PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN (2004-2009) Skripsi Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I Oleh : M Ribai Subhanda Lubis 106084003606 ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN (2004-2009) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Oleh M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. DR Abdul Hamid MS Dr. Lukman M.Si ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 i Pada hari kamis Tanggal 17 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi “PENGARUH PENGELUARAN PENDAPATAN ASLI PEMBANGUNAN DAERAH TERHADAP (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 20042009”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Maret 2011 Tim Penguji Ujian Skripsi Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua Utami Baroroh, M.Si Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid MS Pembimbing I Dr. Lukman, M.Si Pembimbing II Dr. Suhenda Wiranata, ME Penguji Ahli ii Pada hari jumat tanggal 28 Januari 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama M Ribai Subhanda Lubis NIM: 106084003606 dengan judul skripsi “PENGARUH PENGELUARAN PENDAPATAN ASLI PEMBANGUNAN DAERAH TERHADAP (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 20042009”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 28 Januari 2011 Tim Penguji Komprehensif Dr. Lukman M.Si Penguji I Fitri Amalia, S.Pd, M.Si Penguji II Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Penguji Ahli iii SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : M Ribai Subhanda Lubis Nim : 106084003606 Jurusan : Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009” adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 1 Maret 2011 (M Ribai Subhanda Lubis) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA DIRI Nama : M Ribai Subhanda Lubis Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 20 November 1987 Jenis Kelamin : Laki-Laki Anak ke : 4 dari 5 bersaudara Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat Asal : Jl.Imam Bonjol Gg Swadaya No.18 Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Alamat Sekarang : Jl.Sedap Malam No.17 RT 08 RW 08 Ciputat Telepon/HP : 021-92094685 / 081383511174 RIWAYAT PENDIDIKAN TK Masytoh Padangsidimpuan : 1992-1993 SDN 12 Padangsidimpuan : 1993-1999 SMPN 1 Padangsidimpuan : 1999-2002 SMAN 1 Padangsidimpuan : 2002-2005 ORGANISASI Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan dan Sekitar (KOMPASS) Jakarta v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah senantiasa memberikan rahmat yang berlimpah kepada penulis, sehinnga penulis diberikan kemampuan, kekuatan, serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar kita Baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat kurikulum sarjana strata satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara lain : 1. Alm Drs. Mawardi Lubis (Ayah) dan Dra. Hj. Hasni Delaila Harahap (Mama) atas segala doa, Nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tak ada hentinya dicurahkan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS, Selaku Dosen Pembimbing I, yang juga selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pikiran yang Bapak berikan selama membimbing penulis. vi 3. Bapak Dr. Lukman M.si, Selaku Dosen Pembimbing II, serta selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas segala nasehat dan bimbingan Bapak selama ini. 4. Ibu Utami Baroroh.M.Si, selaku sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM dan Dr. Suhenda Wiranata, ME. Sebagai Ketua penguji dan Penguji Ahli Ujian Skripsi. Serta Ibu Fitri Amalia, S.Pd, M.Si sebagai Penguji Ujian Komprehensif. 6. Ibu Lilih dan Ibu Dewi di jurusan IESP, Terima kasih atas pelayanan akademik penulis selama ini. 7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP). 8. Abang, Kakak dan Adikku : M Riza Semaryan Lubis, Mahrani Fauziah Lubis, M Ristiadi Suhari Lubis, dan Mawaddah Faliha Lubis yang selalu memberikan kasih sayang serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis. 9. Keluarga Besar Alm H. Ali Idris Lubis dan Keluarga Besar Alm H. Hasanuddin Harahap. Terima kasih atas doa dan bantuannya selama ini. Serta Adik Dwi Mora, Najogi, Nabisuk, dan Natama yang selalu memberikan harihari yang ceria kepada penulis. vii 10. ATDEEEHH…!! SOCIETY, Zaka (Cakung), Rezi, Ikel, Awank, Iwan “Pul”, Reza, Arsy, Randi “B-dul”, Zidney “Pepenk”, Bakar “Mike”, Aris Ombak dan Atdeeehh…!! lain yang belum disebutin satu per satu yang selalu memberikan keceriaan dan semangatnya. 11. Teman-teman di jurusan IESP angkatan 2006, Babeh, Fadly, Ajun, Zahra, Wulan, Maria, Vera, Ifad, Tunjung, Savi, Laras, Yeni dan lain-lain. Terima kasih atas dukungannya, Dan Seluruh Keluarga Besar Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP). 12. Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU) Jakarta, Bang Fadlyka (Bre), Bang Raidong, Zulhamdi, Syarif, Pajrin, Andre, Irsyad, Ardhy, Arif, Affan, Munawar, Ayu, Igha, Ikmal dan Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan dan Sekitar (KOMPASS) Jakarta, Zaki, Mora, Riskon, Agef, Icham, Dewi dan Evri Serta teman-teman “Sedap Malam Crew”, Ismar, Azhar dan Ferdy terima kasih atas dukungan yang kalian berikan. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini namun tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, Februari 2011 Penulis viii ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan data dalam kurun waktu 2004-2009. Hasil dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisa regresi berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library Research. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji R2 yang sudah disesuaikan, uji F, dan uji t. Hasil data penelitian ini menunjukan bahwa nilai signifikan Pendapatan Asli Daerah 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa PAD berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan nilai signifikan pada pengeluaran pembangunan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa Pengeluaran Pembangunan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dan melihat besarnya nilai koefisien determinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti bahwa Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan adalah sebesar 95,3 % selebihnya 4,7 % berasal dari faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini. . Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. ix ABSTRACT The purpose of this research is to understand and analyze how much influence local revenue and development expenditure on economic growth areas in the city Padangsidimpuan by using data in the period 2004-2009 The results in this study in the analysis by using multiple regression analysis. Sampling method used in this study is library research. To test this hypothesis, researchers used a test that has been adjusted R2, F test and t test. The results of this research data shows that significant value region income 0,003 < α = 0,05, Then Ho is rejected and H1 accepted. This means that the local revenue have a significant effect on economic growth and significant value in development spending 0,018 < α = 0,05, then Ho is rejected and H1 accepted. This means that the development expenditure significant effect on economic growth. And at the size of the coefficient of determination between local revenue and development expenditure on economic growth amounted to 0,953 0r 95,3 %. This means that economic growth can be explained by revenue and development expenditure amounted to 95,3 %, The remaining 4,7 % came from other factors not examined in this regression model. Keywords : Local Revenue, Development Expenditure and Economic Growth Region. x DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………... ii LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF…………………… iii SURAT PERNYATAAN………………………………………….. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………….. v KATA PENGANTAR……………………………………………... vi ABSTRAK………………………………………………………… ix ABSTRACT……………………………………………………….. x DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi DAFTAR TABEL…………………………………………………. xiii DAFTAR GAMBAR……………………………………………… xiv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………… 1 A. B. C. D. Latar Belakang ………………………………………… Perumusan Masalah …………………………………… Tujuan Penelitian ……………………………………… Manfaat Penelitian …………………………………...... 1 6 6 7 BAB II LANDASAN TEORI …………………………………….. 8 A. Landasan Teori ………………………………………… 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ………………... 2. Pengeluaran Pembangunan …………………….. 3. Pertumbuhan Ekonomi ………………………… 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ……. 5. Penelitian Terdahulu...………………………….. 6. Kerangka Berfikir ……………………………… B. Hipotesis ……………………………………………….. BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………. A. B. C. D. E. Ruang Lingkup Penelitian……………………………… Metode Penetuan Sampel ……………………………… Metode Pengumpulan Data ……………………………. Metode Analisis Data ………………………………….. Operasional Variabel Penelitian………………………… xi 8 8 11 12 16 21 27 31 32 32 32 33 33 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………… A. Gambaran dan Perkembangan Kota Padangsidimpuan… 1. Sejarah Kota Padangsidimpuan………………… 2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan………… 3. Keadaan Demografi Kota Padangsidimpuan….... 4. Potensi Alam Kota Padangsidimpuan………….. 5. Keadaan PAD Kota Padangsidimpuan…………. 6. Keadaan Pengeluaran Pembangunan Kota Padangsidimpuan………………………………. 7. Keadaan PDRB Kota Padangsidimpuan……….. B. Pembahasan dan Hasil…………………………………... 1. Uji Normalitas Data…………………………….. 2. Uji Deskriptif……………………………………. 3. Uji Asumsi Klasik………………………………. a. Multikolinieritas……………………………. b. Autokorelasi………………………………... c. Heteroskedastisitas…………………………. 4. Uji Statistik……………………………………… a. Uji Statisti t (Parsial)……………………….. b. Uji Statistik F (Simultan)…………………... c. Koefisien Determinasi……………………… 42 42 42 44 45 48 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………. 80 A. Kesimpulan……………………………………………… B. Saran…………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii 57 59 72 72 73 74 74 75 76 77 77 78 79 80 81 DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 1.1 Jumlah pendapatan asli daerah, Pengeluaran pembangunan dan Pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan…………………. 4 2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………………... 22 4.1 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Padangsidimpuan………………………………………………. ….. 46 4.2 komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan…………………………………………………… 53 4.3 PAD dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan……………… 56 4.4 Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan………………………………………………….... 57 4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Padangsidimpuan…………………………………………… 61 4.6 Hasil Uji Normalitas Data…………………………………………… 72 4.7 Hasil Uji Deskriptif………………………………………………….. 73 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas……………………….……….…………. 74 4.9 Hasil Uji Autokorelasi……………………………………….………. 75 4.10 Hasil Uji F (Simultan)…..……………………………………….….. 78 xiii DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berfikir……………………………………………… 30 4.1 Grafik hasil Uji Heterokedastisitas……………………….…… 76 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah terwujudnya kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial sebagaimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Bahwa dengan adanya proses pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu diharapkan adanya perubahan yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Sedangkan terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat diukur dari tingkat pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, politik dan keamanan, Artinya serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, bersama sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. (Fahrurrazy, 2009:11). Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Arsyad, 2010:374). 1 Dengan diberlakukannya UU No.12 Tahun 2008 perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana dan promotor pembangunan di daerah untuk mengatur dan menentukan sendiri kegiatan pembangunan wilayah yang sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat setempat. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang semakin baik.(BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan). Selanjutnya sebagai komitmen Pemerintah Kota Padangsidimpuan melalui otonomi daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian agar terciptanya kesejahteraan masyarakat khususnya sebagai kontribusi pada kesejahteraan nasional umumnya dilakukan dengan pelaksanaan pembangunan wilayah yang terencana, terarah dan berkesinambungan berdasarkan pada pedoman RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), Renstrada (Rencana Strategi Lima Tahun Daerah) dan Renja (Rencana Kerja Tahunan Daerah). Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi 2 pembangunan ekonomi di daerah yang telah dilaksanakan maupun dalam perumusan perencanaan di masa yang akan datang. Berbicara mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai otonomi daerah. Otonomi daerah menurut UU No. 12 Tahun 2008 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dalam menghadapi kondisi otonomi daerah, maka Kota Padangsidimpuan harus memiliki kesiapan dan kemantapan sumber-sumber dana bagi pembiayaan pembangunan yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan Kota Padangsidimpuan menjadi daerah yang mandiri dari ketergantungan pemerintah pusat. 3 Tabel 1.1 Jumlah pendapatan asli daerah (PAD), Pengeluaran pembangunan dan Perumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah) Tahun 2004 a 2004 b 2005 a 2005 b 2006 a 2006 b 2007 a 2007 b 2008 a 2008 b 2009 a 2009 b Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.5 2.7 2.6 2.8 3 3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.6 6.2 Pengeluaran Pembangunan 70.2 86.2 89.8 91.8 116.5 136.5 157.5 177.5 182.6 188.6 180.5 170.5 Pertumbuhan Ekonomi Daerah 474.9 514.9 545.6 595.6 640.4 680.4 715.9 795.9 862.1 882.1 929.5 969.5 (Sumber : BPS, Dispenda, Bappeda Kota Padangsidimpuan) Angka-angka pertumbuhan yang telah tercapai tersebut tidak menjadikan pemerintah daerah menjadi puas dan berdiam diri. Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Padangsidimpuan sangat dibutuhkan adanya peran aktif pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam mengelola keuangan daerah dan pendapatan asli daerah. Berdasarkan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 sampai dengan 2009, peningkatan pendapatan asli daerah dari Rp. 5.236.214.144.- pada tahun 2004 menjadi Rp. 5.493.385.199.pada tahun 2005, selanjutnya untuk tahun 2006 sebsar Rp. 6.127.853.838.seterusnya tahun 2007, 2008 dan 2009 masing-masing Rp.9.028.230.054.-, Rp 9.654.590.648.- dan Rp 11.836.009.085,- 4 Seiring dengan kondisi tersebut mendorong pemerintah daerah untuk terus berupaya menggerakkan perekonomian dengan menggunakan pengeluaran pembangunan secara efektif dan efisien. Jumlah pengeluaran pembangunan tahun 2004 – 2009 sebesar Rp 156.321.274.965,- pada tahun 2004, tahun 2005 sebesar Rp 181.714.595.773,- tahun 2006 sebesar Rp 252.988.542.764,- dan pada tahun 2007 sebesar Rp 334.964.313.203,- seterusnya tahun 2008 dan 2009 masingmasing sebesar Rp 371.128.328.892,- dan Rp 351.051.345.089,- dari jumlah pengeluaran pembangunan tersebut menghasilkan pertumbuhan dari tahun 2004 – 2008 dan pada tahun 2009 mengalami defisit. Berdasarkan pada Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun 2009, dapat diketahui bahwa program-program yang dijalankan pemerintah daerah telah menunjukkan hasil yaitu berdasar pada penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku yang tercatat di Kota Padangsidimpuan selama enam tahun dari 2004 2009 yaitu pada tahun 2004 sebesar 989,8 milyar , sedangkan pertumbuhan tahun berikutnya hingga tahun 2008 masing-masing adalah 1,14 trilyun pada tahun 2005; 1,32 trilyun tahun 2006; 1,51 trilyun tahun 2007 , 1,74 trilyun tahun 2008 dan 1,89 trilyun pada tahun 2009. Oleh karena itu dengan meninjau kembali pertumbuhan pengeluaran pembangunan di Kota Padangsidimpuan yang tidak banyak diikuti dengan pertumbuhan ekonominya, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian di Kota Padangsidimpuan. 5 Berangkat dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti : "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2009 ". B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan? 2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan? 3. Berapa besar pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Padangsidimpuan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan. 2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di kota Padangsidimpuan. 6 3. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Kota Padangsidimpuan. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ; Manfaat Ilmiah 1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan pembangunan daerah. 2. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang peneliti dapatkan diperkuliahan. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pelaksanaan pembangunan daerah. Manfaat Praktis Bagi pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dan pedoman dalam pengambilan kebijakan-kebijakan dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan (UU No. 33 Tahun 2004 : 213). Sumber pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang ini meliputi : a. Pajak daerah b. Retribusi daerah c. Pengelolaan kekayaan daerah yang terpisah d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Ahmad Yani, 2002: 39). Menurut Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan (2008;10) pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan yang harus selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD akan sangat berperan dalam rencana kemandirian pemerintah daerah yang tidak ingin terlalu tergantung dari APBN. Kemajuan daerah dalam memajukan 8 perekonomian daerahnya terlihat dari perkembangan PAD yang positif disisi penerimaannya dan peranannya dari tahun ke tahun makin meningkat. Jadi pengertian Pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Pendapatan Asli Daerah meliputi : 1) Pajak daerah Pengertian pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk. Misalnya: pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan dan lain-lain (Suparmoko, 1999: 94). Menurut Rochmat Soemitro, mengemukakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal yang langsung dapat ditujukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Erly Suandy, 2002: 10). Selanjutnya dapat diartikan mengenai pajak daerah sebagai berikut: a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri, b. Pajak yang dipungut berdasarkan pengaturan nasional tetapi penetepan tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah, 9 c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah, d. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada, dibagi hasilkan dengan, atau dibebani pungutan tambahan (opsen) oleh Pemerintah Daerah (Kenneth Davey, 1988: 39). Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Erly Suandy, 2002: 258). 2) Retribusi daerah Sumber pendapatan asli daerah yang kedua adalah retribusi daerah. Retribusi adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut, misalnya: uang langganan air minum, uang langganan listrik (Suparmoko, 1999: 94). Retribusi daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang diselesaikan oleh pemerintahan daerah (Erly Suandy, 2002: 258). Sedangkan di dalam (Ahmad Yani, 2002: 55) mengemukakan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus 10 disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 3) Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan seperti bagian laba, deviden dan penjualan saham milik daerah (HAW. Wijaya, 2002: 110). 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi: a) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan b) jasa giro c) pendapatan bunga d) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan e) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan barang dan/atau jasa oleh daerah. (UU No. 33 Tahun 2004: 217) 2. Pengeluaran Pembangunan Pengeluaran Pembangunan, adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang non konsumtif, berbentuk investasi dalam proyek-proyek, baik dalam bentuk proyek fisik seperti pembangunan bendungan air maupun non fisik seperti proyek- 11 proyek dalam pengembangan pendidikan, keagamaan dan sebagainya. Pelaksanaan belanja pembangunan dirinci ke dalam sektor-sektor, tiap-tiap sektor dibagi ke dalam subsektor, masing-masing subsektor dirinci ke dalam program proyek, dan akhirnya untuk masing-masing proyek dirinci lagi ke dalam bagian anggaran (Said Hamid Hasan, 1994: 235). Pada dasarnya pengeluaran pembangunan merupakan wahana untuk mewujudkan kesejahteraan. Dengan kata lain, untuk meningkatkan kemakmuran secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Kreteria ini sekaligus berarti perluasan lapangan dan kesempatan kerja (Moh. Arsjad Anwar, 1986: 69). Jadi pengeluaran pembangunan dalam penelitian ini adalah pengeluaran pembangunan yang ditujukan untuk membiayai proses perubahan yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju ke arah yang ingin dicapai. Kamudian indikator pengeluaran pembangunan dalam hal ini adalah berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor. 3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menurut Simone Kuznets (2004;57) adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu 12 sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Definisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang suatu bangsa secara terus-menerus; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat Selanjutnya dijelaskan bahwa kenaikan output yang secara berkesinambungan yang terkandung dalam definisi tersebut adalah perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) di suatu negara yang bersangkutan. Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu: a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh. b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 13 c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barangbarang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn, 2010:64-67). Menurut pendapat lain pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga aspek yang ditekankan yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa ada aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya yaitu suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan aspek yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan 14 yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Kemudian aspek ketiga adalah perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup lama (10, 20, 50 tahun bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita. Oleh karena itu proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generation yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu menelurkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode - periode selanjutnya (Boediono, 1999: 1). Berdasarkan dua pengertian pertumbuhan ekonomi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat terjadi jika suatu negara atau suatu daerah mampu menyediakan barang ekonomi bagi penduduknya, akibat dari hasil penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam jangka panjang dan pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan pendapatan perkapita. Oleh karena itu angka total pendapatan perkapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara (M.P. Todaro, 2000: 52). Berbicara mengenai pendapatan regional perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga biaya faktor dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada umumnya indikator ini disajikan dari angka atas dasar harga berlaku, walaupun sebetulnya masih mengandung perubahan harga barang dan jasa, nilai tambah yang diciptakan masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang ( Boediono, 1999: 1 ). 15 Berdasarkan pengertian di atas pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertumbuhan output regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita yang mendorong kegiatan ekonomi lainnya dan pada gilirannya akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan serta peluang berusaha dalam waktu jangka panjang. Kemudian sebagai salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) a. Pengertian PDRB Menurut Badan Pusat Statistik (2008;55) pengertian PDRB adalah dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan tersebut menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan dari empat kata yaitu: 1) Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa, 2) Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan, 16 3) Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan, 4) Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan. Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti PDRB adalah seluruh nilai produksi kotor baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh faktorfaktor produksi yang beroperasi dalam suatu wilayah, biasanya dihitung pada suatu periode tertentu. b. PDRB dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu Pendapatan Domestik Regional Bruto dan Pengeluaran Domestik Regional Bruto. Dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa jumlah nilai produksi merupakan jumlah pendapatan yang sekaligus juga jumlah pengeluaran. 1) PDRB dari sisi pendapatan artinya jumlah pendapatan ini merupakan komponen-komponen nilai tambah yaitu; upah/gaji, sewa tanah, dan keuntungan usaha. 2) PDRB dari sisi pengeluaran merupakan jumlah seluruh pengeluaran baik oleh rumah tangga, pemerintah maupun lembaga (non profit) termasuk pengeluaran yang merupakan pembentukan 17 modal bruto, selisih ekspor dan selisih persediaan barang (stok), (BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan). c. Tahun Dasar, Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun dasar adalah tahun dimana nilai-nilai agregatnya dijadikan sebagai acuan untuk menghitung nilai-nilai agregat konstan tahun-tahun berikutnya. Tujuan dari sistem penyajian yang dibedakan atas dasar harga berlaku (adhb) dan atas dasar harga konstan (adhk) adalah untuk mengetahui perkembangan nilainilai agregat baik secara nominal maupun secara riil dibandingkan terhadap keadaan pada tahun dasar. Terminologi harga berlaku dan harga konstan merupakan sistem penyajian tabel-tabel statistik PDRB. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa agregat-agregat dinilai terhadap harga yang berlaku pada tahun berjalan, sedangkan penyajian atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa agregatagregat dinilai terhadap harga pada tahun dasar (BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan). d. Teori Metode Perhitungan PDRB Untuk menghitung PDRB secara garis besar ada dua metode yang dapat digunakan yaitu: 1) Metode Langsung, dapat digunakan tiga macam pendekatan sebagai berikut: 18 a. Pendekatan Produksi ( Production Approach ) PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto(NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu wilayah/region dalam suau periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB adalah nilai produksi bruto (NPB/output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. b. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach ) PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah/region dalam suatu periode tertentu,biasanya satu tahun. Berdasarkan pengerian tersebut, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian ini termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung neto. c. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach ) PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stock dan ekspor neto, di dalam suatu 19 wilayah/region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa diproduksi. 2) Metode Alokasi (Metode Tidak Langsung) Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan sangat saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah., (BPS, Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan). a. Penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/Output dengan biaya antara masing 20 masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor dan sektor. b. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan Penghitungan atas dasar harga konstan pengertiannya sama dengan atas dasar harga berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga suatu tahun dasar tertentu. NTB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu daerah dari tahun ke tahun. 5. Penelitian Terdahulu Perlu dilakukan pengkajian atas hasil-hasil terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. 21 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Judul Peneliti Analisis faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Studi komparatif : Kabupaten tapanuli selatan dan Kabupaten Langkat) Junawi Hartasi Saragih Variabel X1 : Pengeluaran Pemerintah X2 : Tingkat Pendidikan X3 : Nilai tambah industri. Y: Pertumbuhan ekonomi. Metode Hasil Hasil estimasi data time series dengan model ordinary last square (OLS) Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan dan nilai tambah industri (besar/sedang) di Kab. Tapanuli selatan dan Kab. Langkat cenderung mengalami peningkatan. Variabel pengeluaran pemerintah, tingkat pendidikan dan nilai tambah industri mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kab. Tapanuli selatan dan Kab. Langkat. 22 2. Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 19752004 Diyah Utami X1 : Pengeluaran rutin X2 : Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Y: Pertumbuhan Ekonomi. uji kointegrasi Engel-Granger dan analisis jangka pendek dengan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan hasil penelitian, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek variabel pengeluaran rutin pemerintah mempunyai pengaruh yang negative dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pada periode penelitian pengeluaran rutin pemerintah bersifat tidak produktif dan sebagian besar didominasi oleh pengeluaran untuk pembayaran cicilan dan bunga utang. Dengan demikian pemerintah harus lebih fokus untuk mengurangi atau bahkan menghentikan ketergantungan terhadap utang, 23 3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi Pendapatan periode 19942003 Nur Asri X : Pengeluaran Pemerintah. Y1 : Pertumbuhan Ekonomi Y2 : Distribusi Pendapatan Model regresi linier berganda dengan penggabungan model yang digunakan oleh Calderon dan Serven (2004) dan Li et. al (2000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pengeluaran pembangunan pemerintah daerah kelompok sektor primer, perdagangan dan transportasi, pendidikan dan kebudayaan, pembangunan regional dan lingkungan, dan aparatur dan pengawasan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah kelompok sektor primer, perdagangan dan transportasi, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan dan kesejahteraan sosial berpengaruh dalam mengurangi ketimpangan pendapatan antar penduduk, sedangkan pertumbuhan ekonomi memperparah 24 ketimpangan pendapatan antar penduduk. 4. Analisis Afri Pengaruh Hidayat Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Posisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara X1 : Pajak X2 : Retrebusi X3 : Laba badan usaha milik daerah X4 : Kekayaan lain yang dipisahkan X5 : Pendapatan daerah yang sah. Y: Pertumbuhan ekonomi a.Koefisien determinasi (R-Square) b.Uji t Statistik. c.Multikolinier itas. d.Autokorelasi. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan bahwa pertumbuhan ekonomi signifikan mempengaruhi variabel pendapatan asli daerah provinsi Sumatera utara pada tingkat kepercayaan 95 %. 25 5. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Jamzani Sodik X1 : Pengeluaran Pemerintah X2 : Investasi Swasta Y: Pertumbuhan Ekonomi Regional Metode analisis yang dilakukan menggunakan data runtut waktu (time series) dan data cross section. Selama periode penelitian ditemukan bahwa variabel investasi swasta tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, sedangkan pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Ini mengindikasika n bahwa pengeluaran pembangunan sangat diperlukan untuk suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemempuannya sendiri. 26 6. Kerangka Berfikir Secara umum kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, kondisi perumahan, sosial, budaya serta jaminan persamaan hak dalam politik, hukum dan keamanan/ketertiban. Indikator-indikator output tersebut baik secara sendirisendiri atau bersama-sama (komposit) dapat memberikan gambaran mengenai kesejahteraan masyarakat yang ditinjau dari aspek sosial. a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Membahas mengenai pendapatan asli daerah, bahwa sebagian besar upaya yang dilakukan daerah untuk bisa mengurangi dana yang diperoleh dari pemerintah pusat adalah dengan memacu upaya memperoleh pendapatan asli daerah sebesar mungkin. Metode yang paling populer sampai dengan saat ini adalah dengan mengeksploitasi sumber daya alam daerah yang ada, dan melalui pajak dan retribusi daerah. Cara pertama sangat mungkin dilakukan, apabila di daerah sumber daya alamnya memang berlimpah, namun bagi daerah yang miskin akan sumber daya alam umumnya mengambil jalan lain yaitu meningkatkan penerimaan dengan cara kedua. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapatlah kita ketahui bahwa indikator pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Untuk selanjutnya berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan 27 dalam setiap sektor maupun subsektor merupakan indikator dari pengeluaran pembangunan. Kemudian. indikator dari pertumbuhan ekonomi daerah antara lain adalah PDRB Keberhasilan suatu daerah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini, dengan adanya peningkatan pendapatan asli daerah dan pengeluaran pembangunan diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah untuk mewujudkan pembangunan daerah yang lebih merata. Hal di atas dapat dijelaskan bahwa pencapaian target penerimaan pajak penghasilan masih akan sulit mengingat sangat rendahnya perkiraan laju pertumbuhan ekonomi (Moh Arsjad Anwar, 1986: 87). Terkait dengan penelitian ini menunjukkan bahwa pajak (salah satu sumber pendapatan asli daerah) tergantung pada pertumbuhan ekonomi daerah. b. Pengeluaran Pembangunan Richard A. Musgrave (1999:22) menyatakan bahwa dengan memasukkan variabel jumlah dan perubahan harga dalam menentukan besarnya pengeluaran pemerintah, merupakan hal yang sangat penting. Harus juga dicatat bahwa selama periode tersebut, telah terjadi peningkatan produktivitas yang sangat cepat yang menghasilkan kenaikan pendapatan perkapita. Pernyataan tersebut menunjukkan pendapatan perkapita berpengaruh pada besarnya pengeluaran pemerintah, hal ini sekaligus berarti bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengeluaran pembangunan (bagian dari pengeluaran pemerintah). 28 c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Begitu banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat, namun ada satu indikator kumulatif yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi yaitu Produk Domestik Bruto/Gross Domestik Product (PDB/GDP). Produk Domestik Bruto adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan nasional, sedangkan pada level yang lebih rendah biasa digunakan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), (Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan) Hal di atas menunjukkan bahwa PDRB sebagai satu indikator keberhasilan pembangunan akan juga sangat tergantung pada pertambahan jumlah penduduk. Suatu negara yang mengalami kenaikan pendapatan nasional belum bisa dikatakan telah mengalami pembangunan ekonomi sebab apabila ternyata kenaikan pendapatan nasional itu diikuti oleh kenaikan penduduk yang lebih besar secara proporsional, maka negara tersebut justru akan mengalami penurunan dalam pendapatan perkapitanya (Hadi Prayitno, 1989: 42). Dari uraian diatas maka pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi oleh pendapatan asli daerah (PAD) dan pengeluaran pembangunan sehingga hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk fungsi. Dimana : y : f (. )…………………………………………...(2.1) Y ; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2 : Pengeluaran Pembangunan 29 Untuk lebih jelasnya pengaruh pendapatan asli daerah dan pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dapat dijelaskan pada gambar berikut ini: Gambar 2.1. Kerangka berfikir Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kota Padangsidimpuan Sektor Ekonomi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengeluaran Pembangunan Indikator : berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor Indikator : - - Pajak daerah Retrebusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) 30 B. Hipotesis Istilah hipotesis berasal dari kata "hypo" yang artinya "di bawah" dan "thesa" yang artinya "kebenaran". Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul, setelah membuat anggaran dasar, maka membuat teori yang kebenarannya masih perlu di uji (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Bertolak dari uraian di atas maka untuk penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan. 2. Terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Secara umum penelitian ini merupakan studi kasus pada APBD Kota Padangsidimpuan yang lebih difokuskan kepada pengeluaran pembangunan serta Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padangsidimpuan sehingga ruang lingkup pada penelitian ini adalah laporan realisasi APBD dan PAD Kota Padangsidimpuan tahun 2004 hingga 2009. B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Prasetyo dan Janah, 2005:119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Library Research. Metode pengambilan sampel Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti melakukan dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian. 32 C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk mengumpulkan data dengan prosedur yang standar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. (Bungin, 2010:122).. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002: 206). Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi berupa catatan mengenai jumlah pendapatan asli daerah, jumlah pengeluaran pembangunan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Padangsidimpuan tahun 2004 - 2009 yang diperoleh dari beberapa instansi atau kantor dinas yang berkaitan yaitu Bappeda, Dispenda, Sekretariat Daerah Bagian Keuangan, BPS Kota Padangsidimpuan dan BPS Propinsi Sumatera Utara dan berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis Data 1. Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda merupakan pengembangan dari regresi linier sederhana diman terdapat lebih dari satu variable independen. Analisis 33 regresi berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen (x) terhadap variable dependen (y).(Stanislaus:243) y : a + + + e Y : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) X1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2 : Pengeluaran Pembangunan 2. Uji Deskriptif Uji deskriptif adalah berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti, melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009:29). Uji deskriptif juga memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009:19). 3. Uji Asumsi Klasik Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik. Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah:uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas Masing-masing pengujian penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut: 34 a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi tersebut yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik (analisis Z skor skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara beberapa variabel atau semua variabel independen dalam model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model. Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas. Untuk mendeteksi multikolinearitas digunakan pengukuran terhadap nilai VIF (Variable Inflation Factor) dan nilai Tolerance. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti data deret waktu atau ruang seperti data crosssection. Untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan 35 beberapa cara antara lain metode grafik dan uji Durbin-Watson. Langkah-langkah Uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut : 1) Regres model lengkap untuk mendapatkan nilai residual. 2) Hitung d (Durbin-Watson Statistik) dengan rumus: d= Σ (en – e n-1)2 Σ e2 n 3) Hasil rumus tersebut yaitu nilai d kemudian dibandingkan dengan nilai d tabel Durbin- Watson. Pada tabel d tersebut terdapat dua nilai yaitu nilai batas atas (du) dan nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n dan k. Untuk autokorelasi positif (0 < p < 1), hipotesis nol (H0) diterima jika d > du, sebaliknya H0 ditolak jika d < dL. Untuk autokorelasi negatif, hipotesis nol (H0) diterima jika (4-d)>du, sebaliknya H0 ditolak jika (4-d) < dL. d. Uji Heteroskedastis Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator) adalah var (ui) = σ2 mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus tertentu terjadi variasi ui tidak konstan atau variabel berubah-ubah. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian dengan metode grafik. Dengan pengujian ini dapat dideteksi apakah kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan metode grafik, hasilnya dapat menunjukkan ada 36 tidaknya pola-pola tertentu yang terbentuk seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. 4. Pengujian Statistik a. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (ßi) sama dengan nol. Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan hipotesis nol dan hasil sampel. Ide pokok yang melatarbelakangi pengujian signifikansi adalah uji statistik dan distribusi sampel dari suatu statistik di bawah hipotesis nol. Keputusan untuk menolak Ho dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada. Suatu statistik dikatakan signifikan secara statistik jika nilai statistik berada di daerah kritis, hal ini jika dilakukan dalam kerangka uji signifikansi. Dalam hal ini hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, suatu pengujian dikatakan secara statistik tidak signifikan jika nilai uji statistiknya berada di daerah penerimaan pada interval keyakinan. Pada situasi ini, hipotesis nol diterima. Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap variabel bebas yang lain konstan. Hipotesis nol yang digunakan: 37 H0 : bi = 0 ……………………………………………………. (3.1) Artinya apakah variabel independen bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis alternatifnya adalah: H1 : bi > 0 ……………………………………………………. (3.2) Artinya apakah variabel independen merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. b. Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya untuk menunjukkan apakah variabel-variabel independen yang dimasukkan dalam model secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Ho: ß1 = ß2 = 0…………………………………………………(3.3) 38 Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Ho: ß1 ≠ ß2 ≠ 0………………………………………………...(3.4) Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistik F. Nilai statistik F dihitung dengan formula sebagai berikut: F = MSS dari ESS = R2/ k-1 MSS dari RSS (1-R2) / n-k Mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasn k-1 dan n-k di mana n = jumlah observasi, k = jumlah parameter (termasuk intersep), MSS = jumlah kuadrat yang dijelaskan, ESS = jumlah kuadrat residual, RSS = rata-rata jumlah kuadrat, dan R2 koefisien determinasi. Cara melaukukan uji F adalah sebagai berikut : a) Quick look: Bila nilai F lebih besar dari 4 maka Ho ditolak dengan derajat kepercayaan 5% hipotesis alternatif diterima, yang berarti semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. b) Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka hipotesis alternatif diterima. 39 c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variabel dependen. Formula menghitung koefisien determinasi adalah: R2 = ESS = 1- Σ ei2 TSS Σ yi2 Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS) yang diterangkan oleh variabel independen dalm model. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di dalam model. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai mendekati satu berarti variabel-variabel independen hampir memberikan informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar dengan menggunakan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen pasti akan meningkatkan koefisien determinasi tidak peduli apakah variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka dapat digunakan R2 adjusted. 40 E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono (2009:2). Dalam penelitian ini ada 2 (dua) variabel yang diungkap, yaitu: 1. Variabel bebas atau independent variabel ( X ) a) Pendapatan asli daerah dengan indikator-indikatornya: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b) : Pengeluaran pembangunan dengan indikator-indikatornya: berbagai proyek baik proyek fisik maupun proyek non fisik yang diprogramkan dalam setiap sektor maupun subsektor. 2. Variabel terikat atau dependent variabel ( Y ) pertumbuhan ekonomi daerah dengan indikator-indikatornya: Y : PDRB, merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran dan Perkembangan Daerah Kota Padangsidimpuan 1. Sejarah Kota Padangsidimpuan Sekitar Tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut ’’Padang Na Dimpu’’ oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan yang artinya suatu dataran di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II di pinggiran Sungai Sangkumpal Bonang. Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo salah seorang pimpinan pasukan kaum Padri dibangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang. Sejalan dengan perkembangan Benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban, untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 % dari nilai harga barang. Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI yang dibentuk Inggris Tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Padri tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNEMENT 42 SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang. Dan Tahun 1838 dibentuk RESIDENTIE AIR BANGIS dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842, antara tahun 1885 sampai 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibu Kota Residen Tapanuli. Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan pusat Pemerintahan dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibu Kota Kabupaten Angkola Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Angkola Sipirok dan Kabupaten Padang Lawas melalui Undang–Undang Darurat Nomor 70/DRT/1956. Dalam ringkasan sejarahnya tahun 1879 di Padangsidimpuan didirikan KWEEK SCHOOL (Sekolah Guru) yang dipimpin oleh CH VAN OPHUYSEN yang dikenal sebagai penggagas ejaan bahasa Indonesia. Lulusan sekolah ini banyak dikirim untuk menjadi guru ke Aceh. Salah seorang lulusan ini ialah RAJIUN HARAHAP Gelar Sutan Hasayangan, penggagas berdirinya INDISCHE VEERIGINING sebagai cikal bakal berdirinya Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dan merupakan Organisasi pertama yang berwawasan nasional. RAJIUN HARAHAP yang lahir di Batunadua tanggal 30 Oktober 1879 juga menggagas pengumpulan dana studi bagi guru–guru yang akan di sekolahkan ke negeri Belanda.(Basyral Harahap, 2003: 1) Dari sejarah Kota Padangsidimpuan dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi Kota ini sejak dahulu adalah sebagai pusat Pemerintahan, pusat aktivitas perdagangan dan jasa, serta pusat pendidikan. 43 2. Kondisi Umum Kota Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan terletak pada 432 Km dari Kota Medan. Bentuk topografi Kota Padangsidimpuan berbukit-bukit dan dikelilingi oleh Pegunungan Bukit Barisan dan dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi suhu rata-rata harian sehingga menjadikan Kota Padangsidimpuan sejuk, segar dan sangat cocok dijadikan sebagai daerah peristirahatan. Keadaan tanah yang subur dikarenakan lapisan permukaan tanah dengan ketebalan topsoil yang cukup tinggi merupakan hasil endapan alluvial sungai dan gunung berapi dengan warna tanah hitam kecoklatan Bukit-bukit (tor) yang mengelilingi Kota Padangsidimpuan adalah disebelah utara adalah Bukit Lubuk Raya, Bukit Sanggarudang dan Tor Simarsayang; di sebelah barat dan selatan adalah Tor Silayang-layang serta sebelah timur adalah Tor Simincak. Sungai-sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan antara lain Aek Batang Ayumi, Aek Sangkumpal Bonang, Aek Rukhare, Aek Sibontar dan Aek Batang Bahal. Secara geografis, Kota Padangsidimpuan terletak diantara garis bujur timur 990 18’ 53’’ - 990 20’ 35’’ dan garis lintang utara 010 28’,19’’ sampai dengan 010 18’ 07’’. Kota Padangsidimpuan memiliki luas wilayah 14.684.680 Ha dan memiliki batas-batas wilayah antara lain; sebelah utara berbatasan dengan kec. Angkola timur, sebelah selatan berbatasan dengan kec. Batang angkola dan kec. Angkola selatan, sebelah barat berbatasan dengan kec. Angkola barat, 44 sebelah timur berbatasan dengan kec. Angkola timur. Dilihat dari batas wilayah yang ada maka Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kota Padangsidimpuan dibagi menjadi 5 wilayah kecamatan yaitu; Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Padangsidimpuan Selatan, Padangsidimpuan Tenggara, Padangsidimpuan Batunadua dan Padangsidimpuan Hutaimbaru. Pada tahun 2005 terjadi pemekaran wilayah kecamatan menjadi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Angkola julu. Pada level yang lebih rendah terdapat 37 pemerintahan kelurahan dan 42 pemerintahan desa yang selanjutnya untuk lebih mempermudah jangkauan pelayanan masyarakat telah terbentuk sebanyak 261 Lingkungan/dusun. Kemudian dari 6 kecamatan yang ada kegiatan perekonomian masih terkonsentrasi di dua wilayah yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan Padangsidimpuan Utara.(Basyral Harahap, 2003: 4) 3. Keadaan Demografi Kota Padangsidimpuan Jumlah penduduk di Kota Padangsidmpuan pada tahun 2004-2008 menurut catatan masing-masing sebanyak 174.004 jiwa; 177.499 jiwa; 181.595 jiwa; 185.132 jiwa, 188.499 jiwa sedangkan dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2009 yang tercatat sebesar 191.912 jiwa. Terlihat bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah ini relatif cukup rendah dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang semakin rendah. 45 Pada tabel berikut di bawah dapat dilihat jumlah pertumbuhan dan sebaran penduduk, keadaan dirinci menurut kecamatan. Pada enam tahun terakhir tidak terdapat pergeseran yang cukup berarti dari sebaran penduduk di masing-masing kecamatan sehingga Kecamatan Padangsidimpuan Selatan masih merupakan wilayah yang memiliki penduduk paling banyak kemudian diikuti oleh Kecamatan Padangsidimpuan Utara. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena mengingat kedua wilayah tersebut masih merupakan pusat kegiatan perekonomian dan pemerintah di Kota Padangsidimpuan. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009 Penduduk (Jiwa) Kecamatan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PADANGSIDIMPUAN TENGGARA 26.542 27.075 27.471 28.247 28.760 29.283 PADANGSIDIMPUAN SELATAN 56.079 57.205 58.612 59.660 60.746 61.855 PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA 18.266 15.983 16.376 16.668 16.971 17.278 PADANGSIDIMPUAN UTARA 53.995 55.080 56.435 57.447 58.492 59.535 PADANGSIDIMPUAN HUTAIMBARU 19.122 15.121 15.493 15.771 16.058 16.349 7.035 7.208 7.339 7.472 7.612 177.499 181.595 185.132 188.499 191.912 PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA JULU PADANGSIDIMPUAN 174.004 (Sumber : BPS Kota Padangsidimpuan) Keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk tanpa dibarengi upaya peningkatan kualitas penduduk dapat menyebabkan terhambatnya proses percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat. Kualitas penduduk tercermin dari karakteristik sosiodemografi. Salah satu karakteristik sosiodemografi yang sangat 46 erat kaitannya dengan perekonomian adalah tingkat pendidikan penduduk khususnya penduduk usia produktif dan atau tingkat pendidikan pekerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional persentase penduduk yang tergolong penduduk angkatan kerja lebih besar daripada penduduk yang bukan angkatan kerja, yaitu terdapat penduduk usia kerja tergolong angkatan kerja dengan komposisi 60,86 persen penduduk yang bekerja dan 7,57 persen penganggur terbuka. Penduduk yang terlibat bekerja di suatu lapangan pekerjaan, biasanya dipengaruhi oleh faktor keterampilan/ kondisi alam maupun situasi ekonomi di suatu daerah/ negara. Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, meskipun dari tahun ke tahun persentasenya semakin berkurang dan diserap oleh sektor-sektor lain seperti perdagangan dan industri. Bila dibedakan menurut jenis kelamin, terlihat bahwa pada tahun 2008 mayoritas penduduk perempuan lebih banyak bergerak di 3 (tiga) sektor yaitu sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel (38,37%), sektor jasa kemasyarakatan (28,21%), serta sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (26,52%). Sedangkan penduduk laki-laki yang bekerja sebagian besar tersebar di 4 (empat) sektor yaitu sektor lainnya (27,86%), sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel (27,56%), sektor jasa kemasyarakatan (20,55%), serta sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan (20,05%). Selain dibedakan menurut lapangan pekerjaan utama, penduduk yang bekerja dapat dibagi atas tujuh macam status pekerjaan, dimana dalam hal ini 47 dapat dilihat apakah mereka sebagai seorang pengusaha, buruh atau hanya sebagai pekerja keluarga yang tidak menerima upah/gaji. Adapun ke-tujuh macam status pekerjaan tersebut adalah : 1) Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain 2) Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar 3) Berusaha dengan buruh tetap/ dibayar 4) Buruh/ karyawan Pemerintah/ Swasta 5) Pekerja bebas di pertanian 6) Pekerja bebas di non pertanian 7) Pekerja tidak dibayar Untuk Kota Padangsidimpuan, status buruh/ karyawan Pemerintah/ swasta dan berusaha sendiri merupakan status pekerjaan yang paling dominan yakni 30,87 persen buruh/ karyawan pemerintah atau swasta, dan 25,54 persen berstatus berusaha sendiri. Kemudian persentase terbesar setelah dua status pekerjaan diatas adalah status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar sebanyak 19,84 persen. Persentase status pekerjaan yang terkecil adalah status pekerja bebas di sektor pertanian (0,58%).(BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008) 4. Potensi Alam Kota Padangsidimpuan Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang perekonomian dan kehidupan masyarakat Kota Padangsidimpuan. Oleh karena itu pengembangan sektor pertanian harus diselenggarakan secara 48 efisien, sehingga mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas produk-produk sektor pertanian. Selain itu juga harus diarahkan agar dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, memantapkan stabilitas nasional/regional serta pemerataan dan penyebaran pembangunan dengan menembus isolasi serta ketradisionalisme pertanian. Pengembangan sektor pertanian sangat diharapkan dalam menunjang sasaran pembangunan Kota Padangsidimpuan sebagai daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Disamping itu sektor ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan regional yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penduduk daerah ini. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008) a. Tanaman Bahan Makanan Pembangunan pertanian tanaman pangan yang dilakukan perlu memperhatikan kesesuaian antara jenis tanah, topografi, iklim, budaya serta faktor pendukung teknis lainnya, terutama kesesuaian antara kemampuan, kemauan dan keinginan penduduk dengan peluang pengembangan pertanian tanaman pangan dan dorongan serta kebijaksanaan dari pemerintah untuk memacu pertumbuhan sub sektor tanaman pangan. Produksi padi sawah di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 demikian juga dengan rata-rata produksinya. Rata-rata produksi padi tahun 2008 adalah sebesar 55,07 kuintal per hektar sementara tahun 2009 turun menjadi 54,71 kuintal per hektar. 49 Bahan makanan lain yang dominan dihasilkan Kota Padangsidimpuan selain padi sawah adalah ubi kayu. Pada tahun 2009, Kota Padangsidimpuan menghasilkan 2.489,54 ton ubi kayu dengan rata-rata produksi 148,18 kuintal per hektar. Sementara untuk produksi tanaman sayur-sayuran di dominasi oleh buncis dan sawi. Produksi tanaman sayur buncis mencapai 1.210,28 ton dengan rata-rata produksi sebesar 161,37 kuintal per hektar sedangkan produksi tanaman sayur sawi sebesar 1.099,59 ton dengan rata-rata produksi 108,87 kuintal per hektar. Jenis tanaman buah-buahan pada tahun 2009 di Kota Padangsidimpuan tidak menunjukkan jumlah yang besar dikarenakan merupakan daerah perkotaan. Sesuai dengan julukan kota salak, produksi buah salak terbanyak dibandingkan buah-buahan yang lain, yaitu sekitar 9.140 ton diurutan selanjutnya adalah buah mangga 2.034 ton. Untuk melihat tingkat kemajuan yang telah dicapai dalam usaha pertanian tanaman pangan, salah satunya melalui tingkat produktivitas tanaman pangan yang dihasilkan, semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti usaha pertanian tanaman pangan lebih berdayaguna, lebih efektif dan lebif efisien. Dari aspek geografis, topografi fisiografi dan demografis, Kota Padangsidimpuan walaupun merupakan daerah perkotaan, namun sebagian desa/ kelurahan yang ada memiliki potensi komoditi perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, coklat. Pada tahun 2009 tanaman perkebunan rakyat yang paling luas di Kota Padangsidimpuan adalah tanaman karet yaitu sekitar 2.066 hektar, dan tanaman yang sudah menghasilkan tercatat sekitar 1.014,20 ton. Sedangkan tanaman 50 perkebunan rakyat yang memiliki produksi paling tinggi tahun 2009 adalah kelapa yakni sebesar 1.061,20 ton dengan luas lahan 502 hektar. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008) b. Peternakan Perkembangan populasi ternak sapi tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun 2008 menjadi 734 ekor setelah sebelumnya terjadi penurunan yang sangat drastis. Peningkatan juga terjadi pada populasi ternak kambing/ domba dan ayam kampung. Sementara populasi ayam ras, itik, dan kerbau menurun drastis dibanding tahun 2008. .Produksi daging ternak sapi dan kerbau tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 3,9 ton dan 1,4 ton dibandingkan dengan produksi tahun 2008 yaitu sebesar 5,25 ton dan 5,50 ton. Sementara produksi daging kambing dan domba tahun 2008 mencapai 1.192 ton. Produksi daging yang berasal dari ternak unggas pada tahun 2009 tercatat sebanyak 51,30 ton daging ayam kampung, 84 ton daging ayam pedaging, dan 0,409 ton itik manila. Sedangkan produksi telur pada tahun 2008 ada sebanyak 43,92 ton telur ayam kampung, 129,2 ton telur itik/ itik manila, dan 14,00 ton telur ayam petelur. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008) c. Perikanan Potensi sumberdaya perikanan sesuai dengan aspek geografis dan topografi di Kota Padangsidimpuan, hanya ada perikanan darat, karena wilayah 51 kekuasaan daerah otonomi Pemerintah Kota Padangsidimpuan tidak berbatasan langsung dengan perairan laut atau merupakan daerah darat yang bergelombang/ berbukit. Produksi ikan darat yang tercatat pada tahun 2009 masih sama dengan produksi tahun 2008, baik dari penangkapan perairan umum maupun hasil budi daya ikan darat. (BPS,Statistik Kota Padangsidimpuan 2008) 5. Keadaan PAD Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2009 Bagi perekonomian daerah pendapatan asli daerah adalah sesuatu hal yang sangat penting dan merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang harus selalu dan terus menerus dipacu pertumbuhannya. Jumlah kenaikan kontribusi pendapatan asli daerah akan sangat berperan dalam peningkatan kemandirian pemerintah daerah untuk tidak selalu tergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Adapun realisasi pendapatan asli daerah menurut komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan dari tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 52 Tabel 4.2 komposisi tiap jenis pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan dari tahun 2004 – 2009 Sumber 2004 2005 2006 2007 2008 2009 PAD Pajak Daerah 2.254.183.547 2.196.481.512 2.692.793.381 3.176.718.331 3.982.462.106 4.672.149.572 Retrebusi Daerah 2.243.188.851 2.852.223.495 3.061.191.559 3.239.350.505 3.953.677.985 4.856.760.104 42.000.000 60.000.000 60.000.000 999.391.120 1.351.286.655 1.513.488.168 696.841.746 384.680.192 313.868.898 1.612.770.098 367.163.902 793.611.243 5.236.214.144 5.493.385.199 6.127.853.838 9.028.230.054 9.654.590.648 11.836.009.087 Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Pendapatan lain yang sah PAD (Sumber : BPS, Dispenda Kota Padangsidimpuan) Pada tabel diatas menunjukkan hasil pendapatan asli daerah yang selalu meningkat. Selama kurun waktu lima tahun tersebut retribusi dan pajak memberikan kontribusi terbesar secara berganti terhadap pendapatan asli daerah. Pada tahun 2004 yang memberikan kontribusi terbesar adalah pajak daerah yaitu sebesar Rp 2.254.183.547 dan pada tahun 2005-2007 yang memberikan kontibusi terbesar adalah retrebusi daerah yaitu masing-masing Rp 2.852.223.495 pada tahun 2005, Rp 3.061.191.559 pada tahun 2006 dan Rp 3.239.350.505 tahun 2007, pada tahun 2008 pajak daerah kembali memberikan kontribusi terbesar hingga mencapai sebesar Rp. 3.982.462.106, dan pada tahun 2009 retribusi daerah yang memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 4.856.760.104 sehingga retribusi dan pajak daerah yang ada di Kota Padangsidimpuan merupakan sumber yang dapat diandalkan. Namun peran pendapatan asli daerah di luar retribusi daerah 53 dan pajak daerah tetap sangat diharapkan mengingat tuntutan dana yang harus disediakan oleh pemerintah yang semakin meningkat setiap tahunnya. Kemudian kontribusi terbesar setelah retribusi dan pajak adalah dari pendapatan lain-lain yang sah masing-masing jumlah dari tahun 2004-2009 yaitu Rp. 696.841.746; Rp. 384.680.192; Rp. 313.868.898; Rp. 1.612.770.098, Rp. 367.163.902 dan Rp 793.611.243. Berikutnya diikuti dengan besar hasil pengelolaan kekayaan yang terpisah yang tiap tahunnya meningkat dari tahun 2004-2009 yaitu dari jumlah Rp. 42.000.000 pada tahun 2004 dan sampai tahun 2009 jumlahnya menjadi Rp. 1.513.488.168. Tetapi pada tahun 2009 hasil pengelolaan kekayaan yang terpisah lebih besar memberikan kotribusi dari pada pendapatan lain-lain yang sah, disini bisa dilihat bahwa pengelolaan kekayaan terpisah mengalami peningkatan yang besar dari tahun sebelumnya. Mengingat kebutuhan masyarakat Kota Padangsidimpuan yang semakin meningkat mendorong pemerintah daerah untuk mengupayakan peningkatan penerimaan daerah dengan memberi perhatian kepada perkembangan pendapatan asli daerah, namun upaya peningkatan pendapatan asli daerah ini sering menemui kendala diantaranya adalah kurang adanya kesadaran dari masyarakat untuk membayar wajib pajak dan retribusi, maka dari itu sebagai wujud upaya peningkatan pendapatan asli daerah adalah dengan melakukan sosialisasi dengan masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membanyar pajak dan retribusi. Kemudian dapat pula ditindaklanjuti dengan memberikan kompensasi berupa pelayanan yang baik dan perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat. 54 Komponen-komponen dari pendapatan asli daerah secara penuh dapat digunakan oleh daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah, disamping memperlihatkan adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan daerah. Hal ini menjadikan suatu daerah Kabupaten/Kota lebih leluasa untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya khususnya setelah diberlakukan otonomi daerah. Berdasarkan uraian di atas, secara garis besar usaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah adalah dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah dengan meluaskan jaringan obyek pendapatan asli daerah, sedangkan intensifikasi adalah dengan mengoptimalkan penerimaan dari obyek pendapatan asli daerah yang ada. Menguraikan tentang belum optimalnya hasil pendapatan asli daerah di Kota Padangsidimpuan sehingga mengakibatkan kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah terhadap total penerimaan daerah, ada beberapa faktor yang menyebabkan yaitu pertama, masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh pemerintah daerah tetapi berada diluar wewenang daerah tersebut. Kedua, Dilihat dari Kota Padangsidimpuan yang belum lama lahir dan dalam proses pembangunan jadi sumber pendapatan potensial belum terjamah. Ketiga, rendahnya tingkat hidup dan ekonomi masyarakat, Keempat, kurang mampunya pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang ada. Selanjutnya dapat dilihat peningkatan jumlah pendapatan asli daerah di Kota Padangsidimpuan beserta peningkatan persentasenya pada tabel berikut: 55 Tabel 4.3 PAD dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2009 Tahun Pendapatan Asli Daerah (Rp) 2004 5.236.214.144.- Pertumbuhan (%) 4,91 2005 5.493.385.199.- 2006 6.127.853.838.- 2007 9.028.230.054.-, 2008 9.654.590.648.- 2009 11.836.009.087,- 11,55 47,33 6,94 22,59 (Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2011) Demikian pula dengan melihat angka-angka yang terdapat dalam tabel diatas dapat diuraikan bahwa pada tahun 2004 pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan sebesar Rp. 5,23 miliar, kemudian menyusul tahun 2005 pendapatan asli daerah menjadi Rp. 5.49 miliar persentasenya meningkat menjadi 4,91 persen. Selanjutnya untuk tahun 2006 pendapatan asli daerah meningkat menjadi Rp. 6.12 miliar atau peningkatan persentase sebesar 11,55 persen. Tiga tahun berikutnya yaitu pada tahun 2007, 2008 dan 2009 jumlah pendapatan asli daerah meningkat yaitu sebesar Rp. 9.02 miliar, Rp. 9.65 miliar dan Rp. 11.83 miliar, namun kenyataan menunjukkan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 ini, peningkatan pendapatan asli daerah mengalami peningkatan jumlah persentase pada tahun 2007 yaitu 47,33 persen, tahun 2008 mengalami penurunan persentase menjadi 6,94 persen dan tahun 2009 kembali mengalami peningkatan menjadi 22,59. 56 6. Keadaan Pengeluaran Pembangunan Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009 Keadaan Pengeluaran pembangunan kota Padangsidimpuan dari Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhannya di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 - 2009 Tahun Pengeluaran Pembangunan (Rp) 2004 156.321.274.965,- Pertumbuhan (%) 16,24 2005 181.714.595.773,- 2006 252.988.542.764,- 2007 334.964.313.203,- 2008 371.128.328.892,- 2009 351.051.345.089,- 39,22 32,40 10,8 5,7 (Sumber : Data Sekunder yang diolah Tahun 2011) Besar kontribusi sektor-sektor pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran pembangunan pada tahun 2004-2009 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 156.32 miliar dan tahun 2005 jumlah pengeluaran pembangunan meningkat menjadi Rp. 181.71 miliar atau meningkat sebesar 16,24 persen. Selanjutnya untuk tahun berikutnya yaitu tahun 2006 jumlah pengeluaran pembangunan sebesar Rp. 252.98 miliar sehingga persentase peningkatannya adalah 39,22 persen dibanding tahun 2005. Penurunan persentase pengeluaran 57 pembangunan terjadi pada tahun 2007, 2008 dan 2009 yaitu dengan jumlah Rp. 334.96 miliar, Rp. 371.12 miliar dan Rp 351.05 miliar , sedangkan persentasenya adalah 32,40 persen, 10,8 persen dan 5,7 persen. Persentase peningkatan pengeluaran pembangunan yang tertinggi selama enam tahun tersebut, mencapai 39,22 persen yaitu terjadi pada tahun 2006 dibanding dari tahun 2005. Peningkatan tersebut mencerminkan kesungguhan dari pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah. Selanjutnya menurut pemerintah Kota Padangsidimpuan, tersedianya dana pembiayaan yang cukup merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan. Agar pelaksanaan pembangunan terwujud seperti apa yang diharapkan, maka harus didukung oleh kemampuan di dalam mengusahakan, menghimpun, menyalurkan dan mengelola sumber pembiayaan pembangunan yang sudah tersedia. Sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan daerah ini berasal dari pendapatan dari Kota Padangsidimpuan termasuk dari pendapatan asli daerah, dan/atau instansi yang lebih tinggi. Sumber-sumber pembiayaan Kota Padangsidimpuan terdiri dari dua jenis pengeluaran daerah yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, namun dana-dana pembiayaan tidak semuanya disalurkan untuk kebutuhan proyek-proyek pembangunan tetapi sebagian besar dipergunakan untuk pengeluaran rutin. Jumlah pengeluaran pembangunan yang dianggarkan disesuaikan dengan jumlah APBD dengan tujuan untuk mengantisipasi agar pengeluaran tidak lebih 58 besar daripada pendapatan. Selanjutnya untuk alokasi pembagian jumlah pengeluaran pembangunan terhadap sektor-sektor yang urutannya sesuai dengan urutan prioritas dan kebijaksanaan pembangunan daerah, juga telah disesuaikan dengan jumlah kebutuhan masing-masing sektor, pengalokasian tersebut disesuaikan dengan arah dan kebijakan APBD Kota Padangsidimpuan, dengan begitu menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan daerah yang mengarah kepada program dan kegiatan yang menyentuh pada kebutuhan riil guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. 7. Keadaan PDRB Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah/daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu besarnya PDRB yang mampu dihasilkan sangat tergantung pada faktor tersebut. Adanya keterbatasan tersebut menyebabkan PDRB bervariasi antar daerah. Dari sini dapat dilihat besaran nilai tambah dari masing-masing sektor ekonomi. Selain itu juga dapat dilihat sektorsektor yang berperan dalam pembentukan perekonomian daerah. Selama kurun waktu lima tahun ini yaitu 2004 - 2009, PDRB Kota Padangsidimpuan selalu mengalami peningkatan secara nominal baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. 59 Berdasarkan atas dasar harga berlaku, PDRB Kota Padangsidimpuan mengalami peningkatan dari 989,8 milyar Rupiah di tahun 2004 menjadi 1,14 trilyun Rupiah di tahun 2005; tahun 2006 meningkat menjadi 1,32 trilyun Rupiah; tahun 2007 menjadi 1,51 trilyun Rupiah dan tahun 2008 menjadi 1,74 trilyun Rupiah serta tahun 2009 meningkat menjadi 1,89 trilyun Rupiah. Berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, besarnya PDRB tahun 2004 sebesar 670,54 milyar Rupiah; meningkat menjadi 703,44 milyar Rupiah di tahun 2005; tahun 2006 menjadi 742,04 milyar Rupiah; tahun 2007 menjadi 787,90 milyar Rupiah; tahun 2008 meningkat menjadi 835,92 milyar Rupiah.dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 884,25 milyar Rupiah. Peningkatan PDRB secara umum tersebut juga diikuti oleh peningkatan secara nominal dari sektor-sektor ekonominya. Pertumbuhan ekonomi daerah yang tercantum dalam PDRB terbagi dalam sembilan sektor, dari masing-masing sektor tersebut menunjukkan sumbangannya terhadap perekonomian di Kota Padangsidimpuan. Unit-unit produksi yang dimaksud dalam PDRB disini meliputi 9 lapangan usaha yaitu: 1) pertanian, 2) pertambangan dan penggalian, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas dan air bersih, 5) bangunan, 6) perdagangan, hotel dan restoran, 7) pengangkutan dan komunikasi, 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, 9) jasa-jasa. Pada tabel berikut di bawah dapat diketahui kontribusi sektor-sektor PDRB Kota Padangsidimpuan pada tahun 2004 sampai dengan 2009 yaitu sebagai berikut: 60 Tabel 4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2009 Lapang an Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pertania n 152.829,91 183.364,11 217.556,42 248.337,85 281.705,96 305.882,87 2.639,87 3.273,31 4.911,45 5.013,21 5.477,46 6.329,45 131.645,31 149.099,08 166.065,15 185.333,24 208.257,28 225.558,22 8.839,56 10.350,47 10.966,63 11.375,29 11.994,52 12.476,89 42.568,55 49.868,01 62.170,27 71.869,11 84.710,73 94.685,80 241.102,03 279.929,01 316.544,12 360.445,95 409.136,81 437.629,90 118.767,95 143.350,95 167.877,25 194.528,58 230.194,89 239.119,26 101.078,85 114.334,84 135.979,06 164.280,50 199.652,19 221.827,67 Jasa-jasa 190.324.68 207.585.03 238.761,13 270.631,85 313.129,52 355.502,22 PDRB 989.796,71 1.141.154,80 1.320.831,47 1.511.815,57 1.744.259,36 1.899.012.29 Pertamb angan dan Penggali an Industri Pengola han Listrik, Gas dan Air bersih Banguna n Perdaga ngan,Ho tel dan Restoran Pengang kutan dan Komuni kasi Keuanga n,Perse waan dan Jasa Perusah aan (Sumber : BPS, Dispenda dan Bappeda Kota Padangsidimpuan) 61 PDRB menurut lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor/lapangan usaha dan masing-masing sektor produksi dirinci menjadi sub sektor. Pemecahan menjadi sub sektor ini sedapat mungkin sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia. Perkembangan untuk tiap sektor akan diuraikan berikut ini. a. Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup lima sub sektor yaitu tanaman bahan makanan (tabama), perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, dan perikanan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku cukup besar yaitu pada peringkat ketiga setelah sektor jasa-jasa. Tahun 2004, sektor pertanian menyumbang sebesar 15,44 persen terhadap PDRB; meningkat menjadi 16,07 di tahun 2005; menjadi 16,47 persen di tahun 2006; kemudian sedikit mengalami penurunan menjadi 16,43 persen pada tahun 2007; dan menjadi 16,15 persen ditahun 2008 serta 16,10 pada tahun 2009. Selama kurun waktu enam tahun ini, urutan kontribusi terhadap PDRB dari sub-sub sektor pertanian masih sama. Pada tahun 2008, sub sektor tabama mempunyai kontribusi terbesar yaitu sebesar 11,29 persen. Urutan kedua adalah sub sektor tanaman perkebunan yaitu 2,77 persen, sedangkan sub sektor peternakan mempunyai kontribusi ketiga yaitu sekitar 1,77 persen serta sub sektor yang lain yaitu sub sektor perikanan dan sub sektor kehutanan masing-masing mempunyai kontribusi sebesar 0,30 persen dan 0,02 persen saja. 62 b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling kecil peranan/kontribusinya terhadap PDRB. Di Kota Padangsidimpuan, sub sektor yang memberi peranan dalam sektor ini hanya sub sektor penggalian, sedangkan sub sektor minyak bumi dan gas bumi serta sub sektor pertambangan tanpa migas tidak terdapat di Kota Padangsidimpuan. Secara umum, sampai dengan tahun 2009 ini peranan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,33 persen dari total PDRB. Angka tersebut sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 0,31 persen serta tahun 2007 yang mencapai 0,33 persen. Dibandingkan pada tahun 2006 angka tersebut sedikit menurun yang mencapai 0,37 persen. Namun, apabila dibanding tahun 2004 dan 2005, peranan tahun 2009 tersebut lebih besar. Tahun 2004, sektor ini hanya menyumbang sebesar 0,27 persen serta tahun 2005 hanya menyumbang 0,29 persen. Secara absolut, nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor ini selalu bertambah tiap tahun. Tahun 2004, PDRB sektor pertambangan dan penggalian mencapai 2,64 milyar rupiah meningkat menjadi 6,33 milyar rupiah ditahun 2009. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian ditahun 2009 ini hanya sebesar 1,90 persen, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 1,13 persen. Angka tersebut jauh lebih kecil apabila dibanding tahun 2004 yang mencapai 5,34 persen. 63 c. Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan dibedakan menjadi dua yaitu industri migas dan industri non migas. Namun di Kota Padangsidimpuan hanya industri non migas yang berperan dalam PDRB. Industri non migas ini dibedakan atas sembilan sub sektor yaitu industri makanan, minuman dan tembakau; tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; barang dari kayu dan hasil hutan lain; kertas dan barang cetakan; pupuk, kimia dan barang dari karet; semen dan barang galian bukan logam; logam dasar besi dan baja; alat angkutan, mesin dan peralatannya; dan industri barang lainnya. Sumbangan industri pengolahan non migas selama tahun 2004-2009 terhadap PDRB relatif tetap yaitu sekitar 12-13 persen. Pada tahun 2004, industri pengolahan menyumbang sekitar 13,30 persen terhadap PDRB kemudian menurun menjadi 13,07 persen pada tahun 2005, ditahun 2006 menjadi 12,57 persen dan menurun kembali menjadi 12,26 persen di tahun 2007. Pada tahun 2008 ini juga mengalami sedikit penurunan menjadi 11,94 persen serta di tahun 2009 menjadi 11,87 persen. Sub sektor dalam sektor industri pengolahan yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB pada tahun 2008 yaitu sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar 5,31 persen; urutan kedua adalah sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang mencapai 3,49 persen; serta urutan ketiga adalah sub sektor industri semen dan barang galian bukan logam yang mencapai 1,40 persen di tahun 2008. Sedangkan sub-sub sektor yang lain mempunyai sumbangan dibawah 1 persen terhadap PDRB Kota 64 Padangsidimpuan. Sub sektor tersebut adalah sub sektor barang lainnya (0,82 persen); kertas dan barang cetakan (0,35 persen); alat angkutan, mesin dan peralatannya (0,22 persen); barang dari kayu dan hasil hutan lainnya (0,14 persen); logam dasar besi dan baja (0,12 persen); serta tekstil, barang dari kulit dan alas kaki (0,10 persen). Untuk memperjelas peranan masing-masing sub sektor industri pada sektor industri pengolahan tanpa migas dapat diketahui bahwa industri makanan, minuman dan tembakau pada tahun 2008 mampu menyumbang 44,49 persen dari seluruh nilai tambah yang diciptakan oleh sektor industri pengolahan non migas. Urutan berikutnya adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 29,22 persen dan industri semen dan barang galian bukan logam sebesar 11,72 persen. Untuk sub sektor industri yang lain hanya mampu memberikan kontribusi dibawah 10 persen terhadap nilai tambah sektor industri pengolahan. Sub sektor industri tersebut adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; barang dari kayu dan hasil hutan lain; kertas dan barang cetakan; logam dasar besi dan baja; alat angkutan, mesin dan peralatannya; serta industri barang lainnya. d. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih Sektor ini merupakan sektor penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik di Padangsidimpuan dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan produksi air bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kedua sub sektor 65 tersebut merupakan sub sektor yang membentuk PDRB di sektor listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada lima tahun belakangan ini mengalami fluktuasi yang tidak terlalu tinggi yang berkisar 3 persen. Pada tahun 2009, pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan yaitu dari 2,31 persen tahun 2008 menjadi 3,72 persen tahun 2009. Peningkatan pertumbuhan tersebut dipicu oleh pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor air bersih yang pada tahun 2009 ini mengalami pertumbuhan cukup tinggi yaitu 8,23 persen. Hal tersebut dikarenakan telah berdirinya PDAM baru yaitu PDAM Tirta Ayumi sehingga terjadi penambahan cakupan pelanggan maupun distribusi air ke masyarakat di luar cakupan PDAM Tirtanadi. Diantara sektor-sektor ekonomi yang lain, sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang paling kecil kedua setelah sektor pertambangan dan penggalian terhadap penciptaan PDRB di Kota Padangsidimpuan. Selama tahun 2004-2009, kontribusi sektor ini terhadap PDRB tercatat sebesar 0,89 persen tahun 2004; 0,91 persen tahun 2005; 0,83 persen pada tahun 2006; 0,75 persen tahun 2007;dan 0,69 persen tahun 2008 serta 0,65 tahun 2009. Peranan terbesar dalam sektor ini disumbangkan oleh sub sektor listrik yaitu yang pada tahun 2009 ini mencapai sebesar 0,54 persen, sedangkan sub sektor air bersih hanya sebesar 0,14 persen. 66 e. Sektor Bangunan Sebagai kota yang tergolong muda, Kota Padangsidimpuan sedang berbenah diri melakukan pembangunan yang mencakup segala aspek terutama yang menyangkut penyediaan infrastruktur bangunan fisik bagi kepentingan pemerintahan dan masyarakatnya. Sumbangan sektor bangunan terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan menduduki peringkat ke tujuh dari sembilan sektor yang ada. Laju pertumbuhan sektor bangunan dalam enam tahun belakangan ini selalu meningkat lebih dari 1 persen tiap tahunnya. Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,29 persen, tahun 2005 meningkat menjadi 6,26 persen, tahun 2006 menjadi 8,28 persen, tahun 2007 menjadi 9,96 persen, serta tahun 2008 menjadi 10,71 persen. Hal tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kontribusi sektor bangunan terhadap PDRB. Kontribusi sektor bangunan pada tahun 2004 hanya mencapai 4,30 persen; kemudian terus meningkat menjadi 4,98 persen di tahun 2009. f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mempunyai sumbangan terbesar (leading sector) terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan. Sektor ini berperan sebagai penunjang kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk barang dan jasa. Secara keseluruhan nilai tambah bruto sektor ini selama 2004-2009 tumbuh diatas 4 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang 67 mencapai 5,81 persen sedangkan tahun 2008 mengalami sedikit penurunan menjadi 5,49 persen. Demikian halnya untuk sub sektor perdagangan besar dan eceran juga mengalami pertumbuhan tertinggi selama lima tahun terakhir pada tahun 2007 yaitu sebesar 8,19 persen. Angka pertumbuhan tersebut hampir dua kali lipat dari pertumbuhan tahun 2006 yang sebesar 4,27 persen. Secara umum, besarnya peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 yaitu 23,46 persen tahun 2008 menjadi 23,04 persen tahun 2009. Sub sektor yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB dalam sektor tersebut pada enam tahun ini adalah sub sektor perdagangan besar sebesar 13,83 persen di tahun 2008 kemudian diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 8,64 persen serta yang terakhir adalah sub sektor hotel sebesar 0,98 persen. g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi yang mampu menjadikan dunia tanpa batas. Sub sektor transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Pada tahun 2008, pertumbuhan sektor ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,43 persen, sedangkan tahun yang lalu pertumbuhannya mencapai 4,52 persen. Kenaikan pertumbuhan pada tahun 2008 68 tersebut terjadi karena kenaikan pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang naik menjadi 4,16 persen sedangkan tahun sebelumnya sebesar 3,22 persen serta kenaikan pertumbuhan sub sektor komunikasi yang naik menjadi 7,05 persen sedangkan tahun 2007 sebesar 6,21 persen. Sebagai sektor yang mendukung aktivitas sektor riil, sektor pengangkutan dan komunikasi berkaitan erat dengan sektor-sektor lain. Pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh dinamisnya mobilisasi masyarakat dan aktivitas ekonomi. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam pembentukan nilai tambah bruto dalam PDRB berada di urutan empat. Besarnya kontribusi sektor ini selama enam tahun belakangan ini selalu mengalami peningkatan. Tahun 2004, sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 12,00 persen meningkat menjadi 12,56 persen tahun 2005, meningkat menjadi 12,71 persen tahun 2006, meningkat menjadi 12,87 persen tahun 2007 kemudian menjadi 13,20 persen tahun 2008 dan 12,59 persen pada tahun 2009. h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Secara garis besar sektor ini terbagi atas tiga kelompok kegiatan utama yaitu usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan dan tanah. Sektor ini disebut sebagai sektor financial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya (penyalurannya) kembali kepada masyarakat. 69 Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam enam tahun ini selalu meningkat. Tahun 2004, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,17 persen kemudian meningkat terus menjadi 11,33 persen ditahun 2008. Pada tahun 2009, sub sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sub sektor bank yaitu sebesar 17,92 persen, kemudian diikuti oleh sub sektor jasa perusahaan sebesar 7,28 persen, sewa bangunan 5,27 persen, serta lembaga keuangan bukan bank sebesar 2,88 persen. Sumbangan yang diberikan sektor ini terhadap penciptaan PDRB pada tahun 2009 ini sebesar 11,68 persen sedikit lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 11,45 persen. Peranan sub sektor yang paling besar dalam sektor ini adalah sub sektor bank yaitu sebesar 5,83 persen, diikuti oleh sub sektor sewa bangunan sebesar 3,87 persen, sedangkan dua sub sektor yang lain yaitu sub sektor lembaga keuangan bukan bank dan sub sektor jasa perusahaan masing-masing mempunyai peranan sebesar 1,60 persen dan 0,16 persen terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan. i. Jasa – Jasa Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa digolongkan menjadi dua sub sektor yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan, dan jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lain. Sub sektor 70 jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan dan rumah tangga. Pada tahun 2008, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,84 persen, sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 6,05 persen. Pertumbuhan untuk tiap sub sektornya adalah sub sektor pemerintahan tumbuh sebesar 6,44 persen dan sub sektor swasta tumbuh sebesar 4,07 persen. Sektor jasa-jasa ini merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB Kota Padangsidimpuan setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi yang disumbangkan sektor jasa-jasa terhadap PDRB pada tahun 2009 sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 17,95 persen tahun 2008 naik menjadi 18,72 persen untuk tahun 2009. Kontribusi yang diberikan dari sub sektor pemerintahan lebih besar dari pada sub sektor swasta yaitu pada sub sektor pemerintahan sebesar 12,70 persen sedangkan sub sektor swasta sebesar 5,25 persen. Peranan sub sektor swasta dalam perkembangannya akan menjadi penting, terutama peranannya sebagai pendukung aktivitas perekonomian dan pemerintahan domestik yang terus meningkat seiring peningkatan pendapatan masyarakat pada masa mendatang. 71 B. Pembahasan dan Hasil 1. Uji Normalitas Data Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pertumbuhan PAD N Pengeluaran Ekonomi Pembangunan Daerah 12 12 12 3.9167 137.3500 717.2333 1.29603 44.26132 169.01591 Absolute .260 .190 .138 Positive .260 .182 .097 Negative -.145 -.190 -.138 Kolmogorov-Smirnov Z .902 .657 .477 Asymp. Sig. (2-tailed) .390 .781 .977 Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Menurut Singgih (2002), bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Menurut Purbaya dan Ashari (2005), model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nugroho, 2000). Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov adalah salah satu cara untuk menguji goodness fit. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai 72 sample (skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, atau poison). Berdasarkan tabel One-Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat disimpulkan bahwa : a. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel PAD adalah 0,902 dan 0,390 > 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti variabel PAD berdistribusi normal. b. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel Pengeluaran Pembangunan adalah 0,657 dan 0,781 > 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti variabel Pengeluaran Pembangunan berdistribusi normal. c. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variabel Pertumbuhan Ekonomi adalah 0,477 dan 0,977 > 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti variabel Pertumbuhan Ekonomi berdistribusi normal 2. Uji Deskriptif Tabel 4.7 Hasil Uji Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 12 2.50 6.20 3.9167 1.29603 Pengeluaran Pembangunan 12 70.20 188.60 137.3500 44.26132 Pertumbuhan Ekonomi 12 474.90 969.50 717.2333 169.01591 Daerah Valid N (listwise) 12 73 Berdasarkan tabel Descriptive Statistics dapat diperoleh : Nilai variabel PAD dari 12 observasi yang terendah adalah 2,5 milyar, dan nilai tertinggi adalah 6,2 milyar, dan nilai rata-rata adalah 3.9167 milyar dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah 1.29603. Nilai variabel Pengeluaran Pembangunan dari 12 observasi yang terendah adalah 70,2 milyar, dan nilai tertinggi adalah 188,6 milyar, dan nilai rata-rata adalah 137.3500 milyar dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah 44.26132. Nilai variabel Pertumbuhan Ekonomi dari 12 observasi yang terendah adalah 474,9 milyar, dan nilai tertinggi adalah 969,5 milyar dan nilai rata-rata adalah 717.2333 dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah 169.01591. 3. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas a Coefficients Model 1 (Constant) PAD Pengeluaran Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error 196.873 36.557 76.804 18.826 1.598 .551 Beta t Sig. Tolerance VIF 5.385 .000 .589 4.080 .003 .207 4.841 .419 2.900 .018 .207 4.841 Pembangunan a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah 74 Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Adanya kemiripan berarti adanya korelasi yang sangat kuat antar variabel independen dengan variabel independen lainnya. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat dari nilai VIF (variance inflation factor) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. 1) Nilai VIF variabel PAD adalah 4.841< 10 dan nilai Tolerance adalah 0,207 > 0,1, maka model regresi linier berganda terbebas dari asumsi multikolinieritas. 2) Nilai VIF variabel Pengeluaran Pembangunan adalah 4.841< 10 dan nilai Tolerance adalah 0,207 > 0,1, maka model regresi linier berganda ini terbebas dari asumsi multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi Tabel 4.9 Uji Autokorelasi b Model Summary Model 1 R R Square a .980 .961 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .953 36.77749 Durbin-Watson 1.408 a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui adanya tidak korelasi variabel pengganggu e1 pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (e1-1). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat 75 dilihat dari nilai Durbin Watson. Jika Durbin Watson berada di daerah no Autoccorelasi dengan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2 , maka model regresi terbebas dari autokorelasi. Berdasarkan tabel Summary diatas dan dengan jumlah variabel bebas (k) = 2 dan n = 12, maka dapat diketahui nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,408, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari asumsi autokorelasi. c. Heterokedastisitas Cara melihat regresi terbebas atau tidaknya dari asumsi heterokedastisitas dapat dilihat melalui beberapa cara diantaranya adalah melalui penyebaran scatterplot sebagai berikut: Pada scatterplot di bawah ini menunjukkan bahwa : 1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. Pada scatterplot di bawah ini menunjukkan bahwa model regresi terbebas dari asumsi heterokedastisitas. Gambar 4.1 Grafik hasil Uji Heterokedastisitas 76 4. Uji Statistik a. Uji Statistik t (Parsial) t-test atau Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap varaiabel dependen. Dimana t tabel dihitung dengan cara df = n-k, k adalah jumlah variabel independen. df = 12-2, Ttabel = 5,38 Berdasarkan tabel 4.8 Coefficients di atas menunjukan bahwa : 1) Nilai t hitung variabel PAD (X1) adalah 4,080 < nilai t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel PAD (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). 2) Nilai t hitung variable Pengeluaran Pembangunan (X2) adalah 2,900 < nilai t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y). Dengan Persamaan regresinya sebagai berikut : Y= α + β1X1 + β2X2 + e atau Pertumbuhan ekonomi = α + β1PAD+ β2Pengeluaran Pembangunan + e Pertumbuhan ekonomi = 196.873 + 76.804 PAD + 1.598 Pengeluaran Pembangunan + e 77 b. Uji Statistik F (Simultan) Tabel 4.10 Uji Simultan F-test ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 302056.891 2 151028.445 12173.256 9 1352.584 314230.147 11 F 111.659 Sig. a .000 a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah Uji Simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel diatas, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak H1. Berdasarkan tabel Anova di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 111.659 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, Hal ini berarti bahwa antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Y). 78 c. Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi atau nilai Adjusted R square digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.9 besarnya nilai koefisien determinasi antara variabel PAD (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y) adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi (Y) dapat dijelaskan oleh variabel PAD (X1) dan variabel Pengeluaran Pembangunan (X2) adalah sebesar 95,3 % selebihnya 4,7 % (100% - 95,3 % = 4,7 %) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini. 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya nilai koefisien determinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pengeluaran Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi adalah sebesar 0,953 atau 95,3 %. Hal ini berarti bahwa Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan variabel Pengeluaran Pembangunan adalah sebesar 95,3 % selebihnya 4,7 % berasal dari faktor lain yang tidak diteliti dalam model regresi ini. 2. Nilai t hitung variabel PAD adalah 4,080 < nilai t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,003 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. 3. Nilai t hitung variable Pengeluaran Pembangunan adalah 2,900 < nilai t tabel = 5,38 dan nilai signifikan 0,018 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel Pengeluaran Pembangunan berpengaruh signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. 80 B. Saran Sehubungan dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam: 1. Mengusahakan kemajuan pertumbuhan ekonomi Kota Padangsidimpuan untuk selalu berusaha meningkatkan jumlah PDRB, yaitu melalui upaya pengembangan sektor primer (pertanian) dengan sistem irigasi yang akan mampu menjamin peningkatan produk petanian secara berkelanjutan. Kemudian peningkatan sektor-sektor yang mempunyai potensi besar namun belum memberi kontribusi yang maksimum seperti sektor penggalian atau bisa juga sektor industri diharapkan tetap harus mendapat perhatian serius, karena bahan baku yang tersedia cukup berlimpah. 2. Mengupayakan peningkatan pendapatan asli daerah Kota Padangsidimpuan yang memang semestinya dibarengi dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan perbaikan fasilitas objek pajak yang ada, kemudian pengembangan pariwisata Kota Padangsidimpuan sudah saatnya untuk dilakukan, hal itu sebagai alternatif penambahan objek pajak baru. Selanjutnya yang menyangkut kebutuhan penting masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk merangsang masyarakat dalam membayar retribusi. Meningkatkan efisien dan efektivitas penggunaan anggaran belanja pembangunan serta lebih bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan daerahnya. Terutama diharapkan perhatian dari pemerintah daerah Kota Padangsidimpuan untuk dapat memberikan sarana dan pasarana pada 81 pembangunan jalan serta pembangunan sumber daya manusia yang lebih merata, sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati masyarakat seluruhnya. 82 DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 peubahan kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Jakarta Anwar, Arsjad Moh. 1986. Prospek Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek 1986/1987. Jakarta: UI-Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan Edisi 5 . UPP STIM YKPN, 2010 Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Bungin, Burhan. Metologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenoda Media Group, Jakarta, 2010. BPS. Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2008 : Badan Pusat Statistik. -----. Pendapatan Regional Kota Padangsidimpuan Tahun 2005-2009 : Badan Pusat Statistik. -----. Padangsidimpuan dalam angka Tahun 2009 : Badan Pusat Statistik. -----, Statistik Kota Padangsidimpuan Tahun 2009 : Badan Pusat Statistik -----, Statistik Kota Padangsidimpuan Tahun 2008 : Badan Pusat Statistik Davey, Kenneth. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta: UI-Press. Fahrurrazy. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kab. Aceh Utara Dengan Pendapatan Sektor Pembentuk PDRB. Tesis, Pascasarjana USU, 2009. Ghozali, Imam, ”Aplikasi Multivariate Diponegoro, Semarang : 2009 Program SPSS”, Universitas 83 Hamidy Harahap, Basyral. 2003. Padangsidimpuan Menghadapi Tantangan Zaman..PUSTAKA, Bandung. Hasan, Said Hamid. 1994. Pendidikan IPS 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Musgrave, Richard A. 1999. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga. Mustafa, Hasan. 2002. (http://search.yahoo.com). SDM dan Otonomi Daerah. (Online), Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. ”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”. Yogyakarta : 2004 Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, ANDI, Yogyakarta : 2005. Prasetyo, Bambang dan Lina, M Janah. Metode Penelitian Kuantitatif (teori dan implikasi).Rajawali Pers, Jakarta. 2005. Prayitno, Hadi. 1989. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE. Santoso, Singgih, “SPSS Mengolah data statistic secara professional”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta : 2002. Suparmoko, M. 1999. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung, 2009. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suandy, Erly. 2002. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Todaro, P Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga Uyanto, Stanislaus S, 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta; Graha Ilmu. Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 84 Lampiran I Jumlah pendapatan asli daerah (PAD), Pengeluaran pembangunan dan Pertumbuhan ekonomi di Kota Padangsidimpuan Tahun 2004-2009 (Milyar Rupiah) Tahun 2004 a 2004 b 2005 a 2005 b 2006 a 2006 b 2007 a 2007 b 2008 a 2008 b 2009 a 2009 b Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.5 2.7 2.6 2.8 3 3 4.4 4.6 4.7 4.9 5.6 6.2 Pengeluaran Pembangunan Pertumbuhan Ekonomi Daerah 70.2 86.2 89.8 91.8 116.5 136.5 157.5 177.5 182.6 188.6 180.5 170.5 474.9 514.9 545.6 595.6 640.4 680.4 715.9 795.9 862.1 882.1 929.5 969.5 Sumber : BPS, Dispenda, Bappeda Kota Padangsidimpuan 85 Lampiran II Hasil Analisis Frekuensi deskriptif Frequencies Statistics PAD N Valid Pengeluaran Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Daerah 12 12 12 0 0 0 Missing Frequency Table PAD Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 2.50 1 8.3 8.3 8.3 2.60 1 8.3 8.3 16.7 2.70 1 8.3 8.3 25.0 2.80 1 8.3 8.3 33.3 3.00 2 16.7 16.7 50.0 4.40 1 8.3 8.3 58.3 4.60 1 8.3 8.3 66.7 4.70 1 8.3 8.3 75.0 4.90 1 8.3 8.3 83.3 5.60 1 8.3 8.3 91.7 6.20 1 8.3 8.3 100.0 Total 12 100.0 100.0 86 Pengeluaran Pembangunan Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 70.20 1 8.3 8.3 8.3 86.20 1 8.3 8.3 16.7 89.80 1 8.3 8.3 25.0 91.80 1 8.3 8.3 33.3 116.50 1 8.3 8.3 41.7 136.50 1 8.3 8.3 50.0 157.50 1 8.3 8.3 58.3 170.50 1 8.3 8.3 66.7 177.50 1 8.3 8.3 75.0 180.50 1 8.3 8.3 83.3 182.60 1 8.3 8.3 91.7 188.60 1 8.3 8.3 100.0 12 100.0 100.0 Total Pertumbuhan Ekonomi Daerah Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 474.90 1 8.3 8.3 8.3 514.90 1 8.3 8.3 16.7 545.60 1 8.3 8.3 25.0 595.60 1 8.3 8.3 33.3 640.40 1 8.3 8.3 41.7 680.40 1 8.3 8.3 50.0 715.90 1 8.3 8.3 58.3 795.90 1 8.3 8.3 66.7 862.10 1 8.3 8.3 75.0 882.10 1 8.3 8.3 83.3 929.50 1 8.3 8.3 91.7 969.50 1 8.3 8.3 100.0 87 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Frequency Valid Percent Valid Percent Cumulative Percent 474.90 1 8.3 8.3 8.3 514.90 1 8.3 8.3 16.7 545.60 1 8.3 8.3 25.0 595.60 1 8.3 8.3 33.3 640.40 1 8.3 8.3 41.7 680.40 1 8.3 8.3 50.0 715.90 1 8.3 8.3 58.3 795.90 1 8.3 8.3 66.7 862.10 1 8.3 8.3 75.0 882.10 1 8.3 8.3 83.3 929.50 1 8.3 8.3 91.7 969.50 1 8.3 8.3 100.0 12 100.0 100.0 Total 88 89 Descriptives Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 12 2.50 6.20 3.9167 1.29603 Pengeluaran Pembangunan 12 70.20 188.60 137.3500 44.26132 Pertumbuhan Ekonomi 12 474.90 969.50 717.2333 169.01591 Daerah Valid N (listwise) 12 90 Lampiran III Hasil Analisis Regresi Regression Variables Entered/Removed Variables Variables Entered Removed Model 1 Pengeluaran Method . Enter Pembangunan, PAD a a. All requested variables entered. b Model Summary Model R R Square a 1 .980 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .961 .953 Durbin-Watson 36.77749 1.408 a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression Residual Total df Mean Square 302056.891 2 151028.445 12173.256 9 1352.584 314230.147 11 F 111.659 Sig. a .000 a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pembangunan, PAD b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah 91 a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) PAD Coefficients Std. Error Beta 196.873 36.557 76.804 18.826 1.598 .551 Pengeluaran Pembangunan t Sig. 5.385 .000 .589 4.080 .003 .419 2.900 .018 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF PAD .207 4.841 Pengeluaran Pembangunan .207 4.841 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah a Collinearity Diagnostics Variance Proportions Dimensi Pengeluaran Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) PAD Pembangunan 1 1 2.933 1.000 .01 .00 .00 2 .057 7.145 .99 .06 .05 3 .010 17.371 .00 .94 .95 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah 92 a Residuals Statistics Minimum Predicted Value Maximum Mean Std. Deviation N 501.0925 945.5900 717.2333 165.70974 12 -70.66377 36.93993 .00000 33.26649 12 Std. Predicted Value -1.304 1.378 .000 1.000 12 Std. Residual -1.921 1.004 .000 .905 12 Residual a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Daerah Charts 93 Lampiran IV Hasil Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PAD N Normal Parameters a,,b Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Daerah 12 12 12 3.9167 137.3500 717.2333 1.29603 44.26132 169.01591 Absolute .260 .190 .138 Positive .260 .182 .097 Negative -.145 -.190 -.138 Kolmogorov-Smirnov Z .902 .657 .477 Asymp. Sig. (2-tailed) .390 .781 .977 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Pengeluaran a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 94