31 BAB II ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK PENGHASILAN

advertisement
31
BAB II
ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
A. Jenis Zakat Sebagai Pengurang Pajak Penghasilan
Zakat yang merupakan Rukun Islam yang ketiga yang menurut etimologi
(bahasa) adalah suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan apabila dihubungkan
dengan harta, menurut ajaran Islam, harta yang dizakati akan tumbuh berkembang,
bertambah karena suci dan berkah(membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan
yang punya). Zakat memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan,
baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.58
Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya
yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu.59
Zakat dari segi istilah fikih berarti “Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
diserahkan kepada orang-orang yang berhak”. Di
samping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan
dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.
Arti “tumbuh” dan “suci” tidak dipakaikan hanya buat kekayaan, tetapi
lebih dari itu, juga buat jiwa orang yang menzakatkannya, sesuai firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dalam Q.S. At-Taubah ayat 103 yang artinya :“Ambilah zakat
58
59
Gustian Djuanda(et.al), Op. Cit., hal. 14.
Gusfahmi, Op. Cit.., hal.92.
31
Universitas Sumatera Utara
32
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu(menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagiMaha Mengetahui.”
Ibnu Taimiyah berkata, “jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan
kekayaannya akan bersih pula: bersih dan bertambah maknanya.60
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam.61 Zakat merupakan bagian yang ditetapkan jumlahnya dari harta tertentu pada
waktu tertentu yang dibayarkan kepada pihak-pihak tertentu. 62 Syarat wajib zakat
antara lain muslim, aqil yaitu seorang muslim yang telah dapat menggunakan akalnya
dan sehat secara fisik dan mental, baligh serta memiliki harta yang mencapai nishab.
Zakat yang ditetapkan Allah Subhana Wa Ta’ala mempunyai dua fungsi
utama , yaitu memberikan manfaat bagi individu(nafs) dan kolektif(jama’i). Manfaat
individu dari zakat adalah bahwa ia akan membersihkan dan menyucikan mereka
yang membayar zakat. Zakat akan membersihkan hati manusia dari kekikiran dan
cinta harta yang berlebihan, dan zakat akan menyucikan atau menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati manusia. Sementara itu, manfaat kolektif dari zakat itu adalah
bahwa zakat akan terus mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa
ada hak orang lain dalam hartanya.
60
Yusuf Qardawi, Op. Cit., hal. 35.
Pasal 1 ayat(2), Undang-Undang Pengelolaan Zakat, UU No.23 Tahun 2011, LN.No.115,
TLN No.5255 Tahun 2011.
62
Syaikh Abu Malik Kamal, Panduan Beribadah Khusus Wanita, (Jakarta: Almahira, 2007),
hal. 207.
61
Universitas Sumatera Utara
33
Selain itu, eksistensi zakat dalam kehidupan manusia baik pribadi maupun
kolektif pada hakikatnya memiliki makna ibadah dan ekonomi. Disatu sisi, zakat
merupakan bentuk ibadah wajib bagi mereka yang mampu dari kepemilikan harta dan
menjadi salah satu ukuran variabel utama dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi
agar selalu berada pada posisi aman untuk terus berlangsung.
Penerapan sistem zakat akan mempunyai berbagai implikasi diberbagai segi
kehidupan, antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan.
2. Memperkecil jurang kesenjangan ekonomi
3. Menekan jumlah permasalahan sosial.
4. Menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sektor
usaha
5. Mendorong masyarakat untuk berinvestasi, tidak menumpuk hartanya.63
Terdapat dua jenis zakat yang diwajibkan dalam hukum Islam, yaitu :
-
Zakat Fitrah yang dikeluarkan setahun sekali menjelang Iedul Fitri berupa
bahan pangan atau makanan pokok setara 2,5 Kg.
-
Zakat Maal yang terdiri dari Zakat Hewan Ternak, Zakat Emas dan Perak,
Zakat Harta Perniagaan, Zakat Hasil Pertanian, Zakat Kekayaan Laut, Zakat
Barang Temuan, (dan terakhir ada yang disebut dengan Zakat Profesi).
63
www.qultummedia.com., diakses pada tanggal 24 Okober 2013, pukul 20:15WIB
Universitas Sumatera Utara
34
Zakat sebagai pembayaran tahunan(haul) kecuali atas hasil pertanian,
diwajibkan bagi kaum Muslim yang kaya atas kekayaan mereka. Ia ditetapkan atas
bentuk-bentuk kekayaaan yang memiliki kemampuan untuk berkembang dari sisi
nilainya(emas,perak) atau dapat menghasilkan kekayaan lebih lanjut, seperti ternak,
produksi pertanian dan barang dagangan.64
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan(PPh) yang lama 65 dan diatur
pelaksanaannya di dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-163/PJ/2003 tentang
Perlakuan Zakat Atas Penghasilan dalam Penghitungan Kena Pajak Pajak
Penghasilan , zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak pada Pajak
Penghasilan adalah zakat atas penghasilan. Hal ini terdapat pada pasal 1 ayat(1)
KEP-163/PJ/2003 yaitu zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sesuai
Ketentuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto Wajib Pajak badan atau penghasilan neto Wajib
Pajak orang pribadi yang bersangkutan dalam menentukan besarnya Penghasilan
Kena Pajak. Dan pada ayat(2) berbunyi penghasilan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) adalah penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan Pajak
64
Gusfahmi, Op. Cit., hal. 97.
Pasal 9 ayat(1) huruf g, Undang-Undang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak penghasilan, UU No.17 Tahun 2000.
65
Universitas Sumatera Utara
35
Penghasilan yang tidak bersifat final, berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat(1) atau
ayat(2) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Dari bermacam-macam zakat yang disebutkan di atas kalau zakat
penghasilan disamakan dengan zakat maal sangatlah berbeda, dan kalau didekatdekatkan dari jenis zakat di atas yang mendekati yaitu zakat profesi dan zakat hasil
pertanian. Walaupun di zaman Rasulullah jenis zakat profesi tidak ada, sedangkan
zakat hasil pertanian bisa sampai 10% besarnya dari nilai panen( sedangkan dalam
KEP-163/PJ/2003 pasal 1 ayat(3) mengatur besarnya zakat yang dapat dikurangkan
dari Penghasilan Kena Pajak adalah sebesar 2,5%(dua setengah persen) dari jumlah
penghasilan). Jenis zakat yang lain(kecuali zakat fitrah) lebih menitik beratkan
perhitungan pada sisi bagian neraca (harta) tidak dapat dikurangkan sebagai biaya
karena tidak berhubungan langsung dengan penghasilan. Sesuai KEP-163/PJ/2003,
perhitungan zakat yang boleh dibiayakan dalam Pajak Penghasilan lebih menitik
beratkan perhitungan pada sisi penghasilan(rugi-laba) yang kurang relevan dengan
makna Mal sendiri yang berarti harta.66
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan(PPh)
berlaku sejak 2009 maka kata “zakat atas penghasilan” diganti menjadi “zakat”. Yaitu
zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
66
www.maskokilama.wordpress,com/2008/10/29, diakses pada tanggal 19 Oktober 2013
pukul 19:00WIB.
Universitas Sumatera Utara
36
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemeritah.67
Hal ini didukung dengan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Peraturan
Direktur
Jenderal
Pajak
Nomor
KEP-163/PJ/2003
dicabut
dengan
dikeluarkannyaPeraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang
Pelaksanaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto pada Pasal 1 juga menyatakan bahwa zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
meliputi zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam
dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah.
Implikasinya, semua zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi
Muslim dan badan dalam negeri yang dimiliki Muslim dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak, termasuk semua jenis zakat maal baik yang perhitungannya
dari penghasilan(rugi-laba) atau dari harta(neraca).
67
Pasal 9 ayat(1) huruf g, Undang-Undang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, UU No.36 Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
37
Di dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pada pasal 4 ayat(1) menyatakan
bahwa zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
Dilihat dari kedua jenis zakat dalam Undang-Undang tersebut di atas yang
dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak pada pajak penghasilan adalah
zakat
maal.
Karena
zakat
maal
inilah
yang
oleh
orang
pribadi
atau
perusahaan(badan)milik muslim diserahkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. Lain halnya dengan zakat
fitrah yang penyerahannya hanya atas nama individu dan kepada lembaga amil zakat
yang sifatnya lokal atau langsung diserahkan oleh muzaki kepada mustahik.
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011
tentang
Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang
Ditetapkan sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, pada pasal 1 ayat(1)
berbunyi Badan/Lembaga sebagai penerima zakatatau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah badan/lembaga
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
Jadi jenis zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak pada Pajak
Penghasilan adalah semua jenis zakat yang terdapat pada zakat mal yang terdapat
pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat Pasal 4
ayat(2) meliputi :
a. Emas, perak, dan logam mulia lainnya;
Universitas Sumatera Utara
38
b. Uang dan surat berharga lainnya;
c. Perniagaan;
d. Pertanian, perkebunan dan kehutanan;
e. Peternakan dan perikanan;
f. Pertambangan;
g. Perindustrian;
h. Pendapatan dan jasa; dan
i. Rikaz.
Dalam ayat(3) juga manyatakan bahwa zakat mal tersebut diatas merupakan harta
yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha.
Harta kekayaan yang termasuk dalam zakat mal yang disebutkan di atas
dapat sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada pajak penghasilan apabila
zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau
oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam
kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah.68
B. Kedudukan Zakat Sebagai PengurangPajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Ada beberapa konsep penting
68
Pasal 1 huruf a, Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pelaksanaan dan Pembuatan
Bukti Pembayaran Atas Zakat Atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat
Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto, Nomor PER-6/PJ/2011.
Universitas Sumatera Utara
39
yang terdapat dalam pengertian Pajak Penghasilan, yaitu mengenai subjek pajak
termasuk Wajib Pajak, penghasilan yang diperoleh sebagai objek pajak, dalam tahun
pajak dan dikenakannya.
Objek pajak dalam Pajak Penghasilan adalah penghasilan. Adapun yang
bukan objek pajak (pengecualian penghasilan) pada Pajak Penghasilan sebagaimana
diatur di dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 yaitu bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh Badan Amil
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.”69
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
dalam
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap, yang boleh sebagai pengurang adalah zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
69
Penjelasan : bantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukan merupakan objek
pajak sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan kerja, hubungan penguasaan di antara pihakpihak yang bersangkutan. Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak serta sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama lainnya yang diakui di Indonesia yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak diperlakukan sama seperti bantuan atau sumbangan. Yang dimaksud
dengan “zakat” adalah zakat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
zakat.
Universitas Sumatera Utara
40
pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.70
Jadi kedudukan zakat dalam Pajak Penghasilan sebagai salah satu
pengurang Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar
penghitungan untuk menentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang.71
Di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomr 254/PMK.03/2012mengatur
bahwa pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dan/atau
oleh Wajib Pajak badan dalam negeri.72
Hal ini juga diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER6/PJ/201173 Pasal 4 yang berbunyi :
(1) Pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
70
Pasal 9 ayat(1) huruf g, Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan, UU Nomor 36 Tahun
2008.
71
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, menyebutkan bahwa penghasilan
kena pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang. Dalam Undang-Undang ini dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak dalam
negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara
untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghitungan dengan cara biasa dan
penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan.
72
Pasal 3 ayat(1) huruf a, Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembebanan
Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan
Bruto.
73
Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pembuatan
Bukti Pembayaran Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat
Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto.
Universitas Sumatera Utara
41
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang bersangkutan dalam
Tahun Pajak dibayarkan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
tersebut.
(2) Dalam Surat Pemberitahuan(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan, zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib sebagaimana ayat(1) dilaporkan
untuk menentukan penghasilan neto.
Dari peraturan-peraturan di atas, dapat diketahui bahwa posisi zakat dalam
SPT Tahunan adalah setelah Penghasilan Bruto dan berfungsi sebagai pengurang
dari Penghasilan Kena Pajak.
Zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak pada saat SPT tahunan,
merupakan zakat yang diserahkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
Zakat resmi yang disahkan pemerintah yang Bukti Setor Zakat(BSZ) nya diakui dapat
dikurangkan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak
Pada umumnya dikenal 3 sistem pemungutan pajak yang terdiri dari :
1. Official Assesment System
2. Withholding System
3. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah self assessment system.
Dimana Wajib Pajak (WP) diberikan kepercayaan untuk memenuhi dan
melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya, yaitu :
-
Mendaftarkan diri ke Direktorat Jenderal Pajak.
-
Menghitung dan memperhitungkan sendiri besar pajak terutang.
Universitas Sumatera Utara
42
-
Membayar pajak terutang ke bank/kantor pos
-
Melaporkan pembayaran pajak terutang ke Direktorat jenderal Pajak.
-
Menetapkan sendiri besar pajak terutang melalui mekanisme SPT dengan
benar.
Adapun tugas
fiskus dalam sistem ini, berkewajiban untuk memberi
pelayanan, melakukan pengawasan serta pembinaan terhadap Wajib Pajak.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat atau formulir atau sarana yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.74
Fungsi SPT dapat dikategorikan ke dalam tiga hal yaitu bagi Wajib Pajak
Pajak Penghasilan, bagi Pengusaha Kena Pajak dan bagi pemotong atau pemungut
pajak. Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan, SPT berfungsi sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan
pajak penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak, harta
dan kewajiban, dan/atau pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam masa satu
masa pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang.
74
Billy Ivan Tansuria, Pokok-Pokok Ketentuan Umum Perpajakan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
hal. 101.
Universitas Sumatera Utara
43
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT disini sebagai sarana untuk
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
penghitungan
jumlah
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPnBM) yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan
terhadap Pajak Keluaran dan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam
satu masa pajak, sesuai dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Sedangkan fungsi
SPT bagi pemotong atau pemungut pajak, adalah
sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkannya.75
Untuk memudahkan pemahaman, dimana kedudukan zakat dalam Pajak
Penghasilan, dapat dilihat contoh formulir 1770 SPT Tahunan Wajib Pajak (WP)
orang pribadi (lihat lampiran 1).
C. Syarat Formal Agar Zakat Dapat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena
Pajak Pada Pajak Penghasilan.
Di dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
9 ayat 1 huruf g yang mengatur bagaimana menentukan besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang boleh sebagai
pengurang Penghasilan Penghasilan Kena Pajak, salah satunya adalah zakat yang
75
Ibid.,hal.102-103
Universitas Sumatera Utara
44
diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah.
Agar zakat dapat sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada pajak
penghasilan harus memenuhi beberapa syarat formal yang harus dipenuhi sesuai
peraturan-peraturan yang berlaku. Syarat zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena
Pajak pada Pajak Penghasilan antara lain76 sebagai berikut :
1. Penghasilan atau harta yang dibayar zakatnya merupakan objek pajak
sebagaimana definisi objek pajak.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (1) menyebutkan yang merupakan objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.77
Adapun di dalam zakat, ada beberapa syarat harta yang wajib dizakatkan
antara lain :
76
Gusfahmi,Op. Cit., hal. 206.
Penjelasan Pasal 4 ayat(1) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh : Undang-Undang ini
menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak
dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari
manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
tersebut. Pengertian penghasilan dalam Undang-Undang ini tidak memperhatikan adanya penghasilan
dari sumber tertentu , tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan
Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk
kegiatan rutin dan pembangunan.
77
Universitas Sumatera Utara
45
a. Harta itu milik orang yang beragama Islam
b. Harta itu adalah hak milik sepenuhnya seseorang
c. Harta itu adalah harta yang produktif atau menghasilkan
d. Harta itu telah mencapai satu nishab(syarat perhitungan minimal suatu
harta telah wajib untuk dizakatkan)
e. Harta itu merupakan surplus (kelebihan) dari kebutuhan primer.
f. Pada harta tersebut tidak ada tanggungan utang atau tidak sedang
menanggung utang jatuh tempo, yang dapat mengurangi nishab
minimal.
g. Khusus harta yang berupa emas, perak, peternakan, pertambangan dan
perdagangan maka haruslah telah berusia lebih dari satu tahun.78
Dari
syarat harta yang wajib dizakatkan yang disebutkan di atas, salah
satunya menyebutkan bahwa harta yang produktif atau menghasilkan yang
dikeluarkan zakatnya. Produktif disini maksudnya adalah dapat mendatangkan hasil
atau pendapatan tertentu. Hal ini sesuai dengan penghasilan yang dimaksud dalam
penjelasan pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan(PPh) mengenai objek pajak.
Sedangkan zakat yang diserahkan kepada badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak bukan merupakan objek pajak sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang78
Gustian Djuanda(et.all), Op. Cit., hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
46
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Pasal 4 ayat (3) huruf a
angka 1.
Hal ini juga diatur pada Peraturan Pemerintah tentang Bantuan atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan disebutkan bahwa bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihakpihak yang bersangkutan.79
2. Harta atau penghasilan tersebut dimiliki dan dibayar oleh pemeluk agama
Islam.
Salah satu syarat harta yang wajib dizakatkan yang disebutkan di atas adalah
harta yang dizakatkan milik orang yang beragama Islam. Ini berarti harta atau
penghasilan yang dikeluarkan zakatnya merupakan milik Wajib Pajak yang beragama
Islam. Hal ini merupakan salah satu syarat wajib zakat yaitu :
a. Muslim adalah seseorang yang beragama Islam.
b. Aqil, yaitu seorang Muslim yang telah dapat menggunakan akalnya dan
sehat secara fisik dan mental.
c. Baligh, yaitu seorang Muslim yang telah memasuki usia wajib zakat.
79
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
47
d. Memiliki harta yang mencapai nishab(perhitungan minimal syarat wajib
zakat).80
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 menyatakan bahwa
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto meliputi zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.81 Pada Peraturan Menteri
nomor 254/PMK.03/2010 Pasal 1 ayat(1) huruf a menyebutkan bahwa zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto meliputi zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang
dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. Hal ini juga diatur pada PER6/PJ/2011 bahwa zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi zakat yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri
80
Gustian Djuanda(et.all), Op. Cit., hal. 17-18.
Pasal 1 ayat(1) huruf a, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto.
81
Universitas Sumatera Utara
48
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemeritah.82
Didalam perpajakan, setiap Wajib Pajak mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak atau sering disebut dengan NPWP yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak (DJP). Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya. Sedangkan Wajib Zakat/Muzaki
yang membayarkan zakatnya
melalui BAZNAS, akan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Zakat atau yang disebut
dengan NPWZ yang dikeluarkan oleh Badan Amil Zakal Nasional (BAZNAS).
3. Dibayar kepada Amil Zakat yang disahkan sesuai dengan undang-undang
tentang pengelolaan zakat yang berlaku.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Q.S. At-Taubah
ayat 103 yang artinya :“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
82
Pasal 1 huruf a, Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pembuatan Bukti Pembayaran Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang
Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto, Nomor PER-6/PJ/2011.
Universitas Sumatera Utara
49
Dari ayat yang terdapat dalam Q.S At-Taubat di atas, mengandung
pengertian bahwa zakat harus dipungut oleh pemerintah, yang bertindak sebagai
wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya yang ada pada harta orang-orang kaya.
Menurut Yusuf Qardhawi, pengelolaan zakat yang dilakukan oleh
pemerintah ini logis karena beberapa pertimbangan yaitu:
1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.
2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila berhadapan
langsung menerima haknya dari para wajib zakat(muzakki).
3. Untuk mencapai efisiensi, efektivitas dan sasaran yag tepat dalam penggunaan
harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat.
4. Untuk memperlihatkan syi’ar Islam dalam semangat penyelenggaraan negara
dan pemerintahan yang Islami.83
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat disebutkan untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk
BAZNAS.84
BAZNAS
merupakan
lembaga
yang
berwenang
melakukan
tugas
pengelolaan zakat secara nasional. Mengenai pembentukan Badan Amil Zakat
Nasional ini telah diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2001 tentang
Badan Amil Zakat Nasional.
83
84
Gusfahmi, Op. Cit. ,hal. 96-97.
Pasal 5 ayat(1).
Universitas Sumatera Utara
50
Badan Amil Zakat Nasional ini bertugas antara lain :
a. Melaksanakan pengelolaan zakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya setiap tahun kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.85
Adapun pengelolaan zakat bertujuan antara lain :
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat, dan
b. Meningkatkan
manfaat
zakat
untuk
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.86
Zakat yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak adalah zakat yang
diserahkan atau dibayar kepada amil zakat yang disahkan oleh Pemerintah. Hal ini
dapat dilihat pada Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 pada pasal 9 ayat(1) huruf g
yang menyatakan bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan kecuali
zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009 menyebutkan bahwa
yang dimaksud zakat adalah zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat atau
85
Pasal 4, Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Badan Amil Zakat Nasional,
Nomor 8 Tahun 2001.
86
Pasal 3 , Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, Nomor 23 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
51
Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan penerima
zakat yang berhak.87
Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat
pada pasal 22 menyebutkan bahwa zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada
BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 menyebutkan bahwa
apabila pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
tidak dibayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.88
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 juga mengatur
zakat yang dapat dikurangkan pada Penghasilan Kena Pajak adalah zakat atas
penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam
dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah dan Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
dibentuk berdasarkan Undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan zakat dan
perubahannya. 89 Juga diatur pada Pasal 4 ayat(2) yang menyatakan bahwa apabila
pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tidak
87
Pasal 2, Peraturan Pemerintah tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan.
88
Pasal 2,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, Nomor 60 Tahun
2010.
89
Pasal 1 ayat(1) huruf a dan Pasal 2, Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara
Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto, Nomor 254/PMK.03/2010.
Universitas Sumatera Utara
52
dibayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat, atau lembaga
keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat(1), pengeluaran tersebut tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Ada dua Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai hal ini yaitu PER6/PJ/2011 yang menyebutkan bahwa zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila tidak dibayarkan oleh
Wajib Pajak kepada badan amil zakat; lembaga amil zakat;atau lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan Pemerintah.
90
Juga pada
PER-33/PJ/2011 yang
menyebutkan bahwa badan/lembaga sebagai penerima zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah badan/lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.91
Mengenai Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang dibentuk dan
disahkan Pemerintah diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER15/PJ/2012 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER33/PJ/2011 tentang Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan Oleh Pemerintah
yang Ditetapkan Sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Pengahasilan Bruto antara lain memuat
90
Pasal 3 huruf a, Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang
Dapat Dikurangkan dari Pengahasilan Bruto, Nomor PER-6/PJ/2011.
91
Pasal 1 ayat(1), Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Bdadan/Lembaga yang
Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang Ditetapkan Sebagai Penerima Zakat atau
SumbanganKeagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto,
Nomor PER-33/PJ/2011.
Universitas Sumatera Utara
53
badan/lembaga sebagai penerima zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah :
1. Badan Amil Zakat Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun
2011 tanggal 17 Januari 2001
2. Lembaga Amil Zakat(LAZ) sebagai berikut :
a. LAZ Dompet Dhuafa Republika berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 439 Tahun 2001 tanggal 8 Oktober 2001.
b. LAZ Yayasan Amanah Takaful berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 440 Tahun 2001 tanggal 8 Oktober 2001.
c. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 441 Tahun 2001 tanggal 8 Oktober 2001.
d. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat
berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 481 Tahun 2001 tanggal 7 Nopember 2001.
e. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah
berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 523 Tahun 2001 tanggal 10 Desember 2001.
f. LAZ Baitul Maal Hidayatullah berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 538 Tahun 2001 tanggal 27 Desember 2001.
g.
LAZ Persatuan Islam berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor
552 Tahun 2001 tanggal 31 Desember 2001.
h. LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 330 Tahun
2002 tanggal 20 Juni 2002.
Universitas Sumatera Utara
54
i. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 406 Tahun 2002 tanggal 7 September 2002.
j. LAZ Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 407 Tahun 2002 tanggal 17 September 2002.
k. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Nomor 445 Tahun 2002 tanggal 6 November 2002.
l. LAZ Baitul Maal wat Tamwil berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 468 Tahun 2002 tanggal 28 November 2002.
m. LAZ Baituzzakah Pertamina berdasarkan Keputusan Menteri Agama
Nomor 313 Tahun 2004 tanggal 24 Mei 2004.
n. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT) berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 410 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober
2004.
o. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 42 Tahun 2007 tanggal 7 Mei 2007.
3. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (LAZIS) sebagai berikut:
a. LAZIS Muhammadiyah berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor
457Tahun 2002 tanggal 21 November 2002
b. LAZIS Nandhatul Ulama (LAZIS NU) berdasarkan Keputusan Menteri
Agama Nomor 65Tahun 2006 tanggal 16 Februari 2006
c. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI) berdasarkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 498Tahun 2006 tanggal 31 Juli 2006
Universitas Sumatera Utara
55
4. Harta atau penghasilan yang merupakan objek pajak tersebut tidak dikenai
pajak yang bersifat final.
Dalam pengertian penghasilan berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Pajak
Penghasilan(PPh), terdapat 5 elemen yaitu :
a. Setiap tambahan kemampuan ekonomis.
Pengertian penghasilan berdasar aspek ekonomis (bukan akuntansi atau
yuridis)
b. Yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak(WP)
Menunjukkan
saat pengakuan (recognition) yaitu diakui pada saat
diterima (cash basis) atau pada saat diperoleh (actual basis).
c. Baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
Menegaskan cakupan geografis dari sumber penghasilan yang mencakup
basis global (world wide income principle) tanpa melihat letak sumber
penghasilan (bagi WP Dalam Negeri).
d. Yang dapat dipakai konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
Menunjukkan pada pemanfaatan atau pemakaian penghasilan, untuk
dikonsumsi ditabung, investasi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
(konsumsi di masa mendatang). Tanpa memperhatikan sumber, cara
mendapatkan (legal/tidak), cara penggunaannya, dan semua penghasilan
merupakan objek pajak.
e. Dengan nama dan dalam bentuk apapun
Universitas Sumatera Utara
56
Menegaskan, dalam pengertian penghasilan dianut konsep material
bukan formal (substance over form rule) dalam mengkategorikan suatu
item merupakan penghasilan-bukan. Penentuan suatu penerimaan
penghasilan-bukan tidak tergantung nama yang diberikan dan bentuk
yuridis transaksi, melainkan pada hakikat, substansi, dan realitas
ekonomi dari apa yang diterima Wajib Pajak.
Adapun penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan final yang terdapat
pada Pasal 4 ayat(2) Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai berikut :
-
Bunga deposito dan tabungan
-
Bunga obligasi dan surat utang Negara
-
Bunga simpanan koperasi (OP)
-
Hadiah undian
-
Penghasilan transaksi saham, sekuritas lain, dan derivatif di bursa
-
Penghasilan perusahaan modal ventura dari penjualan saham/penyertaan
modal perusahaan pasangannya.
-
Penghasilan pengalihan tanah dan atau bangunan
-
Penghasilan usaha jasa konstruksi
-
Penghasilan usaha real estate
-
Penghasilan persewaan tanah dan atau bangunan
-
Penghasilan tertentu lainnya.
Universitas Sumatera Utara
57
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 200892
menyebutkan bahwa penghasilan kena pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi Wajib
Pajak dalam negeri dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(1) dengan pengurangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(1) dan ayat(2), Pasal 7 ayat(1) serta Pasal
9 ayat(1) huruf c, huruf d,huruf e dan huruf g, serta penghasilan kena pajak bagi
Wajib Pajak orang pribadi dan badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dihitung
dengan menggunakan norma perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan
untuk Wajib Pajak orang pribadi dikurangi dengan penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1).
Jadi harta atau penghasilan yang dibayarkan zakatnya bukanlah harta atau
penghasilan yang termasuk didalam penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan
final.
5. Besarnya persentase yang boleh dikreditkan adalah sebesar kadar zakat
yang berlaku dalam peraturan agama Islam.
Dari berbagai macam zakat dalam agama Islam, harta atau penghasilan yang
termasuk dalam zakat mal mempunyai kadar zakatnya mulai dari 2,5%(dua setengah
persen) dan bahkan ada mencapai 10%(sepuluh persen). Emas, perak, dan logam
mulia lainnya termasuk harta yang kadar zakatnya 2,5%(dua setengah persen). Hasil
92
Pasal 16 ayat(1) dan ayat(2), Undang-Undang tentang Perubahan Keempat atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
58
pertanian adalah salah satu yang kadar zakatnya 5% (lima persen) bahkan sampai
10% (sepuluh persen).
Di dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 yang
mengatur tentang Zakat Penghasilan menyebutkan bahwa kadar zakat penghasilan
adalah 2,5%(dua setengah persen). Juga terdapat pada KEP-163/PJ/2003 yang
menyebutkan besarnya zakat yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak
adalah sebesar 2,5%(dua setengah persen) dari jumlah penghasilan.93 Namun KEP163/PJ/2003 ini telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku setelah adanya Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan
Pembuatan Bukti Pembayaran Atas Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto, tidak ada satu pun pasal
yang mengatur bahwa zakat yang dapat dikurangkan atas Penghasilan Kena Pajak
sebesar 2,5%(dua setengah persen).
Jadi besarnya kadar zakat yang dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena
Pajak pada Pajak Penghasilan tergantung pada jenis zakat mal yang dibayar oleh
Wajib Pajak sekaligus muzaki kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat
yang dibentuk atau disahkan Pemerintah. Dimana kadar zakatnya dari 2,5% (dua
setengah persen) sampai 10% (sepuluh persen).
93
Pasal 1 ayat(3), Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Perlakuan Zakat Atas
Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan.
Universitas Sumatera Utara
59
6.
Harus ada bukti dari Amil Zakat.
Setiap Wajib Pajak (WP) sekaligus Wajib Zakat (Muzaki) yang
membayarkan zakatnyamelalui BAZNAS akan mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWZ). Dengan pembayaran zakat, maka Badan Amil Zakat Nasional akan
memberikan Bukti Setor Zakat(BSZ) kepada Wajib Zakat sesuai jumlah zakat yang
dibayarkan kepada BAZNAS. Bukti Setor Zakat (BSZ) ini yang merupakan salah
satu syarat agar zakat dapat sebagai pengurang dari Penghasilan Kena Pajak pada
Pajak Penghasilan.
Hal ini dapat dilihat di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.03/2010
menyebutkan
bahwa
zakat
atau
sumbangan
keagamaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal1 ayat(1) yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto oleh pemberi zakat atau sumbangan keagamaan harus didukung
oleh bukti-bukti yang sah.94
Di Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 juga menyebutkan BAZNAS
atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki dan bukti
setoran zakat digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.95
Agar Bukti Setor Zakat tersebut dapat dijadikan bukti yang sah yang dapat
dilampirkan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan sebagai pengurang Penghasilan
Kena Pajak pada Pajak Penghasilan harus memenuhi syarat yang terdapat padaPasal2
Peraturan DirekturJenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang pelaksanaan
94
Pasal 4 ayat(1), Peraturan MenteriKeuangan tentang Tata Cara Pembebanan Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.
95
Pasal 23 ayat(1) dan ayat(2) , Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat.
Universitas Sumatera Utara
60
Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
sebagai berikut :
(1)Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, wajib melampirkan
fotokopi bukti pembayaran pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak dilakukannya pengurangan zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib.
(2) Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ;
a.dapat berupa bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer rekening
bank, atau pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri(ATM), dan
b. paling sedikit memuat;
1)Namalengkap Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembayar.
2) Jumlah pembayaran;
3) Tanggal pembayaran;
4)Nama badan amil zakat, lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan
5) Tanda tangan petugas badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga
keagamaan, yang dibentuk atau disahkan Pemerintah, dibukti pembayaran,
apabila pembayaran secara langsung; atau
6) Validasi petugas bank pada bukti pembayaran apabila pembayaran melalui
transfer rekening bank.
Universitas Sumatera Utara
Download