BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia dalam kehamilan a. Pengertian Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang berada dibawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010). Anemi dalam kehamilan adalah keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/100 ml. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Wikjosastro, 2005). Anemi dalam kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital ibu dan 1 janin menjadi berkurang. Selama kehamilan indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr% (Varney, 2007). b. Penyebab Anemia Menurut Nugraheny (2010), Anemia umumnya disebabkan oleh kurang gizi, kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi, kehilangan darah pada persalinan yang lalu, penyakit kronik seperti TBC, paru, cacing usus, malaria. Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan Hemoglobin. Wanita hamil membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita tidak hamil, dalam kehamilan Triwulan III, pada saat ini janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik dan ibu sering merasa lapar dan jangan makan berlebihan yang mengandung hidrat arang dan protein hingga mengakibatkan berat badan naik terlalu banyak, hal ini untuk menghindari terjadinya perdarahan, indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan atau diabetes (Waryana, 2010). Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe 2 meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester 1 relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari, jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan (Arisman, 2004). c. Klasifikasi Anemia Klasifikasi menurut WHO dalam Waryana (2010) 1) Tidak anemia : 11 gr % 2) Anemia ringan : 9-10 gr % 3) Anemia sedang : 7-8 gr % 4) Anemia berat : < 7 gr %. d. Pembagian Anemia dalam kehamilan Menurut Waryana (2010) anemia digolongkan sebagai berikut : 1) Anemia defisiensi gizi besi Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta keadaan tersebut paling banyak dijumpai pada kehamilan. 2) Anemia megaloblastik 3 Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik, Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat, dan jarang terjadi. 3) Anemia hipoplastik Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam membentuk sel-sel darah merah baru 4) Anemia hemolitik Anemia Hipolitik pemecahan sel disebabkan darah oleh merah penghancuran yang lebih cepat atau dari pembuatannya. e. Tanda dan Gejala Menurut Arisman (2007) Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas. Gejalanya berupa keletihan, mengantuk, kelemahan, pusing, malaise, pica, nafsu makan kurang, perubahan mood, perubahan kebiasaan tidur, dan ditandai dengan keadaan yang berupa pucat, Ikterus, edeme perifer, membran mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus (Varney, 2007). f. Dampak Anemia pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Menurut Manuaba (2002) pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses 4 persalinan (inertia uteri, atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain). g. Pencegahan Anemia Pencegahan anemia terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, maupun wanita yang telah menikah prahamil sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplemen pil zat besi. Ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama 3 bulan yang harus diminum setiap hari (Arief, 2008). Pencegahan Anemia menurut Waryana (2010) 1) Selalu menjaga kebersihan 2) Istirahat yang cukup 3) Makan-makanan yang bergizi dam banyak mengandung Fe, misalnya: daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu. 4) Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil untuk mendapatkan tablet Fe dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makanmakanan yang bergizi 3 kali sehari dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak 5 2. Tablet Fe a. Pengertian Zat besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin, dan plasenta. Makin sering seorang mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010). Tiap tablet mengandung FeS04 320 mg (zat besi 60 mg dan asam folat 500 mg) (Salmah, dkk, 2006). b. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain itu perdarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut, setiap ibu hamil disarankan mengonsumsi tablet zat besi (Soebroto, 2009). Menurut Arisman (2004) Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari. Pada masa tersebut, kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari 6 menu harian saja. Walaupun menu hariannya cukup mengandung zat besi, ibu hamil tetap memerlukan tambahan tablet besi (Prasetyono, 2010). Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin, cadangan zat besi janin, dan sebagainya. Bisa diperoleh dari daging berwarna merah, bayam, kangkung, kacang-kacangan dan sebagainya (Maulana, 2009). Menurut Salmah, dkk (2006) Kebutuhan zat besi pada kehamilan kurang lebih 1000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan 300 mg untuk transportasi ke fetus dalam kehamilan 12 minggu, 300 mg lagi untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 3,5 mg/hari, kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester akhir karena absorbsi usus yang tinggi. Kebutuhan zat besi menurut triwulan adalah sebagai berikut: 1) Pada Triwulan I zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg. 2) Pada Triwulan II zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg 7 3) Pada Triwulan III zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg (Waryana, 2010). c. Pemberian tablet zat besi Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang yaitu memasuki usia kehamilan 16 minggu, dikonsumsi satu tablet sehari selama minimal 90 hari (Salmah, dkk, 2006). Pemerintah Indonesia mulai menerapkan dan terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya. program ini dilaksanakan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama masa kehamilannya (Depkes RI, 2010). d. Efek samping Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, dan diare (terkadang juga konstipasi). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung (Arisman, 2007). Menurut Musbikin (2008) Untuk mengatasi agar tidak terjadi konstipasi sebaiknya makan buah-buahan/makanan lain yang tinggi serat, serta minum sedikitnya delapan gelas cairan perhari. Saat 8 minum tablet Fe kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi, maupun diare sebagai efek sampingnya (Soebroto, 2009). Ditoleransikan untuk meminum tablet Fe pada saat sebelum tidur malam (Jordan, 2004), bisa mengurangi efek samping yang terjadi. (Salmah, dkk, 2006). Dalam konsumsi tablet Fe sebaiknya pada malam hari sebelum tidur, biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk. Sebaliknya subtansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi dan susu yang patut dihindari (Arief, 2008). e. Kepatuhan konsumsi tablet Fe Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2007). Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti dengan benar (Tambayong, 2002). Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan yaitu: 1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu 2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya 3) Sukarnya memperoleh obat 4) Mahalnya harga obat 9 5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga Menurut Niver (2002) cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe yaitu: 1) Petugas kesehatan memberikan informasi tujuan dari pemberian tablet zat besi. seorang ibu hamil akan dengan senang hati meminum tablet zat besi setiap hari apabila dia tahu manfaat dan tujuan dari tablet zat besi, hal ini akan mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat Fe 2) Perilaku sehat ibu hamil yang menyadari pentingnya untuk mengkonsumsi tablet zat besi setiap hari 3) Dukungan dari keluarga ibu hamil agar patuh meminum tablet zat besi setiap hari 4) Dukungan dari tenaga kesehatan dengan menjalin komunikasi yang baik dan memberikan penghargaan yang positif bagi ibu hamil yang telah mampu meminum tablet zat besi setiap hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu : 1) Pengetahuan Pengetahuan juga mempengaruhi ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang tinggi dapat membentuk siakap positif terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe. Tanpa adanya pengetahuan tentang zat besi (Fe), maka ibu sulit 10 menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan ibu hamil. Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah defisiensi zat besi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi tentang tablet Fe dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) maka akan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Ibu hamil yang berpengatahuan rendah tentang zat besi akan berperilaku kurang patuh terhadap konsumsi tablet Fe serta dalam pemilihan makanan yang bersumber zat besi juga rendah (Arisman, 2007). 2) Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Suhartono, 2006). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang tablet Fe serta kesadarannya tehadap konsumsi tablet Fe untuk ibu hamil. Keadaan defisiensi Fe pada ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang 11 rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang Fe menjadi terbatas dan berdampak pada terjadinya defisiensi zat besi. Semakin baik pendidikan ibu hamil, maka dalam menyerap informasi yang diterima semakin baik khususnya tentang manfaat tablet Fe, hal ini berdampak pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena disitu ibu hamil mengetahui manfaat dari tablet Fe bagi ibu hamil (Arisman, 2007). 3) Keteraturan ANC Pemeriksaan ANC selama hamil sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal yaitu 1 kali untuk trimester I, 1 kali untuk trimester II, dan 2 kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Wanita yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya, diantara mereka tidak pernah mendapatkan tablet Fe (Arisman, 2007). 3. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan melalui panca indra manusia yaitu indra penglihat, pendengar, penciuman, rasa dan raba. Sebagai 12 besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih positif, selain itu juga pengetahuan akan membentuk kepercayaan (Notoatmodjo, 2007). b. Pentingnya pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni : 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui telebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya 13 4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus 5) Adoption, dimana subjek telah berpengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo, 2003). c. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmdjo, 2007) 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifikan dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari 14 antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan yang bergizi. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diaplikasi atau penggunaan hukuk-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam 15 suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. 1) Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. 16 2) Ekonomi (pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang ini berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar dan terpapar informasi. 4) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan merespon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan. 5) Paparan Media Massa atau informasi Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang 17 tidak pernah terpapar informasi media massa (Notoatmodjo, 2003). e. Cara untuk memperoleh pengetahuan Untuk memperoleh kebenaran pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : a) Cara coba salah (Trial and error) Sebelum adanya kebudayaan, bahkan adanya peradaban, cara coba salah dilakukan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain. b) Cara kekuasaan atau otoriter Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan kebenaran, bahkan berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima 18 pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang pengetahuan atau dikemukakan sudah benar. c) Berdasarkan pengalaman Pengalaman merupakan sumber merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, untuk dapat menarik kesimpulan dan pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis. d) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan ini melalui pernyataan. Pernyataan khusus kepada umum, Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan pernyataan-pernyataan umum kepada khusus. 2) Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam 19 memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek penelitiannya. f. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian/responden. Menurut Arikunto (2006) dalam (Wawan dan Dewi M, 2010). pengukuran pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu : 1) Pengetahuan baik = 76% - 100% 2) Pengetahuan cukup = 56% - 75% 3) Pengetahuan kurang = < 56% 4. Perilaku a. Pengertian Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan (Notoatmojo, 2007). b. Klasifikasi perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintance) 20 Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2) Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tidakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. 3) Perilaku kesehatan lingkungan Bagaiamana seseorang merespon lingkungan baik lingkungn fisik maupun lingkungan sosial budaya. Dengan perkataan lain, bilamana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dipengaruhi oleh: 1) Faktor-faktor prediposisi (Predisposising factors) Faktor-faktor yang mencakup pengetahuan, pendidikan dan keteraturan ANC. 2) Faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku kesehatan, ketersediaan pelayanan kesehatan. 3) Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) 21 Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong terjadinya perilaku. Faktor ini meliputi dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan. 5. Dukungan Keluarga a. Dukungan sosial Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh setiadi (2008) dukungan keluarga terdiri dari : 1) Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. 2) Dukungan Informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator. (penyebar informasi). 3) Dukungan Penilaian (appraisal) Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. 4) Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Menurut Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain : 22 1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalanpersoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan. 2) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya. 3) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan tablet tambah darah ataupun obat lainnya yang dibutuhkan oleh ibu hamil. 4) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang, contohnya seorang suami yang memuji istrinya yang teratur minum tablet zat besi. 23 b. Dukungan suami Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman. Salah satu dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil yaitu dukungan sosial, ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi misal kesiapan finansial, dukungan informasi, dukungan informasi dengan mencaritahu informasi tentang kehamilan, juga dukungan psikologis seperti menemani saat pergi memeriksakan kehamilan, serta mengingatkan istri dalam meminum obat, terutama tablet Fe untuk mencegah dari terjadinya anemia (Musbikin, 2008). Keterlibatan suami semenjak awal akan sangat berguna untuk menjaga ibu hamil secara emosional tetap merasa tenang dan yakin. Usahakan dan doronglah suami untuk berperan aktif sebagai orang tua sejak mulai kehamilan diketahui. Sebagian besar laki-laki, jika mereka belum mengetahui seluk beluk kehamilan, akan menjadi tertarik, terlibat memberi dukungan. Sebagai contohnya suami yang beperan aktif dalam kehamilan istrinya mengantar istrinya saat memeriksakan kehamilannya, selalu mengingatkan istri untuk meminum obat. Lebih dari itu, dia akan cenderung untuk menjadi ayah yang lebih penyayang dan peduli ketika bayi telah lahir (Stoppards, 2007). 24 6. Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjedi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Mengkonsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu mual, muntah dan diare (kadang konstipasi) sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti para wanita hamil harus diberikan pengetahuan yang tepat (Arisman, 2004). 7. Pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku Perubahan-perubahan perilaku seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari motivasi dan gerakan ini diwujudkan dalam 25 bentuk perilaku. Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya, terutama lingkungan keluarga (Notoatmodjo, 2003). Bahwa dukungan keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga adalah meliputi upaya untuk meningkatkan kesehatan terhadap masalah kesehatan merupakan tantangan terbesar yang bertujuan membantu keluarga dan masyarakat belajar bagaimana agar bisa sehat (Bobak, dkk, 2005), sepertihalnya suami yang beperan aktif dalam kehamilan istrinya mengantar istrinya saat memeriksakan kehamilannya, selalu mengingatkan istri untuk meminum obat selama kehamilan, terutama tablet Fe agar kepatuhan minum tablet Fe meningkat dan terhindar dari anemia. 26 B. Kerangka Teori Faktor pemudah (Predisposing factor) - Pengetahuan - Pendidikan - Keteraturan ANC Faktor Pemungkin (Enabling factor) - - Perilaku Kesehatan Ketersediaan pelayanan kesehatan Faktor Penguat (Reinforcing Factor) - - Dukungan Keluarga - - Dukungan tenaga Kesehatan Gambar Kerangka Teori 2.1 Gambar Kerangka teori penelitian model Lawrence W Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003). 27 C. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Dukungan Keluarga Kepatuhan konsumsi tablet Fe Pengetahuan ibu hamil trimester III Variabel Pengganggu - Pendidikan - Keteraturan ANC - Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan - Dukungan petugas kesehatan Keterangan : Variabel pengganggu tidak diukur Gambar kerangka konsep 2.2 D. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil trimester III dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe 28