ANALISIS KAPASITAS STRUKTUR SRPMK BETON BERTULANG YANG DIRENCANAKAN BERDASARKAN SNI 1726-2012 TERHADAP BEBAN TSUNAMI DI KOTA PADANG Yusuf Budiman, Wardi, RiniMulyani JurusanTeknikSipil, FakultasTeknikSipildanPerencanaan, Universitas Bung Hatta Padang Email :[email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Eurasia, IndoAustralia dan Pasifik yang berpotensi menimbulkan tsunami yang berdampak kepada keselamatan jiwa manusia. Untuk mengurangi risiko kerusakan struktur gedung akibat gempa dan tsunami tersebut, struktur gedung perlu direncanakan untuk menahan beban gempa dan tsunami, khususnya gedung-gedung tertentu seperti shelter evakuasi tsunami. Untuk itu, perlu dilakukan analisa untuk memeriksa kekuatan gedung yang telah direncanakan berdasarkan paraturan gempa yang berlaku di Indonesia(SNI 1726-2012) terhadap beban tsunami. Beban tsunami tersebut ditentukan berdasarkan standar perencanaan bangunan terhadap tsunami, FEMA-P646, yang dikeluarkan oleh Federal Emergency Management Agency dari Amerika, karena Indonesia masih belum memiliki standar perencanaan bangunan terhadap beban tsunami. Dalam tugas akhir ini, dilakukan analisis kapasitas dari struktur gedung Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang berlokasi di Kota Padang. kategori risiko gempa untuk bangunan tersebut adalah IV dengan kondisi tanah lunak (SE). Dalam tugas akhir ini,gaya akibat tsunami yang diperhitungkan adalah gaya hidrodinamik, gaya gelombang, dan gaya tumbuk dengan ketinggian tsunami diasumsikan sebesar 10 m. Dari hasil kombinasi beban gempa dan gaya tsunami yang diasumsikan bekerja pada struktur gedung tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur bangunan yang direncanakan berdasarkan SNI 1726-2012 masih memiliki kapasitas yang cukup untuk menahan gaya yang ditimbulkan oleh tsunami. Kata kunci: struktur,betonbertulang, gempa, tsunami, FEMA P-646. 1 THE CAPACITY ANALYSIS OF A REINFORCED CONRETE SPECIAL MOMENT RESISTING FRAME BUILDING TO TSUNAMI LOADS IN PADANG CITY Yusuf Budiman, Wardi, RiniMulyani Civil Engineering Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta of University Padang Email :[email protected], [email protected], [email protected] Abstract Indonesia is located on the confluence of three main tectonic plates in the world such as Eurasia, Indo-Australia and pacific plates. As a result, many big earthquake soccur in Indonesia and some of them trigger tsunamis. The earthquakes and tsunamis have caused great loss of human lives and huge economy consequences, particularly in terms of damage buildings and infrastructures. To minimize the risk of damage buildings, the structures must be designed to resist both earthquake and tsunami loads. Therefore, this study aims to analyzed the capacity of a building, which has been designed to conform with the Indonesian code of earthquake resistant structures (SNI 1726-2012),to tsunami loads. Due to the non-existence of tsunami building code in Indonesia, the tsunami loads are determined using the American FEMA-P646, which is issued by the Federal Emergency Management Agency, USA. In this study, the analysis is performed for a reinforced concrete special moment resisting frame located in Padang City. Based on the SNI 1726-2012, the structures falls on the earthquake risk category of IV and located on Soft Soil (SE) category. For the tsunami loads, only three of tsunami loads are considered including hydrodynamic force, impulsive forces anddebris impact forces. It is assumed that the structure will be inundated with tsunami as high as 10 m above the normal sea water level. The outcome shows that, for this case, the building that has been designed according to the Indonesian earthquake building code, SNI 1726-2012, still has enough capacity to resist the considered tsunami forces. Keywords : reinforced conrete, earthquake, tsunami, FEMA P-646. 2 A. yaitu Indonesia, Sri Langka, India, Thailand, PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan Maladewa dan Somalia. Gempa yang terjadi tingkat intensitas kegempaan dan tsunami di Sumatera Barat pada tahun 2009 dengan yang cukup tinggi. Ini disebabkan karena magnitudo Mw 7,6 juga menyebabkan tanah Indonesia terletak pada daerah pertemuan longsor tiga lempeng tektonik utama, yaitu Eurasia, perkampungan di Kabupaten Pariaman, dan Indo-Australia, Nias. (Mulyani, 2015). dan Pasifik. Di pulau Sumatera terdapat 2 (dua) sumber gempa utama yaitu Zona Patahan Sumatera (landslide) yang menimbun Gempa tersebut menyebabkan korban jiwa sebanyak 1.117 yang tersebar di 3 Kota (Sumatran Fault Zone) dan Zona Subduksi dan Sumatera (sumatran Subduction Zone). Zona mencapai 1.214 orag, luka ringan 1.688 patahan Sumatera membagi pulau sumatera orang, korban hilang 1 orang, sedangkan dari utara ke selatan sepanjang ± 1900 km di 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah sepanjang Bukit Barisan. Magnitudo gempa rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak maksimum ringan.( BNPB Kota Padang ) yang dihasilkan oleh zona 4 Kabupaten, korban luka berat patahan sumatera ini adalah Mw 7,5.Sumber Berdasarkan kepada paparan yang telah gempa lainnya di pulauSumatera yaitu Zona dijelaskan di atas, wilayah pantai barat Subduksi Sumatra yang merupakan daerah Sumatera, khususnya Provinsi Sumatera pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia Barat memiliki pontensi yang cukup besar, dengan Eurasia. Zona ini terletak sepanjang baik terhadap gempa maupun tsunami. pantai Sumatera dan memiliki potensi Sehingga untuk mengurangi risiko kerusakan dengan magnitudo yang besar dan berpotensi struktur bangunan, diperlukan perencanaan memicu terjadinya tsunami. terhadap beban gempa dan tsunami. Hal Intensitas kegempaan dan tsunami di Indonesia cenderung dalam Sumatera Barat. Untuk itu, perlu dilakukan sepuluh tahun terakhir. Seperti yang dapat analisa untuk memeriksa kekuatan gedung dilihat pada gempa tahun 2004 di propinsi yang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan paraturan gempa terbaru ( SNI 1726-2012 ) magnitudo Mw 9,1 yang memicu terjadinya terhadap beban tsunami. Pada tugas akhir ini tsunami. beban Tsunami meningkat tersebut belum sepenuhnya diterapkan di tersebut berdampak kepada 6 (enam) negara di Samudera Hindia, telah direncanakan tsunami tersebut berdasarkan ditentukan berdasarkan kepada standar perencanaan 3 bangunan terhadap tsunami ( FEMA-P646 ) 3. Metode analisa yang dikeluarkan oleh Federal Emergency Metode analisa pada penulisan tugas Management Agency dari Amerika, karena akhir ini adalah : di Indonesia belum memiliki paraturan yang Analisa beban gravitasi. membahas tentang beban tsunami. Analisa beban gempa. Analisa beban tsunami. METODOLOGI Analisis struktur. Dalam penulisan tugas akhir ini, Perencanaan struktur atas gedung. B. metodologi yang digunakan yaitu studi literature, pengumpulan data, dan metode C. HASIL DAN PEMBAHASAN analisa dengan rincian sebagai berikut : 1. Perencanaan Struktur 1. Studi literatur Studi literatur Perencanaan struktur gedung shelter yang dilakukan, tsunami memiliki total tinggi bangunan 20 diantaranya : m, panjang bangunan 56 m, lebar bangunan Prinsip umum perencanaan struktur dan 42 m, jumlah lantai 5 (lima) lantai dengan komponen pada struktur gedung. jenis struktur beton bertulang. Mutu bahan Teori tentang konsep gedung tahan yang digunakan fc’ 30 MPa, 35 MPa dan gempa dan tsunami. mutu baja fy 400 MPa. Wilayah yang terkena dampak tsunami a. Dimensi Struktur di kota Padang berdasarkan peta tsunami, serta arah arus gelombang itu sendiri. struktur adalah : Teori analisa gaya gempa dan tsunami Struktur pelat terhadap bangunan gedung. Dimensi yang diperoleh untuk komponen Langkah-langkah atau prosedur perencanaan gedung akibat gaya gempa - Pelat atap, tebal = 150 mm - Pelat lantai, tebal = 150 mm Struktur balok dan gaya tsunami. - Balok induk (50/75) 2. Pengumpulan data - Balok anak (40/60) Data-data yang dibutuhkan adalah data tanah, data ketinggian tsunami di kota Struktur kolom - Lantai 1 - 6 (K – D800) Padang, mutu bahan dan data pendukung lainnya. 4 - b. Beban-beban yang Bekerja 1. Beban Gravitasi Percepatan respon spectra perioda 1,0 detik. Beban mati (dead load) SM1 = 1,438 - Instalasi ME + Plumbing = 20 kg/m2 SD1 = 0,958 - Plafond + Penggantung = 18 kg/m2 - Plesteran = 21 kg/m2 Beban hidup (live load) - Beban hidup shelter = 500 kg/m2 2. Beban Gempa Sebelum dilakukan perhitungan beban gempa terlebih dahulu ditentukan parameter Gambar C.1 Respon spectra gempa struktur yang dibutuhkan dalam analisis dengan tahapan sebagai berikut : Kategori risiko bangunan gedung = Padang, perioda 0,2 detik Ss = 1,351g dan perioda 1,0 detik S1 = 0,599g. diperoleh tanah lunak (SE). Koefisien situs Fa dan Fv - Fa = 0,9 - Fv = 2,4 Percepatan spectra disain - Percepatan respon spectra perioda = 1,216 SDS = 0,811 Pemikul Momen Khusus - R =8 - Ω0 =3 - Cd =5½ - hn = Tidak dibatasi (TB) Fleksibelitas diafragma = diafragma kaku. Evaluasi system struktur terkait dengan ketidakberaturan konfigurasi = struktur digolongkan pada struktur beraturan. Faktor redudansi (ρ) = 1,3 Prosedur analisis gaya lateral = analisis 0,2 detik. SMS = (SRPM-K) Respon spectra percepatan untuk kota Klasifikasi situs (jenis tanah) yang Seismik-KDS Sistem dan parameter struktur = Sistem Rangka gempa (Ie) = 1,50. Disain Kategori Disain Seismik D (KDS-D). kategori risiko IV, faktor keutamaan Kategori gaya lateral ekivalen. Pemodelan struktur = 3-D Analisis struktur akibat beban gempa lateral ekivalen. 5 - - - Geser dasar seismik D. Analisis Struktur Geser dasar seismik arah-X, Vx = 1. Penulangan pelat 25335,10 kN. DL = 101 kg/m2 + berat sendiri pelat Geser dasar seismik arah-Y, Vy = = 101 kg/m2 + (0,15 m x 2400 kg/m3) 25335,10 kN. = 461 kg/m2 = 550 kg/m2 Menghitung perioda LL Arah X (T 1) = 0,7700 detik Wu = 1,2 DL + 1,6 LL Arah Y (T 2) = 0,7636 detik = (1,2 x 461) + (1,6 x 550) Menghitung distribusi vertikal gaya = 1433,2 kg/m2 gempa Fx = Cvx . V CVX ℎ = =1 ℎ T = 0,7700 detik, k = 1,135 T = 0,7636 detik, k = 1,096 Tabel C.1 Perhitungan distribusi gaya gempa arah-X pelat diasumsikan terjepit sejati Ly/Lx = 8,00/4,00 = 2 Berdasarkan tabel 4.2.b buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang didapatkan : Mlx = 0,001 Wu . Lx2 . x Tabel C.2 Perhitungan distribusi gaya gempa arah-Y Mly = 0,001 Wu . Lx2 .x dimana :x = 58 dimana :x = 15 Mtx = -0,001 Wu . Lx2 .x dimana :x = 82 Mty = -0,001 Wu . Lx2 .x dimana :x = 53 Maka momen disain pelat atap : Mlx= 0,001 x 1253,2 x 42 x 58 =1255,77 kg.m Mly= 0,001 x 1253,2 x 42 x 15 = 324,77 kg.m Mtx= -0,001x1253,2x42 x 82= -1375,86 kg.m Mty = -0,00 x 253,2 x 42 x 53= - 878,56 kg.m 6 Perencanaan Tulangan Lapangan (Mlx) Mu ρb fc' 600 x fy 600 fy = 0,85.β1 x = 1255,77 kg.m = 1255,77 x 104 N.mm = b = 1000 mm h = 150 mm p = 20 mm Dutama = 10 mm d = h – p – ½ Dutama 0,83 = 0,85 – x ρmax = 0,75 ρb = 0,0238 = 400 MPa 30 400 = 0,0317 = 125 mm fy x 600 600 400 = 0,75 x 0,0317 = 30 MPa m , ( ) , = fy 0,85. fc' = 400 0,85 x 30 = 15,69 (fc’ > 28 MPa) = 0,83 ρ = 1 Rn 1 1 2 m m fy = Mn = Mu/ø = x = 150 – 20 – 5 fc’ β1 0,85 , , 1 893,00 1 1 2 x15,69 x 15,69 400 = 13952995.56 N.mm = 0,0023 ρ < ρmin ; maka digunakan ρ = 0,0035 Rn = Mn/bd = 2 Luas tulangan tarik (As) , = 0,893 N/mm2 = 893,00 KN/m2 ρmin = 1,4/fy As =ρxbxd As = 0,0035 x 1000 x 125 = 437,50 mm2 S = 0,25 x x D 2 x 1000 As = 0,25 x 3,14 x 10 2 x 1000 437,50 = 1,4/400 = 0,0035 = 179,43 mm 7 Di pakai tulangan D10 – 150 mm As = 524 mm2 d’ = p + Ø tul.sengkang + ½ Ø tul.utama = 50 + 13 + ½ 22 = 71 mm Penulangan daerah tumpuan Mu= 1141,28 kN.m Tulangan tarik dan tulangan tekan pada penampang balok diasumsikan telah leleh. Tulangan tarik dan tulangan tekan pada penampang balok diasumsikan telah leleh. Gambar C.2 Penulangan Pelat 2. Penulangan balok Data-data yang diketahui sebagai berikut: Tinggi balok (h) = 750 mm Lebar balok (b) = 500 mm Selimut beton (p) = 50 mm Diameter tulangan utama = D22 Diameter sengkang = D13 Mutu beton (fc’) = 35 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa Faktor reduksi lentur (ø) β1= 0,85 – , ( Mn = Mu / ø = 1141,28 /0,9 = 1268,09 kN.m Mn= Mn1 + Mn2 Asumsi, momen nominal tulangan tarik 50% dan momen tulangan tekan 50% Mn1=50%xMn=50%x1268,09=634,05kN.m = 0,9 ) , (fc’ > 28 MPa) = 0,83 1. Hitung momen nominal Mn2=50%xMn=50%x1268,09=634,05kN.m 2. Perkirakan luas tulangan tarik (asumsikan lengan momen jd) tinggi efektif (d) = h – p – ½ Ø tul.utama Ø tul.sengkang = 750 – 50 – 11 -13 Asumsi : jd = 0,9d= 0,9 x 679 = 611,1 mm Mn1= As1 . fy . jd = 679 mm 8 As1= , = . = 1654,2 mm2 , . a= = , . ( As2= .( ) = ( , = 40,9 mm . c = a/β1 = 40,9/0,83 = 49,3 mm , ) = 1662,7 mm2 εs’= 0,003 Jadi luas tulangan tarik (As), As . Tinggi garis netral (c) , , ). , Mn2= As2 . fy . (d-d’) , . , = 0,003 = 0,0013 , εy = fy/Es = 400 / 200000 = 2 x 10-3 = As1 + As2 εs’ < εy (tulangan tekan belum leleh) = 1654,2 + 1662,7 = 3316,88 mm2 leleh, dimana fs’ = εs’.Es dan εs’ < εy) Periksa As terhadap As min As min= b.d= , √ . , Gunakan asumsi 2 (tulangan tekan belum 0,85.fc’.a.b + As.fy = As’.fs’ 500.679=1770,56mm2 fs’ = εs’.Es = 0,003 750 .67 9=1188,25 mm2 = 0,003 As min yang digunakan adalah yang terbesar = 0,003 As min= b.d= yaitu 1770,56 mm .Es / .Es (dikali β1) / . .Es 2 As > As min 0,85.fc’.a.b+As’.Es.0,003 2 (dikali a) Maka digunakan tulangan - Tulangan tarik = As.fy 2 3316,88 mm > 1770,56 mm (OK) - . 2 9 D22 (As = 3421,2 mm2) 2 Tulangan tekan 5 D22 (As = 1900,7 mm ) 0,85.fc’.a .b+As’.Es.0,003.(a-β1.d’)= As.fy.a 0,85.35.a2.500 + 1900,7.2x105.0,003.a 1416,93.2x10 5.0,003. 0,83.65,5 = 3421,2.400.a 14875a2+(8501,58-462188,39).a–2747500=0 3. Periksa asumsi tulangan Asumsi tulangan tekan sudah leleh (fs’ = fy dan εs’ > ε y) 0,85.fc’.a.b = As1.fs 14875a2 – 453686a – 2747500= 0 Didapat nilai a = 75,3 mm Tinggi garis netral (c) c =75,3/β1= 75,34/0,83 =90,72 mm 0,85.fc’.a.b = (As – As’).fy 9 εs’=0,003 =0,003 , , =6,5 x 10-4 Penulangan Geser Balok εs’ < εy (tulangan tekan belum leleh) (OK) fs’=εs’.Es=(1,57 x 10-3)x(2x105)= 130 MPa 4. Periksa terhadap rasio tulangan minimum ρ= ρ’ = = . . , = Penulangan daerah tumpuan = 0,0101 . Merujuk kepada SNI 2847-2013 Pasal 21.6.2 , = 0,0053 . bahwa geser rencana gempa pada balok dihitung dimana tegangan tulangan lentur ρb1 = 0,85.β1. . balok mencapai 1,25fy. - Kapasitas momen ujung-ujung balok (Mpr1) = 0,85.0,83. . = 0,037 apr1= ρmax = 0,75. ρb1 + ρ’. , . , . . . , = , , . . =230,88mm Mpr1= 1,25.As.fy.(d-a/2) = 1,25 x 6868,75 x 400 x (674,5-230,88/2) = 0,75. 0,037 + 0,0029. = 0,0296 < ρmax (OK) 5. Hitung momen nominal penampang balok = 1920,02 kN - Kapasitas momen ujung-ujung balok (Mpr2) apr2= Mn=(As.fy – As’.fs’).(d-a/2) + As’.fs’.(d-d’) = [(3421,2x400) – (1900,7x314)].(679- . . , . . = , , , . =220,88mm . Mpr2= 1,25.As.fy.(d-a/2) = 1,25 x 6544,86 x 400 x (674,5-220,88/2) 75,3/2) + [(1900,7x130).(679-71)] = 869388266 N.mm , = 1845,85 kN Kuat geser perlu di ujung-ujung balok (Ve) = 869,39 kN.m Ve= ± (SNI2847-2013 Pasal 21.6.2) = , , ± , = 515,93 kN Vn = Vc + Vs Ve ≥ ø Vn Gambar C.3 Penulangan balok 10 Jarak sengkang tidak boleh melebihi : Vn = Ve/ø = 515,93/0,75 Sengkang tertutup = 687,91 kN d/4 = 168,63 mm Vc = 0,17 √35 b.d 8 kali diameter terkecil tulangan lentur = = 0,17 x √35 x 500 x 674,5 200 mm = 339,18 kN 24 kali diameter tulangan sengkang Mengacu pada SNI 2847-2013 pada daerah tumpuan jika terjadi gempa untuk menahan kuat geser perlu dengan menganggap kontribusi penampang beton dalam menahan geser Vc = 0. Vn tertutup = 312 mm 300 mm Sengkang biasa d/2 = 337,25 mm 600 mm = Vc + Vs Jadi, penulangan geser balok yang digunakan 687,91 = 0 + Vs Vs D10- 150 mm = 687,91 kN Jika Vn < Vc maka tulangan sengkang tidak dibutuhkan dan digunakan tulangan 3. Penulangan kolom Data-data yang diketahui sebagai berikut : sengkang minimum. Gaya normal kolom (Pu) = 2704,21 kN Momen arah sumbu-X = 128,62 kN.m - Menghitung jarak antar sengkang : Momen arah sumbu-Y = 626,23 kN.m Ay = n x luas tulangan sengkang Dimensi kolom (D) = D 800 mm Luas penampang (Agr) Vn ( 687,91 kN) > Vc (0) dibutuhkan tulangan sengkang (SNI 2847-2013 Pasal 11.4.7.3) = ¼ Π D2 = ¼ x Π x 802 = 502400 mm2 = 2 x (0,25 x 3,14 x 13 2) = 265,33 mm2 S= = . , . . = 104,06 mm . , Tinggi kolom = 4000 mm Selimut beton (p) = 50 mm Diameter tulangan utama = 29 mm Diameter tulangan sengkang = 13 mm Faktor reduksi = 0,75 Mutu beton (fc’) = 35 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa 11 Rasio tulangan (ρ) 1. d’ = 50 + 13 + ½ (29) = 77,5 mm 2. Eksentrisitas momen lentur searah sumbu ρ = r.β = 0,01 x 1,33 = 0,0133 X (ex) ex = , = Luas tulangan (As) = 0,23 m , 3. Eksentrisitas momen lentur searah sumbu Y (ey) As = ρ.Agr = 0,0133x 502400 =6681,92 mm2 Banyak tulangan (n) ey = , = = 0,048 m , N= 4. Eksentrisitas resultan momen lentur + e= 0,23 + 0,483 = 0,11 = = , = 10,12 maka digunakan 12 D29 (7922,22 mm2) m Cek Kapasitas Kolom d ' 67,5 0,076 h 850 ∅ . , , , , = ¼ Π D2 = ¼ Π 292 = 502400 mm2 Ast = 7922,22 mm2 Kontrol Kapasitas Beban Aksial = . Ag Pn max , = 0,85 Pn = 0,23 = 0,85.0,85. fc .(Ag – Ast)+(Ast . fy) = 0,85 . [0,85 . 35 . (502400 – = , , 7922,22) + (7922,22 . 400)] = 0,227 = 15197662 N = 1519,7662kN >2704,21 kN (OK) ( ∅ . , . )x = 0,052 Dari grafik 6.3.d pada buku grafik dan tabel Kontrol Kapasitas Momen Nominal a = perhitungan beton bertulang, diperoleh : , r = 0,003 < rmin (1%), maka digunakan r = 0,01 (1%) fc’ = 35 MPa, maka β = 1,33 = , , , = 104,5 mm Mn = Ast . fy . (d – a/2) = 7922,22 x 400 x (640 – 104,5/2) = 2460860451 N.mm = 2460,86 kN.m 12 Kontrol Vn = Vc + Vs = ø Mn ≥ Mu Ve ≥ ø Vn = 0,75 x 2460,86 kN.m > 626,23 kN.m Vn = Vu/ø = 1986.65 kN.m > 626,23 kN.m (OK) = 1230,43 / 0,75 = 1640,56 kN a. Penulangan geser kolom lantai 2 portal Vc = 0,17 (1 + As-2 Data-data yang diketahui sebagai berikut : Dimensi kolom (D)= Diameter 80 cm Luas penampang (Agr) = 0,17 (1 + Tinggi kolom Selimut beton (p) = 50 mm Diameter tulangan utama = 29 mm Diameter tulangan sengkang =13 mm Faktor reduksi = 0,75 Mutu beton (fc’) = 35 MPa Mutu baja (fy) = 400 MPa , ) √35 x 800 .640 = 669,14 kN = ¼ Π D2 = ¼ x Π x 8502 = 502400 mm2 ) √fc’ b.d = 4000 mm Mengacu pada SNI 2847-2013 pada daerah tumpuan jika terjadi gempa untuk menahan kuat geser perlu dengan menganggap kontribusi penampang beton dalam menahan geser Vc = 0 Vn= Vc + Vs 1640,56 = 0 + Vs Vs = 1640,56 kN Jika Vn < Vc maka tulangan sengkang tidak Kuat geser perlu di ujung-ujung balok (Ve) dibutuhkan namun digunakan sengkang minimum. Vs (1640,56 kN) > Vc (0 kN) Tulangan Ve = sengkang dibutuhkan Menghitung jarak antar sengkang : (SNI 2847-2013 Pasal 21.6.2) = , , , Av = n x luas tulangan sengkang (SNI 2847-2013 Pasal 11.4.7.3) = 4 x (0,25 x 3,14 x 132) = 530,66 mm2 = 1230,43 kN 13 . S= . ,d = 0,8 x Ø kolom (SNI , kg/m3 - Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/dt2 2847-2013 Pasal 11.2.3) = - Massa jenis aliran tsunami (ρs) = 1100 . . - Kemiringan pantai 1 : 50 (asumsi) - Tinggi runup tsunami (R*) = 10 m = 82,81 mm (asumsi) Jarak sengkang tidak boleh melebihi : - Elevasi bangunan dari tinggi muka laut Seperempat dimensi terkecil komponen struktur = 187,5mm - Panjang lantai per panel (P) = 8 m 6 kali diameter tulangan longitudinal = 174 mm - Lebar lantai per panel (L) = 6 m - Tinggi per lantai bangunan = 4 m 150 mm Jadi, rata-rata (z) = 4 m (asumsi) - Kolom struktur dia. 80 penulangan geser kolom yang Sebelum memperhitungkan beban tsunami terlebih dahulu menentukan tinggi digunakan D10-75 mm runup rencana dan tinggi genangan tsunami pada struktur bangunan. Tinggi genangan tsunami (hb)= tinggi runup rencana – elevasi bangunan terhadap muka rerata air laut = 1,3 R* - z = (1,3 x 10) – 4 = 9 m a. Gaya Gambar C.4 Penulangan Kolom Hidrodinamika (Hydrodynamic Force) Gaya hidrodinamika terjadi pada 4. Perhitungan Beban Tsunami struktur gedung secara keseluruhan dengan Gaya-gaya yang diperhitungkan pada pembebanan tsunami sebagai berikut: dengan data-data mengasumsikan tidak ada dinding pengaman pada struktur gedung. Untuk menghitung nilai kecepatan maksimum aliran tsunami adalah : 14 c. Gaya Tumbuk Puing (Debris Impact (hu2)max=g.R2. 0,125 − 0,235. + 0,11. Forces) =9,81.132. 0,125 − 0,235. + Akibat material yang terbawa oleh 0,11. arus gelombang tsunami dapat menjadi = 105 m3/dt2 gaya tambahan yang akan menghantam struktur gedung. Material yang terbawa 1. Kolom 1 (dia. 80 cm) dengan tinggi 4 m arus tsunami tergantung dari lokasi dan terendam keseluruhan. dimana posisi struktur bangunan. Untuk Fd = (1/2) .ρs.Cd.B.(hu2)max ,Cd = 1,2 hal ini material yang dapat menghantang (kolom lingkaran) struktur berupa gelondongan kayu karena = ½. 1100 . 1,2 . 0,8 . 105 disekitar struktur banyak terdapat pohon = 55241,29 kg.m/dt2 dengan berat (md) = 450 kg, koefisien = 55241,29 N massa Agar beban terdistribusi merata disepanjang arah vertikal, maka besar (c) = 0, dan kekakuan efektif puing (k) = 2,4 x 106 N/m. (FEMA P-646). Kecepatan maksimum puing dapat nilai Fd menjadi, Fd = Fd/tinggi kolom hidrodinamik ditentukan dengan persamaan: = 55241,29 / 4 = 13810,32 N/m = 13,81 kN/m b. Gaya gelombang (Impulsive Force) umax = = 2. . . (1 − ) 2. 9,81. 13.(1 − ) = 13,3 m/dt Gaya gelombang yang terjadi pada masing-masing struktur kolom. 1. Kolom 2 (dia. 80 cm) dengan tinggi 4 m Fs = 1,5Fd Maka, Fi = 1,3.umax. . . (1 + ) = 1,3.13,3. 2,4 10 . 450. (1 + 0) = 1,5 x 13,81 kN/m = 20,72 kN/m = 567,71 kN Posisi puing berada pada permukaan tertinggi aliran tsunami yaitu 13 m dari dasar struktur gedung. 15 5. Cek Kekuaatan Struktur Balok dan Kolom E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penulisan Tugas Akhir Akibat Gaya Momen tentang Analisa Kekuatan Struktur SRPMK Jika, Beton Mn > Mtsu maka struktut Aman Berdasarkan Mn < Mtsu maka Struktur Tidak Aman Beban Tsunami Di Kota Padang dengan Maka, berpedoman pada (Persyaratan Beton a. Momen Balok dengan Momen akibat beban Tsunami Bertulang Yang Sni Direncanakan 1726-2012 SNI Terhadap 2847:2013 Struktural Untuk Bangunan Gedung), SNI 1726:2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gedung untuk Struktur Bangunan Gedung dan Gedung) dan FEMA P-646 Non (Standar Perencanaan Ketahanan Bangunan Terhadap Tsunami) dapat diperoleh kesimpulang sebagai berikut : 1. Lokasi bangunan tergolong kategori gempa kuat dengan jenis tanah lunak. b. Momem Kolom dengan Momen akibat beban Tsunami 2. Sistem struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) 3. Analisis gaya gempa dengan Analisis Gaya Lateral Ekivalen. 4. Beban Tsunami yang diperhitungkan pada analisis adalah gaya hidrodinamik (hydrodynamic forces), gaya gelombang (impulsive forces), dan gaya tumbuk puing (debris Dari hasil perhitungan ini, maka dapat impact forces). disimpulkan gaya luar yang terjadi lebih 5. Dari hasil perhitungan, gaya luar dominan gaya gempa dibandingkan yang terjadi lebih dominan gaya gaya gempa dibandingkan gaya tsunami tsunami yang terjadi. Maka struktrur yang direncanakan Aman. yang terjadi pada struktur. 16 DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. “Persyaratan Beton Yeh Harry. 2007. Design Tsunami Forces for Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI Onshore Structure. USA: School of Civil and 2847:2013”. Bandung: 2012. Construction Engineering, Oregon State Univesity Badan Standardisasi Perencanaan Nasional. Ketahanan “Tata Cara Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”. Bandung: 2011. Budiono Bambang dan Lucky Supriatna. 2011. “Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 Dan RSNI 03-1726-201X”. Bandung: ITB. Imran Iswandi dan “Perencanaan Hendrik Struktur Fajar. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa Berdasarkan SNI 032847-2002”. Bandung: ITB. Patel V.M, H.S Patel and A.P Singh. 2011. Comparative Study of Earthquake and Tsunami Loading on Vertical Evacuation Structure at Dwarka. International Juornal or Earth Sciences and Engineering, Vol.04, pp.659-668. Tumilar Steffie. 2011. “Prosedur Perencanaan Ketahanan Tata Gempa Cara Untuk Gedung Berdasarkan SNI 03-1726-201X”. Seminar HAKI: Padang. Wang Chu-Kia, G. Salmon Charles dan Hariandja Binsar. 1994. “Desain Beton Bertulang Edisi Keempat Jilid 1”. Jakarta: Erlangga. Wang Tiecheng, Tao Meng dan Hailong Zhao. 2015. Tsunami Loading Analysis and Engineering Prevention and Control. The Open Civil Engineering Journal, 9, 376-381. 17