka perbandingan berpasangan untuk sub kriteria dari faktor sosial ekonomi penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X masih berada dalam batas konsisten. e. Bobot kriteria dan sub kriteria tujuan penentuan lokasi kantor cabang baru BPR X di Kabupaten Bantul, dengnan menggunakan program Expert Choice, bobot dari kriteria dan sub kriteria tujuan matriks perbandingan berpasangan pada tabel 1 - tabel 7 ditunjukkan seperti pada tabel 8. Tujuan Tabel 8. Struktur Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Terhadap Tujuan KRITERIA Bobot Sub Kriteria Bobot A. Kriminalitas 0,542 B. Sarana Prasarana 0,226 C. Pertumbuhan Ekonomi 0,116 D. Jumlah Bank 0,047 E. Sosial Ekonomi 0,069 Tujuan Perampokan 0,617 Pencurian 0,209 Pencopetan/perampasan 0,609 penganiayaan Jalan Listrik Telepon Angkutan Usaha kecil menengah Perdagangan&jasa 0,105 0,621 0,201 0,071 0,107 0,836 0,164 Jenis mata pencaharian Jumlah penduduk Tingkat pendidikan 0,226 0,676 0,098 PEMBAHASAN Bobot kriteria penentuan lokasi kantor cabang baru menggunakan bobot relatif antar kriteria dalam satu set perbandingan matriks. Kriteria-kriteria penentuan lokasi kantor cabang BPR X meliputi kriteria kriminalitas, sarana prasarana, pertumbuhan ekonomi, sosial ekonomi, jumlah bank. Untuk A-106 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X analisis bobot kriteria dan nilai performansi calon lokasi dengan menggunakan program Expert Choice dapat dilihat pada tabel 9 Tabel 9 Bobot Kriteria dan Nilai Performansi Calon Lokasi Kriteria Bobot Kriminalitas 0,542 Sarana Prasarana 0,226 Pertumbuhan Ekonomi 0,116 Jumlah Bank 0,047 Sosial Ekonomi 0,069 Subkriteria Bobot Perampokan Pencurian Pencopetan/ perampasan Pembunuhan/ penganiayaan Jalan Listrik Telepon Angkutan Usaha kecil menengah Perdagangan&jasa Jenis mata pencaharian Jumlah penduduk Tingkat pendidikan Nilai Performansi Calon Lokasi 0,617 0,209 Sewon 1,34 0,226 Bantul 1,34 0,452 Bgntapan 1,34 0,226 Kasihan 0,335 0,339 0,609 0,228 0,228 0,228 0,228 0,105 0,074 0,148 0,074 0,148 0,621 0,201 0,071 0,107 0,836 0,164 0,420 0,090 0,016 0,048 0,291 0,057 0,56 0,135 0,048 0,048 0,388 0,076 0,28 0,18 0,064 0,096 0,194 0,038 0,140 0,09 0,048 0,024 0,388 0,057 0,276 0,138 0,207 0,207 0,032 0,094 0,007 0,048 0,141 0,021 0,064 0,188 0,028 0,016 0,047 0,007 0,226 0,676 0,098 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kriteria kriminalitas memiliki bobot terbesar yaitu 0,542 disusul berturut-turut kriteria sarana prasarana dengan bobot 0,226; pertumbuhan ekonomi dengan bobot 0,116; sosial ekonomi dengan bobot 0,047; jumlah bank dengan bobot 0,069. Hal ini menunjukkan bahwa para responden dalam penentuan lokasi kantor cabang mengutamakan kriteria kriminalitas sebagai kriteria terpenting agar dapat menimbulkan rasa aman bagi para pengusaha perbankan dalam menginvestasikan aset yang dimilikinya, demikian pula dengan calon nasabah dan nasabah akan merasa tenang dalam menyimpan uang ataupun investasi lainnya. Kriteria sarana prasarana menjadi kriteria kedua terpenting setelah kriteria keamanan menunjukkan bahwa para responden dalam penentuan lokasi kantor cabang mengutamakan kondisi kriteria sarana prasarana setelah kriteria kriminal. Sarana prasarana yang baik akan menguntungkan bagi pihak perbankan dalam menjalankan usahanya, beberapa hal yaitu jalan, listrik, telepon dan angkutan. Kriteria pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria ketiga terpenting setelah kriteria sarana prasarana hal ini menunjukkan bahwa para responden dalam penentuan lokasi kantor cabang mengutamakan kondisi kriteria pertumbuhan ekonomi setelah sarana prasarana, kriteria ini dipengaruhi dua hal yaitu kondisi usaha kecil menengah dan perdagangan. Hasil pembobotan untuk kriteria usaha kecil menengah dan perdagangan menunjukkan bahwa kriteria usaha kecil menengah dengan bobot 0,836 memiliki bobot kepentingan lebih tinggi dibanding kriteria perdagangan dan jasa yang memiliki bobot sebesar 0,164. Kriteria usaha kecil menengah dengan bobot lebih tinggi menunjukkan bahwa para responden dalam penentuan lokasi kantor cabang untuk kriteria pertumbuhan ekonomi memprioritaskan pada kriteria usaha kecil menengah. Kriteria sosial ekonomi menjadi kriteria terpenting setelah kriteria jumlah bank. Kriteria sosial ekonomi dipengaruhi tiga hal yaitu jenis mata pencaharian, jumlah penduduk dan tingkat pendidikan. Hasil pembobotan untuk kriteria jumlah penduduk menunjukkan bahwa kriteria jumlah penduduk dengan bobot 0,676 memiliki bobot kepentingan lebih tinggi dibanding kriteria yang berpengaruh pada kriteria sosial ekonomi lainnya Kriteria terakhir yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi untuk pembukaan bank baru adalah keberadaan jumlah bank di wilayah tersebut. Hal ini penting karena akan menentukan tingkat persaingan dalam menghimpun nasabah di wilayah tersebut. Semakin banyak jumlah bank yang tersedia semakin ketat persaingan yang muncul. A-107 Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012 ISSN:1979-911X Rekapitulasi yang diperoleh dari data tabel 9, dapat ditentukan nilai performansi 4 (empat) calon lokasi cabang baru yang diusulkan kepada BPR X. Dari tabel 10 diperoleh hasil bahwa Kecamatan Bantul memperoleh nilai tertinggi sebesar 3,798 dan terendah adalah kecamatan Kasihan sebesar 2,074. Tabel 10 Nilai Performansi Calon Lokasi Nilai Performansi Calon Lokasi Sewon Bantul Banguntapan Kasihan 3,162 3,798 3,207 2,074 KESIMPULAN Hasil penelitian atas rencana pembukaan kantor cabang baru BPR X di Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut: 1. Kriteria-kriteria yang menjadi dasar penentuan pembukaan kantor cabang mencakup kriteria kriminalitas, sarana prasarana, pertumbuhan ekonomi, jumlah bank, sosial ekonomi dengan bobot tertinggi adalah kriteria kriminalitas sebesar 0,542 dan bobot terendah adalah kriteria jumlah bank sebesar 0,047. 2. Berdasarkan perhitungan nilai performansi, lokasi Kecamatan Bantul mendapatkan nilai terbesar diantara lokasi lainnya yaitu sebesar 3,798 sedangkan Kecamatan Banguntapan menempati urutan kedua dengan nilai 3,207. DAFTAR PUSTAKA Brodjonegoro, Bambang P. S & B. S . Utama. (1992). AHP. Jakarta: PAU–EK– UI. Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. Saaty, T.L. (1994). Fundamentals of Decision Making. RWS Publications. Saaty, T.L. (1991). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Pustaka Binaman Pressindo. Saaty, T.L. and Vargas, L.G. (2006) Decision Making with the Analytic Network Process:Economic, Political, Social and Technological Applications with Benefits, Opportunities,Costs and Risks, New York: Springer A-108