perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri otomotif telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan para pelaku industri otomotif terus berusaha menciptakan produk-produk yang berkualitas. Produk-produk inilah yang nantinya akan menentukan bagaimana penilaian pasar terhadap produsen otomotif itu sendiri, oleh karena itu, para pelaku industri otomotif selalu melakukan pengembangan dalam menghasilkan produk. Guna menunjang usaha tersebut dibutuhkan proses produksi yang produktivitasnya tinggi, hasil bagus dan murah. Resistance Spot Welding atau biasa disebut Las Titik Tahanan Listrik merupakan salah satu jenis las yang dapat digunakan dalam proses manufaktur otomotif yang digunakan untuk menyambung satu atau lebih plat logam. Las ini bekerja dengan cara mengalirkan sebuah arus listrik menuju benda kerja yang dilas melalui elektroda yang juga memberikan gaya tekan sehingga timbul panas yang dibutuhkan pada daerah lasan (Nugget) yang terdapat tahanan listrik. Elektroda umumnya diposisikan mengapit benda kerja baik salah satu atau keduanya yang bergerak menuju dan memberi gaya ke benda kerja. Arus listrik las berkisar 4 – 20 kA yang biasanya digunakan untuk pengelasan tunggal. Arus listrik bergantung pada material yang dilas dan ketebalan benda kerja. Kelebihan Las Titik Tahanan Listrik ini adalah tidak menggunakan logam pengisi (Filler Metal), biaya operasional lebih efisien, efektif, akurasi dimensional yang baik, dan handal. Las titik dapat digunakan untuk menyambung beberapa material logam dan plat – plat dengan ketebalan berbeda secara bersama – sama tanpa adanya deformasi yang besar. Las titik dapat berproduksi dalam skala besar dengan jumlah pekerja yang sedikit dan dapat dioperasikan dengan mudah. Perkembangan penelitian dalam simulasi las titik tahanan listrik terus berkembang dari tahun ke tahun yang mana hal ini tidak terlepas dari industri otomotif yang memiliki kecenderungan untuk menggunakan segala macam bentuk perkembangan dari teknologi pada las jenis ini, seperti penyambungan komponen – komponen body sheet dengan rangka (frame) dan baja karbon rendah yang belum mengalami proses pelapisan. commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id Yeung dan Thornton (1999) membuat analisis dengan sebuah model parametrik yang dikembangkan untuk memprediksi perilaku termal dari elektroda las titik pada benda kerja dua lapis plat aluminium. Penelitian ini mempelajari hubungan antara daya masukan (power input) dengan temperatur maksimum. Hasil dari penelitian ini adalah ketika kondisi daya masukan penuh dan gaya tekan elektroda maksimum maka temperatur maksimum meningkat dari 632oC menjadi 1245oC. Penelitian yang dilakukan oleh Yeung dan Thornton (1999) tersebut menjadi salah satu motif penelitian bagi Zhigang, et al. (2006) yaitu dengan membuat kajian analisis numerik proses las titik tahanan listrik dengan Metode Elemen Hingga 2 Dimensi Axisymmetric. Kajian ini untuk menganalisis perilaku termal transien dari benda kerja dua lapis plat Stainless Steel. Penelitian ini mengamati hubungan antara properties material, distribusi temperatur dan kondisi batas konveksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi batas konveksi sebesar 25 W/m2.C memberikan temperatur maksimum sebesar 2127oC pada temperatur – temperatur yang terdistribusi. Pengembangan yang dilakukan oleh Zhigang, et al. (2006) dari penelitian yang dilakukan oleh Yeung dan Thornton (1999) adalah membuat kondisi yang lebih spesifik yaitu kondisi 2 Dimensi Axisymmetric. Analisis Elemen Hingga dari proses RSW (Resistance Spot Welding) dari elektroda tembaga dengan benda kerja dua lapis plat mild steel yang dilakukan oleh Thakur, et al (2010). Simulasi ini meneliti hubungan antara gaya tekan elektroda dan arus listrik terhadap nilai tegangan von mises maksimum dan temperatur maksimum pada formasi pembentukan nugget. Hasil penelitian memberikan tegangan maksimum sebesar 2,81 kPa dan temperatur maksimum 1559oC. Penelitian yang dilakukan oleh Thakur, et al. (2010) memiliki kemiripan konsep dengan yang dilakukan oleh Zhigang, et al. (2006) namun memiliki perbedaan pada benda kerja yang dilas yaitu Stainless Steel oleh Zhigang, et al. (2006) dan Mild Steel oleh Thakur, et al. (2010). Selain itu, Thakur, et al. (2010) juga menganalisis nilai tegangan von mises. Beberapa penelitian di atas ada yang menekankan dalam pengkajian formasi nugget dalam dan membuat pemodelan commitdengan to userMetode Elemen Hingga 2 Dimensi 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Axisymmetric. Semua pembahasan penelitian tersebut memberikan hasil yang sangat mendetail walaupun pemodelan yang dilakukan pasti memiliki proses yang rumit dan pemakaian jenis elemen yang terlalu kompleks seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Thakur, et al. (2010) yang harus menggunakan advanced coupled field element PLANE223, CONTA172 dan TARGE169. Elemen – elemen tersebut dapat diganti oleh elemen yang lebih sederhana yaitu PLANE42 dan CONTAC48 yang memiliki keunggulan yaitu tidak perlu memberikan definisi area kontak yang lebih detail antara ujung elektroda dengan plat dan juga menggunakan kondisi 2 Dimensi Axisymmetric seperti yang dilakukan oleh Thakur, et al. dan Zhigang, et al. Penelitian ini akan membuat sebuah pemodelan yang dapat memberikan hasil yang aplikatif dengan memberikan beberapa variabel berbeda seperti gaya tekan elektroda dan tegangan dalam lima variasi nilai yang berbeda tiap variabelnya dengan suatu kondisi batas konveksi tertentu. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana membuat pemodelan las titik tahanan listrik 2-D dengan suatu definisi bahasa program yang sesuai agar dapat mengetahui pengaruh variasi ketebalan plat terhadap nilai tegangan Von Mises dan distribusi temperatur pada pemodelan las titik tahanan listrik dengan benda kerja dua lapis plat Stainless Steel Grade 316 dengan perangkat lunak ła ̜ 1.3 Batasan Masalah ê APDL. Agar arah penelitian lebih jelas dan tidak terlalu meluas maka ditentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut : 1. Masalah pada penelitian ini dibatasi pada pemodelan dengan kondisi steadystate atau tidak terpengaruh waktu. 2. Gaya tekan elektroda sebesar 2,85 kN. 3. Lima variasi ketebalan plat berkisar antara 0,6 mm hingga 1,0 mm. 4. Material yang dilas adalah Stainless Steel dengan Grade 316. 5. Kondisi batas konveksi 25 W/m2.C. 6. Temperatur lingkungan (Ambient Temperature) 25oC. commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh variasi ketebalan plat terhadap nilai tegangan Von Mises dan distribusi temperatur pada pemodelan las titik tahanan listrik dengan benda kerja dua lapis plat Stainless Steel Grade 316 dengan menggunakan sebuah susunan program yang sistematis dari perangkat lunak ła ̜ ê APDL pada pemodelan Resistance Spot Welding 2D dalam kondisi Steady – state atau tak terpengaruh perubahan waktu. 2. Mengetahui pemberian tekanan dan tegangan listrik pada pemodelan Resistance Spot Welding 2-D sehingga didapat nilai tegangan von mises dan distribusi temperatur. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pemodelan Resistance Spot Welding 2-D dan perpindahan panas. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan : 1. BAB I : PENDAHULUAN Berisi dasar – dasar dan latar belakang tugas akhir dan penyusunan skripsi. 2. BAB II : LANDASAN TEORI Berisi tentang tinjauan pustaka, dasar teori Resistance Spot Welding, dasar teori tegangan von mises, distibusi temperatur pada perpindahan panas konduksi. 3. BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN Berisi tentang alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan cara penelitian. 4. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi data hasil penelitian (simulasi) dan pembahasannya. 5. BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan yang diperoleh dan saran – saran bagi penelitian selanjutnya. 6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN commit to user