PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, UMUR PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN ( Studi empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 ) Ibrahim1, Dandes Rifa2, Yunilma2 (Accounting Depertement, Economic Faculty, Bung Hatta Univercity) E-mail: [email protected] Abstract This research aims to test the effect of profitability, leverage, company life and company size on corporate social responsibility disclosure. Selection process carried out by using a purposive sample side. The type of data used are secondary data, namely the annual report of companies banking listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) for period 2011-2013. The total sample as many as 31 companies. To perform the data processing is done using regression models and statistical t-test. Regression analysis was done using SPSS 19. The results showed that a variable leverage, company life and company size of significant effect on corporate social responsibility disclosure while variable profitability no significant effectof corporate social responsibility disclosure. Keyword : Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD), Profitability, Company Life, Company size 1 2 Student accounting depertment of economics faculty, Bung Hatta Univercity Lecturer of accounting depertment as adviser, economics faculty, Bung Hatta Unevercity Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini adalah perusahaan perbankan diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Salah satunya berdasarkan major shareholder yang membagi perbankan menjadi dua macam yaitu bank pemerintah dan bank swasta (Latumaerissa 2012). Perbedaan major share holder ini berdampak pada timbulnya perbedaan dalam hal pengambilan keputusan dan kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk pengungkapan dan pelaksanaan CSR (Yamak dan suer 2010). CSR bank tidak hanya dilihat sebagai bentuk tanggung jawab, namun memiliki manfaat yang besar bagi kelangsungan organisasi perbankan itu sendiri. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu tonggak perekonomian di Indonesia. Karena bank memiliki peran penting dalam usaha penyaluran dana untuk berbagai kepentingan yang secara lansung berhubungan dengan berbagai komunitas lingkungan masyarakat Djogo (2005).bank diharuskan tidak hanya menjalankan tugasnya dalam bidang perbankan, namun wajib memberikan bukti kepedulian terhadap komunitas yang secara lansung berhubungan dengan kegiatan operasinya. Salah satu bentuk kepedulian tersebut adalah program corporate social responsibility. 1 Branco dan Rodrigues (2006) menyatakan CSR dapat memberikan image sosial yang positif pada masyarakat yang penting bagi perusahaan dengan visibilitas publik yang tinggi seperti bank. Hal ini dikarenakan pengungkapan tanggung jawab sosial terkait dengan cara perusahaan berhubungan dengan masyarakat yang akan menjadi daya tarik tersendiri untuk diketahui publik. Yang ditujukan untuk mendapatkan perhatian masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Adanya kegiatankegiatan tersebut diharapkan masyarakat tertarik untuk bergabung menjadi bagian dari perusahaan baik sebagai konsumen maupun investor (Yuniarti 2007). Hal inilah yang membuat program CSR entitas bank meningkat dari tahun ke tahun. Untuk maksud tersebut, ditetapkan Undang-Undang No.40/2007 bagi Perseroan Terbatas untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sehingga perusahaan mulai membiasakan menyusun laporan pertanggungjawaban sosial, yang diungkapkan ISO (International Organization For Standardization) sebagai induk organisasi standar internasional menetapkan sebuah panduan dan standar untuk laporan pertanggungjawaban sosial yang bersifat sukarela yaitu ISO 26000: Guidance Standard On Social Responsibility. Institusi yang mencakup sektor/badan publik ataupun privat, baik di negara berkembang maupun negara maju dapat menggunakan standar tersebut sebagai panduan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Regulasi mengenai CSR bukanlah hal baru dalam dunia korporasi, CSR dikenal sebagai bagian Coorporate Strategy sejak tahun 1980 (Nugroho, Yanuel, 2005). Di berbagai negara maju, setiap perusahaan sudah diwajibkan untuk melaksanakan CSR secara periodik. Ini dilakukan untuk mengontrol prilaku perusahaan agar sesuai ketentuan yang berlaku (Tanujaja,2006). Regulasi ini berkembang dimulai awalnya Dr.Karl.Hendrik Robert Dengan kerangka ABCD: yaitu Awareness, Baseline Mapping, Creating a Vision, dan Down to a Action menjadi sangat terkenal terutama di eropa. Kemudian berlanjut ISISCompass of Sustainability, tahun 1997 mulai ditambah aspek sosial dan lingkungan sebagai ‘bottom line’ atau tujuan perusahaan yang terinspirasi dari tiga pilar pembangunan berkelanjutan lalu diturunkan menjadi berbagai standar/kriteria dan indikator seperti ISO 26000:2010, IFC Performance Standards dan yang terakhir Global Reporting Initiative ( GRI) yang berkembang semula 78 item pengungkapan kini menjadi 84 item pengungkapan. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut juga corporate social responsibility atau social disclosure, corporate social reporting, sosial reporting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya untuk mencari laba bagi pemegang saham. Utami (2011) menyatakan terdapat 2 teori yang berhubungan dengan pengungkapan tanggung jawab perusahaan, yakni teori ligitimasi dan agensi. Menurut Pujiningsih, (2008:52) legitimacy theory secara esensial adalah teori yang berorientasi pada sistem, dalam hal ini organisasi atau perusahaan 2 dipandang sebagai salah satu komponen dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Teori legitimasi menyediakan perspektif yang lebih komprehensif pada pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Teori ini secara eksplisit mengakui bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktifitas sosial perusahaan agar diterima masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Brigham dan Houston (2004:26) dalam Utami (2011) menyatakan bahwa hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendeleglasikan kewenangan untuk membuat sebuah keputusan kepada agen tersebut. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Sehingga praktik CSR dan pengungkapannya dapat dikaitkan dengan agency theory. Artinya, pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu komitmen manajemen untuk meningkatkan kinerjanya terutama dalam kinerja sosial. Dengan demikian manajemen bertujuan untuk mendapatkan penilaian positif dari pemilik modal. Pertanggung jawaban sosial perusahaan di ungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Develoment yang membawanya menuju core business dan sektor industrinya. Menurut Global Reporting Initiative (GRI), tentang pengungkapan tanggung jawab sosial, yang terdiri atas beberapa tema yaitu : 1. Ekonomi Pada tema ini mencakup Sembilan opsi laba perusahaan yang dibagikan sebagai bonus kepada pemegang saham, kompensasi karyawan, pemerintah, membiayai kegiatan akibat perubahan iklim serta aktivitas ekonomi lainnya. 2. 3. 4. 5. 6. 3 Lingkungan Hidup Terdapat tiga puluh opsi mengenai aspek lingkungan hidup dari operasional perusahaan, yang mencakup pengendalian polusi dalam menjalankan aktivitas bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pemprosesan sumber daya alam. Ketenagakerjaan Terdapat lima belas opsi mengenai dampak dari kegiatan bisnis perusahaan terhadap pihak-pihak internal perusahaan. Kegiatan bisnis ini terdiori dari : rekruitmen, program pelatihan, gaji, dan tuntutan, mutasi, promosi dan lainnya. Hak asasi manusia Terdapat sebelas opsi mengenai volume investasi yang berkaitan dengan hak asasi manuisia, pemasok dan kontaktor dalam bentuk perjanjian, kecelakaan atau kriminal pada karyawan dibawah umur dan lainnya. Kemasyarakatan Terdapat sepuluh opsi mengenai aktivitas kemasyarakatan, diantaranya kesehatan, pendidikan, seni, dan pengungkapan terkait lainnya. Tanggung jawab atas produk Tema ini memuat Sembilan item yang mencakup aspek kualitatif suatu produk atau jasa, yaitu kegunaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,dan item terkait lainnya. Konsep dari GRI (Global Reporting Intiative) ini umum digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan CSR. Konsep yang dimaksud yaitu konsep sustainability report, lahirnya konsep ini akibat dari munculnya konsep sustainability development yang menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya melaporkan mengenai keuangan saja, pelaporan tentang lingkungan dan sosial pun harus dilaporkan. Global Repoting Initiative didirikan pada tahun 1987 dan standar GRI digagas oleh PBB lewat Coalition for Environment Responsible Economies (CERES) dan UNEP pada tahun 1997. GRI merupakan jaringan berbasis organisasi yang telah mempelapori perkembangan dunia dalam segi pengungkapan dan kerangka pelaporan berkelanjutan. GRI Guidelines menggunakan Conten Analysis untuk mengukur pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan, konten tersebut adalah Economic (9 item), Environment (30 item), Labor Practices (15 item), Human righ (11 item ), society (10 item), dan Product Responsibility (9 item). konsistennya hasil tersebut terjadi karena program corporate social responsibility (CSR) sebagai bentuk pengungkapan tanggung jawab sosial dilaksanakan secara sukarela dan bersifat rutin, sehingga untuk tetap menjaga pelaksanaan program tersebut manajemen perusahaan telah memiliki anggaran dana tersendiri yang tidak berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan perusahaan menghasilkan laba tidak mempengaruhi jumlah pertanggungjawaban sosial perusahaan. Siti dan Zulaika (2008) di dalam penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas yang diukur dengan rentabilitas ekonomi maupun modal sendiri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, semakin tinggi rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri semakin memberikan pengungkapan yang lebih tinggi dari pertanggungjawaban sosial. Febrina dan Suryana (2011) dalam penelitan diketahui bahwa salah satu proxy yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on equity. Di dalam penelitian tersebut return on equity dianggap sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di temukan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas akan semakin meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin tinggi nilai indeks pertanggungjawaban sosial suistainability report merupakan bukti meningkatnya kinerja dalam mengungkapkan item pertanggungjawaban sosial. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H1 Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Oktafia (2012) di dalam penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hasil penelitian tidak konsisten dengan hasil penelitian terdahulu ataupun teori, tidak 4 sebuah hipotesis yang akan di buktikan yaitu: H2 Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Oktafia (2012) di dalam penelitiannya menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini disebabkan karena porsi hutang yang dimiliki perusahaan relatif stabil dan dianggap dalam posisi yang aman oleh manajemen masingmasing perusahaan. Selain itu kebijakan perusahaan untuk melaksanakan corporate social responsibility merupakan bentuk kesadaran dari manajemen perusahaan dan bukan karena paksaan dari pemerintah ataupun pihak tertentu. Oleh sebab itu posisi hutang yang dimiliki perusahaan tentu bukan menjadi penghalang bagi manajemen untuk melaksanakan corporate social responsibility untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang terlihat dari besarnya item sosial yang dilaporkan. Lain hal nya dengan penelitian Almilia (2008) yang menemukan bahwa leverage yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Nilai komposisi leverage yang tinggi memperlihatkan hutang dan kewajiban yang tinggi, sehingga mendorong penurunan pengungkapan informasi sosial yang dipublikasikan. Menurut Prastini dan Suryono (2011) ditemukan bahwa leverage yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap sustainability report. Didalam model penelitian tersebut terlihat semakin tinggi komposisi hutang yang dimiliki perusahaan akan mendorong pengungkapan informasi sosial yang lebih sedikit. Kondisi ini terjadi karena hutang yang tinggi mendorong perusahaan memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita kebangkrutan, sehingga mempengaruhi jumlah sosial (sustainability report). Berdasarkan uraian ringkas tersebut maka penulis mengajukan Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Utami (2011) didalam penelitaiaanya menemukan bahwa umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial (social disclosure). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori legitimasi, yang menyatakan bahwa semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan akan semakin mengungkapkan informasi sosial sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap lingungan sekitar. Kondisi seperti ini disebabkan oleh perusahaan yang memiliki umur lebih tua tidak berpengaruh untuk melakukan pengungkapan sosial lebih banyak karena mereka telah biasa untuk melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan lingkungan sekitar dengan menggunakan media lain seperti internet dan majalah. Santioso dan Devona (2012) didalam penelitiannya menemukan bahwa umur perusahaan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan akan semakin mengungkapkan informasi sosial sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Susanto (1992) dalam Utami (2011) menemukan bahwa umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan yang positif dengan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan. Berdasarkan uraian ringkas diatas maka 5 penulis mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H3 Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Menurut Prastini dan Suryono (2011) didalam penelitiannya ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif yang signifikan terhadap sustainability report. Semakin besar ukuran perusahaan semakin mendorong penurunan pengungkapan informasi sosial yang dipublikasikan dalam sustainability report. Semakin besar ukuran perusahaan tentu akan semakin memperbesar biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga kontribusi anggaran yang diberikan untuk kegiatan corporate social responsibility mengalami penurunan. Berdasarkan uraian ringkas tersebut dapat diajukan sebuah hipotesis yaitu: H4 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Oktafia (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa ukuran perusahaan bukanlah variabel yang akan mempengaruhi peningkatan pengungkapan pertanggungjawaban sosial, kondisi tersebut disebabkan karna program corporate social responsibility dilaksanakan secara sukarela akan tetapi kewajiban bagi perusahaan high profile sehingga ukuran tentu bukan menjadi penghalang bagi perusahaan untuk melaksanakan program corporate social reosposibility. Dalam hal ini jumlah pengungkapan tanggung jawab sosial lebih dipengaruhi oleh anggaran dana yang disediakan hingga keseriusan pihak pelaksana dalam melakukan corporate social responsibility. Almilia (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan yang dinilai dari total assets berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial dalam sustainability report. Semakin besar ukuran perusahaan yang terlihat dari total assets akan semakin menurunkan pengungkapan informasi didalam sustainability report. Ukuran perusahaan yang besar akan memperlihatkan adanya sejumlah assets yang menganggur sehingga memaksa perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah biaya, kondisi ini membuat anggaran yang digunakan untuk program corporate social responsibility mengalami penurunan. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia yang melakukan program corporate social responsibility. Untuk mengetahui perusahan melakukan program corporate social responsibility peneliti mengamati laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan didalam Indonesia Stock Exchange (IDX). Jika di dalam laporan disebut perusahaan melakukan corporate social responsibility maka perusahaan tersebut berhak dijadikan populasi dan berpeluang untuk dijadikan sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Sekaran, 2006). Didalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sekaran (2006) mengungkapkan pusposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan 6 kepada karakteristik khusus yang melekat pada populasi. Karakteristik khusus yang dijadikan patokan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan secara detail dan lengkap untuk kepentingan stakeholder dari tahun 2011-2013. 2. Perusahaan perbankan yang listed di BEI yang digunakan tidak pernah di delisting selama periode pengamatan. 3. Perusahaan sampel melakukan program pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Perusahaan sampel memiliki data yang diperlukan untuk tujuan ini, khususnya mengenai profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahaan. menjadi perhatian utama peneliti dan merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam pengamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang ikut mempengaruhi variabel dependen, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Rasyid (2008) menemukan kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan iktisar yang memperlihatkan jumlah pengungkapan informasi dalam pelaksanaan corporate social responsibility. Semakin besar nilai indek memperlihatkan terjadinya peningkatan didalam implikasi CSR. Untuk memgukur pengungkapan sustainability report maka digunakan indeks yang dipublikasikan oleh masingmasing perusahaan yang meleksanakan program CSR. Instrumen pengukuran CSR mengacu pada instrumen yang digunakan Sembiring (2005), instrument yang mengelompokkan informasi CSR kedalam kategori lingkungan, kesehatan, keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Untuk melihat jumlah kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial maka dapat dilihat sustainability report dari masing-masing perusahaan yang diukur dengan indeks. Untuk mengukur indeks CSR maka digunakan rumus sebagai berikut: Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder yaitu data yang telah diolah dan dipublikasikan oleh perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Bentuk data sekunder yang digunakan adalah rasio keuangan yang didapatkan dalam laporan keuangan perusahaan go public yang dipublikasikan melalui Indonesian Stock Exchange (IDX). Data yang digunakan adalah data dari tahun 2011-2013. Selain itu pengumpulan data melalui studi kepustakaan, yaitu penulisan ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari serta mendalami berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kemudian checklist item dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial berdasarkan annual report yang diterbitkan perusahaan. ∑ πππ CSRI = ππ Keterangan : CSRIj = Corporate Sosial Responsibility Disclosure Index Perusahaan j Nj = Total item pengungkapan Xij = jumlah item CSR yang diungkapkan perusahaan j Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Secara umum variabel yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang 7 dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ukuran perusahaan = LN Aktiva x 100% Profitabilitas Sartono (2001) mendefinisikan return on equity adalah pengukuran dari profitabilitas yang memperlihatkan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari modal pemilik perusahaan (owners). Untuk mendapatkan return on equity maka digunakan formula rumus sebagai berikut: πΏπππ π΅πππ πβ Return on assets = πππ‘ππ π΄π π ππ‘π Metode Analisis Untuk melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan dengan menggunakan analisis kuantatif, di dalam pengujian penulis menggunakan bantuan program statistik untuk melakukan proses pengolahan. Secara umum tahapan pengujian data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Uji Asumsi Klasik Secara umum tahapan pengujian asumsi klasik yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi: Leverage Sartono (2001) menjelaskan leverage merupakan bagian dari kinerja keuangan perusahaan yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dana baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun bersumber dari hutang. Untuk mengukur leverage, maka digunakan debt to equity ratio. Untuk mengukur debt to equity ratio maka digunakan rumus sebagai berikut: Debt to equity ratio = 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Salah satu hasil dari pengujian data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan One-Sample Kolmogrov Smirnov. Dalam menguji normalitas, normal atau tidaknya suatu data bias dilihat dari nilai asymp sig yang dihasilkan jika signifikan K-S > 0,05 maka variabel tersebut terdistribusi normal dan jika signifikan K-S <0,05 maka variabel tersebut dikatakan tidak terdistribusi normal. πππ‘ππ π»π’π‘πππ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ Umur Perusahaan Umur perusahaan yaitu lama perusahaan berdiri. Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan berdiri hingga perusahaan tersebut dijadikan sampel dalam penelitian. Menurut Ansah (2000) umur perusahaan sangat mempengaruhi pelaporan keuangan perusahaan. Umur perusahaan di proksikan dengan masa listing atau penawaran saham perdana (first issue) pada bursa efek Pramudoyo dan Anis (2004). 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2012). Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi detemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. pedoman suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai VIF (Variance Influence Factor) lebih Ukuran Perusahaan Ross (2005) menyatakan ukuran perusahaan memperlihatkan besarnya kekayaan yang tersimpan dalam perusahaan yang dapat dijadikan indikasi besar atau kecilnya skala sebuah perusahaan. Untuk mengukur ukuran perusahaan digunakan total assets yang 8 kecil dari 10 serta mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Ghozali, 2011). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2011). 3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan mengisi apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena pada seseorang individu / kelompok cenderung mempengaruhi pada individu / kelompok yang sama pada periode berikutnya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson yang hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (Ghozali, 2011). Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka H0 ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi, jika d terletak antara dU dan (4-dU) maka H0 diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi, dan jika d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Model Regresi Berganda Secara statistik, setidaknya goodness 0f fit suatu model dapat diukur dari nilai koefisien determinasi ( R2 ), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui gambaran dan arah pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen secara individual, maka digunakan model regresi berganda yang dapat dicari dengan rumus sabagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e Keterangan: β0 =Konstanta Y =Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial β1-β4 =Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Penelitian X1 =Profitabilitas X2 =Leverage X3 =Umur Perusahaan X4 =Ukuran Perusahaan e =error 4. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi (Priyatno, 2012). Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui dan menentukan heteroskedastisitas, dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Menurut Gujarati (2003) yang dikutip oleh Ghozali (2011), dalam uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi sebagai berikut : Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 βUtβ = α + βxt + vt 9 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel dependen. Dapat juga dikatakan bahwa R2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait, sedangkan R2 = 1 menandakan suatu hubungan yang sempurna (Ghozali, 2011). Apabila Ha diterima berarti koefisien regresi signifikan, secara parsial variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. ANALISA PEMBAHASAN DATA DAN Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Hasil pengujian deskriptif statistik variabel penelitian menunjukkan nilai indeks pertanggung jawaban sosial terendah yang mampu dilaporkan perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0,24, sedangkan nilai pertanggung jawaban sosial tertinggi yang dihasilkan perusahaan sampel adalah sebesar 0,55. Nilai rata-rata variabel CSR adalah sebesar 0,3428 dengan standar deviasi yang dihasilkan sebesar 1,0193. Variabel profitabilitas yang diukur dengan return on assets memiliki nilai terendah sebesar -4,58 dan nilai tertinggi sebesar 3,41. Sedangkan nilai rata-rata return on assets adalah sebesar 1,3419 dengan standar deviasi sebesar 1,14087. Variabel leverage yang diukur dengan debt to equity terendah yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 3,03, sedangkan nilai leverage tertinggi adalah sebesar 23,74. Secara keseluruhan terlihat nilai rata-rata leverage yang dimiliki perusahaan selama periode observasi data adalah sebesar 8,7062 dengan standar deviasi adalah sebesar 2,82789. Variabel umur perusahaan dalam penelitian ini memiliki nilai terendah sebesar 12,00, sedangkan nilai umur perusahaan tertinggi adalah sebesar 118,00. Selama periode observasi nilai rata-rata umur perusahaan adalah sebesar 43,9677 dengan standar deviasi sebesar 24,10009. Variabel terakhir pada penelitian ini adalah ukuran perusahaan dengan nilai total asset terendah sebesar 1455,00 sedangkan nilai total asset tertinggi adalah sebesar 2041,00. Secara umum perusahaan yang dijadikan sampel yang digunakan 2. Uji Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Pengujian hipotesis menggunakan uji F dengan penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut: ο Apabila F hitung > α (0,05) berarti hipotesis tidak terbukti atau Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. ο Apabila F hitung < jika nilai sig < α (0,05) berarti hipotesis terbukti atau Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 3. Uji Individu atau Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Pengujian ini dilakukan uji dua arah (Ghozali, 2011). Kriteria pengujian ditetapkan sebagai berikut : ο Jika nilai sig < α (0,05) berarti hipotesis terbukti atau Ha diterima dan Ho ditolak. ο Jika nilai sig > α (0,05) berarti hipotesis tidak terbukti atau Ha ditolak dan Ho diterima. 10 memiliki rata-rata asset yang melambangkan ukuran perusahaan sebesar 1734,0215 dengan standar deviasi sebesar 162,48766. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada umumnya perusahaan yang dijadikan sampel memiliki total kekayaan yang relatif optimal untuk menjaga eksistensinya. (independent) dalam penelitian ini nilai VIF-nya di bawah 10 dan tolerance nya mendekati 1. Ini membuktikan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebas tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas berupa Profitabilitas, Leverage, Umur Perusahaan, dan Ukuran perusahaan memenuhi persyaratan asumsi klasik dalam penelitian ini. Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Dengan pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test dapat diketahui bahwa hasil ini dapat dilihat dari asyimp.sig (2-tailed) seluruh variabel besar dari 0,05. Untuk variabel pengungkapan tanggung jawaban sosial perusahaan (0,316>0,05) maka menunjukkan variabel pengungkapan tanggung jawab sosial berdistribusi normal. Kemudian variabel profitabilitas (0,063>0,05) ini berarti data untuk variabel profitabilitas normal, variabel leverage (0,577>0,05) berarti data untuk variabel leverage normal, variabel umur perusahaan (0,285>0,05) juga berarti data untuk variabel umur perusahaan normal dan yang terakhir ukuran perusahaan (0,210>0,05) berarti variabel ukuran perusahaan berdistribusi normal. Ini menunjukkan bahwa secara umum data yang ditemukan sudah memenuhi asumsi kenormalan sehingga pengujian statistik parametrik dapat dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah di ajukan dalam penelitian ini. Hasil Uji Autokorelasi Tabel 2 Hasil Pengujian Autokorelasi DurbinModel Keterangan Watson Tidak terjadi 1 1,871 autokorelasi Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1,871. Nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel signifikan 5% jumlah sampel 93 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4) = 4,93 maka dari tabel DW diperoleh nilai dU 1,751. Nilai dw 1,871 lebih besar dari batas atas (dU) yakni 1,751 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala autokorelasi. Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Toleran si VIF Profitabilitas 0,500 2,001 Leverage 0,617 1,620 0,777 1,288 0,603 1,658 Umur Perusahaan Ukuran Perusahaan Sig Alp ha Profitabilitas 0,431 0,05 Leverage 0,162 0,05 0,105 0,05 0,159 0,05 Umur Perusahaan Ukuran Perusahaan Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Variabel Keterangan Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Heteroskedastisitas Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang telah diregresikan dengan variabel dependen telah memiliki nilai signifikan di atas nilai alpha (5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang terdiri dari profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahaan telah terbebas dari gejala heteroskedastisitas. Keterangan Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas Tidak Terjadi Multikolinearitas Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa ke empat variabel bebas 11 unit maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tidak akan meningkat. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan Dari hasil pengujian analisis dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (R-squer) yang diperoleh mencapai 0,580 atau sebesar 58%. Nilai yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahaan mampu memberikan variasi kontribusi dalam mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebesar 58%, sedangkan sisanya 42% lagi dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hasil pengujian juga menunjukkan nilai f-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,000. Dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05 dapat kita lihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat kita simpulkan bahwa profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sampel pada penelitian ini. Dari hasil pengujian tersebut tersebut dapat dilihat bahwa masingmasing variabel penelitian yang digunakan memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat ke dalam sebuah persamaan regresi sebagai berikut : Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (H2) Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai sig. sebesar 0,006 < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dimana apabila terjadi kenaikan leverage 1 unit maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menurun sebesar 0,009. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan (H3) Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai sig. 0,000 < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.dimana apabila terjadi kenaikan umur perusahaan sebesar 1 unit maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan meningkat sebesar 0,002. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (H4) Hasil pengolahan data yang terlihat pada table 4.8 menunjukkan bahwa nilai sig. 0,005 < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dimana apabila terjadi kenaikan ukuran perusahan sebesar 1 unit maka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan meningkat 0,000. Y = 0,045 - 0,007X1 - 0,009X2 + 0,002X3 + 0,000X4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (H1) Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai sig. lebih besar dari alpha yaitu sebesar 0,450 > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dimana apabila terjadi kenaikan profitabilitas 1 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan 12 beberapa hal penting yang menjadi jawaban dari permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis 1 (H1) membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. 2. Hasil pengujian hipotesis 2 (H2) membuktikan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. 3. Hasil pengujian hipotesis 3 (H3) membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. 4. Hasil pengujian hipotesis 4 (H4) membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Darwin, Ali, 2004. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan, dan Pengungkapan CSR bagi Perusahaan di Indonesia. Econimics, Bussiness Accounting Review. Edisi III. SeptemberDesember: 83-95. Djogo, T, 2005. Corporate Social Responsibility. http://www.beritabumi.com Diakes 5 November 2012. Mutia, Evi, Zuraida dan Andriani Devi, 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi vol. 4. No. 2. Juli 2011 (187-201). Febrina dan Suryana, 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Capital Expenditure Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur dengan Growth Opportunity Tinggi dan Growth Oportunity Rendah yang Go Public di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica, 2008. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Internet Financial and Sustainability Reporting. Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia Vol 12 No 2 Desember 2008. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariance Dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Anggraini, Retno Fr, 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 30-45 GRI, 2013. Sustainbility guidelines. Reporting Hadi, Nor, 2011. Corporate Responsibility. Graha Jakarta. Social Ilmu, Husnan dan Enny Pudjiastuty, 2001. Dasar-Dasar Perbelanjaan Perusahaan “Teori dan Aplikasi”. 13 Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. terhadap praktek pengungkapan Sustainbility Report (SR). (Studi pada Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20072009). Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Irawan, B. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Ismail,S. Pujiningsih,S. 2008. Akuntansi Sosial. Malang: Universitas Negri Malang. 2009. Corporate Social Responsibilityi: From Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat. Rasyid, EDDy, 2008. Implementasi Good Corporate Governance terhadap Financial Performance dengan Corporte Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Andalas, Padang. Jensen, M. C. and Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, dan Ownership Structure. Juornal of Financial Economics. Vol 3, p. 305-360. Rawi, Latumaerissa, Julius, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat: Jakarta. Linda Santioso dan Natasha Caesar Devona, 2012. Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Dewan Komisaris, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2010. Jurnal Akuntansi, Volume 12, Nomor 1, April 2012: 595-616. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Institusi, dan Leverage terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Magister Akuntansi. Universitas Diponegoro Semarang. Ross, Crishtian Jeff, 2005. Corporate Finance. McGrawHill. Florida. Oktafia, Yossy 2012. Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Managerial Ownership dan Audit terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Pada Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta. Sartono, Agus, 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta. Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 4, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Sembiring, Ayu Indah, 2005. Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi dan Yield obligasi. Jurnal Akuntansi Universitas Brawijaya.Malang. Sembiring, R.E. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada perusahaan yang Tercatat di Bursa efek Jakarta. Prastini dan Suryono, 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance (CG) 14 Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, 15-16 Oktober. Perusahaan Terhadap Social Disclosure. Jurnal ekonomi Bisnis, TH. 16. No. 1. Maret 2011. Siti Hardinata dan Zulaika Ilham, 2008. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial pada Perusahaan Manufaktus di BEI. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Universitas Gunadharma, Jakarta. Wibisono, Y, 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing: Gresik. Widjaja dan Pratama, 2008. Dasar-dasar Perbelanjaan Perusahaan. Andhi Surabaya. Sudharmadji Aris, Murdoko, 2007. Pengaruh Market Performance dan Corporate Financial Terhadap Risiko Investasi. Jurnal Menejemen Keuangan Universitas Gunadharma, Jakarta. Suharto, Sule, 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal Berskala Enam Bulan ISSN Vol 5 No 4 Universitas Negri Lampung, Bandar Lampung. Ernie Tisnawati dan Sefullah Kurniawan (2008). Pengantar Manajemen. Edisi 1. Jakarta: Prenada Media. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi _______________________________No. 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal _______________________________No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup _______________________________N0. 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Utami, Sri, dan Prastiti, Sawitri, Dwi, 2011. Pengaruh Karakteristik 15