645kB - Politeknik Negeri Sriwijaya

advertisement
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Jaringan Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga
listrik adalah :
a. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).
b. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Jaringan distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan jaringan
distribusi sekunder. jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu
induk ke gardu distribusi, yang dikenal dengan jaringan tegangan menengah,
sedangkan jaringan distribusi sekunder adalah jaringan distribusi dari trafo
distribusi hingga konsumen atau beban, yang lebih dikenal dengan jaringan
tegangan rendah. Di Indonesia tegangan pada jaringan tegangan menengah
yang digunakan adalah sebesar 20 kV.[1]
2.2 Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan.
Daerah I
: Bagian Pembangkitan ( Generation )
Daerah II
: Bagian penyaluran ( Transmission ), Bertegangan tinggi (HV,
UHV, EHV).
Daerah III : Bagian distribusi primer, bertegangan menengah (6 atau 20 kV).
Daerah IV : Didalam bangunan pada beban/ konsumen, Instalasi bertegangan
rendah.[1]
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya
5
6
Politeknik Negeri Sriwijaya
dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa
kelasifikasi itu dibuat.
Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu
bata, pasir dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel,
transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada
SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.[1]
Gambar 2.1 Lay out Sistem Distribusi Tegangan Menengah[5]
7
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.3 Pola Jaringan Distribusi Primer
Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang),
ada yang sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenisjenis feeder ini sangat diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas
pelayanan pada pelanggan. Terdapat beberapa macam pola dan konfigurasi
jaringan distribusi primer adalah :
a. Jaringan distribusi Radial
b. Jaringan distribusi Ring (Loop)
c. Jaringan distribusi Spindle
d. Jaringan distribusi Cluster
e. Jaringan Distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)
f. Jaringan Distribusi Grid
2.3.1 Jaringan Distribusi Radial
Jaringan distribusi radial merupakan bentuk jaringan yang paling
sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang
yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial. Diagram satu garis
sistem radial dapat dilihat pada gambar 2.2.[1]
Gardu
Distribusi
Gardu Induk
PMT
JTM
PMT
Gardu
Distribusi
Gardu
Distribusi
JTR
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial[1]
Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah
dibandingkan dengan sitem yang lain. Sedangkan kerugiannya adalah
keandalan sistemnya lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang
lainnya, hal ini disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
8
Politeknik Negeri Sriwijaya
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama mengalami
ganguan, maka seluruh gardu akan ikut mengalami pemadaman.[1]
2.3.2 Jaringan Distribusi Ring dan Loop
Jaringan Distribusi Ring dan Loop yaitu jaringan yang mempunyai
alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi gangguan. Susunan penyulang
yang membentuk ring memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah
penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas
dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada
saluran menjadi lebih kecil. Diagram satu garis sistem jaringan distribusi
ring (loop) dapat dilihat pada gambar 2.3.[1]
Gardu Distribusi Gardu Distribusi
Jaringan Distribusi Ring
PMT
PMT
PMT
PMT
PMT
Gardu Induk
PMT
Gardu Distribusi
Gardu Induk
Gardu Distribusi
Gardu Distribusi Gardu Distribusi
Jaringan Distribusi Loop
PMT
Gardu Distribusi
PMT
Gardu Induk
PMT
Gardu Distribusi
Gardu Distribusi
Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Distribusi Ring dan Loop[1]
9
Politeknik Negeri Sriwijaya
Pada tipe ini, kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang lebih
baik, tetapi biaya investasinya lebih mahal, hal ini dikarenakan dibutuhkan
pemutus bebab yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban
yang otomatis (dilengkapi dengan recloser atau AVS) maka pengamanan
dapat berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat pula daerah gangguan
segera beroperasi kembali bila gangguan telah teratasi. Sistem ini cocok
digunakan pada daerah beban yang padat dan memerlukan keandalan yang
tinggi.[2]
2.3.3 Jaringan Distribusi Spindle
Jaringan distribusi Spindle merupakan suatu pola kombinasi
jarinagn dari pola radial dan ring. Spinde terdiri dari beberapa penyulang
dengan sumber tegangan yang berasal dari gardu induk distribusi dan
kemudian disalurkan pada sebuah gardu hubung.
Pada tipe ini biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang langsung (express) yang akan terhubung dengan gardu
hubung. Pola spindle biasanya digunakan pada jaringan tegangan
menengah yang menggunakan kabel tanah/ saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM). Diagram satu garis Jaringan distribusi Spindle dapat
dilihat pada gambar 2.4.[1]
Gardu Distribusi
PMT
Gardu Induk
PMT
Express Feeder
PMT
Gardu Distribusi
Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan distribusi Spindle[1]
Gardu Hubung
PMT
10
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.3.4 Jaringan Distribusi Cluster
Jaringan distribusi Cluster banyak dugunakan untuk kota besar
yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat
saklar pemutus beban dan penyulang cadangan. Dimana penyulang ini
berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang
konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi
supplai ke konsumen.[1]
Trafo Distribusi
Busbar 20 kV
Busbar 150 kV
PMT 20 kV
PMT 150 kV Gardu Induk
PMT 20 kV
Trafo Distribusi
PMT 20 kV
PMT 20 kV
Beban Pemutus
PMT 20 kV
Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan distribusi Cluster[1]
2.3.5 Jaringan Distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)
Sistem distribusi Tie Line ditunjukkan pada gambar 2.6 digunakan
untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah
Sakit dan lain-lain).
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan
setiap penyulang langsung terkoneksi ke gardu pelanggan khusus.
Sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan
listrik akan dipindah ke penyulang lain.[1]
11
Politeknik Negeri Sriwijaya
Pemutus
Tenaga
Pemutus
Tenaga
PMT 20 kV
PMT 20 kV
Gardu Konsumen
(khusus)
Gardu Induk
PMT 150 kV
Penyulang
PMT 20 kV
Busbar 150 kV
Busbar 20 kV
Busbar 20 kV
Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan distribusi Hantaran Penghubung (Tie Line)[1]
2.3.6 Jaringan Distribusi Grid
Jaringan Distribusi Grid ini mempunyai bebarapa rel daya dan
antara rel-rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung (Coupler)
yang disebut tie feeder. Maka setiap gardu distribusi dapat menerima atau
mengirim daya dari atau ke rel lain. Adapun klebihan kontinuitas
pelayananan lebih baik dari pola radial atau loop, fleksibel dalam
menghadapi perkembangan beban dan sesuai untuk daerah dengan
kerapatan beban yang tinggi, sementara kekurangannya adalah sistem
proteksi yang rumit dan mahal dan biaya investasi yang mahal.
Gardu Distribusi
PMT
Tie Feeder
Gardu Induk
Gardu Induk
Gardu Distribusi
Gambar 2.7 Konfigurasi Jaringan distribusi Grid[1]
12
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.4 Macam Jaringan Distribusi Primer
Berdasarkan fungsinya, maka suatu sistem jaringan distribusi dengan
bagian-bagiannya dapat merupakan suatu bentuk, susunan dan macam yang
berbeda disesuaikan dengan tujuan tertentu. Dilihat dari jenisnya maka dikenal
dua macam saluran distribusi yaitu :
2.4.1 Saluran Udara
Saluran Udara digunakan pada daerah yang memiliki kerapatan beban
yang rendah karena biaya investasi untuk penyediaan tempat dan
materialnya cenderung lebih murah adapun keuntungan lainnya yaitu :
a. Mudah melakukan perluasan pelayanan.
b. Mudah melakukan pemeriksaan saat terjadi gangguan.
c. Mudah melakukan pemeliharaan jaringan.
d. Tiang-tiang distribusi primer juga dapat digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder dan untuk tempat pemsangan gardu tiang sehingga
dapat mengurangi biaya pemasangan instalasinya.
Saluran udara menyalurkan daya listrik melalui penghantar yang
berupa kawat telanjang dan kabel yang digantung pada tiang-tiang dengan
peralatan isolator. Gangguan-gangguan akan lebih mudah terjadi pada
saluran udara sehingga mengakibatkan tingginya biaya untuk melakukan
pemeliharaan. Adapun jenis tiang yang paling banyak digunakan pada
jaringan distribusi primer adalah tiang beton yang lebih kokoh dan tidak
mudah terkena korosi seperti halnya penggunaan tiang besi.
2.4.2 Saluran Bawah Tanah
Saluran bawah tanah digunakan pada daerah yang memiliki
kerapatan beban yang tinggi seperti pada pusat kota dan daerah industri.
Hal ini dikarenakan pada daerah pusat kota dan industri terdapat
bangunan-bangunan yang cukup tinggi sehingga dapat membahyakan
keselamatan manusia apabila jenis saluran yang digunakan adalah saluran
udara.
Kentungan menggunaan saluran bawah tanah adalah terbebasnya
penghantar dari gangguan pohon, sambaran petir dan tidak akan
13
Politeknik Negeri Sriwijaya
menyebabkan bahaya sentuh oleh manusia. Namun saluran bawah tanah
memiliki beberapa kelemahan diantaranya :
a. Biaya yang diperlukan relatif mahal.
b. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan.
c. Gangguan jaringan yang sering terjadi bersifat permanen.
d. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan saat
terjadi gangguan cenderung lebih lama dan lebih mahal.
2.5 Penghantar Pada Jaringan Distribusi
Terdapat beberapa jenis penghantar yang digunakan pada jaringan
distribusi tegangan menengah yaitu :
2.5.1 Penghantar AAC
AAC (All Aluminium Conductor), yaitu penghantar yang terbuat
dari kawat-kawat aluminium keras yang dipilin, tidak berisolasi dan berinti
baja. Penghantar jenis ini bentuknya berurat banyak dengan ukurannya
antara 16-1000 mm.[2]
Gambar 2.8 Penghantar Jenis AAC
2.5.2 Penghantar AAAC
AAAC (All Aluminium Alloy Conductor) yaitu penghantar yang
terbuat dari kawat-kawat aluminium campuran yang dipilin, tidak
berisolasi dan tidak berinti. Penghantar jenis ini mempunyai ukuran
diameter antara 1,50-4,50 mm, dengan bentuk fisiknya berurat banyak.[9]
Gambar 2.9 Penghantar jenis AAAC
14
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.5.3 Penghantar AAACS
AAACS (All Aluminium Alloy Conductor Shielded) merupakan
penghantar AAAC yang berselubung polietilen ikat silang (XLPE).
Penghantarnya berupa aluminium paduan dipilin bulat tidak dipadatkan.
Isolasi kabel AAACS memiliki keutahanan isolasi sampai dengan 6 kV
sehingga penghantar jenis ini harus diperlakukan seperti halnya penghantar
udara telanjang.[9]
Gambar 2.10 Penghantar jenis AAACS
2.5.4 Penghantar NYFGbY
Penghantar jenis ini berisolasi dan berselubung PVC berperisai
kawat baja atau aluminium untuk tegangan kerja sampai dengan 0,6/1 kV.
Dengan adanya pelindung kawat pita baja, kabel ini memungkinkan
ditanam langsung kedalam tanah tanpa pelindung tambahan.
Gambar 2.11 Penghantar jenis NYFGbY
2.6 Parameter Listrik Saluran Distribusi
Saluran distribusi tenaga listrik adalah merupakan sarana penyaluran
tenaga listrik bagian hilir setelah saluran transmisi yang telah dibangkitkan
oleh suatu sistem pembangkit yang mempunyai konstanta-konstanta yang dapat
mempengaruhi karakteristik dalam menyalurkan tenaga listrik. Adapun
konstanta-konstanta
tersebut
adalah
resistansi,
induktansi,
kapasitansi.
Kapasitansi pada saluran distribusi dengan saluran pendek (short lines < 80
km) nilai kapasitansinya dapat diabaikan.[7]
15
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.6.1 Resistansi Saluran
Resistansi dari penghantar saluran distribusi adalah penyebab yang
utama dan rugi daya (power loss) pada saluran distribusi. Resistansi dari
suatu konduktor (kawat penghantar) diberikan oleh :
𝑅=
π‘ƒπ‘œπ‘€π‘’π‘Ÿ πΏπ‘œπ‘ π‘  π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š π‘˜π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘‘π‘œπ‘Ÿ
(𝐼)2
(Ω) .......................... 2.1
Resistansi direct-current (RDC) diberikan dengan formula :
RDC =
𝜌. 𝑙
𝐴
(Ω) ............................................................. 2.2[7]
Dimana :
𝜌
= resistivity konduktor (Ω.m)
𝑙
= panjang konduktor (m)
A
= cross sectional area (m2)
Nilai resistivity konduktor pada temperatur 20α΅’ C :
- Untuk tembaga, 𝜌 = 10,66 Ω.cmil/ft atau = 1,77 x 10-8 Ω.m
- Untuk aluminium, 𝜌 = 17 Ω.cmil/ft atau = 2,83 x 10-8 Ω.m
Konduktor pilin 3 strand menyebabkan kenaikan resistansi sebesar
1 %. Konduktor dengan strand terkonsentrasi (concentrically stranded
conductors), menyebabkan kenaikan resistansi 2 %.
Pengaruh kenaikan temperatur terhadap resistansi dapat ditentukan dari
formula berikut :
𝑅2
𝑅1
=
𝑇+ 𝑑2
𝑇+ 𝑑1
................................................................ 2.3
Dimana R1 dan R2 adalah resistansi masing-masing konduktor pada
temperatur t1 dan t2, dan T adalah suatu konstanta yang nilainya sebagai
berikut :
T = 234,5 untuk tembaga dengan konduktifitas 100 %.
16
Politeknik Negeri Sriwijaya
T = 241 untuk tembaga dengan konduktifitas 97,3 %.
T = 228 untuk aluminium dengan konduktifitas 61 %.
2.6.2 Induktansi Saluran
Induktansi saluran menggambarkan besarnya fluks magnet  yang
dihasilkan untuk setiap Ampere arus dari saluran, atau menggambarkan
besarnya tegangan induksi untuk setiap perubahan arus terhadap waktu.
Karena fluks magnet yang dihasilkan oleh seriap Ampere arus sangat
tergantung dari konfigurasi saluran, maka induktansi ditentukan oleh
konfigurasi saluran. Induktansi rata-rata per fasa per satuan panjang untuk
saluran tiga fasa dirumuskan sebagai :
Gambar 2.12 Konfigurasi Horizontal Tiga Fasa
𝐿 = (0,5 + 4,6 log
𝑑−π‘Ÿ
π‘Ÿ
) × 10−7 𝐻/π‘š ....................... 2.4[8]
Gambar 2.13 Konfigurasi Delta Tiga Fasa
𝑑
1
𝐿 = (2 log π‘Ÿ + 2) × 10−7 𝐻/π‘š ................................ 2.5
17
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 2.14 Konfigurasi Vertikal Tiga Fasa
𝑑
𝐿 = (2 π‘™π‘œπ‘” 0,779 π‘Ÿ) × 10−7 𝐻/π‘š ............................... 2.6[5]
Dimana :
L
= Induktansi Konduktor
d
= jarak antara konduktor
r
= radius konduktor
2.6.3 Reaktansi Saluran
Dalam hal arus bolak-balik medan sekeliling konduktor tidaklah
konstan melainkan berubah-ubah dan mengait dengan konduktor itu
sendiri maupun konduktor lain yang berdekatan oleh karena adanya fluks
yang memiliki sifat induktansi. Bila letak konduktor tidak simetris, maka
perlu dihitung nilai d (jarak antara konduktor) dengan rumus :
3
d = √(𝑑1 𝑑2 𝑑3 ).......................................................... 2.7
Untuk besarnya reaktansi ditentukan oleh induktansi dari kawat dan
frekuensi arus bolak-balik yaitu :
𝑋𝐿 = 2πœ‹. 𝑓. 𝐿 ............................................................. 2.8
18
Politeknik Negeri Sriwijaya
Dimana :
XL
= Reaktansi kawat penghantar (Ω)
2πœ‹
= Sudut arus bolak-balik
f
= Frekuensi sistem (50 Hz)
L
= Induktansi konduktor (H/km)
2.7 Drop Tegangan
Suatu jaringan distribusi primer dikatakan kondisi tegangannya buruk
apabila pada jaringan tersebut variasi tegangannya turun atau naik lebih dari
tinggi dari harga yang diizinkan, sehingga mempengaruhi peralatan-peralatan
listrik konsumen.
Timbulnya penurunan tegangan pada jaringan diakibatkan oleh adanya
drop tegangan pada jaringan/ saluran atau peralatan yang membangun sistem
jaringan distribusi primer tersebut. Besarnya drop tegangan pada jaringan
distribusi primer didefenisikan sebagai selisih tegangan antara sisi pangkal
pengirim (Vs) dengan tegangan pada sisi ujung penerima (VR), atau dapat
ditulis sebagai berikut :
βˆ†V = Vs-VR ............................................................... 2.9
Berikut adalah diagram phasor saluran distribusi :
Vs
IZ
IX
Vr
I
IR
Gambar 2.15 Diagram phasor Saluran Distribusi[6]
19
Politeknik Negeri Sriwijaya
Untuk mendapatkan susut tegangan distribusi primer dengan sistem
pendekatan seperti pada diagram phasor diatas yaitu dengan mengasumsikan
bahwa VS dan VR berhimpitan.
Pada gambar 2.15 dapat diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang
mendasari diagram phasor tersebut adalah :
VS = VR + I ( R cos πœƒ + jX sin πœƒ ) ............................ 2.10[6]
Karena faktor I ( R cos πœƒ + X sin πœƒ ) sama dengan IZ, maka persamaan
menjadi:
VS = VR + IZ atau VS - VR = IZ ................................ 2.11[6]
Sehingga βˆ†V = IZ
βˆ†V=𝐼(𝑅 π‘π‘œπ‘  πœƒ + 𝑗𝑋 𝑠𝑖𝑛 πœƒ) ....................................... 2.12[6]
Maka untuk saluran distribusi primer perhitungan besar drop tegangan pada
saluran distribusi primer 3 fasa adalah :
βˆ†V=√3. 𝐼. 𝐿(𝑅 π‘π‘œπ‘  πœƒ + 𝑗𝑋 𝑠𝑖𝑛 πœƒ) ............................. 2.13[6]
Besar persentase susut tegangan pada saluran distribusi primer dapat dihitung
dengan :
%βˆ†π‘‰ =
βˆ†π‘‰
𝑉𝑠
× 100% .................................................. 2.14[6]
Dimana :
βˆ†V = Drop tegangan (Volt)
%βˆ†V= persentase drop tegangan (%)
Vs = Tegangan Sumber (V)
R
= Resistansi Jaringan (Ω/km)
20
Politeknik Negeri Sriwijaya
jX = Reaktansi Jaringan (Ω/km)
𝐼
= Arus Saluran (A)
L
= Panjang saluran
πΆπ‘œπ‘  πœƒ = 0,85 dan Sin πœƒ = 0,526
2.8 Matlab
2.8.1 Pengertian Matlab
Matlab merupakan singkatan dari matrix laboratory, dimana
Matlab merupakan perangkat lunak atau software untuk komputasi teknis
dan saintifik. Matlab merupakan integrasi komputasi, visualisasi dan
pemograman yang mudah digunakan. Sehingga Matlab banyak digunakan
sebagai :
a. Kalkulator, ketika bertindak sebagai kalkulator, Matlab memberikan
hasil seketika setelah perintah operasi diberikan.
b. Bahasa Pemrograman, Matlab yang merupakan bahasa pemograman
tingkat tinggi berbasis pada matriks sering digunakan untuk teknik
komputasi numerik, yang digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah yang melibatkan operasi matematika elemen, matrik,
optimasi, aproksimasi dan lain-lain. Sehingga Matlab banyak
digunakan pada :
- Matematika dan Komputansi.
- Pengembangan dan Algoritma.
- Pemrograman modeling, simulasi dan pembuatan prototipe.
- Analisa data, eksplorasi dan visualisasi.
- Analisis numerik dan statistik.
- Pengembangan aplikasi teknik.
Adapun macam-macam operasi yang dapat dilakukan oleh Matlab adalah
sebagai berikut :
a. Skalar
: berupa bilangan real atau kompleks.
b. Matriks dan Vektor
: dengan elemen bidang real atau kompleks.
c. Teks
: pengolahan data.[3]
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
2.8.2 Window-window pada Matlab
Ada beberapa macam window yang tersedia dalam Matlab yang
merupakan window untuk memulai penggunaan Matlab.
Gambar 2.16 Tampilan awal Matlab
Adapun beberapa macam window pada matlab diantaranya :
a. Command Window
Pada command window, semua perintah matlab dituliskan dan diekskusi.
Kita dapat menuliskan perintah perhitungan sederhana, memanggil fungsi,
mencari informasi tentang sebuah fungsi dengan aturan penulisannya
(help), demo program, dan sebagainya.[4]
Setiap penulisan perintah selalu diawali dengan prompt ‘>>’. Misal,
mencari nilai sin 75, maka pada command window kita dapat mengetikkan
seperti pada gambar 2.17 :
22
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 2.17 Tampilan Command Window
b. Command History
Pada Command History berisi informasi tentang perintah yang pernah
dituliskan sebelumnya. Kita dapat mengambil kembali perintah dengan
menekan tombol panah ke atas atau mengklik perintah pada jendela
histori, kemudian melakukan copy‐paste ke command window.[4]
Gambar 2.18 Tampilan Command History
23
Politeknik Negeri Sriwijaya
c. Workspace
Workspace merupakan window data-data yang dibuat pada Command
Window dengan kata lain Workspace berisi informasi pemakaian variabel
di dalam memori matlab. [4]
Gambar 2.19 Tampilan Workspace
2.8.3 Pemrograman M-File
M‐file merupakan sederetan perintah matlab yang dituliskan secara
berurutan sebagai sebuah file. Nama file yang tersimpan akan memiliki
ekstensi .m yang menandakan bahwa file yang dibuat adalah file matlab.
M‐file dapat ditulis sebagai sebuah script atau dapat pula ditulis sebagai
sebuah fungsi yang menerima argument atau masukan yang menghasilkan
output.[4]
Contoh script sederhana dari matlab:
24
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar 2.20 Contoh script sederhana dari matlab
Jika di running, hasilnya akan terlihat di command window seperti
berikut:
Gambar 2.21 Contoh script yang telah di running
Download