BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuh kembang optimal merupakan hak asasi anak untuk menjadi manusia dewasa yang berkualitas. Indonesia telah membuat UU nomor 35 tahun 2014 (perubahan UU nomor 23 tahun 2002) tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa “Anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus citacita bangsa, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan”. Awal kehidupan bayi merupakan periode kritis, diartikan sebagai jendela kesempatan atau masa keemasan karena terjadi pertumbuhan otak yang intensif dan plastisitas otak yang juga tinggi (Sjarif, 2011). Pada masa ini dibutuhkan asupan nutrisi yang cukup agar bayi dapat tumbuh kembang dengan baik. Beberapa program agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik sesuai rekomendasi WHO telah dilakukan pemerintah, antara lain; pemberian ASI segera setelah bayi lahir, ASI eksklusif sampai 6 bulan, MP ASI mulai usia 6 bulan dan meneruskan ASI sampai usia 2 tahun. Tetapi kenyataannya Indonesia merupakan negara ke-5 didunia yang masih banyak memiliki anak-anak dengan keadaan stunting (pendek) dan wasting (kurus) (Achadi, 2014). Williams & Wilkins (2013) menyatakan dampak jangka panjang gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan asupan nurisi yang tidak maksimal dimasa lalu. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain; 1) Kegagalan Inisiasi Menyusui Dini (IMD); 2) 1 2 bayi tidak mendapat ASI pada hindmilk yang mengandung lemak; 3) bayi mendapat terlalu banyak ASI foremilk (hipergalaktia); dan 3) lecet (engorgement) akibat perlekatan dan posisi menyusui yang salah (Bender, 2008). Beberapa dampak akibat asupan nutrisi tidak maksimal antara lain; anak dengan kondisi stunting (pendek) dan wasting (kurus), kematian (Marcdante et al., 2011), sering sakit, perkembangan otak terhambat, rasa marah dan agresi tidak terkontrol, rasa cemas atau takut yang berlebihan dan gangguan kognitif (Syarif et al., 2011). Dampak jangka panjang lainnya berupa rendahnya kemampuan nalar dan prestasi pendidikan serta rendahnya produktifitas kerja. Selain itu juga lebih meningkatkan risiko terjadinya penyakit diabetes, obesitas, jantung koroner, hipertensi, kanker, stroke dan penuaan dini (Achadi, 2014). Dalam mengantisipasi dampak-dampak tumbuh kembang yang tidak diinginkan pada bayi, diperlukan suatu stimulasi agar asupan nutrisi bayi tercukupi dan tumbuh kembangnya menjadi optimal. Pijat bayi menggunakan minyak kelapa murni atau VCO (Virgin Coconut Oil) merupakan salah satu stimulasi yang dapat dilakukan untuk membantu memenuhi asupan nutrisi bayi. VCO mengandung asam lemak jenuh dengan jenis rantai sedang atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang mudah diserap kulit (Tuminah, 2009). Publikasi oleh Trauletal dari Ingle dan Traul Pharmaceutical Consulting, USA (Karouw & Santosa, 2013) menyatakan MCFA tidak menimbulkan iritasi walaupun digunakan dalam waktu lama (Ganong, 2008). Kulkarni et al., (2010) melakukan suatu meta analisis terhadap 19 penelitian tentang stimulasi pijat bayi dan menyimpulkan rata-rata 72% bayi yang dipijat 3 menunjukkan peningkatan berat badan serta perkembangan yang lebih baik. Bennett et al., (2013) yang melakukan telaah terhadap 131 penelitian pijat bayi menyimpulkan tidak ada efek samping dari pemijatan bila dilakukan sesuai aturan memijat pada bayi. Penelitian oleh Sankaranarayanan et al., (2005) menyatakan bayi baru lahir yang dipijat menggunakan minyak kelapa (Coconut Oil) peningkatan berat badannya lebih besar dibandingkan menggunakan minyak mineral. Penelitian lainnya oleh Saeidi et al., (2015) menyatakan bahwa bayi yang dipijat dengan minyak yang mengandung MCFA mengalami peningkatan berat badan lebih besar. Puskesmas Jetis merupakan salah satu Puskesmas rawat inap dikota Yogyakarta yang menerima layanan persalinan 24 jam. Angka kelahiran di wilayah kerja Puskesmas Jetis rata-rata 50-60 bayi setiap bulannya. Capaian hasil penimbangan anak yang mengalami kenaikan berat badan sesuai rata-rata hanya sekitar 59,98% (2015), masih kurang dari target nasional sebesar 80% (2015). Pada studi pendahuluan diketahui bahwa diwilayah Puskesmas Jetis belum pernah dilakukan penelitian pijat pada bayi usia 1-2 bulan menggunakan VCO. Berdasarkan uraian di atas tentang tumbuh kembang anak serta manfaat pijat dan VCO, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang: “Pengaruh penggunaan VCO dibandingkan minyak mineral pada pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi” di wilayah kerja Puskesmas Jetis Yogyakarta. 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dampak tumbuh kembang yang tidak optimal dan uraian beberapa penelitian sebelumnya mengenai pijat bayi dan VCO, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah berat badan bayi yang pijat menggunakan VCO lebih besar dibandingkan yang dipijat menggunakan minyak mineral?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengetahui pengaruh pijat bayi menggunakan VCO dibandingkan pijat bayi menggunakan minyak mineral terhadap peningkatan berat badan bayi. 2. Tujuan khusus antara lain: a. Mengetahui pengaruh pijat bayi menggunakan VCO terhadap peningkatan berat badan bayi. b. Mengetahui pengaruh pijat bayi menggunakan minyak mineral terhadap peningkatan berat badan bayi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pijat dengan VCO terhadap peningkatan berat badan bayi. 2. Manfaat praktis a. Memberikan informasi tentang manfaat pijat bayi menggunakan VCO bagi pengamat tumbuh kembang anak dan pengambil kebijakan dalam membuat 5 keputusan untuk pengembangan progam-program kesehatan terutama yang berhubungan dengan upaya promotif dan preventif. b. Memberi manfaat bagi para orang tua dan masyarakat luas dalam melakukan perawatan kesehatan bayi selain untuk mengoptimalkan tumbuh kembang juga agar ibu lebih mandiri dalam merawat bayinya. E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Field & Diego (2008) dan Field et al., (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh pijat pada bayi prematur: a. Tahun 2008; Judul penelitian “Vagal activity, early growth and emotional development”. Responden adalah bayi usia<25 hari dengan berat badan lahir <1.500 gram, usia kehamilan <35 minggu dan dirawat di NICU. Pijat dilakukan oleh perawat ahli 3x sehari selama 5 hari. Hasil penelitian pijat meningkatkan berat badan bayi sebesar 28%-47%. b. Tahun 2014; Judul penelitian “Preterm infant weight gain is increased by massage therapy and exercise via different underlying mechanisms”. Responden adalah bayi yang dirawat di NICU 15-60 hari dengan riwayat berat badan lahir rendah 800-1.400 gram, usia kehamilan 28-32 minggu. Pijat dilakukan 3x sehari selama 5 hari oleh perawat NICU. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan berat badan sebesar 15,55 gram perhari. 6 Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, pijat menitikberatkan pada minyak yang digunakan untuk pijat, responden bayi usia 1-2 bulan, berat badan lahir 2.500–4.000 gram, usia kehamilan 37–42 minggu, pijat dilakukan oleh ibu dirumah 2x sehari selama 4 minggu. 2. Penelitian oleh Sankaranarayanan et al., (2005) dengan judul “Oil massage in neonates: an open randomized controlled study of coconut versus mineral oil”. Responden adalah bayi lahir dengan berat lahir 1.500–2.000 gram dan >2.500 gram. Pijat diberikan oleh therapis pijat 4x sehari selama 2 hari lalu dilanjutkan oleh ibu sampai hari ke-31. Hasil penelitian menunjukkan berat badan bayi yang dipijat dengan minyak kelapa lebih besar dengan selisih ratarata 162,39 gram. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, minyak yang digunakan yaitu VCO (virgin coconut oil) dan minyak mineral, responden bayi usia 1-2 bulan, pijat dilakukan oleh ibu 2x sehari selama 4 minggu. 3. Penelitian oleh Hidayanti (2009) berjudul “Pengaruh pijat bayi terhadap pertumbuhan bayi baru lahir”, responden adalah bayi baru lahir dengan berat lahir >2.500. Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperimental, pijat dilakukan oleh ibu setiap hari 1x15 menit selama 4 minggu menggunakan lotion atau baby oil. Hasil penelitian menunjukkan ada selisih peningkatan berat badan lebih besar (202,5 gram) pada bayi yang diberi perlakuan pijat. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, responden bayi usia 1-2 bulan, pemberian pijat menggunakan VCO dan minyak mineral dilakukan 2x15 menit sehari selama 4 minggu. Rancangan penelitian menggunakan randomized controlled trial. 7 4. Penelitian oleh Solanki et al., (2005) dengan judul “Transcutaneous absorption of topically massaged oil in neonates”. Meneliti tentang penggunaan minyak kelapa dan minyak bunga matahari terhadap profil asam lemak. Responden yaitu bayi baru lahir dengan umur kehamilan masingmasing <37 minggu dan >37 minggu. Pijat dilakukan 4x sehari selama 5 hari oleh pemijat terlatih. Hasil penelitian pada pengukuran profil asam lemak menunjukkan bahwa kadar LA (linoleic acid) dan triglyserid lebih tinggi pada bayi yang dipijat dengan minyak bunga matahari dan kadar asam lemak jenuh atau total saturated fats (TSF) lebih tinggi pada bayi yang dipijat dengan minyak kelapa. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian ini membandingkan peningkatan berat badan bayi yang dipijat dengan VCO dan minyak mineral. Responden adalah bayi usia 1-2 bulan dan pijat dilakukan oleh ibu 2x sehari selama 4 minggu. 5. Penelitian oleh Saeidi et al., (2015), “The effect of massage with mediumchain triglyceride oil on weight gain in premature neonates”. Responden bayi usia<28 hari dengan umur kehamilan <37 minggu yang dirawat di NICU. Pijat dilakukan 4x5 menit oleh perawat ahli dengan minyak sebanyak 10 ml sehari selama 1 minggu. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan berat badan bayi yang dipijat dengan minyak yang mengandung MCFA (medium chain fatty acid) lebih besar (105 gram) dibandingkan dengan yang dipijat tanpa minyak (52 gram). Tingkat kadar lemak jenuh pada bayi yang dipijat dengan minyak yang mengandung MCFA juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipijat tanpa minyak. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian ini 8 membandingkan perubahan peningkatan berat badan bayi yang dipijat dengan VCO dan minyak mineral, dengan responden bayi usia 1-2 bulan, riwayat kelahiran spontan dan riwayat usia kehamilan ibu 37-42 minggu. Pijat dilakukan 2x15 menit sehari oleh ibu selama 4 minggu. 6. Penelitian oleh Evangelista et al., (2014) berjudul “The effect of topical virgin coconut oil on SCORAD index, transepidermal water loss (TEWL) and skin capacitance in mild to moderate pediatric atopic dermatitis”. Responden adalah bayi usia 0-9 bulan yang didiagnosis AD (atopic dermatitis). Hasil penelitian menunjukkan skoring AD menurun 80% pada bayi yang dioleskan VCO dan menurun 39% yang dioleskan minyak mineral. TEWL menurun lebih besar pada bayi yang dioleskan VCO (70%) dibandingkan minyak mineral (35%). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pemberian VCO dan minyak mineral disertai dengan pijat dan dihubungkan dengan perbedaan peningkatan berat badan bayi pada kedua kelompok.