pengaruh pendapatan asli daerah (pad) dan pengeluaran

advertisement
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN (2004-2009)
Skripsi
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata I
Oleh :
M Ribai Subhanda Lubis
106084003606
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN
PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN (2004-2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh
M Ribai Subhanda Lubis
NIM: 106084003606
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. DR Abdul Hamid MS
Dr. Lukman M.Si
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
Pada hari kamis Tanggal 17 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama
M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi
“PENGARUH
PENGELUARAN
PENDAPATAN
ASLI
PEMBANGUNAN
DAERAH
TERHADAP
(PAD)
DAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 20042009”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketua
Utami Baroroh, M.Si
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid MS
Pembimbing I
Dr. Lukman, M.Si
Pembimbing II
Dr. Suhenda Wiranata, ME
Penguji Ahli
ii
Pada hari jumat tanggal 28 Januari 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas
nama M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi
“PENGARUH
PENGELUARAN
PENDAPATAN
ASLI
PEMBANGUNAN
DAERAH
TERHADAP
(PAD)
DAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 20042009”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,
maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 28 Januari 2011
Tim Penguji Komprehensif
Dr. Lukman M.Si
Penguji I
Fitri Amalia, S.Pd, M.Si
Penguji II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM.
Penguji Ahli
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: M Ribai Subhanda Lubis
Nim
: 106084003606
Jurusan
: Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009”
adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan
analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil
karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka
skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun
menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di
kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 1 Maret 2011
(M Ribai Subhanda Lubis)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama
: M Ribai Subhanda Lubis
Tempat/Tanggal Lahir
: Padangsidimpuan, 20 November 1987
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Anak ke
: 4 dari 5 bersaudara
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat Asal
: Jl.Imam Bonjol Gg Swadaya No.18
Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Alamat Sekarang
: Jl.Sedap Malam No.17 RT 08 RW 08 Ciputat
Telepon/HP
: 021-92094685 / 081383511174
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Masytoh Padangsidimpuan
: 1992-1993
SDN 12 Padangsidimpuan
: 1993-1999
SMPN 1 Padangsidimpuan
: 1999-2002
SMAN 1 Padangsidimpuan
: 2002-2005
ORGANISASI
Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta
Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan dan Sekitar (KOMPASS) Jakarta
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah senantiasa memberikan rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehinnga
penulis
diberikan
kemampuan,
kekuatan,
serta
ketabahan
hati
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis
haturkan kepada junjungan besar kita Baginda Rasulullah SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat kurikulum sarjana strata
satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara
lain :
1. Alm Drs. Mawardi Lubis (Ayah) dan Dra. Hj. Hasni Delaila Harahap (Mama)
atas segala doa, Nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tak ada hentinya
dicurahkan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS, Selaku Dosen Pembimbing I, yang juga
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang Bapak berikan selama
membimbing penulis.
vi
3. Bapak Dr. Lukman M.si, Selaku Dosen Pembimbing II, serta selaku ketua
jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas segala nasehat dan
bimbingan Bapak selama ini.
4. Ibu Utami Baroroh.M.Si, selaku sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM dan Dr. Suhenda Wiranata, ME. Sebagai
Ketua penguji dan Penguji Ahli Ujian Skripsi. Serta Ibu Fitri Amalia, S.Pd,
M.Si sebagai Penguji Ujian Komprehensif.
6. Ibu Lilih dan Ibu Dewi di jurusan IESP, Terima kasih atas pelayanan
akademik penulis selama ini.
7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP).
8. Abang, Kakak dan Adikku : M Riza Semaryan Lubis, Mahrani Fauziah Lubis,
M Ristiadi Suhari Lubis, dan Mawaddah Faliha Lubis yang selalu
memberikan kasih sayang serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada
penulis.
9. Keluarga Besar Alm H. Ali Idris Lubis dan Keluarga Besar Alm H.
Hasanuddin Harahap. Terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini. Serta
Adik Dwi Mora, Najogi, Nabisuk, dan Natama yang selalu memberikan harihari yang ceria kepada penulis.
vii
10. ATDEEEHH…!! SOCIETY, Zaka (Cakung), Rezi, Ikel, Awank, Iwan “Pul”,
Reza, Arsy, Randi “B-dul”, Zidney “Pepenk”, Bakar “Mike”, Aris Ombak dan
Atdeeehh…!! lain yang belum disebutin satu per satu yang selalu memberikan
keceriaan dan semangatnya.
11. Teman-teman di jurusan IESP angkatan 2006, Babeh, Fadly, Ajun, Zahra,
Wulan, Maria, Vera, Ifad, Tunjung, Savi, Laras, Yeni dan lain-lain. Terima
kasih atas dukungannya, Dan Seluruh Keluarga Besar Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan (IESP).
12. Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta, Bang Fadlyka (Bre),
Bang Raidong, Zulhamdi, Syarif, Pajrin, Andre, Irsyad, Ardhy, Arif, Affan,
Munawar, Ayu, Igha, Ikmal dan Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan dan
Sekitar (KOMPASS) Jakarta, Zaki, Mora, Riskon, Agef, Icham, Dewi dan
Evri Serta teman-teman “Sedap Malam Crew”, Ismar, Azhar dan Ferdy terima
kasih atas dukungan yang kalian berikan.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini
namun tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu
Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini. Oleh karena penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang
konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta,
Februari 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis
seberapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran
pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Padangsidimpuan
dengan menggunakan data dalam kurun waktu 2004-2009.
Hasil dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisa regresi
berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Library Research. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
uji R2 yang sudah disesuaikan, uji F, dan uji t.
Hasil data penelitian ini menunjukan bahwa nilai signifikan Pendapatan
Asli Daerah 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan nilai
signifikan pada pengeluaran pembangunan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan
H1 diterima. Hal ini berarti bahwa Pengeluaran Pembangunan berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dan melihat besarnya nilai koefisien
determinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti
bahwa Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Pengeluaran Pembangunan adalah sebesar 95,3 % selebihnya 4,7 %
berasal dari faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini.
.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengeluaran Pembangunan dan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
ix
ABSTRACT
The purpose of this research is to understand and analyze how much
influence local revenue and development expenditure on economic growth areas
in the city Padangsidimpuan by using data in the period 2004-2009
The results in this study in the analysis by using multiple regression
analysis. Sampling method used in this study is library research. To test this
hypothesis, researchers used a test that has been adjusted R2, F test and t test.
The results of this research data shows that significant value region
income 0,003 < α = 0,05, Then Ho is rejected and H1 accepted. This means that
the local revenue have a significant effect on economic growth and significant
value in development spending 0,018 < α = 0,05, then Ho is rejected and H1
accepted. This means that the development expenditure significant effect on
economic growth. And at the size of the coefficient of determination between
local revenue and development expenditure on economic growth amounted to
0,953 0r 95,3 %. This means that economic growth can be explained by revenue
and development expenditure amounted to 95,3 %, The remaining 4,7 % came
from other factors not examined in this regression model.
Keywords : Local Revenue, Development Expenditure and Economic Growth
Region.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………...
ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF……………………
iii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………..
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………..
v
KATA PENGANTAR……………………………………………...
vi
ABSTRAK…………………………………………………………
ix
ABSTRACT………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………
xiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………
1
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang …………………………………………
Perumusan Masalah ……………………………………
Tujuan Penelitian ………………………………………
Manfaat Penelitian …………………………………......
1
6
6
7
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………..
8
A. Landasan Teori …………………………………………
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ………………...
2. Pengeluaran Pembangunan ……………………..
3. Pertumbuhan Ekonomi …………………………
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) …….
5. Penelitian Terdahulu...…………………………..
6. Kerangka Berfikir ………………………………
B. Hipotesis ………………………………………………..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………….
A.
B.
C.
D.
E.
Ruang Lingkup Penelitian………………………………
Metode Penetuan Sampel ………………………………
Metode Pengumpulan Data …………………………….
Metode Analisis Data …………………………………..
Operasional Variabel Penelitian…………………………
xi
8
8
11
12
16
21
27
31
32
32
32
33
33
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………
A. Gambaran dan Perkembangan Kota Padangsidimpuan…
1. Sejarah Kota Padangsidimpuan…………………
2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan…………
3. Keadaan Demografi Kota Padangsidimpuan…....
4. Potensi Alam Kota Padangsidimpuan…………..
5. Keadaan PAD Kota Padangsidimpuan………….
6. Keadaan Pengeluaran Pembangunan Kota
Padangsidimpuan……………………………….
7. Keadaan PDRB Kota Padangsidimpuan………..
B. Pembahasan dan Hasil…………………………………...
1. Uji Normalitas Data……………………………..
2. Uji Deskriptif…………………………………….
3. Uji Asumsi Klasik……………………………….
a. Multikolinieritas…………………………….
b. Autokorelasi………………………………...
c. Heteroskedastisitas………………………….
4. Uji Statistik………………………………………
a. Uji Statisti t (Parsial)………………………..
b. Uji Statistik F (Simultan)…………………...
c. Koefisien Determinasi………………………
42
42
42
44
45
48
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….
80
A. Kesimpulan………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
57
59
72
72
73
74
74
75
76
77
77
78
79
80
81
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1 Jumlah pendapatan asli daerah, Pengeluaran pembangunan dan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan………………….
4
2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………………...
22
4.1 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota
Padangsidimpuan………………………………………………. …..
46
4.2 komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota
Padangsidimpuan……………………………………………………
53
4.3 PAD dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan………………
56
4.4 Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhannya di Kota
Padangsidimpuan…………………………………………………....
57
4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
di Kota Padangsidimpuan……………………………………………
61
4.6 Hasil Uji Normalitas Data……………………………………………
72
4.7 Hasil Uji Deskriptif…………………………………………………..
73
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas……………………….……….………….
74
4.9 Hasil Uji Autokorelasi……………………………………….……….
75
4.10 Hasil Uji F (Simultan)…..……………………………………….…..
78
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1 Kerangka Berfikir………………………………………………
30
4.1 Grafik hasil Uji Heterokedastisitas……………………….……
76
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakekat pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional
adalah terwujudnya kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial sebagaimana
telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Bahwa dengan adanya proses
pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu
diharapkan adanya perubahan yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan terwujudnya kesejahteraan rakyat
dapat diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, politik dan
keamanan, Artinya serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
daerah,
bersama
sama
dengan
masyarakatnya
dalam
mengelola
dan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang
perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat di daerah. (Fahrurrazy, 2009:11).
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan
dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi
sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah. (Arsyad, 2010:374).
1
Dengan diberlakukannya UU No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah memberikan kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana dan promotor pembangunan di
daerah untuk mengatur dan menentukan sendiri kegiatan pembangunan wilayah
yang sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat setempat. Pada hakekatnya
pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan hubungan
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah
dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat
naik secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang semakin baik.(BPS,
Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan).
Selanjutnya sebagai komitmen Pemerintah Kota Padangsidimpuan melalui
otonomi daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian agar
terciptanya kesejahteraan masyarakat khususnya sebagai kontribusi pada
kesejahteraan nasional umumnya dilakukan dengan pelaksanaan pembangunan
wilayah yang terencana, terarah dan berkesinambungan berdasarkan pada
pedoman RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), Renstrada
(Rencana Strategi Lima Tahun Daerah) dan Renja (Rencana Kerja Tahunan
Daerah). Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang
dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi
2
pembangunan ekonomi di daerah yang telah dilaksanakan maupun dalam
perumusan perencanaan di masa yang akan datang.
Berbicara mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai otonomi
daerah. Otonomi daerah menurut UU No. 12 Tahun 2008 adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dalam menghadapi kondisi otonomi daerah, maka Kota Padangsidimpuan
harus memiliki kesiapan dan kemantapan sumber-sumber dana bagi pembiayaan
pembangunan yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan Kota Padangsidimpuan
menjadi daerah yang mandiri dari ketergantungan pemerintah pusat.
3
Tabel 1.1
Jumlah pendapatan asli daerah (PAD), Pengeluaran pembangunan dan
Perumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah)
Tahun
2004 a
2004 b
2005 a
2005 b
2006 a
2006 b
2007 a
2007 b
2008 a
2008 b
2009 a
2009 b
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
2.5
2.7
2.6
2.8
3
3
4.4
4.6
4.7
4.9
5.6
6.2
Pengeluaran
Pembangunan
70.2
86.2
89.8
91.8
116.5
136.5
157.5
177.5
182.6
188.6
180.5
170.5
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
474.9
514.9
545.6
595.6
640.4
680.4
715.9
795.9
862.1
882.1
929.5
969.5
(Sumber : BPS, Dispenda, Bappeda Kota Padangsidimpuan)
Angka-angka pertumbuhan yang telah tercapai tersebut tidak menjadikan
pemerintah daerah menjadi puas dan berdiam diri. Upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Padangsidimpuan sangat dibutuhkan adanya peran aktif
pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam mengelola keuangan daerah dan
pendapatan asli daerah. Berdasarkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 sampai dengan 2009, peningkatan pendapatan
asli daerah dari Rp. 5.236.214.144.- pada tahun 2004 menjadi Rp. 5.493.385.199.pada tahun 2005, selanjutnya untuk tahun 2006 sebsar Rp. 6.127.853.838.seterusnya tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing Rp.9.028.230.054.-, Rp
9.654.590.648.- dan Rp 11.836.009.085,-
4
Seiring dengan kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah untuk terus
berupaya menggerakkan perekonomian dengan menggunakan pengeluaran
pembangunan secara efektif dan efisien. Jumlah pengeluaran pembangunan tahun
2004 – 2009 sebesar Rp 156.321.274.965,- pada tahun 2004, tahun 2005 sebesar
Rp 181.714.595.773,- tahun 2006 sebesar Rp 252.988.542.764,- dan pada tahun
2007 sebesar Rp 334.964.313.203,- seterusnya tahun 2008 dan 2009 masingmasing sebesar Rp 371.128.328.892,- dan Rp 351.051.345.089,- dari jumlah
pengeluaran pembangunan tersebut menghasilkan pertumbuhan dari tahun 2004 –
2008 dan pada tahun 2009 mengalami defisit.
Berdasarkan pada Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun
2009, dapat diketahui bahwa program-program yang dijalankan pemerintah
daerah telah menunjukkan hasil yaitu berdasar pada penghitungan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan PDRB atas dasar harga
berlaku yang tercatat di Kota Padangsidimpuan selama enam tahun dari 2004 2009 yaitu pada tahun 2004 sebesar 989,8 milyar , sedangkan pertumbuhan tahun
berikutnya hingga tahun 2008 masing-masing adalah 1,14 trilyun pada tahun
2005; 1,32 trilyun tahun 2006; 1,51 trilyun tahun 2007 , 1,74 trilyun tahun 2008
dan 1,89 trilyun pada tahun 2009.
Oleh karena itu dengan meninjau kembali pertumbuhan pengeluaran
pembangunan di Kota Padangsidimpuan yang tidak banyak diikuti dengan
pertumbuhan ekonominya, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan
penelitian di Kota Padangsidimpuan.
5
Berangkat dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti :
"Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Pengeluaran
Pembangunan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Daerah
Di
Kota
Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2009 ".
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan?
2. Bagaimana
pengaruh
pengeluaran
pembangunan
terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan?
3. Berapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran
pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota
Padangsidimpuan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan.
6
3. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan
pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Kota Padangsidimpuan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ;
Manfaat Ilmiah
1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan
dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan
diperkuliahan. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam hal
pelaksanaan pembangunan daerah.
Manfaat Praktis
Bagi pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan, hasil penelitian ini
diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan pedoman dalam pengambilan
kebijakan-kebijakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan (UU No. 33 Tahun 2004 : 213).
Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang ini meliputi :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Pengelolaan kekayaan daerah yang terpisah
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Ahmad Yani, 2002: 39).
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan (2008;10)
pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan yang harus
selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya. Jumlah dan kenaikan kontribusi
PAD akan sangat berperan dalam rencana kemandirian pemerintah daerah yang
tidak ingin terlalu tergantung dari APBN. Kemajuan daerah dalam memajukan
8
perekonomian daerahnya terlihat dari perkembangan PAD yang positif disisi
penerimaannya dan peranannya dari tahun ke tahun makin meningkat.
Jadi pengertian Pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai
pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan
potensi-potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung
jawabnya.
Pendapatan Asli Daerah meliputi :
1) Pajak daerah
Pengertian pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara
langsung dapat ditunjuk. Misalnya: pajak kendaraan bermotor, pajak
penjualan dan lain-lain (Suparmoko, 1999: 94).
Menurut Rochmat Soemitro, mengemukakan bahwa pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal yang langsung
dapat ditujukan dan yang dapat digunakan untuk membayar
pengeluaran umum (Erly Suandy, 2002: 10).
Selanjutnya dapat diartikan mengenai pajak daerah sebagai berikut:
a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan
pengaturan dari daerah sendiri,
b. Pajak yang dipungut berdasarkan pengaturan nasional tetapi
penetepan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
9
c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah
Daerah,
d. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah
Pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada, dibagi
hasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen)
oleh Pemerintah Daerah (Kenneth Davey, 1988: 39).
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah (Erly Suandy, 2002: 258).
2) Retribusi daerah
Sumber pendapatan asli daerah yang kedua adalah retribusi daerah.
Retribusi adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita
dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan
adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya: uang langganan air minum, uang
langganan listrik (Suparmoko, 1999: 94).
Retribusi daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang
diselesaikan oleh pemerintahan daerah (Erly Suandy, 2002: 258). Sedangkan di
dalam (Ahmad Yani, 2002: 55) mengemukakan retribusi daerah adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
10
disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
3) Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan seperti bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah (HAW.
Wijaya, 2002: 110).
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi:
a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) jasa giro
c) pendapatan bunga
d) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan
e) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan barang dan/atau jasa oleh daerah.
(UU No. 33 Tahun 2004: 217)
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran Pembangunan, adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah
yang non konsumtif, berbentuk investasi dalam proyek-proyek, baik dalam bentuk
proyek fisik seperti pembangunan bendungan air maupun non fisik seperti proyek-
11
proyek
dalam
pengembangan
pendidikan,
keagamaan
dan
sebagainya.
Pelaksanaan belanja pembangunan dirinci ke dalam sektor-sektor, tiap-tiap sektor
dibagi ke dalam subsektor, masing-masing subsektor dirinci ke dalam program
proyek, dan akhirnya untuk masing-masing proyek dirinci lagi ke dalam bagian
anggaran (Said Hamid Hasan, 1994: 235).
Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan wahana untuk
mewujudkan kesejahteraan. Dengan kata lain, untuk meningkatkan kemakmuran
secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui
upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang merangsang
dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif.
Kreteria ini sekaligus berarti perluasan lapangan dan kesempatan kerja (Moh.
Arsjad Anwar, 1986: 69).
Jadi pengeluaran pembangunan dalam penelitian ini adalah pengeluaran
pembangunan yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang
merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai.
Kamudian indikator pengeluaran pembangunan dalam hal ini adalah berbagai
proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam
setiap sektor maupun subsektor.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Simone Kuznets (2004;57) adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu
12
sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada.
Definisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang suatu bangsa
secara terus-menerus; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam penyediaan
aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi
sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat
Selanjutnya
dijelaskan
bahwa
kenaikan
output
yang
secara
berkesinambungan yang terkandung dalam definisi tersebut adalah perwujudan
dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan
menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan
ekonomi (economic maturity) di suatu negara yang bersangkutan.
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom
sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini
mempunyai asumsi yaitu:
a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan
sektor perusahaan.
13
c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output
ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental
capital-output ratio = ICOR).
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barangbarang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan
tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR).
Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus
menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat
perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2010:64-67).
Menurut pendapat lain pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga
aspek yang ditekankan yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses
dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan
bahwa ada aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya yaitu suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan aspek yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan kenaikan output perkapita, disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan
14
yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Kemudian aspek
ketiga adalah perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh
apabila dalam jangka waktu yang cukup lama (10, 20, 50 tahun bahkan lebih lama
lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Oleh karena itu proses pertumbuhan
ekonomi harus bersifat self-generation yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu
menelurkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam
periode - periode selanjutnya (Boediono, 1999: 1).
Berdasarkan dua pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi jika suatu negara atau
suatu daerah mampu menyediakan barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari
hasil penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam jangka panjang
dan pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita.
Oleh karena itu angka total pendapatan perkapita merupakan konsep yang
paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
di suatu negara (M.P. Todaro, 2000: 52).
Berbicara mengenai pendapatan regional perkapita adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga biaya faktor dibagi jumlah
penduduk pertengahan tahun. Pada umumnya indikator ini disajikan dari angka
atas dasar harga berlaku, walaupun sebetulnya masih mengandung perubahan
harga barang dan jasa, nilai tambah yang diciptakan masing-masing penduduk
akibat dari adanya aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang ( Boediono, 1999: 1 ).
15
Berdasarkan pengertian di atas pertumbuhan ekonomi daerah adalah
pertumbuhan output regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita yang
mendorong kegiatan ekonomi lainnya dan pada gilirannya akan menciptakan lebih
banyak lapangan pekerjaan serta peluang berusaha dalam waktu jangka panjang.
Kemudian sebagai salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
a. Pengertian PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik (2008;55) pengertian PDRB adalah
dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya
berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang
mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan
tersebut menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah
Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan
dari empat kata yaitu:
1) Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa,
2) Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya
oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa
melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau
bukan,
16
3) Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya
oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan,
4) Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena
masih mengandung biaya penyusutan.
Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti PDRB adalah
seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh faktorfaktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada
suatu periode tertentu.
b. PDRB dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu Pendapatan
Domestik Regional Bruto dan Pengeluaran Domestik Regional Bruto.
Dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa jumlah nilai produksi
merupakan
jumlah
pendapatan
yang
sekaligus
juga
jumlah
pengeluaran.
1) PDRB dari sisi pendapatan artinya jumlah pendapatan ini
merupakan komponen-komponen nilai tambah yaitu; upah/gaji,
sewa tanah, dan keuntungan usaha.
2) PDRB
dari
sisi
pengeluaran
merupakan
jumlah
seluruh
pengeluaran baik oleh rumah tangga, pemerintah maupun lembaga
(non profit) termasuk pengeluaran yang merupakan pembentukan
17
modal bruto, selisih ekspor dan selisih persediaan barang (stok),
(BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan).
c. Tahun Dasar, Harga Berlaku dan Harga Konstan
Tahun dasar adalah tahun dimana nilai-nilai agregatnya dijadikan sebagai
acuan untuk menghitung nilai-nilai agregat konstan tahun-tahun berikutnya.
Tujuan dari sistem penyajian yang dibedakan atas dasar harga berlaku (adhb) dan
atas dasar harga konstan (adhk) adalah untuk mengetahui perkembangan nilainilai agregat baik secara nominal maupun secara riil dibandingkan terhadap
keadaan pada tahun dasar.
Terminologi harga berlaku dan harga konstan merupakan sistem penyajian
tabel-tabel statistik PDRB. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan
bahwa agregat-agregat dinilai terhadap harga yang berlaku pada tahun berjalan,
sedangkan penyajian atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa agregatagregat dinilai terhadap harga pada tahun dasar (BPS, Pendapatan Regional Kota
Padangsidimpuan).
d. Teori Metode Perhitungan PDRB
Untuk menghitung PDRB secara garis besar ada dua metode yang dapat
digunakan yaitu:
1) Metode Langsung, dapat digunakan tiga macam pendekatan sebagai
berikut:
18
a. Pendekatan Produksi ( Production Approach )
PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto(NTB) atau nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
disuatu wilayah/region dalam suau periode tertentu, biasanya
satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto
(NPB/output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh
biaya antara yang digunakan dalam proses produksi.
b. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
disuatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu,biasanya
satu tahun. Berdasarkan pengerian tersebut, maka NTB adalah
jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan
dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian ini termasuk
pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto.
c. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach )
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan
untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik
bruto, perubahan stock dan ekspor neto, di dalam suatu
19
wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu
tahun. Dengan metode ini penghitungan NTB bertitik tolak
pada penggunaan akhir dari barang dan jasa diproduksi.
2) Metode Alokasi (Metode Tidak Langsung)
Menghitung
nilai
tambah
suatu
kelompok
ekonomi
dengan
mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok
kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator
yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan
ekonomi tersebut.
Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada
data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan
sangat saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong
peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan
koreksi dalam pembanding bagi data daerah., (BPS, Pendapatan Regional Kota
Padangsidimpuan).
a. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi
dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan
harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang
didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing
20
masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan
perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat
perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor.
b. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan
Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan
atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga
suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan
menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh
perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga
suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan
berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau
sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu
daerah dari tahun ke tahun.
5. Penelitian Terdahulu
Perlu dilakukan pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat
membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan
spesifik. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.
21
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Judul
Peneliti
Analisis faktor
faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi (Studi
komparatif :
Kabupaten
tapanuli selatan
dan Kabupaten
Langkat)
Junawi
Hartasi
Saragih
Variabel
X1 :
Pengeluaran
Pemerintah
X2 : Tingkat
Pendidikan
X3 : Nilai
tambah
industri.
Y:
Pertumbuhan
ekonomi.
Metode
Hasil
Hasil estimasi
data time series
dengan model
ordinary last
square (OLS)
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
perkembangan
pengeluaran
pemerintah,
tingkat
pendidikan dan
nilai tambah
industri
(besar/sedang)
di Kab.
Tapanuli selatan
dan Kab.
Langkat
cenderung
mengalami
peningkatan.
Variabel
pengeluaran
pemerintah,
tingkat
pendidikan dan
nilai tambah
industri
mempunyai
pengaruh positif
terhadap
pertumbuhan
ekonomi Kab.
Tapanuli selatan
dan Kab.
Langkat.
22
2.
Analisis
Pengaruh
Pengeluaran
Rutin dan
Pengeluaran
Pembangunan
Pemerintah
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia
periode 19752004
Diyah
Utami
X1 :
Pengeluaran
rutin
X2 :
Pengeluaran
Pembangunan
Pemerintah
Y:
Pertumbuhan
Ekonomi.
uji kointegrasi
Engel-Granger
dan analisis
jangka pendek
dengan Error
Correction
Model (ECM).
Berdasarkan
hasil penelitian,
baik dalam
jangka panjang
maupun jangka
pendek variabel
pengeluaran
rutin
pemerintah
mempunyai
pengaruh yang
negative dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Hal
ini dikarenakan
pada periode
penelitian
pengeluaran
rutin
pemerintah
bersifat tidak
produktif dan
sebagian besar
didominasi oleh
pengeluaran
untuk
pembayaran
cicilan dan
bunga utang.
Dengan
demikian
pemerintah
harus lebih
fokus untuk
mengurangi
atau bahkan
menghentikan
ketergantungan
terhadap utang,
23
3.
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Dan
Distribusi
Pendapatan
periode 19942003
Nur Asri X :
Pengeluaran
Pemerintah.
Y1 :
Pertumbuhan
Ekonomi
Y2 :
Distribusi
Pendapatan
Model regresi
linier berganda
dengan
penggabungan
model yang
digunakan oleh
Calderon dan
Serven (2004)
dan Li et. al
(2000).
Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa pengaruh
pengeluaran
pembangunan
pemerintah
daerah
kelompok
sektor primer,
perdagangan
dan
transportasi,
pendidikan dan
kebudayaan,
pembangunan
regional dan
lingkungan, dan
aparatur dan
pengawasan
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Pengeluaran
pemerintah
kelompok
sektor primer,
perdagangan
dan
transportasi,
pendidikan dan
kebudayaan,
kesehatan dan
kesejahteraan
sosial
berpengaruh
dalam
mengurangi
ketimpangan
pendapatan
antar penduduk,
sedangkan
pertumbuhan
ekonomi
memperparah
24
ketimpangan
pendapatan
antar penduduk.
4.
Analisis
Afri
Pengaruh
Hidayat
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap Posisi
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Provinsi
Sumatera Utara
X1 : Pajak
X2 : Retrebusi
X3 : Laba
badan usaha
milik daerah
X4 :
Kekayaan lain
yang
dipisahkan
X5 :
Pendapatan
daerah yang
sah.
Y:
Pertumbuhan
ekonomi
a.Koefisien
determinasi
(R-Square)
b.Uji t
Statistik.
c.Multikolinier
itas.
d.Autokorelasi.
Hasil penelitian
ini ditemukan
hubungan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
signifikan
mempengaruhi
variabel
pendapatan asli
daerah provinsi
Sumatera utara
pada tingkat
kepercayaan 95
%.
25
5.
Pengeluaran
Pemerintah dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Regional
Jamzani
Sodik
X1 :
Pengeluaran
Pemerintah
X2 : Investasi
Swasta
Y:
Pertumbuhan
Ekonomi
Regional
Metode
analisis yang
dilakukan
menggunakan
data runtut
waktu (time
series) dan data
cross section.
Selama periode
penelitian
ditemukan
bahwa variabel
investasi swasta
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
regional,
sedangkan
pengeluaran
pemerintah
(baik
pengeluaran
pembangunan
maupun
pengeluaran
rutin)
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
regional. Ini
mengindikasika
n bahwa
pengeluaran
pembangunan
sangat
diperlukan
untuk suatu
daerah untuk
tumbuh dan
berkembang
sesuai dengan
kemempuannya
sendiri.
26
6. Kerangka Berfikir
Secara umum kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai
perspektif seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, kondisi perumahan,
sosial, budaya serta jaminan persamaan hak dalam politik, hukum dan
keamanan/ketertiban. Indikator-indikator output tersebut baik secara sendirisendiri atau bersama-sama (komposit) dapat memberikan gambaran mengenai
kesejahteraan masyarakat yang ditinjau dari aspek sosial.
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Membahas mengenai pendapatan asli daerah, bahwa sebagian besar upaya
yang dilakukan daerah untuk bisa mengurangi dana yang diperoleh dari
pemerintah pusat adalah dengan memacu upaya memperoleh pendapatan asli
daerah sebesar mungkin. Metode yang paling populer sampai dengan saat ini
adalah dengan mengeksploitasi sumber daya alam daerah yang ada, dan melalui
pajak dan retribusi daerah. Cara pertama sangat mungkin dilakukan, apabila di
daerah sumber daya alamnya memang berlimpah, namun bagi daerah yang miskin
akan sumber daya alam umumnya mengambil jalan lain yaitu meningkatkan
penerimaan dengan cara kedua.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapatlah kita ketahui bahwa indikator
pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu terdiri
dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Untuk selanjutnya
berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan
27
dalam setiap sektor maupun subsektor merupakan indikator dari pengeluaran
pembangunan. Kemudian. indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah antara lain
adalah PDRB
Keberhasilan suatu daerah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya
adalah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini,
dengan
adanya
peningkatan
pendapatan
asli
daerah
dan
pengeluaran
pembangunan diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah untuk mewujudkan pembangunan daerah yang lebih merata.
Hal di atas dapat dijelaskan bahwa pencapaian target penerimaan pajak
penghasilan masih akan sulit mengingat sangat rendahnya perkiraan laju
pertumbuhan ekonomi (Moh Arsjad Anwar, 1986: 87). Terkait dengan penelitian
ini menunjukkan bahwa pajak (salah satu sumber pendapatan asli daerah)
tergantung pada pertumbuhan ekonomi daerah.
b. Pengeluaran Pembangunan
Richard A. Musgrave (1999:22) menyatakan bahwa dengan memasukkan
variabel jumlah dan perubahan harga dalam menentukan besarnya pengeluaran
pemerintah, merupakan hal yang sangat penting. Harus juga dicatat bahwa selama
periode tersebut, telah terjadi peningkatan produktivitas yang sangat cepat yang
menghasilkan kenaikan pendapatan perkapita. Pernyataan tersebut menunjukkan
pendapatan perkapita berpengaruh pada besarnya pengeluaran pemerintah, hal ini
sekaligus berarti bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran
pembangunan (bagian dari pengeluaran pemerintah).
28
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Begitu banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan rakyat, namun ada satu indikator kumulatif yang lazim digunakan
untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi yaitu Produk Domestik
Bruto/Gross Domestik Product (PDB/GDP). Produk Domestik Bruto adalah
istilah yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan nasional,
sedangkan pada level yang lebih rendah biasa digunakan istilah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), (Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan)
Hal di atas menunjukkan bahwa PDRB sebagai satu indikator keberhasilan
pembangunan akan juga sangat tergantung pada pertambahan jumlah penduduk.
Suatu negara yang mengalami kenaikan pendapatan nasional belum bisa
dikatakan telah mengalami pembangunan ekonomi sebab apabila ternyata
kenaikan pendapatan nasional itu diikuti oleh kenaikan penduduk yang lebih besar
secara proporsional, maka negara tersebut justru akan mengalami penurunan
dalam pendapatan perkapitanya (Hadi Prayitno, 1989: 42).
Dari uraian diatas maka pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh
pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan sehingga hal
tersebut dapat dibuat dalam bentuk fungsi.
Dimana
: y : f (. )…………………………………………...(2.1)
Y
; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X1
: Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2
: Pengeluaran Pembangunan
29
Untuk lebih jelasnya pengaruh pendapatan asli daerah dan pengeluaran
pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dapat dijelaskan pada
gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Kerangka berfikir Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Kota Padangsidimpuan
Sektor Ekonomi
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pengeluaran
Pembangunan
Indikator :
berbagai proyek baik
proyek fisik maupun
proyek non fisik yang
diprogramkan dalam
setiap sektor maupun
subsektor
Indikator :
-
-
Pajak daerah
Retrebusi
daerah
Hasil
pengelolaan
kekayaan
daerah yang
dipisahkan
Lain-lain
pendapatan
asli daerah
yang sah
Pertumbuhan
Ekonomi
(PDRB)
30
B. Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari kata "hypo" yang artinya "di bawah" dan
"thesa" yang artinya "kebenaran". Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul, setelah membuat anggaran dasar, maka membuat
teori yang kebenarannya masih perlu di uji (Suharsimi Arikunto, 2002: 64).
Bertolak dari uraian di atas maka untuk penelitian ini diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan.
2. Terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pembangunan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Secara umum penelitian ini merupakan studi kasus pada APBD Kota
Padangsidimpuan yang lebih difokuskan kepada pengeluaran pembangunan serta
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padangsidimpuan sehingga ruang lingkup
pada
penelitian
ini
adalah
laporan
realisasi
APBD
dan
PAD
Kota
Padangsidimpuan tahun 2004 hingga 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Prasetyo
dan Janah, 2005:119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Library Research.
Metode pengambilan sampel Library Research merupakan teknik
pengumpulan data yang dilengkapi dengan mempelajari serta menganalisis
literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang
tersusun. Peneliti melakukan dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang
berkenaan dengan penelitian.
32
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk
mengumpulkan data dengan prosedur yang standar. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data penelitian yang
diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.
(Bungin, 2010:122).. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 206).
Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi berupa catatan
mengenai
jumlah
pendapatan
asli
daerah,
jumlah
pengeluaran
pembangunan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota
Padangsidimpuan tahun 2004 - 2009 yang diperoleh dari beberapa instansi
atau kantor dinas yang berkaitan yaitu Bappeda, Dispenda, Sekretariat
Daerah Bagian Keuangan, BPS Kota Padangsidimpuan dan BPS Propinsi
Sumatera Utara dan berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian
ini.
D. Metode Analisis Data
1. Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan pengembangan dari regresi
linier sederhana diman terdapat lebih dari satu variable independen. Analisis
33
regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (x)
terhadap variable dependen (y).(Stanislaus:243)
y : a + + + e
Y
: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
X1
: Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X2
: Pengeluaran Pembangunan
2. Uji Deskriptif
Uji deskriptif adalah berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti, melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009:29). Uji deskriptif juga memberikan
gambaran suatu data yang dilihat dari mean, standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009:19).
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan
bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik.
Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah:uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas Masing-masing
pengujian penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut:
34
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi
tersebut yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik
(analisis Z skor skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti
di antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model. Pada
kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan
pengaruh murni dari variabel independen dalam model. Terdapat beberapa metode
untuk
mendeteksi
keberadaan
multikolinearitas.
Untuk
mendeteksi
multikolinearitas digunakan pengukuran terhadap nilai VIF (Variable Inflation
Factor) dan nilai Tolerance.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu seperti data deret waktu atau ruang seperti data crosssection. Untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson (DW-test).
Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan
35
beberapa cara antara lain metode grafik dan uji Durbin-Watson. Langkah-langkah
Uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut :
1) Regres model lengkap untuk mendapatkan nilai residual.
2) Hitung d (Durbin-Watson Statistik) dengan rumus:
d=
Σ (en – e n-1)2
Σ e2 n
3) Hasil rumus tersebut yaitu nilai d kemudian dibandingkan dengan
nilai d tabel Durbin- Watson. Pada tabel d tersebut terdapat dua
nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dL) untuk
berbagai nilai n dan k. Untuk autokorelasi positif (0 < p < 1),
hipotesis nol (H0) diterima jika d > du, sebaliknya H0 ditolak jika d
< dL. Untuk autokorelasi negatif, hipotesis nol (H0) diterima jika
(4-d)>du, sebaliknya H0 ditolak jika (4-d) < dL.
d. Uji Heteroskedastis
Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran
parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and
Estimator) adalah var (ui) = σ2 mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus
tertentu terjadi variasi ui tidak konstan atau variabel berubah-ubah. Untuk
mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian dengan metode grafik.
Dengan pengujian ini dapat dideteksi apakah kesalahan pengganggu dari
model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke
observasi lainnya. Dengan metode grafik, hasilnya dapat menunjukkan ada
36
tidaknya pola-pola tertentu yang terbentuk seperti bergelombang, melebar
kemudian menyempit serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol)
pada sumbu Y.
4. Pengujian Statistik
a. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter
(ßi) sama dengan nol.
Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji
kebenaran atau kesalahan hipotesis nol dan hasil sampel. Ide pokok yang
melatarbelakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik dan distribusi sampel
dari suatu statistik di bawah hipotesis nol. Keputusan untuk menolak Ho dibuat
berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada.
Suatu statistik dikatakan signifikan secara statistik jika nilai statistik
berada di daerah kritis, hal ini jika dilakukan dalam kerangka uji signifikansi.
Dalam hal ini hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, suatu pengujian dikatakan
secara statistik tidak signifikan jika nilai uji statistiknya berada di daerah
penerimaan pada interval keyakinan. Pada situasi ini, hipotesis nol diterima. Uji
statistik t dilakukan untuk menunjukkan signifikansi dari pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap
variabel bebas yang lain konstan. Hipotesis nol yang digunakan:
37
H0 : bi = 0 ……………………………………………………. (3.1)
Artinya apakah variabel independen bukan merupakan variabel penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya
adalah:
H1 : bi > 0 ……………………………………………………. (3.2)
Artinya apakah variabel independen merupakan variabel penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi pengaruh tersebut dapat
diestimasi dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel. Jika
nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang
berarti variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka Ho diterima dan
H1
ditolak,
yang berarti
variabel
independen
secara
individual tidak
mempengaruhi variabel dependen.
b. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya untuk menunjukkan apakah variabel-variabel
independen yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama atau simultan
mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya semua variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
Ho: ß1 = ß2 = 0…………………………………………………(3.3)
38
Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol. Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ho: ß1 ≠ ß2 ≠ 0………………………………………………...(3.4)
Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik F. Nilai statistik F
dihitung dengan formula sebagai berikut:
F = MSS dari ESS = R2/ k-1
MSS dari RSS
(1-R2) / n-k
Mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasn k-1 dan n-k di mana n =
jumlah observasi, k = jumlah parameter (termasuk intersep), MSS = jumlah
kuadrat yang dijelaskan, ESS = jumlah kuadrat residual, RSS = rata-rata jumlah
kuadrat, dan R2 koefisien determinasi. Cara melaukukan uji F adalah sebagai
berikut :
a) Quick look: Bila nilai F lebih besar dari 4 maka Ho ditolak
dengan derajat kepercayaan 5% hipotesis alternatif diterima,
yang berarti semua variabel independen secara simultan dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka hipotesis
alternatif diterima.
39
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel dependen. Formula
menghitung koefisien determinasi adalah:
R2 = ESS = 1- Σ ei2
TSS
Σ yi2
Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS)
yang diterangkan oleh variabel independen dalm model. Sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di
dalam model. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai koefisien
determinasi yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan semua variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai
mendekati satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan
informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar dengan menggunakan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
penambahan satu variabel independen pasti akan meningkatkan koefisien
determinasi tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka
dapat digunakan R2 adjusted.
40
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian
yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono (2009:2). Dalam penelitian ini ada
2 (dua) variabel yang diungkap, yaitu:
1. Variabel bebas atau independent variabel ( X )
a) Pendapatan asli daerah dengan indikator-indikatornya: pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
b) : Pengeluaran pembangunan dengan indikator-indikatornya:
berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang
diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor.
2. Variabel terikat atau dependent variabel ( Y )
pertumbuhan ekonomi daerah dengan indikator-indikatornya:
Y : PDRB, merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu
diciptakan
akibat
timbulnya
berbagai
aktivitas
ekonomi
dalam
suatu
wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah
dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh
karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor
tersebut.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran dan Perkembangan Daerah Kota Padangsidimpuan
1. Sejarah Kota Padangsidimpuan
Sekitar Tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi
dusun kecil yang disebut ’’Padang Na Dimpu’’ oleh para pedagang sebagai
tempat peristirahatan yang artinya suatu dataran di ketinggian yang ditumbuhi
ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II di pinggiran Sungai
Sangkumpal Bonang.
Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo salah seorang pimpinan pasukan kaum
Padri dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku
Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena
dikelilingi oleh sungai yang berjurang.
Sejalan dengan perkembangan Benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas
perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan
budak yang disebut Hatoban, untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo
mengutip bea 10 % dari nilai harga barang.
Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di
Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI
yang dibentuk Inggris Tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun
1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District
Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNEMENT
42
SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang. Dan Tahun 1838 dibentuk
RESIDENTIE AIR BANGIS dan Asisten Residennya berkedudukan di
Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit
Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842, antara tahun 1885 sampai 1906,
Padangsidimpuan pernah menjadi Ibu Kota Residen Tapanuli.
Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan
pusat Pemerintahan dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibu
Kota Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten
Mandailing Natal, Kabupaten Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas
melalui Undang–Undang Darurat Nomor 70/DRT/1956.
Dalam ringkasan sejarahnya tahun 1879 di Padangsidimpuan didirikan
KWEEK SCHOOL (Sekolah Guru) yang dipimpin oleh CH VAN OPHUYSEN
yang dikenal sebagai penggagas ejaan bahasa Indonesia. Lulusan sekolah ini
banyak dikirim untuk menjadi guru ke Aceh. Salah seorang lulusan ini ialah
RAJIUN HARAHAP Gelar Sutan Hasayangan, penggagas berdirinya INDISCHE
VEERIGINING sebagai cikal bakal berdirinya Perhimpunan Indonesia di negeri
Belanda dan merupakan Organisasi pertama yang berwawasan nasional. RAJIUN
HARAHAP yang lahir di Batunadua tanggal 30 Oktober 1879 juga menggagas
pengumpulan dana studi bagi guru–guru yang akan di sekolahkan ke negeri
Belanda.(Basyral Harahap, 2003: 1)
Dari sejarah Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa peranan dan
fungsi Kota ini sejak dahulu adalah sebagai pusat Pemerintahan, pusat aktivitas
perdagangan dan jasa, serta pusat pendidikan.
43
2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 Km dari Kota Medan. Bentuk
topografi Kota Padangsidimpuan berbukit-bukit dan dikelilingi oleh Pegunungan
Bukit Barisan dan dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Kondisi tersebut
sangat mempengaruhi suhu rata-rata harian sehingga menjadikan Kota
Padangsidimpuan sejuk, segar dan sangat cocok dijadikan sebagai daerah
peristirahatan.
Keadaan tanah yang subur dikarenakan lapisan permukaan tanah dengan
ketebalan topsoil yang cukup tinggi merupakan hasil endapan alluvial sungai dan
gunung berapi dengan warna tanah hitam kecoklatan
Bukit-bukit (tor) yang mengelilingi Kota Padangsidimpuan adalah
disebelah utara adalah Bukit Lubuk Raya, Bukit Sanggarudang dan Tor
Simarsayang; di sebelah barat dan selatan adalah Tor Silayang-layang serta
sebelah timur adalah Tor Simincak.
Sungai-sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan antara lain Aek
Batang Ayumi, Aek Sangkumpal Bonang, Aek Rukhare, Aek Sibontar dan Aek
Batang Bahal.
Secara geografis, Kota Padangsidimpuan terletak diantara garis bujur
timur 990 18’ 53’’ -
990 20’ 35’’ dan garis lintang utara 010 28’,19’’ sampai
dengan 010 18’ 07’’. Kota Padangsidimpuan memiliki luas wilayah 14.684.680
Ha dan memiliki batas-batas wilayah antara lain; sebelah utara berbatasan dengan
kec. Angkola timur, sebelah selatan berbatasan dengan kec. Batang angkola dan
kec. Angkola selatan, sebelah barat berbatasan dengan kec. Angkola barat,
44
sebelah timur berbatasan dengan kec. Angkola timur. Dilihat dari batas wilayah
yang ada maka Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh daerah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 5 wilayah kecamatan yaitu;
Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan
Tenggara, Padangsidimpuan Batunadua dan Padangsidimpuan Hutaimbaru. Pada
tahun 2005 terjadi pemekaran wilayah kecamatan menjadi 6 kecamatan yaitu
Kecamatan Padangsidimpuan Angkola julu. Pada level yang lebih rendah terdapat
37 pemerintahan kelurahan dan 42 pemerintahan desa yang selanjutnya untuk
lebih mempermudah jangkauan pelayanan masyarakat telah terbentuk sebanyak
261 Lingkungan/dusun. Kemudian dari 6 kecamatan yang ada kegiatan
perekonomian
masih
terkonsentrasi
di
dua
wilayah
yaitu
Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan Padangsidimpuan Utara.(Basyral
Harahap, 2003: 4)
3. Keadaan Demografi Kota Padangsidimpuan
Jumlah penduduk di Kota Padangsidmpuan pada tahun 2004-2008
menurut catatan masing-masing sebanyak 174.004 jiwa; 177.499 jiwa; 181.595
jiwa; 185.132 jiwa, 188.499 jiwa sedangkan dengan jumlah penduduk pada akhir
tahun 2009 yang tercatat sebesar 191.912 jiwa. Terlihat bahwa pertumbuhan
penduduk di wilayah ini relatif cukup rendah dan menunjukkan kecenderungan
pertumbuhan yang semakin rendah.
45
Pada tabel berikut di bawah dapat dilihat jumlah pertumbuhan dan sebaran
penduduk, keadaan dirinci menurut kecamatan. Pada enam tahun terakhir tidak
terdapat pergeseran yang cukup berarti dari sebaran penduduk di masing-masing
kecamatan sehingga Kecamatan Padangsidimpuan Selatan masih merupakan
wilayah yang memiliki penduduk paling banyak kemudian diikuti oleh
Kecamatan Padangsidimpuan Utara. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena
mengingat kedua wilayah tersebut masih merupakan pusat kegiatan perekonomian
dan pemerintah di Kota Padangsidimpuan.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2004-2009
Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PADANGSIDIMPUAN
TENGGARA
26.542
27.075
27.471
28.247
28.760
29.283
PADANGSIDIMPUAN
SELATAN
56.079
57.205
58.612
59.660
60.746
61.855
PADANGSIDIMPUAN
BATUNADUA
18.266
15.983
16.376
16.668
16.971
17.278
PADANGSIDIMPUAN
UTARA
53.995
55.080
56.435
57.447
58.492
59.535
PADANGSIDIMPUAN
HUTAIMBARU
19.122
15.121
15.493
15.771
16.058
16.349
7.035
7.208
7.339
7.472
7.612
177.499
181.595
185.132
188.499
191.912
PADANGSIDIMPUAN
ANGKOLA JULU
PADANGSIDIMPUAN
174.004
(Sumber : BPS Kota Padangsidimpuan)
Keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk tanpa dibarengi
upaya peningkatan kualitas penduduk dapat menyebabkan terhambatnya proses
percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat. Kualitas penduduk tercermin dari
karakteristik sosiodemografi. Salah satu karakteristik sosiodemografi yang sangat
46
erat kaitannya dengan perekonomian adalah tingkat pendidikan penduduk
khususnya penduduk usia produktif dan atau tingkat pendidikan pekerja.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional persentase penduduk
yang tergolong penduduk angkatan kerja lebih besar daripada penduduk yang
bukan angkatan kerja, yaitu terdapat penduduk usia kerja tergolong angkatan
kerja dengan komposisi 60,86 persen penduduk yang bekerja dan 7,57 persen
penganggur terbuka.
Penduduk yang terlibat bekerja di suatu lapangan pekerjaan, biasanya
dipengaruhi oleh faktor keterampilan/ kondisi alam maupun situasi ekonomi di
suatu daerah/ negara. Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara agraris
dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, meskipun dari
tahun ke tahun persentasenya semakin berkurang dan diserap oleh sektor-sektor
lain seperti perdagangan dan industri.
Bila dibedakan menurut jenis kelamin, terlihat bahwa pada tahun 2008
mayoritas penduduk perempuan lebih banyak bergerak di 3 (tiga) sektor yaitu
sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel (38,37%), sektor jasa
kemasyarakatan (28,21%), serta sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan
perikanan (26,52%). Sedangkan penduduk laki-laki yang bekerja sebagian besar
tersebar di 4 (empat) sektor yaitu sektor lainnya (27,86%), sektor perdagangan
besar, eceran, rumah makan, dan hotel (27,56%), sektor jasa kemasyarakatan
(20,55%), serta sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (20,05%).
Selain dibedakan menurut lapangan pekerjaan utama, penduduk yang
bekerja dapat dibagi atas tujuh macam status pekerjaan, dimana dalam hal ini
47
dapat dilihat apakah mereka sebagai seorang pengusaha, buruh atau hanya sebagai
pekerja keluarga yang tidak menerima upah/gaji.
Adapun ke-tujuh macam status pekerjaan tersebut adalah :
1) Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain
2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar
3) Berusaha dengan buruh tetap/ dibayar
4) Buruh/ karyawan Pemerintah/ Swasta
5) Pekerja bebas di pertanian
6) Pekerja bebas di non pertanian
7) Pekerja tidak dibayar
Untuk Kota Padangsidimpuan, status buruh/ karyawan Pemerintah/ swasta
dan berusaha sendiri merupakan status pekerjaan yang paling dominan yakni
30,87 persen buruh/ karyawan pemerintah atau swasta, dan 25,54 persen berstatus
berusaha sendiri. Kemudian persentase terbesar setelah dua status pekerjaan diatas
adalah status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar
sebanyak 19,84 persen. Persentase status pekerjaan yang terkecil adalah status
pekerja bebas di sektor pertanian (0,58%).(BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan
2008)
4. Potensi Alam Kota Padangsidimpuan
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang perekonomian dan kehidupan masyarakat Kota Padangsidimpuan.
Oleh karena itu pengembangan sektor pertanian harus diselenggarakan secara
48
efisien, sehingga mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produk-produk
sektor pertanian. Selain itu juga harus diarahkan agar dapat menunjang
pertumbuhan
ekonomi,
memantapkan
stabilitas
nasional/regional
serta
pemerataan dan penyebaran pembangunan dengan menembus isolasi serta
ketradisionalisme pertanian.
Pengembangan sektor pertanian sangat diharapkan dalam menunjang
sasaran pembangunan Kota Padangsidimpuan sebagai daerah yang sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Disamping itu sektor ini juga
diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan regional yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penduduk daerah ini. (BPS,Statistik
Kota Padangsidimpuan 2008)
a. Tanaman Bahan Makanan
Pembangunan
pertanian
tanaman
pangan
yang
dilakukan
perlu
memperhatikan kesesuaian antara jenis tanah, topografi, iklim, budaya serta faktor
pendukung teknis lainnya, terutama kesesuaian antara kemampuan, kemauan dan
keinginan penduduk dengan peluang pengembangan pertanian tanaman pangan
dan dorongan serta kebijaksanaan dari pemerintah untuk memacu pertumbuhan
sub sektor tanaman pangan. Produksi padi sawah di Kota Padangsidimpuan pada
tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 demikian juga
dengan rata-rata produksinya. Rata-rata produksi padi tahun 2008 adalah sebesar
55,07 kuintal per hektar sementara tahun 2009 turun menjadi 54,71 kuintal per
hektar.
49
Bahan makanan lain yang dominan dihasilkan Kota Padangsidimpuan
selain padi sawah adalah ubi kayu. Pada tahun 2009, Kota Padangsidimpuan
menghasilkan 2.489,54 ton ubi kayu dengan rata-rata produksi 148,18 kuintal per
hektar. Sementara untuk produksi tanaman sayur-sayuran di dominasi oleh buncis
dan sawi. Produksi tanaman sayur buncis mencapai 1.210,28 ton dengan rata-rata
produksi sebesar 161,37 kuintal per hektar sedangkan produksi tanaman sayur
sawi sebesar 1.099,59 ton dengan rata-rata produksi 108,87 kuintal per hektar.
Jenis tanaman buah-buahan pada tahun 2009 di Kota Padangsidimpuan
tidak menunjukkan jumlah yang besar dikarenakan merupakan daerah perkotaan.
Sesuai dengan julukan kota salak, produksi buah salak terbanyak dibandingkan
buah-buahan yang lain, yaitu sekitar 9.140 ton diurutan selanjutnya adalah buah
mangga 2.034 ton.
Untuk melihat tingkat kemajuan yang telah dicapai dalam usaha pertanian
tanaman pangan, salah satunya melalui tingkat produktivitas tanaman pangan
yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti usaha pertanian
tanaman pangan lebih berdayaguna, lebih efektif dan lebif efisien.
Dari aspek geografis, topografi fisiografi dan demografis,
Kota
Padangsidimpuan walaupun merupakan daerah perkotaan, namun sebagian desa/
kelurahan yang ada memiliki potensi komoditi perkebunan kelapa sawit, karet,
kopi, kelapa, coklat.
Pada tahun 2009 tanaman perkebunan rakyat yang paling luas di Kota
Padangsidimpuan adalah tanaman karet yaitu sekitar 2.066 hektar, dan tanaman
yang sudah menghasilkan tercatat sekitar 1.014,20 ton. Sedangkan tanaman
50
perkebunan rakyat yang memiliki produksi paling tinggi tahun 2009 adalah kelapa
yakni sebesar 1.061,20 ton dengan luas lahan 502 hektar. (BPS,Statistik Kota
Padangsidimpuan 2008)
b. Peternakan
Perkembangan populasi ternak sapi tahun 2009 meningkat dibandingkan
tahun 2008 menjadi 734 ekor setelah sebelumnya terjadi penurunan yang sangat
drastis. Peningkatan juga terjadi pada populasi ternak kambing/ domba dan ayam
kampung. Sementara populasi ayam ras, itik, dan kerbau menurun drastis
dibanding tahun 2008.
.Produksi daging ternak sapi dan kerbau tahun 2009 mengalami penurunan
menjadi 3,9 ton dan 1,4 ton dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yaitu
sebesar 5,25 ton dan 5,50 ton. Sementara produksi daging kambing dan domba
tahun 2008 mencapai 1.192 ton.
Produksi daging yang berasal dari ternak unggas pada tahun 2009 tercatat
sebanyak 51,30 ton daging ayam kampung, 84 ton daging ayam pedaging, dan
0,409 ton itik manila. Sedangkan produksi telur pada tahun 2008 ada sebanyak
43,92 ton telur ayam kampung, 129,2 ton telur itik/ itik manila, dan 14,00 ton
telur ayam petelur. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008)
c. Perikanan
Potensi sumberdaya perikanan sesuai dengan aspek geografis dan
topografi di Kota Padangsidimpuan, hanya ada perikanan darat, karena wilayah
51
kekuasaan daerah otonomi Pemerintah Kota Padangsidimpuan tidak berbatasan
langsung dengan perairan laut atau merupakan daerah darat yang bergelombang/
berbukit. Produksi ikan darat yang tercatat pada tahun 2009 masih sama dengan
produksi tahun 2008, baik dari penangkapan perairan umum maupun hasil budi
daya ikan darat. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008)
5. Keadaan PAD Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2009
Bagi perekonomian daerah pendapatan asli daerah adalah sesuatu hal yang
sangat penting dan merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah daerah
Kabupaten/Kota yang harus selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya.
Jumlah kenaikan kontribusi pendapatan asli daerah akan sangat berperan dalam
peningkatan kemandirian pemerintah daerah untuk tidak selalu tergantung kepada
bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Adapun realisasi pendapatan asli daerah menurut komposisi tiap jenis
pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan dari tahun 2004-2009 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
52
Tabel 4.2
komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan dari tahun
2004 – 2009
Sumber
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PAD
Pajak
Daerah
2.254.183.547
2.196.481.512
2.692.793.381
3.176.718.331
3.982.462.106
4.672.149.572
Retrebusi
Daerah
2.243.188.851
2.852.223.495
3.061.191.559
3.239.350.505
3.953.677.985
4.856.760.104
42.000.000
60.000.000
60.000.000
999.391.120
1.351.286.655
1.513.488.168
696.841.746
384.680.192
313.868.898
1.612.770.098
367.163.902
793.611.243
5.236.214.144
5.493.385.199
6.127.853.838
9.028.230.054
9.654.590.648
11.836.009.087
Hasil
Pengolahan
Kekayaan
Daerah
Pendapatan
lain yang
sah
PAD
(Sumber : BPS, Dispenda Kota Padangsidimpuan)
Pada tabel diatas menunjukkan hasil pendapatan asli daerah yang selalu
meningkat. Selama kurun waktu lima tahun tersebut retribusi dan pajak
memberikan kontribusi terbesar secara berganti terhadap pendapatan asli daerah.
Pada tahun 2004 yang memberikan kontribusi terbesar adalah pajak daerah yaitu
sebesar Rp 2.254.183.547 dan pada tahun 2005-2007 yang memberikan kontibusi
terbesar adalah retrebusi daerah yaitu masing-masing Rp 2.852.223.495 pada
tahun 2005, Rp 3.061.191.559 pada tahun 2006 dan Rp 3.239.350.505 tahun
2007, pada tahun 2008 pajak daerah kembali memberikan kontribusi terbesar
hingga mencapai sebesar Rp. 3.982.462.106, dan pada tahun 2009 retribusi daerah
yang memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 4.856.760.104 sehingga retribusi
dan pajak daerah yang ada di Kota Padangsidimpuan merupakan sumber yang
dapat diandalkan. Namun peran pendapatan asli daerah di luar retribusi daerah
53
dan pajak daerah tetap sangat diharapkan mengingat tuntutan dana yang harus
disediakan oleh pemerintah yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Kemudian kontribusi terbesar setelah retribusi dan pajak adalah dari
pendapatan lain-lain yang sah masing-masing jumlah dari tahun 2004-2009 yaitu
Rp. 696.841.746; Rp. 384.680.192; Rp. 313.868.898; Rp. 1.612.770.098, Rp.
367.163.902 dan Rp 793.611.243. Berikutnya diikuti dengan besar hasil
pengelolaan kekayaan yang terpisah yang tiap tahunnya meningkat dari tahun
2004-2009 yaitu dari jumlah Rp. 42.000.000 pada tahun 2004 dan sampai tahun
2009 jumlahnya menjadi Rp. 1.513.488.168. Tetapi pada tahun 2009 hasil
pengelolaan kekayaan yang terpisah lebih besar memberikan kotribusi dari pada
pendapatan lain-lain yang sah, disini bisa dilihat bahwa pengelolaan kekayaan
terpisah mengalami peningkatan yang besar dari tahun sebelumnya.
Mengingat kebutuhan masyarakat Kota Padangsidimpuan yang semakin
meningkat mendorong pemerintah daerah untuk mengupayakan peningkatan
penerimaan daerah dengan memberi perhatian kepada perkembangan pendapatan
asli daerah, namun upaya peningkatan pendapatan asli daerah ini sering menemui
kendala diantaranya adalah kurang adanya kesadaran dari masyarakat untuk
membayar wajib pajak dan retribusi, maka dari itu sebagai wujud upaya
peningkatan pendapatan asli daerah adalah dengan melakukan sosialisasi dengan
masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membanyar pajak
dan retribusi.
Kemudian dapat pula ditindaklanjuti dengan memberikan kompensasi
berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat.
54
Komponen-komponen dari pendapatan asli daerah secara penuh dapat digunakan
oleh daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, disamping
memperlihatkan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini menjadikan suatu daerah
Kabupaten/Kota lebih leluasa untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya
khususnya setelah diberlakukan otonomi daerah.
Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar usaha untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah adalah dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi.
Ekstensifikasi adalah dengan meluaskan jaringan obyek pendapatan asli daerah,
sedangkan intensifikasi adalah dengan mengoptimalkan penerimaan dari obyek
pendapatan asli daerah yang ada.
Menguraikan tentang belum optimalnya hasil pendapatan asli daerah di
Kota Padangsidimpuan sehingga mengakibatkan kecilnya kontribusi pendapatan
asli daerah terhadap total penerimaan daerah, ada beberapa faktor yang
menyebabkan yaitu pertama, masih adanya sumber pendapatan potensial yang
dapat digali oleh pemerintah daerah tetapi berada diluar wewenang daerah
tersebut. Kedua, Dilihat dari Kota Padangsidimpuan yang belum lama lahir dan
dalam proses pembangunan jadi sumber pendapatan potensial belum terjamah.
Ketiga, rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat, Keempat, kurang
mampunya pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang
ada. Selanjutnya dapat dilihat peningkatan jumlah pendapatan asli daerah di Kota
Padangsidimpuan beserta peningkatan persentasenya pada tabel berikut:
55
Tabel 4.3
PAD dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2009
Tahun
Pendapatan Asli Daerah (Rp)
2004
5.236.214.144.-
Pertumbuhan (%)
4,91
2005
5.493.385.199.-
2006
6.127.853.838.-
2007
9.028.230.054.-,
2008
9.654.590.648.-
2009
11.836.009.087,-
11,55
47,33
6,94
22,59
(Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2011)
Demikian pula dengan melihat angka-angka yang terdapat dalam tabel diatas
dapat diuraikan bahwa pada tahun 2004 pendapatan asli daerah Kota
Padangsidimpuan sebesar Rp. 5,23 miliar, kemudian menyusul tahun 2005
pendapatan asli daerah menjadi Rp. 5.49 miliar persentasenya meningkat menjadi
4,91 persen. Selanjutnya untuk tahun 2006 pendapatan asli daerah meningkat
menjadi Rp. 6.12 miliar atau peningkatan persentase sebesar 11,55 persen. Tiga
tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007, 2008 dan 2009 jumlah pendapatan asli
daerah meningkat yaitu sebesar Rp. 9.02 miliar, Rp. 9.65 miliar dan Rp. 11.83
miliar, namun kenyataan menunjukkan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 ini,
peningkatan pendapatan asli daerah mengalami peningkatan jumlah persentase
pada tahun 2007 yaitu 47,33 persen, tahun 2008 mengalami penurunan persentase
menjadi 6,94 persen dan tahun 2009 kembali mengalami peningkatan menjadi
22,59.
56
6. Keadaan Pengeluaran Pembangunan Kota Padangsidimpuan Tahun
2004-2009
Keadaan Pengeluaran pembangunan kota Padangsidimpuan dari Tahun
2004-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan Tahun
2004 - 2009
Tahun
Pengeluaran Pembangunan (Rp)
2004
156.321.274.965,-
Pertumbuhan (%)
16,24
2005
181.714.595.773,-
2006
252.988.542.764,-
2007
334.964.313.203,-
2008
371.128.328.892,-
2009
351.051.345.089,-
39,22
32,40
10,8
5,7
(Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2011)
Besar kontribusi sektor-sektor pengeluaran pembangunan terhadap total
pengeluaran pembangunan pada tahun 2004-2009 dapat dijelaskan bahwa pada
tahun 2004 adalah sebesar Rp. 156.32 miliar dan tahun 2005 jumlah pengeluaran
pembangunan meningkat menjadi Rp. 181.71 miliar atau meningkat sebesar 16,24
persen. Selanjutnya untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2006 jumlah pengeluaran
pembangunan sebesar Rp. 252.98 miliar sehingga persentase peningkatannya
adalah 39,22 persen dibanding tahun 2005. Penurunan persentase pengeluaran
57
pembangunan terjadi pada tahun 2007, 2008 dan 2009 yaitu dengan jumlah Rp.
334.96 miliar, Rp. 371.12 miliar dan Rp 351.05 miliar , sedangkan persentasenya
adalah 32,40 persen, 10,8 persen dan 5,7 persen.
Persentase peningkatan pengeluaran pembangunan yang tertinggi selama
enam tahun tersebut, mencapai 39,22 persen yaitu terjadi pada tahun 2006
dibanding dari tahun 2005. Peningkatan tersebut mencerminkan kesungguhan dari
pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan
daerah.
Selanjutnya menurut pemerintah Kota Padangsidimpuan, tersedianya dana
pembiayaan yang cukup merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam
setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan. Agar pelaksanaan pembangunan
terwujud seperti apa yang diharapkan, maka harus didukung oleh kemampuan di
dalam mengusahakan, menghimpun, menyalurkan dan mengelola sumber
pembiayaan pembangunan yang sudah tersedia.
Sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
daerah ini berasal dari pendapatan dari Kota Padangsidimpuan termasuk dari
pendapatan asli daerah, dan/atau instansi yang lebih tinggi. Sumber-sumber
pembiayaan Kota Padangsidimpuan terdiri dari dua jenis pengeluaran daerah yaitu
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, namun dana-dana pembiayaan
tidak semuanya disalurkan untuk kebutuhan proyek-proyek pembangunan tetapi
sebagian besar dipergunakan untuk pengeluaran rutin.
Jumlah pengeluaran pembangunan yang dianggarkan disesuaikan dengan
jumlah APBD dengan tujuan untuk mengantisipasi agar pengeluaran tidak lebih
58
besar daripada pendapatan. Selanjutnya untuk alokasi pembagian jumlah
pengeluaran pembangunan terhadap sektor-sektor yang urutannya sesuai dengan
urutan prioritas dan kebijaksanaan pembangunan daerah, juga telah disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan masing-masing sektor, pengalokasian tersebut
disesuaikan dengan arah dan kebijakan APBD Kota Padangsidimpuan, dengan
begitu menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan daerah
yang mengarah kepada program dan kegiatan yang menyentuh pada kebutuhan riil
guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
7. Keadaan PDRB Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran
atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan
kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan
sangat
tergantung
pada
faktor
tersebut.
Adanya
keterbatasan
tersebut
menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah. Dari sini dapat dilihat besaran nilai
tambah dari masing-masing sektor ekonomi. Selain itu juga dapat dilihat sektorsektor yang berperan dalam pembentukan perekonomian daerah.
Selama kurun waktu lima tahun ini yaitu 2004 - 2009, PDRB Kota
Padangsidimpuan selalu mengalami peningkatan secara nominal baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000.
59
Berdasarkan atas dasar harga berlaku, PDRB Kota Padangsidimpuan
mengalami peningkatan dari 989,8 milyar Rupiah di tahun 2004 menjadi 1,14
trilyun Rupiah di tahun 2005; tahun 2006 meningkat menjadi 1,32 trilyun Rupiah;
tahun 2007 menjadi 1,51 trilyun Rupiah dan tahun 2008 menjadi 1,74 trilyun
Rupiah serta tahun 2009 meningkat menjadi 1,89 trilyun Rupiah.
Berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, besarnya PDRB tahun 2004
sebesar 670,54 milyar Rupiah; meningkat menjadi 703,44 milyar Rupiah di tahun
2005; tahun 2006 menjadi 742,04 milyar Rupiah; tahun 2007 menjadi 787,90
milyar Rupiah; tahun 2008 meningkat menjadi 835,92 milyar Rupiah.dan pada
tahun 2009 meningkat menjadi 884,25 milyar Rupiah. Peningkatan PDRB secara
umum tersebut juga diikuti oleh peningkatan secara nominal dari sektor-sektor
ekonominya.
Pertumbuhan ekonomi daerah yang tercantum dalam PDRB terbagi dalam
sembilan sektor, dari masing-masing sektor tersebut menunjukkan sumbangannya
terhadap perekonomian di Kota Padangsidimpuan. Unit-unit produksi yang
dimaksud dalam PDRB disini meliputi 9 lapangan usaha yaitu: 1) pertanian, 2)
pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas dan air
bersih, 5) bangunan, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7) pengangkutan dan
komunikasi, 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 9) jasa-jasa.
Pada tabel berikut di bawah dapat diketahui kontribusi sektor-sektor
PDRB Kota Padangsidimpuan pada tahun 2004 sampai dengan 2009 yaitu sebagai
berikut:
60
Tabel 4.5
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota
Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2009
Lapang
an
Usaha
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Pertania
n
152.829,91
183.364,11
217.556,42
248.337,85
281.705,96
305.882,87
2.639,87
3.273,31
4.911,45
5.013,21
5.477,46
6.329,45
131.645,31
149.099,08
166.065,15
185.333,24
208.257,28
225.558,22
8.839,56
10.350,47
10.966,63
11.375,29
11.994,52
12.476,89
42.568,55
49.868,01
62.170,27
71.869,11
84.710,73
94.685,80
241.102,03
279.929,01
316.544,12
360.445,95
409.136,81
437.629,90
118.767,95
143.350,95
167.877,25
194.528,58
230.194,89
239.119,26
101.078,85
114.334,84
135.979,06
164.280,50
199.652,19
221.827,67
Jasa-jasa
190.324.68
207.585.03
238.761,13
270.631,85
313.129,52
355.502,22
PDRB
989.796,71
1.141.154,80
1.320.831,47
1.511.815,57
1.744.259,36
1.899.012.29
Pertamb
angan
dan
Penggali
an
Industri
Pengola
han
Listrik,
Gas dan
Air
bersih
Banguna
n
Perdaga
ngan,Ho
tel dan
Restoran
Pengang
kutan
dan
Komuni
kasi
Keuanga
n,Perse
waan
dan Jasa
Perusah
aan
(Sumber : BPS, Dispenda dan Bappeda Kota Padangsidimpuan)
61
PDRB menurut lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor/lapangan
usaha dan masing-masing sektor produksi dirinci menjadi sub sektor. Pemecahan
menjadi sub sektor ini sedapat mungkin sesuai dengan Klasifikasi Lapangan
Usaha Indonesia. Perkembangan untuk tiap sektor akan diuraikan berikut ini.
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman bahan makanan
(tabama), perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku cukup besar
yaitu pada peringkat ketiga setelah sektor jasa-jasa.
Tahun 2004, sektor pertanian menyumbang sebesar 15,44 persen terhadap
PDRB; meningkat menjadi 16,07 di tahun 2005; menjadi 16,47 persen di tahun
2006; kemudian sedikit mengalami penurunan menjadi 16,43 persen pada tahun
2007; dan menjadi 16,15 persen ditahun 2008 serta 16,10 pada tahun 2009.
Selama kurun waktu enam tahun ini, urutan kontribusi terhadap PDRB
dari sub-sub sektor pertanian masih sama. Pada tahun 2008, sub sektor tabama
mempunyai kontribusi terbesar yaitu sebesar 11,29 persen. Urutan kedua adalah
sub sektor tanaman perkebunan yaitu 2,77 persen, sedangkan sub sektor
peternakan mempunyai kontribusi ketiga yaitu sekitar 1,77 persen serta sub sektor
yang lain yaitu sub sektor perikanan dan sub sektor kehutanan masing-masing
mempunyai kontribusi sebesar 0,30 persen dan 0,02 persen saja.
62
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling kecil
peranan/kontribusinya terhadap PDRB. Di Kota Padangsidimpuan, sub sektor
yang memberi peranan dalam sektor ini hanya sub sektor penggalian, sedangkan
sub sektor minyak bumi dan gas bumi serta sub sektor pertambangan tanpa migas
tidak terdapat di Kota Padangsidimpuan. Secara umum, sampai dengan tahun
2009 ini peranan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,33 persen dari
total PDRB. Angka tersebut sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tahun
2008 yang mencapai 0,31 persen serta tahun 2007 yang mencapai 0,33 persen.
Dibandingkan pada tahun 2006 angka tersebut sedikit menurun yang mencapai
0,37 persen. Namun, apabila dibanding tahun 2004 dan 2005, peranan tahun 2009
tersebut lebih besar. Tahun 2004, sektor ini hanya menyumbang sebesar 0,27
persen serta tahun 2005 hanya menyumbang 0,29 persen.
Secara absolut, nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor ini selalu
bertambah tiap tahun. Tahun 2004, PDRB sektor pertambangan dan penggalian
mencapai 2,64 milyar rupiah meningkat menjadi 6,33 milyar rupiah ditahun 2009.
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ditahun 2009 ini hanya sebesar
1,90 persen, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang
mencapai 1,13 persen. Angka tersebut jauh lebih kecil apabila dibanding tahun
2004 yang mencapai 5,34 persen.
63
c. Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan dibedakan menjadi dua yaitu industri migas dan
industri non migas. Namun di Kota Padangsidimpuan hanya industri non migas
yang berperan dalam PDRB. Industri non migas ini dibedakan atas sembilan sub
sektor yaitu industri makanan, minuman dan tembakau; tekstil, barang dari kulit
dan alas kaki; barang dari kayu dan hasil hutan lain; kertas dan barang cetakan;
pupuk, kimia dan barang dari karet; semen dan barang galian bukan logam; logam
dasar besi dan baja; alat angkutan, mesin dan peralatannya; dan industri barang
lainnya.
Sumbangan industri pengolahan non migas selama tahun 2004-2009
terhadap PDRB relatif tetap yaitu sekitar 12-13 persen. Pada tahun 2004, industri
pengolahan menyumbang sekitar 13,30 persen terhadap PDRB kemudian
menurun menjadi 13,07 persen pada tahun 2005, ditahun 2006 menjadi 12,57
persen dan menurun kembali menjadi 12,26 persen di tahun 2007. Pada tahun
2008 ini juga mengalami sedikit penurunan menjadi 11,94 persen serta di tahun
2009 menjadi 11,87 persen.
Sub sektor dalam sektor industri pengolahan yang paling besar
sumbangannya terhadap PDRB pada tahun 2008 yaitu sub sektor industri
makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar 5,31 persen; urutan kedua adalah
sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang mencapai 3,49 persen;
serta urutan ketiga adalah sub sektor industri semen dan barang galian bukan
logam yang mencapai 1,40 persen di tahun 2008. Sedangkan sub-sub sektor yang
lain mempunyai sumbangan dibawah 1 persen terhadap PDRB Kota
64
Padangsidimpuan. Sub sektor tersebut adalah sub sektor barang lainnya (0,82
persen); kertas dan barang cetakan (0,35 persen); alat angkutan, mesin dan
peralatannya (0,22 persen); barang dari kayu dan hasil hutan lainnya (0,14
persen); logam dasar besi dan baja (0,12 persen); serta tekstil, barang dari kulit
dan alas kaki (0,10 persen).
Untuk memperjelas peranan masing-masing sub sektor industri pada
sektor industri pengolahan tanpa migas dapat diketahui bahwa industri makanan,
minuman dan tembakau pada tahun 2008 mampu menyumbang 44,49 persen dari
seluruh nilai tambah yang diciptakan oleh sektor industri pengolahan non migas.
Urutan berikutnya adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar
29,22 persen dan industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 11,72
persen. Untuk sub sektor industri yang lain hanya mampu memberikan kontribusi
dibawah 10 persen terhadap nilai tambah sektor industri pengolahan. Sub sektor
industri tersebut adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; barang dari
kayu dan hasil hutan lain; kertas dan barang cetakan; logam dasar besi dan baja;
alat angkutan, mesin dan peralatannya; serta industri barang lainnya.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih
Sektor ini merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan
sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik di Padangsidimpuan
dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan produksi air bersih
dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kedua sub sektor
65
tersebut merupakan sub sektor yang membentuk PDRB di sektor listrik, gas dan
air bersih.
Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada lima tahun belakangan
ini mengalami fluktuasi yang tidak terlalu tinggi yang berkisar 3 persen. Pada
tahun 2009, pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan yaitu dari 2,31 persen
tahun 2008 menjadi 3,72 persen tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan tersebut
dipicu oleh pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor air bersih yang pada tahun
2009 ini mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu 8,23 persen. Hal tersebut
dikarenakan telah berdirinya PDAM baru yaitu PDAM Tirta Ayumi sehingga
terjadi penambahan cakupan pelanggan maupun distribusi air ke masyarakat di
luar cakupan PDAM Tirtanadi.
Diantara sektor-sektor ekonomi yang lain, sektor listrik, gas dan air bersih
merupakan sektor yang paling kecil kedua setelah sektor pertambangan dan
penggalian terhadap penciptaan PDRB di Kota Padangsidimpuan. Selama tahun
2004-2009, kontribusi sektor ini terhadap PDRB tercatat sebesar 0,89 persen
tahun 2004; 0,91 persen tahun 2005; 0,83 persen pada tahun 2006; 0,75 persen
tahun 2007;dan 0,69 persen tahun 2008 serta 0,65 tahun 2009. Peranan terbesar
dalam sektor ini disumbangkan oleh sub sektor listrik yaitu yang pada tahun 2009
ini mencapai sebesar 0,54 persen, sedangkan sub sektor air bersih hanya sebesar
0,14 persen.
66
e. Sektor Bangunan
Sebagai kota yang tergolong muda, Kota Padangsidimpuan sedang
berbenah diri melakukan pembangunan yang mencakup segala aspek terutama
yang menyangkut penyediaan infrastruktur bangunan fisik bagi kepentingan
pemerintahan dan masyarakatnya.
Sumbangan sektor bangunan terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan
menduduki peringkat ke tujuh dari sembilan sektor yang ada. Laju pertumbuhan
sektor bangunan dalam enam tahun belakangan ini selalu meningkat lebih dari 1
persen tiap tahunnya. Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,29
persen, tahun 2005 meningkat menjadi 6,26 persen, tahun 2006 menjadi 8,28
persen, tahun 2007 menjadi 9,96 persen, serta tahun 2008 menjadi 10,71 persen.
Hal tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kontribusi sektor bangunan
terhadap PDRB. Kontribusi sektor bangunan pada tahun 2004 hanya mencapai
4,30 persen; kemudian terus meningkat menjadi 4,98 persen di tahun 2009.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang
mempunyai sumbangan terbesar (leading sector) terhadap PDRB Kota
Padangsidimpuan. Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang
menghasilkan produk barang dan jasa.
Secara keseluruhan nilai tambah bruto sektor ini selama 2004-2009
tumbuh diatas 4 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang
67
mencapai 5,81 persen sedangkan tahun 2008 mengalami sedikit penurunan
menjadi 5,49 persen.
Demikian halnya untuk sub sektor perdagangan besar dan eceran juga
mengalami pertumbuhan tertinggi selama lima tahun terakhir pada tahun 2007
yaitu sebesar 8,19 persen. Angka pertumbuhan tersebut hampir dua kali lipat dari
pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 4,27 persen.
Secara umum, besarnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran
pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 yaitu 23,46
persen tahun 2008 menjadi 23,04 persen tahun 2009.
Sub sektor yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB dalam sektor
tersebut pada enam tahun ini adalah sub sektor perdagangan besar sebesar 13,83
persen di tahun 2008 kemudian diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 8,64
persen serta yang terakhir adalah sub sektor hotel sebesar 0,98 persen.
g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan
dan komunikasi memiliki peranan sebagai
pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan
sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa
telekomunikasi yang mampu menjadikan dunia tanpa batas. Sub sektor
transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian.
Pada tahun 2008, pertumbuhan sektor ini lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya
yaitu
sebesar
5,43
persen,
sedangkan
tahun
yang
lalu
pertumbuhannya mencapai 4,52 persen. Kenaikan pertumbuhan pada tahun 2008
68
tersebut terjadi karena kenaikan pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang naik
menjadi 4,16 persen sedangkan tahun sebelumnya sebesar 3,22 persen serta
kenaikan pertumbuhan sub sektor komunikasi yang naik menjadi 7,05 persen
sedangkan tahun 2007 sebesar 6,21 persen. Sebagai sektor yang mendukung
aktivitas sektor riil, sektor pengangkutan dan komunikasi berkaitan erat dengan
sektor-sektor lain. Pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh dinamisnya
mobilisasi masyarakat dan aktivitas ekonomi.
Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam pembentukan nilai
tambah bruto dalam PDRB berada di urutan empat. Besarnya kontribusi sektor ini
selama enam tahun belakangan ini selalu mengalami peningkatan. Tahun 2004,
sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 12,00 persen
meningkat menjadi 12,56 persen tahun 2005, meningkat menjadi 12,71 persen
tahun 2006, meningkat menjadi 12,87 persen tahun 2007 kemudian menjadi 13,20
persen tahun 2008 dan 12,59 persen pada tahun 2009.
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Secara garis besar sektor ini terbagi atas tiga kelompok kegiatan utama
yaitu usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan
bank, jasa penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan dan tanah. Sektor
ini disebut sebagai sektor financial, karena secara umum kegiatan utamanya
berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana
dari masyarakat maupun pengalirannya (penyalurannya) kembali kepada
masyarakat.
69
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam
enam tahun ini selalu meningkat. Tahun 2004, sektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 7,17 persen kemudian meningkat terus menjadi 11,33 persen ditahun
2008.
Pada tahun 2009, sub sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi
adalah sub sektor bank yaitu sebesar 17,92 persen, kemudian diikuti oleh sub
sektor jasa perusahaan sebesar 7,28 persen, sewa bangunan 5,27 persen, serta
lembaga keuangan bukan bank sebesar 2,88 persen.
Sumbangan yang diberikan sektor ini terhadap penciptaan PDRB pada
tahun 2009 ini sebesar 11,68 persen sedikit lebih tinggi dari pada tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 11,45 persen. Peranan sub sektor yang paling
besar dalam sektor ini adalah sub sektor bank yaitu sebesar 5,83 persen, diikuti
oleh sub sektor sewa bangunan sebesar 3,87 persen, sedangkan dua sub sektor
yang lain yaitu sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan sub sektor jasa
perusahaan masing-masing mempunyai peranan sebesar 1,60 persen dan 0,16
persen terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan.
i. Jasa – Jasa
Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa digolongkan menjadi dua sub sektor
yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum
mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan, dan jasa pemerintahan
lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lain. Sub sektor
70
jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, dan jasa
perorangan dan rumah tangga.
Pada tahun 2008, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,84 persen, sedikit
lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,05 persen.
Pertumbuhan untuk tiap sub sektornya adalah sub sektor pemerintahan tumbuh
sebesar 6,44 persen dan sub sektor swasta tumbuh sebesar 4,07 persen.
Sektor jasa-jasa ini merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap
PDRB Kota Padangsidimpuan setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Kontribusi yang disumbangkan sektor jasa-jasa terhadap PDRB pada tahun 2009
sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 17,95 persen
tahun 2008 naik menjadi 18,72 persen untuk tahun 2009.
Kontribusi yang diberikan dari sub sektor pemerintahan lebih besar dari
pada sub sektor swasta yaitu pada sub sektor pemerintahan sebesar 12,70 persen
sedangkan sub sektor swasta sebesar 5,25 persen. Peranan sub sektor swasta
dalam perkembangannya akan menjadi penting, terutama peranannya sebagai
pendukung aktivitas perekonomian dan pemerintahan domestik yang terus
meningkat seiring peningkatan pendapatan masyarakat pada masa mendatang.
71
B. Pembahasan dan Hasil
1. Uji Normalitas Data
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pertumbuhan
PAD
N
Pengeluaran
Ekonomi
Pembangunan
Daerah
12
12
12
3.9167
137.3500
717.2333
1.29603
44.26132
169.01591
Absolute
.260
.190
.138
Positive
.260
.182
.097
Negative
-.145
-.190
-.138
Kolmogorov-Smirnov Z
.902
.657
.477
Asymp. Sig. (2-tailed)
.390
.781
.977
Normal Parameters
a,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Menurut Singgih (2002), bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi
normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Menurut
Purbaya dan Ashari (2005), model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui sebaran data
yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan
(Nugroho, 2000).
Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov adalah salah satu cara untuk menguji goodness fit.
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai
72
sample (skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal,
uniform, atau poison).
Berdasarkan tabel One-Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat disimpulkan
bahwa :
a. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel
PAD adalah 0,902 dan 0,390 > 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal
ini berarti variabel PAD berdistribusi normal.
b. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel
Pengeluaran Pembangunan
adalah 0,657 dan 0,781 > 0,05. Dengan
demikian Ho diterima. Hal ini berarti variabel Pengeluaran Pembangunan
berdistribusi normal.
c. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel
Pertumbuhan Ekonomi adalah 0,477 dan 0,977 > 0,05. Dengan demikian
Ho diterima. Hal ini berarti variabel Pertumbuhan Ekonomi berdistribusi
normal
2. Uji Deskriptif
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PAD
12
2.50
6.20
3.9167
1.29603
Pengeluaran Pembangunan
12
70.20
188.60
137.3500
44.26132
Pertumbuhan Ekonomi
12
474.90
969.50
717.2333
169.01591
Daerah
Valid N (listwise)
12
73
Berdasarkan tabel Descriptive Statistics dapat diperoleh :
Nilai variabel PAD dari 12 observasi yang terendah adalah 2,5 milyar,
dan nilai tertinggi adalah 6,2 milyar, dan nilai rata-rata adalah 3.9167 milyar
dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah 1.29603.
Nilai variabel Pengeluaran Pembangunan dari 12 observasi yang
terendah adalah 70,2 milyar, dan nilai tertinggi adalah 188,6 milyar, dan nilai
rata-rata adalah 137.3500 milyar dengan nilai standar deviation (simpangan
baku) adalah 44.26132.
Nilai variabel Pertumbuhan Ekonomi dari 12 observasi yang terendah
adalah 474,9 milyar, dan nilai tertinggi adalah 969,5 milyar dan nilai rata-rata
adalah 717.2333 dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah
169.01591.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieritas
Tabel 4.8
Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Model
1 (Constant)
PAD
Pengeluaran
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
196.873
36.557
76.804
18.826
1.598
.551
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
5.385
.000
.589
4.080
.003
.207
4.841
.419
2.900
.018
.207
4.841
Pembangunan
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
74
Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Adanya kemiripan berarti adanya korelasi yang sangat kuat antar variabel
independen dengan variabel independen lainnya. Untuk mengetahui hal tersebut
dapat dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1.
1) Nilai VIF variabel PAD adalah 4.841< 10 dan nilai Tolerance adalah
0,207 > 0,1, maka model regresi linier berganda terbebas dari asumsi
multikolinieritas.
2) Nilai VIF variabel Pengeluaran Pembangunan adalah 4.841< 10 dan
nilai Tolerance adalah 0,207 > 0,1, maka model regresi linier berganda
ini terbebas dari asumsi multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.980
.961
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.953
36.77749
Durbin-Watson
1.408
a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui adanya tidak korelasi
variabel pengganggu e1 pada periode tertentu dengan variabel pengganggu
periode sebelumnya (e1-1). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat
75
dilihat dari nilai Durbin Watson. Jika Durbin Watson berada di daerah no
Autoccorelasi dengan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2 ,
maka model regresi terbebas dari autokorelasi. Berdasarkan tabel Summary diatas
dan dengan jumlah variabel bebas (k) = 2 dan n = 12, maka dapat diketahui nilai
Durbin Watson adalah sebesar 1,408, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi terbebas dari asumsi autokorelasi.
c. Heterokedastisitas
Cara melihat regresi terbebas atau tidaknya dari asumsi heterokedastisitas
dapat dilihat melalui beberapa cara diantaranya adalah melalui penyebaran
scatterplot sebagai berikut: Pada scatterplot di bawah ini menunjukkan bahwa :
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
Pada scatterplot di bawah ini menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari
asumsi heterokedastisitas.
Gambar 4.1 Grafik hasil Uji Heterokedastisitas
76
4. Uji Statistik
a. Uji Statistik t (Parsial)
t-test atau Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap varaiabel
dependen. Dimana t tabel dihitung dengan cara df = n-k, k adalah jumlah variabel
independen. df = 12-2, Ttabel = 5,38 Berdasarkan tabel 4.8 Coefficients di atas
menunjukan bahwa :
1) Nilai t hitung variabel PAD (X1) adalah 4,080 < nilai t tabel = 5,38 dan
nilai signifikan 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal
ini berarti bahwa variabel PAD (X1) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y).
2) Nilai t hitung variable Pengeluaran Pembangunan (X2) adalah 2,900 <
nilai t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Pengeluaran Pembangunan
(X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Dengan Persamaan regresinya sebagai berikut :
Y= α + β1X1 + β2X2 + e atau
Pertumbuhan ekonomi = α + β1PAD+ β2Pengeluaran Pembangunan + e
Pertumbuhan ekonomi = 196.873 +
76.804 PAD +
1.598 Pengeluaran
Pembangunan + e
77
b. Uji Statistik F (Simultan)
Tabel 4.10
Uji Simultan F-test
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
302056.891
2
151028.445
12173.256
9
1352.584
314230.147
11
F
111.659
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Uji Simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F
dapat dilihat pada tabel diatas, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H1
diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05
maka H0 diterima dan menolak H1.
Berdasarkan tabel Anova
di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung
adalah sebesar 111.659 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05, maka Ho ditolak
dan H1 diterima, Hal ini berarti bahwa antara variabel Pendapatan Asli Daerah
(PAD) (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Y).
78
c. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R square digunakan untuk
melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel
dependen.
Berdasarkan tabel 4.9 besarnya nilai koefisien determinasi antara
variabel PAD (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) terhadap
variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y) adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini
berarti bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y) dapat dijelaskan oleh variabel
PAD (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) adalah sebesar 95,3 %
selebihnya 4,7 % (100% - 95,3 % = 4,7 %) berasal dari variabel lain atau faktor
lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Besarnya nilai koefisien determinasi antara Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Pengeluaran Pembangunan
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti bahwa
Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan variabel Pengeluaran Pembangunan adalah sebesar 95,3 %
selebihnya 4,7 % berasal dari faktor lain yang tidak diteliti dalam
model regresi ini.
2. Nilai t hitung variabel PAD adalah 4,080 < nilai t tabel = 5,38 dan
nilai signifikan 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Hal ini berarti bahwa variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap
variabel Pertumbuhan Ekonomi.
3. Nilai t hitung variable Pengeluaran Pembangunan adalah 2,900 < nilai
t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Pengeluaran
Pembangunan berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan
Ekonomi.
80
B. Saran
Sehubungan dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam:
1. Mengusahakan kemajuan pertumbuhan ekonomi Kota Padangsidimpuan
untuk selalu berusaha meningkatkan jumlah PDRB, yaitu melalui upaya
pengembangan sektor primer (pertanian) dengan sistem irigasi yang akan
mampu menjamin peningkatan produk petanian secara berkelanjutan.
Kemudian peningkatan sektor-sektor yang mempunyai potensi besar
namun belum memberi kontribusi yang maksimum seperti sektor
penggalian atau bisa juga sektor industri diharapkan tetap harus mendapat
perhatian serius, karena bahan baku yang tersedia cukup berlimpah.
2.
Mengupayakan
peningkatan
pendapatan
asli
daerah
Kota
Padangsidimpuan yang memang semestinya dibarengi dengan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat dengan perbaikan fasilitas objek pajak yang
ada, kemudian pengembangan pariwisata Kota Padangsidimpuan sudah
saatnya untuk dilakukan, hal itu sebagai alternatif penambahan objek pajak
baru. Selanjutnya yang menyangkut kebutuhan penting masyarakat adalah
pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk merangsang masyarakat dalam
membayar retribusi.
Meningkatkan efisien dan efektivitas penggunaan anggaran belanja
pembangunan serta lebih bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan
daerahnya. Terutama diharapkan perhatian dari pemerintah daerah Kota
Padangsidimpuan untuk dapat memberikan sarana dan pasarana pada
81
pembangunan jalan serta pembangunan sumber daya manusia yang lebih
merata, sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati masyarakat seluruhnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 peubahan kedua
atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Jakarta
Anwar, Arsjad Moh. 1986. Prospek Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek
1986/1987. Jakarta: UI-Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan Edisi 5 . UPP STIM YKPN, 2010
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Bungin, Burhan. Metologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenoda Media Group,
Jakarta, 2010.
BPS. Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2008 : Badan
Pusat Statistik.
-----. Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun 2005-2009 : Badan
Pusat Statistik.
-----. Padangsidimpuan dalam angka Tahun 2009 : Badan Pusat Statistik.
-----, Statistik Kota Padangsidimpuan Tahun 2009 : Badan Pusat Statistik
-----, Statistik Kota Padangsidimpuan Tahun 2008 : Badan Pusat Statistik
Davey, Kenneth. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta: UI-Press.
Fahrurrazy. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kab.
Aceh Utara Dengan Pendapatan Sektor Pembentuk PDRB. Tesis, Pascasarjana
USU, 2009.
Ghozali, Imam, ”Aplikasi Multivariate
Diponegoro, Semarang : 2009
Program
SPSS”,
Universitas
83
Hamidy Harahap, Basyral. 2003. Padangsidimpuan Menghadapi Tantangan
Zaman..PUSTAKA, Bandung.
Hasan, Said Hamid. 1994. Pendidikan IPS 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Musgrave, Richard A. 1999. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga.
Mustafa,
Hasan.
2002.
(http://search.yahoo.com).
SDM
dan
Otonomi
Daerah.
(Online),
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Yogyakarta : 2004
Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS”, ANDI, Yogyakarta : 2005.
Prasetyo, Bambang dan Lina, M Janah. Metode Penelitian Kuantitatif (teori dan
implikasi).Rajawali Pers, Jakarta. 2005.
Prayitno, Hadi. 1989. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE.
Santoso, Singgih, “SPSS Mengolah data statistic secara professional”, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta : 2002.
Suparmoko, M. 1999. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
BPFE.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung, 2009.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Todaro, P Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga
Uyanto, Stanislaus S, 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta;
Graha Ilmu.
Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
84
Lampiran I
Jumlah pendapatan asli daerah (PAD), Pengeluaran pembangunan dan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah)
Tahun
2004 a
2004 b
2005 a
2005 b
2006 a
2006 b
2007 a
2007 b
2008 a
2008 b
2009 a
2009 b
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
2.5
2.7
2.6
2.8
3
3
4.4
4.6
4.7
4.9
5.6
6.2
Pengeluaran
Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi
Daerah
70.2
86.2
89.8
91.8
116.5
136.5
157.5
177.5
182.6
188.6
180.5
170.5
474.9
514.9
545.6
595.6
640.4
680.4
715.9
795.9
862.1
882.1
929.5
969.5
Sumber : BPS, Dispenda, Bappeda Kota Padangsidimpuan
85
Lampiran II Hasil Analisis Frekuensi deskriptif
Frequencies
Statistics
PAD
N
Valid
Pengeluaran
Pertumbuhan
Pembangunan
Ekonomi Daerah
12
12
12
0
0
0
Missing
Frequency Table
PAD
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2.50
1
8.3
8.3
8.3
2.60
1
8.3
8.3
16.7
2.70
1
8.3
8.3
25.0
2.80
1
8.3
8.3
33.3
3.00
2
16.7
16.7
50.0
4.40
1
8.3
8.3
58.3
4.60
1
8.3
8.3
66.7
4.70
1
8.3
8.3
75.0
4.90
1
8.3
8.3
83.3
5.60
1
8.3
8.3
91.7
6.20
1
8.3
8.3
100.0
Total
12
100.0
100.0
86
Pengeluaran Pembangunan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
70.20
1
8.3
8.3
8.3
86.20
1
8.3
8.3
16.7
89.80
1
8.3
8.3
25.0
91.80
1
8.3
8.3
33.3
116.50
1
8.3
8.3
41.7
136.50
1
8.3
8.3
50.0
157.50
1
8.3
8.3
58.3
170.50
1
8.3
8.3
66.7
177.50
1
8.3
8.3
75.0
180.50
1
8.3
8.3
83.3
182.60
1
8.3
8.3
91.7
188.60
1
8.3
8.3
100.0
12
100.0
100.0
Total
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
474.90
1
8.3
8.3
8.3
514.90
1
8.3
8.3
16.7
545.60
1
8.3
8.3
25.0
595.60
1
8.3
8.3
33.3
640.40
1
8.3
8.3
41.7
680.40
1
8.3
8.3
50.0
715.90
1
8.3
8.3
58.3
795.90
1
8.3
8.3
66.7
862.10
1
8.3
8.3
75.0
882.10
1
8.3
8.3
83.3
929.50
1
8.3
8.3
91.7
969.50
1
8.3
8.3
100.0
87
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
474.90
1
8.3
8.3
8.3
514.90
1
8.3
8.3
16.7
545.60
1
8.3
8.3
25.0
595.60
1
8.3
8.3
33.3
640.40
1
8.3
8.3
41.7
680.40
1
8.3
8.3
50.0
715.90
1
8.3
8.3
58.3
795.90
1
8.3
8.3
66.7
862.10
1
8.3
8.3
75.0
882.10
1
8.3
8.3
83.3
929.50
1
8.3
8.3
91.7
969.50
1
8.3
8.3
100.0
12
100.0
100.0
Total
88
89
Descriptives
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PAD
12
2.50
6.20
3.9167
1.29603
Pengeluaran Pembangunan
12
70.20
188.60
137.3500
44.26132
Pertumbuhan Ekonomi
12
474.90
969.50
717.2333
169.01591
Daerah
Valid N (listwise)
12
90
Lampiran III Hasil Analisis Regresi
Regression
Variables Entered/Removed
Variables
Variables
Entered
Removed
Model
1
Pengeluaran
Method
. Enter
Pembangunan,
PAD
a
a. All requested variables entered.
b
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.980
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.961
.953
Durbin-Watson
36.77749
1.408
a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
302056.891
2
151028.445
12173.256
9
1352.584
314230.147
11
F
111.659
Sig.
a
.000
a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
91
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
PAD
Coefficients
Std. Error
Beta
196.873
36.557
76.804
18.826
1.598
.551
Pengeluaran Pembangunan
t
Sig.
5.385
.000
.589
4.080
.003
.419
2.900
.018
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
PAD
.207
4.841
Pengeluaran Pembangunan
.207
4.841
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Dimensi
Pengeluaran
Model
on
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
PAD
Pembangunan
1
1
2.933
1.000
.01
.00
.00
2
.057
7.145
.99
.06
.05
3
.010
17.371
.00
.94
.95
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
92
a
Residuals Statistics
Minimum
Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
501.0925
945.5900
717.2333
165.70974
12
-70.66377
36.93993
.00000
33.26649
12
Std. Predicted Value
-1.304
1.378
.000
1.000
12
Std. Residual
-1.921
1.004
.000
.905
12
Residual
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Charts
93
Lampiran IV Hasil Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PAD
N
Normal Parameters
a,,b
Pertumbuhan
Pembangunan
Ekonomi Daerah
12
12
12
3.9167
137.3500
717.2333
1.29603
44.26132
169.01591
Absolute
.260
.190
.138
Positive
.260
.182
.097
Negative
-.145
-.190
-.138
Kolmogorov-Smirnov Z
.902
.657
.477
Asymp. Sig. (2-tailed)
.390
.781
.977
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Pengeluaran
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
94
Download