56 BAB IV EVALUASI PENERAPAN PRINSIP

advertisement
BAB IV
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PADA PT KRAKATAU STEEL (PESERO)
IV.1
Analisis Penelitian
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data, penulis
memakai alat penelitian berbentuk kuesioner, yaitu berupa seperangkat pertanyaan atau
pernyataan yang diisi sendiri oleh karyawan perusahaan yang mempunyai hubungan
dengan penerapan good corporate governance dan selanjutnya karyawan memberikan
penilaian atau skor secara obyektif terhadap jawaban tersebut. Selain menggunakan
kuesioner, pada penelitian ini penulis juga melakukan wawancara serta pengamatan
langsung terhadap lingkungan perusahaan dan sekitarnya.
Proses Wawancara dilakukan dengan Bapak Ari Slamet (Sekretaris Perusahaan
PT Krakatau Steel) dan Bapak Eddy Hariono (Kepala Bidang Usaha Indusri Strategis II,
Kementrian BUMN). Wawancara dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda.
Wawancara dengan Bapak Eddy Hariono dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2007 di
kediaman beliau yang berlokasi di daerah Meruya, Jakarta Barat. Sedangkan wawancara
dengan Bapak Ari Slamet dilakukan pada tanggal 3 Juli 2007 bertempat di kantor beliau
di Gedung Wisma Baja, Jakarta Selatan.
Proses pengamatan langsung penulis lakukan ketika sedang mengunjungi
perusahaan. Penulis memperhatikan keadaan lingkungan perusahaan itu sendiri maupun
keadaan lingkungan sekitarnya seperti kondisi jalan raya, pemukiman masyarakat, polusi
udara maupun polusi suara yang dapat dilihat dan dirasakan tanpa memakai alat bantu.
56
Sedangkan untuk mengetahui pandangan dan penilaian para karyawan PT
Krakatau Steel (Persero) mengenai penerapan prinsip-prinsip GCG pada perusahaan,
penulis melakukan penyebaran kuesioner yang dilakukan pada tanggal 28 Mei – 8 Juni
2007. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 25 orang responden, yang tersebar dari
beberapa bagian/divisi/dinas/subdit seperti antara lain SDM, SPI, Humas, Akuntansi,
Hukum, Personalia/remunerasi, dan GCG.
Kuesioner hanya dapat disebarkan kepada karyawan PT Krakatau Steel (Persero)
yang berada pada level tertentu. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh lapisan
karyawan pada PT Krakatau Steel (Persero) mengetahui adanya kebijakan mengenai
corporate governance pada perusahaan tempat mereka bekerja tersebut.
IV.1.1 Analisa Kuesioner
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 25 responden karyawan PT
Krakatau Steel (Persero), maka didapatlah hasil perhitungan seperti yang terlihat pada
tabel dibawah. Kuesioner ini berisi 46 pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan
prinsip good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero). Pertanyaan yang
diberikan antara lain mengenai pedoman good corporate governance, komite-komite
yang ada pada perusahaan, Code of Conduct, RUPS, dan sebagainya.
57
Tabel IV.1 Data hasil kuesioner
Indikator
P-1
P-2
P-3
P-4
P-5
P-6
P-7
P-8
P-9
P-10
P-11
P-12
P-13
P-14
P-15
P-16
P-17
P-18
P-19
P-20
P-21
P-22
P-23
P-24
P-25
P-26
P-27
P-28
P-29
P-30
P-31
P-32
P-33
P-34
P-35
P-36
SS
0
0
5
30
20
10
20
0
5
15
35
15
45
35
25
35
5
15
30
20
40
65
30
35
50
30
40
5
10
5
20
50
10
25
25
5
S
44
36
80
72
64
56
48
32
20
72
56
60
64
48
40
52
68
76
76
68
48
48
64
60
48
64
56
4
44
64
72
56
36
24
76
36
Bobot
KS
36
30
3
0
12
24
12
24
39
12
9
12
0
6
30
15
21
9
0
12
15
0
9
9
3
9
6
45
33
21
9
3
30
33
3
39
TS
4
10
4
0
2
2
10
14
10
0
2
6
0
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
2
8
2
2
0
0
6
4
0
2
STS Responden Penilaian
0
25
84
1
25
77
1
25
93
1
25
103
0
25
98
0
25
92
0
25
90
2
25
72
1
25
75
0
25
99
0
25
102
0
25
93
0
25
109
0
25
97
0
25
95
0
25
102
0
25
94
0
25
100
0
25
106
0
25
100
0
25
103
0
25
113
0
25
103
0
25
104
0
25
105
0
25
103
0
25
104
4
25
66
0
25
89
0
25
92
0
25
101
0
25
109
1
25
83
1
25
87
0
25
104
1
25
83
Ratarata
3.36
3.08
3.72
4.12
3.92
3.68
3.60
2.88
3.00
3.96
4.08
3.72
4.36
3.88
3.80
4.08
3.76
4.00
4.24
4.00
4.12
4.52
4.12
4.16
4.20
4.12
4.16
2.64
3.56
3.68
4.04
4.36
3.32
3.48
4.16
3.32
58
P-37
10
40
36
0
P-38
5
28
45
2
P-39
15
40
24
4
P-40
45
64
0
0
P-41
20
40
33
0
P-42
0
44
39
2
P-43
10
76
12 12
P-44
40
52
12
0
P-45
10
72
15
0
P-46
10
48
27
0
TOTAL 975 2436 816 122
1
1
2
0
0
0
0
0
0
2
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
87
81
85
109
93
85
98
104
97
87
3.48
3.24
3.40
4.36
3.72
3.40
3.92
4.16
3.88
3.48
19
25
4356
174.24
Keterangan:
P-01 Æ Pembuatan, pendistribusian dan pelaksanaan pedoman tata kelola
Perusahaan.
P-02 Æ Perhatian dan penerapan terhadap tata kelola perusahaan.
P-03 Æ Penetapan & pelaksanaan anggaran bagi praktek tata kelola perusahaan.
P-04 Æ Kepemilikan pedoman GCG yang mengatur hak pemegang saham & tugas
Direksi serta Komisaris
P-05 Æ Kepemilikan komite audit
P-06 Æ Evaluasi keadaan & kinerja perusahaan oleh komite audit
P-07 Æ Mengenai tugas komite remunerasi
P-08 Æ Mengenai tugas komite nominasi
P-09 Æ Mengenai tugas komite risiko
P-10 Æ Mengenai kewenangan komisaris dalam bertanggung jawab terhadap GCG
P-11 Æ Mengenai evaluasi kinerja direksi
P-12 Æ Kepemilikan pejabat khusus
P-13 Æ Kepemilikan Code of Conduct/Ethics
59
P-14 Æ Pendistribusian Code of Conduct/Ethics
P-15 Æ Mengenai standar etika yang terdapat pada Code of Conduct/Ethics
P-16 Æ Mengenai harapan perusahaan yang terdapat pada Code of Conduct/Ethics
P-17 Æ Mengenai kerahasiaan informasi tentang perusahaan lain yang tercantum
pada Code of Conduct/Ethics.
P-18 Æ Mengenai kerahasiaan karyawan yang tercantum pada Code of Conduct/
Ethics.
P-19 Æ Mengenai kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang tercantum pada
Code of Conduct/Ethics
P-20 Æ Mengenai kebijakan intern tentang perangkapan jabatan direktur
P-21 Æ Berhubungan dengan visi & misi
P-22 Æ Pengadaan RUPS tahunan
P-23 Æ Pemberitahuan tentang RUPS kepada pemegang saham
P-24 Æ Penyediaan informasi keuangan kepada pemegang saham
P-25 Æ Penyampaian informasi keuangan
P-26 Æ Informasi keuangan sebagai perbandingan dalam keputusan berinvestasi
P-27 Æ Kesempatan bagi pemegang saham untuk memeriksa laporan keuangan
P-28 Æ Menempatkan laporan keuangan &analisa manajemen perusahaan di
Internet.
P-29 Æ Isi dari laporan yang dipersiapkan untuk RUPS
P-30 Æ Gambaran sistem manajemen resiko pada laporan tahunan
P-31 Æ Gambaran tujuan dan strategi bisnis pada laporan tahunan
P-32 Æ Pencantuman nama Komisaris dan Direksi pada laporan tahunan
P-33 Æ Pencantuman nilai kompensasi Komisaris dan Direksi pada laporan
60
Tahunan.
P-34 Æ Pemberitahuan pekerjaan lain dari Komisaris
P-35 Æ Gambaran praktek-praktek corporate governance pada laporan tahunan
P-36 Æ Pemberitaan klaim, kekayaan, dan kasus perusahaan pada laporan tahunan
P-37 Æ Gambaran transaksi pihak yang berhubungan pada laporan tahunan
P-38 Æ Gambaran potensi benturan kepentingan pada laporan tahunan
P-39 Æ Keterbukaan informasi terhadap konsumen
P-40 Æ Penerimaan kritik dan saran dari konsumen
P-41 Æ Kepemilikan aturan mengenai perilaku anggota
P-42 Æ Evaluasi terhadap etika kerja/bisnis
P-43 Æ Kepemilikan program pengembangan komunitas
P-44 Æ Kepemilikan program pengendalian lingkungan hidup
P-45 Æ Kepastian perolehan hak para stakeholders
P-46 Æ Mengenai profesionalisme dalam hubungan kerja
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kuesioner yang telah
diisi dan dikembalikan, PT Krakatau Steel (Persero) memperoleh skor atau nilai sebesar
4356 dengan nilai rata-rata sebesar 174.24. Nilai rata-rata didapat dengan cara membagi
total nilai yang diperoleh dengan jumlah responden.
Pengolahan kuesioner diatas menggunakan skala pengukuran rating scale.
Dimana dalam skala pengukuran rating scale, responden tidak akan menjawab salah
satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan (seperti: setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah), tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.
61
Berdasarkan kuesioner di atas, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor kriterium (apabila setiap butir pertanyaan mendapat skor tertinggi)
= Skor tertinggi tiap butir x jumlah butir pertanyaan x jumlah responden
= 5
x
46
x
25
= 5750
Jumlah skor atau nilai hasil pengumpulan data melalui kuesioner yaitu sebesar
4356, sedangkan jumlah skor kriterium sebesar 5750. Dengan demikian penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero) menurut
persepsi atau penilaian 25 responden ialah sebesar 4356 / 5750 = 76% dari kriteria yang
ditetapkan. Hal ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
1150
2300
3450
sangat
tidak
baik
kurang
baik
baik
4600
cukup
4356 baik
5750
sangat
baik
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, nilai yang diperoleh PT Krakatau Steel
(Persero) sehubungan dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
yaitu sebesar 4356 dan termasuk dalam kategori interval “baik” dan “cukup baik”, tetapi
lebih mendekati “cukup baik”.
62
IV.2
Evaluasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT
Krakatau Steel (Persero)
Pada bab sebelumnya, telah disebutkan bahwa salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan praktek corporate governance pada suatu perusahaan adalah perhatian dan
kepedulian perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan,
atau yang biasa disebut dengan stakeholders. Sama seperti perusahaan–perusahaan lain
yang berbentuk perseroan, PT Krakatau Steel (Persero) harus menghadapi,
memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai macam kepentingan atau tuntutan dari
para pihak pemegang kepentingan pada perusahaan (stakeholders). Hal tersebut
menunjukkan bahwasanya sebagai salah satu bentuk badan usaha perseroan, maka PT
Krakatau Steel (Pesero) harus mampu menghadapi dan menangani konflik atau
pertentangan kepentingan yang terjadi di antara para stakeholders tersebut atau yang
dikenal dengan istilah agency problem.
Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Eddy Hariono, dikatakan
bahwa sejak PT Krakatau Steel (Persero) menerapkan sistem tata kelola perusahaan
(corporate governance) tahun 2000, PT Krakatau Steel (Persero) semakin meningkatkan
usahanya untuk memperhatikan kepentingan para stakeholders-nya. Hal ini terlihat dari
adanya suatu program yang dibentuk PT Krakatau Steel (Persero) sehubungan dengan
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup. Program tersebut dinamakan
Program Pembinaan Kemitraan dan Biro Lingkungan (PKBL), dimana program ini
sudah terbentuk sejak tahun 1998 namun dengan diterapkannya corporate governance
maka program ini semakin meningkatkan kinerjanya untuk lebih memperhatikan
keadaan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris
Perusahaan, bahwa PT Krakatau Steel (Persero) terus meningkatkan kepedulian
63
sosialnya diantaranya dengan mempekerjakan penduduk yang tinggal di sekitar daerah
operasi perusahaan.
Disamping
upaya
perusahaan
untuk
memperhatikan
dan
memenuhi berbagai kepentingan para stakeholders-nya, maka penerapan prinsip-prinsip
good corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero) dapat dilihat pada uraian
berikut.
IV.2.1 Transparancy (Keterbukaan)
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek Good Corporate Governancy, pengertian
transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan.
Dalam penerapan prinsip-prinsip transparency, PT Krakatau Steel (Persero)
memiliki adanya komite audit yang dibentuk oleh perusahaan, internal auditor dan
penggunaan jasa auditor independent (akuntan publik) yang berkualitas dan bereputasi.
Prinsip ini diterapkan mengingat perusahaan hendaknya memiliki keterbukaan atas
perolehan informasi yang tepat waktu atas kinerja perusahaan yang akan disampaikan
kepada para pemegang kepentingan.
a. Akuntan Publik
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Sekretaris Perusahaan, beliau
mengatakan bahwa PT Krakatau Steel (Pesero) pada dasarnya telah menggunakan jasa
akuntan publik yang berfungsi untuk melakukan pemeriksaan keuangan. Auditor
independen dipilih oleh Komisaris dan diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang
Saham. Dimana yang menjadi auditor independen PT Krakatau Steel (Persero) tahun
64
2006 Kanaka dan BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan). Pada tahun
2006 tersebut PT Krakatau Steel (Persero) menggunakan 2 jasa auditor independen, hal
ini seperti dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan bahwa mungkin pemerintah, selaku
pemegang kepentingan terhadap perusahaan, memiliki suatu rencana tersendiri terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, mereka (pemerintah) memutuskan untuk menggunakan 2
jasa auditor independen sekaligus untuk 1 periode. Sedangkan untuk tahun 2007 ini, PT
Krakatau Steel (Persero) menggunakan jasa KAP Ernst & Young dalam memeriksa
laporan keuangan perusahaan. Fungsi dari akuntan publik tersebut adalah sebagai fungsi
kepercayaan bagi Komisaris, karena hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh
akuntan publik akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan fungsi
pengawasan Dewan Komisaris.
b. Komite Audit dan SPI (Satuan Pengendalian Intern)
Selain akuntan publik, unsur lain yang juga turut menunjang transparancy dari
suatu perusahaan adalah Komite Audit. Perlunya kehadiran Komite Audit pada suatu
perusahaan adalah untuk menjembatani kesenjangan informasi antara fungsi audit dalam
perusahaan dengan pemegang saham. Komite Audit PT Krakatau Steel (Persero) telah
memiliki piagam/dokumen (charter) yang menjamin terciptanya dengan baik kondisi
pengawasan suatu perusahaan. Komite Audit charter berisi mengenai uraian tugas dan
tanggung jawab Komite Audit, kriteria keanggotaan, serta pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komite Audit tersebut.
Selama ini pihak yang lebih banyak memiliki akses terhadap proses dan hasil
audit adalah manajemen. Dengan kewenangan struktural yang mereka miliki,
manajemen bisa mempengaruhi auditor internal dalam menentukan informasi mana yang
bisa dipublikasikan atau tidak. Mereka (manajemen) juga bisa memilih untuk
65
menindaklanjuti temuan-temuan audit atau hanya menyimpannya tanpa melakukan
tindakan apapun. Sementara pihak auditor sendiri tidak memiliki jalur lain untuk
mengungkapkan temuan-temuan yang mereka dapatkan. Kehadiran Komite Audit dalam
perusahaan diharapkan dapat menghentikan praktek-praktek tersebut, sehingga temuantemuan audit tersebut dapat segera ditelusuri akar permasalahannya dan dapat segera
ditindak lanjuti.
Komite Audit tersebut bertugas untuk membantu Komisaris dalam memastikan
efektifitas sistem pengendalian intern dan efektifitas pelaksanaan tugas eksternal dan
internal auditor. Selanjutnya, Sekretaris Perusahaan juga mengungkapkan bahwa tujuan
utama dari pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan
efektifitas, akuntabilitas, transparansi dan objektivitas Dewan Komisaris dan Dewan
Direksi.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit akan berhubungan dengan SPI
(Satuan Pengawasan Intern) selaku internal audit pada PT Krakatau Steel (Persero).
Dalam struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero), kedudukan SPI berada di bawah
kekuasaan Direktur Utama, ini berarti Kepala SPI dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya bertanggung jawab dan patuh kepada Direktur Utama. Oleh sebab itu, dalam
prakteknya pengawasan yang dilakukan oleh SPI tidak bebas dari kekuasaan manajemen
atau eksekutif perusahaan. Sehubungan dengan tidak bebasnya posisi lembaga SPI dari
kekuasaan eksekutif atau manajemen perusahaan serta ditambah lagi dengan kesibukan
para Komisaris dengan jabatan lain di luar PT Krakatau Steel (Persero), maka
kedudukan Komite Audit sebagai lembaga pengawas internal akan semakin dibutuhkan.
SPI selaku auditor internal perusahaan akan memberikan berbagai laporan
tentang temuan-temuan dari pelaksanaan kegiatan direksi sehari-hari kepada Komite
66
Audit, kemudian Komite Audit akan memeriksa atau mengecek semua temuan yang
dilaporkan oleh SPI tersebut. Apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
(terjadi penyimpangan atau kesalahan) dalam laporan SPI tersebut, maka Komite Audit
akan memberikan masukan atau saran perbaikan kepada SPI dan akan menyampaikan
atau melaporkan penyimpangan tersebut kepada Komisaris. Selanjutnya, Komisaris akan
mengundang Direksi untuk melakukan pertemuan atau rapat dalam rangka
membicarakan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Setiap bulannya, PT
Krakatau Steel (Persero) mengadakan rapat dengan melibatkan Komisaris, Direksi,
Sekretaris Perusahaan, Komite Audit dan SPI itu sendiri. Rapat tersebut tidak sematamata hanya membahas temuan-temuan masalah yang ada tetapi juga membicarakan
prediksi masalah yang mungkin terjadi serta bagaimana cara penanganannya.
c. Rapat-rapat yang dilakukan
Selain Rapat bersama dengan Komite Audit tersebut, Direksi serta Komisaris
juga melakukan beberapa pertemuan yang membahas mengenai rencana kerja
perusahaan. Diantaranya terdapat rapat Dewan Komisaris yang diadakan sebulan sekali,
rapat Dewan Direksi yang diadakan seminggu sekali, serta rapat antara Dewan
Komisaris dan Direksi yang diadakan dua minggu sekali. Untuk RUPS, PT Krakatau
Steel (persero) melaksanakan RUPS 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu RUPS tahunan
yang membahas laporan keuangan tahun sebelumnya serta RUPS kinerja yang
membahas mengenai kinerja para organ perusahaan.
Walaupun demikian, dari beberapa pertemuan atau rapat yang diadakan oleh
Komisaris maupun Direksi, mereka belum pernah menyampaikan notulen rapat tertulis
secara tepat waktu kepada Pemegang Saham. Selama ini mereka hanya menyampaikan
secara lisan, sedangkan penyampaian tertulis dilakukan sesudahnya.
67
d. Keterbukaan informasi dalam annual report dan internet
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, dalam penerapan prinsip
transparancy diperlukan pula keterbukaan informasi keuangan maupun keterbukaan
analisis manajemen serta informasi yang bersifat materiil yang berhubungan dengan
perkembangan kegiatan usahanya. Seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan,
bahwa PT Krakatau Steel (Persero) membuat laporan keuangan perusahaan untuk setiap
tahunnya, tetapi mempublikasikan laporan keuangannya dalam bentuk laporan tahunan
setiap dua tahun sekali karena tahun berjalan menggunakan patokan tahun sebelumnya.
PT Krakatau Steel (persero) telah mempublikasikan laporan tahunannya dalam bentuk
buku annual report maupun dalam koran lokal dan koran nasional.
Untuk keterbukaan informasi di internet, beliau mengatakan bahwa PT Krakatau
Steel (Persero) tidak mempublikasikan laporan tahunan maupun analisa manajemen di
internet.
Hal
tersebut
bukan
dikarenakan
ketidakmauan
perusahaan
untuk
mempublikasikan laporan keuangan dan analisa manajemennya tetapi karena perusahaan
sedang bermasalah dengan divisi IT yang menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan penanganan informasi di internet. Orang tersebut sudah keluar atau
mengundurkan diri dari PT Krakatau Steel (Persero) sejak 2 (dua) tahun yang lalu, dan
sampai sekarang belum ada yang menggantikan posisi tersebut.
Sementara waktu, sampai mendapatkan penggantinya, divisi IT mendeveloped
web perusahaan dengan cara ask and give, ada permintaan baru akan akan diberikan.
Jadi laporan tersebut tidak dipasang dalam format PDF yang dapat diakses oleh semua
orang.
68
IV.2.2 Accountability (Akuntabilitas)
Pengertian accountability berdasarkan KEP-117/M-MBU/2002 merupakan
kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merupakan salah satu solusi pokok
untuk mengatasi agency problem yang timbul di antara Pemegang Saham dan Direksi.
Menurut kerangka evaluasi dari prinsip accountability adalah menyusun lembaga
pengawasan yang efektif dan mendorong penerapan hukum. Prinsip ini menciptakan
sistem yang kondusif, ada pembatasan kekuasaan antara Direksi dan Komisaris. Oleh
karena itu, masing-masing organ perusahaan harus menyadari sepenuhnya hak,
kewajiban, wewenang dan tanggung jawabnya.
Pada dasarnya, pelaksanaan prinsip akuntabilitas berlandaskan pada sistem
internal checks and balance yang mencakup praktek-praktek audit yang sehat.
Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang mendasarkan pada
keseimbangan kekuasaan antara Pemegang Saham, Komisaris, Direksi dan Auditor.
Hasil wawancara dengan Sekretaris Perusahaan menjelaskan bahwa upaya yang
dilakukan PT Krakatau Steel (Persero) untuk mendorong penerapan hukum adalah
berupa kerangka peraturan dan perundang-undangan (regulatory framework) yang
mengatur tentang praktek corporate governance pada PT Krakatau Steel (Persero). Bagi
perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk PT Krakatau Steel (Persero), UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
merupakan kerangka paling penting bagi perundang-undangan yang ada mengenai
corporate governance di Indonesia. Pada dasarnya UUPT tersebut termasuk kerangka
pengaturan corporate governance yang berasal dari luar perusahaan.
69
a. Organ-organ perusahaan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT), suatu perusahaan merupakan suatu badan hukum sendiri
dengan Komisaris dan Direksi yang mewakili perusahaan. Adapun struktur umum suatu
perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) mempunyai organ Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang merupakan organ tertinggi, kemudian Dewan Komisaris
sebagai organ yang mewakili para pemilik perusahaan (shareholders) dan mempunyai
fungsi sebagai pengawas dan penasehat direksi. Organ yang ketiga adalah Dewan
Direksi yang mempunyai tugas utama menjalankan operasional perusahaan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RUPS dan ketentuan – ketentuan operasional
perusahaan. Selain ketiga organ tersebut, termasuk juga didalamnya Corporate
Secretary yang bertugas sebagai penghubung investor (investor relation officer).
Sekretaris perusahaan juga mempunyai tugas untuk mengawasi apakah perusahaan telah
mematuhi peraturan tentang persyaratan yang berlaku.
b. Sosialisasi Good Corporate Governance
Untuk mendukung terlaksananya pelaksanaan corporate governance yang baik,
PT Krakatau Steel (Persero) telah memiliki unit/divisi khusus yang menangani tentang
good corporate governance. Akan tetapi, fungsi dari divisi tersebut belum berjalan
secara optimal, hal ini terlihat dalam proses sosialisasi mengenai GCG pada PT
Krakatau Steel (Persero) belumlah merata ke semua lapisan karyawan. Hanya lapisan
atau level tertentu yang sudah mengetahui serta melaksanakan pedoman GCG.
Sosialisasi yang dilakukan oleh PT Krakatau Steel selama ini terbagi dalam
berberapa program, yaitu program sosialisasi etika perusahaan, dan program sosialisasi
70
GCG. Sosialisasi tersebut disesuaikan porsi dan kapasitasnya sesuai dengan tingkat
kepentingan yang dimiliki.
IV.2.3 Responsibility (Pertanggungjawaban)
Berdasarkan KEP-117/M-MBU/2002, responsibility merupakan kesesuaian di
dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini menekankan bahwa perusahaan
harus memiliki tanggung jawab sosial sebagai anggota masyarakat, menghindari
penyalahgunaan
kekuasaan,
profesionalisme,
serta
perusahaan
harus
mampu
menciptakan kondisi lingkungan bisnis yang sehat.
a. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Dari prinsip responsibility tersebut, mengisyaratkan bahwa pengawasan terhadap
perusahaan tidak hanya dilakukan oleh pemegang saham ataupun Dewan Komisaris
tetapi dapat juga dilakukan oleh masyarakat. Hal tersebut merupakan perwujudan nyata
dari hubungan masyarakat dengan perusahaan sebagai bagian dari masyarakat itu
sendiri.
Suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak negative yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan dimana
perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus menyampaikan informasi
kepada masyarakat yang terkena dampak kegiatan perusahaan.
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta
terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan
berusaha dan pemberdayaan masyarakat, perusahaan memberikan partisipasi untuk
memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan
71
lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina
lingkungan. Pada PT Krakatau Steel (Persero) program tersebut dikenal dengan PKBL
(Pembinaan Kemitraan & Bina Lingkungan). Melalui program ini banyak hal yang telah
dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero), terutama sejak program ini mulai dibentuk
pada tahun 1998. Melalui program Pembinaan Kemitraan ini pula PT Krakatau Steel
(Persero) pada akhir tahun 2005 menerima award dari UNICEF mengenai Kemitraan
Unggul.
Pelestarian lingkungan di sekitar kawasan industri PT Krakatau Steel (Persero)
dan kota Cilegon selalu menjadi perhatian perusahaan. Dalam upaya pelestarian
lingkungan, aktivitas-aktivitas seperti pengendalian pencemaran, analisis pencemaran,
dan penelitian pencemaran telah manjadi tanggung jawab rutin perusahaan.
Komitmen terhadap konservasi lingkungan ini diwujudkan pula dengan
menerapkan sistem manajemen yang terkait seperti Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 dan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001. Selain menerapkan ISO 14001, dalam rangka lebih menjamin
kehandalan mutu pengukuran lingkungan, perusahaan telah berhasil mendapatkan
sertifikasi ISO 17025 atas Laboratorium Uji Lingkungan dari Komite Akreditasi
Nasional (KAN). Laboratorium ini juga telah diakui menjadi laboratorium lingkungan
rujukan di wilayah Provinsi Banten.
Sebagai konsekuensi dari diimplementasikannya ISO 14001, SGS secara rutin
diadakan pengawasan terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan di seluruh unit
kerja PT Krakatau Steel (Persero). Dari hasil pemantauan lingkungan yang dilaksanakan
secara rutin dan disusun ke dalam Matrik Rona Lingkungan berdasarkan kombinasi
72
hasil pemantauan kualitas udara, kualitas air dan kondisi klimatologi, dipastikan bahwa
tingkat polusi masih berada jauh di bawah standar yang ditetapkan.
b. Sistem pengendalian dan pengawasan terhadap karyawan
Selain tanggung jawab sosial, prinsip responsibility juga mendorong perlunya
profesionalisme, menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menciptakan lingkungan
bisnis yang sehat. Dalam upaya penerapan prinsip responsibility, seperti yang
disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan bahwa perusahaan menggunakan pengendalian
yang dapat digunakan dalam rangka mengawasi segala tindakan dari Direksi.
Pengendalian tersebut dilakukan melalui penetapan struktur kompensasi yang akan
diberikan kepada Direksi sebagai bagian dari tim eksekutif perusahaan, para manajer
dan karyawan perusahaan.
Agar dapat menjamin keseimbangan kepentingan di antara pihak eksekutif atau
manajemen dengan pemegang saham dapat dilakukan dengan penetapan struktur
kompensasi eksekutif. Pemberian kompensasi dalam bentuk insentif kepada manajer dan
anggota organisasi merupakan cara ampuh yang dapat mendorong manajer dan anggota
organisasi untuk lebih termotivasi dalam mencapai dan melampaui target yang
ditetapkan. Kompensasi insentif pada umumnya diberikan perusahaan dalam bentuk
bonus-bonus. Seperti yang telah dijelaskan oleh Sekretaris Perusahaan, bahwa PT
Krakatau Steel (Persero) telah berusaha untuk selalu memberikan perhatian terhadap
kesejahteraan para karyawannya, baik yang berada dalam jajaran eksekutif atau
manajerial maupun yang termasuk dalam jajaran non-manajerial. Hal tersebut dilakukan
PT Krakatau Steel (Persero) karena perusahaan sangat menyadari bahwa karyawan
merupakan aset penting yang dapat menentukan keberhasilan usaha. Disamping gaji,
perusahaan juga memberikan berbagai tunjangan kepada karyawan, yaitu dalam bentuk
73
tunjangan jabatan, tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, dan jaminan sosial tenaga
kerja, dan beberapa tunjangan lainnya.
Akan tetapi, walaupun telah dilakukan upaya-upaya demi menjaga keseimbangan
kepentingan, masih ada saja penyimpangan yang terjadi diantara pihak eksekutif dengan
pemegang saham. Masih ada beberapa pihak yang tidak mengedepankan sikap
profesionalisme dengan cara menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Hal
tersebut terlihat dari masih adanya pengisian suatu jabatan yang tidak melalui proses
kualifikasi yang telah ditetapkan, melainkan dikarenakan adanya suatu hubungan
kepentingan antara calon eksekutif dengan pemegang kekuasaan tersebut.
IV.2.4 Independency (Kemandirian)
Pengertian independency menurut KEP-117/M-MBU/2002 merupakan keadaan
dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Kemandirian
merupakan suatu keharusan agar organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta
mampu membuat keputusan yang terbaik bagi perusahaan serta dalam pelaksanaannya
selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan
masing-masing organ perusahaan.
a. Independensi SPI (Satuan Pengawasan Intern)
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komite Audit akan berhubungan dengan Satuan
Pengawasan Intern (SPI) selaku internal audit pada PT Krakatau Steel (Persero). Dalam
struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero), kedudukan SPI berada tepat di bawah
kekuasaan Direksi, hal ini berarti Kepala SPI dalam pelaksanaan tugas atau fungsinya
74
bertanggung jawab dan patuh kepada Direksi. Oleh sebab itu, dalam prakteknya
pengawasan yang dilakukan oleh SPI tidak bebas dari kekuasaan manajemen atau
eksekutif perusahaan. Akan tetapi, Komite Audit membutuhkan dukungan dari Direksi
dan Manajemen dalam melaksanakan tugasnya secara mandiri dan bebas dari pengaruh
manajemen maupun pengaruh lainnya.
Komite Audit dan SPI pada PT Krakatau Steel (Persero) selalu berusaha untuk
memelihara suatu tingkat kemandirian professional dalam menilai pelaksanaan tanggung
jawab manajemennya. Tetapi bukan berarti harus bertentangan dengan manajemen,
karena pada dasarnya SPI dan manajemen memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
peningkatan efisiensi. Untuk memastikan kemandirian fungsi SPI dan memastikan
bahwa temuan audit telah ditindaklanjuti dengan benar dan wajar, Komite Audit akan
meningkatkan dan memperbaiki kerja sama yang saling menguntungkan dengan SPI dan
manajemen ekekutif.
b. Independensi dalam pengangkatan para eksekutif
Berbicara mengenai bebas dari benturan kepentingan maupun dari segala
pengaruh atau tekanan, maka seharusnya dalam pengangkatan Komisaris maupun
Direksi pun harus bebas dari segala pengaruh dan tekanan dari pihak manapun.
Pengangkatan Komisaris dan Direksi harus berjalan sesuai dengan sistem yang ada serta
dilakukan secara transparan. Seorang Komisaris atau Direksi diangkat bukan
berdasarkan adanya suatu hubungan kepentingan yang dapat menimbulkan keuntungan
pribadi bagi salah satu ataupun kedua belah pihak, tetapi pengangkatan tersebut haruslah
menguntungkan bagi semua pihak terutama perusahaan.
75
c. Independensi dalam pemilihan KAP
Dalam pemilihan dan penunjukan KAP (Kantor Akuntan Publik), PT Krakatau
Steel (Persero)
menggunakan akuntan publik yang dipilih atau diusulkan oleh
Komisaris dan diputuskan serta disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Hal
ini tentunya akan menjamin bahwa akuntan publik yang terpilih bebas dari segala bentuk
pengaruh maupun benturan kepentingan yang dapat menyebabkan ketidakmandirian
akuntan publik tersebut.
IV.2.5 Fairness (Kewajaran)
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-117/MMBU/2002, fairness merupakan keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan peranjian dan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam menunjang terselenggaranya good corporate governance yang baik, sangatlah
diperlukan adanya perlindungan terhadap pemegang saham yang dalam hal ini adalah
perlindungan terhadap pemerintah sebagai pemilik perusahaan.
a. Perlindungan terhadap Pemegang Saham
Bentuk perlindungan yang diperoleh pemegang saham PT Krakatau Steel
(Persero) seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Perusahaan adalah sebagai berikut:
• Pengangkatan anggota Direksi dan Komisaris dilakukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang disetujui oleh pemegang saham,
• Pengubahan ketentuan Anggaran Dasar termasuk pengubahan nama, maksud
dan tujuan, kegiatan usaha dan jangka waktu berdirinya perseroan hanya
dapat diputuskan oleh RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham,
76
• Memperoleh informasi materiil perusahaan secara tepat waktu dan teratur,
• Melakukan penilaian kinerja Komisaris dan Direksi dalam RUPS, dan
• Pemegang saham diberikan kesempatan yang cukup untuk menerima dan
memeriksa laporan keuangan sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang
diagendakan dalam RUPS tahunan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat terlihat bahwa PT Krakatau Steel (Persero)
telah mengatur hak-hak dari pemegang saham mereka. Hal ini sangat penting dalam
rangka mendukung terlaksananya good corporate governance yang baik. Akan tetapi,
upaya perlindungan hak-hak pemegang saham tersebut perlu dituangkan dalam sebuah
pedoman corporate governance yang mengatur secara rinci mengenai hak-hak
pemegang saham. Sesuai hasil pengamatan dan wawancara dengan Sekretaris
Perusahaan, dikatakan bahwa pedoman corporate governance PT Krakatau Steel
(Persero) yang tertulis baru selesai disusun dan belum diterbitkan.
b. Keefektifan eksekutif dalam mewujudkan GCG
Pada bab-bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Dewan Komisaris dalam suatu
perusahaan memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, terutama bila dikaitkan
dengan upaya perusahaan untuk mewujudkan good corporate governance yang baik.
Peran dari Dewan Komisaris dalam proses pengambilan keputusan juga menjadi salah
satu faktor kunci yang dimuat dalam good corporate governance. Dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan Bapak Eddy Hariono, menunjukkan bahwa pada dasarnya
Dewan Komisaris PT Krakatau Steel (Persero) telah melaksanakan berbagai tugas dan
tanggung jawabnya sebagaimana yang ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan,
namun apabila dikaitkan dengan upaya untuk mendukung terciptanya good corporate
77
governance, pelaksanaan fungsi Dewan Komisaris tersebut cenderung masih belum
berjalan secara efektif. Menurut beliau, penyebab ketidakefektifan tersebut dikarenakan
belum adanya kesadaran pada masing-masing individu di tingkat Komisaris untuk
mengimplementasikan pemahaman mengenai good corporate governance secara lebih
mendalam. Tiap-tiap anggota Komisaris lebih menyukai untuk bekerja secara partial
atau individual sehingga tidak terjadi kesepakatan bagaimana mempraktekkan
pemahaman good corporate governance agar lebih optimal.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT), disebutkan bahwa Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat atau saran kepada
Direksi dalam menjalankan perseroan. Dari pengertian tersebut, terlihat ada dua fungsi
utama yang harus dilaksanakan oleh Komisaris pada suatu perusahaan, yaitu fungsi
sebagai pengawas dari tindakan direksi dan fungsi sebagai pemberi nasehat atau saran
kepada Direksi. Sehubungan dengan fungsi utama Komisaris itulah yang sesungguhnya
menjadi dasar atau alasan perlunya suatu perusahaan memiliki Dewan Komisaris di
dalam perusahaannya, sebagaimana yang terkandung dalam UUPT yang menyebutkan
adanya keharusan perseroan untuk memiliki Komisaris.
Sesuai dengan penjelasan Sekretaris Perusahaan, bahwasanya salah satu fungsi
utama dari Dewan Komisaris pada PT Krakatau Steel (Persero) yaitu melakukan
pegawasan atas jalanya pengurusan perusahaan yang dijalankan oleh Direksi.
IV.3
Permasalahan dan Solusi
Berdasarkan data-data tersebut diatas, penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance yang telah dilakukan pada PT Krakatau Steel (Persero) dan terbukti bahwa
78
masih terdapat beberapa masalah terkait dengan penerapan prinsip-prinsip good
corporate governance, maka ada beberapa rekomendasi untuk penyelesaian masalah
tersebut, yaitu:
1.
Pengangkatan para eksekutif
Mengacu pada Pedoman Good Corporate Governance mengenai Dewan
Komisaris, disebutkan bahwa pengangkatan Komisaris dan Direksi harus
ditetapkan dalam suatu sistem yang resmi dan transparan. Dalam melaksanakan
tugasnya para eksekutif harus bebas dari kepentingan dan unsur bisnis apapun
atau hubungan lainnya yang dapat dianggap sebagai campur tangan secara
material.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Bapak Eddy Hariono,
pengisian jabatan penting pada PT Krakatau Steel (Persero) belum sepenuhnya
terlaksana sesuai dengan ketentuannya. Pengangkatan para eksekutif masih
belum melalui suatu prosedur atau sistem yang seharusnya serta tidak
berdasarkan norma GCG yang ada.
Beberapa orang yang mengisi jabatan-
jabatan eksekutif pada perusahaan masih dinilai kurang kompeten dibidangnya.
Penyebabnya karena masih terdapatnya sentuhan unsur nepotisme dalam
proses pengangkatan suatu jabatan, terutama pada jabatan-jabatan penting.
Adanya suatu hubungan kepentingan yang mempengaruhi proses pemilihan
eksekutif serta adanya tekanan atau pengaruh dari berbagai pihak juga
merupakan penyebab terjadinya masalah tersebut.
Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain, karena tidak menguasai
bidang pekerjaannya, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dari
seharusnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Akibat lain yang dapat
79
ditimbulkan yaitu tidak dapat memberikan kontribusi apapun kepada perusahaan
karena tidak kompeten pada bidang yang dipimpinnya. Hal ini pastinya akan
sangat berpengaruh pada para bawahannya. Mereka akan merasa lebih sulit
dalam mengerjakan suatu pekerjaan karena atasan mereka sendiri tidak
mengetahui dengan pasti apa yang seharusnya dilakukan.
Rekomendasi penulis terhadap masalah ini yaitu, harus dibuatnya suatu
sistem atau peraturan yang resmi dan transparan untuk proses recruitment mulai
dari level bawah sampai dengan level Komisaris serta tidak boleh terdapat
perbedaan dan pengecualian apapun. Proses kualifikasi pemilihan pegawai harus
benar-benar diterapkan agar pengisian suatu jabatan atau posisi dapat dilakukan
semaksimal mungkin.
2.
Perangkapan jabatan di level Direksi
Menurut UU No 19 pasal 25 tahun 2003 tentang BUMN, disebutkan
bahwa anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan.
Pada struktur organisasi PT Krakatau Steel (Persero) terdapat beberapa
jabatan yang di pimpin oleh orang yang sama, yaitu posisi Direktur Keuangan
dan Direktur Pemasaran dipimpin oleh Bapak Deputi YMTH Sugeng Pujoko.
Sedangkan posisi Wakil Direktur Utama dan Direktur Produksi dipimpin oleh
Bapak YMTH Purwodjatmiko.
Adanya perangkapan jabatan tersebut disebabkan karena hilangnya fungsi
control pada Direksi serta tidak tegasnya Direksi dalam mengelola pembinaan
jabatan dan hirarki dalam struktur kepegawaian.
80
Perangkapan jabatan yang terjadi dapat menimbulkan ketidakpastian
dalam tugas dan tanggung jawab. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
terjadinya spend of control yang tidak optimal.
Rekomendasi yang dapat penulis berikan sehubungan dengan masalah
perangkapan jabatan ini yaitu, setiap perusahaan harus memiliki ketentuan
khusus mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan. Dan apabila
tidak dalam situsi terdesak, perangkapan jabatan sebaiknya dihindari.
3.
Implementasi pemahaman GCG yang belum optimal
Merujuk pada Code of Conduct yang dikeluarkan PT Krakatau Steel
(Persero), disebutkan bahwa Komisaris, Direksi, dan Jajaran Manajemen
(General Manager sampai dengan Foreman) memahami dan melaksanakan
prinsip-prinsip good corporate governance, serta dapat sebagai contoh perilaku
bagi karyawan dibawahnya.
Keadaan yang terjadi di PT Krakatau Steel (Persero) yaitu belum
optimalnya koordinasi antar fungsi ditingkat General Manager dalam
mengimplementasikan pemahaman GCG. Sedangkan pada tingkat Komisaris,
pemegang saham menilai bahwa Komisaris belum mempraktekan GCG dengan
optimal.
Hal tersebut disebabkan karena masing-masing unit bekerja secara partial
atau individual, sehingga tidak ada komunikasi dan pemikiran yang searah
mengenai penerapan prinsip-prinsip GCG yang baik untuk perkembangan
perusahaan.
Akibatnya penerapan dan pengimplementasian GCG pada perusahaan
tidak akan berjalan sempurna. Apabila pada Jajaran Manajerial tidak
81
mengimplementasikan dan mempraktekkan pemahaman GCG dengan baik,
maka pada jajaran non-manajerial akan terjadi hal yang sama pula. Pada
akhirnya proses pemahaman GCG yang diharuskan oleh pemerintah akan
menjadi sia-sia.
Rekomendasi yang dapat diberikan antara lain perlu adanya kesadaran
dari masing-masing pihak dalam memahami arti pentingnya pemahaman dan
implementasi GCG di tingkat jajaran manajerial demi kelangsungan suatu usaha.
Adanya kerjasama dan komunikasi yang lancar juga dapat membantu
keoptimalan dalam pemraktekan prinsip-prinsip GCG. Selain itu, diperlukan juga
adanya suatu sistem atau dukungan teknologi informasi yang mengontrol proses
pelaksanaan dan implementasi GCG pada setiap jabatan di tingkat Komisaris,
Direksi serta Jajaran Manajerial.
4.
Keterlambatan penyampaian laporan tahunan di internet.
Berdasarkan Pedoman Pokok Pelaksanaan good corporate governance
terkait dengan prinsip transparansi, dikatakan bahwa perusahaan harus
menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan.
Sampai dengan tanggal 1 Juli 2007, PT Krakatau Steel (Persero) belum
menyampaikan laporan tahunan maupun analisis manajemennya di internet
untuk tahun berakhir 2004, 2005, dan 2006.
Penyebabnya yaitu karena orang yang selama ini menangani bagian data
di internet telah mengundurkan diri dari PT Krakatau Steel (Persero) sejak 2
(dua) tahun yang lalu, dan sampai sekarang belum ada orang yang
menggantikannya. Namun sebenarnya pihak perusahaan bersedia dan sama
82
sekali tidak keberatan untuk mempublikasikan data-data keuangan tersebut di
internet.
Akibatnya para pemangku kepentingan merasa kesulitan untuk dapat
memperoleh informasi-informasi penting yang diperlukan mengenai perusahaan.
Mereka tidak mendapatkan data yang update mengenai perusahaan. Mereka
harus meminta dulu ke divisi IT agar dapat memperoleh informasi tersebut. Hal
itu akan membuat para pemangku kepentingan merasa tidak nyaman serta tidak
leluasa untuk mengakses informasi yang seharusnya dapat dengan mudah mereka
dapatkan.
Rekomendasi yang dapat penulis berikan antara lain adalah supaya
perusahaan cepat-cepat melakukan pelatihan atau training terhadap karyawan
yang ada atau pencarian tenaga ahli yang baru untuk megerjakan atau
memasukkan data-data perusahaan ke internet secara cermat dan tepat waktu.
Diperlukan juga adanya suatu daftar atau jadwal yang tetap untuk melakukan
pengecekan dan mengupdate data-data tersebut.
83
Download