BAB IV EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT KRAKATAU STEEL (PESERO) IV.1 Analisis Penelitian Berdasarkan metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data, penulis memakai alat penelitian berbentuk kuesioner, yaitu berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang diisi sendiri oleh karyawan perusahaan yang mempunyai hubungan dengan penerapan good corporate governance dan selanjutnya karyawan memberikan penilaian atau skor secara obyektif terhadap jawaban tersebut. Selain menggunakan kuesioner, pada penelitian ini penulis juga melakukan wawancara serta pengamatan langsung terhadap lingkungan perusahaan dan sekitarnya. Proses Wawancara dilakukan dengan Bapak Ari Slamet (Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Steel) dan Bapak Eddy Hariono (Kepala Bidang Usaha Indusri Strategis II, Kementrian BUMN). Wawancara dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda. Wawancara dengan Bapak Eddy Hariono dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2007 di kediaman beliau yang berlokasi di daerah Meruya, Jakarta Barat. Sedangkan wawancara dengan Bapak Ari Slamet dilakukan pada tanggal 3 Juli 2007 bertempat di kantor beliau di Gedung Wisma Baja, Jakarta Selatan. Proses pengamatan langsung penulis lakukan ketika sedang mengunjungi perusahaan. Penulis memperhatikan keadaan lingkungan perusahaan itu sendiri maupun keadaan lingkungan sekitarnya seperti kondisi jalan raya, pemukiman masyarakat, polusi udara maupun polusi suara yang dapat dilihat dan dirasakan tanpa memakai alat bantu. 56 Sedangkan untuk mengetahui pandangan dan penilaian para karyawan PT Krakatau Steel (Persero) mengenai penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan, penulis melakukan penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 28 Mei – 8 Juni 2007. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 25 orang responden, yang tersebar dari beberapa bagian/divisi/dinas/subdit seperti antara lain SDM, SPI, Humas, Akuntansi, Hukum, Personalia/remunerasi, dan GCG. Kuesioner hanya dapat disebarkan kepada karyawan PT Krakatau Steel (Persero) yang berada pada level tertentu. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh lapisan karyawan pada PT Krakatau Steel (Persero) mengetahui adanya kebijakan mengenai corporate governance pada perusahaan tempat mereka bekerja tersebut. IV.1.1 Analisa Kuesioner Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 25 responden karyawan PT Krakatau Steel (Persero), maka didapatlah hasil perhitungan seperti yang terlihat pada tabel dibawah. Kuesioner ini berisi 46 pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan prinsip good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero). Pertanyaan yang diberikan antara lain mengenai pedoman good corporate governance, komite-komite yang ada pada perusahaan, Code of Conduct, RUPS, dan sebagainya. 57 Tabel IV.1 Data hasil kuesioner Indikator P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 P-11 P-12 P-13 P-14 P-15 P-16 P-17 P-18 P-19 P-20 P-21 P-22 P-23 P-24 P-25 P-26 P-27 P-28 P-29 P-30 P-31 P-32 P-33 P-34 P-35 P-36 SS 0 0 5 30 20 10 20 0 5 15 35 15 45 35 25 35 5 15 30 20 40 65 30 35 50 30 40 5 10 5 20 50 10 25 25 5 S 44 36 80 72 64 56 48 32 20 72 56 60 64 48 40 52 68 76 76 68 48 48 64 60 48 64 56 4 44 64 72 56 36 24 76 36 Bobot KS 36 30 3 0 12 24 12 24 39 12 9 12 0 6 30 15 21 9 0 12 15 0 9 9 3 9 6 45 33 21 9 3 30 33 3 39 TS 4 10 4 0 2 2 10 14 10 0 2 6 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 2 8 2 2 0 0 6 4 0 2 STS Responden Penilaian 0 25 84 1 25 77 1 25 93 1 25 103 0 25 98 0 25 92 0 25 90 2 25 72 1 25 75 0 25 99 0 25 102 0 25 93 0 25 109 0 25 97 0 25 95 0 25 102 0 25 94 0 25 100 0 25 106 0 25 100 0 25 103 0 25 113 0 25 103 0 25 104 0 25 105 0 25 103 0 25 104 4 25 66 0 25 89 0 25 92 0 25 101 0 25 109 1 25 83 1 25 87 0 25 104 1 25 83 Ratarata 3.36 3.08 3.72 4.12 3.92 3.68 3.60 2.88 3.00 3.96 4.08 3.72 4.36 3.88 3.80 4.08 3.76 4.00 4.24 4.00 4.12 4.52 4.12 4.16 4.20 4.12 4.16 2.64 3.56 3.68 4.04 4.36 3.32 3.48 4.16 3.32 58 P-37 10 40 36 0 P-38 5 28 45 2 P-39 15 40 24 4 P-40 45 64 0 0 P-41 20 40 33 0 P-42 0 44 39 2 P-43 10 76 12 12 P-44 40 52 12 0 P-45 10 72 15 0 P-46 10 48 27 0 TOTAL 975 2436 816 122 1 1 2 0 0 0 0 0 0 2 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 87 81 85 109 93 85 98 104 97 87 3.48 3.24 3.40 4.36 3.72 3.40 3.92 4.16 3.88 3.48 19 25 4356 174.24 Keterangan: P-01 Æ Pembuatan, pendistribusian dan pelaksanaan pedoman tata kelola Perusahaan. P-02 Æ Perhatian dan penerapan terhadap tata kelola perusahaan. P-03 Æ Penetapan & pelaksanaan anggaran bagi praktek tata kelola perusahaan. P-04 Æ Kepemilikan pedoman GCG yang mengatur hak pemegang saham & tugas Direksi serta Komisaris P-05 Æ Kepemilikan komite audit P-06 Æ Evaluasi keadaan & kinerja perusahaan oleh komite audit P-07 Æ Mengenai tugas komite remunerasi P-08 Æ Mengenai tugas komite nominasi P-09 Æ Mengenai tugas komite risiko P-10 Æ Mengenai kewenangan komisaris dalam bertanggung jawab terhadap GCG P-11 Æ Mengenai evaluasi kinerja direksi P-12 Æ Kepemilikan pejabat khusus P-13 Æ Kepemilikan Code of Conduct/Ethics 59 P-14 Æ Pendistribusian Code of Conduct/Ethics P-15 Æ Mengenai standar etika yang terdapat pada Code of Conduct/Ethics P-16 Æ Mengenai harapan perusahaan yang terdapat pada Code of Conduct/Ethics P-17 Æ Mengenai kerahasiaan informasi tentang perusahaan lain yang tercantum pada Code of Conduct/Ethics. P-18 Æ Mengenai kerahasiaan karyawan yang tercantum pada Code of Conduct/ Ethics. P-19 Æ Mengenai kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang tercantum pada Code of Conduct/Ethics P-20 Æ Mengenai kebijakan intern tentang perangkapan jabatan direktur P-21 Æ Berhubungan dengan visi & misi P-22 Æ Pengadaan RUPS tahunan P-23 Æ Pemberitahuan tentang RUPS kepada pemegang saham P-24 Æ Penyediaan informasi keuangan kepada pemegang saham P-25 Æ Penyampaian informasi keuangan P-26 Æ Informasi keuangan sebagai perbandingan dalam keputusan berinvestasi P-27 Æ Kesempatan bagi pemegang saham untuk memeriksa laporan keuangan P-28 Æ Menempatkan laporan keuangan &analisa manajemen perusahaan di Internet. P-29 Æ Isi dari laporan yang dipersiapkan untuk RUPS P-30 Æ Gambaran sistem manajemen resiko pada laporan tahunan P-31 Æ Gambaran tujuan dan strategi bisnis pada laporan tahunan P-32 Æ Pencantuman nama Komisaris dan Direksi pada laporan tahunan P-33 Æ Pencantuman nilai kompensasi Komisaris dan Direksi pada laporan 60 Tahunan. P-34 Æ Pemberitahuan pekerjaan lain dari Komisaris P-35 Æ Gambaran praktek-praktek corporate governance pada laporan tahunan P-36 Æ Pemberitaan klaim, kekayaan, dan kasus perusahaan pada laporan tahunan P-37 Æ Gambaran transaksi pihak yang berhubungan pada laporan tahunan P-38 Æ Gambaran potensi benturan kepentingan pada laporan tahunan P-39 Æ Keterbukaan informasi terhadap konsumen P-40 Æ Penerimaan kritik dan saran dari konsumen P-41 Æ Kepemilikan aturan mengenai perilaku anggota P-42 Æ Evaluasi terhadap etika kerja/bisnis P-43 Æ Kepemilikan program pengembangan komunitas P-44 Æ Kepemilikan program pengendalian lingkungan hidup P-45 Æ Kepastian perolehan hak para stakeholders P-46 Æ Mengenai profesionalisme dalam hubungan kerja Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan, PT Krakatau Steel (Persero) memperoleh skor atau nilai sebesar 4356 dengan nilai rata-rata sebesar 174.24. Nilai rata-rata didapat dengan cara membagi total nilai yang diperoleh dengan jumlah responden. Pengolahan kuesioner diatas menggunakan skala pengukuran rating scale. Dimana dalam skala pengukuran rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan (seperti: setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah), tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. 61 Berdasarkan kuesioner di atas, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut: Jumlah skor kriterium (apabila setiap butir pertanyaan mendapat skor tertinggi) = Skor tertinggi tiap butir x jumlah butir pertanyaan x jumlah responden = 5 x 46 x 25 = 5750 Jumlah skor atau nilai hasil pengumpulan data melalui kuesioner yaitu sebesar 4356, sedangkan jumlah skor kriterium sebesar 5750. Dengan demikian penerapan prinsip-prinsip good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero) menurut persepsi atau penilaian 25 responden ialah sebesar 4356 / 5750 = 76% dari kriteria yang ditetapkan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 1150 2300 3450 sangat tidak baik kurang baik baik 4600 cukup 4356 baik 5750 sangat baik Seperti yang terlihat pada gambar diatas, nilai yang diperoleh PT Krakatau Steel (Persero) sehubungan dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yaitu sebesar 4356 dan termasuk dalam kategori interval “baik” dan “cukup baik”, tetapi lebih mendekati “cukup baik”. 62 IV.2 Evaluasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT Krakatau Steel (Persero) Pada bab sebelumnya, telah disebutkan bahwa salah satu hal terpenting dalam pelaksanaan praktek corporate governance pada suatu perusahaan adalah perhatian dan kepedulian perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, atau yang biasa disebut dengan stakeholders. Sama seperti perusahaan–perusahaan lain yang berbentuk perseroan, PT Krakatau Steel (Persero) harus menghadapi, memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai macam kepentingan atau tuntutan dari para pihak pemegang kepentingan pada perusahaan (stakeholders). Hal tersebut menunjukkan bahwasanya sebagai salah satu bentuk badan usaha perseroan, maka PT Krakatau Steel (Pesero) harus mampu menghadapi dan menangani konflik atau pertentangan kepentingan yang terjadi di antara para stakeholders tersebut atau yang dikenal dengan istilah agency problem. Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Eddy Hariono, dikatakan bahwa sejak PT Krakatau Steel (Persero) menerapkan sistem tata kelola perusahaan (corporate governance) tahun 2000, PT Krakatau Steel (Persero) semakin meningkatkan usahanya untuk memperhatikan kepentingan para stakeholders-nya. Hal ini terlihat dari adanya suatu program yang dibentuk PT Krakatau Steel (Persero) sehubungan dengan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup. Program tersebut dinamakan Program Pembinaan Kemitraan dan Biro Lingkungan (PKBL), dimana program ini sudah terbentuk sejak tahun 1998 namun dengan diterapkannya corporate governance maka program ini semakin meningkatkan kinerjanya untuk lebih memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan, bahwa PT Krakatau Steel (Persero) terus meningkatkan kepedulian 63 sosialnya diantaranya dengan mempekerjakan penduduk yang tinggal di sekitar daerah operasi perusahaan. Disamping upaya perusahaan untuk memperhatikan dan memenuhi berbagai kepentingan para stakeholders-nya, maka penerapan prinsip-prinsip good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero) dapat dilihat pada uraian berikut. IV.2.1 Transparancy (Keterbukaan) Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governancy, pengertian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam penerapan prinsip-prinsip transparency, PT Krakatau Steel (Persero) memiliki adanya komite audit yang dibentuk oleh perusahaan, internal auditor dan penggunaan jasa auditor independent (akuntan publik) yang berkualitas dan bereputasi. Prinsip ini diterapkan mengingat perusahaan hendaknya memiliki keterbukaan atas perolehan informasi yang tepat waktu atas kinerja perusahaan yang akan disampaikan kepada para pemegang kepentingan. a. Akuntan Publik Sesuai dengan hasil wawancara dengan Sekretaris Perusahaan, beliau mengatakan bahwa PT Krakatau Steel (Pesero) pada dasarnya telah menggunakan jasa akuntan publik yang berfungsi untuk melakukan pemeriksaan keuangan. Auditor independen dipilih oleh Komisaris dan diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Dimana yang menjadi auditor independen PT Krakatau Steel (Persero) tahun 64 2006 Kanaka dan BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan). Pada tahun 2006 tersebut PT Krakatau Steel (Persero) menggunakan 2 jasa auditor independen, hal ini seperti dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan bahwa mungkin pemerintah, selaku pemegang kepentingan terhadap perusahaan, memiliki suatu rencana tersendiri terhadap perusahaan. Oleh karena itu, mereka (pemerintah) memutuskan untuk menggunakan 2 jasa auditor independen sekaligus untuk 1 periode. Sedangkan untuk tahun 2007 ini, PT Krakatau Steel (Persero) menggunakan jasa KAP Ernst & Young dalam memeriksa laporan keuangan perusahaan. Fungsi dari akuntan publik tersebut adalah sebagai fungsi kepercayaan bagi Komisaris, karena hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan fungsi pengawasan Dewan Komisaris. b. Komite Audit dan SPI (Satuan Pengendalian Intern) Selain akuntan publik, unsur lain yang juga turut menunjang transparancy dari suatu perusahaan adalah Komite Audit. Perlunya kehadiran Komite Audit pada suatu perusahaan adalah untuk menjembatani kesenjangan informasi antara fungsi audit dalam perusahaan dengan pemegang saham. Komite Audit PT Krakatau Steel (Persero) telah memiliki piagam/dokumen (charter) yang menjamin terciptanya dengan baik kondisi pengawasan suatu perusahaan. Komite Audit charter berisi mengenai uraian tugas dan tanggung jawab Komite Audit, kriteria keanggotaan, serta pengangkatan dan pemberhentian anggota Komite Audit tersebut. Selama ini pihak yang lebih banyak memiliki akses terhadap proses dan hasil audit adalah manajemen. Dengan kewenangan struktural yang mereka miliki, manajemen bisa mempengaruhi auditor internal dalam menentukan informasi mana yang bisa dipublikasikan atau tidak. Mereka (manajemen) juga bisa memilih untuk 65 menindaklanjuti temuan-temuan audit atau hanya menyimpannya tanpa melakukan tindakan apapun. Sementara pihak auditor sendiri tidak memiliki jalur lain untuk mengungkapkan temuan-temuan yang mereka dapatkan. Kehadiran Komite Audit dalam perusahaan diharapkan dapat menghentikan praktek-praktek tersebut, sehingga temuantemuan audit tersebut dapat segera ditelusuri akar permasalahannya dan dapat segera ditindak lanjuti. Komite Audit tersebut bertugas untuk membantu Komisaris dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas eksternal dan internal auditor. Selanjutnya, Sekretaris Perusahaan juga mengungkapkan bahwa tujuan utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan efektifitas, akuntabilitas, transparansi dan objektivitas Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit akan berhubungan dengan SPI (Satuan Pengawasan Intern) selaku internal audit pada PT Krakatau Steel (Persero). Dalam struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero), kedudukan SPI berada di bawah kekuasaan Direktur Utama, ini berarti Kepala SPI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab dan patuh kepada Direktur Utama. Oleh sebab itu, dalam prakteknya pengawasan yang dilakukan oleh SPI tidak bebas dari kekuasaan manajemen atau eksekutif perusahaan. Sehubungan dengan tidak bebasnya posisi lembaga SPI dari kekuasaan eksekutif atau manajemen perusahaan serta ditambah lagi dengan kesibukan para Komisaris dengan jabatan lain di luar PT Krakatau Steel (Persero), maka kedudukan Komite Audit sebagai lembaga pengawas internal akan semakin dibutuhkan. SPI selaku auditor internal perusahaan akan memberikan berbagai laporan tentang temuan-temuan dari pelaksanaan kegiatan direksi sehari-hari kepada Komite 66 Audit, kemudian Komite Audit akan memeriksa atau mengecek semua temuan yang dilaporkan oleh SPI tersebut. Apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan (terjadi penyimpangan atau kesalahan) dalam laporan SPI tersebut, maka Komite Audit akan memberikan masukan atau saran perbaikan kepada SPI dan akan menyampaikan atau melaporkan penyimpangan tersebut kepada Komisaris. Selanjutnya, Komisaris akan mengundang Direksi untuk melakukan pertemuan atau rapat dalam rangka membicarakan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Setiap bulannya, PT Krakatau Steel (Persero) mengadakan rapat dengan melibatkan Komisaris, Direksi, Sekretaris Perusahaan, Komite Audit dan SPI itu sendiri. Rapat tersebut tidak sematamata hanya membahas temuan-temuan masalah yang ada tetapi juga membicarakan prediksi masalah yang mungkin terjadi serta bagaimana cara penanganannya. c. Rapat-rapat yang dilakukan Selain Rapat bersama dengan Komite Audit tersebut, Direksi serta Komisaris juga melakukan beberapa pertemuan yang membahas mengenai rencana kerja perusahaan. Diantaranya terdapat rapat Dewan Komisaris yang diadakan sebulan sekali, rapat Dewan Direksi yang diadakan seminggu sekali, serta rapat antara Dewan Komisaris dan Direksi yang diadakan dua minggu sekali. Untuk RUPS, PT Krakatau Steel (persero) melaksanakan RUPS 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu RUPS tahunan yang membahas laporan keuangan tahun sebelumnya serta RUPS kinerja yang membahas mengenai kinerja para organ perusahaan. Walaupun demikian, dari beberapa pertemuan atau rapat yang diadakan oleh Komisaris maupun Direksi, mereka belum pernah menyampaikan notulen rapat tertulis secara tepat waktu kepada Pemegang Saham. Selama ini mereka hanya menyampaikan secara lisan, sedangkan penyampaian tertulis dilakukan sesudahnya. 67 d. Keterbukaan informasi dalam annual report dan internet Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, dalam penerapan prinsip transparancy diperlukan pula keterbukaan informasi keuangan maupun keterbukaan analisis manajemen serta informasi yang bersifat materiil yang berhubungan dengan perkembangan kegiatan usahanya. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan, bahwa PT Krakatau Steel (Persero) membuat laporan keuangan perusahaan untuk setiap tahunnya, tetapi mempublikasikan laporan keuangannya dalam bentuk laporan tahunan setiap dua tahun sekali karena tahun berjalan menggunakan patokan tahun sebelumnya. PT Krakatau Steel (persero) telah mempublikasikan laporan tahunannya dalam bentuk buku annual report maupun dalam koran lokal dan koran nasional. Untuk keterbukaan informasi di internet, beliau mengatakan bahwa PT Krakatau Steel (Persero) tidak mempublikasikan laporan tahunan maupun analisa manajemen di internet. Hal tersebut bukan dikarenakan ketidakmauan perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan dan analisa manajemennya tetapi karena perusahaan sedang bermasalah dengan divisi IT yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan penanganan informasi di internet. Orang tersebut sudah keluar atau mengundurkan diri dari PT Krakatau Steel (Persero) sejak 2 (dua) tahun yang lalu, dan sampai sekarang belum ada yang menggantikan posisi tersebut. Sementara waktu, sampai mendapatkan penggantinya, divisi IT mendeveloped web perusahaan dengan cara ask and give, ada permintaan baru akan akan diberikan. Jadi laporan tersebut tidak dipasang dalam format PDF yang dapat diakses oleh semua orang. 68 IV.2.2 Accountability (Akuntabilitas) Pengertian accountability berdasarkan KEP-117/M-MBU/2002 merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merupakan salah satu solusi pokok untuk mengatasi agency problem yang timbul di antara Pemegang Saham dan Direksi. Menurut kerangka evaluasi dari prinsip accountability adalah menyusun lembaga pengawasan yang efektif dan mendorong penerapan hukum. Prinsip ini menciptakan sistem yang kondusif, ada pembatasan kekuasaan antara Direksi dan Komisaris. Oleh karena itu, masing-masing organ perusahaan harus menyadari sepenuhnya hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya. Pada dasarnya, pelaksanaan prinsip akuntabilitas berlandaskan pada sistem internal checks and balance yang mencakup praktek-praktek audit yang sehat. Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang mendasarkan pada keseimbangan kekuasaan antara Pemegang Saham, Komisaris, Direksi dan Auditor. Hasil wawancara dengan Sekretaris Perusahaan menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan PT Krakatau Steel (Persero) untuk mendorong penerapan hukum adalah berupa kerangka peraturan dan perundang-undangan (regulatory framework) yang mengatur tentang praktek corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero). Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk PT Krakatau Steel (Persero), UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) merupakan kerangka paling penting bagi perundang-undangan yang ada mengenai corporate governance di Indonesia. Pada dasarnya UUPT tersebut termasuk kerangka pengaturan corporate governance yang berasal dari luar perusahaan. 69 a. Organ-organ perusahaan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), suatu perusahaan merupakan suatu badan hukum sendiri dengan Komisaris dan Direksi yang mewakili perusahaan. Adapun struktur umum suatu perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) mempunyai organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang merupakan organ tertinggi, kemudian Dewan Komisaris sebagai organ yang mewakili para pemilik perusahaan (shareholders) dan mempunyai fungsi sebagai pengawas dan penasehat direksi. Organ yang ketiga adalah Dewan Direksi yang mempunyai tugas utama menjalankan operasional perusahaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RUPS dan ketentuan – ketentuan operasional perusahaan. Selain ketiga organ tersebut, termasuk juga didalamnya Corporate Secretary yang bertugas sebagai penghubung investor (investor relation officer). Sekretaris perusahaan juga mempunyai tugas untuk mengawasi apakah perusahaan telah mematuhi peraturan tentang persyaratan yang berlaku. b. Sosialisasi Good Corporate Governance Untuk mendukung terlaksananya pelaksanaan corporate governance yang baik, PT Krakatau Steel (Persero) telah memiliki unit/divisi khusus yang menangani tentang good corporate governance. Akan tetapi, fungsi dari divisi tersebut belum berjalan secara optimal, hal ini terlihat dalam proses sosialisasi mengenai GCG pada PT Krakatau Steel (Persero) belumlah merata ke semua lapisan karyawan. Hanya lapisan atau level tertentu yang sudah mengetahui serta melaksanakan pedoman GCG. Sosialisasi yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel selama ini terbagi dalam berberapa program, yaitu program sosialisasi etika perusahaan, dan program sosialisasi 70 GCG. Sosialisasi tersebut disesuaikan porsi dan kapasitasnya sesuai dengan tingkat kepentingan yang dimiliki. IV.2.3 Responsibility (Pertanggungjawaban) Berdasarkan KEP-117/M-MBU/2002, responsibility merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini menekankan bahwa perusahaan harus memiliki tanggung jawab sosial sebagai anggota masyarakat, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, profesionalisme, serta perusahaan harus mampu menciptakan kondisi lingkungan bisnis yang sehat. a. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Dari prinsip responsibility tersebut, mengisyaratkan bahwa pengawasan terhadap perusahaan tidak hanya dilakukan oleh pemegang saham ataupun Dewan Komisaris tetapi dapat juga dilakukan oleh masyarakat. Hal tersebut merupakan perwujudan nyata dari hubungan masyarakat dengan perusahaan sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak negative yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus menyampaikan informasi kepada masyarakat yang terkena dampak kegiatan perusahaan. Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat, perusahaan memberikan partisipasi untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan 71 lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Pada PT Krakatau Steel (Persero) program tersebut dikenal dengan PKBL (Pembinaan Kemitraan & Bina Lingkungan). Melalui program ini banyak hal yang telah dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero), terutama sejak program ini mulai dibentuk pada tahun 1998. Melalui program Pembinaan Kemitraan ini pula PT Krakatau Steel (Persero) pada akhir tahun 2005 menerima award dari UNICEF mengenai Kemitraan Unggul. Pelestarian lingkungan di sekitar kawasan industri PT Krakatau Steel (Persero) dan kota Cilegon selalu menjadi perhatian perusahaan. Dalam upaya pelestarian lingkungan, aktivitas-aktivitas seperti pengendalian pencemaran, analisis pencemaran, dan penelitian pencemaran telah manjadi tanggung jawab rutin perusahaan. Komitmen terhadap konservasi lingkungan ini diwujudkan pula dengan menerapkan sistem manajemen yang terkait seperti Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Selain menerapkan ISO 14001, dalam rangka lebih menjamin kehandalan mutu pengukuran lingkungan, perusahaan telah berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 17025 atas Laboratorium Uji Lingkungan dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium ini juga telah diakui menjadi laboratorium lingkungan rujukan di wilayah Provinsi Banten. Sebagai konsekuensi dari diimplementasikannya ISO 14001, SGS secara rutin diadakan pengawasan terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan di seluruh unit kerja PT Krakatau Steel (Persero). Dari hasil pemantauan lingkungan yang dilaksanakan secara rutin dan disusun ke dalam Matrik Rona Lingkungan berdasarkan kombinasi 72 hasil pemantauan kualitas udara, kualitas air dan kondisi klimatologi, dipastikan bahwa tingkat polusi masih berada jauh di bawah standar yang ditetapkan. b. Sistem pengendalian dan pengawasan terhadap karyawan Selain tanggung jawab sosial, prinsip responsibility juga mendorong perlunya profesionalisme, menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menciptakan lingkungan bisnis yang sehat. Dalam upaya penerapan prinsip responsibility, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan bahwa perusahaan menggunakan pengendalian yang dapat digunakan dalam rangka mengawasi segala tindakan dari Direksi. Pengendalian tersebut dilakukan melalui penetapan struktur kompensasi yang akan diberikan kepada Direksi sebagai bagian dari tim eksekutif perusahaan, para manajer dan karyawan perusahaan. Agar dapat menjamin keseimbangan kepentingan di antara pihak eksekutif atau manajemen dengan pemegang saham dapat dilakukan dengan penetapan struktur kompensasi eksekutif. Pemberian kompensasi dalam bentuk insentif kepada manajer dan anggota organisasi merupakan cara ampuh yang dapat mendorong manajer dan anggota organisasi untuk lebih termotivasi dalam mencapai dan melampaui target yang ditetapkan. Kompensasi insentif pada umumnya diberikan perusahaan dalam bentuk bonus-bonus. Seperti yang telah dijelaskan oleh Sekretaris Perusahaan, bahwa PT Krakatau Steel (Persero) telah berusaha untuk selalu memberikan perhatian terhadap kesejahteraan para karyawannya, baik yang berada dalam jajaran eksekutif atau manajerial maupun yang termasuk dalam jajaran non-manajerial. Hal tersebut dilakukan PT Krakatau Steel (Persero) karena perusahaan sangat menyadari bahwa karyawan merupakan aset penting yang dapat menentukan keberhasilan usaha. Disamping gaji, perusahaan juga memberikan berbagai tunjangan kepada karyawan, yaitu dalam bentuk 73 tunjangan jabatan, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, dan jaminan sosial tenaga kerja, dan beberapa tunjangan lainnya. Akan tetapi, walaupun telah dilakukan upaya-upaya demi menjaga keseimbangan kepentingan, masih ada saja penyimpangan yang terjadi diantara pihak eksekutif dengan pemegang saham. Masih ada beberapa pihak yang tidak mengedepankan sikap profesionalisme dengan cara menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Hal tersebut terlihat dari masih adanya pengisian suatu jabatan yang tidak melalui proses kualifikasi yang telah ditetapkan, melainkan dikarenakan adanya suatu hubungan kepentingan antara calon eksekutif dengan pemegang kekuasaan tersebut. IV.2.4 Independency (Kemandirian) Pengertian independency menurut KEP-117/M-MBU/2002 merupakan keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Kemandirian merupakan suatu keharusan agar organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi perusahaan serta dalam pelaksanaannya selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing organ perusahaan. a. Independensi SPI (Satuan Pengawasan Intern) Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit akan berhubungan dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI) selaku internal audit pada PT Krakatau Steel (Persero). Dalam struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero), kedudukan SPI berada tepat di bawah kekuasaan Direksi, hal ini berarti Kepala SPI dalam pelaksanaan tugas atau fungsinya 74 bertanggung jawab dan patuh kepada Direksi. Oleh sebab itu, dalam prakteknya pengawasan yang dilakukan oleh SPI tidak bebas dari kekuasaan manajemen atau eksekutif perusahaan. Akan tetapi, Komite Audit membutuhkan dukungan dari Direksi dan Manajemen dalam melaksanakan tugasnya secara mandiri dan bebas dari pengaruh manajemen maupun pengaruh lainnya. Komite Audit dan SPI pada PT Krakatau Steel (Persero) selalu berusaha untuk memelihara suatu tingkat kemandirian professional dalam menilai pelaksanaan tanggung jawab manajemennya. Tetapi bukan berarti harus bertentangan dengan manajemen, karena pada dasarnya SPI dan manajemen memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk peningkatan efisiensi. Untuk memastikan kemandirian fungsi SPI dan memastikan bahwa temuan audit telah ditindaklanjuti dengan benar dan wajar, Komite Audit akan meningkatkan dan memperbaiki kerja sama yang saling menguntungkan dengan SPI dan manajemen ekekutif. b. Independensi dalam pengangkatan para eksekutif Berbicara mengenai bebas dari benturan kepentingan maupun dari segala pengaruh atau tekanan, maka seharusnya dalam pengangkatan Komisaris maupun Direksi pun harus bebas dari segala pengaruh dan tekanan dari pihak manapun. Pengangkatan Komisaris dan Direksi harus berjalan sesuai dengan sistem yang ada serta dilakukan secara transparan. Seorang Komisaris atau Direksi diangkat bukan berdasarkan adanya suatu hubungan kepentingan yang dapat menimbulkan keuntungan pribadi bagi salah satu ataupun kedua belah pihak, tetapi pengangkatan tersebut haruslah menguntungkan bagi semua pihak terutama perusahaan. 75 c. Independensi dalam pemilihan KAP Dalam pemilihan dan penunjukan KAP (Kantor Akuntan Publik), PT Krakatau Steel (Persero) menggunakan akuntan publik yang dipilih atau diusulkan oleh Komisaris dan diputuskan serta disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Hal ini tentunya akan menjamin bahwa akuntan publik yang terpilih bebas dari segala bentuk pengaruh maupun benturan kepentingan yang dapat menyebabkan ketidakmandirian akuntan publik tersebut. IV.2.5 Fairness (Kewajaran) Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-117/MMBU/2002, fairness merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan peranjian dan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menunjang terselenggaranya good corporate governance yang baik, sangatlah diperlukan adanya perlindungan terhadap pemegang saham yang dalam hal ini adalah perlindungan terhadap pemerintah sebagai pemilik perusahaan. a. Perlindungan terhadap Pemegang Saham Bentuk perlindungan yang diperoleh pemegang saham PT Krakatau Steel (Persero) seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Perusahaan adalah sebagai berikut: • Pengangkatan anggota Direksi dan Komisaris dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang disetujui oleh pemegang saham, • Pengubahan ketentuan Anggaran Dasar termasuk pengubahan nama, maksud dan tujuan, kegiatan usaha dan jangka waktu berdirinya perseroan hanya dapat diputuskan oleh RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham, 76 • Memperoleh informasi materiil perusahaan secara tepat waktu dan teratur, • Melakukan penilaian kinerja Komisaris dan Direksi dalam RUPS, dan • Pemegang saham diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan memeriksa laporan keuangan sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang diagendakan dalam RUPS tahunan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat terlihat bahwa PT Krakatau Steel (Persero) telah mengatur hak-hak dari pemegang saham mereka. Hal ini sangat penting dalam rangka mendukung terlaksananya good corporate governance yang baik. Akan tetapi, upaya perlindungan hak-hak pemegang saham tersebut perlu dituangkan dalam sebuah pedoman corporate governance yang mengatur secara rinci mengenai hak-hak pemegang saham. Sesuai hasil pengamatan dan wawancara dengan Sekretaris Perusahaan, dikatakan bahwa pedoman corporate governance PT Krakatau Steel (Persero) yang tertulis baru selesai disusun dan belum diterbitkan. b. Keefektifan eksekutif dalam mewujudkan GCG Pada bab-bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan upaya perusahaan untuk mewujudkan good corporate governance yang baik. Peran dari Dewan Komisaris dalam proses pengambilan keputusan juga menjadi salah satu faktor kunci yang dimuat dalam good corporate governance. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Eddy Hariono, menunjukkan bahwa pada dasarnya Dewan Komisaris PT Krakatau Steel (Persero) telah melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan, namun apabila dikaitkan dengan upaya untuk mendukung terciptanya good corporate 77 governance, pelaksanaan fungsi Dewan Komisaris tersebut cenderung masih belum berjalan secara efektif. Menurut beliau, penyebab ketidakefektifan tersebut dikarenakan belum adanya kesadaran pada masing-masing individu di tingkat Komisaris untuk mengimplementasikan pemahaman mengenai good corporate governance secara lebih mendalam. Tiap-tiap anggota Komisaris lebih menyukai untuk bekerja secara partial atau individual sehingga tidak terjadi kesepakatan bagaimana mempraktekkan pemahaman good corporate governance agar lebih optimal. Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), disebutkan bahwa Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat atau saran kepada Direksi dalam menjalankan perseroan. Dari pengertian tersebut, terlihat ada dua fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh Komisaris pada suatu perusahaan, yaitu fungsi sebagai pengawas dari tindakan direksi dan fungsi sebagai pemberi nasehat atau saran kepada Direksi. Sehubungan dengan fungsi utama Komisaris itulah yang sesungguhnya menjadi dasar atau alasan perlunya suatu perusahaan memiliki Dewan Komisaris di dalam perusahaannya, sebagaimana yang terkandung dalam UUPT yang menyebutkan adanya keharusan perseroan untuk memiliki Komisaris. Sesuai dengan penjelasan Sekretaris Perusahaan, bahwasanya salah satu fungsi utama dari Dewan Komisaris pada PT Krakatau Steel (Persero) yaitu melakukan pegawasan atas jalanya pengurusan perusahaan yang dijalankan oleh Direksi. IV.3 Permasalahan dan Solusi Berdasarkan data-data tersebut diatas, penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yang telah dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero) dan terbukti bahwa 78 masih terdapat beberapa masalah terkait dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, maka ada beberapa rekomendasi untuk penyelesaian masalah tersebut, yaitu: 1. Pengangkatan para eksekutif Mengacu pada Pedoman Good Corporate Governance mengenai Dewan Komisaris, disebutkan bahwa pengangkatan Komisaris dan Direksi harus ditetapkan dalam suatu sistem yang resmi dan transparan. Dalam melaksanakan tugasnya para eksekutif harus bebas dari kepentingan dan unsur bisnis apapun atau hubungan lainnya yang dapat dianggap sebagai campur tangan secara material. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Bapak Eddy Hariono, pengisian jabatan penting pada PT Krakatau Steel (Persero) belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan ketentuannya. Pengangkatan para eksekutif masih belum melalui suatu prosedur atau sistem yang seharusnya serta tidak berdasarkan norma GCG yang ada. Beberapa orang yang mengisi jabatan- jabatan eksekutif pada perusahaan masih dinilai kurang kompeten dibidangnya. Penyebabnya karena masih terdapatnya sentuhan unsur nepotisme dalam proses pengangkatan suatu jabatan, terutama pada jabatan-jabatan penting. Adanya suatu hubungan kepentingan yang mempengaruhi proses pemilihan eksekutif serta adanya tekanan atau pengaruh dari berbagai pihak juga merupakan penyebab terjadinya masalah tersebut. Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain, karena tidak menguasai bidang pekerjaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dari seharusnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Akibat lain yang dapat 79 ditimbulkan yaitu tidak dapat memberikan kontribusi apapun kepada perusahaan karena tidak kompeten pada bidang yang dipimpinnya. Hal ini pastinya akan sangat berpengaruh pada para bawahannya. Mereka akan merasa lebih sulit dalam mengerjakan suatu pekerjaan karena atasan mereka sendiri tidak mengetahui dengan pasti apa yang seharusnya dilakukan. Rekomendasi penulis terhadap masalah ini yaitu, harus dibuatnya suatu sistem atau peraturan yang resmi dan transparan untuk proses recruitment mulai dari level bawah sampai dengan level Komisaris serta tidak boleh terdapat perbedaan dan pengecualian apapun. Proses kualifikasi pemilihan pegawai harus benar-benar diterapkan agar pengisian suatu jabatan atau posisi dapat dilakukan semaksimal mungkin. 2. Perangkapan jabatan di level Direksi Menurut UU No 19 pasal 25 tahun 2003 tentang BUMN, disebutkan bahwa anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Pada struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero) terdapat beberapa jabatan yang di pimpin oleh orang yang sama, yaitu posisi Direktur Keuangan dan Direktur Pemasaran dipimpin oleh Bapak Deputi YMTH Sugeng Pujoko. Sedangkan posisi Wakil Direktur Utama dan Direktur Produksi dipimpin oleh Bapak YMTH Purwodjatmiko. Adanya perangkapan jabatan tersebut disebabkan karena hilangnya fungsi control pada Direksi serta tidak tegasnya Direksi dalam mengelola pembinaan jabatan dan hirarki dalam struktur kepegawaian. 80 Perangkapan jabatan yang terjadi dapat menimbulkan ketidakpastian dalam tugas dan tanggung jawab. Hal tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya spend of control yang tidak optimal. Rekomendasi yang dapat penulis berikan sehubungan dengan masalah perangkapan jabatan ini yaitu, setiap perusahaan harus memiliki ketentuan khusus mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan. Dan apabila tidak dalam situsi terdesak, perangkapan jabatan sebaiknya dihindari. 3. Implementasi pemahaman GCG yang belum optimal Merujuk pada Code of Conduct yang dikeluarkan PT Krakatau Steel (Persero), disebutkan bahwa Komisaris, Direksi, dan Jajaran Manajemen (General Manager sampai dengan Foreman) memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance, serta dapat sebagai contoh perilaku bagi karyawan dibawahnya. Keadaan yang terjadi di PT Krakatau Steel (Persero) yaitu belum optimalnya koordinasi antar fungsi ditingkat General Manager dalam mengimplementasikan pemahaman GCG. Sedangkan pada tingkat Komisaris, pemegang saham menilai bahwa Komisaris belum mempraktekan GCG dengan optimal. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing unit bekerja secara partial atau individual, sehingga tidak ada komunikasi dan pemikiran yang searah mengenai penerapan prinsip-prinsip GCG yang baik untuk perkembangan perusahaan. Akibatnya penerapan dan pengimplementasian GCG pada perusahaan tidak akan berjalan sempurna. Apabila pada Jajaran Manajerial tidak 81 mengimplementasikan dan mempraktekkan pemahaman GCG dengan baik, maka pada jajaran non-manajerial akan terjadi hal yang sama pula. Pada akhirnya proses pemahaman GCG yang diharuskan oleh pemerintah akan menjadi sia-sia. Rekomendasi yang dapat diberikan antara lain perlu adanya kesadaran dari masing-masing pihak dalam memahami arti pentingnya pemahaman dan implementasi GCG di tingkat jajaran manajerial demi kelangsungan suatu usaha. Adanya kerjasama dan komunikasi yang lancar juga dapat membantu keoptimalan dalam pemraktekan prinsip-prinsip GCG. Selain itu, diperlukan juga adanya suatu sistem atau dukungan teknologi informasi yang mengontrol proses pelaksanaan dan implementasi GCG pada setiap jabatan di tingkat Komisaris, Direksi serta Jajaran Manajerial. 4. Keterlambatan penyampaian laporan tahunan di internet. Berdasarkan Pedoman Pokok Pelaksanaan good corporate governance terkait dengan prinsip transparansi, dikatakan bahwa perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Sampai dengan tanggal 1 Juli 2007, PT Krakatau Steel (Persero) belum menyampaikan laporan tahunan maupun analisis manajemennya di internet untuk tahun berakhir 2004, 2005, dan 2006. Penyebabnya yaitu karena orang yang selama ini menangani bagian data di internet telah mengundurkan diri dari PT Krakatau Steel (Persero) sejak 2 (dua) tahun yang lalu, dan sampai sekarang belum ada orang yang menggantikannya. Namun sebenarnya pihak perusahaan bersedia dan sama 82 sekali tidak keberatan untuk mempublikasikan data-data keuangan tersebut di internet. Akibatnya para pemangku kepentingan merasa kesulitan untuk dapat memperoleh informasi-informasi penting yang diperlukan mengenai perusahaan. Mereka tidak mendapatkan data yang update mengenai perusahaan. Mereka harus meminta dulu ke divisi IT agar dapat memperoleh informasi tersebut. Hal itu akan membuat para pemangku kepentingan merasa tidak nyaman serta tidak leluasa untuk mengakses informasi yang seharusnya dapat dengan mudah mereka dapatkan. Rekomendasi yang dapat penulis berikan antara lain adalah supaya perusahaan cepat-cepat melakukan pelatihan atau training terhadap karyawan yang ada atau pencarian tenaga ahli yang baru untuk megerjakan atau memasukkan data-data perusahaan ke internet secara cermat dan tepat waktu. Diperlukan juga adanya suatu daftar atau jadwal yang tetap untuk melakukan pengecekan dan mengupdate data-data tersebut. 83