Edisi 36 Volume 9 Desember 2013 - Direktorat Jenderal Listrik dan

advertisement
Dari Redaksi
Susunan Redaksi
Penanggung Jawab
Sekretaris Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
Redaktur
Totoh Abdul Fatah,
Tumpal Gultom,
Heru Setiawan,
Hinsa Silaen,
Ear Marison,
Hagni Surendro,
Sudarti,
Wiwid Mulyadi,
Jackson Frans,
Fathorrahman, Hari Dwi Wijayanto,
Milan M Nainggolan,
Pandu Satria Jati,
Ahmad Amiruddin,
David F Silalahi,
Ilham Budi,
Elif Doka Marliska,
Andi Winarno,
Eri Nurcahyanto,
Penyunting/ Editor
Suwarno,
Novan Akhiriyanto,
Novi Pravitasari,
Matilda Parameswari
Desain Grafis/Fotografer
Stefanus Wisnu W
Agus Supriyadi
Ernawati,
Ajat Munajat
Achmad Yusuf Haryono
Sekretariat
Sri Baini Sapar,
Adar,
Emi Tursilah
Asep Hidayat,
Abdul Gofur
Sekretariat Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-2 Kav.07-08,
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon/Fax (021) 5225180
Email : [email protected]
D A F T A R
I S I
Berita
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Resmikan Empat Proyek Kelistrikan.............
Kementerian ESDM Peringati Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-68................
Pameran Kelistrikan Indonesia 2013 : Optimalisasi Produk Dalam negeri..............
Dirjen Ketenagalistrikan Luncurkan Program Pengendalian Lisdes.........................
Coffee Morning DJK : Prosedur Mendapatkan Listrik Disederhanakan....................
Instalasi Ketenagalistrikan Wajib Miliki Sertifikat Laik Operasi...............................
Kunjungan Dirjen Ketenagalistrikan ke PLTU 3 Bangka Belitung Unit 2...................
IIICE 2013 : Kapasitas Pembangkit Listrik Terus Ditambah......................................
Dirjen Ketenagaistrikan Ajak Kembangkan Pembangkit Listrik Berbasis EBT...........
Dirjen Ketenagalistrikan : Jangan Sampai Penerbitan SLO Menaikan COST.............
Karyawan Ditjen Ketenagalistrikan Dapat Motivasi Kerja dari dr Boyke..................
Pemerintah Dukung Program FSO dan LSO Online.................................................
Proyek-Proyek Listrik Perdesaan Jawa Barat Diresmikan........................................
DJK Peringati Hari Ulangtahun KORPRI Ke-42.........................................................
SDM Ketenagalistrikan harus Berkualitas...............................................................
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
24
26
27
Artikel
• Potensi Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca MEnggunakan Boiler Super
Critical (SC), Ultra Super Critical (USC), dan Advance Ultra Super Critical
(AUSC) ..............................................................................................................
• Pengendalian Subsidi Listrik Melalui Penerapan Penyesuaian Tarif Berkala.............
• Low-Carbon Model Town (LCMT) Dalam Asia Pasific Economic Cooperation
(APEC) dan Pelaksanaannya di Indonesia (Kota Surabaya) .................................
29
37
44
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Resmikan
Empat Proyek Kelistrikan
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didamingi para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan Gubernur Jawa Timur
Soekarwo meresmikan empat pembangkit listrik di Pacitan.
Penulis : Jackson Frans
Rabu (16/10) Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan beberapa proyek
infrastuktur yang dipusatkan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) I Pacitan. Proyek yang diresmikan tidak
hanya berada di bawah koordinasi Kementerian ESDM, tetapi juga dibawah beberapa Kementerian, antara lain
Kementerian Pekerjaan Umum. Empat pembangkit yang diresmikan pengoperasiannya tersebut yaitu PLTU
Pacitan (2 x 315 MW), PLTU Lontar (2 x 315 MW), PLTU Paiton (1 x 660 MW) dan PLTU Rembang (2 x 315 MW)
yang termasuk dalam program percepatan tahap I.
Dalam paparannya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyampaikan bahwa PLTU I Pacitan
ini adalah satu-satunya PLTU dalam program percepatan tahap I yang dibangun di daerah Selatan Jawa, dengan
tantangan yaitu ombak samudra Indonesia yang cukup besar namun dapat selesai dengan baik. Jero Wacik
menyampaikan bahwa selain memberikan kontribusi tenaga listrik di wilayah DKI Jakarta, Banten, Pacitan,
Probolinggo, dan Rembang, semua proyek proyek itu langsung masuk jaringan interkoneksi jawa bali. Wacik juga
menjelaskan bahwa pertumbuhan pembangunan tenaga listrik meningkat secara drastis. Hal ini disampaikan
bahwa sejak Indonesia merdeka sampai dengan tahun 2004, kapasitas pembangkit di Indonesia sekitar
Penandatanganan Prasasti Empat Proyek Pembangkit Listrik
di Kabupaten Pacitan oleh Presiden RI.
1 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
Menteri ESDM Jero Wacik mendampingi Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
25.100 MW dan pada periode 2004-2009 terdapat
penambahan sekitar 5.000 MW sehingga pada akhir
2009 kapasitas pembangkit di Indonesia menjadi
30.300 MW. Seiring dengan terus membaiknya
ekonomi dan iklim investasi di Indonesia, sehingga
membutuhkan pasokan listrik yang sangat besar.
Guna mengejar kebutuhan tersebut, dalam empat
tahun terakhir terjadi pertambahan kapasitas yang
luar biasa yaitu sebesar 16.000 MW, sehingga pada
akhir 2013 kapasitas terpasang akan menjadi 46.300
MW.. Diakhir laporannya Jero Wacik mengharapkan
“mudah-mudahan dengan ini Jawa Timur khususnya
Jawa Timur Bagian Selatan akan semakin maju dan
negara kita akan semakin sejahtera”
Susilo Susilo Bambang Yudhoyono menyoroti
masalah investasi yang sedemikian penting bagi iklim
usaha di Indonesia seperti yang disampaikan oleh
Gubernur Jawa Timur Soekarwo pada sambutannya.
Presiden berharap agar ekonomi Indonesia tetap
tumbuh, salah satunya dengan cara menjaga daya
beli masyarakat dan memastikan pembelanjaan
pemerintah berjalan dengan baik sehingga kita
dapat menggalakan investasi diseluruh tanah
air. “Potensinya besar Cuma kadang-kadang yang
menghambat itu ijin yang berbelit-belit”, ujar
Presiden menyoroti masalah perijinan yang ada.
Presiden mengharapkan dengan di resmikannya
penggunaan proyek-proyek pembangunan yang
terletak di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten itu,
investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat
meningkat.
Menteri ESDM Jero Wacik (kiri), Dirut PT PLN Nur Pamudji,
dan Dirjen Ketenagalistrikan Jarman (kanan) sebelum
peremian PLTU Pacitan.
PLTU Pacitan (2 x 315 MW), salah satu proyek percepatan
10.000 MW Tahap I yang diresmikan bersamaan dengan
PLTU Lontar (2 x 315 MW), PLTU Paiton (1 x 660 MW)
dan PLTU Rembang (2 x 315 MW) oleh Presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 2
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Kementerian ESDM Peringati Hari Jadi Pertambangan dan
Energi ke 68
Penulis : Pandu Satria Jati B
Pemotongan tumpeng secara sederhana (atas) menandai Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-68 (atas). Wamen ESDM
menerbangkan balon dan memberikan penghargaan energi pada upacara hari jadi pertambangan dan energi ke-68
(tengah). Suasana upacara hari jadi pertambangan dan energi ke-68 yang khidmad (bawah).
3 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Selasa (1/10), merupakan hari yang menggembirakan
bagi Kementerian ESDM. Pagi itu sekitar empat
ratus orang memenuhi lapangan Kantor Badan
Litbang ESDM untuk mengikuti upacara Hari Jadi
Pertambangan dan Energi ke-68. Upacara yang digelar
bersamaan dengan Hari Kesaktian Pancasila tersebut
berjalan secara sederhana namun khidmad. Selepas
upacara, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo
memimpin penerbangan balon, pemotongan
tumpeng dan kunjungan ke stan pameran.
‘Melalui semangat hari jadi pertambangan dan energi
ke 68 kita tingkatkan kapasitas nasional sektor ESDM’
itulah tema yang diangkat dalam peringatan Hari
Jadi Pertambangan dan Energi ke-68. Kepala Badan
Geologi ESDM Sukhyar menyampaikan bahwa dalam
rangkaian acara tersebut diberikan juga Penghargaan
Dharma Karya Pertambangan dan Energi, Pemberian
Penghargaan Keselamatan Dan Lingkungan Mineral
dan Batu Bara, serta pameran yang diikuti unit-unit di
lingkungan ESDM. Dalam upacara, Staf Ahli Menteri
Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup KESDM
Surono membacakan sejarah hari jadi pertambangan
dan energi.
Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi
didasarkan pada peristiwa yang memiliki bobot
sejarah yang tinggi dalam lingkup perjuangan
bangsa secara nasional. Pada tanggal 28 September
1945, pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho
(Jawatan Geologi) yang sebagian besar masih muda,
mengambil alih dengan paksa Chisitsu Chosasho
serta mengubah namanya menjadi Poesat Djawatan
Tambang dan Geologi. Hal ini mencerminkan tekad
para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia. Setelah melalui berbagai proses
yang sangat panjang Pada tanggal 27 September
2008 Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang
Hari Jadi Pertambangan dan Energi yang diperingati
setiap tanggal 28 September.
Dirjen Ketenagalistrikan menyampaikan selamat kepada
para penerima penghargaan energi.
Wamen ESDM Susilo Siswoutomo dalam
sambutannya menyampaikan bahwa kesaktian
pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober
mengingatkan kita untuk bersatu. Melaksanakan
pancasila menurut Wamen dapat dilakukan secara
sederhana, seperti bekerja dengan baik, menjadi
pejabat yang baik, serta menempatkan negara di
atas kepantingan pribadi. “Dimanapun kita berada,
Pancasila harus selalu menjadi panutan,” tegas
Wamen. Berangkat dari semangat hari kesaktian
pancasila tersebut, semangat mengabdi kepada
negara dapat dicerminkan dengan semangat bekerja
mengelola energi dan sumber daya mineral untuk
kesejahteraan rakyat. Jika dikelola dengan baik,
menurut Wamen pintu gerbang era keemasan
Indonesia tidak lain berasal dari sektor ESDM.
Wamen ESDM berpesan kepada peserta upacara agar
bersatu dan meningkatkan kekeluargaan di sektor
ESDM. “Ego sektor tidak boleh terjadi. Kita satu
keluarga, saling mendukung. Fokus pada what can
we do, apa yang dapat kita lakukan bersama,” ujar
Wamen. Tantangan adalah bagaimana mengelola
kekayaan alam tersebut bersama-sama dengan baik.
Untuk meningkatkan kapasitas kerja dan kerukunan
pegawai, rotasi pegawai antar unit menurut
Wamen diperlukan untuk mewujudkan ESDM yang
semakin berkualitas. BUMN-BUMN juga diajak
wamen untuk menjadi role model bagi perusahaan2
lainnya, khusunya dalam mengelola lingkungan dan
masyarakat.
Wamen ESDM mengunjungi pameran sub sektor ESDM
dalam peringatan hari jadi pertambangan dan energi ke68.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 4
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pameran Kelistrikan Indonesia 2013 :
Optimalisasi Produk Dalam Negeri
Para pengunjung Pameran Kelistrikan Indonesia 2013 memadati stan Ditjen ketenagalistrikan Kementerian ESDM untuk
mendapatkan informasi mengenai peluang investasi sub sektor ketenagalistrikan.
Rabu (23/10) hingga Jumat (25/10) ini PT PLN
(persero) selaku tuan rumah menggelar pameran
dan seminar kelistrikan indonesia di Grand City
Convention Hall, Surabaya. Pameran kelistrikan yang
diselenggarakan dalam rangka hari listrik nasional
ke-68 ini dibuka oleh Direktur Utama PT PLN (persero)
Nur Pamuji. Tema yang dipilih dalam pameran dan
seminar tahun ini adalah “Optimalisasi Tingkat
Kandungan Lokal di industri Ketenagalistrikan“.
Suasana Pembukaan Pameran Kelistrikan Indonesia 2013 di
Grand City Surabaya, Rabu (23/10).
5 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
Nur Pamuji dalam sambutannya di upacara
pembukaan pameran menegaskan bahwa pameran
ini diharapkan bisa menjadi stimulan bagi generasi
muda dalam mengembangkan kemampuan produk
lokal. Hal ini sejalan dengan program pemerintah
untuk mengoptimalkan tingkat kandungan dalam
negeri (TKDN). Nur Pamuji juga mengatakan,
terpilihnya Surabaya sebagai tuan rumah Hari Listrik
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman menjadi pembicara dalam
salah satu seminar yang diselenggarakan oleh panitia
pameran.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pengunjung stand Ditjen Ketenagalistrikan mengisi buku
tamu.
Kemeriahan stan pameran kelistrikan Indonesia yang
diikuti puluhan perusahaan kelistrikan baik dalam maupun
luar negeri.
Nasional PLN ke 68 karena nilai histori dan semangat
uang kota Surabaya. Dengan penyelenggaraan
pameran dan seminar kelistrikan di kota Surabaya,
diharapkan dapat menginspirasi semangat juang
untuk mengembangkan produk dalam negeri.
investasi yang kondusif disertai dengan pertumbuhan
infrastruktur kelistrikan yang mumpuni diharapkan
mampu menarik perhatian Investor,” ujar Adi
Supriono selaku ketua panitia pameran ini.
Pameran ini mengundang beberapa mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi untuk menyaksikan
pameran serta mengikuti seminar-seminar yang
dilaksanakan. “Saya minta panitia untuk bisa
mendatangkan banyak mahasiswa ke acara ini,
bagaimana caranya, karena acara seperti ini bisa
membantu mahasiswa mengembangkan mimpi,” ujar
Nur Pamuji.
Tak kurang 100 perusahaan kelistrikan dan energi
ambil bagian dalam pameran ini. Salah satu peserta
pameran adalah industri teknologi turbiin dari Iran.
Hadir pula dalam upacara pembukaan pameran
tersebut, Duta besar Iran untuk Indonesia Mahmoud
Farajandeh. Ditjen Ketengalistrikan juga berpartisipasi
dalam pameran ini dengan menghadirkan
both pameran yang berisi informasi regulasi
ketenagalistrikan dan ajakan untuk meningkatkan
investasi di sub sektor ketenagalistrikan.
Propinsi Jawa Timur dengan ibukota Surabaya
merupakan salah satu propinsi dengan pertumbuhan
ekonomi terbaik, yaitu sebesar 6,7 persen. “Iklim
Penulis : Pandu Satria Jati B
Dirjen Ketenagalistrikan mendapatkan kenang-kenangan
dari panitia pameran kelistrikan Indonesia 2013.
Suasana Forum Bisnis yang diselenggarakan paralel dengan
pameran kelistrikan 2013.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 6
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Luncurkan
Program Pengendalian Lisdes
Penulis : Pandu Satria Jati B
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman didampingi Dirut PT PLN (Persero) meresmikan Program Pengendalian Listrik Perdesaan
pada peringatan hari listrik nasional ke-68.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Ir Jarman
Msc pada Senin (28/10) meresmikan peluncuran
pengendalian Proyek Listrik Perdesaan (Lisdes), yang
merupakan bagian dari Program Management Office
(PMO) PLN. Peluncuran yang dilaksanakan bersamaan
dengan coffe morning peringatan Hari Listrik Nasional
ke -68 ini dipusatkan di Kantor Pusat PT PLN (Persero),
Jakarta.
Sistem pengendalian proyek-proyek Lisdes dalam
Program Management Office (PMO) PLN merupakan
kerjasama antara pemerintah melalui Ditjen
Ketenagalistrikan kementerian ESDM dengan PT
PLN (Persero). Program Lisdes yang menggunakan
dana APBN perlu dimonitor sebab setiap tahunnya,
terdapat lebih dari 800 paket kontrak proyek
yang dijalankan. Program pengendalian tersebut
menggunakan perangkat lunak yang terintegrasi
antara pemerintah dan satuan kerja Listrik Perdesaan
PT PLN yang berjumlah 31 satker.
Dengan program pengendalian tersebut, pemerintah
dan PLN dapat mengklasifikasikan kembali proses
bisnis program Lisdes, mengoptimalkan penyusunan
RKA-KL, mencatat pemaketan pekerjaan yang
menjadi bagian dari DIPA APBN, serta melakukan
sentralisasi data kontrk-kontrak dari 31 Satker dalam
satu database terpusat. Program tersebut menurut
7 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
Jarman juga memungkinkan setiap Satker melaporkan
progress pembangunan fisik dan penyerapan
anggaran untuk setiap bulan dalam format yang
seragam.
Dengan adanya program ini diharapkan dapat
tersedia data untuk mengoptimalisasikan penyerapan
anggaran serta menjadi tools untuk merekam isu-isu
yang terjadi dalam pelaksanaan proyek-proyek Lisdes.
Dengan program ini, pemerintah dan PLN dapat
melakukan analisis kebutuhan material penunjang
untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi, serta
mempersiapkan pertanggungjawaban APBN serta
menyediakan data nilai APBN tahun berjalan dalam
rangka Penyertaan Modal Negara.
Jarman mengingatkan agar setiap satker berdisiplin
dalam mengisi data, baik data kontrak maupun
progress bulanan. Dengan penerapan pengendalian
Lisdes melalui PMO ini, diharapkan penyerapan serta
kualitas dan kuantitas target output yang ditetapkan
dapat terlaksana sesuai program.
Dalam sambutan peluncuran program ini, Jarman
mkenyambut baik inisiatif dari Masyarakat
Ketenagalistrikan (MKI) dan PT PLN (Persero) yang
mengangkat tema ‘Menerangi negeri dengan
Kemandirian Produk Bangsa’. Jarman mengungkapkan
bahwa menerangi Indonesia merupakan amanat
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Foto-foto coffee morning peringatan hari listrik nasional ke-68. Peringatan tahun ini diselenggarakan bersama oleh
Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) bersama PT PLN (Persero).
konstitusi yang harus dijalankan pemerintah
bekerjasama dengan semua pihak.
“Pemerintah selalu memberikan perhatian penuh
kepada kenaikan angka rasio elektrifikasi (RE). Hingga
akhir tahun 2012 angka rasio elektrifikasi Indonesia
telah mencapai 76,56%,” ujar Jarman. Angka ini
menurut Jarman meningkat 9,41% dibandingkan
tahun 2010 yang baru mencapai 67,15%. Pada akhir
tahun 2013 ini pemerintah menargetkan rasio
elektrifikasi mencapai 79,30% dan pada tahun 2020
nanti Pemerintah berencana menargetkan rasio
elektrifikasi 99%.
Selain program listrik perdesaan, pemerintah juga
meluncurkan program listrik gratis untuk masyarakat
tidak mampu dan nelayan. Program ini menurut
Jarman sudah dimulai dari tahun 2012 dengan
menyambung 83.478 Rumah Tangga Sasaran (RTS)
masyarakat tidak mampu dan nelayan. Di tahun 2013
ini pemerintah menargetkan dapat menyambung
95.227 RTS. Dari program ini, masyarakat tidak
mampu dan nelayan tersebut akan mendapatkan
sambungan listrik gratis, tiga titik lalmpu hemat
energi dan voucher prabayar dua puluh ribu rupiah.
Jarman berharap dengan partisipasi aktif dari
segenap masyarakat ketenagalistrikan Indonesia,
cita-cita bersama untuk menerangi indonesia dengan
kemandirian produk bangsa dapat tercapai. Selain
peluncuran program pengendalian lisdes, dalam
coffe morning tersebut, elemen-elemen masyarakat
ketenagalistrikan di Indonesia juga mendengarkan
pepamaran Dr Aviliani selaku pengamat ekonomi
yang memaparkan makro ekonomi dalam industri
ketenagalistrikan. Coffe morning ini adalah acara
terajhir dalam rangkaian hari listrik nasional ke-68.
Sebelumnya telah digelar beberapa perlombaan di
lingkungan PT PLN (Persero), pameran dan seminar
kelistrikan di Surabaya tanggal 23-26 Oktober, serta
jalan santai puncak hari listrik di PLN Distribusi Jakarta
Raya pada Minggu (27/10).
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 8
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Coffee Morning DJK :
Prosedur Mendapatkan Listrik Disederhanakan
Penulis : Pandu Satria Jati B
Untuk meningkatkan kemudahan berbisnis di
Indonesia, prosedur mendapatkan tenaga listrik
perlu disederhanakan. Hal tersebut disampaikan
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Ir Jarman
MSc pada acara Coffee Morning di kantor Ditjen
Ketenagalistrikan ESDM Jakarta, Kamis (31/10). Sesuai
dengan survei yang dilakukan Bank Dunia terhadap
Ease of Doing Business di Indonesia, peringkat
Indonesia untuk indikator Getting Electricity pada
tahun 2013 berada diperingkat 147 dari 185 negara.
Menurut Jarman, diperlukan tindakan nyata untuk
menyederhanakan proses mendapatkan tenaga listrik
sehingga peringkat Indonesia akan lebih baik lagi
pada tahun depan.
Prosedur mendapatkan listrik pada saat ini, menurut
Dirjen harus melalui enam prosedur yang terdiri
dari dua prosedur di luar bisnis PT PLN (Persero)
dan empat prosedur di dalam bisnis PLN. Prosedur
tersebut dilakukan secara terpisah sehingga
memerlukan waktu sampai dengan 102 hari kerja.
Untuk menyederhanakan prosedur tersebut, Ditjen
Ketenagalistrikan telah melakukan pertemuan dengan
pemangku kepentingan, dan dihasilkan kesepakatan
bahwa prosedur mendapatkan listrik diperingkas
menjadi tiga prosedur yang terdiri dari satu prosedur
di luar bisnis PLN dan dua prosedur di dalam bisnis
PLN. Prosedur tersebut dilakukan secara terintegrasi
sehingga hanya memerlukan waktu empat puluh hari.
“Rasio elektrifikasi untuk tahun 2014 ditargetkan
mencapai 81,4% dengan jumlah sambungan baru
mencapai 3,47 juta dalam satu tahun,” ujar Jarman.
Untuk mengantisipasinya, Jarman menjelaskan
bahwa telah dicapai kesepakatan dengan pemangku
kepentingan, apabila di suatu daerah belum ada
Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan Rendah (LIT
TR) atau jika LIT TR tidak dapat melaksanakan
pekerjaannya dalam waktu 3 (tiga) hari, maka PT
PLN (Persero) diberi kewenangan untuk menerbitkan
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
Kesepakatan antara Ditjen Ketenagalistrikan dan
pemangku kepentingan tersebut menurut Jarman
akan dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM.
Kepada peserta coffe morning Jarman mengatakan
bahwa ia telah menerbitkan Surat Edaran Nomor
6347.E/20/DJL.4/2013 tentang Pencabutan Edaran
Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan
Energi Nomor 5916/04/600.3/1997 tentang
Pembangunan, Pemasangan dan Pemeliharaan
Instalasi Ketenagalistrikan karena materi muatannya
tidak sesuai lagi dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. “Hal tersebut dilakukan
untuk menghindari ketidakpastian dalam pelaksanaan
pembangunan, pemasangan, dan pemeliharaan
instalasi ketenagalistrikan,” ungkapnya.
Direktur Teknik
dan Lingkungan
Ketenagalistrikan Agoes
Triboesono memaparkan
penyederhanaan proses
sertifikasi laik operasi untuk
instalasi tenaga listrik.
9 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dalam coffe morning tersebut, Direktur Teknik dan
Lingkungan Ketenagalistrikan Agoes Triboesono
memaparkan lebih rinci penyederhanaan proses
sertifikasi laik operasi untuk instalasi tenaga listrik.
Agoes menyampaikan bahwa PT PLN (Persero) dapat
menerbitkan SLO untuk instalasi pemanfaatan tenaga
listrik tegangan rendah dengan ketentuan, apabila
belum ada LIT TR di daerah tersebut atau dalam
jangka waktu tiga hari kerja LIT TR tidak melaksanakan
pekerjaannya. “Peraturan Menteri tentang prosedur
penerbitan SLO dan penyambungan tenaga listrik,
yang direncanakan akan diterbitkan pada bulan
Desember mendatang,” ungkap Agoes.
Dalam acara tersebut, Iwa Garniwa dari Lembaga
Pengkajian Energi dan Pusat Penelitian Sains dan
Teknologi Universitas Indonesia dan Direktur Utama
PLN Nur Pamudji juga menyampaikan paparan terkait
dengan kemudahan penyambungan tenaga listrik dan
peningkatan investasi Indonesia
Suasana Coffee Morning Ditjen Ketenagalistrikan Kamis (31/10) mengenai penyerderhanaan prosedur mendapatkan listrik
(atas). Dirjen Ketenagalistrikan Jarman tengah berbincang dengan Iwa Garniwa dari Lembaga Pengkajian Energi dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia (bawah).
Saat ini prosedur mendapatkan listrik diperingkas dari 102 hari kerja menjadi empat pulih hari kerja.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 10
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Instalasi Ketenagalistrikan Wajib Miliki
Sertifikat Laik Operasi
Pembukaan Rakernas Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Senin
(11/11).
PT PLN Persero hanya boleh menyambung instalasi listrik jika sudah memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO). Hal
tersebut kembali ditegaskan Dirjen Ketengalistrikan Jarman saat memberikan sambutan dalam pembukaan
Rakernas Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Senin
(11/11). Menurut Jarman PT PLN (Persero) dapat menerbitkan SLO untuk instalasi pemanfaatan tenaga listrik
tegangan rendah dengan ketentuan apabila belum ada Lembaga Inspeksi Teknis Tegangan Rendah (LIT TR) di
daerah tersebut, atau dalam jangka waktu tiga hari kerja LIT TR tidak melaksanakan pekerjaannya. Prosedur
penerbitan SLO dan penyambungan tenaga listrik tersebut akan dituangkan dalam Peraturan Menteri ESDM
yang direncanakan akan disahkan Desember mendatang.
“Perizinan penyambungan SLO merupakan suatu hal yang wajib, namun jangan sampai menghambat
Dirjen Ketenagalistrikan Ir Jarman Msc berfoto bersama para peserta Rakernas AKLI di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
11 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
penyambungan listrik baru,” ujar Dirjen
Ketenagalistrikan. Meski dalam tiga tahun terakhir
Rasio elektrifikasi Indonesia naik hampir sepuluh
persen dalam tiga tahun terakhir, masyarakat
kita masih banyak yang belum tersambung listrik.
Pemerintah menargetkan tiga juta sambungan baru
setiap tahunnya. Penyambungan yang diantaranya
dilaksanakan melalui program listrik gratis untuk
masyarakat tidak mampu/nelayan tersebut,
menurut Dirjen membutuhkan tenaga instalasi yang
profesional dan handal.
Kehadiran AKLI diyakini Dirjen sebagai salah satu
asosiasi ketenagalistrikan yang penting di Indonesia.
Menurut Dirjen, anggota AKLI harus memberi contoh
bagaimana memasang instalasi kelistrikan yang
baik, sesuai standar keamanan, dan keselamatan
ketenagalistrikan. Dengan dukungan asosiasi, target
RE mendekati 99% di tahun 2020 diyakini dapat
terealisasi. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM bersama para pemangku
kepentingan sub sektor ketenagalistrikan juga akan
terus berupaya meningkatkan kapasitas terpasang
nasional yang ditargetkan 5000 MW setiap tahunnya.
Selain Rasio Elektrifikasi, menurut Dirjen angka
penting yang harus selalu diperhatikan anggota AKLI
adalah peningkatan angka kwh/kapita. Akhir tahun
2013 ini pemerintah menargetkan 936 kwh/kapita,
dimana setiap penduduk Indonesia mengkonsumsi
936 kwh setip tahunnnya. Konsumsi listrik yang tinggi
tersebut menunjukkan kesejahteraan suatu negara.
Jika angka kwh/kapita tinggi, berarti masyarakat tidak
Penandatanganan Kesepakatan antara AKLI dengan salah
satu bank tentang pendanaan subsektor ketenagalistrikan.
hanya menggunakan listrik sebagai penerangan, tapi
juga untuk produksi dan aktivitas kehidupan modern
lainnya.
Dalam Rakernas AKLI tersebut, disampaikan juga
sambutan dari Direktur Utama PT PLN (Persero)
yang diwakili oleh Kepala Divisi Distribusi Sumatera
serta Gubernur Bangka Belitung yang diwakili
Asisten III. Rakernas AKLI tahun 2013 ini mengangkat
tema “Meningkatkan Peran Anggota AKLI dalam
Pembangunan Infrakstruktur Ketenagalistrikan”
yang dihadiri oleh perwakilan AKLI dari 33 Provinsi
di Indonesia. Acara yang dihadiri kurang lebih 500
anggota AKLi ini berlangsung dari hari Senin (11/11)
hingga Rabu (13/11).
Penulis : Pandu Satria Jati B
Pemberian kenang-kenangan Rakernas AKLI 2013.
Dirjen Ketenagalistrikan menyampaikan sambutan dan
pengarahan.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 12
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Kunjungan Dirjen Ketenagalistrikan ke
PLTU 3 Bangka Belitung Unit 2
Penulis : Pandu Satria Jati B
Selasa (12/11) lalu, Dirjen Ketenagalistrikan Ir Jarman MSc melakukan kunjungan kerja ke PLTU 3 Bangka Belitung Unit 2.
Foto-foto suasana ruang kontrol dan site saat kunjungan kerja. -Sumber : SLR.
13 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 3 Bangka
Belitung Unit 2 (30 MW) direncanakan masuk sistem
kelistrikan Bangka Belitung per Desember 2013.
Pembangunannya saat ini dilaporkan sudah mencapai
98,2%. Pembangkit listrik yang menggunakan
bahan bakar batubara ini merupakan salah satu
proyek percepatan pembangkit listrik 10.000 MW
tahap 1. Pembangkit listrik yang terletak di Desa Air
Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ini
terletak disebelah timur laut kota Pangkal Pinang.
Pembangunannya dilaksanakan oleh PT PLN (persero)
dengan pelaksana kontrak Consortium PT. Truba
Alam Manunggal Engineering Tbk. – China Shanghai
(Group) Corporation for Foreign Economic &
Technologycal Corporation (SFECO).
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman pada Selasa (12/11)
lalu melakukan kunjungan kerja ke PLTU Bangka 3 ini
sekaligus meminta masukan mengenai hambatanhambatan pembangunan proyek ini. Didampingi oleh
Kepala Subdit Penyiapan Program Ketenagalistrikan
Wanhar, Dirjen Ketenagalistrikan meninjau terlebih
dahulu ruang generator dan turbin, serta ruang
kontrol PLTU 3 Bangka Belitung sebelum mengadakan
dialog dengan Manajer Proyek PLTU Bangka Baru dan
GM PT PLN Wilayah Bangka Belitung di ruang rapat
administrasi PLTU 3 Bangka Belitung ini.
Jika PLTU Unit 2 akan beroperasi bulan depan, PLTU
Unit 1 direncanakan akan beroperasi pertengahan
tahun 2014. Faktor teknis seperti curah hujan, kondisi
tanah, kesulitan mendapatkan bahan baku, serta
faktor pendanaan menjadi hambatan mundurnya
pembangunan kedua unit PLTU ini. Jarman sangat
berharap PT PLN dan kontraktor dapat menyelesaikan
Meninjau lokasi PLTU 3 Bangka Belitung Unit 2.
Direncanakan PLTU ini akan beroperasi pertengahan tahun
2014.
Mendengarkan pemaparan dari GM PLN Wilayah Bangka
Belitung.
secepatnya pembangunan PLTU ini, sehingga dapat
menambah kapasitas terpasang sistem Bangka
Belitung yang masih banyak menggunakan PLTD.
Menurut Manajer Proyek, jika kedua unit beroperasi
penghematan negara sekitar 1,2 Miliar rupiah.
PLTU 3 Bangka Belitung menggunakan bahan bakar
batubara kalori rendah (low rank coal) dengan
kebutuhan batubara 420.000 ton/tahun. Batubara
yang digunakan untuk membangkitkan listrik tersebut
berasal dari Sumatera Selatan. Menurut Dirjen,
rencana bauran energi untuk pembangkit listrik
Indonesia memberikan porsi yang besar kepada
batubara sebagai pembangkit tenaga listrik. Tahun
2012 lalu penggunaan batubara sebagai pembangkit
listrik sekitar 50%. Tahun ini Jarman mempredikasi
bauran energi batubara naik menjadi 55% seiring
dengan beroperasinya beberapa PLTU.
Dirjen Ketenagalistrikan mendapatkan penjelasan
mengenai progres pembangunan PLTU.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 14
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
IIICE 2013 :
Kapasitas Pembangkit Listrik Terus Ditambah
Pemerintah akan terus menambah kapasitas
pembangkit listrik. Melalui pembangunan berbagai
pembangkit listrik, khususnya program percepatan
pembangkit listrik (fast track) tahap II, kapasitas
pembangkit listrik nasional akan terus ditingkatkan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Ir Jarman
Msc saat menyampaikan presentasi dalam Regional
Government Conference (RGC’13) and Indonesia
International Infrastructure Conference & Exhibition
(IIICE’13) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan
Kamis (14/11).
Kapasitas total pembangkit listrik saat ini mencapai
Dirjen Ketenagalistrikan Ir Jarman Msc menjadi pembicara
dalam salah satu diskusi IIICE 2013.
15 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
46.420 MW. 74% nya dibangun oleh PLN, IPP
menyumbang 22% dan PPU membangun pembangkit
sekitar 4%. Untuk mencukupi kebutuhan listrik
masyarakat, total penambahan kapasitas pembangkit
sampai dengan tahun 2021 adalah sekitar 57 GW
atau rata-rata 5,7 GW per tahun. “Sekitar 12,6 GW
atau 22% merupakan pengembangan dari energi
terbarukan,“ jelas Jarman. Dari penambahan
kapasitas pembangkit tersebut, PT PLN (Persero)
akan membangun sekitar 53% dari total kapasitas,
sedangkan 47% sisanya akan dikembangkan oleh IPP.
Jarman optimis target pemerintah untuk secara
bertahap mengurangi ketergantungan terhadap
BBM dalam pembangkitan tenaga listrik dapat
terwujud. Pemerintah dengan kebijakannya
akan mengoptimalkan sumber daya energi yang
dimiliki oleh negara. Jarman dalam forum bersama
investor-investor asing tersebut meyakinkan bahwa
Pemerintah terus berupaya membangun iklim
investasi yang kondusif khususnya pada sektor
ketenagalistrikan guna mendorong partisipasi swasta
untuk berinvestasi di sektor ketenagalistrikan.
“Pemerintah pengembangan teknologi yang ramah
lingkungan.
Dalam presentasinya Jarman menyampaikan bahwa
Konsumsi Listrik di Indonesia mencapai 138 TWh
dimana Rumah Tangga menyedot 41% konsumsi
listrik, Industri menghabiskan 35%, keperluan Bisnis
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Jarman menjelaskan bahwa pemerintah akan terus
menambah kapasitas pembangkit listrik sesuai kebutuhan
masyarakat.
Suasana diskusi dalam IIICE 2013.
18%, dan sektor Publik 6%. Rasio Elektrifikasi di
Indonesia hingga September 2013 mencapai 80,16%.
Energi mix pembangkitan tenaga listrik dipaparkan
bahwa Batubara menyumbang 50%, Gas23%, BBM
13%, Air 9%, dan Panas Bumi 5%. Total investasi
Sektor Ketenagalistrikan tahun 2012 kurang lebih
sebsar USD 7.16 Miliar. Pemerintah terus berupaya
membangun iklim investasi yang kondusif khususnya
pada sektor ketenagalistrikan guna mendorong
partisipasi swasta untuk berinvestasi di sektor
ketenagalistrikan dengan pengembangan teknologi
yang ramah lingkungan.
Selain Dirjen Ketenagalistrikan, Senior Manajer
Pengadaan Pembangkit PT PLN (Persero) Christyono
memaparkan progres pembangunan PLTU Pangkalan
Susu (2 x 200 MW) dan PLTU Punagaya (2 x 100
MW). PLTU Pangkalan Susu yang terletak di Provinsi
Sumatera Utara diperkirakan dapat beroperasi
komersial tahun 2017 sedangkan PLTU Punagaya
di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016.
Selanjutnya Marzuki Mahdi, Kepala Dinas ESDM
Provinsi Sumatera Barat memaparkan potensi
pengembangan energi di Sumatera Barat. Kapasitas
Terpasang Pembangkit dilaporkan sebesar 517 MW.
Sedangkan Rasio Elektrifikasi Sumatera Barat hingga
akhir 2012 sebesar 73,46 %.
Stan Kementerian ESDM dalam pameran IIICE 2013 yang
diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Senayan.
Para pengunjung pameran memadati stan Kementerian
ESDM yang diikuti oleh unit eselon I di lingkungan
Kementerian ESDM.
Penulis : Pandu Satria Jati B
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 16
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Ajak Kembangkan
Pembangkit Listrik Berbasis EBT
Penulis : Pandu Satria Jati B
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Ir Jarman MSc,
Selasa (19/11) membuka International Conference
Power Plant & Energy Jakarta Summit di Hotel Ritz
Carlton Jakarta. Dalam kesempatan tersebut Jarman
mengajak para peserta konferensi yang dikoordinir
oleh Persatuan Insinyur Profesional Indonesia
(PIPI) untuk memberikan kontribusi positif pada
pembangkit listrik, khususnya pada pembangkit listrik
berbasis energi baru dan terbarukan.
Jarman mengungkapkan, sesuai dengan Rencana
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2012–2021
yang telah disetujui Menteri ESDM, penambahan
kapasitas pembangkit listrik yang akan dikembangkan
hingga tahun 2021 adalah sekitar 57 GW (53%
disediakan oleh PLN dan 47% MW yang disediakan
oleh swasta). “Kebutuhan rata-rata tenaga listrik
pertahunnya adalah 5,7 GW,” ujar Jarman. Program
yang akan dikembangkan menurut Jarman adalah
program percepatan pembangkit listrik tahap I, tahap
II, dan program leguler lainnya.
Kebutuhan listrik di Indonesia tumbuh dengan
tingkat yang tinggi, yaitu sekitar 9 % per tahun. Oleh
Dirjen Ketenagalistrikan Ir Jarman Msc membuka
nternational Conference Power Plant & Energy Jakarta
Summit.
karena itu, menurut Jarman, pemerintah memiliki
tantangan besar dan tugas untuk mempersiapkan dan
mengembangkan infrastruktur sektor tenaga listrik
seperti pembangkit listrik, jaringan transmisi dan
distribusi. Karena investasi yang dibutuhkan dalam
sektor tenaga listrik sangat besar dan anggaran
pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur
terbatas, maka regulasi di Indonesia menurut Jarman
Suasana nternational Conference Power Plant & Energy Jakarta Summit yang dikoordinir oleh Persatuan Insinyur
Profesional Indonesia (PIPI).
17 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman bersama pimpinan Persatuan Insinyur
Profesional Indonesia (PIPI).
memberikan kesempatan yang luas kepada swasta
untuk berpartisipasi.
Ada dua skema partisipasi swasta dalam hal
pengembangan sektor listrik. Pertama menurut
Jarman adalah melalui Independent Power Producer
(IPP) , di mana pemilik dan pelaksana teknis,
pembelian, dan konstruksi berasal dari swasta itu
sendiri. Sumber pembiayaan 100 % dari proyek
ini berasal dari swasta. Kedua adalah melalui
Public Private Partnership (PPP), dimana proyek
merupakan kolaborasi antara Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dan perusahaan swasta . Pemerintah
bisa memberikan dukungan melalui Penjaminan
Pemerintah. Jika swasta sebagai pemrakarsa proyek,
menurut Jarman, pemerintah akan memberikan
kompensasi.
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman berharap forum ini dapat
memberikan kontribusi positif pada pembangkit listrik,
khususnya pada pembangkit listrik berbasis EBT.
Jarman berharap bahwa acara konferensi pembangkit
listrik yang diselenggarakan PIPI ini dapat
menjembatani pertukaran pengalaman dan praktik
pembangunan pembangkit listrik, serta menciptakan
koordinasi yang baik diantara stakeholder
ketenagalistrikan.
Dalam kesempatan tersebut, Raswari selaku ketua
PIPI menyampaikan gagasannya agar anggota PIPI
untuk melakukan studi-studi terhadap pembangkit
listrik tenaga nuklir. Menurutnya kebutuhan energi
di Indonesia dapat dicukupi dengan pembangunan
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang bersih
dan aman.
Para peserta nternational Conference Power Plant &
Energy Jakarta Summit di Jakarta, Selasa (19/11).
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 18
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan :
Jangan Sampai Penerbitan SLO Menaikan Cost
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman mendapat kenang-kenangan saat membuka Musyawarah Nasional Perkumpulan
Perlindungan Instalasi Listrik Nasional (PPILN) di Semarang, Rabu (13/11).
“Jangan sampai penerbitan SLO menaikan cost yang
tidak perlu dan memperpanjang waktu pemeriksaan”,
hal ini dikatakan Dirjen Ketenagalistrikan dalam
Musyawarah Nasional Perkumpulan Perlindungan
Instalasi Listrik Nasional (PPILN) di Semarang, Rabu
malam (13/11). PPILN sebagai lembaga inspeksi yang
baru berdiri kurang lebih satu setengah tahun telah
memiliki 28 kantor di tingkat provinsi dan 108 cabang
di kabupaten/kota, hal ini dikatakan Edy Sayudi
sebagai Direktur Utama PPILN. Sebagai tim inspeksi
tegangan rendah sesuai dengan UU No. 30/2009
dan PP 14/2011, PPLIN akan terus meningkatkan
kinerjanya dalam memberikan pelayan yang maksimal
bagi masyarakat.
Dalam acara ini, Benny Marbun selaku Kepala Divisi
Dirjen Ketenagalistrikan, Jarman berharap PPILN terus
meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan
maksimal bagi masyarakat.
19 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
Niaga PT PLN (Persero) menyampaikan berdasarkan
hasil survei yang dilakukan oleh Bank Dunia,
Indonesia menempati posisi 120 dari 189 negara
dalam kemudahan mendapatkan akses listrik dan
Ini masih jauh dari harapan. Dia mengharapkan agar
posisi ini dapat di tingkatkan, dan mengharapan
peran dan kerjasama dari tiga pelaku utama yaitu
kontraktor listrik, badan inspeksi teknik dan penyedia
tenaga listrik untuk mencapai target tersebut.
Direktur Jenderal Ketenagalistriakan Jarman
menyampaikan bahwa acara sangat baikm karena
bisa menjadi ajang mendengarkan aspirasi dan dialog
bagi asosiasi dan pemerintah sekalian memberikan
penjelasan tenatng kebijakan pemerinta terutama
Direktur Utama PPILN Edy Sayudi (kiri), Dirjen
Ketenagalistrikan Jarman (tengah), dan Kepala Divisi
Niaga PLN Benny Marbun (kanan)..
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
dibidang ketenagalistrikan. Jarman menyatakan
bahwa banyak aturan diluar tentang standarisasi,
antara lain peralatan mengunakan SNI, manajemen
mengunakan ISO, bangunan memakai LPJK tetapi
untuk ketenagalistrikan harus dengan SLO. Sekarang
pemerintah menunjuk dua instansi yang dapat
menerbitkan SLO sampai denga 200 kVA, yaitu PPILN
dan KONSUIL. Diharapkan dengan ditunjuknya kedua
lembaga ini, maka proses penyambungan tenaga
listrik bagi pemanfaat dapat lebih dipercepat. Dalam
penerbitan dan pemeriksaan SLO di batasi paling
lama selama tiga hari, bila dalam waktu tersebut
tidak ada pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga
inspeksi yang resmi, maka PT PLN (Persero) dapat
menerbitkan SLO sesuai dengan kaidah-kaidah yang
bisa di pegang.
Jarman mengatakan bahwa Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan melalui Direktorat Teknik akan
menerbitkan katalog yang memuat bangunanbangunan umum dan pemerintah yang sudah
bersertifikat, dan itu akan di publish melalui website.
Hal ini diharapkan dapat memacu bangunanbangunan umum untuk melakukan sertifikasi, dan
dapat memudahkan pihak berwajib dalam melakukan
penyelidikan bila terjadi kebakaran yang disebabkan
oleh hubungan pendek arus listrik.
Penulis : Jackson Frans
Menurut Dirjen Ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan melalui Direktorat Teknik akan menerbitkan
katalog yang memuat bangunan-bangunan umum dan pemerintah yang sudah bersertifikat, dan itu akan di publish melalui
website.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 20
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Karyawan Ditjen Ketenagalistrikan Dapatkan
Motivasi Kerja dari dr. Boyke
Penulis : Pandu Satria Jati B
dr. Boyke Dian Nugraha SpOG MARS. Ginekolog dan konsultan seks tengah memaparkan materi dengan tema ‘Sehat dan
bergairah untuk Meningkatkan Motivasi Kerja’
Rabu (20/11) lalu, ratusan pegawai Direktorat jenderal Ketenagalistrikan mendapatkan motivasi kerja dari dr.
Boyke Dian Nugraha SpOG MARS. Ginekolog dan konsultan seks tersebut memaparkan materi dengan tema
‘Sehat dan bergairah untuk Meningkatkan Motivasi Kerja’. Menurut Boyke, keharmonisan rumah tangga sangat
berpengaruh dalam pekerjaan seseorang. Untuk itu suami istri dihimbau untuk menjaga keharmonisan rumah
tangga karena selain kinerja meningkat, juga dapat terhindar dari berbagai penyakit kelamin yang berbahaya.
Karyawan Ditjen Ketenagalistrikan mendapatkan
penjelasan mengenai kanker dari D Nurcahyo, SKM dari
Yayasan Kanker Indonesia.
21 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
Pemberian kenang-kenangan kepada dr Boyke Dian
Nugraha SpOG MARS.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menurut Boyke, ada delapan rahasia perkawinan
yang sukses meningkatkan motivasi kerja. Delapan
hal tersebut adalah komunikasi, kecocokan sifat,
cara pemecahan konflik, seks, sikap religius, cara
memanfaatkan waktu luang, keuangan, anak dan
sanak keluarga. Boyke juga memaparkan beberapa hal
yang dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam
keluarga seperti ketertutupan dalam hubungan suami
istri, serta perselingkuhan. Berdasarkan penelitian,
perselingkuhan dapat menurunkan motivasi kerja,
sebab akan membuat stress dan berjangkitnya
berbagai penyakit kelamin seperti gonore, sifilis,
herpes genitalis, klamidia dan Aids. Kunci utama dari
semua itu menurut Boyke adalah komunikasi antara
suami istri, sehingga keluarga bahagia dan kinerja
dapat maksimal.
Sebelumnya D Nurcahyo, SKM dari Yayasan Peduli
Kanker Indonesia menjelaskan proses terbentuknya
kanker dalam tubuh manusia. Karyawan Ditjen
Ketenagalistrikan diharapkan mengenali tanda-tanda
kanker, sehingga apabila terdapat gejala-gejala
dalam tubuh dapat segera ditangani dengan tepat.
Kanker merupakan penyakit yang mematikan serta
menganggu kinerja seseorang, untuk itu mewaspadai
kanker dengan melakukan pemeriksaan bila terdapat
tanda-tanda, dan cek kesehatan secara rutin. Untuk
menghindari kanker, Nurcahyo mengungkapkan
berbagai cara seperti mengurangi karsinogen,
memperbanyak antioksidan, olah raga secara teratur,
dan imunotherapy (imunisasi untuk menangkal sel
kanker).
merupakan acara yang penting untuk meningkatkan
motivasi kerja para karyawan. Arief menyambut
baik pelaksanaan seminar kesehatan tersebut
dan berharap seluruh karyawan dapat mengikuti
seminar dan mengambil manfaatnya. Selain dihadiri
para karyawan Ditjen Ketenagalistrikan, kegiatan
ini juga dihadiri persatuan Dharma Wanita Ditjen
Ketenagalistrikan. Para peserta mengikuti seminar
sampai selesai dan menyempatkan diri berfoto
dengan dr Boyke dan tim.
Kegiatan seminar kesehatan ini menurut Sekretaris
Direktorat jenderal Ketenagalistrikan, Arief Indarto
Ketua Dharma Wanita Ditjen Ketenagalistrikan
menyampaikan pertanyaan seputar kesehatan dan motivasi
kerja.
Peserta seminar mendapatkan doorprize dari panitia.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 22
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pemerintah Dukung Program FSO dan LSO Online
Penulis : Pandu Satria Jati B
Pemerintah menyambut baik program Field Service
Operation (FSO) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO)
Online yang baru saja dilakukan soft launching di PT.
PLN (Persero) APJ Bogor, Rabu (20/11). Dampak dari
sistem online tersebut akan memudahkan pelanggan
mendapatkan listrik sebagai upaya PLN untuk
memperbaiki pelayanan terhadap pelanggan, dengan
demikian sehingga bukan semata perbaikan peringkat
Indonesia dalam hal Ease of Getting Electricity saja.
Untuk itu, sistem online ini seharusnya segera dapat
dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan adanya program-program yang dilakukan
oleh PLN dalam rangka penyederhanaan proses
mendapatkan listrik kepada pelanggan dengan
melakukan efisiensi prosedur, waktu, dan biaya,
maka lembaga inspeksi teknik tegangan rendah harus
mempercepat proses pemeriksaan dan penerbitan
23 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
sertifikat laik operasi yang semula 7 hari menjadi 3
hari.
Saat ini pemerintah sedang menyiapkan payung
hukum yang ditargetkan selesai pada bulan
Desember 2013, terkait dengan penyederhanaan
untuk mendapatkan listrik dan untuk memenuhi
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, PT. PLN
(Persero) diberikan kewenangan untuk menerbitkan
SLO apabila di suatu daerah belum ada lembaga
inspeksi teknik tegangan rendah atau lembaga
inspeksi tegangan rendah tidak dapat melaksanakan
pekerjaannya dalam waktu 3 (tiga) hari.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Proyek-Proyek Listrik Perdesaan di Jawa Barat Diresmikan
Penulis :Jackson Frans
GARUT- Kamis (21/11) Gubernur Jawa Barat
Ahmad Heryawan di dampingi Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan Jarman serta Muspida Kabupaten
Garut meresmikan proyek Listrik Perdesaan Provinsi
Jawa Barat. Peresmian proyek-proyek lisdes di jawa
Barat ini dipusatkan di Desa Margaluyu Kecamatan
Leles Kabupaten Garut Jawa Barat.
Dalam Peresmian Listrik Perdesaan di Jawa Barat,
Bupati Garut Agus Hamdani menyampaikan bahwa
Kabupaten Garut mendapatkan 6.650 KK sambungan
listrik untuk masyarakat tidak mampu pada tahun
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman meninjau program listrik
perdesaan di Kabupaten Garut
2013 yang merupakan rangkaian dari program Jabar
Caang 2016 (terang-red). Agus mengharapkan agar
di tahun 2014 Kabupaten Garut mendapat lebih
banyak lagi bantuan listrik gratis baik dari Pemerintah
Provinsi Jawa Barat maupun dari Pemerintah Pusat
mengingat masih sekitar 200 ribu rumah tangga di
Garut belum terlistriki yang tersebar di 410 desa. “Hal
ini menjadi sangat ironis mengingat Kabupaten Garut
merupakan salah satu daerah penghasil energi di
Jawa Barat”, ujar Agus
Hal ini di amini oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan yang berjanji akan terus meningkatkan
Dari kiri ke kanan : Dirjen Ketenagalistrikan jarman,
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Bupati Garut Agus
Hamdani.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 24
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
jumlah bantuan listrik gratis 16.000 KK menjadi
70.000 KK pada tahun 2014. Ahmad Heryawan
menyampaikan bahwa dari perekonomian kecil,
menengah dan besar semua memerlukan listrik,
sehingga ia berharap dan mendorong kepada
pemerintah untuk terus menerus menyediakan
tenaga listrik untuk meningkatkan perekonomian.
Listrik juga akan meningkatkan waktu belajar dan
banyak kegiatan lain yang dapat dilakukan di malam
hari.
“Listrik adalah kebutuhan dasar masyarakat”, kata
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman pada sambutannya.
Untuk mendukung hal tersebut ada tiga yang menjadi
tujuan pemerintah di bidang ketenagalistrikan
yaitu pertama meningkatkan kapasitas pasokan
listrik sebesar 5.000 MW per tahun, dimana 2.000
MW berada di Provinsi Jawa Barat dan DKI, kedua
mengurangi penggunaan BBM di pembangkit listrik,
sedangkan yang ketiga adalah meningkatkan rasio
elektrifikasi. Adapun rasio elektrifikasi sampai dengan
akhir November 2013 sebesar 80,1% melebihi
target RPJMN yang menargetkan 80% pada akhir
tahun 2014. Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi,
pemerintah terus menggenjot 3 juta pelanggan baru
tiap tahun guna mencapai target 99% pada tahun
2020.
Untuk mendukung ketiga program unggulan
tersebut, pada tahun 2013 ini pemerintah telah
menggangarkan 2,9 triliun rupiah seluruh Indonesia,
dan khusus untuk Jawa Barat dianggarkan 73,7 miliar
rupiah. Anggaran untuk provinsi yang berpenduduk
sekitar 46 juta jiwa ini akan ditingkatkan lagi menjadi
79,1 miliar pada tahun 2014.
Jarman juga mengatakan bahwa listrik sekarang tidak
hanya untuk penerangan saja, tetapi sudah banyak
digunakan untuk hal yang lain seperti industri rumah
tangga. Penggunaan lemari es dan alat elektronik lain
juga menyumbang untuk menaikan kWh perkapita.
Jika beberapa tahun lalu kWh perkapita sebesar 650
kWh/kapita, tahun 2012 sebesar 856 kWh/kapita
dan akhir tahun 2013 di targetkan mencapai 930
kWh/kapita. Dengan meningkatnya kWh/kapita bisa
ditafsirkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi
masyarakat mulai meningkat.
Diakhir sambutannya, Dirjen Ketenagalistrikan
menyambut baik program yang sudah di canangkan
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sehingga
dengan cara seperti itulah maka masyarakat yang
merasa belum merdeka karena belum dapat listrik,
benar-benar bisa merasa merdeka seutuhnya. (JFN)
Bersama masyarakat penerima bantuan program listrik perdesaan di Jawa Barat.
Anggaran lisdes untuk Jabar tahun 2014 akan ditingkatkan menjadi 79,1 miliar.
25 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
DJK Peringati Hari Ulang Tahun Korpri ke-42
Penulis : Pandu Satria Jati B
Tema hari ulang tahun Korpri tahun
2013 adalah ‘Dengan Profesionalisme
dan Netralitas, Korpri Mendukung
Keberhasilan Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi Untuk Menjaga Stabilitas
Politik dan Pertumbuhan Ekonomi
Guna Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat’. Tema ini merupakan tema
yang diangkat oleh pengurus Korpri
pusat.
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan pada Jumat
(29/11) lalu memperingati hari ulang tahun Korps
Pegawai Republik Indonesia (Korpri) ke-42 dengan
upacara bendera. Dengan berseragamkan Korpri
warna biru, Dirjen Ketenagalistrikan memimpin
jalannya upacara yang dihadiri anggota Korpri di
lingkungan Ditjen Ketenagalistrikan.
Setelah memberikan penghormatan kepada Sang
Sak Merah Putih dan mendengarkan pembacaan
pancasila dan pembukaan UUD 1945, semua peserta
upacara bersama-sama mengulang panca prasetya
Korpri yang dipimpin oleh pembaca.
“Melalui tema itu, saya mengajak
segenap anggota KORPRI untuk
meningkatkan profesionalisme dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai
aparatur pemerintahan,” ujar Dirjen. “Saya juga
mengajak segenap anggota KORPRI untuk tetap
netral dalam proses demokrasi yang sedang tumbuh
dan berkembang ditanah air,” imbuhnya.
Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden tinggal beberapa bulan lagi. Dirjen
mengingatkan semua anggota Korpri Ditjen
Ketenagalistrikan untuk terus menjaga netralitas.
“Mari kita tunjukan kepada masyarakat, bahwa
jajaran aparatur pemerintahan di era reformasi saat
ini merupakan pelayanan masyarakat,” ujar Dirjen
menutup sambutannya.
Dalam sambutannya, Dirjen Ketenagalistrikan selaku
pembina upacara mengharapkan agar peringatan hari
jadi KORPRI tahun ini dapat meningkatkan dedikasi,
profesionalisme, integritas, bangsa, dan negara
tercinta.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 26
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
SDM Ketenagalistrikan Harus Berkualitas
Kasubdit Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, Husni Safruddin menyampaikan sambutan selaku ketua panitia Forum
Konsensus Ketenagalistrikan XIV.
Sumber Daya Manusia (SDM) sektor ketenagalistrikan
harus berkualitas. Standar Kompetensi Tenaga Teknik
dari sisi pembangkitan, transmisi, distribusi, hingga
pemanfaatan harus terus dipertahankan kualitasnya
sebab tahun 2015 kita akan memasuki ASEAN Trade
Area (AFTA) atau pasar bebas ASEAN. Hal tersebut
disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Ir.
Jarman MSc dalam pembukaan Forum Konsensus XIV
Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan
di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (3/12).
pemanfaatan tenaga listrik. Menurut Dirjen, dalam
konsensus kali ini terdapat 648 rancangan standar
kompetensi yang akan dibahas untuk mencapai
konsensus menjadi rancangan standar kompetesi
yang disahkan oleh Menteri ESDM.
Untuk memenuhi standar kompetensi tenaga teknik
yang terus berkembang, Kementerian ESDM telah
menetapkan 2.804 unit kompetensi pada dari
pembangkitan, transmisi, distribusi, hingga instalasi
Menurut Jarman, pertumbuhan ekonomi Indonesia
sangat bergantung pada insfrakstruktur, salah
satunya infrakstruktur ketenagaistrikan. Negara kita
memerlukan tambahan 5000 MW tiap tahunnya.
Dalam pembangunan pembangkit maupun
transmisi dan distribusi, memerlukan tenaga kerja
yang terampil dan mempunyai kompetensi. Untuk
itu, menurut Jarman, kompetensi merupakan hal
pokok yang tidak bisa ditawar lagi. Akhir tahun ini
Peserta Forum Konsensus Ketenagalistrikan XIV Standar
Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan di Hotel
Bidakara, Jakarta, Selasa (3/12).
Dirjen Ketenagalistrikan Ir Jarman MSc membuka Forum
Konsensus Ketenagalistrikan XIV Standar Kompetensi
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan.
27 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Preserta Forum Konsensus Ketenagalistrikan XIV dibagi ke dalam berbagai komisi yang hasilnya disampaikan dalam sidang
pleno.
Pemerintah akan menerbitkan peraturan menteri
mengenai standar kompetensi ketenagalistrikan.
Peraturan ini merupakan salah target yang harus
dikeluarkan pemerintah yang dipantau oleh UKP4.
Jarman mengingatkan bahwa dalam AFTA nanti,
pelaku usaha tidak boleh lagi menggunakan
instrument barrier (melindungi pemain pasar dalam
negeri) selain memenuhi standar-standar yang telah
diberlakukan. Oleh karena itu kompetensi tenaga
teknik di Indonesia selaku negara terbesar di ASEAN
harus terus ditingkatkan. Untuk terus meningkatkan
standar kompetensi, menurt Dirjen perlu dipikirkan
adanya kerjasama sertifikasi kompetensi dengan
perguruan tiggi dan sekolah kejuruan. “Saya
berharap lulusan-lulusan perguruan tinggi sub
sektor ketenagalistrikan memiliki kompetensi yang
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Agoes
Triboesono memimpin sidang pleno sekaligus menutup
Forum Konsensus Ketenagalistrikan XIV.
dibutuhkan di tiap-tiap bidang,” ujar Dirjen. Dengan
kerjasama antara perguruan tinggi dan lembaga
sertifikasi tenaga teknik, tenaga kerja sub sektor
ketenagalistrikan di Indonesia dapat terpenuhi,
bahkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang berkualitas di negara tetangga.
Dalam forum konsensus standar kompetensi tenaga
teknik ketenagalistrikan ini hadir para pimpinan
perguruan tinggi di sektor ketenagalistrikan,
perusahaan-perusahaan, lembaga sertifikasi
kompetensi serta asosiasi profesi di bidang
ketenagalistrikan. Setelah pembukaan oleh Dirjen
Ketenagalistrikan, para peserta konsensus dibagi ke
dalam sebelas komisi kemudian melakukan rapat
pleno untuk menghasilkan konsensus. (PSJ)
Pimpinan komisi memberikan hasil kesepakatan sidang
komisi kepada pimpinan sidang Forum Konsensus
Ketenagalistrikan XIV.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 28
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
POTENSI PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA
MENGGUNAKAN BOILER SUPER CRITICAL (SC), ULTRA SUPER
CRITICAL (USC) DAN ADVANCE ULTRA SUPER CRITICAL (AUSC)
Penulis : Elif Doka Marliska
A. Latar Belakang
Batubara merupakan bahan bakar yang sering digunakan untuk proses pembangkitan energi listrik. Di Indonesia
sendiri pada tahun 2012 penggunaan PLTU batubara mendominasi 41% dari seluruh jumlah pembangkitan energi
listrik.
Dengan bahan bakar batubara yang mendominasi dalam energi mix pembangkitan tenaga listrik maka dapat
dikatakan batubara memiliki kontribusi terbesar dalam penyumbang emisi gas rumah kaca di sub sektor
ketenagalistrikan. Berdasarkan RUPTL 2013-2021, penggunaan batubara pada untuk tenaga listrik akan tetap ada
dan bahkan akan ditingkatkan mengikuti pertumbuhan beban. Beberapa pertimbangan penggunaan bahan bakar
batubara adalah karena ketersediaannya yang cukup melimpah di Indonesia dan juga harga yang lebih murah jika
menggunakan bahan bakar yang lainnya.
Dengan peningkatan penggunaan batubara tentu saja akan meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca sehingga
diperlukan suatu teknologi untuk dapat memanfaatkan batubara dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Penggunaan Clean Coal Technology sangatlah diperlukan untuk membuat pemanfaatan batubara menjadi
lebih bersih. Berdasarkan proses pemanfaatan batubara Clean Coal Technology dapat dibagi pada 3 (tiga) bagian
yaitu :
• Pre Combustion (sebelum pembakaran) teknologi yang digunakan adalah teknologi yang menaikkan nilai
kalori dari batubara, contohnya adalah : Coal Drying, IGCC (Integrated gasification combined cycle).
• Combustion (pada saat pembakaran) teknologi yang digunakan adalah teknologi yang meningkatkan efisiensi
dari boiler dalam proses pembakaran batubara, contohnya adalah : Boiler Super Critical, Boiler Ultra Super
Critical, Boiler Advance Ultra Super Critical (masih dalam riset).
• Post Combustion (Setelah Pembangkaran) teknologi yang digunakan adalah teknologi yang dapat mengurangi
emisi gasa rumah kaca setelah pembakaran, contohnya adalah CCS (Carbon Capture Storage).
Pada tulisan ini akan dibahas mengenai Clean Coal Techonogy yang ada pada saat pembakaran yaitu penggunaan
Boiler Super Critical, Boiler Ultra Super Critical dan Boiler Advance Ultra Super Critical. Pembahasan terhadap
teknologi tersebut akan difokuskan mengenai Potensi pengurangan CO2 dari penggunaan Boiler Super Critical
(SC), Boiler Ultra Super Critical(USC) dan Boiler Advance Ultra Super Critical (AUSC) dibanding dengan Boiler Sub
Critical (subC) yang saat ini digunakan sebagaian besar PLTU di Indonesia pada PLTU batubara berskala 400MW,
600MW dan 900MW.
B. Referensi Data
1. Jenis Boiler berdasarkan suhu
dan tekanan Boiler
Boiler
yang
digunakan
untuk PLTU batubara adalah
boiler
bertekanan
tinggi
yang berdasarkan klasifikasi
tekanannya dapat dibedakan
jenisnya berdasarkan tabel 1
berikut,
Klasifikasi tersebut berdasarkan
pada boiler yang digunakan
di Amerika dan untuk Boiler
Advance Ultra Super Critical
Gambar 1. Tipe Pembangkit di Indonesia (Sumber KESDM)
29 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
(AUSC) saat ini masih dalam proses pengembangan riset.
Dengan meningkatkan tekanan dan suhu dalam boiler tentu saja akan mempercepat proses terbakarnya
batubara sehingga efisiensi PLTU batubara akan meningkat. Akan tetapi konsekuensi dari peningkatan suhu dan
tekanan boiler adalah peningkatan kualitas bahan yang akan digunakan sehingga mampu menahan suhu dan
tekanan tersebut. Meningkatnya kualitas bahan akan diikuti dengan peningkatan investasi yang diperlukan untuk
membangun PLTU.
2. Perkiraan Performa dari Boiler
Simulasi dari performa boiler ini diukur pada suhu 59°F, kelembaban relatif 60%,
Tabel 2. Perkiraan performa boiler (Btu/kWh)
Tabel 3. Perkiraan performa efisiensi (100%)
3. Perkiraan Biaya Pembangunan Pembangkit
Perkiraan biaya pembangunan pembangkit dengan menggunakan spesifikasi jenis boiler ditambah peralatan
pendukung lingkungan seperti ESP, DeNOx dan FGD dengan nilai barang pada tahun 2008 adalah pada tabel 4
berikut,
Tabel 4. Total Perkiraan Biaya pembangunan (±30%)
Biaya pembangunan ini belum termasuk biaya untuk pembebasan lahan.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 30
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Tabel 5. NCV untuk berbagai jenis bahan bakar
Konversi dari besar batubara kedalam bentuk emisi ton CO2 sesuai dengan UNFCCC Methodological tool “Tool
to calculate project or leakage CO2 emissions from fossil fuel combustion” (Version 02), dapat dilakukan dengan
rumus sebagai berikut,
Emisi Ton CO2 = Jumlah Batubara (ton Kg) X NCV (Net Color Value(TJ/Gg)) X Faktor Emisi CO2 (Kg CO2/TJ)
4. Perhitungan Ton Batubara menjadi Ton CO2
5. Besar NCV dan Faktor Emisi CO2
Berdasarkan sumber dari IPCC 2006 diperoleh data seperti pada tabel 5 dan tabel 6,
6. Jenis Batubara
Jenis batubara yang digunakan dalam simulasi adalah :
• Bituminous , batubara ini adalah batubara yang memiliki nilai kalor diatas 5700 kcal/kg.
• PRB (Powder River Basin)termasuk dalam katagori sub-bituminous, batubara ini adalah batubara yang
memiliki nilai kalor antara 4165-5700 kcal/kg.
• Texas lignite, batubara ini adalah batubara yang memiliki nilai kalor dibawah 4165 kcal/kg.
C. Pengolahan Data
1. Perhitungan konsumsi batubara per tahun
Dengan memperhatikan reverensi yang ada maka akan dilakukan analisa dengan asumsi batubara yang
digunakan adalah bertipe Bituminious dengan nilai kalori 5700 kcal/kg dan capacity factor pembangkit 80%.
31 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Tabel 6. Faktor emisi CO2 untuk berbagai tipe bahan bakar
a. Untuk pembangkit 400 MW
Produksi Listrik (MWh)
= 400 MW ×0.8 ×24jam×30 hari×12 bulan
= 2.764.800 MWh
Konsumsi Batubara(Ton) = (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
1) Konsumsi Bolier SubC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (2.764.800×9.349)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.142.758,78 ton
2) Konsumsi Boiler SC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (2.764.800×9.058)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.107.189 ton
3) Konsumsi Boiler USC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (2.764.800×8924)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.090.810 ton
4) Konsumsi AUSC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (2.764.800×8349)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.020.526 ton
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 32
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
b. Untuk pembangkit 600 MW
Produksi Listrik (MWh) Konsumsi Batubara(Ton) 1) Konsumsi Bolier SubC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
2) Konsumsi Boiler SC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
3) Konsumsi Boiler USC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
4) Konsumsi AUSC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
c. Untuk pembangkit 900 MW
Produksi Listrik (MWh) Konsumsi Batubara(Ton) 1) Konsumsi Bolier SubC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
2) Konsumsi Boiler SC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
3) Konsumsi Boiler USC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
4) Konsumsi AUSC
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton)
= 600 MW ×0.8 ×24jam×30 hari×12 bulan
= 4.147.200 MWh
= (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
= (4.147.200×9.302)/5700
= 1.705.502,72 ton
= (4.147.200×9.017)/5700
= 1.653.266 ton
= (4.147.200×8874)/5700
= 1.627.047 ton
= (4.147.200×8305)/5700
= 1.522.721 ton
= 900 MW ×0.8 ×24jam×30 hari×12 bulan
= 6.220.800 MWh
= (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
= (6.220.800 ×9.291)/5700
= 2.555.255,81 ton
= (6.220.800×8.990)/5700
= 2.472.473 ton
= (6.220.800×8.855)/5700
= 2.435.345 ton
= (6.220.800×8.279)/5700
= 2.276.931 ton
2. Jumlah pengurangan konsumsi batubara terhadap Bolier SubCritical
a. Untuk pembangkit 400 MW
1) Selisih SC
= Konsumsi SubC-Konsumsi SC
Selisih SC
= 1.142.758,78-1.107.189
Selisih SC
= 35.569,88 ton
2) Selisih USC = Konsumsi SubC-Konsumsi USC
Selisih USC = 1.142.758,78-1.090.810
Selisih USC = 51.949,14 ton
3) Selisih AUSC = Konsumsi SubC-Konsumsi AUSC
Selisih AUSC = 1.142.758,78-1.020.526
Selisih AUSC = 122.233,36 ton
b. Untuk pembangkit 600 MW
1) Selisih SC
= Konsumsi SubC-Konsumsi SC
Selisih SC
= 1.705.502,72-1.653.266
Selisih SC
= 52.254,72 ton
2) Selisih USC = Konsumsi SubC-Konsumsi USC
Selisih USC = 1.705.502,72-1.627.047
Selisih USC = 78.473,75 ton
3) Selisih AUSC = Konsumsi SubC-Konsumsi AUSC
33 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Selisih AUSC = 1.705.502,72-1.522.721
Selisih AUSC = 182.799,85 ton
c. Untuk pembangkit 900 MW
1) Selisih SC
= Konsumsi SubC-Konsumsi SC
Selisih SC
= 2.555.255,81-2.472.473
Selisih SC
= 82.782,48 ton
2) Selisih USC = Konsumsi SubC-Konsumsi USC
Selisih USC = 2.555.255,81-2.435.345
Selisih USC = 119.910.83 ton
3) Selisih AUSC = Konsumsi SubC-Konsumsi AUSC
Selisih AUSC = 2.555.255,81-2.276.931
Selisih AUSC = 278.325,14 ton
3.b Jumlah Pengurangan CO2 terhadap Boiler Sub Critical
Jumlah pengurangan CO2 yang diperoleh dengan menggunakan teknologi boiler SC, USC dan AUSC jika
dibandingkan dengan boiler yang saat ini dipakai yaitu SubC dapat diperoleh dengan mengkonversi selisih bahan
bakar yang diperoleh dibandingkan jika menggunakan boiler SubC menjadi bentuk emisi CO2 menggunakan
UNFCCC Methodological tool “Tool to calculate project or leakage CO2 emissions from fossil fuel combustion”
(Version 02). Nilai NCV 5700 kkal/Kg dikonversi menjadi 23,8 TJ/Ggram dan menggunakan nilai Faktor emisi bahan
bakar 92.800 kg/TJ sesuai reverensi pada Tabel 6.
a. Untuk pembangkit 400 MW
1) Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= Selisih SC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= 35.569,88 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= 78.421,10 tCO2
2) Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= Selisih USC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= 51.949,14 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= 114.532,54 tCO2
3) Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= Selisih AUSC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi AUSC(tCO2)
= 122.233,36 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= 269.488,32 tCO2
b. Untuk pembangkit 600 MW
1) Pengurangan Emisi SC (tCO2)
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
2) Pengurangan Emisi USC (tCO2)
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
3) Pengurangan Emisi AUSC(tCO2)
Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= Selisih SC ×NCV×Faktor Emisi
= 52.254,72 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
= 115.206,26 tCO2
= Selisih USC ×NCV×Faktor Emisi
= 78.473,75 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
= 173.011,50 tCO2
= Selisih AUSC×NCV×Faktor Emisi
= 182.799,85×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
= 403.019,78 tCO2
c. Untuk pembangkit 900 MW
1) Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= Selisih SC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= 82.782,48 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi SC (tCO2)
= 182.510,97 tCO2
2) Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= Selisih USC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= 119.910.83 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi USC (tCO2)
= 264.368,04 tCO2
3) Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= Selisih AUSC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= 278.325,14×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi AUSC (tCO2)
= 613.624,91 tCO2
4. Simulasi PLTU di Indonesia
Di Indonesia terdapat PLTU yang menggunakan teknologi Boiler Super Critical yang dimiliki oleh Independent
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 34
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Power Plant (IPP) yaitu PLTU Cirebon (1 X 660 MW) dan PLTU Paiton #3 (1 X 865MW), Apabila menggunakan
asumsi dan perhitungan di atas maka diperoleh penurunan emisi sebagai berikut :
a. PLTU Cirebon (1 X 660MW)
Produksi Listrik (MWh) = 660 MW ×0.8 ×24jam×30 hari×12 bulan
= 4.561.920 MWh
Jika Boiler konvensional Subcritical :
Konsumsi Batubara(Ton) = (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (4.561.920×9.302)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.876.072,79 ton
Jika Boiler SubCritical :
Konsumsi Batubara(Ton) = (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (4.561.920×9.017)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 1.818.539,60 ton
Pengehematan Bahan Bakar :
Selisih SC = Konsumsi SubC-Konsumsi SC
Selisih SC = 1.876.072,79-1.818.539,60
Selisih SC = 57.480,19 ton
Pengurangan Emisi CO2 :
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = Selisih SC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = 57.480,19 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = 126.726.88 tCO2/TaHun
b. PLTU Paiton #3 (1 X 865 MW)
Produksi Listrik (MWh) = 865 MW ×0.8 ×24jam×30 hari×12 bulan
= 5.978.880 MWh
Jika Boiler konvensional Subcritical :
Konsumsi Batubara(Ton) = (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (5.978.880×9.302)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 2.458.792,39 ton
Jika Boiler SubCritical :
Konsumsi Batubara(Ton) = (Produksi Listrik(MWh)×FC (btu/KWh))/(Nilai Kalor(kcal/kg))
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = (5.978.880×9.017)/5700
Konsumsi Batubara/Tahun(Ton) = 2.383.458,48 ton/tahun
Pengehematan Bahan Bakar :
Selisih SC = Konsumsi SubC-Konsumsi SC
Selisih SC = 2.458.792,39-2.383.458,48
Selisih SC = 75.333,89 ton
Pengurangan Emisi CO2 :
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = Selisih SC ×NCV×Faktor Emisi
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = 75.333,89 ×23,8×92.800×〖10〗^(-6)
Pengurangan Emisi SC (tCO2) = 166.089,02 tCO2/TaHun
D. Analisa Data
Berdasarkan dari pengolahan data diperoleh informasi bahwa dengan menggunakan teknologi boiler yang lebih
baik dibanding dengan Boiler Sub Critical yang saat ini digunakan, akan mengurangi jumlah konsumsi bahan bakar
batubara sehingga akan mengurangi juga emisi yang dihasilkan oleh PLTU batubara. Besar potensi pengurangan
emisi CO2 per tahun dapat dilihat pada Gambar 2 berikut,
35 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dari Grafik tersebut diketahui bahwa potensi pengurangan terbesar adalah dengan menggunakan teknologi
boiler Advance Ultra Super Critical yang saat ini masih dalam tahap penelitian. Peningkatan unit pembangkit
yang dibangun akan memperbesar pula pengurangan emisi CO2 yang dihasilkan, hal tersebut dikarenakan
berkurangnya panas yang dibutuhkan untuk setiap kWh energi listrik yang dihasilkan pembangkit apabila kapasitas
unit pembangkit ditingkatkan seperti yang tergambar
pada Gambar. 3.
E. Kesimpulan
1. Penggunaan Clean Coal Technology berupa
peningkatan efisiensi boiler dengan teknologi
boiler Super Critical, Ultra Super Critical serta
Advance Ultra Super Critical memiliki potensi untuk
menurunkan emisi CO2 jika dibandingkan dengan
menggunakan boiler konvensional SubCritical.
2. Penurunan emisi yang dihasilkan dapat diikutkan
pada proyek CDM yang termasuk dalam katagori
Gambar 2. Grafik Potensi Pengurangan Emisi CO2 per
tahun.
efisiensi bahan bakar.
3. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk
membangun PLTU dengan boiler yang melebih
Subcritical memang lebih mahal, akan tetapi
manfaat dari efisiensi bahan bakar yang terjadi
dan juga mendukung agar lingkungan yang lebih
bersih tentu akan lebih menguntungkan.
4. Di Indonesia saat ini telah ada 2 pembangkit milik
IPP yang menggunakan teknologi Boiler Super
Critical yaitu PLTU Cirebon (1 x 660 MW) dan
Gambar 3. Grafik performa boiler PLTU (sumber.
PLTU Paiton #3 (1 x 865 MW) yang sudah mulai
Sargent & Lundy,USA, 2009).
beroperasi pada tahun 2012. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan asumsi CF 80% dan formula simulasi sebelumnya diperkirakan kedua
PLTU tersebut memiliki potensi penurunan emisi sebesar 292.815,90 tCO2/Tahun.
Reverensi
• Intergovermental Panel on Climate Change, 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories,
Jepang, 2006
• Sargant & Lundy, New Coal-Fired Power Plant Performance And Cost Estimates, USA, 2009
• UNFCCC, Methodological tool “Tool to calculate project or leakage CO2 emissions from fossil fuel combustion”
(Version 02)
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 36
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
PENGENDALIAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENERAPAN
PENYESUAIAN TARIF BERKALA
Penulis : David F Silalahi
I. LATAR BELAKANG
Besarnya realisasi subsidi Listrik terus meningkat
dari tahun ketahun. Peningkatan subsidi listrik antara
lain disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi listrik
dan peningkatan biaya produksi listrik, atau Biaya
Pokok Penyediaan atau BPP tenaga listrik, yang
tidak diikuti dengan penyesuaian tarif tenaga listrik.
Meningkatnya BPP tenaga listrik disebabkan oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
ini disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian
pembangunan pembangkit, tidak tersedianya pasokan
gas, terlambatnya pembangunan jaringan transmisi,
dan faktor-faktor lainnya yang pada dasarnya dapat
dikendalikan oleh PLN dan Pemerintah. Sedangkan
faktor eksternal, seperti melemahnya kurs Rupiah
terhadap Dollar AS, tingkat inflasi yang tinggi, kenaikan
harga minyak dunia, yang tentunya berpengaruh besar
terhadap biaya produksi listrik, faktor ini diluar kendali
PLN maupun Pemerintah.
Faktor eksternal tersebut diatas akan menyebabkan
meningkatnya harga energi primer antara lain harga
batubara, harga minyak bumi, harga gas alam, yang
merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya
produksi listrik. Biaya bahan bakar ini mencapai 70%
dari BPP tenaga listrik total (audit subsidi listrik, BPK
2012). Belum adanya mekanisme tariff yang dapat
diseusaikan dengan perubahan biaya produksi listrik
berdampak pada kenaikan biaya produksi tersebut
di pass through menjadi beban subsidi listrik.
Peningkatan subsidi listrik dari tahun ke tahun terus
menggerus keuangan Negara, semakin banyak dana
yang dibelanjakan untuk menanggung subsidi listrik
maka akan mengurangi kemampuan Pemerintah dalam
mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur.
Untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian subsidi
listrik melalui cara-cara peningkatan efisiensi biaya
produksi listrik dengan diversifikasi energi BBM
kepada energi non BBM dalam pembangkitan tenaga
listrik, penurunan susut jaringan tenaga listrik, dan
penyesuaian tarif tenaga listrik.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sejak tahun
2004 kenaikan tarif tenaga listrik baru terjadi di tahun
2010 sebesar 10% dan terakhir pada tahun 2013
sebesar rata-rata 15% dengan mekanisme penyesuaian
bertahap. Tarif yang selama ini diterapkan masih
bersifat kaku, tidak dapat mengikuti fluktuasi biaya
produksi listrik. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme
penyesuaian tarif yang dapat menyesuaikan dengan
fluktuasi perubahan biaya produksi listrik, yaitu dengan
mekanisme penyesuaian tarif listrik berkala.
37 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
II. KONDISI BAURAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK DI
INDONESIA
Pada tahun 2012 bauran energi pembangkit listrik
terus mengalami perbaikan. Pada tahun 2011, bauran
bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak sebesar
14,97 %, bauran batubara sebesar 50,27%, bauran gas
sebesar 23,41%, dan selebihnya adalah bauran energy
lainnya (air, biofuel, panas bumi, dll) sebesar 11,35%.
Komposisi bauran energi ini dapat digambarkan dalam
Gambar 1 di bawah.
BBM yang hanya sebesar 14,97% bauran nya menelan
biaya sebesar 53,63% dari biaya energi, porsi biaya
terbesar pada tahun 2012, diikuti biaya batubara
mencapai 23,96%, dan biaya gas sebesar 14,94%, dan
biaya bahan bakar lainnya (air, biofuel, panas bumi,
dll) hanya sebesar 7,47%. Dengan demikian biaya
bahan bakar fosil dalam biaya energi mencapai 92,53%
Gambar 1. Komposisi Bauran Energi Pembangkit Listrik
Tahun 2012
terhadap biaya energi keseluruhan.
Biaya energy untuk pembangkit listrik yang didominasi
oleh bahan bakar fosil ini sangat menentukan
besarnya biaya produksi listrik. Adanya fluktuasi
perubahan biaya energy yang porsinya mencapai
70% akan berpengaruh besar terhadap biaya
produksi listrik. Terutama saat terjadi kenaikan harga
Gambar 2. Komposisi Bauran Biaya Energi Per Jenis Bahan
Bakar Tahun 2012
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
bahan bakar minyak. harga gas dan harga batubara
dianggap tidak terlalu berpengaruh, karena harga nya
diatur oleh Pemerintah. Harga bahan bakar minyak
dipengaruhi oleh pasar global, yaitu harga minyak
dunia, yang kecenderungannya mengalami kenaikan
harga. Jika adanya perubahan biaya produksi akibat
faktor eksternal seperti kenaikan harga bahan bakar
minyak, tentu jika tariff tidak dapat menutupi biaya
produksi tersebut, akan menjadi beban subsidi listrik.
Selain perubahan harga bahan bakar minyak, tingkat
inflasi dan perubahan kurs Rupiah turut menyebabkan
fluktuasi biaya produksi listrik.
III. PENERAPAN TARIFF ADJUSTMENT DI NEGARA LAIN
Penerapan penyesuaian tariff berkala ‘Tariff
Adjustment’ bukan merupakan hal yang baru dalam
usaha penyediaan tenaga listrik. Negara-negara
lain seperti Amerika, Jepang, Korea, Thailand juga
menerapkan penyesuaian tarif berkala pada pelanggan
listrik di Negaranya untuk dapat menyesuaikan tariff
terhadap biaya riil. Berikut adalah review mengenai
beberapa penerapan tariff adjustment di Negara lain.
• Jepang- TEPCO (Tokyo Electric Power Company)
Tokyo Electric Power Company, Incorporated
(TEPCO) di Jepang, sebagai perusahaan penyedia
listrik yang memasok listrik ke Tokyo, adalah
salah satu perusahaan listrik yang menerapkan
penyesuaian tarif listrik berkala kepada
pelanggannya. Hampir sama dengan di Indonesia,
TEPCO juga didominasi oleh pembangkit berbahan
bakar fosil. Pembangkit termal berbahan bakar
fosil mencapai 64% dari total pembangkit listrik
milik TEPCO. Pada tahun 2012, dari total energy
dibangkitkan sebesar 295,6 TWh sebagian besar
berasal dari pembangkit termal (oil, coal, LNG,
LPG, gas) yaitu sebesar 276,3 TWh (93,4%).
Dengan komposisi pembangkit yang didominasi
oleh pembangkit fosil, tentulah biaya bahan
bakar pembangkit termal menjadi dominan
dalam struktur biaya pembangkitan keseluruhan.
Biaya bahan bakar menjadi sangat dipengaruhi
oleh harga bahan bakar di pasar. Fluktuasi harga
minyak, harga gas LNG/LPG, harga batubara
tentu sangat berpengaruh pada tariff yang harus
dibayar konsumen. Dengan demikian TEPCO pun
menerapkan penyesuaian tarif berkala untuk
mengurangi risiko kenaikan biaya. Implementasi
penyesuaian tariff otomatis oleh TEPCO antara
lain :
• Fuel Cost Adjustment System merupakan sistem
tarif listrik yang didesain dapat berubah-ubah
secara otomatis berdasarkan fluktuasi dari harga
minyak mentah, gas alam, dan batubara. Ilustrasi
penerapan konsep tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Data ini menunjukkan bahwa bahan bakar fosil masih
mendominasi energy primer untuk pembangkit
listrik, yang juga artinya bahwa biaya bahan bakar
pembangkit didominasi oleh bahan bakar fosil. Masih
dengan menggunakan data realisasi tahun 2012, biaya
energy per jenis bahan bakar dapat disajikan dalam
Gambar 2 sebagai berikut :
• Kenaikan harga listrik ditentukan berdasarkan
perhitungan fluktuasi rata-rata harga bahan
bakar selama 3 bulan. Sebagai contoh, tarif
penyesuaian (fuel cost adjustment unit price)
dihitung berdasarkan rata-rata harga bahan bakar
periode Januari – Maret, dan ditambahkan pada
perhitungan rekening bulan Juni, dan seterusnya
Implementasi konsep tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
• Korea Selatan – KEPCO (Korea Electric Power
Company)
KEPCO adalah perusahaan penyedia listrik milik negara
Korea, mirip seperti PLN di Indonesia. KEPCO memiliki
88% dari total pembangkit di Korea, dan memonopoli
Gambar 3. Komponen penyusun tarif listrik TEPCO
transmisi dan distribusi di Korea, sehingga hanya
KEPCO yang menjadi perusahaan satu-satunya yang
menjual listrik ke konsumen. Pada tahun 2010, porsi
biaya bahan bakar LNG mencapai 43%, oil mencapai
9%, dan batubara mencapai 44%. Keseluruhan biaya
bahan bakar fosil mencapai 96%. Dengan fluktuasi
harga bahan bakar tersebut tentu menyebabkan
perubahan pada biaya produksi listrik yang berbedabeda pada peridoe waktu tertentu, untuk itu KEPCO
menerapkan penyesuaian tariff otomatis terhadap
Gambar 4. Penerapan penyesuaian tariff berkala TEPCO
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 38
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
tariff konsumennya, yang dinamakan ‘fuel cost
adjusted tariff’.
Penyesuaian biaya bahan bakar dilakukan dengan
memperhatikan perbedaan antara harga bahan bakar
rata-rata 3 bulan aktual yang tercatat dengan harga
bahan bakar standar. Biaya bahan bakar disesuaikan
harga satuan untuk setiap bulan dan akan dihitung
berdasarkan rata-rata harga bahan bakar yang
sebenarnya selama tiga bulan terakhir. Adapun
penerapan adjustment dilakukan pada dua bulan
kemudian.
IV. ALASAN PENTING PENERAPAN TARIFF ADJUSTMENT
DI INDONESIA
Sistem tarif yang diberlakukan Pemerintah saat ini
yang bersifat fix dan tidak dapat berubah. Fluktuasi
perubahan biaya produksi listrik yang diakibatkan
Gambar 5. Pengaturan tarif adjustment di Korea
oleh faktor eksternal yang sifatnya uncontrollable
(perubahan kurs, tingkat inflasi, nilai ICP) belum dapat
tertutupi oleh tarif yang dibayarkan oleh pelanggan,
dan menjadi tanggungan Pemerintah dalam bentuk
subsidi listrik. Untuk faktor eksternal yang sifatnya
uncontrollable seharusnya menjadi beban dari
pelanggan pengguna listrik bukan menjadi beban
subsidi. Dan untuk itu perlu disusun suatu mekanisme
yang membuat tarif dapat berubah naik ataupun turun
mengikuti fluktuasi perubahan biaya produksi listrik.
Gambar 6. Mekanisme implementasi tariff adjustment di
Korea
Sesuai dengan hasil keputusan DPR dalam rapat kerja
Badan Anggaran dalam pembahasan R-APBN 2014,
telah disetujui kebijakan Pemerintah terkait rencana
39 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
penerapan penyesuaian tarif berkala pada tahun 2014
terhadap pelanggan non subsidi. Dengan demikian
penerapan tariff adjustment tidak dapat ditunda-tunda
lagi agar pengendalian subsidi listrik lebih optimal.
V. MODEL PENYESUAIAN TARIF LISTRIK BERKALA YANG
DAPAT DITERAPKAN DI INDONESIA
Tarif listrik yang berlaku di TEPCO ataupun KEPCO
sebagaimana dijelaskan sebelumnya merupakan tarif
listrik keekonomian dan tidak mengandung subsidi.
Jepang ataupun Korea menerapkan seluruh perubahan
biaya bahan bakar dengan tariff adjustment nya kepada
seluruh tariff pelanggan. Hal ini berbeda dengan di
Indonesia, bahwa hamper seluruh tarif pelanggan
disubsidi. Hanya ada empat golongan yang tidak
disubsidi yaitu rumah tangga besar R-3 daya 6.600VA
keatas, bisnis menengah B-2 daya 6.600VA s.d 200kVA,
bisnis besar B-3 daya di atas 200kVA, dan kantor
Pemerintah sedang P-1 daya 6.600VA s.d 200kVA.
• Pelanggan sasaran penerapan penyesuaian tarif
berkala.
Penyesuaian tarif berkala sifatnya dapat berupa
penyesuaian naik ataupun turun, jika diterapkan
pada seluruh golongan tarif maka tarif subsidi pun
dapat turun atau naik, tidak tepat jika tarif yang masih
bersubsidi juga ikut disesuaikan turun, oleh karena
itu penerapan penyesuaian tarif berkala hanya sesuai
diterapkan pada keempat pelanggan ini karena sudah
membayar sesuai keekonomiannya yaitu rumah tangga
besar R-3 daya 6.600VA keatas, bisnis menengah B-2
daya 6.600VA s.d 200kVA, bisnis besar B-3 daya di
atas 200kVA, dan kantor Pemerintah sedang P-1 daya
6.600VA s.d 200kVA.
Untuk keempat golongan tarif tersebut, adanya
fluktuasi BPP yang dikarenakan faktor yang bersifat
uncontrollable yaitu perubahan indikator ekonomi
makro (kurs, inflasi, ICP) tidak lagi dibebankan pada
subsidi, namun dibebankan kepada pelanggan non
subsidi melalui mekanisme tariff adjustment. Berikut
adalah ilustrasi tariff adjustment:
Pada gambar diatas tampak bahwa pada tahun 2012,
tarif pelanggan masih disubsidi, kemudian pada akhir
tahun 2013 tarif disesuaikan dengan keekonomiannya.
Namun model tarif fix tidak dapat menyesuaikan
dengan fluktuasi BPP, untuk itu perlu diterapkan
mekanisme tariff adjustment untuk menjaga tariff
tersebut tetap pada level keekonomiannya. Dan
kebijakan ini baru dapat dilakukan pada tahun 2014
nanti.
• Formula Penyesuaian Tarif Berkala (Tariff
Adjustment)
Jika di Negara lain seluruh perubahan biaya bahan bakar
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
di pass through ke tariff pelanggan, untuk di Indonesia,
hal ini belum dapat diterapkan, mengingat masih
ada faktor-faktor internal yang turut menyebabkan
kenaikan BPP, seperti bauran energy yang pada
dasarnya dapat dikendalikan. Untuk itu hanya faktor
eksternal yang diperkenankan menjadi komponen
penyusun tariff adjustment. Secara umum komponen
penyesuaian tarif berkala adalah penyesuaian tarif
yang diakibatkan oleh pengaruh perubahan realisasi
nilai kurs, inflasi, dan ICP dengan rumusan sebagai
berikut:
Gambar 7. Ilustrasi penerapan tariff adjustment
% TA = % (Kkurs x ∆ Kurs) + % (Kinflasi x ∆ Inflasi) + % (KICP x ∆
ICP)
dimana:
TA = Tariff Adjustment
Kkurs = Koefisien Kurs, ΔKurs = Kenaikan Kurs,
Kinflasi = Koefisien Inflasi, ΔInflasi = Kenaikan Inflasi
(%), KICP = Koefisien ICP, ΔICP = Kenaikan Harga ICP
dimana:
TB = Tarif tenaga listrik baru golongan pelanggan R-3,B2,B-3,dan P-1
TL = Tarif tenaga listrik lama (sesuai Permen ESDM No.
30 Tahun 2012)
golongan pelanggan R-3,B-2,B-3,dan P-1
TA = Tariff Adjustment
yang mungkin diterapkan
TB
= TL + TA
1. Pola 1– Bulanan
Dengan pola 1 bulanan, penyesuaian tarif listrik
dilakukan pada bulan n dengan menggunakan realisasi
nilai ICP, inflasi dan kurs pada bulan n-1. Ilustrasi dari
penyesuaian tarif listrik ini dapat ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
2. Pola 2 – 3 bulanan
Pada pola 3 bulan, penyesuaian tarif listrik dilakukan
dengan menggunakan realisasi nilai ICP, inflasi dan
kurs pada bulan n-1, n-2 dan n-3. Data perubahan
harga ICP, inflasi dan kurs digunakan sebagai masukkan
untuk perhitungan penyesuaian tarif listrik pada bulan
n selama 3 bulan. Ilustrasi dari penyesuaian tarif listrik
ini dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Penerapan dengan pola data satu bulan memiliki
potensi kehilangan pendapatan selama satu bulan,
karena tariff adjustment dengan data bulan Januari
baru dapat diterapkan pada bulan Februari, dan untuk
data Desember tidak lagi dapat diberlakukan pada
tahun yang bersangkutan. Sedangkan dengan pola data
tiga bulanan memiliki potensi kehilangan pendapatan
selama tiga bulan, karena adjustment dengan data
bulan Januari-Maret baru dapat diterapkan pada bulan
April pada tahun yang bersangkutan. Dengan demikian
akan lebih menguntungkan pola 1 bulan dibandingkan
pola 3 bulan.
VI. PENUTUP
Kebijakan untuk penerapan penyesuaian tarif berkala
(tariff adjustment) dapat menjaga tarif listrik yang
dibayarkan oleh pelanggan non subsidi tetap berada
dalam level keekonomian. Dengan demikian dapat
Contoh perhitungan tariff baru dengan penyesuaian
tariff berkala :
TL(R3) = Rp 1.352/kWh (tarif sesuai Permen ESDM
No. 30 Tahun 2012)
Jika TA = 1 %, maka
TB(R3) = Rp 1.352 x (1+1%) = Rp 1.366/kWh, ada
penambahan Rp 14/kWh (TA)
Nilai kurs, ICP, dan tingkat inflasi yang menjadi acuan
adalah asumsi yang digunakan dalam APBN tahun
berjalan. Sedangkan realisasi Nilai kurs, ICP, dan
tingkat inflasi mengacu pada data yang dikeluarkan
Kementerian ESDM, Bank Indonesia atau Badan Pusat
Statistik.
• Pola Penyesuaian Tarif Berkala (Tariff Adjustment)
Tabel 1. Pola 1– Bulanan
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 40
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
dipastikan bahwa pelanggan non subsidi tersebut
tidak lagi memperoleh subsidi meskipun ada
fluktuasi indikator ekonomi makro (ICP, kurs, inflasi)
yang mempengaruhi biaya produksi listrik sehingga
anggaran subsidi listrik lebih terkendali.
REFERENSI
1. Peraturan Menteri ESDM No.30 Tahun 2012
tentang Tarif Tenaga Listrik PT PLN (Persero)
Tabel 1. Pola 1– Bulanan
2. Statistik 2012 PT PLN (Persero), www.pln.co.id
3. Tokyo Electric Power Company - Annual Report
2012, www.tepco.co.jp/en/corpinfo
4. Daiwa Capital Markets, 2012, asiaresearch.
daiwacm.com/eg/cgi-bin/files/
KRUtilitiesSector120420.pdf
41 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
LOW-CARBON MODEL TOWN (LCMT) DALAM ASIA
PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) DAN
PELAKSANAANNYA DI INDONESIA (KOTA SURABAYA)
Penulis : Andi Winarno
Staf Direktorat Pembinaan Program
Dewasa ini dunia dihadapkan pada perubahan
iklim, yang mengancam kehidupan jutaan manusia
dan kelangsungan ekologis planet ini. Para pakar
memperingatkan bahwa perubahan mendasar harus
dibuat terhadap produksi dan pemanfaatan energi
dalam sepuluh tahun ke depan untuk menghindari
dampak yang paling parah. Kita harus mengu-rangi
emisi karbondioksida yang dihasilkan bahan bakar
fosil yang telah menyebabkan perubahan iklim.
Dengan latar belakang global ini, maka muncullah
konsep Low Carbon Town, dimana kota-kota yang
selama ini menjadi sumber CO2 diharapkan dapat
bertransformasi menjadi kota yang lebih ramah
lingkungan.
Pada sidang ke 9 APEC Energy Ministers Meeting
(EMM9), yang dilaksanakan di Fukui, Japan tanggal
19 Juni 2010, tema yang diusung adalah “Low
Carbon Paths to Energy Security”, Menteri-menteri
yang hadi r dalam meeting tersebut berpendapat
bahwa pengenalan teknologi berkarbon rendah
dalam perencanaan kota akan meningkatkan efisiensi
energi dan mengurangi penggunaan energi fosil. Hal
tersebut sangat penting dalam rangka pengaturan
perkembangan kepadatan konsumsi penggunaan
energi di kota-kota negara APEC.
Kedua hal diatas mendasari penulis untuk
memaparkan perkembangan Low Carbon Town
dalam Kerjasama APEC Energi Working Group (EWG)
dan pelaksanaannya di Indonesia yang dalam hal ini
adalah Kota Surabaya.
1. Low-Carbon Model Town Task Force (LCMT)
Konsep Low Carbon Town (LCT) dalam APEC sebagai
ide dasar tentang definisi dari LCT dalam mencari
pendekatan yang efektif dalam pencapaiannya.
Konsep LCT bertujuan untuk mengembangkan kotakota di negara-negara anggota APEC menjadi kota
yang menghasilkan karbon rendah melalui penyediaan
prinsip-prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai
acuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam perencanaan kebijakan low carbon yang efektif
dan dalam rangka mencari formulasi yang tepat untuk
standar ukuran low carbon.
APEC LCT mengandung arti sebagai kota dan desa
yang sedang menuju low carbon dengan target
pengurangan kuantitas emisi CO2. Perencanaan
pengembangan LCT dilakukan melalui beberapa
tahapan. Tahapan pertama adalah membuat
perencanaan dasar pengembangan LCT terhadap
kota-kota yang telah ada, langkah selanjutnya adalah
membuat suatu strategi pengembangan LCT yaitu
menetapkan target pengurangan karbon melalui suatu
time frame, kemudian melakukan analisa dan evaluasi
serta menetapkan cara-cara yang paling komprehensif
dalam pencapaian target dalam time frame yang telah
ditetapkan.
Dalam proses perencanaan, pemahaman terhadap
karakteristik kota menjadi sangat penting, karena
karakteristik kota tersebut akan menentukan model
kriteria yang akan ditetapkan untuk menentukan
ukuran standar tingkatan low carbon-nya. Ada beberapa
karakteristik kota yang perlu diperhatikan diantaranya
kondisi iklim, geografis, struktur industri, struktur kota
atau kepadatan pemakaian lahan dan infrastruktur
kota. Tidak seperti kondisi iklim dan geografis, struktur
industri dan struktur kota atau kepadatan pemakaian
lahan serta infrastruktur kota merupakan variabel yang
mana setiap kota memiliki hal yang berbeda. Untuk
itu, Pemerintah yang bertanggung jawab terhadap
kota tersebut harus melakukan observasi kondisi
kota sekarang maupun perkiraan kondisi kota dimasa
mendatang dalam rangka membuat suatu guide line
dalam rangka pengurangan emisi CO2 di kota.
Pada sidang ke 9 APEC Energy Ministers Meeting
(EMM9) yang dilaksanakan di Fukui, Japan tanggal 19
Juni 2010, tema yang diusung adalah “Low Carbon Paths
to Energy Security”, Menteri-menteri yang bersidang
sependapat bahwa pengenalan teknologi berkarbon
rendah dalam perencanaan kota akan meningkatkan
efisiensi energi dan mengurangi penggunaan energi
fosil masyarakat kota. Hal tersebut sangat penting
dalam rangka pengaturan perkembangan kepadatan
konsumsi penggunaan energi di kota-kota negara APEC.
Sejalan dengan hal tersebut, mereka membentuk
APEC Energy Working Group (EWG) dalam rangka
melaksanakan APEC Low Carbon Model Town (LCMT)
Proyek LCMT akan memberikan suatu peluang
yang sangat bagus bagi Pemerintah Pusat maupun
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 42
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pemerintah Daerah yang tergabung dalam kerangka
ekonomi APEC untuk melakukan perencanaan kota
berkarbon rendah yang didasarkan pada konsep APEC
LCT.
Low-Carbon Model Town (LCMT) Project ditujukan
untuk membentuk komunitas pengembangan kotakota berkarbon rendah dan berbagi pengalaman
dalam pencapaiannya.
Proyek APEC LCMT terdiri dari 3 aktivitas, yaitu
1. Pengembangan konsep kota berkarbon rendah
2. Studi kelayakan
3. Evaluasi terhadap perencanaan kota.
Proyek LCMT dilaksanakan secara multi-year
project, tahapan pertama dari proyek LCMT adalah
pengembangan versi awal dari konsep kota berkarbon
rendah dan melakukan studi kelayakan serta evaluasi
kebijakan untuk proyek pengembangan Yujiapu CBD
(Central Business District) di Tianjin, China. Untuk
mengembangkan konsep kota berkarbon rendah,
Study Group A dibentuk, yang terdiri dari para ahli dari
negara-negara anggota APEC. Setelah beberapa tahun,
konsep LCT disarikan dalam suatu guidebook untuk
perencana yang akan membuat disain kota berkarbon
rendah. Study Group B dibentuk untuk melaksanakan
evaluasi kebijakan, Sebagai badan penasehat utama
untuk proyek APEC LCMT, dibentuklah LCMT Task
Force (TF) sebagai respon terhadap instruksi Menterimenteri energi dalam Deklarasi Fukui. LCMT TF
bertugas sebagai pendukung pengembangan konsep
kota berkarbon rendah. Asia-Pacific Energy Research
Centre (APERC) bertugas mengkoordinasikan semua
pekerjaan yang berkaitan dengan proyek APEC LCMT
termasuk Group study A and B yang berada dibawah
arahan Agency for Natural Resources and Energy, METI
Japan
2. Low-Carbon Model Town Task Force (LCMT) dalam
APEC Energy Working Group (EWG) ke 45 di Pulau
Samui Thailand
Gambar Low Carbon Town
43 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
a.
Chair Low-Carbon Model Town Task Force
(LCMT TF) adalah Japan.
b.
Topik yang disampaikan adalah bagaimana
kota-kota berkontribusi dalam pencapaian green cities
programme.
Fakta-fakta yang ada
• Kota-kota cenderung menuju ke produktivitas yang
semakin tinggi yang berdampak kepada income
yang semakin tinggi pula
• Emisi karbon per kapita cenderung berkurang
sebagai akibat dari kondisi kota yang semakin padat
yang berdampak kepada kepadatan transportasi
umum, pejalan kaki, dan transportasi sepeda.
• Kota-kota besar mengeluarkan 10-45 % dari
anggaran mereka untuk “potential green”, yang
diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja
baru.
Rencana kerja program kota hijau Organisation for
Economic Co-operation and Development (OECD).
• Konsep framework
• Studi kasus kota Paris (2011), Korea (2011), Chicago
(2011-2012), China (2012), Kitayushu (2012), dan
Stockholm (2012)
• Hasil akhir : Perkembangan kota-kota hijau (23 Mei
2013)
Adapun capaian dari pengembangan kota-kota hijau
(Green Cities) adalah sebagai berikut:
• Peluang kerja (Efisiensi energi dalam gedung,
transportasi , dan manajemen sampah atau
limbah.
• Kota-kota yang menarik (peningkatan efisiensi
dalam sistem transportasi, pelayanan masyarakat
yang berkelanjutan, dan penyesuaian terhadap
perubahan iklim).
• Green Product/Services (identifikasi potensi untuk
green product dan pelayanan khusus, pembinaan
terhadap aktivitas teknologi R & D, dan inovasi.
• Harga Lahan Kota (Pengembangan ulang kota,
pengurangan insentif untuk pengembangan green
field).
Studi Kasus : Urbanisasi dan green growth
di China
• Urbanisasi
mengakibatkan
perubahan lingkungan kota termasuk
kepadatan penduduk, kemacetan
lalulintas, polusi udara dan air, dan
ketidaktepatan pembuangan limbah
rumah tangga dan pabrik.
Studi Kasus Chicago (direkomendasikan)
• Menghubungkan pemilik property ke
perusahaan jasa energi
• Adanya standar green disain
diharapkan dapat meningkatkan
inovasi di sektor gedung
• Meningkatkan transportasi massal
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
• Penetapan prioritas dan pemberian informasi
• Adanya dukungan dari pemerintah Pusat dan
parlemen melalui penerapan pajak property.
• Restrukturisasi untuk harga air dan pajak sampah/
limbah
• Adanya konsorsium untuk pengembangan energi
angin
Studi kasus Kitakyushu (direkomendasikan)
• Peningkatan efisiensi penggunaan lahan dan
perencanaan transportasi untuk kota yang
terpusat dan mengurangi adanya urban sprawl.
• Mengembangkan nilai tambah yang tinggi untuk
daur ulang limbah dan memaksimalkan kesinergian
antara industri dan perumahan/tempat tinggal.
• Meningkatkan penggunaan smart grid dan
penerapan feed in tariff secara nasional untuk
penyediaan energi terbarukan.
• Meningkatkan efisiensi energi pada industri
dan meningkatkan penerapan hemat energi di
bangunan komersial dan rumah tangga.
c.
Japan selaku pengawas Proyek APEC LCMT
melaporkan perkembangan proyek tahap 3.
Proyek terdiri dari 3 tahapan:
• Seleksi terhadap kota-kota yang masuk nominasi
proyek LCMT tahap 3. 2 kota calon lokasi
pelaksanaan proyek yang diusulkan adalah kota
San Borja, Lima, Peru dan kota Da Nang, Viet
Nam. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan,
ditetapkanlah kota Da Nang, Viet Nam sebagai
lokasi proyek LCMT Tahap 3
• Progress Studi Kelayakan - Dilalukan melalui APEC
Project Tender untuk proyek LCMT tahap 3 yang di
umumkan dalam website APEC.
• Outcame- Yang dapat dilaporkan dalam hal ini
adalah proyek LCMT tahap 2 yang dilaksanakan di
pulau Samui, Thailand.
d.
Japan menyampaikan draf rencana aksi 2013
sebagai berikut:
3. Low-Carbon Model Town Task Force (LCMT) dalam
APEC EWG ke 46 di Danang Viet Nam
a. Acting Chair Low-Carbon Model Town Task Force
(LCMT TF) adalah Japan, kemudian anggota APEC
menunjuk Jepang kembali sebagai Chair LCMT TF
b. Evaluasi terhadap konsep Low Carbon Town (Study
Group A melaporkan perkembangan studi APEC Low
Carbon Indicator dan hasil site visit)
• Pengawasan
Perkembangan mekanisme pengawasan target
pengurangan CO2
• Penghijauan kawasan (Greenery)
Untuk mencegah fenomena pemanasan dan
peningkatan temperatur udara, serta untuk
penyerapan CO2.
Gambar Draft Rencana Aksi 2013 LCMT Dalam APEC EWG
• Water Treatment
Pemanfaatan air yang berkesinambungan yaitu adanya
infrastruktur dalam pemakaian air, small hydro power,
biogas, pemanfaatan aliran air, pemakaian ruang untuk
fasilitas yang bermanfaat seperti untuk solar cell/solar
power, pemanfaatan yang lebih optimal terhadap air
di bangunan komersial.
• Transportasi
Pemakaian energi alternatif untuk kendaraan dan
cara mengemudi yang hemat bahan bakar, serta
penambahan peralatan hybrid electric pada kendaraan.
c.
Pelaporan draft studi kelayakan untuk kota Da
Nang, Viet Nam oleh NEW JEC
Secara garis besar, cakupan pekerjaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
• Situasi terkini dan isu yang berkembang berkaitan
dengan dalam rangka pelaksanaan proyek
pengembangan LCT di Kota Danang.
• Tahap 1: Pelaporan strategi low carbon untuk
proyek pengembangan LCT di kota Danang
• Tahap 2: Pelaporan analisa pengurangan CO2 dan
biaya yang dibutuhkan membuat disain ukuran
yang diinginkan.
• Tahap 3: Pelaporan studi pelaksanaan metodologi
pengurangan CO2.
• Finalisasi laporan studi kelayakan
d.
Japan melaporkan perkembangan proyek
APEC LCMT Tahap 4
Terdiri dari 2 tahapan:
• Pemilihak lokasi untuk proyek LCMT tahap 4
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, ditetapkanlah
kota San Borja, Lima, Peru sebagai lokasi proyek LCMT
Tahap 4
• Perencanaan selanjutnya berkaitan dengan proyek
LCMT tahap 4
Tender proyek LCMT tahap 4 akan dilaksanakan
bulan Januari-Februari 2014 dan diumumkan melalui
website APEC. Sedangkan kontran diharapkan dapat
ditandatangani pada bulan Februari 2014.
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 44
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
4. Aktivitas APEC dan Pemerintah dalam Low-Carbon
Model Town di Indonesia
Pemerintah melalui Kementerian ESDM mulai
menerapkan konsep Low Carbon Model Town (LCMT)
di beberapa kota di Indonesia atau konsep tingkat
pencemaran udara yang minimal. Melalui konsep
ini pemerintah menawarkan solusi atas tingkat
pencemaran udara yang tinggi di sejumlah kota besar.
Pemerintah daerah menjadi target dari pelaksanaan
konsep Low Carbon Model Town (LCMT). Secara teknis
ada sejumlah strategi untuk menerapkan konsep
ini, diantaranya melakukan sosialisasi pengenalan
peralatan hemat energi, penggunaan energi
terbarukan, mengubah struktur kota, mengurangi
kemacetan lalu lintas, daur ulang serta aforestasi
(penghijauan), dan lain-lain.
Sejauh ini kota yang sudah menjadi percobaan pada
proyek Low Carbon Model Town (LCMT) adalah kota
Tianjin, RRC, yang melakukannya dengan sukarela
(volunteer). Setelah Tianjin, Asia Pasific Energy
Research Center (APERC) membidik kota lain seperti
Putra Jaya (Malaysia), Cebu (Filipina) serta Da Nang
(Vietnam).
Pada bulan Juni 2011, Tim ahli LCMT, APERC yang
berasal dari China, Vietnam, Filipna, Cina, Malaysian
dan Indonesia serta tim dari Direktorat Jenderal Energi
Terbarukan dan Konservasi Energi ESDM mengunjungi
Surabaya.
Selain sebagai sharing knowledge (berbagi ilmu) guna
mendorong pembentukan komunitas kota rendah
karbon. Kunjungan juga dimaksudkan untuk mengkaji
program-program kota rendah karbon (Feasibility
study) agar lebih terintegrasi.
Surabaya dipilih oleh tim Low Carbon Model Town
(LCMT) dari LCMT dan APERC karena menurut laporan
World Bank, Surabaya dianggap telah memiliki program
rendah karbon dan telah mulai menerapkan langkahlangkah untuk mewujudkan program tersebut.
Hasil dari kajian yang dilakukan oleh Tim ahli LCMT,
APERC tersebut menyatakan bahwa Pemkot Surabaya
sudah menerapkan konsep Low Carbon Model Town
(LCMT) melalui layanan uji emisi untuk kendaraan
yang mereka gratiskan, selain membangun tanantaman kota, dan kawasan desa hijau.
5.
Low-Carbon Model Town di Surabaya
Konsep Dasar
• Mengurangi sampah dari sumbernya
• Pemisahan sampah
• Proses pengolahan sampah
Pelaksanaan
• Memperpanjang fungsi lahan di Benowo
45 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
• Pengefektivan aturan di masyarakat dan
menjadikan swasta sebagai rekan kerja
• Perubahan budaya dan cara pikir
Tujuan
• Mengurangi volume sampah yang dibuang di
lahan Benowo
• Mendorong masyarakat untuk dapat mengelola
sampah rumah tangganya sendiri
• Menciptakan lingkungan kota yang bersih dengan
sedikit sampah
Proses dan Aksi
• Sosialisasi dan konseling
• Kampanye
• Pembentukan katalisator, motivator, dan kaderisasi
• Memfasilitasi rumah tangga dalam kerjasamanya
dengan LSM lingkungan
• Pemberian fasilitas kebersihan secara gratis seperti
Gambar Strategi Pelaksanaan Low Carbon Town
keranjang sampah
Pengembangan
• Kompetisi untuk membentuk Surabaya yang hijau
dan bersih serta bebas dari sampah
• Pengadaan Bank Sampah (Pusat Sampah)
• Membuat pusat pembuatan kompos oleh
Pemerintah dan masyarakat
• Pelaksana program
• Semua elemen masyarakat
• Perekrutan kader lingkungan
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
• Proses Pengolahan Limbah di Surabaya
Gambar Keterkaitan Antar Pelaksana Program LCT di
Surabaya
Gambar Bagan Proses Pengolahan Limbah
• Hasil yang dicapai
a. Ditingkat Masyarakat
Prosentase pengurangan sampah yang dihasilkan
mencapai 79,8 % dengan partisipasi masyarakat
lebih dari 90 %.
b. Ditingkat Kota
Pengurangan sampah kota mencapai 30 % dengan
partisipasi fasilitator sebanyak 420 orang, kader
28.744 orang, dan prosentase keikutsertaan rumah
tangga sebesar 37,4 % (768.932 rumah tangga).
c. Beberapa wilayah di Surabaya yang berhasil
mengurangi volume sampahnya
Gambar Proses Perekrutan Kader Lingkungan
Gambar Beberapa wilayah di Surabaya yang berhasil
mengurangi volume sampahnya
Gambar Jumlah fasilitator dan kader lingkungan yang
berhasil direkrut.
d. Pengembangan area terbuka hijau
Beberapa strategi dalam pengembangan area
terbuka hijau yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• Pembuatan peraturan untuk melindungi batas-
DESEMBER 2013| Edisi 36 Volume IX | 46
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
batas spasial kawasan terbuka hijau.
• Peningkatan kesadaran masyarakat dan swasta
melalui program kompetisi lingkungan
• Program Community Development untuk
mendukung pendanaan.
Sedangkan tantangan yang dihadapi adalah sebagai
berikut:
• Keterbatasan lahan kota
• Ketidakseimbangan
antara
kemampuan
meningkatkan
lingkungan
hijau
dengan
pertumbuhan perumahan, komersial, dan industri.
berikut :
• Mengefektifkan jarak perjalanan melalui integrasi
pemakaian lahan dan perencanaan transportasi,
serta pengembangan kota kearah pemakaian
transportasi massal.
e. Pemilihan pohon untuk mengurangi kadar CO2
Gambar Pengembangan Monorail Track
Gambar Ketersediaan Luasan Area Terbuka Hijau
diudara
Jumlah pohon di Surabaya sampai tahun 2010
adalah sebanyak 5.267.000 pohon dengan jenis
pohon yang ditanam adalah pohon trembesi, cassia,
beringin, mahoni, , bungur dan jati. Kemampuan
menyerap CO2 pohon-pohon tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
f. Dibidang transportasi, beberapa strategi yang
dilakukan untuk mengurangi CO2 adalah sebagai
Gambar Pengembangan Tremway
Gambar Jalur Sepeda di Jalan Basuki Rahmat
Gambar Kemampuan pohon menyerap CO2
47 | Edisi 36 Volume IX | DESEMBER 2013
• Penggantian moda transportasi yang lebih
ramah lingkungan melalui pengembangan
moda transportasi yang baru dan mendorongan
masyarakat untuk mengurangi pemakaian
kendaraan pribadi dengan cara berjalan kaki,
bersepeda, penggunaan transportasi massal.
• Penggunaan Bio gas di masyarakat
Gambar Pembuatan Jalan bagi Pejalan Kaki
• Meningkatkan efisiensi energi pada kendaraan
melalui penetapan standar emisi dan
melakukan pengetesan kesesuaian kendaraan
dengan standar yang ada secara periodik.
Gambar Pemanfaatan Energi Biogas di Masyarakat
6. Daftar Pustaka
• Final Report “The Consept of The Low Carbon
Town in The APEC Region” October 2011
• Materi Sidang APEC EWG ke 45 di Pulau Samui
Thailand Tahun 2013
• Materi Sidang APEC EWG ke 46 di Da Nang Viet
Nam Tahun 2013
• Low Carbon Management in Surabaya, Presented
by Gin-Gin Ginanjar, Yokohama 25 Juli 2012
Gambar Tes Emisi Kendaraan di Jalan Raya
g. Di bidang energi, telah dilakukan penggunaan
energi alternatif
• Penggunaan Solar Cell pada lampu jalan
Gambar Penggunaan Solar Cell di Lampu Jalan
Download