Misuse, Letter of Credit, Banking System, Custom

advertisement
Penyalahgunaan Letter of Credit Sesuai UCP-500 dalam Proses Dokumen
Ditinjau dari Sudut Perbankan dan Kepabeanan
(Misuse of Letter of Credit to UCP-500 in Document Process in Terms of the
Banking and Customs Systems)
Oleh
Fatahillah1
Abstract
An International trade transactions undertaken, either individually or inter-state, must
have a guarantee. Underwriting the transactions can be conducted sales contract
(purchase agreement). If there was an agreement, then it may open interbank
relations called with an open letter of credit (L / C) as a guarantee for both parties, the
seller (exporter) and buyer (importer). L / C serves as a guarantee of payment
transactions and goods delivery. Assurance arrangements in the implementation of
such transactions shall be in accordance with applicable law and the international
trading system. Irregularities and misuse of the L / C transactions must be completed
in a manner applicable law. Abuse of L / C in Jakarta BNI-46 must be completed by
law and persons involved must be clear sanctions.
Keyword : Misuse, Letter of Credit, Banking System, Custom System.
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Sisi hukum perdagangan Internasional transaksi jual beli haruslah dan
dimungkinkan mengembangkan untuk mengembangkan sistim perdagangan
Internasional dengan mengikuti aturan yang ada dalam World Trade Organitation
(WTO). Ini semua bertujuan untuk menghindari hambatan dalam perdagangan
Internasional, semua negara tanpa diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama.
1
Penulis adalah Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
127
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
Salah satu transaksi dagang yang ada hubungannya dalam perdagangan
tersebut adalah ekspor dan import, para eksportir maupun inportir haruslam mendapat
perlindungan hukum agar tidak mengalami kerugian bagi pihak yang melakukan
transaksi jual maupun beli. Dalam melakukan perdagangan internasional para pihak
harus melalui pembukaan Letter Of Credit (L/C) 2
Dengan membuka L/C dapat memberikan jaminan atau kepastian hukum
dalam hal mekanisme pembayaran antara perkembangan atau variasi mekanisme
komersial untuk mana L/C digunakan untuk memudahkannya.
Pembukaan L/C di Bank adalah salah satu system perdagangan yang
dilakukan dan diakui di dunia dalam hal transaksi ekspor inport untuk melakukan
negosiasi dalam hal pembayarandal telah diatur dalam sistim hukum international
uniform costum and protection for documentary credit (UCP-500)sedang diindonesia
dasar hukumnya adalah himpunan ketentuan dan prosedur lalu lintas devisa.3 UCP
pertama kali diadopsi tahun 1933 dan mengalami revisi sejak tahun 1951, 1962, 1971,
1983 januari 1993 dan jaNUARI 1994. UCP-500 adalah perjanjian Internasional yang
dapat dipadukan oleh pihak lain ke dalam L/C yang dimohon. Didalam praktek ini
sangat bervariasi dan dipadukan oleh Bank di dalam perjanjian L/C.
Pembukaan L/C bank menunjukkan pelaku bisnis untuk mengikat dalam
perjanjian dan memenuhi hak dan kewajiban para pihak yaitu penjual dan pembeli,
dan dijamin oleh Bank sebagai pihak ketiga untuk melangsungkan proses dokumen
supaya dipatuhi , Proses jual dan beli menimbulkan akibat hukum, dalam hal ini saling
mengikat dalam transaksi yang akan dilakukan pihak Bank pada transaksi tersebut
punya kewajiban melakukan pembukaan kredit documenter untuk meneliti apakah
semua dokumen yang diserahkan memenuhi persyaratan sesuai pasal 7 UCP-500 :
“Bank must examine all document with reason able care to assortain that, they appear
on their face to be in accordance with terms and conditions of the credit”
Dalam pemahamannya dilihat dari sudut pandang pelaku bisnis tidak ada
sesuatu yang lebih sederhana dan lebih jelas selain transaksi kredit, dia akan
.Roselyne Hutabarat. Transaksi Ekspor dan Impor, Erlangga Jakarta, 1994.hal.24
.Hartono Hadi Seoprapto, Kredit Berdokumen (Letter of Kredit ). Liberty,
Yogyakarta, 1991 hal. 39
2
3
128
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
mengambil L/C suatu nilai tersendiri. Dalam hal ini kredit telah mengetahui beberapa
waktu tanpa adanya catatan. Dalam kasus yang tidak dapat diketemukan , kita melihat
nilai kredit yang telah dikembangkan untuk itu.
Peranan Bank dalam pembukaan L/C untuk mengatur pembayaran dalam
transaksi para pihak penjual dan pembeli. Hal ini dapat diperhatikan bila Bank lalai
melakukan tugas dan fungsi maka merupakan permulaan dari pada akan terjadi
penyalahgunaan pembukaan L/C, Bank salah satu termasuk berperan kunci awal
untuk menghindari apabila dilakukan dengan pengawasan/penelitian yang sifatnya
internal dan eksternal dalam proses document untuk melakukan negosiasi L/C
Dalam hal kasus fiktif L/C BNI-1946 kebayoran baru Jakarta Selatan ini
merupakan suatu perbuatan rekayasa palsu , seakan –akan bahwa ekspor barang
yang dibertitahukan dalam L/C atau dokumen kepabeanan atau dokumen bill of
loading dilaksanakan benar terjadi padahal semua ini tipu muslihat hanya sebatas
sarana yang dibuat di Bank dalam mendukung dokumen L/C dan lainnya agar Bank
dapat mencairkan setelah proses administrasi dipenuhi.
Dalam praktek dilapangan dari sisi teknis kepabeanan sebelum dokumen
dokumen dianggap valid atau sah, tentu memerlukan penelitian/pemeriksaan tentang
jenis /jumlah dan harga barang yang akan diekspor dari Indonesia akan dicek
ketersediaaan digudang pelabuhan dan telah sesuai dengan permintaan importer atau
benar-benar siap untuk di ekspor.
Pengaturan suatu proses kegiatan ekspor barang sebelum barang loading
atas kapal, beberapa persiapan langkah yang perlu diperhatikan baik pengusaha
maupun pemerintah dan perlu pengawasan untuk tujuan eksport beberapa tahap
yang harus dipenuhi yaitu :
1. Eksportir/pemilik barang harus siap menunjukkan barang yang dipesan
importir telah ditimbun dipabrik atau gudang si penjual.
2. Si pembeli atau agen dari importir diluar negeri yang ditunjuk mengecek
barang tersebut apakah lengkap sesuai pesanan.
3. Si pengusaha/agen secara teknis barang telah lengkap, dapat
menghubungi petugas Bea Cukai dan pelayaran untuk memberitahukan
bahwa dilakukan eksport.
129
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
4. Barang sebelum persetujuan Bea cukai fiat muat kapal, tidak dapat
diberikan oleh petugas Bea cukai akan melakukan pengecekan terlebih
dahulu jumlah container, tanpa melakukan pemeriksaan fisik jenis
barang terkecuali memperoleh data intelijen bahwa barang tersebut
dicurigai.
5. Nakhoda pelayaran tidaka akan emnerima barang untuk dimuat ke kapal
sebelum menerima dokumen pabean dari petugas Bea Cukai yang
memberikan ijin muat.
6. Bila barang ekspor telah dimuat seluruhnya di atas kapal, nakhoda haur
mengeluarkan dokumen kappa yang disebut Bill of Loading atas
dokumen angkut barang tersebut dan merupakan salah satu dokumen
penting yang harus diserahkan kepada Bank guna menjamin dalam
rangka negosiasikan penarikan dana.
Dari petunjuk diatas jelas untuk praktek dilapangan harus diselesaikan
sebelum dokumen penting diserahkan ke Bank.
Proses dokumen di perbankan secara adminiztrasi dalam rangka ekspor
harus sesuai L/C yang dibuka di Bank dengan memperhatikan ketentuan tehnis dala
UCP-500. Yang merupakan landasan perbankan, menjamin transaksi perdagangan
internasional guna menjamin pembayaran oleh si importer atau pembeli barang,
apakah sesuai dengan pesanan yang diinginkan, dan kepentingan kedua pihak Bank
merupakan jasa jaminan atas transaksi dua belah pihak untuk saling dapat dipercaya
dalam perdagangan internasional.
Bank harus dapat meneliti kebenaran dokumen tersebut, sebab proses
dokumen yang terkirim dalam proses sesuai ketentuan diperbankan tentang dokumen
yang menyangkut dalam transaksi ekspor inpor melalui pembukaan L/C.dan penting
bagi (importer), pihak Bank pembuka L/C sebab harus mengetahui benar dokumen itu
dimungkinkan untuk dipenuhi oleh eksportir.
Oleh sebab itu transaksi melalui pembukaan L/C adalah transaksi dokumen
yang berkaitan dengan barang yang dikapalkan oleh sebab itu isi L/C haru secara
khusus menyebutkan dokumen yang diisyaratkan dan isinya.4 Dengan dibuka L/C
. Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor –Impor, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1999, hal 63,
4
130
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
Bank yang terlibat impor dan eksport setuju melakukan pembayaran atas dokumen
yang diserahkan bila dinilai memenuhi syarat L/C sebab Bank tidak terikat dan tidak
punya kepentingan atas kontrak mana barabg-barang dikapalkan.
Beberapa kepentingan dalam transaksi internasional dilakukan melalui
pembukaan L/C yaitu : Letak geografis, Masalah hukum, Hambatan Mata Uang,
Kepentingan penjua dan Pembeli. Manfaat dari atau kebaikan dari transaksi apabila
dilakukan dalam suatu perdagangan internasional dengan menggunakan L/C adalah
sbb: Eksportir lebih menguntungkan, Eksportir/ penjual segera menerima
pembayaran, Eksportir dapa menggunakan L/C untuk kepentingan pembayaran
selanjutnya, Importir biasanya tidak haru menyediakan dana cash untuk ditebus dan
dapat melakukan pinjaman pembiayaan, Importir/pembeli merasa terjamin bahwa
baiknya akan menolakpada eksportir yang telah memenuhi persyaratan L/C seperti
yang telah ditentukan dalam L/C.
Menyimak dari skandal BNI-46 Jakarta dapat dikalsifikasikan bukan lagi
kasus yang dapat digolongkan sekedar tindak criminal biasa sebab tindakannya
merupakan kejahatan besar, melihat jumlah uang Negara yang diselewengkan cukup
besar mencapai Rp, 1,7 triliun dengan modus operandi surat kredi L/C fiktif. Ini
mengindikasikan ada kerjasama dengan pihak BNI-46 itu sendiri sebab pengaturan
sudah ada dalam Undang-Undang dan sistim yang mendukung sulit dapat terjadi
tanpa adanya orang dalam BNI-46 itu sendiri.
Karna tidak berfungsinya pengawasan internal BNI-46 Jakarta yang dapat
melakukan monitoring dan mengawasi data yang masuk ke BNI-46 jakarta ke Bank
Indonesia dan penyalahgunaan L/C fiktif. Peraturan yang ada dalam UCP-500 dan
Undang-Undang Perbankan telah diatur dengan jelas dan pencegahan secara
prefentif untuk menghindari penyalahgunaan L/C fiktif tersebut Pengaturan dalam
UCP-500 telah diakui oleh Perbankan hampir diseluruh dunia dalam melakukan
transaksi Perdagangan Internasional.
2.
Tinjauan Pustaka
Dalam rangka menjamin suatu transaksi perdagangan Internasional baik
yang dilakukan secara bilateral maupun multilateral ataupun perorangan antara
pelaku bisnis di dalam kegiatan ekspor impor, penjaminan pembayaran diantara pihak
bagi pelaku bisnis baik eksportir maupun inportir membuat suatu kesepakatan atau
131
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
perjanjian pada transaksi bisnis yang sementara dilakukan untuk mengikat diantara
mereka telah terjadi kesepakatan atau perjanjian jual beli yang dituangkan dalam
suatu kontrak.
Kontrak jual beli merupakan awal dari pada perjanjian bisnis dalam
perdagangan yang dilaksanakan, segala sesuatu pengaturan yang menjamin untuk
saling yakin dan percaya dalam transaksi tersebut, mereka akan menuangkan dalam
wujud kontrak. Agar tidak terjadi wanprestasi dalam perjanjian tersebut sehingga hak
dan kewajiban oleh pelaku perjanjian tersebut dengan demikian diantara pihak telah
ada perlindungan hukum yang pasti untuk nanti sebelum dilaksanakan realisasi
perdagangan.
Didalam hukum bisnis pada suatu kontrak yang telah disepakati untuk
perdagangan internasional dan hukum Internasional, telah saling memberikan
perlindungan hukum bagi para pihak, apabila terjadi pelanggara diantara mereka
tidak mematuhi perjanjian kontrak jual beli tersebut.
Pembahasan tentang L/C dalam perdagangan Internasional, harus
memenuhi dan dipahami sejauh mana mengikat bagi kedua pihak yang melakukan
bisnis, apabila dilakukan hubungan hukum melanjutkan transaksi tersebut ke Bank
untuk opening Bank L/C dibuka oleh importer disalah satu Bank sesuai L/C, kontrak
jual beli atas permintaan sipemohon, apa yang diuraikan dalam UCP-500 pasal 3
tentang kontrak
Bila diperhatikan bahwa dengan dibuka L/C tersebut dan sifat dari L/C disini
merupakan transaksi terpisah dari kontrak penjualan atau kontrak lainnya yang
menjadi dasar L/C dan Bank sama sekali tidak tersangkut atau terikat oleh kontrak.
Kedudukan L/C yang dibuka oleh pihak si pemohon/applicant, menurut
sifatnya L/C adalah merupakan transaksi yang terpisah dari perjanjian kontrak yang
disepakati, dan Bank sama sekali tidak tersangkut atau terikat dengan kontrak
tersebut kedudukan L/C pada transaksi perdagangan para pihak Bank hanyalah untuk
menjamin para importer sebagai pemohon L/C dibuka di Bank, apabila Bank tersebut
sebagai pihak ke tiga melakukan kewajibannya melakukan penelitian dokumen yang
berkaitan dengan barang-narang ekspor benar valid sesuai keasliannya.
Bagi si beneficiary setelah menerima pesanan atas order/importer melalui
Bank advising negotiating akan mempersiapkan pengiriman barang ekspor ke
132
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
sipemohon applicant, hubungan bisnis dalam transaksi pembayaran menjamin pihak
si importer dan sifat kekhawatiran atas pembayaran tersebut, demikian sebaliknya
bagi pihak eksportir untuk menhindari rasa ketakutan bahwa apabila pesanan barang
tidak terkirim atau tidak terpenuhi janjinya. Maka perana Bank baik itu sebagai
opening/issuing Bank, amupun sebagai advising/ regotating bank menjamin transaksi
pembayaran para pihak tersebut dengan memberikan perlindungan hukum perbankan
sesuai UCP-500 untuk dapat diterpkan teori Strick Compliance Law secara mutlak
untuk dipenuhi para importer dan eksportir.
Kedudukan Bank prinsipnya sebagai institusi yang sangat independence
dalam kesediaannya untuk membayar, mengaksep dan membayar wasel atau
melakukan negosiasi/atau mengambil alih dan atau memenuhi setiap kewajiban
lainnya berdasarkan L/C.
Apabila telah kita pahami kontrak dan credit dalam transaksi perdagangan
ekspor impor, kita akan memahami pengertian dari pada L/C sepeti apa sebutan atau
istilah ini perlu dapat harus dipahami di dalam melakukan di dunia perdagangan
Internasional.
Secara prinsipil bahwa L/C adalah sebagai alat pembayaran dalam suatu
tyransaksi perdangan Internasioanl yang telah dapat diterima dalam dunia
perdagangan antar Negara.
Pada prinsipnya dengan melakukan pembukaan L/C di Bank atas transaksi
perdagangan Internasioanl dapat meberikan perlindungan hukum bagi eksportir dan
inportir dalam melakukan bisnis danagn Internasional serta menjami pembayaran
diantara mereka dan sekaligus melancarkan pelaksanaan operasi lapangan maupun
proses administrasi instansi yang terkait yang melayani dokumen tersebut. Termasuk
didalamnya konfirmasi Bank dikatakan sebagai confirmation of credit by may result in
genuine benefit to the beneficiary of the credit without is any way actually calling upon
payment from the confirming bank there is however, no actual deviaton from the
general rukle that upon the insivensi of bank, the beneficiaries of the its out standing
letter of credit, rank only as general creditors.5
5
. UCP-500 Page ….. (Pasal 7)
133
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
Hubungan hukum dalam perdagangan internasionalatas pembukaan L/C di
Bank dengan instansi kepabeanan adalah hubungan karena pengaturan dokumen
dalam proses masing-masing dalam kewenangan tugas dan fungsinya dalam
melayani kegiatan transaksi perdagangan Internasional, Pengaturan dalam UCP-500
dalam mengklasifikasikan smua dokumen seperti dokumen transportasi, dokumen
asuransi, faktur, packing list, kecuali dokumen kepabeanan tidak disebutkan dalam
UCP-500.
3.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
berkenan dengan pokok penelitian, bagaimana dapat mungkin dilakukan
pembobolan keuangan melalui pembukaan Letetr of Credit fiktif di Bank, sementara
undang-undang dan system administrasi perbankan sangat menudkung, bagaimana
peranan Bea dan cukai atas terjadinya peyalahgunaan Letterof Credit di Bank,
Bentuk pengawasan otoraitas Bank Indonesia segabagi regulator perbankan di
Indonesia.
4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan topic dari permasalahan yang dijelaskan diatas maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah aturan yang ada cukup dapat
melakukan perlindungan hukum bagi para pelaku bisnis dalam transaksi perdagangan
Internasional melalui pembukaan L/C di perbankan, apakah sistim dokumen sesuai
dengan kebutuhan tarnsaksi perdagangan Internasional.
5.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara normative yuridis yang hanya menggunakan
data sekunder dan mengacu pada norma hukum nasional dan internasional serta
putusan pengadilan, sifat penelitian ini diskriptif yang bertujuan untuk menjawab dan
memahami bagaiman peran Bank dalam Penggunaan Letter of Credit serta peraturan
dalam UCP-500 dalam kontek perdagangan Internasional.
B.
PEMBAHASAN
Istilah pemahaman penyalahgunaan mengandung pengertian sangant luas
dan sulit didvinisikan secara lengkap, menurut terminologi hukum dapat diartikan atau
134
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
diistilahkan dengan sebutan “abusus” artinya penyalahgunaan.6 atau abuse artinya
bertindak sewenag-wenang.7 Dari pemahaman atau terminology diatas,
penyalahgunaan dapat dikatagorikan dalam suatu perbuatan yang tidak sesuai dalam
peraturan Perundang-undangan yang berlaku atau tidak dapat dilakukan sesuai
ketentuan hukum maupun atauran prosedur yang berlaku atau disebut menyimpang
dari ketentuan atau prosedur dengan maksud dan tujuan untuk mencari keuntungan
secara individu/kelompok serta dapat merugikan keuangan nrgara atas perbuatan
sewenang-wenang.
Perbuatan penyalahgunaan disini yaitu dengan sengaja direncanakan
dengan dalil melakukan transaksi atas pembukaan L/C opening issuing di Bank
melalui antar Negara dalam kapasitas perdagangan Internasional dalam rangka
ekspor-impor. Melakukan pembukaan rekening menjadi delik transaksi oleh importer
disebut sebagai opening credit/ luar negeri dengan si eksportir didalam negeri yang
disebut sebagai beneficiary (advising Bank) secara sengaja melakukan pemalsuan /
penipuan dokumen yang berhubungan dengan transaksi pemalsual L/C,
mengakibatkan pembayaran atau negosiasi Bank melakukan pembayaran/transfer
tidak sesuai peraturan yang berlaku. Mengakibatkan Bank yang melakukan
pembayaran menjadi bobol, sehingga Negara dapat dirugikan.
Dilihat dari segi kepabeanan inipun dapat dilaihat adanya pemalsuan atau
penipuan dokumen atas barangekspor impor didalam Undang-Undang kepabeanan
No 10 Tahun 1995 hal tersebut telah diatur dengan jelas tentang impor dan ekspor,
namun khusus mengenai transaksi ekspor dan inpor tersebut yang menggunakan L/C
atau tanpa L/C , tidak ada pengaturan pada transaksi yang dilakukan dalam
pembukaan L/C sama sekali dalam undang-undang kepabeanan tidak diatur .
Pengaturan tentang pembukaan L/C adalah merupakan satu transaksi
perdagangan ekspor dan inport tidak dilakukan pengaturan namun secara defacto
apabila transaksi tersebut dilakukan baik dengan membuka L/C atau tidak.
Undang_Undang kepabeanan pada proses pengeluaran barang secara prinsip telah
ditetapkan menurut prosedur dalam ketentuan aturan hukumnya danmengakui
6
IPM. Ramhandoko, Terminologi Hukum, Penerbit, sinar Grafika, Jakarta 1996, hal
7
Ibit, hal 7.
7.
135
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
pengeluaran barang tersebut untuk diproses sesuai Undang-Undang No 10 tahun
1995 tentang kepabeanan dalam hal ekspor impor.8
Penyalahgunaan dapat juga terjadi dari segi pemeriksaan physic barang oleh
petugas bead an cukai tidak melaporkan secara benar jujur kebenaran yang dilihat
apabila dococokkan pada dokumen kepabeanan setelah diperiksa untuk dilaporkan
dalam hasil pemeriksaan sehingga dapat mengakibatkan kevalitan dokumen tersebut
tidak benar yang mengakibatkan bank juga kebobolan.
Dalam pengaturan di Bankl tentang transaksi dalam perdagangan yang di
lakukan atas pembukaan L/C sesuai PP No 16 Tahun 1970. Bank Indonesia
mengeluarkan Himpunan Ketentuan Prosedur Dalam Lalulintas Devisa (HKPLLD)
mengatur pelaksanaan untuk mengharuskan L/C diterima dari Luar Negeri maupun
yang diterbitakan dari Indonesia keluar negeri tunduk pada UCP-500.9
Kemudian dipertegas kembali pada PP No 1 Tahun 1982 mengatur dalam
praktek diperbankan Indonesia agar menggunakan UCP-500. Dalam satu transaksi
L/C Bank Indonesia mendukung sesuai ketentuan tersebut. Yang menrupakan dasar
dalam transaksi melalui opening credit L/C yang merupakan dasar hukum dalam
transaksi melalui opening credit diperbankan UCP bukan sebagai Undang-Undang
dan bukan sebagai produk hukum yudikatif tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat (force Law).UCPmerupakan kompilasi kebiasaan dan praktek perdagangan
Internasional yang dilakukan dengan transaksi atas pembukaan L/C .
Perencanaan yang melatarbelakangi timbulnya penyalahgunaan L/Ctersebut
pada intinya para pelaku bisnis maupun instansi tertentu dalam pemerintahan telah
sengaja berencana unutk sepakat melakukan kewenangan delik kejahatan untuk
merong-rong keuangan Negara dan merusak perekonomian nasional, sekaligus
menjatuhkan citra bangsa Indonesia didunia kemudian menghilangkan kepercayaan
dunia perbankan kepada pemerintah Indonesia khususnya dibidang perbankan.
Dengan kata lain oknum-oknum pelaku bisnis tersebut dan birokrat
pemerintah sengaja tidak mematuhi aturan sama sekali untuk proses transaksi
perdagangan internasional dengan menggunakan dalam system pembukaan L/C
8
Ramlan Ginting. Letter of Kredit, Tujuan untuk hukum dan Bisnis. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta 2000. Hal.7
9 Ibid hal. 17
136
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
secara berencana dan bersama-sama untuk melakukan pembobolan Ban, baik orang
dalam Bank maupun pengusaha ataupun instansi lainnya yang terkait dengan
menangani prose transaksi pembukaan L/C dalam perdagangan internasional.
Pembukaan L/C dalah merupakan sarana bantuan Bank kepad para eksportir
maupun Inportir untuk memperlancar dalam transaksi petrdagangan internasional
dengan cara pembayaran dilakukan pembukaan L/C Bank melakukan opening kredit
L/C, dan memberikan jaminan baik pada eksportir maupun Importir yang merupakan
rekanan Bank tersebut akan membayar, hal ini dilakukan karena mendapat jaminan
pembayaran sehingga para eksportir tidaka akan ragu mengirimkan barang yang
dipesan oleh importer.
Faktor yang menyebabkan terjadi penyalahgunaan L/C, sesuai dengan
peraturan Pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintanh (PP No: 1
Tahun 1992 yang merupakan dasar hukum L/C diperlukan dalam transaksi
perdagangan Internasional sekaligus persetujuan pemerintah kemudian Bank
Indonesia mengiplemetasikan untuk menindak lajuti PP tersebut sehingga keluar surat
edaran (SE) Bank Indonesia No: 17/14/ULN/ tanggal 29 september 1984 untuk
mewajibkan L/C diterbitan oleh Bank Devisa di Indonesia untuk menunduk pada UCP400 yang berlaku tahun 1984 merupakan penggantian UCP-290.
Pengaturan dalam proses UCP merupakan perikatan yang harus ditaati atau
dipenuhi sesuai dalam persetujuan sale contrak untuk dilaksanakan kemudian
dipertegas dalam rancangan peraturan Bank Indonesia No 2/PBI/2000 tentang /C dan
pengaturan proses dokumen di banl diberi kewenangan untuk melakukan
penelitiandokumen atas transaksi perdagangan Internasional melalui pembukaan L/C
di bank dengan berpedoman pada doktrin.
Dari penjelasan diatas beberapa bentuk penyimpangan penyalahgunaan L/C
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Penyimpangan Penyalahgunaan Secara phisik : artinya perbuatan yang
dilakukan dengan kerja sama para pelaku bisnis dan instansi tertentu
tidak mengikuti ketentuan atau syarat yang telah diatur untuk melakukan
semua proses dokumen termasuk dokumen dipalsukan oleh oknum
instansi yang terkait pengurusan dokumen oleh pengusahauntuk
mengajukan ke Bank
137
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
Seperti kasus L/C fiktif Bank BNI-46 Jakarta yang merupakan kasusu
phisik yang merugikan Negara mencapai Rp.1,7 Triliun padahal tidak
pernah terjadi kegiatan impor dan ekspor dan tidak ada terjadi jual beli
dalam prakteknya namun barang yang disebutkan dalam dokumen
semua fiktif penipuan ini juga melibatkan pihak Bank itu sendiri Dalam
kasus ini yang ahrus diperhatikan adalah coanectitas hukum dalam
transaksi hubungan kerja antara instansi yang terkait, baik pemerintah
an swasta , yang merupakan sangat prinsip/penting dalam rangka
menghindari penyalahgunaan L/C untuk menarik dana dari Bank secara
illegal.
2. Penyalahgunaan Penyimpangan Secara administrative yaitu suatu
perbuatan yang dilakukan dengan memenuhi prosedur ketentuan yang
berlaku secara resmi dengan mengikuti sistim pengaturan dalam
transaksi perdagangan Internasioanl sebagaimana mestinya pada
transaksi ekspor/impor dalam rangka transaksi tersebut melalui L/C dan
harus diperhatikan :
Kontrak jual beli, Syarat L/C, Pembukaan L/C, Dokumen Barang ekspor,
Penyerahan dokumen dan harus diteliti, Bentuk penyelesaian negosiasi
pembayaran oleh Bank dalam negosiasi pembayaran dapat dilihat
sebagai berikut : L/C dibuka harus komersial, Dokumen-dokumen (1)
PBE (2) B/L)(3) Invoice, (4) Asuransi dll.
Faktor penyebab terjadinya penyimpangan dalam peyalahgunaan L/C
sebagai berikut :
1. Lambannya pengaturan yang mengatur dalam prosedur maupun praktek
pembukaan L/C di Bank
2. SDM manusia relative kurang memahami peraturan undang-undang
yang berlaku dalam transaksi perdagangan
3. Tidak saling memahami kurang kerja sama antar instansi terkait dan
memahami tugas dan fungsinya.
Pelanggaran administrative apabila dilakukan dengan tidak sengaja baik itu
pada saat proses dokumen , apakah di Bank ataupun di instansi terkait tidak diketahui
sama sekali kelengkapan dokumen yang terlampir atau tidak mengetahui kesalahan
138
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
pada penulisan dan pemberitahuan dalam dokumen pelangaran yang emikian ini
merupakan pelanggaran administrative.
Fungsi dari L/C adalah dan dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
1. Sebagai jaminan atas hubungan bayar dalam suatu transaksi ekspor
impor sebagai alat kredit
2. Sebagai alat untuk menunjukkan kredit untuk standing dalam
penerimaan dan penawaran
3. Sebagai alat yang dapat digunakan dasar pedoman dalam suatu
penawaran dan penerimaan
4. Asebagai alat yang dapat dijadikan dasar pedoman dalam
menyelesaikan claim yang timbul
5. Bank-Bank di Indonesia yang terjamin reputasinya baik Bank dalam
maupun Bank diluar negeri.
Menyelenggarakan transaksi perdagangan Internasional tentu ikut dalam
hukum masing masing Negara yang berlaku, akan tetapi supaya tidak baku atau kaku
dalam melaksanakan peraturan perlu sikap toleransi dalam proses perdagangan ,
apabila ada sengketa antar mereka harus mengakui hukum Negara masing-masing
kemudian juga harus memperhatikan bahasa, nilai mata uang, bahan timbangan dan
taksiran, sehingga tidak merugikan para pihak.
Oleh sebab itu cara melakukan keterbukaan disclosure transparan dalam
proses transaksi L/C tersebut, ehingga tidak ada misunderstanding untuk proses
pembukaan L/C tersebut.dan apa yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sesuai
dengan UCP-500 dapat digunakan untuk transaksi di luar negeri.
Dalam pemahaman sesuai sistim perdagangan yang disepakati dengan
menggunakan sistim UCP-500 , seperti kausus BNI-46 kebayoran Jakarta Selatan
sulit terjadi bila diikuti semua prosedur yang ada lada UCP-500 dan Peratuan yang
ada dalam Bank Indonesia dikuti dengan benar.
Resiko yang timbul atas peyalahgunaan L/C dalam suatu perdagangan
internasional pengaturan pada transaksi bisnis tersebut tidak hanya berlaku hukum
nasional tetapi juga keterlibatan hukum Internasional telah bercampur dari berbagai
139
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
Negara ada importer dan eksportir, Pengaturan dalam perlindungan tersebut dapat
kita lihat dalam organisasi perdagangan dunia yang disebut dengan World Trade
Organitation (WTO) kemudian dibidang kepabeanan ada World Custom Organitatin(
WCO) kemudian system yang digunakan mainfarm costom and practice of
commercial dalam system perdagangan, apabila antara eksportir dan importer saling
menyepakati sistim digunakan.
Bila terjadi pelanggaran akan aturan tersebut maka akan menerima sanksi
dari luar apa yang dilakukan sesuai pelanggran yang dilakukan dan mendapat sanksi
hukum khususnya dari luar mengenai pelanggaran yang berkonotasi di kejahatan
ekonomi dalam penyalahgunaan L/C maka sanksi berat akan diterpkan sesuai
undang-undang hukum yang berlaku di Indonesia. Penyalahgunaan L/C di Bank
merupakan suatu perbuatan yang dapat merusak kepercayaan dunia perdagangan
dan perbankan sangat ironi bila hal ini terjadi dapat juga merusak dunia perdagangan
Indonesia di mata dunia oleh karna itu perbuatan penyalahgunaan L/C haruslah
dihukum berat sesuai perbuatan dan efek jera bagi sipelaku.
Dalam rangka untuk menghindari atau melakukan pencegahan supaya tidak
terjadi penyalahgunaan L/C hal ini dapat dilakukan pengawasan secara intensif
dengan cara prefentif dan represif pengawasan tersebut dapat dilakukan di Perbankan
dan diluar perbankan yang terkai dalam suatu proses Bank secara administrative
maupun phisik.
Pengawasan administrative dapa dilakukan oleh perbankan sedang
pengawasan fisik dapat dilakukan oleh orang yang ada dilapangan atau pemeriksaan
dipelabuhan atau diluar pelabuhan. Pengawasan dari instansi perbankan atau kinerja
yang dilakukan Bank Devisa tersebut yang dilakukan kegiatan ekspor impor untuk
tidak terjadi pelanggaran . Pencegahan pelanggaran atas transaksi ekspor impor
untuk tidak terjadi pelanggaran.
Personalitas SDM dalam kinerja perbankan merupakan salah satu unsure
penting di dalam mengoperasikan perangkat teknologi dalam menjembatani transaksi
lewat computer.
C.
KESIMPULAN
Penyimpangan dalam penyalahgunaan transaksi perdagangan Internasional
melalui perbankan Letter of Credit di Bank adalah merupakan suatu kegiatan yang
140
Penyalahgunaan Letter of Credit (L/C)… (Fatahillah)
melakukan pelanggaran pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, tidak
sesuai dengan ketentuan hukum dan prosedur yang dijalankan akaibatnya Negara
dirugikan.
Pelanggaran ini dapat dilakukan para pihak pelaku bisnis, instansi
pemerintah yang terkait maupun yang lainnyasengaja dilakukan untuk kepentingan
individu/kelompok, golongan sehingga dapat mengakibatkan kerugian Negara.
Perlindungan hukum pada transaksi perdagangan Internasional aturannya telah
lengkap prasarana hukum untuk mengiplementasikan sebagai dasar hukum dalam
sarana transaksi tersebut.
Penyimpangan dalam penyalahgunaan L/C transaksi perdagangan
Internasional dialkukan dengan cara pemalsuan dokumen oleh petugas yang terkait
dalam proses pembukaan L/C tersebut baik scara administrative maupun dalam
operasional dilapangan.
Penyimpangan-penyimpangan prosedur atas dokumen sengaja dilakukan
seakan-akan dokumen tersebut asli pada kenyataannya yang sebenarnya dokumen
tersebut ternyata palsu, dan tidak sesuai dengan ketentuan hukum. Demikian pula
personalitas atau petugas telah sengaja untuk melakukan perbuatan pemalsuan
dokumen tersebut dalam rangka untuk kepentingan individu/ kelompok guna
memperkaya diri dalam katagori mencuri uang Negara.
Pengaturan dalam perlindungan hukum sebagai dasar hukum pelaku bisnis
regulasi yang mengatur secara baik telah lengkap sesuai yuridis formal. Apabila
transaksi perdagangan Internasional yang dilakukan melalui pembukaan L/C baik
dalam pelanggaran hukumnya telah dapat mengakomodasi sanksi hukum yang
berjenjang yaitu sedang, berat, dan sangat berat yaitu dapat kita lihat dalam undangundang, seperti undang –undang tentang pencucian uang, Undang tetang Perbankan,
Undang tentang lalu lintas devisa, Undang tentang kepabeanan.
Undang-Undang tersebut diatas telah lengkap dan memenuhi standar yang
baik dalam pengaturan transaksi perdagangan Internasional maupun penerapan saksi
yang sesuai permasalahanpada ketentuan pelaksanaan yang berada pada para
perugas yang menangani transaksi perdagangan tersebut, factor petugas sangat
menentukan dalam melaksanakan prosedur, para petugas tidak dapat menjalankan
tugas dan fungsinya apa yang kita ketahui dalam kasus L/C fiktif pada BNI-46 jakarta
141
Jurnal Nanggroë, Volume 2, Nomor 3, Desember 2013
ISSN 2302-6219
adalah merupakan kasus personalitas, yang tidak bekerja dengan jujur, dalam
melakukan kerja sama dengan rencana sengaja membobolkan keuangan dengan
cara pembukaan L/C di Bank.
Begitupun sistim yang diterapkan dalam transaksi tersebut menurut penulis
sangat baik menggunakan sistim prosedur yang ada pada UCP-500 Uniform Custom
and for Documentaray Credit, sistim ini telah dikenal didunia transaksi dalam
perdagangan Internasional hampir diseluruh dunia memekai sistim tersebut dan
Indonesia termasuk memakai sistim ini.
Daftar Pustaka
Sugiono Bambang. 1996. Metodologi Penelitian Hukum . Jakarta. UI Press.
Emy Pangaribuan Simajuntak . 1991.Jogyakarta Pembukuan Kredit Berdokumen.
Universitas Gajahmada Press.
Suprapto Hadi Hartono. 1991. Kredit Berdokumen (Letter of Kredit ) Jogjakarta.
Liberty .1991
Ram Handoko. Ipm. 1989. Terminologi hukum .Jakarta. Sinar Grafika.
Moejono dan Jamal Wiwoho. 1989. Translete Perdagangan Luar Negeri-Documentary
Credit Devisa. Jogyakarta. Liberty.
Ginting Ramlan.2000. Letter of Credit Tujuan Untuk Hukum Bisnis Jakarta Salemba
empat.
Roselyne Hutabarat.1994. Transaksi Ekspor-Impor Jakarta Erlangga.
------------------------ . 1999. Transaksi Ekspor-Impor edisi Ke(II). Jakarta. Erlangga
Uniform Custom and Protection for Documentary Credit (UCP-500)
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No : 2 Tahun 2000
142
Download