216 adab adalah menggabungkan semua akhlak baik pada diri seseorang yang menjadikan orang tersebut berperilaku baik (Qusyairy, tt:284). Polohungo bagi remaja sebagai simbol dari adab yang harus dimiliki untuk mempercantik jiwanya, serta mempertegas keimanan yang dimilikinya. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Jalajily al-Bashry bahwa adab merupakan tanda kepatuhan kepada syari’at, syari’at merupakan tanda dari adanya keimanan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki adab adalah orang yang tidak patuh kepada syari’at serta tidak memiliki keimanan dan ketauhidan (Qusyairy, tt:284). Kesempurnaan adab adalah ketika terpenuhinya berbagai macam sopan santun, tata susila menurut peraturan dan kewajaran yang berlaku, baik berdasarkan ketentuan manusia, agama maupun ilmu (Shiddiq dkk, 1988:17). Hasan al-Bashry berpendapat bahwa adab yang paling bermanfaat bagi seorang hamba adalah memahami agama, zuhud di dunia, dan mengetahui berbagai kewajiban terhadap Allah. Adab-adab tersebut menurutnya adalah amalan paling efektif untuk mengumpulkan bekal akhirat. Hasan al-Bashry menegaskan bahwa seseorang tidak akan pernah dijauhi oleh orang lain jika menghindari perbuatan buruk, memperlihatkan adab yang baik serta mencegah diri untuk menyakiti orang lain (Qusyairy, tt:285). Selain sebagi tanaman hias, polohungo yang ditanam di depan rumah bermanfaat sebagai pagar rumah yang berfungsi untuk menjaga keamanan rumah. Polohungo yang berfungsi sebagai pagar adalah simbol dari tawakkal hakiki karena telah didahului oleh ikhtiar. Sebagai seorang mukmin, remaja diharuskan 217 selalu bersaha dan bekerja untuk meraih kehidupan yang mulia, namun selanjutnya harus tawakkal dan pasrah kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Orang mukmin menurut Imam Qusyairy adalah yang senantiasa menggantungkan urusannya kepada Allah, sehingga Allah pun memberikan jaminan kecukupan kepadanya karena telah bertawakkal. Hati yang tawakkal meyakini bahwa jika dia mengalami kesulitan dalam hidup maka semua itu adalah takdir Allah, dan jika mendapatkan kemudahan maka ia melihat bahwa segala kemudahan yang didapatkannya adalah dari Allah (Qusyairy, tt:162). Tawakkal menjadikan seorang muslim berperangai tenang, tentram dan teguh dalam menerima cobaan, musibah dan bencana. Sebaliknya orang yang tidak bertawakkal akan mudah putus asa, selalu berkeluh kesah yang mencerminkan kelemahan jiwa. Kelemahan jiwa dimaksud dalam kaitannya dengan janji dan kehendak Tuhan. Tawakkal dapat dikembangkan dalam diri seseorang yang memiliki ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud meliputi kepercayaan tentang keesaan Allah, kekuasaan dan kodratnya, rahmat dan hikmah-Nya. Amal yang dimaksudkan bahwa tawakkal dapat ditempuh dengan melakukan upaya nyata (Dahlan dkk, 2003:333). Piring keenam berisi bakohati lo .umoonu atau kotak kecil tempat mengisi berbagai jenis alat rias dan wangi-wangian yang merupakan kebutuhan seorang perempuan. Kecantikan adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa dan memelihara kecantikan adalah bentuk ungkapan syukur terhadap anugerah tersebut. Remaja diharapkan bersyukur dengan cara menjaga anugerah yang diberikan Allah dan tidak memanfaatkan anugerah tersebut untuk berbuat maksiat. Hakikat syukur 218 menurut Imam Qusyairy adalah pengakuan atas anugerah yang diberikan dan sikap patuh dan setia kepada Tuhan (Qusyairy, tt:174). Bakohati lo umoonu juga berisi berbagai jenis wangi-wangian, diharapkan anak remaja menjadi orang yang wangi, atau orang yang senantiasa meliputi dirinya dengan akhlak mulia sehingga menyenangkan bagi orang sekitarnya. Anak remaja diajarkan bukan hanya menghiasi lahiriahnya saja, tapi juga menghiasi jiwanya dengan akhlak mulia yang telah diteladankan oleh Rasulullah, Piring ke tujuh berisi bulewe atau mayang pinang yang merupakan simbol dari kehidupan sosial sebagaimana bakal pinang yang tumbuh bersama di dalamnya. Kehidupan sosial adalah kehidupan yang saling bergantung antara satu dan lainnya, sehingga futuwwah atau sifat baik dengan orang lain sangat dibutuhkan. Bulewe merupakan pemberian pemahaman kepada anak remaja bahwa mendahulukan kepentingan orang lain adalah sebuah ajaran Islam. Kaum Anshar di masa Nabi Muhammad mendahulukan kepentingan kau Muhajirin daripada kepentingan diri mereka sendiri. Sikap futuwwah adalah sebuah sifat mulia yang mendapatkan pujian dari Allah dalam surat at-Taubah ayat 59 (alHasyimi, 2002:561). Konsep futuwwah menurut al-Junayd menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain serta senantiasa menawarkan kemurahan hati kepada orang yang membutuhkan. Futuwwah menghilangkan kesenjangan sosial dalam masyarakat, di mana kesenjangan sosial tersebut menumbuhkembangkan dikotomi sosial yang berakibat pada meningkatnya kriminalitas. Futuwwah memelihara hubungan baik antara orang kaya dan miskin, orang terpandang dan rakyat jelata, sehingga 219 tercipta kebersamaan dan kasih sayang antar mereka dalam kehidupan bermasyarakat (Qusyairy, tt:227). Banyaknya isi bulewe yang hidup berdampingan secara harmonis mengajarkan persahabatan kepada remaja. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang senantiasa membawa kepada kebaikan. Sahabat sejati adalah yang senantiasa mengkritisi keburukan yang ada dalam diri. Jika salah satu sahabat membawa kepada keburukan atau membiarkan sahabatnya dalam kejahatan, berarti telah terjadi penghianatan terhadap persahabatan. Pendapat lain mengatakan bahwa sahabat tidaklah mungkin dapat menilai keburukan yang dimiliki sahabatnya karena tertutup oleh cinta. Sebahagian sufi berpendapat bahwa persahabatan terbaik adalah dengan Allah. Bersahabat dengan Allah menjadikan diri senantiasa berusaha selaras dengan perintah Allah. Persahabatan ini pun dipastikan abadi dan akan terus langgeng hingga kehidupan akhirat (Qusyairy, tt:295-296). Bulewe juga merupakan simbol dari kebebasan dalam hidup, di mana setiap orang memiliki hak dalam menjalani hidupnya tanpa harus takut ditindas dan dizholimi oleh pihak lain. Kebebasan atau al-hurriyyah menurut Imam Qusyairy adalah kebebasan seorang hamba dari belenggu sesama mahkhluk, atau tidak adanya kekuasaan yang menjajah terhadap diri seseorang Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan manusia lain, maupun segala bentuk kekuasaan selain kekuasaan Allah. Tanda dari kebebasan seorang hamba adalah persamaan derajat duniawi dan memandang semua orang sama (Qusyairy, tt:218-219). 220 Konsep kebebasan bagi seorang anak gadis adalah kebebasan memilih perbuatan yang diinginkan untuk mendapatkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Kebebasan memilih perbuatan baik atau buruk yang merupakan konsekuensi logis dari adanya petunjuk ilahiyah. Adanya kebebasan memilih menjadikan seseorang harus bertanggung jawab di akhirat kelak atas apa yang dipilihnya (Dahlan dkk, 2003:14). Konsep kebebasan perempuan secara umum adalah terpenuhinya Hak Asasi Manusia. HAM perempuan dilanggar dengan berbagai cara. Tidak jarang perempuan menderita perlakuan-perlakuan kejam seperti penindasan politik. Penindasan politik yang diderita oleh perempuan serupa dengan apa yang dialami oleh laki-laki, namun korban perempuan seringkali tidak tampak karena citra dominan dari aktor politik dunia adalah laki-laki. Banyak pelanggaran HAM terhadap perempuan dihubungkan dengan keberadaannya sebagai perempuan. Diskriminasi dan perlakuan kejam yang dialami perempuan berdasarkan gender (Bunch, 2001:71-72). Kebebasan dalam pandangan Islam bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, namun kebebasan yang terbatas. Batas-batas tersebut dalam bahasa al-Qur’an disebut sebagai hudud. Batas-batas tersebut adalah ajaran Ilahi yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh manusia demi kepentingan manusia itu sendiri. Seorang muslim tidak bisa mengelak dari kewajiban dan melampaui batas-batas tersebut. Pengingkaran terhadap hudud kebebasan dapat berarti menanggalkan atribut keislaman. Al-Qur’an telah mengingatkan bahwa pengingkaran manusia 221 terhadap hudud dapat melahirkan manusia-manusia rakus yang israf dan takatsur atau berlebih-lebihan (Siroj, 2006:371). Selain tujuh buah piring, ada pula enam buah baki yang berisi beragam jenis perangkat adat dalam ritual mopohuta’o to pingge. Baki pertama berisi tunas kelapa atau oleh masyarakat Gorontalo disebut tumula. Tunas kelapa adalah simbol dari generasi muda yang kelak melanjutkan apa yang telah dibangun dan diusahakan oleh generasi tua. Pekerjaan yang akan dilakukan oleh generasi muda bukanlah pekerjaan mudah. Generasi muda dituntut untuk kerja keras guna mendapatkan kebaikan dalam hidup. Kerja keras dalam terminologi sufi disebut sebagai mujahadah berasal dari kata jihad yang berarti melakukan sesuatu secara sungguh-sungguh. Sebagian sufi berpandangan bahwa mujahadah adalah usaha keras untuk melatih diri agar senantiasa mengerjakan amaliah yang mampu memberikan ketenangan batin, serta menjauhkan diri dari segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan perintah Allah (Gulen, 2007:223). Imam Qusyairy berpendapat bahwa mujahadah adalah sesuatu yang sangat tepat dikerjakan oleh kaum muda, karena belaiu mengutip As-Sary yang senantiasa berpesan kepada kaum muda di sekitarnya untuk selalu bermujahadah dalam melakukan sesuatu sebelum masa tua dan kelemahan fisik datang (Qusyairy, tt:98). Kelapa juga merupakan simbol dari tumbuhan yang mampu memberikan manfaat dari seluruh bagiannya, baik berupa buah, daun, batang, pelepah bahkan akarnya. Pesan bahwa setiap orang memiliki potensi diri untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang diciptakan untuk memberikan manfaat dan memiliki tujuan dalam hidup. Tunas kelapa yang baik kelak akan 222 menumbuhkan kelapa yang baik pula, sebagaimana kebaikan selalu diawali dengan niat atau irodat untuk berbuat baik. Menurut Imam Qusyairy, Irodat atau kehendak adalah sesuatu yang mendahului perbuatan. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa seorang hamba berbuat suatu kebaikan, senantiasa didahului oleh kehendak untuk berbuat baik. Untuk itu irodah atau kehendak baik harus selalu dimiliki oleh seorang hamba yang menginginkan kebaikan (Qusyairy, tt:201). Irodat atau keinginan untuk senantiasa melakukan kebaikan menjadi penting bagi seseorang, karena dapat menghindarkan diri dari keinginan atau niat melakukan kejahatan dan keingkaran terhadap perintah Allah. Tunas kelapa dalam bahasa Gorontalo disebut tumula yang berarti pula hidup atau memberi kehidupan. Tumula merupakan simbol kesalehan sosial yaitu keinginan untuk berbagi dan peduli serta kedermawanan hati. Kepedulian dapat dilakukan dengan membantu orang-orang yang membutuhkan, bahkan walaupun hanya dalam bentuk konfrontasi terhadap orang-orang yang tidak memiliki kepedulian sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi (Bahjat, 1984:153). Kepedulian atau futuwwah adalah sifat mulia yang menjadikan pemilik sifat tersebut senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abu Hurairah dan Zaid bin Tsabit “Allah senantiasa memberikan perhatian kepada kebutuhan seorang hamba, selama hamba itu memperhatikan kebutuhan saudaranya yang muslim” (Qusyairy, tt:226). Tumula juga merupakan simbol dari kedermawanan hati atau juud wa sakho’, yaitu keinginan untuk berbagi dengan sesama. Pemilik sifat juud wa 223 sakho’ tidaklah harus seseorang yang kaya raya, namun setiap orang bisa memilikinya karena sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Ali ad-Daqqaq dalam sebuah syairnya bahwa kedermawanan sejati bukanlah jika orang kaya memberi kepada orang miskin, tapi kedermawanan hakiki adalah jika orang miskin memberi kepada orang kaya. Nasehat Abu Ali ad-Daqqaq bermakna bahwa tanda kedermawanan adalah kebutuhan seseorang kepada harta tidak menghalangi dirinya untuk bisa berbagi dengan orang lain dalam mu’amalah. Dalam perspektif keimanan, kekayaan di dunia ini merupakan bekal bagi seseorang untuk kehidupan akhirat. Meskipun kepentingan individu harus dipuaskan di dunia ini, kepentingan akhirat juga harus dipenuhi. Pemenuhan kepentingan akhirat dengan cara melibatkan sebanyak mungkin kekayaan yang dimiliki untuk amal jariyah dan kewajiban sosial (Siroj, 2006:373). Baki kedua berisi hulanthe yaitu tujuh buah jeruk dan tujuh keping uang logan yang ditancapkan di atas tiga liter beras. Hulanthe merupakan simbol dari kebutuhan pokok manusia dalam hidup. Pada akhir ritual adat beati, hulanthe tersebut diberikan kepada Hulango yang telah membantu dan membimbing remaja dalam pelaksanaan beati. Pemberian ini melatih anak remaja untuk menjadi orang yang dermawan serta peduli dengan orang lain. Kedermawanan yang dalam etika Qusyairy disebut sebagi juud wa sakho’ dikatakan sebagai sifat orang-orang yang dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan syurga serta jauh dari neraka. Sebaliknya orang-orang kikir adalah orang-orang yang jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga serta dekat dengan neraka (Qusyairy, tt:247). 224 Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berbagi dengan sesama manusia yang membutuhkan uluran tangan mereka. Memberi kepada orang lain adalah bentuk ridha terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah. Ibnu Khafif berkata bahwa ridha adalah tenangnya hati dengan ketetapan Allah dan keserasian hati dengan apa yang menjadikan Allah pun ridha dengan apa yang menjadi pilihan kita (Qusyairy, tt:194). Pemberian tersebut juga melatih anak remaja menjadi orang yang ikhlas dalam beramal, menghindarkan diri dari pujian manusia dalam ibadah. Pemberian kepada orang lain merupakan salah satu sarana untuk taqarrub kepada Allah (Qusyairy, tt:208). Baki ketiga berisi lampu minyak atau Tohetutu yang diletakkan di atas lima buah mangkuk berisi Pale Yilulo atau beras berwarna warni. Warna-warna beras tersebut adalah putih, hitam, hijau, merah dan kuning, di mana kelima warna beras tersebut simbol dari darah putih, daging, urat, kuning, sum-sum dan darah. Beras dalam lima warna tersebut adalah simbol dari tubuh manusia yang senantiasa membutuhkan penerang dan pemberi hidayah (yang dilambangkan dengan tohetutu) dan mendekatkan diri kepada Tuhannya dalam menjalani hidup. Tohetutu adalah simbol dari hidayah yang senantiasa didambakan oleh seorang muslim untuk membimbing perjalanan hidupnya, serta melambangkan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Kedekatan antara tohetutu dan pale yilonuwa adalah pelajaran bagi remaja bahwa manusia sangat dekat dengan Pemberi Terang. Seorang muslim yang merasa dekat dengan Tuhan atau merasa selalu diawasi oleh Tuhan dalam setiap aktivitasnya, maka orang tersebut akan senantiasa mengintropeksi diri dan mendisiplinkan hati (Qusyairy, tt:192). 225 Kesadaran diri akan kedekatan Tuhan dalam kehidupan hamba disebut pula muroqobah. Muroqobah akan menjadikan seorang hamba memilih apa yang menjadi pilihan Tuhan, menganggap besar apa yang dipandang besar oleh Tuhan, serta menganggap remeh apa yang dipandang remeh oleh Tuhan. Muroqobah membentengi diri dari godaan untuk melakukan perbuatan tercela dan dosa, karena merasa diri senantiasa dilihat dan diawasi Tuhan (Syukur, 2003: 34). Muroqobah juga akan membawa sikap khauf yang menjadikan seorang hamba menghindari kemaksiatan, dan juga membawa raja’ yang mendorongnya untuk taat kepada Allah (Qusyairy, tt:191). Baki keempat berisi bulewe malongo’alo atau mayang pinang yang telah merekah. Malongo’alo berarti pula telah menampakkan diri, di mana bulewe malongo’alo adalah simbol dari seorang anak perempuan yang telah menginjak dewasa dan dipandang siap untuk menjalani hidup. Seorang anak yang telah menginjak besar diajarkan untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan serius, dan meninggalkan masa anak-anak yang biasanya diisi dengan bermain. Kehidupan yang sebenarnya menuntut kesabaran dan harus meninggalkan sifat egoisme kekanak-kanakan yang sebelumnya dimiliki oleh anak remaja. Selain kesabaran dalam menjalani cobaan hidup, remaja juga telah memiliki kewajiban untuk menjalankan perintah syari’at sehingga dibutuhkan pula kesabaran dalam menjalani ketentuan tersebut. Imam Qusyairy menjelaskan bahwa kesabaran terbesar adalah kesabaran melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, serta kesabaran dalam menjauhi larangan Allah (Qusyairy, tt:183). 226 Baki kelima berisi kotak wewangian atau bako hati lo’u moonu yang menjadi simbol perintah bagi remaja untuk selalu menjadikan dirinya menyenangkan bagi orang lain. Ada tujuh sifat buruk yang harus dihilangkan dari seorang anak perempuan. Ketujuh sifat tersebut adalah; nene’olo atau tingkah laku berlebihan yang menyebabkan orang lain menjadi jengkel, kekengolo atau tingkah laku yang suka mencari perhatian orang lain, wetetolo yaitu suka mencari perhatian orang lain, kureketolo atau suka membicarakan aib orang lain, bulabolo atau kebiasaan memotong pembicaraan orang lain, hutatingolo atau membantah perkataan orang tua (Daulima, 2003:77). Cara terbaik menghilangkan sifat-sifat tercela menurut Dzun Nuun al-Mishry adalah dengan menumbuhkan rasa malu dalam diri. Rasa malu akan menjadikan seorang hamba selalu menghindari perbuatan yang dibenci oleh Sang Khalik. Sementara untuk menumbuhkan rasa malu maka seseorang harus memiliki kesadaran bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap perbuatan hamba-Nya (Qusyairy, tt:215-216). Baki terakhir berisi tujuh potong tebu atau yang oleh masyarakat Gorontalo disebut patodu. Tebu selalu identik dengan rasa manis yang menjadikan tebu banyak disukai orang, demikian pula seseorang yang berperilaku manis akan senantiasa dirindukan dan dikasihi oleh banyak orang. Patodu merupakan simbol dari perintah untuk senantiasa berperilaku mulia, berakhlak baik serta memiliki adab yang baik pula. Anak remaja diharapkan menjadi orang yang jujur dalam perkataan, tindakan dan keadaan batinnya, diharapkan pula menjadi orang yang senantiasa ikhlas dalam amalannya, serta menjadi seorang dermawan yang bisa membahagiakan orang lain. 227 Seluruh bahan yang diisi dalam piring dan baki pada ritual mopohuta’o to pingge adalah bahan yang diambil dari alam. Remaja diharapkan dapat memahami alam untuk mengembangkan wawasan tentang Tuhan, dan dapat memanfaatkan pemberian-pemberian-Nya demi kebahagiaan dirinya dan orang lain. Manusia tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai alam dan sampai pada pengakuan akan Kebesaran Penciptanya, Manusia tidak pula bisa berpikir secara obyektif, hatinya bersih, jika masih diliputi prasangka-prasangka dan sering tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Hal-hal ini yang menurut al-Qur’an dapat menjadi penghalang manusia untuk mendapatkan kebenaran (Arifin, 1996:131). Nilai etis mopohuta’o to pingge dalam etika Qusyairy adalah wara atau kehati-hatian, memahami ahkaam safar atau hukum bepergian, syukur, sabar, futuwwah atau kecintaan kepada sesama, ikhlas, istiqomah atau konsistensi dalam menjalankan ajaran agama, kewalian atau ketetapan hati untuk senantiasa mengabdi pada Allah, ubudiyah atau memperbanyak ibadah, malu, tawadhu atau rendah hati, mushohabah atau menjaga persahabatan, ridha atau berbesar hati menerima ketentuan Allah, juud wa sakho’ atau kedermawanan, al-huznu atau kesadaran bahwa kebahagiaan didapatkan melalui kesulitan, adab, ikhtiar atau usaha, tawakkal, kebebasan, mujahadah atau usaha keras, irodat atau keinginan kuat, muroqobah atau kedekatan dengan Tuhan, dan sabar. 228 E. Deontologi dalam Mome’ati Bai’at pertama kali dilakukan oleh para sahabat Rasulullah sebagai bentuk kepasrahan dan ketaatan terhadap Rasulullah, dan pernyataan kesediaan menjadi pengikut yang setia. Selanjutnya bai’at berkembang menjadi pernyataan kesetiaan para murid terhadap guru mereka serta bai’at sebagai bentuk dukungan politik terhadap pemimpin negara (Hawwa, 1998:257). Mome’ati sebagai acara puncak dari seluruh rangkaian ritual adat beati, di`mana pada ritual mome’ati sang gadis dibimbing untuk membaca dua kalimat syahadat yang merupakan syarat keislaman seseorang. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i bahwa suatu ketika Malaikat Jibril as. menyamar sebagai seorang pengembara dan mendatangi Rasulullah kemudian bertanya: “wahai Muhammad, apakah Iman? Rasulullah menjawab: “iman adalah engkau percaya kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Jibril berkata: ‘engkau benar”. Kemudian Jibril bertanya lagi: “katakanlah kepadaku apakah Islam itu?” Rasulullah menjawab: “Islam adalah hendaknya engkau mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Selanjutnya Jibril bertanya lagi: ”katakanlah padaku apakah ihsan itu? Rasulullah menjawab: “ihsan adalah hendaknya engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatNya, (namun) jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu (Qusyairy, tt:189). Hadits ini biasanya dikutip oleh Imamu atau Tokoh Agama yang membimbing sang gadis dalam ritual beati yang dilanjutkan dengan 229 penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan rukun Iman, rukun Islam dan rukun Ihsan. Mengawali pembahasan tentang rukun Iman, sang gadis dituntun untuk kembali membaca dua kalimat syahadat sebagai syarat keislaman seseorang. Pembacaan syahadat atau pengakuan akan kebenaran Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasulullah, akan membangun ketetapan hati untuk terus menjaga diri dari perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Allah dan RasulNya. Kedekatan diri dengan sumber kemaksiatan akan mejadikan hati menjadi buta serta kehilangan kendali atas diri yang menjadikan seseorang senantiasa menuruti hawa nafsu (Qusyairy, tt: 94). Pada pembahasan tentang rukun Iman, sang gadis dibekali pengetahuan tentang keyakinan dan keimanan terhadap terhadap Allah, para malaikat, para Rasul Allah, Kitab-Kitab yang telah diturunkan Allah, serta segala ketentuan Allah. Keyakinan terhadap seluruh hal tersebut merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengaku beriman. Yakin menurut Dzun Nuun alMishry terdiri atas dua tingkatan, yaitu yakin yang berhubungan dengan makhluk dan yaqinul yaqin yaitu sesuatu yang berhubungan dengan Khaliq. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa ada tiga tanda seseorang memiliki keyakinan dalam hati; pertama, mengurangi pergaulan sia-sia dengan manusia, kedua, mengurangi pujian kepada manusia yang memberi kebutuhan, ketiga adalah menghindari perbuatan mencari kesalahan manusia lain yang tidak memberi hadiah atau tidak sejalan dengan kita. Sementara yaqinul yakin memiliki tiga syarat yaitu; pertama, melihat kepada Allah dalam segala sesuatu, kedua, kembali kepada Allah dalam 230 setiap persoalan, ketiga, berpaling kepada Allah untuk memohon bantuan dalam segala persoalan (Qusyairy, tt:179). Rukun Iman mengajarkan ketauhidan. Pengetahuan tentang keesaan Allah atau Allah Yang Maha Esa atau Maha Satu berbeda dengan apa yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Pengajaran tentang rukun Iman kepada remaja agar menumbuhkan keyakinan bahwa kekuasaan Allah tanpa campur tangan makhluk lain. Allah mampu menciptakan sesuatu tanpa bantuan unsur lain. Keyakinan bahwa ciptaan Allah tanpa cacat (Qusyairy, tt:299). Pada penjelasan tentang rukun iman, sang gadis diajarkan tentang ketaqwaan kepada Allah yaitu melindungi diri dari hukuman Allah dengan cara tunduk kepada segala perintah-Nya menghindarkan diri dari kemusyrikan dengan mempersekutukan Allah serta berbagai perbuatan yang dilarang Allah (Qusyairy, tt:105). Remaja diajarkan pula untuk takut kepada Allah. Takut atau khauf yang dimaksudkan adalah tidak tenangnya hati karena membayangkan akan menerima azab Allah, sehingga rasa khauf tersebut dapat memberikan motivasi dalam beribadah (Hasyim, 2006:93). Selanjutnya diharapkan pula keimanan akan menjadikan remaja senantiasa bergantung kepada Allah dalam setiap aktivitasnya. Ketergantungan kepada Allah melahirkan sifat roja’ atau harapan, baik roja’ segala amal perbuatannya diterima Allah, maupun roja’ diampuni segala dosa dan kesalahannya (Qusyairy, tt:132). Setelah menjelaskan tentang rukun Iman, imamu melanjutkan dengan penjelasan tentang rukun Islam yaitu berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan 231 oleh remaja sebagai seorang muslimah. Berbagai ritual ibadah yang diajarkan kepada anak remaja dimaksudkan agar menjadi orang yang bertakwa, taqwa dalam artian patuh terhadap perintah Allah dan tidak menentang-Nya. Taqwa senantiasa menjadikan hamba ingat dan tidak melupakan-Nya, senantiasa bersyukur dan tidak kufur kepada-Nya (Qusyairy, tt:105). Remaja diharapkan menjadi orang yang ikhlas. Ikhlas dalam artian meniatkan segala amaliahnya karena Allah dan tidak karena makhluk lainnya, atau merasa mulia dengan apa yang dilakukannya (Qusyairy, tt:208). Setelah menjelaskan rukun Iman dan rukun Islam, Imamu juga menjelaskan tentang rukun Ihsan yaitu beribadah seolah-olah melihat Allah dan jika tidak mampu melihatnya maka yakinilah bahwa Allah melihat kita. Ihsan menurut Ali ad-Daqqaq adalah kedekatan antara seorang hamba dan Tuhannya. Seorang hamba berupaya mengerjakan berbagai amaliah untuk bisa dekat dengan Tuhan, sementara Tuhan pun mendekatkan Diri-Nya kepada sang hamba karena mencintainya. Kedekatan tersebut disebut pula muroqobah yang menjadikan seseorang senantiasa berbuat baik dan menjaga perbuatannya kesadaran bahwa Allah melihat perbuatannya dan mendengar pertkataannya (Qusyairy, tt:189). Muroqobah merupakan kesadaran akan dekatnya Tuhan kepada sang hamba, sehingga menjadi dasar keimanan yang benar, dan juga merupakan pintu keihlasan (‘Arjun, 2003:70). Rukun ihsan mengajarkan kepada remaja tentang betapa dekatnya Allah dengan hamba-Nya. Kedekatan ini menjadikan seorang hamba dapat berdoa setiap saat. Doa merupakan kunci bagi setiap kebutuhan, tempat beristrahat bagi orang- 232 orang yang kelelahan, tempat mencari kelapangan orang yang sempit. Doa terbaik dan paling mungkin dikabulkan menurut Sahl bin Abdullah adalah doa yang diucapkan secara spontan, atau doa yang dipanjatkan oleh seseorang karena kebutuhannya yang sangat mendesak terhadap apa yang didoakannya (Qusyairy, tt:264). Rukun Ihsan pun mengajarkan ubudiyah yang dimaksudkan oleh Dzun Nuun al-Mishry yaitu kesadaran menghambakan diri kepada Tuhan dalam setiap kondisi sebagaimana Dia menjadi Tuhan bagi kita dalam setiap kondisi (Qusyairy, tt:198). Rukun ihsan juga mengajarkan tentang ma’rifat atau pengetahuan tentang Allah. Ma’rifat dalam artian mengenal Allah melalui Nama-Nama Allah dan Sifat-Sifat-Nya dan berlaku tulus dalam ibadah serta senantiasa mensucikan jiwa. Ma’rifat tersebut diharapkan dapat membawa ketentraman dalam diri sehingga makin bertambah ma’rifat maka makin bertambah pula ketentraman dalam diri seseorang. Pada akhirnya orang yang memiliki ma’rifat senantiasa mengingat Allah dalam hatinya, dan menikmati kedekatan diri dengan Allah serta menjauhi segala yang mengotori jiwa (Qusyairy, tt:311). Muroqobah dan ma’rifat kepada Allah dengan rukun ihsan diharapkan menumbuhkan mahabbah. Mahabbah merupakan cinta luhur, suci dan tanpa syarat kepada Allah (Armstrong, 1996:165). Mahabbah yang dimiliki seorang hamba terhadap Allah akan mendorongnya untuk ta’zim dan memprioritaskan ridha-Nya serta senantiasa ingin bersama-Nya. Kecintaan seorang hamba kepada Allah, akan pula dibalas dengan mahabbah Allah kepada sang hamba. Cinta Allah kepada hamba adalah kehendak-Nya untuk melimpahkan rahmat secara khusus 233 kepada hamba tersebut. Cinta Allah kepada hamba adalah manifestasi dari sifat ihsan Allah kepada hamba-Nya, ketika sang hamba senantiasa merindukan Tuhannya (Qusyairy, tt:319-320). Selanjutnya yang berhubungan dengan perangkat adat yang digunakan saat ritual momea’ati adalah pu’ade lo be’ati. Saat menjalani ritual mome’ati sang gadis duduk di pu’ade lo beati yaitu singgasana mewah yang ditempatkan lebih tinggi daripada tempat lainnya. Sang gadis ditempatkan di tempat mulia sebagai pelajaran baginya bahwa dia adalah seseorang yang mulia. Sebagaimana yang dikutip oleh Imam Qusyairy bahwa dalam surat al-Hujaraat ayat 13 Allah telah menjelaskan bahwa orang paling mulia kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Imam Qusyairy juga mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudry tentang seorang sahabat diberi nasehat oleh Rasulullah untuk bertaqwa kepada Allah karena taqwa merupakan kumpulan dari seluruh kebaikan (Qusyairy, tt:104). Pu’ade lo beati adalah simbol kehormatan dan kemuliaan, di mana remaja diajarkan untuk senantiasa menjaga kehormatan dan kemuliaannya. Selama dia melakukan kebaikan, maka selama itu pula dia akan dipandang sebagai seseorang yang terhormat dan mulia. Disimpulkan bahwa nilai etis mome’ati dalam terang etika Qusyairy adalah tauhid. yaqin atau keyakinan tentang Sang Khaliq, taqwa, khauf dan roja’ atau rasa takut sebagai motivasi dalam ibadah dan pengharapan akan pengampunan, ubudiyah atau ketaatan sejati dalam ibadah, ikhlas, muroqobah atau kesadaran akan kedekatan Tuhan, ma’rifat atau pengenalan terhadap Tuhan, dan mahabbah atau cinta kepada Allah. 234 F. Deontologi dalam Mohatamu Mohatamu adalah ritual adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Gorontalo ketika seorang anak pertama kali mengkhatam atau menyelesaikan bacaan alQur’an. Kemampuan membaca al-Qur’an merupakan pintu untuk memahami berbagai pesan yang disampaikan Allah dalam al-Qur’an, dan mengetahui berbagai landasan syari’at yang ditetapkan Allah. Pengetahuan tentang ilmu syari’at menjadikan seseorang menjadi ridha atau rela menerima Allah sebagai Pengatur dan rela menerima segala ketentuan-Nya. Hamba yang ridha dengan ketentuan Allah, mendapatkan kemuliaan berupa keridhaan Allah atasnya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Bayyinah ayat 8: “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya” (Qusyairy, tt:192-193). Mohatamu merupakan ritual yang mengajarkan kepada remaja untuk senantiasa membaca al-Qur’an, karena membaca al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat mulia. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang sangat besar, karena yang dibacanya adalah wahyu dan kalam Ilahi. Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan bagi seorang mukmin, baik di kala senang maupun susah, di kala suka maupun duka. Membaca al-Qur’an bukan hanya merupakan ibadah tetapi juga menjadi obat penawar bagi orang yang jiwanya sedang gelisah (Dahlan dkk, 2003:60). Membaca al-Qur’an merupakan bentuk zikir atau mengingat Allah, karena dengan membaca al-Qur’an maka ingatan kita akan terkonsentrasi pada Allah. Membaca al-Qur’an sebagaimana pula zikir merupakan ibadah yang memiliki 235 karakter khusus yaitu tidak dibatasi oleh waktu-waktu tertentu atau bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 191: “Yaitu orang-orang yang dzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring”. Ibadah lain seperti sholat, puasa, dan zakat dibatasi oleh waktu, sementara ibadah haji dibatasi oleh waktu dan tempat tertentu (Qusyairy, tt:223). Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan bahwa dzikir merupakan tiang penopang yang diperlukan seorang hamba ketika menginginkan jalan yang kuat menuju Allah. Untuk dapat sampai kepada Allah, maka seorang hamba harus memperbanyak zikir kepada-Nya. Selanjutnya Imam Qusyairy menjelaskan bahwa dzikir terbagi atas dua macam yaitu zikir lisan dan zikir hati, zikir hati dapat mempengaruhi akhlak seorang hamba, namun zikir lisan yang disertai zikir hati adalah zikir yang sempurna. Namun beliau mengingatkan bahwa zikir lisan yang tidak disertai zikir hati dapat menyebabkan sesorang menjadi riya’ (Qusyairy, 221). Membaca al-Qur’an dapat berupa bacaan lisan dan juga bacaan hati, membaca dengan hati akan menjadikan seseorang semakin memahami pesanpesan al-Qur’an sehingga membawa perbaikan jiwa orang yang membacanya. Membaca dengan lisan saja bisa menjadikan seseorang riya’ dengan bacaannya, namun bacaan dengan lisan dan hati adalah bacaan yang sempurna. (Qusyairy, tt:208) Orang yang mampu melakukan zikir dengan lisan dan hati akan senantiasa merasa dekat serta memiliki hubungan dengan Allah SWT. Orang tersebut 236 senantiasa merasakan kehadiran Allah di sisinya, kapan dan di mana pun dia berada (Dahlan dkk. 2003:62). Seluruh rangkaian ritual adat be’ati merupakan sebuah proses panjang dan saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Keseluruhan proses tersebut merupakan kode etik kehidupan anak remaja yang akan memasuki jenjang kehidupan sebagai orang dewasa. Pembahasan berbagai pesan etis ritual adat be’ati dapat dibahas secara panjang lebar berdasarkan etika Qusyairy. Hal ini dapat terjadi karena kenyataan menunjukkan bahwa syariat Islam sejak masa awal telah banyak menampung dan mengakui adat atau tradisi yang baik dalam masyarakat. Selama tradisi tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW (Dahlan dkk, 2003:273). Segala bentuk nasehat dan petuah dalam ritual beati, merupakan jalan bagi seorang muslim yang ingin menjadi hamba shaleh berdasarkan bimbingan alQur’an dan Sunnah serta contoh hidup para salaf sholih. Bimbingan yang diberikan agar berperilaku mulia dan menjauhkan diri dari akhlak tercela. Tasawuf membangun kesadaran diri bahwa Allah adalah tempat bergantung seorang hamba tanpa ada keterikatan dengan makhluk-Nya (Qusyairy, tt:280). Imam Malik menegaskan bahwa ajaran etika tasawwuf tidak terpisahkan dari syariat. Membersihkan diri kepada Allah yang menjadi perhatian utama kaum sufi, tidak dapat dipisahkan dari pengamalan shalat, puasa dan berbagai ketentuan syariat lainnya. Apabila aturan formal syariat diabaikan, orang akan terjebak pada pelanggaran aturan agama, yang mengakibatkan kesesatan. Amal-amal formal 237 yang telah digariskan di dalam syariat (fiqh) tidak akan ada nilainya jika tidak dihayati dengan kalbu (Dahlan dkk, 2003:306). Disimpulkan pada akhir pembahasan ini bahwa nilai etis mohatamu dalam terang etika Qusyairy adalah ridha atau berbesar hati menerima ketentuan Allah, ubudiyah atau ketaatan sejati dalam ibadah, zikir atau senantiasa mengingat Allah, dan taqwa. 238 BAB V NILAI ETIS BEATI SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORALITAS REMAJA A. Remaja dan Problematikanya 1. Remaja Sarwono (2013:11-12) mengutip definisi yang diberikan oleh WHO tentang remaja dalam tiga kriteria. Pertama kriteria biologis, remaja didefinisikan sebagai individu yang berkembang sejak saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Kedua kriteria psikologis, remaja didefinisikan sebagai individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Ketiga kriteria sosial ekonomi, remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi kepada kemandirian. Masa remaja atau pubertas dikenali dengan beberapa ciri utama. yaitu ciri primer, ciri sekunder dan ciri tertier. Ciri primer yaitu matangnya organ seksual yang ditandai dengan adanya menstruasi pertama pada anak perempuan dan produksi cairan sperma pertama pada anak laki-laki. Ciri sekunder adalah perubahan bentuk tubuh baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Perubahan bentuk tubuh pada anak laki-laki ditandai dengan perubahan otot, bahu melebar, suara mulai berubah, tumbuhnya bulu pada alat kelamin dan ketiak, serta kumis. 239 Perubahan bentuk tubuh pada anak perempuan ditandai dengan mulai tumbuhnya buah dada, pinggul membesar, paha membesar karena penumpukan lemak serta tumbuhnya bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak (Willis, 2012:20-21). Masa remaja merupakan puncak perkembangan jiwa yang ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia yang berupa pengetahuan, perasaan dan lain-lain belum tersusun rapi, sehingga isi kesadaran tersebut masih saling bertentangan. Hal inilah yang menyebabkan seorang remaja memiliki kondisi batin yang labil. Kondisi negentropy adalah keadaan di mana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan pengetahuan yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasaan atau sikap. Keadaan negentropy menjadikan diri seseorang sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan jelas, tidak bimbang sehingga bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi (Sarwono, 2013:14-15). Kepribadian remaja pada masa pubertas memang masih kekanak-kanakan. Anak remaja pada masa pubertas mulai mengenali kelemahan-kelemahan dirinya. Di saat yang sama dia menemukan kekuatan baru dalam dirinya. Kekuatan tersebut berupa kepercayaan diri, keberanian dan tanggung jawab. Remaja mengalami dua iklim psikis positif dan negatif pada masa pubertas. Iklim positif berupa kepercayaan diri dan keberanian, iklim negatif berupa ketidakmantapan dalam mengambil keputusan. Hal inilah yang menjadikan seorang anak remaja mengalami kegelisahan, kebimbangan, kecemasan, frustrasi, kepedihan hati dan 240 lain sebagainya. Segala bentuk persoalan ini muncul untuk menjadi latihan menuju proses pendewasaan (Kartono, 2006:50). 2. Problematika Remaja Masa pubertas yang mengalami iklim negatif menimbulkan berbagai masalah yang disebut kenakalan remaja. Kenakalan remaja ialah tindak perbuatan remaja yang bertentangan dengan hukum, agama dan norma-norma masyarakat. Tindakan tersebut merugikan orang lain berupa gangguan ketentraman umum dan perusakan terhadap dirinya sendiri. Tindakan melawan hukum disebut kejahatan atau kriminal jika dilakukan oleh orang dewasa (Wilis, 2012:90). Sarwono (2013) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis: 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, dan pembunuhan. 2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, dan pemerasan. 3. Kenakalan yang tidak menimbulkan korban pada orang lain seperti pelacuran, penyalahgunaan obat terlarang, dan seks di luar nikah. 4. Kenakalan yang merupakan perlawanan terhadap status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah. Perilaku ini bukanlah pelanggaran hukum dalam arti sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah). Pelanggaran terhadap status tidak diatur dalam hukum secara 241 rinci, namun jika dibiarkan kelak sang anak dapat melalukan pelanggaran ini ketika dewasa. Pelanggaran bisa dilakukan terhadap atasan di kantor atau terhadap petugas hukum di masyarakat. Alasan inilah yang menjadikan pelanggaran status dikategorikan sebagai kenakalan remaja (256-257). Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasakan meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Masyarakat Indonesia juga telah merasakan keresahan tersebut, terutama mereka yang berdomisili di kota-kota besar. Masalah kenakalan remaja di Indonesia bahkan telah merambah segi-segi kriminal yang secara yuridis formal menyalahi ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang lain seperti Undang-Undang Narkotika. Kondisi ini menggugah para ilmuwan, rohaniawan, pemuka masyarakat dan pemerintah untuk berusaha secara maksimal melakukan langkahlangkah nyata guna mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja (Sudarsono, 2012:v). Willis (88:2012) berpendapat bahwa kenakalan remaja disebabkan kegagalan dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang diharapkan adalah tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Tuntutan terhadap peranan sebagaimana peranan orang dewasa. Remaja tidak diberi tanggung jawab oleh orang dewasa karena belum adanya kepercayaan terhadap mereka. 242 Seorang anak remaja yang tidak mengalami rintangan dan kesulitan berupa kebimbangan, kecemasan, frustrasi, kepedihan hati, tidak akan bisa mencapai perkembangan secara maksimal. Ciri hidup sehat bukanlah ditandai dengan tidak adanya kekecewaan dan kemalangan hidup, akan tetapi dikenali dari kemampuan untuk menanggulangi dan mengatasi permasalahan tersebut. Kepercayaan diri dan tumbuhnya rasa tanggung jawab dipandang mampu untuk mengevaluasi berbagai pola tingkah laku diri. Bertambahnya rasa percaya diri maka bertambah pula tuntutan untuk bertanggung jawab penuh. Perasaan ambivalen, tidak pasti, penuh keragu-raguan akan memperoleh bobot kemantapan dan kekuatannya pada saat kematangan psikis (Kartono, 2006:52). Arus globalisasi dan modernisasi adalah hal yang tidak dapat terbendung lagi bahkan dinikmati oleh sebahagian orang. Jarak yang memisahkan antara satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya bukan lagi menjadi penghalang, sehingga kejadian di suatu tempat dapat mempengaruhi kejadian di tempat lain yang berjarak ribuan kilometer. Hal ini pun turut mempengaruhi budaya dan gaya hidup kaum muda yang memiliki kecenderungan untuk mengikuti dan mencoba hal-hal baru yang mereka temukan. Di sisi lain remaja tidak lagi menemukan teladan dalam hidupnya, serta kontrol yang kurang dari keluarga, sekolah dan lembaga agama (Wilis, 2012:90). Hal ini selanjutnya dipandang sebagai sebuah tantangan besar bagi para remaja untuk memposisikan diri sesuai dengan tuntunan dan tuntutan agama yang mereka yakini. Kondisi mental yang labil dan sumber informasi yang begitu deras membuka peluang besar bagi para remaja untuk mengikuti berbagai trend yang 243 terkadang sangat bertentangan dengan apa yang seharusnya menjadi kewajiban dalam tradisi lokal. Mengandalkan tradisi semata akan menjadikan generasi bangsa terisolasi dari proses dinamika zaman, namun pula sikap berlebihan dalam menerima modernisasi akan mengakibatkan generasi muda tercerabut dari akar tradisinya. Untuk menjadi bangsa yang maju dan mandiri harus berdiri kokoh di atas kultur dan sejarahnya sendiri agar tetap tegar dalam menghadapi masuknya kultur Barat. Hal ini akan menciptakan bangsa yang berkepribadian, tidak hanya mampu meminjam pengetahuan bangsa lain, tapi juga mampu mengubah warisan kultur sendiri menjadi unsur dinamis secara spritual, moral dan sosial (Arifin,1996:99). Masa remaja dalam Islam dipandang penting untuk menjadi perhatian orang tua karena karena masa remaja merupakan masa permulaan taklif atau pembenanan hukum terhadap seseorang. Masa muda merupakan awal seseorang menempuh perjalanan ibadah secara sukarela dan catatan amal mulai diberlakukan. Berdasarkan hal ini, perlu adanya pembimbingan dalam menjalankan ibadah secara mandiri, dan perlu dibantu menaklukkan kesulitankesulitan dalam menjalankan ibadah serta menyiapkan perbekalannya sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan tenang serta didasari oleh petunjuk dan pengetahuan (Al-Qahtani,2013:237). 244 B. Nilai Etis Beati Sebagai Sarana Pembinaan Moralitas Remaja Etika membahas banyak hal yang berhubungan dengan bagaimana sebaiknya manusia hidup, sebagaimana yang dibahas oleh agama. Namun etika tidak dapat menggantikan agama, tetapi etika juga tidak bertentangan dengan agama. Dalam beberapa kasus, pemikiran etika dibutuhkan untuk memberi masukan pada agama. Misalnya pada masalah interpretasi terhadap perintah dan hukum yang termuat dalam wahyu. Hal ini menyangkut pertanyaan bagaimana harus mengartikan firman Allah dari sudut pandang manusia yang secara hakiki memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan bahkan pertentangan di antara para ahli agama dalam menerjemahkan wahyu. Fungsi etika pada masalah ini adalah merangsang kita mempertanyakan kembali pandangan-pandangan moral agama yang kita pahami, karena bisa saja apa yang kita pahami tidak sejalan dengan apa yang dimaksudkan Tuhan dalam wahyu (Suseno, 1987:16). Kebutuhan pada etika juga muncul ketika membahas masalah-masalah moral baru yang tidak dibahas secara langsung dalam wahyu, karena masalah-masalah tersebut belum terfikirkan ketika wahyu diturunkan. Misalnya pembahasan tentang bayi tabung atau pencangkokan ginjal, di mana persoalan ini tidak dibahas secara eksplisit dalam wahyu dan hanya bisa diputuskan dengan qias (Suseno,1987:17). Franz Magniz Suseno (1992) berpendapat bahwa etika bagi remaja dimaksudkan agar mereka lebih kritis dan tidak tunduk begitu saja kepada apa 245 yang diajukan kepada mereka. Mempertahankan posisi moral sendiri terhadap berbagai tekanan kongkret bukanlah urusan etika tetapi bergantung pada kekuatan kepribadian moral orang yang bersangkutan. Etika dalam hal ini menyediakan teori-teori agar kesadaran moral yang sudah ada dapat diberi arah secara rasional (12-13). Selanjutnya Suseno berpendapat bahwa etika bukan dimaksudkan membangun sikap-sikap moral baru, melainkan membantu remaja puteri untuk dapat berfikir secara rasional sebagai makhluk yang berfikir, sehingga dapat mempertanggungjawabkan sikap-sikap yang dipilih dalam menjalani hidupnya. Lembaga normatif yang menjadi acuan seorang remaja dalam menjalani pilihan hidupnya, secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu. 1. Diri sendiri. Tanda kematangan seseorang adalah ketika dia telah mampu bersikap kritis terhadap norma-norma dan mampu memberi penilaian rasional. 2. Lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat baik formal maupun non fomal seperti keluarga, sekolah, lembaga agama, negara dan lain-lain. Remaja diharapkann mampu memberikan pertanyaan tentang legitimasi lembaga yang memberikan beban norma terhadapnya dan juga bertanya apakah norma yang dibebankan itu dapat dipertanggungjawabkan. Diharapkan sang remaja puteri dapat membebaskan diri dari sikap membebek terhadap apa yang diajukan oleh pihak lain. 246 3. Ideologi. Ideologi yang dimaksudkan adalah teori atau pandanggan yang seolah-olah memberi manfaat besar padahal sebenarnya berfungsi untuk memberi pembenaran terhadap kepentingan tertentu (Suseno, 1992:13). Remaja dipandang sebagai pribadi yang belum matang secara emosional. Ketergantungan terhadap lembaga di luar diri untuk mendapatkan informasi berbagai norma merupakan sebuah opsi yang dapat dilakukan. Beati merupakan sebuah upacara adat yang dapat memberi pelajaran berbagai norma yang dapat dipertanggungjawabkan. Sekalipun kemudian remaja tidak memberikan pertanyaan kritis terhadap berbagai norma yang diajukan kepada remaja dalam Beati. Tidak adanya kritik terhadap yang diberikan bisa jadi juga disebabkan oleh kecenderungan bahwa apa yang disampaikan merupakan doktrin yang tidak terbantahkan. Alasan lain adalah apa yang disampaikan dalam upacara adat Beati adalah sebuah perintah agama yang harus dipatuhi (deontologis). Setiap orang tua mendambakan anak yang sehat, kuat, dan berketerampilan, cerdas, pandai dan beriman. Pada taraf yang lebih sederhana, orang tua tidak menginginkan anaknya sakit-sakitan, penganggur, bodoh dan nakal. Pada tingkatan yang paling sederhana, orang tua tidak menghendaki anaknya menjadi orang yang nakal dan menjadi pengangguran. Pada taraf yang paling minimal, orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi nakal karena hanya akan menyebabkan orang tuanya mendapatkan kesulitan serta malu pada masyarakat umum (Salim, 2013:201). 247 Kenakalan remaja disebabkan kegagalan mereka mendapatkan penghargaan dari orang dewasa. Penghargaan tersebut berupa pemberian peran dalam kehidupan sosial, sebagaimana peran orang dewasa lainnya. Orang dewasa tidak memberikan peran tersebut karena remaja dipandang belum mampu melakukan tugas orang dewasa (Wilis, 2012:88). Pemberian peran terhadap remaja merupakan solusi untuk menekan tumbuhnya kenakalan remaja. Beati memberikan tuntunan terhadap remaja agar dapat berperan seperti orang dewasa. Seseorang harus mempelajari perannya dalam masyarakat. Sama halnya dengan anak yang harus mempelajari perannya sebagai anak terhadap orang tua atau murid terhadap guru, maka ia pun harus mempelajari perannya sebagai anak dari jenis kelamin tertentu. Tidaklah otomatis seorang anak laki-laki akan pandai bermain sepak bola dan perempuan pandai menari, tetapi semua harus melalui proses belajar (Sarwono, 2013:103). Beati mengenalkan kepada remaja berbagai tanggung jawab yang harus dipikul ketika beranjak dewasa. Selain tanggung jawab, remaja juga harus memahami berbagai norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma tersebut perlu diajarkan agar remaja tidak menjadi orang yang tidak terterima dalam kelompok masyarakatnya. Remaja harus diberi pemahaman tentang perannya sebagai anak, siswa, dan berbagai peran lainnya di masyarakat. Upacara adat atau sebahagian produk kebudayaan, sering dipandang sebagai lawan dari Islam. Sebahagian masyarakat bahkan berpandangan bahwa upacara adat dan kebudayaan merupakan strategi setan untuk membunuh ajaran Islam. 248 Kurang disadari bahwa kebudayaan memperjelas wujud Tuhan dan membuat kehadiran-Nya dikenal manusia dalam sejarah. Keyakinan agama sebagai ajaran hidup dari Tuhan atau wahyu merupakan sesuatu yang absolut kebenarannya. Kebenaran ini tidak akan terganggu ketika kebudayaan dipahami sebagai wujud empiris dan rasional ajaran Tuhan (Mulkhan, 2007:192). Oleh karena itu kaum remaja haruslah diberi pengertian tentang berbagai manfaat upacara adat dan kebudayaan yang diciptakan oleh manusia. Nilai-nilai etis dalam upacara adat beati dapat menjadi sumber pendidikan moral bagi remaja guna menekan tingkat kenakalan remaja. Nilai-nilai etis tersebut adalah: 1. Utilitarianisme Molungudu Molungudu berkaitan dengan thaharah atau penyucian diri dalam Islam. Segala bentuk aktivitas telah menjadikan tubuh yang semula bersih menjadi kotor. Aktivitas lahiriah telah mengotori fisik dan non fisik. Aspek bathiniyah menjadi penting untuk diperhatikan karena tidak jarang pembenahan aspek lahiriah mendapatkan perhatian lebih daripada pembenahan aspek bathiniah. Thaharah atau kesucian diri merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan ritual formal. Kesucian lahirah yang berarti pula keindahan perilaku menjadi syarat terterimanya seseorang dalam pergaulan sosial. Seorang remaja yang memiliki tingkah laku yang tidak disukai orang lain, akan mendatangkan kesulitan baginya dalam pergaulan sosial. Seorang remaja 249 hendaklah bertingkah laku dengan baik dan menjauhi berbagai hal yang dibenci oleh masyarakat umum. Pembenahan aspek bathiniah diawali dengan tobat. Tobat adalah kesadaran diri akan kesalahan dan dosa yang telah dilakukan pada masa lampau. (Qusyairy, tt:93) Molungudu diharapkan dapat membangun kesadaran pada diri seorang remaja akan berbagai hal yang mengotori badannya. Kesadaran ini akan meningkatkan kehati-hatian dalam bertindak pada masa yang akan datang. Seorang remaja harus menyadari bahwa berbagai tingkah laku seseorang harus disesuaikan dengan tata krama. Jika seseorang telah melakukan kesalahan, maka hendaknya tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama sesuai dengan prinsip dasar tobat. Keengganan untuk kembali melakukan kesalahan merupakan pondasi kebaikan dan perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Tobat membangkitkan kebencian terhadap perilaku yang menyimpang dan keengganan untuk bergaul dengan para pelaku dosa. Remaja harus menyadari bahwa perilaku menyimpang bisa terjadi ketika berada dalam kelompok yang suka berperilaku menyimpang. Demikian pula kebaikan akan muncul dalam diri seseorang yang bergaul dengan orang shaleh. Pertobatan dipandang gagal jika pelaku kembali kepada kemaksiatan yang telah dilakukan dahulu. Seorang remaja harus senantiasa berusaha untuk kembali bangkit dengan niat tobat baru. Tobat memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, namun bukan berarti pula menjadi alasan untuk kembali mengulangi 250 dosa. Mencapai sebuah niat baik bukanlah sesuatu yang mudah, namun butuh niat kuat dan perjuangan. Huwali lo beleya dalam beati mengajarkan remaja untuk senantiasa memisahkan diri (uzlah) dari pergaulan negatif. Kenakalan remaja dalam berbagai bentuk, biasanya diawali dari pergaulan yang salah. Memisahkan diri dari pergaulan negatif diharapkan untuk bisa berkonsentrasi pada hal-hal positif bagi pengembangan diri. Boleh saja para remaja keluar rumah dan berkumpul bersama teman-temannya, namun yang harus dihindari adalah pergaulan negatif. Manusia tercipta di muka bumi untuk mensejahterakan kehidupan makhluk, dan menjauhi perusakan segala ciptaan (Yafie, 1994:147). Huwali lo beleya mengajarkan kesendirian untuk melatih sikap diam. Remaja seringkali berkumpul dan bercengkrama dengan suara keras bersama teman-temannya. Perilaku ini tanpa disadari mengganggu orang lain. Diam diajarkan untuk menghindari bahaya yang terkandung dalam sebuah kata. Perbincangan para remaja yang berkerumun di suatu tempat lebih cenderung kepada pergunjingan. Banyak kerugian yang disebabkan oleh perbincangan yang tidak bermanfaat seperti pergunjingan, sifat pamer dan bohong. Diam adalah sikap mulia dan lambang dari kepatuhan dan ketaatan. Imam Qusyairy menjelaskan bahwa cara untuk menghindarkan diri dari berbagai hal negatif yang ditimbulkan oleh kata-kata adalah dengan diam (Qusyairy, tt:120). Huwali lo Beleya merupakan simbol dari pelajaran untuk menumbuhkan rasa malu. Rasa malu yang mulia adalah sikap memotivasi diri agar menjauh dari 251 sesuatu yang tidak pantas (al-Hasyimi, 2002:414). Huwali lo Beleya menanamkan rasa malu kepada remaja. Rasa malu untuk mengumbar aurat. Aurat dalam bahasa Arab berarti pula aib (Ali:2002:3). Aib adalah sesuatu yang harus ditutupi dan tidak pantas untuk diperlihatkan kepada orang lain. Rasa malu perlu menjadi sifat utama bagi remaja untuk menjaga kehormatan diri dan wibawa keluarga. Hilangnya rasa malu sangat besar potensinya melahirkan kenakalan remaja berupa pelacuran dan seks bebas. Taadulahu adalah sebutan anak gadis dalam bahasa Gorontalo. Taadulahu atau tawu dulahu berarti seseorang yang beraktifitas di siang hari. Seorang gadis tidak pantas untuk beraktifitas di malam hari. Anak gadis yang suka keluar di malam hari cenderung akan menimbulkan fitnah. Seorang remaja harus diajarkan untuk menumbuhkan rasa malu dalam dirinya. Rasa malu dalam diri akan menumbuhkan rasa segan dan hormat kepada orang lain. Segan dan hormat yang ada dalam diri seseorang akan menghapus rasa tinggi hati atau sombong. Pertumbuhan fisik dan psikis pada diri seorang remaja, menjadikan dirinya memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Ketertarikan ini pun membuat remaja ingin selalu tampil sempurna secara fisik. Beati mengajarkan kepada remaja puteri untuk merawat penampilan luarnya, namun tidak untuk memamerkan fisiknya. Perawatan tubuh tidak merebut waktu perawatan rohani. Mengembangkan kepribadian yang seimbang dan membuat orang lain menyukainya. Orang yang menarik adalah orang yang selalu tampil baik dalam penampilan, pemikiran dan perilaku. (al-Hasyimy, 2002:668). 252 Proses molungudu menggunakan periuk berbahan dasar tanah. Perangkat adat ini merupakan simbol dari kesederhanaan namun memberi manfaat. Kesederhanaan dalam hidup dikenal dengan istilah zuhud. Zuhud mengajarkan kesederhanaan dalam hidup dan menghindari kemewahan (Qusyairy, tt:116). Kemewahan harus dihindari karena sering menjadikan orang lupa diri. Tidak sedikit orang menghalalkan segala cara untuk mengejar kemewahan. Remaja perlu diperkenalkan dengan kehidupan zuhud untuk menghindarkan mereka dari berbagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang muncul sebagai akibat dari keinginan untuk hidup mewah di antaranya pencurian, perampokan bahkan pembunuhan. Para remaja harus diberi pemahaman bahwa zuhud bukanlah membenci kehidupan dunia. Zuhud yang sebenarnya adalah tidak tamak terhadap kehidupan dunia. Rasa cinta yang berlebihan kepada dunia, melahirkan sikap tamak dan bakhil untuk membantu orang lain. Zuhud yang benar melahirkan sikap tawadhu dan rasa hormat kepada sesama. Zuhud dapat menumbuhkan sifat dermawan dan rasa peduli. Seorang zahid tidak akan hidup mewah sementara di sekitarnya banyak tampak kemiskinan. Remaja perlu untuk dididik menumbuhkan rasa kepedulian dan cinta kepada sesama. Rasa peduli dan cinta kepada sesama menjauhkan remaja dari berbagai bentuk kenakalan yang dapat merugikan orang lain. Nilai etis Molungudu dalam terang etika Qusyairy mengajarkan Tobat, khalwat, uzlah, shumtu, menghindari ghibah, malu, zuhud, dan muhasabah. Berbagai nilai etis dalam Molungudu diharapkan dapat mencegah berbagai 253 berbagai bentuk kenakalan remaja. Tobat, khalwat, uzlah, shumtu dan muhasabah diharapkan dapat mencegah kenakalan remaja dalam bentuk perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, perusakan, pencurian, pemerasan, penyalahgunaan obat terlarang. Zuhud, muhasabah, dan menghindari ghibah dapat mencegah kenakalan berupa seks di luar nikah, dan melawan orang tua. 2. Deontologisme Momonto Momonto adalah sebuah tradisi yang diikuti dari Raja Matolodula di Gorontalo. Tujuan utama dari tradisi momonto adalah perintah untuk melaksanakan perintah agama secara menyeluruh. Ajaran agama adalah sebuah kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Tidak boleh bagi seorang penganut agama hanya memilih bagian-bagian tertentu dari ajaran agama untuk dilaksanakan. Demikian pula dengan kebaikan dalam hidup. Kebaikan harus senantiasa dilakukan secara terus menerus. Melakukan kebaikan secara terus menerus dikenal dengan istilah istiqomah. Remaja sering diajak dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, namun tidak jarang para remaja berlaku menyimpang. Perlakuan remaja yang tidak baik, bukan berarti tidak memahami perbuatan baik yang diajarkan kepadanya. Namun lebih disebabkan oleh tidak adanya disiplin jiwa, karena itu dibutuhkan pengajaran tentang istiqomah kepada remaja. Istiqomah bertujuan untuk meneguhkan hati agar senantiasa berperilaku baik, dan menghindarkan diri dari godaan perilaku maksiat. Perilaku maksiat yang dimaksud adalah segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah. Istiqomah diharapkan menjadikan remaja 254 orang yang taat dengan segala perintah Allah dan segala bentuk sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Momontho adalah sebuah simbol dari taqwa atau ketaatan. Ketaatan untuk senantiasa melaksanakan perintah, dan taat untuk meninggalkan segala larangan agama. Kata taqwa yang berasal dari kata itqo’ berarti menghindar atau menjaga diri. Penting bagi remaja untuk selalu menjaga diri dari hal-hal yang berupa kesenangan lahiriah, apalagi kesenangan lahiriah tersebut berupa dosa dan kejahatan. Taqwa yang berarti ketaatan merupakan perintah untuk tidak menodai aspek lahiriah dengan sikap keras kepala. Sikap keras kepala merupakan awal dari penolakan remaja terhadap berbagai bentuk nasehat kebaikan. Momontho diharapkan memberikan pelajaran kepada para remaja untuk memiliki sifat-sifat mulia dalam ketaqwaan. Momontho berarti meletakkan bontho atau tanda di atas dahi. Dahi merupakan bagian dari wajah yang berada di kepala. Dahi dan wajah pada umumnya merupakan pusat pandangan mata jika seseorang bertatap muka dengan orang lain. Bontho diletakkan di atas dahi agar mudah terlihat, dan pemakainya mudah dikenali. Bontho dalam ritual beati menjadi simbol bahwa seorang anak yang telah tumbuh dewasa dikenali oleh masyarakatnya. Wajah yang menjadi pembeda antara seseorang dan lainnya merupakan suatu bagian tubuh yang harus dijaga. Menjaga wajah dalam arti menjaga kehormatan diri harus dilakukan demi kebaikan diri dan keluarga. Remaja yang melakukan penyimpangan bukan hanya merusak wajahnya tetapi juga telah merusak wajah orang tua dan keluarganya. 255 Momonto mengajarkan istiqomah, taqwa dan ubudiyah. Nilai etis molungudu dalam terang etika Qusyairy diharapkan dapat mencegah beberapa bentuk kenakalan remaja. Istiqomah, taqwa, dan ubudiyah diharapkan dapat mencegah kenakalan yang dapat menimbulkan korban materil, korban fisik, maupun kenakalan yang tidak menimbulkan korban pada orang lain seperti seks di luar nikah. 3. Etika Keutamaan Momuhuto Momuhuto berarti menyiram atau memandikan. Menjaga kebersihan diri telah diajarkan dalam proses molungudu, namun kemudian diulang kembali dalam proses momuhuto. Pengulangan ini merupakan nasehat bagi para remaja untuk terus berusaha dalam menjaga kesucian dan kebersihan diri mereka. Kondisi mental remaja yang mudah terpengaruh, perlu diberi pengulangan dalam pemberian nasehat. Pesan pula bagi para remaja untuk tidak bosan dalam menerima ajakan kebaikan meskipun hal itu hanya merupakan pengulangan. Media utama yang digunakan dalam proses momuhuto adalah air. Manusia sangat menggantungkan hidupnya pada keberadaan air. Air merupakan kebutuhan hidup terpenting setelah oksigen. Keberadaan air dipengaruhi oleh bagaimana manusia memperlakukan lingkungannya. Air merupakan salah satu anugerah besar Tuhan untuk menunjang kehidupan makhluk di atas bumi. Air yang mudah didapatkan oleh sebahagian orang di beberapa tempat, menjadikan air sering dipandang remeh. Momuhuto mengajarkan pentingnya mensyukuri anugerah Tuhan. Para remaja seringkali menganggap remeh hal-hal yang dianggap kecil 256 namun sebenarnya membawa pengaruh besar dalam hidup. Para remaja yang berstatus pelajar seringkali menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting, namun jarang mengisi waktu untuk belajar. Maka semestinya remaja memahami bahwa belajar merupakan sebuah investasi besar yang bisa dinikmati di masa depan. Proses momuhuto tidak dilaksanakan secara mandiri namun dibantu oleh Tahulango (tetua adat) dan kedua orang tua. Pendampingan dalam proses momuhuto adalah sebuah proses belajar. Proses belajar membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak lain. Para remaja menemukan kekuatan baru dalam fisik pada masa perkembangannya. Kekuatan tersebut menjadikan remaja merasa mampu melakukan berbagai hal yang menjadi tanggung jawab orang dewasa. (Kartono, 2006:50) Perlu disadari oleh remaja bahwa tidak semua hal baru dapat dengan mudah dilakukan secara mandiri. Banyak hal yang memerlukan bimbingan dan arahan orang lain. Fungsi seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu kepada muridnya, namun juga bertanggung jawab dalam pembinaan kepribadian melalui pemberian tauladan. Sang murid juga dituntut untuk senantiasa berlaku etis dan hormat terhadap sang guru (Dahlan dkk, 2003: 336). Perhatian dan penghormatan terhadap pembimbing atau guru dibutuhkan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam proses pembelajaran. Hifdzu qolbil masyayikh merupakan sebuah sikap etis yang mengajarkan bagaimana menghormati guru. Penghormatan terhadap guru akan memberikan kemudahan dalam belajar (Qusyairy, tt: 333-334). 257 Kepatuhan terhadap guru merupakan bentuk penghormatan kepadanya. Salah satu bentuk kenakalan remaja adalah bolos dari sekolah. Bolos sekolah merupakan sebuah bentuk ketidakpatuhan terhadap guru, dan berarti pula hilangnya rasa hormat kepada guru. Ketidakpatuhan terhadap guru mengakibatkan kesulitan belajar bagi seorang murid. Para pelajar yang juga adalah remaja perlu untuk memahami dan melaksanakan sikap etis hifdzu qalbil masyayikh. Sikap ini berguna untuk menekan kenakalan remaja pelajar berupa bolos sekolah dan kesulitan dalam belajar. Taluhu yilonuwa atau air kembang merupakan salah satu perangkat adat yang digunakan dalam proses momuhuto. Taluhu yilonuwa yang disiramkan ke tubuh akan menjadikan tubuh wangi. Taluhu yilonuwa merupakan simbol dari sebuah sifat yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Perilaku yang baik akan tumbuh dari sebuah pergaulan yang baik, demikian pula sebaliknya. Pelajaran yang harus dipahami oleh remaja adalah kehati-hatian dalam bergaul dan memilih teman dalam bergaul. Pergaulan dengan orang-orang baik, akan menciptakan pribadi yang baik. Pergaulan dalam lingkungan yang negatif akan melahirkan pribadi yang berperilaku negatif. Menyiram tubuh dengan air yang wangi akan menjadikan tubuh wangi. Tubuh yang wangi akan menjadikan orang lain suka berada di sekitarnya bahkan enggan beranjak darinya. Simbol dari pengajaran bahwa perilaku yang baik akan menjadikan seseorang disenangi oleh orang lain. Seseorang yang senantiasa berperilaku baik, akan terterima dalam pergaulan sosial. Masyarakat enggan untuk menerima seseorang yang memiliki kepribadian tidak baik. Salah satu sikap baik 258 yang disenangi orang adalah sikap tawadhu. Orang yang bersikap tawadhu senantiasa berlaku ramah dan menghargai orang lain. Tawadhu kepada semua orang merupakan perilaku positif. Tawadhu senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada siapa saja yang dijumpai. Sikap tawadhu pada remaja dapat menghilangkan arogansi yang sering menjadi penyebab tawuran. Tempat duduk sang gadis ketika menjalani proses momuhuto adalah dudangata. Dudangata merupakan alat parut kelapa tradisional yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo. Dudangata dalam proses momuhuto menjadi simbol dari kerja keras dan mujahadah. Seorang remaja harus memahami bahwa kesejahteraan dan kehidupan yang layak merupakan konsekuensi bagi manusia yang melakukan kerja keras (Siraj, 2006:374). Hasil yang maksimal akan diterima oleh siapa saja yang mau bekerja secara maksimal. Dudangata menjadi simbol pengajaran untuk melatih diri terbiasa dengan bekerja keras memperbaiki diri. Diajarkan pula melatih jiwa untuk tidak menuruti keinginan nafsu serta memanfaatkan waktu hidup agar tidak terbuang sia-sia. Ibnul Jauzy (2005:332) mengatakan bahwa iblis senang menggoda orang-orang yang suka lebih suka menganggur dan mendorong mereka untuk mengambil harta orang lain. Ibnul Jauzy juga menjelaskan bahwa penyebutan iblis untuk para penganggur adalah al-fityaan yang berarti pula para pemuda. Pemanfaatan waktu secara maksimal merupakan salah satu strategi untuk dapat bertindak proaktif dalam proses aktualisasi diri. 259 Remaja harus mulai melatih diri untuk senantiasa mengisi waktu dengan bekerja Melatih diri untuk terus ber-mujahadah menjadikan seseorang memiliki motivasi dalam hidup untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Mujahadah menciptakan cita-cita dan harapan serta keinginan untuk terus bekerja tanpa memperdulikan rintangan dalam hidup (Casson, 1962:141). Kerja keras dituntut dalam menghadapi persaingan global. Remaja harus mampu mengatasi kelemahan diri seperti rasa malas, iri hati, sikap angkuh dan hal-hal buruk lainnya. Menghilangkan berbagai bentuk kelemahan diri agar mampu bekerja secara berkualitas (Susanto, 2000:95). Dudangata hanya digunakan untuk memarut kelapa dan tidak untuk memarut bahan lainnya. Seorang remaja diajari untuk mengerti profesionalitas dalam bekerja. Profesionalisme dalam bekerja akan tercapai dengan komitmen yang kuat serta ditunjang oleh kualitas pendidikan dan ketrampilan serta pengalaman dalam bekerja. Seorang remaja yang menginginkan keberhasilan harus membuka wawasan, mengembangkan sikap kerja yang berkualitas, mau dan mampu memikul tanggung jawab, serta memiliki keberanian untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik (Susanto, 2000: 95). Proses momuhuto juga menggunakan upik pinang sebagai perangkat adat. Upik pinang menyimpan banyak bakal pinang di dalamnya, namun tertata rapi. Upik pinang dalam proses momuhuto menjadi simbol dari keserasian dan kebersamaan dalam hidup. Remaja yang tumbuh berkembang dikenal memiliki sifat egosime yang tinggi. Sifat egois ini sering memicu perkelahian bahkan tawuran di antara para remaja. Sifat futuwwah atau kecintaan kepada sesama harus 260 ditumbuhkan dalam diri para remaja. Menyingkirkan sikap egois dan individualitas akan menciptakan ketentraman dan kebersamaan. Telur digunakan sebagai salah satu perangkat adat dalam proses momuhuto. Telur merupakan simbol dari awal kehidupan namun telur keluar dari sesuatu yang dipandang hina. Manusia yang dipandang mulia tercipta dari sesuatu yang dipandang kotor. Tidak jarang kesombongan tumbuh dalam diri seseorang karena merasa lebih mulia dari orang lain, padahal semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Orang mulia adalah yang memiliki sifat rendah hati atau tawadhu. Rendah hati tidak menjadikan seseorang menjadi hina bahkan menjadikannya mulia. Rasulullah adalah sosok manusia yang mulia, namun beliau tidak malu melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh para budak (Qusyairy, tt: 147). Telur adalah sesuatu yang mudah pecah dan rusak jika tidak dijaga dengan baik. Telur membawa pesan kepada remaja untuk senantiasa menjaga diri agar tidak merusak nama baik dirinya dan keluarganya. Rusaknya telur yang tidak dapat diperbaiki kembali, merupakan gambaran kehinaan yang akan didapatkan jika nama baik telah rusak. Rusaknya nama baik sulit untuk diperbaiki kembali sebagaimana sulitnya merekatkan kembali telur yang telah pecah. Remaja harus melatih diri untuk bisa mukholafatunnafsi atau menjaga diri untuk tidak terbawa emosi dan hawa nafsu . Mukholafatunnafsi merupakan salah satu jalan ibadah yang harus diperjuangkan untuk menjadi seorang hamba mulia di hadapan Allah (Qusyairy, tt:151). Mukholafatunnafsi menjadikan seseorang mulia di hadapan 261 Allah dan tentu saja mulia di hadapan manusia. Remaja yang memperturutkan keinginan hawa nafsu dapat menjadi pemicu berbagai kenakalan remaja. Perangkat adat berikutnya adalah bambu kuning. Masyarakat Gorontalo menggunakan bambu kuning hanya untuk keperluan ritual adat seperti pernikahan, penobatan, beati, dan kematian. Masyarakat Gorontalo tidak menggunakan bambu kuning sebagai bahan dasar untuk membuat barang kerajinan. Penggunaan bambu kuning untuk keperluan khusus adalah simbol dari kekhususan yang dimiliki oleh bambu kuning. Bambu kuning yang diletakkan di sekitar tempat duduk sang gadis merupakan simbol dari sifat-sifat baik yang diharapkan meliputi diri seorang remaja. Remaja yang senantiasa menempatkan dirinya di antara kelompok yang mulia akan membentuk perilaku mulia. Kemuliaan diri bisa didapatkan dengan perilaku mulia tanpa harus menghinakan yang lain. Bambu kuning diisi dengan air dan uang logam pada saat proses momuhuto. Air pada bambu kuning tersebut selanjutnya disiramkan kepada sang gadis. Pada saat yang bersamaan uang logam juga jatuh menimpa sang gadis. Ritual ini dipandang sebagai pengharapan agar seorang remaja senantiasa diberi limpahan rezeki. Makna filosofis sebenarnya adalah setiap orang telah memiliki ketentuan rezeki. Sikap qona’ah menjadikan seseorang merasa puas dengan apa yang dimiliki. Rasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain dapat melahirkan niat jahat. Para remaja yang terlibat dalam aksi kejahatan lebih disebabkan oleh keinginan untuk memiliki sesuatu. Qona’ah diharapkan dapat membendung berbagai keinginan untuk mendapatkan materi secara berlebihan. 262 Remaja harus diberi pemahaman bahwa berkah rezeki tidak diukur dari banyak tidaknya, namun diukur dari manfaat yang bisa didapatkan (Syukur,2003:41). Qana’ah akan selalu memberikan ketenangan dalam diri, sebab rasa iri atau hasad terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain hanya akan mempersulit diri sendiri. Kesulitan yang didapatkan adalah rasa kecewa dan sakit hati karena merasa bahwa orang lain lebih baik dari dirinya. Rasa kecewa dan sakit hati adalah salah satu penyebab kesengsaraan dalam hidup. Kedengkian terhadap rezeki orang lain adalah penghambat diterimanya rezeki sendiri (Qusyairy, tt:155). Momuhuto adalah proses pembersihan diri dengan menyiramkan air ke seluruh tubuh sang gadis. Setiap siraman dalam proses momuhuto diiringi dengan tuja’i atau syair yang berisi nasehat untuk kebaikan diri remaja. Nasehat yang terkandung dalam tuja’i di antaranya adalah perintah untuk patuh kepada orang tua serta menjaga diri dari pergaulan negatif, Momuhuto bukan hanya membersihkan tubuh sang gadis dengan air, tetapi juga membersihkan jiwanya dengan nasehat berupa tuja’i. Tuja’i dalam proses momuhuto dimaksudkan agar remaja terbiasa mendengarkan nasehat dan kata-kata baik, serta membiasakan indera pendengaran mendengarkan hal-hal baik sebagaimana as-sima’. Membiasakan as-sima’ akan menjadikan seseorang akan berbicara dengan katakata baik pula (Qusyairy, tt:335). Para remaja dalam kondisi mental yang belum stabil, cenderung untuk tidak menerima masukan dari orang lain. Kecenderungan ini terjadi karena remaja merasa telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang sesuatu (Sarwono, 2013:14-15). Pembiasaan untuk menerima masukan dan nasehat dari pihak lain perlu ditanamkan pada para remaja. 263 Nilai etis Momuhuto dalam terang etika Qusyairy mengajarkan tentang kewalian, menghormati guru, tawadhu, mujahadah, menghindari ghibah, roja’, kejujuran, futuwwah, melawan hawa nafsu, qona’ah, menghindari hasad dan sima’. Nilai etis Momuhuto yang diajarkan pada remaja, diharapkan dapat mencegah berbagai bentuk kenakalan remaja seperti tawuran, pelacuran, penyalahgunaan obat terlarang, bolos sekolah, seks di luar nikah, perampokan, pencopetan dan berbagai bentuk kenakalan lain yang mengakibatkan kerugian materi. 4. Etika Keutamaan Mopohuta’o to Pingge Mopohuta’o to Pingge atau menginjakkan kaki di atas piring merupakan simbol dari perintah untuk berhati-hati dalam melangkah atau menjalani kehidupan. Kehati-hatian dalam menjalani kehidupan dibutuhkan untuk melindungi diri dari berbagai hal yang dapat merugikan. Imam Qusyairy menyebut kehati-hatian dalam hidup dengan sebutan wara’. Wara’ menghalangi kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang dipandang merugikan diri jiwanya atau mengotori rohani. Mopohuta’o to pingge adalah simbol dari perintah untuk menjalankan wara’. Remaja harus senantiasa berhati-hati untuk tidak terbawa pada keinginan hawa nafsu. Sikap zuhud atau perilaku hidup sederhana adalah dapat membantu seseorang yang menginginkan wara’ dalam dirinya. Melangkah dalam proses mopohuta’o to pingge sebagai simbol dari perjalanan atau safar dalam hidup. Melangkah dalam hidup membutuhkan kehati-hatian dan juga tujuan. Tujuan yang baik harus diawali dari langkah yang baik pula. Tujuan 264 yang baik tidak boleh dijadikan untuk menghalalkan cara. Para remaja pelajar harus memahami bahwa tujuan baik untuk dapat lulus dalam ujian, bukan menjadi pembenaran terhadap perilaku curang dalam ujian. Meraih kesuksesan dalam ujian harus didahului dengan usaha keras yaitu belajar. Pencapaian tujuan harus dengan kepatuhan terhadap rambu-rambu yang berlaku di jalan. Imam Qusyairy menyebut rambu-rambu tersebut dengan istilah Ahkaamussafar. Mopohuta’o to pingge adalah simbol dari safar atau perpindahan diri dari satu tempat ke tempat lain. Imam Qusyairy mengingatkan bahwa safar bukan hanya sebuah perpindahan fisik namun juga perpindahan rohani ke arah yang lebih baik (Qusyairy, tt: 289). Kondisi mental remaja yang belum stabil, harus senantiasa diisi dengan kebaikan dan kemuliaan akhlak. Pertumbuhan fisik pada remaja yang sedang berkembang, harus diiringi pula dengan perkembangan jiwa yang lebih baik. Ketimpangan dalam pertumbuhan hanya mengakibatkan kerugian pada diri. Tidak pantas seorang remaja yang pertumbuhan fisiknya sangat baik namun masih terus bertahan dengan sifat kekanak-kanakan. Pendampingan dalam proses mopohuta’o to pingge juga merupakan pelajaran bahwa seseorang senantiasa membutuhkan orang lain untuk menasehati dirinya. Nasehat tersebut dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dalam menjalani kehidupan. Proses mopohuta’o to pingge menggunakan perangkat adat yang terdiri dari tujuh buah piring dan tujuh buah baki. Tujuh buah piring dan tujuh buah baki tersebut berisi berbagai bahan yang diambil dari alam. Keseluruhan bahan tersebut merupakan kebutuhan penunjang kehidupan manusia. Seluruh bahan tersebut diletakkan di hadapan sang gadis agar terbangun kesadaran bahwa Tuhan telah 265 menyediakan berbagai fasilitas penunjang kehidupan di alam sekitar. Kesadaran akan nikmat Tuhan ini diharapkan membuahkan rasa syukur kepadaNya. Hakikat dari bersyukur bukan hanya memuji Sang Pemberi namun juga kepatuhan kepadaNya (Qusyairy, tt:174). Tujuh piring dan tujuh baki memberi pemahaman kepada remaja bahwa alam menyediakan berbagai kebutuhan manusia. Remaja harus diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga alam sebagai tempat hidup manusia. Alam harus diperlakukan dengan baik agar memberikan manfaat yang baik pula. Perilaku yang tidak baik kepada alam dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia. Bencana alam berupa banjir, tanah longsor, dan kabut asap adalah bentuk dari bencana yang diakibatkan oleh perlakuan manusia terhadap alam. Remaja diajak untuk menghargai alam dengan tidak merusaknya bahkan merawatnya. Piring pertama berisi tanah. Dihadirkannya tanah untuk kembali mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah. Semua manusia terlahir dari tanah dan memiliki derajat yang sama. Kemuliaan manusia bukan hanya didapatkan dari penampilan fisik semata tetapi dari perilaku yang menjadi tabiatnya. Remaja yang merasakan pertumbuhan pesat pada tubuhnya, merasa memiliki kekuatan baru dalam kehidupannya. Perasaan memiliki kekuatan baru tersebut cenderung menimbulkan sifat sombong dan angkuh. Eksistensi diri yang kuat dipamerkan melalui perkelahian bahkan tawuran. Keinginan untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinya telah mengalami kemajuan secara fisik, sehingga tidak dapat diperlakukan semena-mena oleh orang lain. Sifat sombong dan angkuh harus dihapuskan dengan kesadaran bahwa penampilan fisik bukan 266 segalanya. Semua manusia diciptakan dari sesuatu yang rendah, hanya sifat mulia yang berakal dari ketaqwaan yang akan mengangkat derajatnya (Qusyairy, tt:105). Tanah dalam bahasa Gorontalo disebut huta yang berasal dari kata huta’o. Huta’o berarti menginjak yang berarti tanah merupakan sesuatu yang diinjak atau tempat berpijak. Tanah adalah sesuatu yang diinjak atau sesuatu yang menjadi tempat berpijak. Sesuatu yang diinjak berarti dipandang hina atau tidak bermanfaat. Jika seseorang diperlakukan dengan hina maka biasanya orang tersebut akan melakukan perlawanan bahkan melakukan sesuatu yang membahayakan bagi orang yang menghinanya. Tanah senantiasa diinjak tetapi selalu memberikan manfaat kepada manusia melalui tumbuhan dan hewan. Tanah menjadi simbol dari futuwwah yaitu sikap yang senantiasa memaafkan kesalahan orang lain Sikap egoisme yang menumbuhkan rasa dendam pada remaja perlu dihilangkan dengan filosofi tanah yang senantiasa sabar. Sabar senantiasa menjadi penolong bagi setiap orang yang menghadapi sesuatu yang memberatkan jiwa dan raga. Rasa sabar bukan hanya diperlukan ketika menghadapi masalah. Kesabaran dibutuhkan untuk selalu dapat melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, serta kesabaran atas segala ketentuan Allah yang telah ditakdirkan dalam hidup (Qusyairy, tt:183). Tanah merupakan lambang dari pengajaran tentang sifat ikhlas. Tanah selalu memberikan manfaat namun tidak pernah berharap balasan baik dari apa yang dilakukannya. Puncak kebaikan dari sebuah amal baik adalah keikhlasan 267 (Qusyairy, tt:208). Remaja perlu ditanamkan rasa untuk selalu ikhlas dalam perbuatannya. Ikhlas menjadi dasar penting dalam pemenuhan kewajiban dengan tidak menuntuk hak. Masa remaja adalah masa untuk selalu melakukan kewajiban seperti belajar dan membantu orang tua. Kewajiban anak adalah belajar ke sekolah dengan tidak menuntut fasilitas berlebihan dari orang tua. Pemenuhan terhadap tuntutan anak yang berlebihan cenderung mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Anak usia sekolah yang telah difasilitasi dengan sepeda motor, cenderung melakukan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan anak mulai dari tindak pidana ringan hingga berat. Tindak pidana ringannya adalah mengendarai kendaraan bermotor tanpa surat izin mengemudi hingga kasus geng motor yang melakukan perampokan bahkan pembunuhan. Piring pertama dalam proses mopohuta’o to pingge selain berisi tanah juga berisi tanaman po’otoheto. Po’otoheto berarti keras dan konsisten. Po’otoheto menjadi simbol dari sikap istiqomah. Kebaikan sempurna adalah kebaikan yang dilakukan secara terus-menerus (Ilyas, 2002: 99). Kondisi mental remaja yang labil senantiasa memiliki kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru. Mencoba hal-hal baru bukanlah sesuatu yang salah, namun perlu diarahkan. Remaja perlu diberi pemahaman untuk senantiasa konsisten dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan sikap buruk. Konsistensi dalam melakukan kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan dalam diri (Qusyairy, tt:206). Piring kedua dalam ritual mopohuta’o to pingge berisi jagung. Jagung adalah jenis tumbuhan yang seluruh bagiannya dapat memberikan manfaat. Buah jagung, batang dan daunnya dapat dimanfaatkan oleh manusia bahkan ternak. 268 Kemampuan memberi manfaat secara menyeluruh adalah simbol dari totalitas dalam berbuat baik atau ubudiyah. Ubudiyah adalah berbuat baik dengan sepenuh hati tanpa memikirkan efek negatif pada diri sendiri. Rela berkorban untuk kebaikan orang lain adalah hakikat dari ubudiyah (Qusyairy, tt:198-199). Remaja yang banyak mengidolakan superhero dapat diarahkan untuk menjadikan ubudiyah sebagai landasan moralitasnya. Seorang anak remaja bisa menjadi superhero bagi orang lain jika memiliki sikap ubudiyah. Membantu orang lain tidak harus dengan menjadi superhero. Menggunakan kemampuan terbatas yang dimiliki dapat membantu orang lain untuk memperoleh kemudahan dalam hidup. Buah jagung senantiasa tertutup kulitnya dan tidak terbuka kecuali dikuliti dengan sengaja. Memelihara diri dengan menutup tubuh sebagai ungkapan rasa malu merupakan hikmah yang didapatkan dari buah jagung. Malu akan mencegah seseorang melakukan kejahatan atau penyimpangan. Seseorang yang merasa diawasi oleh Tuhan akan malu melakukan kemaksiatan (Qusyairy, tt:198). Buah jagung merupakan simbol dari pengajaran kepada remaja untuk memelihara auratnya. Remaja cenderung untuk meniru dalam bertindak. Pakaian yang cenderung mengumbar aurat harus dihindari oleh anak remaja. Pergaulan bebas dan penyimpangan sex yang terjadi diawali dari hilangnya rasa malu pada diri seseorang. Piring ketiga dalam ritual mopohuta’o to pingge berisi beras. Beras merupakan hasil olahan dari padi. Filosofi yang terkenal dari padi adalah makin berisi makin menunduk. Padi merupakan simbol dari sifat tawadhu atau rendah hati. Seorang anak remaja yang terus tumbuh haruslah menjadi seseorang yang 269 makin rendah hati, dan bukan memupuk kesombongan dalam diri. Tanda kerendahan hati seseorang adalah tidak pernah menganggap bahwa dirinya lebih baik daripada orang lain (Qusyairy, tt:148). Filosofi beras yang terkenal adalah makin erat digenggam, maka makin hilang dari genggaman. Filosofi ini mengajarkan untuk tidak memperlakukan orang lain dengan kasar. Kecenderungan remaja untuk menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan harus dihilangkan. Kekerasan bukan solusi masalah. Tanda orang yang memiliki akhlak mulia adalah senantiasa memperlakukan orang lain dengan santun. Piring keempat berisi tala’a ngala’a atau uang logam dengan berbagai varian nilai. Tala’a berarti uang logam dan ngala’a berarti sekeluarga. Tala’a ngala’a menjadi simbol dari kebersamaan yang saling membantu dan saling membutuhkan. Seorang anak remaja harus menyadari bahwa dirinya tidak hidup sendiri, namun ada sanak saudara dan keluarga besar yang ada di sekelilingnya. Perbuatan baik yang dilakukan bukan hanya menjadi nilai positif untuk individu yang melakukannya tetapi untuk seluruh keluarganya. Sebaliknya pula perbuatan negatif yang dilakukan seseorang bukan hanya menjadi nilai buruk bagi pelakunya tetapi juga bagi seluruh keluarganya. Beras dan uang logam yang terisi pada piring ketiga dan keempat merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Piring yang berisi kebutuhan pokok tersebut diinjak dalam proses mopohuta’o to pingge, seolah semua itu tak berharga. Ritual ini memberikan pelajaran bahwa harta tidak menjadi tujuan hidup. Tidaklah pantas bagi seseorang untuk menukarkan harga dirinya dengan harta. Kefakiran dengan tetap memiliki kemuliaan jiwa adalah lebih baik daripada kemewahan 270 yang disertai kehinaan diri. Menolak kemewahan memang bukanlah sesuatu yang mudah, namun menyibukkan diri dengan urusan akhirat lebih penting. Keterlibatan remaja dalam kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, dan pemerasan adalah gambaran ketidakmampuan mereka untuk menolak godaan kemewahan. Kesedihan hidup atau al-huznu tidak menjadikan diri kecewa, tetapi justru dijadikan motivasi untuk bisa hidup lebih baik dengan cara yang baik. Memiliki harta itu penting, tetapi sekedar untuk keperluan diri saja. Memperoleh harta pun harus dengan cara yang halal. Memperbanyak harta juga dibolehkan asal dengan tujuan untuk bisa membantu orang lain yang berkekurangan (Al-Jauzy, 2005:203). Menginjak beras dan tala’a ngala’a diharapkan mampu menumbuhkan sifat juud dan sahko atau kedermawanan hati. Memandang harta sebagai sesuatu yang harus digunakan untuk dapat membantu orang lain, dan bukan untuk membanggakan diri. Tujuan utama kedermawanan adalah menghilangkan kesenjangan dalam kehidupan sosial (Qusyairy, tt:248). Piring kelima berisi polohungo atau daun puring. Masyarakat Goronalo menggunakan polohungo sebagai tanaman hias depan rumah. Polohungo terlihat indah karena keragaman warna yang terdapat pada daunnya. Polohunga menjadi simbol dari keragaman akhlak mulia yang terkumpul pada diri seseorang. Seseorang akan tampak sangat baik jika orang tersebut memiliki berbagai kebaikan. Terkumpulnya berbagai akhlak mulia pada diri seseorang menjadikan orang tersebut sempurna akhlaknya. Para remaja diberi kesadaran untuk berbuat baik di mana saja dan kepada siapa saja. Berbuat baik tidak hanya dilakukan 271 kepada orang yang dikenal tetapi kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Berbagai jenis kebaikan dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Perbuatan buruk pun harus dihindari oleh siapa saja dan di mana saja. Hasan al-Bashry menegaskan bahwa seseorang tidak akan pernah dijauhi oleh orang lain jika menghindari perbuatan buruk, memperlihatkan adab yang baik serta mencegah diri untuk menyakiti orang lain (Qusyairy, tt:285). Polohungo biasanya ditanam di sekeliling rumah, difungsikan sebagai pagar. Pagar pada zaman dahulu bukan difungsikan untuk keamanan rumah dari para pencuri namun dari masuknya hewan ternak atau hewan buas lainnya ke pekarangan rumah. Polohungo yang berfungsi sebagai pagar menjadi simbol dari ikhtiar atau usaha. Menggantung harapan saja tidak cukup tanpa melalui usaha. Remaja diminta menyadari bahwa harapan dan doa harus dibarengi dengan usaha dan kerja keras. Kebaikan hidup tidak bisa dicapai hanya dengan angan-angan semata, harus disertai usaha dan doa (Qusyairy, tt:162). Polohungo dalam bahasa Gorontalo berarti pula ‘banyak buah”. Polohungo menjadi simbol pengajaran kepada remaja untuk memberi banyak manfaat kepada orang lain. Kebaikan yang telah diberikan kepada orang lain bukan berarti telah gugurnya kewajiban untuk berbuat baik. Kebaikan harus senantiasa dilakukan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan untuk kebaikan. Piring keenam berisi bakohati lo umoonu. Bakohati lo umoonu adalah kotak kecil yang berisi berbagai jenis alat rias dan wangi-wangian. Kotak tersebut 272 menjadi simbol dari kewajiban wanita untuk senantiasa menjaga penampilan dan kecantikannya. Setiap wanita terlahir dengan kecantikannya, menjaga kecantikan adalah salah satu bentuk syukur atas nikmat tersebut. Perlu kembali ditekankan bahwa penampilan fisik bukan segalanya. Kepribadian yang mulia dan memantaskan diri dalam pergaulan sosial lebih utama untuk dilakukan. Wewangian yang dipakai baik untuk orang-orang di sekitar, tapi akhlak mulia lebih dibutuhkan oleh lingkungan. Piring terakhir dalam proses mopohuta’o to pingge berisi bulewe atau mayang pinang. Makna bulewe adalah kehidupan sosial yang harus dijalani seseorang sebagaimana makna bulewe dalam proses momuhuto. Kehidupan sosial adalah kehidupan yang saling bergantung satu sama lainnya. Tidak seorang pun yang memenuhi sendiri segala bentuk kebutuhannya. Setiap orang membutuhkan orang lain atau bahkan kelompok lain untuk dapat memenuhi kebutuhannya seperti sandang, pangan dan papan. Adanya saling ketergantungan mewajibkan setiap orang untuk menghargai orang lain, serta berbuat baik kepada orang lain. Kekayaan yang dimiliki tidak menghilangkan ketergantungan seseorang kepada orang lain. Konsep hidup sosial yang disimbolkan dengan bulewe kembali diulang untuk menekankan kepada remaja pentingnya hidup bersama dan saling menghidupkan. Futuwwah atau kemurahan hati kepada orang yang membutuhkan merupakan sikap yang penting untuk dimiliki dalam kehidupan sosial. Futuwwah menghapuskan dikotomi sosial dalam masyarakat. Orang miskin merasa senang karena dibantu oleh orang kaya, orang kaya hidup tenang dengan kekayaannya 273 karena dilindungi oleh orang miskin. Hilangnya futuwwah dalam kehidupan sosial dapat berakibat meningkatnya kriminalitas. Orang miskin terancam kelaparan sehingga harus merampas hak dari orang kaya, sementara orang kaya merasa terancam hidupnya karena menjaga kekayaanya. Futuwwah melahirkan rasa cinta dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat (Qusyairy, tt:227). Kenakalan remaja yang terus meningkat semakin meresahkan masyarakat, khususnya para orang tua. Kenakalan remaja yang paling sering terjadi adalah tawuran. Tawuran antar remaja bahkan bisa mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Guna mengantisipasi bentuk kenakalan remaja seperti ini maka perlu ditanamkan kepada para remaja pentingnya persahabatan. Bulewe mengajarkan kehidupan bersama yang harmonis dalam persahabatan. Keragaman ukuran dalam bulewe menciptakan keindahan. Remaja perlu mengerti bahwa keragaman dalam kehidupan sosial bukan menjadi alasan untuk saling menyakiti. Keragaman justru menjadi alasan untuk saling memberi dukungan dalam kehidupan bersama. Bulewe berisi bakal pinang dalam berbagai ukuran. Setiap bakal pinang tumbuh dan berkembang dengan baik di antara ribuan bakal pinang yang lain. Semua bakal pinang dalam bulewe tumbuh secara teratur dan tidak saling mendahului antar satu dan lainnya. Bulewe menjadi simbol kebebasan hidup setiap orang. Siapa saja dapat menikmati kehidupannya dengan baik, tetapi tidak dengan mengganggu kehidupan orang lain. Semua orang memiliki hak yang sama untuk hidup dengan aman, dan juga memiliki kewajiban yang sama untuk tidak menggangu kehidupan orang lain. Al-hurriyah atau kebebasan dan kemerdekaan dalam hidup menjadi anugerah Tuhan kepada manusia. Kebebasan dari 274 penindasan dan kezholiman pihak lain merupakan sunnatulah, dan tidak boleh dirampas oleh siapa pun (Qusyairy, tt:218-219). Kebebasan bagi remaja adalah kebebasan dalam memilih perbuatan yang ingin dilakukan. Perlu ditekankan bahwa perbuatan yang menjadi pilihan para remaja harus berdampak positif bagi dirinya dan orang lain. Adanya kebebasan memilih menjadikan seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya (Dahlan dkk, 2003:14). Sebelum pertanggung jawaban di akhirat ada pertanggung jawaban duniawi di depan manusia. Pilihan perbuatan yang dapat mendatangkan kerugian bagi diri dan orang lain harus senantiasa dihindari. Kenakalan remaja yang merampas kebebasan orang lain harus segera ditekan seminimal mungkin, bahkan hingga dihilangkan. Kekerasan yang dilakukan oleh remaja dapat dihapuskan dengan kesadaran akan hak kebebasan setiap orang dalam hidup. Perangkat adat lain dalam proses ritual mopohuta’o to pingge adalah enam buah baki yang diisi dengan beragam jenis bahan lain. Baki pertama berisi tunas kelapa. Tunas kelapa adalah simbol dari generasi muda yang diharapkan dapat menggantikan generasi tua. Generasi muda kelak akan tumbuh dan melanjutkan pekerjaan generasi tua, serta diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada apa yang telah dihasilkan generasi sebelumnya. Pekerjaan yang kelak akan dibebankan kepada generasi muda bukanlah pekerjaan mudah dan ringan. Generasi muda dituntut untuk bekerja keras agar mendapatkan kemuliaan dalam hidup. Generasi muda harus bisa lebih baik daripada generasi sebelumnya. 275 Tumula merupakan simbol pengharapan yang baik kepada para generasi muda. Pengharapan terhadap generasi muda harus dijawab oleh para remaja dengan usaha keras. Remaja dituntut untuk mempersiapkan diri lebih baik untuk memikul beban yang akan disematkan di punggung mereka. Para remaja harus segera memulai untuk bermujahadah. Mujahadah dalam pengertian melatih diri untuk senantiasa mengerjakan kebaikan dan menjauhi tindakan yang buruk (Gulen, 2007:223). Mujahadah harus dilakukan selagi muda karena keterbatasan fisik akan menjadi penghalang jika mujahadah dilakukan di masa tua (Qusyairy, tt:98). Kelapa adalah tumbuhan yang dapat diambil manfaatnya baik dari buah, daun, batang, bahkan akar. Kelapa dalam ritual mopohuta’o to pingge memberikan pesan kepada remaja untuk dapat berbagi kebaikan dengan orang lain menggunakan semua potensi yang dimiliki. Setiap orang memiliki potensi kebaikan dalam dirinya. Membangun potensi untuk berbuat baik harus diawali dengan keinginan atau irodat. Irodat atau keinginan untuk senantiasa melakukan kebaikan menjadi penting bagi remaja, karena irodat dapat menghindarkan diri dari keinginan atau niat melakukan kejahatan serta keingkaran terhadap perintah Allah (Qusyairy, tt:201). Tunas kelapa disebut tumula dalam bahasa Gorontalo. Tumula berarti pula hidup atau memberi kehidupan. Tumula dalam arti memberi kehidupan adalah simbol dari kepedulian dan kedermawanan. Kepedulian kepada orang lain dilakukan dengan cara membantu orang yang membutuhkan, meskipun hanya dengan melakukan konfrontasi terhadap orang yang tidak memiliki kepedulian 276 (Bahjat, 1984:153). Tumula menjadi simbol dari futuwwah dan juud wa sakho’. Tumula mengajarkan tentang peran aktif dalam kehidupan sosial agar semua orang dapat menikmati kehidupan yang baik. Baki kedua berisi tujuh buah jeruk dan tujuh keping uang logam yang ditancapkan di atas beras. Baki ini disebut hulanthe. Hulanthe merupakan simbol dari berbagai kebutuhan manusia. Jeruk mewakili berbagai jenis rempah dan penyedap, beras yang menjadi bahan makanan pokok, dan uang simbol dari harta. Jeruk bagi masyarakat Gorontalo dikenal dengan manfaat pohinggi uhi luwiluwita atau menghilangkan bau dan rasa tidak sedap. Jeruk diletakkan di antara beras dan uang logam, sebagai nasehat bahwa harta yang dimiliki harus senantiasa dibersihkan. Membersihkan harta yaitu dengan jalan sedekah dan zakat kepada kaum yang berhak menerimanya. Hulandhe diberikan kepada Hulango yang telah membantu proses beati setelah seluruh rangkaian upacara selesai. Remaja diajarkan untuk senantiasa berbagi dengan orang lain. Perlu diketahui pula oleh para remaja bahwa di dalam harta yang dimiliki terdapat hak orang lain. Allah memerintahkan manusia untuk selalu berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Mau berbagi dengan orang lain adalah bentuk sikap ridha dengan apa yang diperintahkan Tuhan. Remaja harus dibiasakan untuk berbagi dengan orang lain, dan melatih diri untuk ikhlas dalam beramal. Melatih diri agar tidak berharap pujian dari manusia lain dalam beribadah, atau sengaja melakukan ibadah agar beroleh kemuliaan di depan manusia. 277 Baki ketiga berisi lampu minyak yang dikelilingi oleh lima mangkuk beras berwarna warni. Lampu minyak tersebut disebut tohetutu, dan beras berwarna warni disebut pale yilulo. Warna-warna beras tersebut adalah putih, hitam, hijau, merah dan kuning. Warna-warna tersebut menjadi simbol dari komposisi tubuh manusia yaitu darah putih, daging, urat, darah dan sumsum. Tohetutu adalah simbol dari penerang atau hidayah yang menerangi kehidupan manusia. Pale yilulo memberikan gambaran bahwa manusia memiliki struktrur tubuh yang rumit dan sempurna. Di sisi tengah terdapat tohetutu yang menunjukkan kebutuhan manusia akan petunjuk yang tidak bisa sepenuhnya didapatkan dari petunjuk akal. Baki kelima mengajarkan tentang kesempurnaan penciptaan manusia, namun tetap membutuhkan penerang dalam menjalani hidup. Remaja adalah usia belajar dan mulai mendapatkan berbagai jenis pengetahuan. Perlu disadari bahwa banyaknya pengetahuan yang dimiliki harus selalu dibarengi dengan pengetahuan agama. Bimbingan ilmu agama senantiasa dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Agama senantiasa mengajarkan dekatnya Tuhan dan manusia (sebagaimana dekatnya tohetutu dan pale yilulo) sehingga manusia harus senantiasa mengintropeksi diri dan mendisiplinkan hati (Qusyairy, tt:192). Tohetutu dan pale yilulo menjadi pengajaran untuk membangun kesadaran diri akan dekatnya Tuhan dalam kehidupan hamba. Kesadaran diri akan dekatnya Tuhan disebut muroqobah. Muroqobah membangun kesalehan dalam diri karena senantiasa memilih apa yang menjadi pilihan Tuhan. Muroqobah mendekatkan diri kepada amalan yang diperintahkan Tuhan serta menghindari larangan Tuhan, 278 karena merasa diri senantiasa dalam pengawasanNya (Syukur, 2003: 34). Imam Qusyairy menyebut muroqobah sebagai pembawa sikap khauf yang menjadikan seorang hamba menghindari kemaksiatan, dan juga membawa raja’ yang mendorongnya untuk taat kepada Allah (Qusyairy, tt:191). Baki keempat berisi mayang pinang yang telah merekah. Mayang pinang yang telah merekah disebut malongo’alo dalam bahasa Gorontalo. Malongo’alo berarti pula telah keluar atau tumbuh. Mayang pinang yang telah merekah selanjutnya akan mengeluarkan biji bakal pinang. Biji bakal pinang tersebut akan berkembang di luar mayang pinang. Seorang anak yang mulai beranjak dewasa akan mulai banyak beraktivitas di luar pengawasan orang tuanya. Seorang remaja bisa disebut malongo’alo karena telah tumbuh dan mulai berkembang dengan kehidupannya sendiri. Remaja yang akan memulai kehidupannya sendiri harus mempersiapkan diri menghadapi kehidupan orang dewasa. Kehidupan orang dewasa tidak seperti kehidupan anak-anak yang selalu mengisi waktu dengan bermain. Bulewe malongo’alo mengajarkan kepada remaja tentang tantangan kehidupan yang besar telah menanti. Kehidupan yang sebenarnya menuntut kesabaran dan harus menanggalkan sikap egoisme kekanak-kanakan. Banyak cobaan hidup yang harus dihadapi dengan kesabaran. Mayang pinang yang masih utuh melindungi sepenuhnya bakal pinang yang ada di dalamnya. Mayang pinang yang telah merekah membiarkan bakal pinang tumbuh sendiri. Anak kecil ibarat bakal pinang yang ada dalam mayang pinang belum merekah dan masih dalam asuhan orang tuanya. Bakal pinang yang terus berkembang dan keluar dari 279 mayang pinang seperti remaja yang secara perlahan mulai belajar hidup mandiri. Remaja mulai membiasakan diri mengambil keputusan benar yang harus dia pertanggungjawabkan, berbeda dengan anak kecil yang masih dalam asuhan ibunya. Baki kelima berisi kotak wewangian atau bako hati lo umoonu. Pengulangan kembali baki yang berisi kotak wewangian adalah simbol dari penekanan terhadap remaja untuk selalu mempercantik diri. Mempercantik diri bukan hanya dengan keindahan penampilan fisik namun dengan kecantikan pribadi. Remaja harus membiasakan diri untuk selalu berperilaku baik. Perilaku baik seperti wewangian yang senantiasa memberi keharuman kepada orang sekitar. Baki terakhir berisi tebu. Tebu dalam bahasa Gorontalo disebut patodu. Tebu identik dengan rasa manis. Rasa manis membuat tebu disukai. Nasehat bahwa remaja yang senantiasa berperilaku baik akan disukai pula dalam pergaulan sosial. Sepah tebu dibuang orang karena hilangnya rasa manis pada tebu. Sebuah bentuk pengajaran kepada remaja bahwa hilangnya kepribadian baik pada diri seseorang, menjadikan orang tersebut diasingkan dari pergaulan sosial. Nilai etis Mopohuta’o to pingge mengajarkan wara’, ahkam safar, syukur, sabar, futuwwah, ikhlas, istiqomah, kewalian, ubudiyah, malu, tawadhu, muhashabah, ridha, juud wa sakha, kesedihan, adab, ikhtiar, tawakkal, kebebasan, mujahadah, irodat, muroqobah dan sabar. Nilai etis dalam proses Mpohuta’o to pingge diharapkan dapat mencegah bentuk-bentuk kenakalan 280 remaja seperti tawuran, atau kenakalan lain yang menyebabkan kerugian materi. Diharapkan pula dapat mencegah kenakalan remaja yang berbentuk perlawanan terjadap status, misalnya ahkam safar mencegah remaja kabur dari rumah orang tuanya. 5. Deontologisme Mome’ati Mome’ati merupakan ritual utama dari seluruh rangkaian upacara adat beati. Bai’at adalah bentuk kepasrahan dan ketaatan terhadap seseroang. Mome’ati menuntut seseorang untuk patuh dan taat terhadap ajaran agama. Kepatuhan terhadap ajaran agama menjadikan seseorang baik dalam pandangan agama. Upacara adat beati mengajari remaja yang beranjak dewasa berbagai tata aturan yang ditetapkan oleh agama. Pemahaman ajaran agama diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Rukun Islam, rukun Iman, dan rukun Ihsan merupakan hal-hal pokok yang menjadi materi pengajaran dalam proses mome’ati. Rukun Islam merupakan materi pertama dan utama yang diajarkan dalam proses mome’ati. Imamu atau tokoh agama yang membimbing proses mome’ati menjelaskan tentang rukun Islam. Berbagai kewajiban seorang muslim yang diatur dalam rukun Islam seperti membaca syahadat, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa, dan menunaikan haji dijelaskan dalam pembahasan tentang rukun Islam. Pengajaran tentang rukun Islam disertai berbagai dalil Qur’ani yang mengatur berbagai kewajiban bagi seorang muslim. Anak memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilihat dari orang dewasa. Beranjak 281 dewasa sang anak harus diberi pengertian yang utuh tentang suatu kewajiban. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang mengatur kewajiban dalam rukun Islam perlu dijelaskan agar tidak terjadi taklid buta terhadap ajaran agama. Rukun Iman adalah materi yang diajarkan setelah rukun Islam. Rukun Iman terdiri atas iman kepada Allah, iman kepada para malaikat, iman kepada para nabi dan rasul, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada ketentuan baik dan buruk. Iman merupakan hal penting yang harus ditanamkan sejak dini. Masa remaja adalah masa berkembangnya pengetahuan dan tumbuhnya sikap kritis seseorang. Iman dijadikan filter dalam memilih pengetahuan yang pantas untuk dijadikan pedoman. Imamu selanjutnya menjelaskan tentang rukun Ihsan. Rukun Ihsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika tidak mampu melihatnya maka yakinilah bahwa Allah melihatmu. Rukun Ihsan diajarkan kepada remaja agar senantiasa berbuat baik dan menjaga perbuatannya. Kesadaran akan kedekatan Allah juga menumbuhkan rasa optimisme karena adanya tempat bersandar dalam setiap kesulitan hidup. Rukun Ihsan mengajarkan ubudiyah menurut pemahaman Dzun Nuun al-Mishry yaitu kesadaran menghambakan diri kepada Tuhan dalam setiap kondisi sebagaimana Dia menjadi Tuhan bagi kita dalam setiap kondisi (Qusyairy, tt:198). Perangkat adat yang digunakan dalam proses mome’ati adalah pu’ade lo be’ati. Pu’ade lo be’ati adalah pelaminan yang khusus digunakan untuk proses mome’ati. Pelaminan pu’ade lo be’ati berbeda dengan pelaminan untuk acara 282 pernikahan. Pelaminan pu’ade lo be’ati lebih kecil daripada pelaminan pernikahan dan hanya memiliki satu kursi. Sang gadis duduk di atas pu’ade lo be’ati yang merupakan simbol dari tempat terhormat dan mewah. Pu’ade lo be’ati memberi pelajaran kepada remaja bahwa dirinya adalah orang yang terhormat. Orang terhormat harus senantiasa menjaga kehormatannya dan menghindarkan diri dari berbagai sifat dan sikap yang dapat menghinakan dirinya. Mome’ati dalam terang etika Qusyairy mengajarkan tentang yaqin, taqwa, khauf dan raja’, ubudiyah, ikhlas, muroqobah, ma’rifat, dan mahabbah. Kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan dan pemerasan dapat dicegah dengan nilai-nilai etis dalam Mome’ati. Diharapkan pula nilai etis mome’ati dapat mencegah kenakalan remaja yang merupakan perlawanan terhadap status seperti bolos sekolah dan melawan guru. 6. Deontologisme Mohatamu Mohatamu berarti khatam Qur’an atau menyelesaikan bacaan al-Qur’an. Mohatamu adalah ritual adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Gorontalo ketika seorang anak pertama kali menyelesaikan bacaan al-Qur’an. Mohatamu menjadi proses akhir dari seluruh rangkaian upacara adat beati. Mohatamu dipandang penting bagi remaja untuk karena membaca al-Qur’an merupakan pintu untuk mengetahui Firman-Firman Allah dalam Kitab Suci. Ritual mohatamu dilaksanakan agar tumbuh kecintaan untuk membaca al-Qur’an. Membaca alQur’an adalah sebuah bentuk ibadah kepada Allah, dan juga pelajaran bagi pembacanya. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang 283 sangat besar, karena yang dibaca adalah wahyu dan kalam Ilahi. Membaca alQur’an bukan hanya merupakan ibadah tetapi juga menjadi obat penawar bagi orang yang jiwanya sedang gelisah (Dahlan dkk, 2003:60). Mohatamu dalam akhir upacara adat beati memberikan penekanan pada remaja untuk senantiasa berpegang pada al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Semua masalah yang dibicarakan dalam al-Qur’an sebagai jawaban atas persoalan kemanusiaan dan kehidupan duniawi. Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab yang hanya berbicara tentang Tuhan, surga, neraka, malaikat, setan, makhluk ghaib, kematian dan akhirat. Al-Qur’an bukan pula hanya membahas diri Tuhan sebagai fokus perbincangan, melainkan juga tentang sejarah dunia dan alam semesta beserta segala isinya (Mulkhan, 2007:38). Pemahaman terhadap al-Qur’an sebagai sebuah kitab yang membahas masalah kehidupan dan kemanusiaan, haruslah menjadi alasan keyakinan remaja menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya Mohatamu mengajarkan tentang ridha, ubudiyah, zikir, dan taqwa. Berbagai nilai etis tersebut mengajarkan kedekatan dengan Tuhan. Keyakinan akan dekatnya diri dengan Tuhan diharapkan dapat membawa ketenangan jiwa dan perbaikan perilaku. Perilaku yang mulia menjauhkan seorang remaja dari berbagai jenis kenakalan remaja, baik kenakalan yang merugikan materi, kenakalan yang menimbulkan korban fisik, maupun kenakalan yang merupakan pengingkaran terhadap status. 284 Pembinaan moral remaja dimaksudkan untuk mewujudkan manusia yang ideal. Konsep ideal yang dimaksud adalah anak yang memiliki moral sesuai dengan tuntunan agama (Sudarsono, 148:1991). Setiap anak memiliki potensi akhlak dan orang tua serta lingkungan mempengaruhi perkembangan akhlak anak. Nilai etis beati menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri remaja agar menjadi seorang muslim yang taat serta sanggup hidup bermasyarakat dengan baik. Beati bermaksud membangun kesadaran remaja tentang kewajiban dirinya. Membangun pemahaman remaja bahwa manusia yang terdiri atas tubuh dan jiwa yang masing-masing memiliki kebutuhan dan tuntutan sendiri-sendiri. Hal ini agar remaja berhati-hati dalam menjaga keseimbangan yang tepat antara tubuh dan jiwa. Seorang muslim ideal tidak memberikan perhatian pada salah satu unsur dengan mengorbankan unsur yang lain. Perhatian yang sama kepada masingmasing unsur diperlukan untuk membangun kepribadian yang seimbang, dan selalu mengikuti tuntunan ajaran agama (al-Hasyimi, 2002:667). Perkembangan teknologi dan masuknya budaya asing boleh dimanfaatkan atau diikuti oleh siapa saja. Namun remaja diingatkan untuk tidak ditundukkan oleh ciptaan manusia. Kecenderungan untuk mengikuti keinginan hati dikecam keras oleh sistem teologi Islam. Beberapa pemikir Islam memandang bahwa hal seperti ini merupakan kebodohan serius. Bahkan sikap yang demikian merupakan bentuk kemusyrikan. Seperti praktek keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Arab pra-Islam. Mereka menciptakan tuhan-tuhan Latta dan Uzza untuk disembah, kemudian di saat yang lain tuhan-tuhan tersebut dihancurkan karena tidak lagi sesuai dengan kepentingan si pembuat (Mulkhan, 2007:276). 285 Perjalanan panjang kehidupan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Upacara adat beati merupakan produk kebudayaan yang lahir dari proses kreatif pemikiran rasional. Produk kebudayaan disusun guna menjawab persoalan yang dihadapi umat manusia di suatu zaman. Produk ini menjelaskan fenomena alam dan kemanusiaan, dan sebagai bagian dari rancangan sebuah tata kehidupan di masa depan. Manusia senantiasa berusaha menemukan kebenaran dan menata kehidupan berbasis kebenaran tersebut (Mulkhan, 2007:114). Beati mengajarkan bagaimana seorang remaja menjalani kehidupan sebagai seorang muslim dewasa. Beati menekankan pada pentingnya ketaatan seorang hamba terhadap berbagai perintah yang telah disampaikan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Seluruh proses adat dan simbol adat yang digunakan dalam upacara adat Beati memberikan bimbingan kepada remaja bagaimana seharusnya menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. 286 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Nilai etis yang terkandung dalam Kitab Risalah Qusyairiyah adalah berbagai sikap dan perilaku yang harus dilakukan oleh seroang untuk menjadi seorang muslim ideal. Imam Qusyairi menyebut sikap dan perilaku tersebut dengan istilah maqamaat. Adapun maqamat tersebut adalah tobat, mujahadah (usaha keras), khalwat dan uzlah (mengasingkan diri untuk kekhusyukan ibadah), taqwa, wara (menjauhi sesuatu yang meragukan), zuhud (hidup dalam kesederhanaan), shumtu (diam), khauf (takut), raja’ (pengharapan), huzn (sedih), al-juu’ wa tarkusyahwah (lapar dan meninggalkan syahwat), khusyu’ dan tawadhu’, mukhalafatunnafs (melawan hawa nafsu), hasad (dengki), ghibah (pergunjingan), qana’ah (merasa berkecukupan), tawakkal, syukur, yakin, sabar, muroqobah (mendekatkan diri pada Tuhan), ridha, ubudiah (ketaatan sejati), irodah (keinginan keras), istiqomah, ikhlas, shidqu (kejujuran), haya’ (rasa malu), hurriyyah (kebebasan), dzikir, futuwah (kepedulian terhadap orang lain), khulq (perilaku mulia), juud wa sakha (kedermawanan), wilayah (kewalian), doa, fakru (kefakiran), tasawuf, adab, ahkam safar (memahami tata aturan bepergian), shohbah (persahabatan), 287 tauhid, makrifat (mengenal Allah melalui sifat-sifatNya), mahabbah (cinta), syauq (rindu), hifdzu qolbil syaikh (menjaga perasaan guru atau pembimbing), sima’ (mendengar kebaikan) 2. Nilai etis yang diungkapkan di dalam upacara adat Beati, baik dalam proses maupun perangkat adat yang digunakan adalah menjaga kebersihan diri, kesederhanaan, keteguhan hati, kerja keras, rendah hati, menjaga kesucian diri, menjaga kehormatan diri dan keluarga, kehati-hatian dalam menjalani hidup, memelihara alam, amanah, konsisten, dermawan, senantiasa berbuat baik, yakin akan kekuasaan Tuhan, berperilaku mulia, melaksanakan perintah agama, dan mempelajari ajaran agama. 3. Nilai etis upacara adat Beati dalam perspektif etika Qusyairi yang terkandung dalam setiap proses dan perangkat adat adalah sebagai berikut: Molungudu mengajarkan tobat atau menghindarkan diri dari berbagai kemaksiatan dan pelaku maksiat, khalwat dan uzlah atau memisahkan diri dan jiwa dari berbagai hal yang dapat menyesatkan jiwa serta kesendirian untuk mendapatkan ketenangan dalam beribadah, as-shumtu atau diam yang berarti menjaga lisan dari berbagai perkataan tercela, menghindari ghibah atau bergunjing, malu untuk berbuat maksiat, zuhud atau hidup dalam kesederhanaan, serta mushohabah atau menjaga persahabatan. Momontho mengajarkan istiqomah atau konsistensi dalam melaksanakan ajaran agama, taqwa sebagai pelindung diri dari berbagai kemaksiatan, dan ubudiyah atau totalitas dalam berbuat baik. Momuhuto mengajarkan kewalian atau ketetapan hati untuk senantiasa mengabdi pada Allah, hifdzu qolbil masyayikh atau 288 penghormatan kepada guru, tawadhu atau rasa rendah hati, mujahadah atau usaha keras dalam melakukan sesuatu, menghindari ghibah atau pergunjingan, roja’ atau optimisme dalam membangun harapan, kejujuran, futuwwah atau cinta kasih kepada sesama, mukholafatunnafsi atau melawan hawa nafsu, qana’ah atau rasa puas dengan apa yang dimiliki, menghindari hasad atau dengi, dan as-sima’ atau pembiasaan diri mendengarkan kebaaikan. Mopohuta’o to pingge mengajarkan wara atau kehati-hatian, memahami ahkaam safar atau hukum bepergian, syukur, sabar, futuwwah atau kecintaan kepada sesama, ikhlas, istiqomah atau konsistensi dalam menjalankan ajaran agama, kewalian atau ketetapan hati untuk senantiasa mengabdi pada Allah, ubudiyah atau totalitas dalam berbuat baik, malu, tawadhu atau rendah hati, mushohabah atau menjaga persahabatan, ridha atau berbesar hati menerima ketentuan Allah, juud wa sakho’ atau kedermawanan, al-huznu atau kesadaran bahwa kebahagiaan didapatkan melalui kesulitan, adab, ikhtiar atau usaha, tawakkal, kebebasan, mujahadah atau usaha keras, irodat atau keinginan kuat, muroqobah atau kedekatan dengan Tuhan, dan sabar. Mome’ati mengajarkan yaqin atau keyakinan tentang Sang Khaliq, taqwa, khauf dan roja’ atau rasa takut sebagai motivasi dalam ibadah dan pengharapan akan pengampunan, ubudiyah atau totalitas dalam berbuat baik, ikhlas, muroqobah atau kesadaran akan kedekatan Tuhan, ma’rifat atau pengenalan terhadap Tuhan, dan mahabbah atau cinta kepada Allah. Berbagai nilai etis tersebut memberikan bimbingan moral kepada para remaja agar terhindar dari berbagai jenis kenakalan remaja, serta