Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Tina Hidayah SD Negeri 01 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada peningkatan kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan melalui penerapan metode make a match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengumpulan data tes, observasi dan dokumentasi . Analisis data yang digunakan yaitu deskripsi. Kuantitatif dalam bentuk presentatif. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa penggunaan metode Make A Match dapat meningkatkan hasil dalam kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Make A Match; Penjumlahan; Pengurangan; PENDAHULUAN Salah satu keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan di antaranya tergantung pada kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar. Setiap orang yang berkepentingan dengan dunia pendidikan tentu berharap agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar berupa kemampuan atas penguasaan materi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam silabus pada mata pelajaran yang diajarkannya tersebut. Namun, dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan (Nana Sudjanan, 1998). Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk memilih dan menentukan strategi belajar mengajar agar siswa dapat mengembangkan segala kemampuan belajarnya. Proses belajar mengajar dapat bermakna dan berdaya guna apabila guru dapat menciptakan suasana belajar yang merangsang prestasi belajar, mendorong kemampuan untuk memahami materi yang telah disampaikan, meningkatkan hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik, dan memberikan penghargaan yang telah dicapai oleh masing-masing siswa sebagai peserta didik dalam satu kelas belajar tersebut (Roijakers AD,1991). Mengajar yang efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar mengajar yang lebih baik ialah mempergunak an kegiatan para siswa sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan64 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) kegiatan sedemikian rupa secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam berperan. Salah satunya melalui pendekatan kontekstual sebagai bagian dari kegiatan praktek secara langsung bagi siswa di suatu kelas pembelajaran tersebut (W. James Popham, Eva L. Baher, 1992). Supaya siswa dapat memahami dan sekaligus mampu menerapkannya terkait dengan materi pelajaran matematika dapatlah dioptimalkan apabila guru mampu mengelola metode pembelajaran secara efektif. Melalui pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar pecahan berupa praktek langsung dengan kegiatan menghitung di depan kelas yang ditunjang gambar atau alat peraga pada bidang yang dihitung akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang diajarkan. Pendekatan Kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006). Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam CTL, yaitu (1) kontekstual, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modelling, (6) refleksi, dan (7) authentic assessment. Alasan dipilihnya pendekatan kontekstual ini adalah, bahwa melalui pendekatan kontekstual: (1) situasi pembelajaran lebih kondusif, karena siswa dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran dan posisi guru lebih berpindah – pindah (depan, tengah, dan belakang), (2) Guru tidak lagi menggunakan metode konvensional, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi aktif, dan (3) guru akan termotivasi untuk mencari media pembelajaran baru (modelling) dari berbagai sumber, karena pendekatan kontekstual mengarahkan guru untuk menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran Matematika menurut pandangan konstruktivis adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi. Erman suherman (1986) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek Sebagaimana dikutip Dimyati dan Mudjiono (1999) dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Edga dale berpendapat bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati, tetapi harus menghayati dan terlibat langsung dan perbuatan serta bertanggung jawab terhadap hasilnya. Apabila para siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dengan melakukan praktik mengerjakan langsung, maka para siswa akan memiliki kemampuan sesuai dengan tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengamatan mengajar terutama pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan “melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan materi yang belum dikuasai siswa kelas I”. Nilai dari 38 siswa sebagai berikut : 1. 80 – 100 amat baik hanya 10 siswa = 27%. 2. 55 - 79 cukup ada 7 siswa=10%. 3. 0-54 kurang ada 20 siswa = 55%. Dengan kondisi nilai tersebut di atas guru kurang berhasil. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi kurang menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga penanaman konsep pembelajaran yang abstrak menjadi konkrit. Untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan yakni dengan cara penerapan modul Make A Match. Penerapan modul ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran matematika terutama pada indikator penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan. Pelaksanaan model Make A Match yaitu guru menyiapkan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian hanya kartu jawaban ( memecahkan PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Tina Hidayah 65 masalah secara berpasangan) sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan guru. Model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran matematika, guru hendakny a mempertimbangkan karakteristik siswa sebagaimana adanya (Nurhadi:2002:1) karena siswa menjadi subjek dalam pembelajaran. Siswa belajar dari mengalami dan pengalaman itu dikonstruksikan dengan pengalaman yang ada sebelumnya. Dengan demikian belajar terdapat di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mencapai tujuan diperlukan model – model pembelajaran di dalam proses pembelajaran yang mendukung agar tercapai hasil belajar yang maksimal. Selain itu pembelajaran matematika dengan model Make A Match dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat mencapai hasil belajar. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah apakah model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisi s apakah ada peningkatan kemampuan melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 01 Kedungwuni, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I Semester I tahun pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes untuk mengukur ranah Kognitif dan Kreativitas siswa dan dokumentasi untuk mencari data yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dari masing – masing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan data kuantitif dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan menggunakan langkah – langkah : melakukan reduksi data ( mengelompokkan data menurut kategori tertentu), display data atau pemaparan data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. HASIL DAN PEMB AHASAN Siklus I 1. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan di antaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP). Dengan menerapkan pembelajaran Make A Match merencanakan pembentukan kelompok, menyusun alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi, dan instrument penelitian dalam perencanaan dibantu teman sejawat, dan supervisor membuat Rencana Pembelajaran. 66 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) 2. Pelaksanaan Tindakan yang dilakukan pada penelitian adalah menerapkan model Pembelajaran Make A Match pada pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan satu bilangan suatu bilangan. Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua siklus yaitu : Siklus I dan Siklus II dilaksanakan 1 kali yaitu 2x30 menit. Demikian juga Siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan yaitu : 2x30 menit. Pada siklus ini siswa mempelajari tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. Adapun langkah – langkah metode pembelajaran Make A Match : a) Pembagian 2 kartu masing – masing kartu ada soal dan kartu jawaban masing – masing anak mendapat 1 kartu. b) Tiap siswa memikirkan jawaban dengan kartu yang dipegang dan mencari pasangan sesuai kartu yang yang dipegang dan cocok pada soal jawaban , dengan batasan waktu. c) Yang sebelum batasan waktu sudah menemukan pasangan jawaban diberi point. d) Setelah satu babak dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya. e) Selanjutnya guru membagi lembar evaluasi, pembahasan dan tugas rumah 3. Observasi Dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I dibantu teman sejawat. Pengamat dengan menggunakan lembar observasi yang memuat aspek yang diobservasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang diamati tentang Pemahaman konsep kerja sama, disiplin dan hasil kerja. Kualitas hasil dicantumkan dalam bentuk tabel. 4. Refleksi Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat kekurangan yang dilakukan guru selama tindakan antara lain : alat peraga kurang variatif, dan pemanfaatannya kurang maksimal dan kurang memotivasi siswa. Tetapi dari hasil pelaksanaan PTK pada Siklus I setelah dilihat dan dianalisis ternyata ada peningkatan keberhasilan siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan perlu diandalkan perbaikan pada siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan di antaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Dengan menetapkan metode pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang proses Pembelajaran, Penjumlahan, dan pengurangan dua angka melalui model pembelajaran Make A Match dengan menambah alat peraga dan Pemanfaatan secara maksimal serta motivasi penguatan dan umpan balik dari hasil kerja siswa. Disertai dengan pembentukan kelompok , penyusunan alat evaluasi, menyiapkan lembar observasi dan instrument penelitian. 2. Pelaksanaan Tindakan yang dilakukan pada penelitian adalah menerapkan pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Penjumlahan dan Pengurangan pada suatu bilangan. Adapun langkah – langkah metode Pembelajaran Make A Match : a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep bagian kartu soal dan bagian hanya kartu jawaban dan tiap siswa mendapat satu soal. PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Tina Hidayah 67 b) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. c) Siswa mencari pasangan yang merupakan kartu yang cocok dan siswa mencocokkan kartu sebelum batas waktu diberi point. d) Setelah satu babak yang berbeda dari sebelumnya demikian seterusnya. e) Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar dilanjutkan dengan membagi lembar evaluasi dan tugas rumah sebagai post test. 3. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati adalah : Pemahaman kerja sama , disiplin dan hasil kerja. Dalam pelaksanaannya, Perbaikan Pembelajaran pada Siklus II ini dibantu teman sejawat sebagai pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II dicantumkan ke dalam tabel. 4. Refleksi Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan yaitu dengan menganalisis hasil tes evaluasi dan lembar observasi sehingga akan diketahui berhasil tidaknya yang sudah dilakukan. Dalam pelaksanaannya pelajaran matematika tentang Penjumlahan, dan Pengurangan bilangan dua angka dengan model Make A Match dan alat peraga yang sesuai ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah dilihat dan dianalisis ternyata ada peningkatan keberhasilan dari 28 siswa ada 20 ( 53%) siswa yang mencapai nilai ketuntasan pada Siklus I berubah menjadi 34 ( 89%) siswa yang mencapai nilai ketuntasan pada Siklus II. Dalam pelaksanaan Perbaikan pada Siklus II berhasil , hal ini dapat dilihat dari daya serap maupun ketuntasan belajar yang meningkat. Dengan demikian cukup melaksanakan perbaikan sampai Siklus II. Tabel 1. Hasil Tes Formatif Prasiklus , Siklus I dan Siklus II No Nilai (X) 1. Frekuensi ( F ) F (X) Sebelum Perbaikan Perbaikan I Perbaikan II F.X FI.X F2.X 100 - - 11 - - 110 2. 90 - 2 6 - 180 540 3. 80 - 9 7 - 720 800 4. 70 5 8 3 350 560 490 5. 60 7 6 1 600 780 240 6. 50 10 2 - 750 250 - 7. 40 6 1 - 240 40 - 8. 30 2 - - 60 - - 9. 20 - - - - - - 10. 10 - - - - - - ∑f=28 ∑f=28 ∑f=28 ∑f=2000 ∑f=2530 ∑f=3170 68 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) Keterangan : Mean ( x ) = ∑𝑓 𝑥 ∑𝑓 Mean sebelum perbaikan x = 200 38 = 52,63 Mean pada perbaikan pembelajaran siklus I x 1 = 2530 Mean pada perbaikan pembelajaran siklus II x 2 = = 66,58 28 3170 28 = 83,42 Peningkatan aktivitas belajar siswa pada Siklus I menunjukkan perubahan yang belum berarti karena masih dalam klarifikasi kurang baik, setelah dilakukan refleksi maka pada kegiatan tindakan Siklus II terjadi peningkatan dengan klasifikasi baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut : 16 14 12 10 Pra Suklus 8 Siklus I Siklus II 6 4 2 0 30 40 50 60 70 80 Gambar 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Peningkatan Nilai Hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas I Semester I SD Negeri 01 Kedungwuni dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa No Urutan Siklus 1 Perolehan Nilai & Ketuntasan Rata - Rata Tuntas Tidak Tuntas Pra Siklus 52,63 5(13%) 33 ( 87% ) 2 Siklus I 66,58 19 ( 50% ) 19 ( 50% ) 3 Siklus II 83,42 34 ( 89% ) 4 ( 11% ) Dalam perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menunjukk an peningkatan yang signifikan, meskipun belum semua siswa mencapai ketuntasan 100%. Namun mereka sudah termasuk siswa – siswi aktif melakukan kegiatan pembelajaran dan berani bertanya tentang soal – soal yang belum dipahami, siswa tidak canggung lagi mengemukakan pendapat hasil kelompoknya. PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH Tina Hidayah 69 Hal ini karena adanya media pembelajaran yang menarik sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa. Tetapi juga adanya dukungan modul Pembelajaran Make A Match. Setelah dianalisis maka hasil PTK ini membuktikan bahwa materi Pembelajaran matematika pada kompetetik dasar Penjumlahan dan Pengurangan bilangan dua angka bila dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan alat peraga yang kongkret metode yang tepat. Pemberian latihan yang cukup serta menggunakan metode Pembelajaran Make A Match menggunakan modul pembelajaran yang dilaksanakan dengan diskusi secara berpasangan. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ditemukan hal – hal unik , di antaranya adalah perubahan suasana dalam kelas. Siswa yang semula pada ( Siklus I ) Nampak tegang dan pasif berubah menjadi suasana yang menyenangkan , mereka lebih kritis , aktif , dan kreatif , kerja sama mereka lebih maju, sebagian dari mereka ikut berpartisipasi aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. SIMPULAN Penerapan pembelajaran model make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan yang ditunjukkan dari hasil tes evaluasi pada siklus II. Saran yang dapat peneliti berikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memaksimalkan atau mengembangkan penggunaan model pembelajaran make a match atau dengan menggunakan model pembelajaran lain sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dapat lebih mengoptimalkan hasil penelitian berikutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih, peneliti tujukan kepada Ibu Kepala Sekolah, Guru, Observer dan siswa kelas I SD Negeri 01 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan atas kerja samanya. DAFTAR PUSTAKA Choiriyah, Siti, dkk 2006, Matematika, Panduan Aktif , Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan SD Kelas I, Surakarta : CV. Kesowo Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Erman Suherman. 1986. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbud. Muhseto, Gatot, dkk. 2007, Pembelajaran Matematika SD, Jakarta : Universitas Terbuka. M. Sidik Hasnan, S.Pd, dkk, 2007. Terampil Berhitung Matematika SD, Jakarta Nana Sudjana. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto. 2009. penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Wina Sanjaya. 2006. Contextual Teaching and Learning.Yogyakarta: Media Abadi. 70 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus)