1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia dalam

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anemia dalam kehamilan
a. Pengertian
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
hemoglobin (Hb) yang berada dibawah normal. Di Indonesia
Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga
lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi
besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai
dibawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Anemi dalam kehamilan adalah keadaan tubuh dimana kadar
hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/100 ml. Hal ini
disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan
bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan
sumsum tulang (Wikjosastro, 2005).
Anemi dalam kehamilan adalah kondisi dimana sel darah
merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas
daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital ibu dan
1
janin menjadi berkurang. Selama kehamilan indikasi anemia adalah
jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr% (Varney, 2007).
b. Penyebab Anemia
Menurut Nugraheny (2010), Anemia umumnya disebabkan
oleh kurang gizi, kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi,
kehilangan darah pada persalinan yang lalu, penyakit kronik seperti
TBC, paru, cacing usus, malaria.
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah
kekurangan besi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap
hari dan diperlukan untuk pembentukan Hemoglobin. Wanita hamil
membutuhkan gizi lebih banyak daripada wanita tidak hamil,
dalam kehamilan Triwulan III, pada saat ini janin mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Umumnya
nafsu makan ibu sangat baik dan ibu sering merasa lapar dan
jangan makan berlebihan yang mengandung hidrat arang dan
protein hingga mengakibatkan berat badan naik terlalu banyak, hal
ini untuk menghindari terjadinya perdarahan, indikasi awal
terjadinya keracunan kehamilan atau diabetes (Waryana, 2010).
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya
unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan
penggunaan atau terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan
misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe
2
meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah
sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan
selama hamil adalah 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke
janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450
mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang
ketika melahirkan. Kebutuhan Fe selama kehamilan trimester 1
relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam
selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari, jumlah sebanyak itu tidak
mungkin tercukupi hanya melalui makanan (Arisman, 2004).
c. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi menurut WHO dalam Waryana (2010)
1) Tidak anemia
: 11 gr %
2) Anemia ringan
: 9-10 gr %
3) Anemia sedang
: 7-8 gr %
4) Anemia berat
: < 7 gr %.
d. Pembagian Anemia dalam kehamilan
Menurut Waryana (2010) anemia digolongkan sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi gizi besi
Anemia
jenis
ini
biasanya
berbentuk
normositik
dan
hipokromik serta keadaan tersebut paling banyak dijumpai pada
kehamilan.
2) Anemia megaloblastik
3
Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik, Penyebabnya
adalah karena kekurangan asam folat, dan jarang terjadi.
3) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang
dalam membentuk sel-sel darah merah baru
4) Anemia hemolitik
Anemia
Hipolitik
pemecahan
sel
disebabkan
darah
oleh
merah
penghancuran
yang
lebih
cepat
atau
dari
pembuatannya.
e. Tanda dan Gejala
Menurut Arisman (2007) Tanda dan gejala anemia defisiensi
besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas. Gejalanya berupa
keletihan, mengantuk, kelemahan, pusing, malaise, pica, nafsu
makan kurang, perubahan mood, perubahan kebiasaan tidur, dan
ditandai dengan keadaan yang berupa pucat, Ikterus, edeme perifer,
membran mukosa dan bantalan kuku pucat, lidah halus (Varney,
2007).
f. Dampak Anemia pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Menurut Manuaba (2002) pada wanita hamil, anemia
meningkatkan
frekuensi
komplikasi
pada
kehamilan
dan
persalinan. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
4
persalinan (inertia uteri, atonia uteri, partus lama), gangguan pada
masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus,
dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).
g. Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia terutama untuk wanita hamil, wanita
pekerja, maupun wanita yang telah menikah prahamil sudah
dilakukan secara nasional dengan pemberian suplemen pil zat besi.
Ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama 3 bulan yang
harus diminum setiap hari (Arief, 2008).
Pencegahan Anemia menurut Waryana (2010)
1) Selalu menjaga kebersihan
2) Istirahat yang cukup
3) Makan-makanan yang bergizi dam banyak mengandung Fe,
misalnya: daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan
susu.
4) Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya
minimal 4 kali selama hamil untuk mendapatkan tablet Fe dan
vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makanmakanan yang bergizi 3 kali sehari dengan porsi 2 kali lipat
lebih banyak
5
2. Tablet Fe
a. Pengertian
Zat besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi
anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil. Disamping itu
kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin, dan
plasenta. Makin sering seorang mengalami kehamilan dan
melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
makin anemis (Manuaba, 2010). Tiap tablet mengandung FeS04 320
mg (zat besi 60 mg dan asam folat 500 mg) (Salmah, dkk, 2006).
b. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan
melahirkan. Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut
memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya, tetapi juga harus
memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinnya. Selain
itu perdarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan seorang
ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut,
setiap ibu hamil disarankan mengonsumsi tablet zat besi (Soebroto,
2009).
Menurut Arisman (2004) Kebutuhan akan zat besi selama
trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian
meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg sehari.
Pada masa tersebut, kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari
6
menu harian saja. Walaupun menu hariannya cukup mengandung
zat besi, ibu hamil tetap memerlukan tambahan tablet besi
(Prasetyono, 2010).
Zat
besi
dibutuhkan
untuk
pembentukan
hemoglobin,
cadangan zat besi janin, dan sebagainya. Bisa diperoleh dari daging
berwarna
merah,
bayam,
kangkung,
kacang-kacangan
dan
sebagainya (Maulana, 2009).
Menurut Salmah, dkk (2006) Kebutuhan zat besi pada
kehamilan kurang lebih 1000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk
meningkatkan massa sel darah merah dan 300 mg untuk
transportasi ke fetus dalam kehamilan 12 minggu, 300 mg lagi
untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Wanita hamil
perlu menyerap zat besi rata-rata 3,5 mg/hari, kebutuhannya
meningkat secara signifikan pada trimester akhir karena absorbsi
usus yang tinggi.
Kebutuhan zat besi menurut triwulan adalah sebagai berikut:
1) Pada Triwulan I zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu
untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan
janin dan red cell mass 30-40 mg.
2) Pada Triwulan II zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari
yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg
7
3) Pada Triwulan III zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari
yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg
(Waryana, 2010).
c. Pemberian tablet zat besi
Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah
hilang yaitu memasuki usia kehamilan 16 minggu, dikonsumsi satu
tablet sehari selama minimal 90 hari (Salmah, dkk, 2006).
Pemerintah Indonesia mulai menerapkan dan terfokus pada
pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil
mendapatkan tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya.
program ini dilaksanakan dengan harapan setiap ibu hamil secara
teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama
masa kehamilannya (Depkes RI, 2010).
d. Efek samping
Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak
menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah,
dan diare (terkadang juga konstipasi). Penyulit ini tidak jarang
menyusutkan ketaatan pasien selama pengobatan berlangsung
(Arisman, 2007).
Menurut Musbikin (2008) Untuk mengatasi agar tidak terjadi
konstipasi sebaiknya makan buah-buahan/makanan lain yang tinggi
serat, serta minum sedikitnya delapan gelas cairan perhari. Saat
8
minum tablet Fe kadang timbul mual, nyeri lambung, konstipasi,
maupun diare sebagai efek sampingnya (Soebroto, 2009).
Ditoleransikan untuk meminum tablet Fe pada saat sebelum tidur
malam (Jordan, 2004), bisa mengurangi efek samping yang terjadi.
(Salmah, dkk, 2006).
Dalam konsumsi tablet Fe sebaiknya pada malam hari sebelum
tidur, biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan
penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk. Sebaliknya
subtansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi dan susu
yang patut dihindari (Arief, 2008).
e. Kepatuhan konsumsi tablet Fe
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat.
Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan
dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman,
2007). Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan
serta pemberiannya diikuti dengan benar (Tambayong, 2002).
Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap
pengobatan yaitu:
1) Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
2) Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
3) Sukarnya memperoleh obat
4) Mahalnya harga obat
9
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga
Menurut Niver (2002) cara-cara untuk meningkatkan
kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe yaitu:
1) Petugas kesehatan memberikan informasi tujuan dari pemberian
tablet zat besi. seorang ibu hamil akan dengan senang hati
meminum tablet zat besi setiap hari apabila dia tahu manfaat dan
tujuan dari tablet zat besi, hal ini akan mempengaruhi kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat Fe
2) Perilaku sehat ibu hamil yang menyadari pentingnya untuk
mengkonsumsi tablet zat besi setiap hari
3) Dukungan dari keluarga ibu hamil agar patuh meminum tablet
zat besi setiap hari
4) Dukungan dari tenaga kesehatan dengan menjalin komunikasi
yang baik dan memberikan penghargaan yang positif bagi ibu
hamil yang telah mampu meminum tablet zat besi setiap hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil
meminum tablet zat besi yaitu :
1) Pengetahuan
Pengetahuan
juga
mempengaruhi
ibu
hamil
dalam
mengkonsumsi tablet Fe. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
zat besi (Fe) yang tinggi dapat membentuk siakap positif
terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe. Tanpa
adanya pengetahuan tentang zat besi (Fe), maka ibu sulit
10
menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan
sumber zat besi yang penting bagi kesehatan ibu hamil.
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang
penting dalam masalah defisiensi zat besi. Hal ini dapat terjadi
karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi
tentang tablet Fe dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi
pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) maka akan semakin
patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Ibu hamil yang
berpengatahuan rendah tentang zat besi akan berperilaku kurang
patuh terhadap konsumsi tablet Fe serta dalam pemilihan
makanan yang bersumber zat besi juga rendah (Arisman, 2007).
2) Pendidikan
Pendidikan
secara
umum
adalah
segala
upaya
yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Suhartono, 2006).
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka
peroleh. Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan
tingkat pengertian tentang tablet Fe serta kesadarannya tehadap
konsumsi tablet Fe untuk ibu hamil. Keadaan defisiensi Fe pada
ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang
11
rendah
mempengaruhi
penerimaan
informasi
sehingga
pengetahuan tentang Fe menjadi terbatas dan berdampak pada
terjadinya defisiensi zat besi. Semakin baik pendidikan ibu
hamil, maka dalam menyerap informasi yang diterima semakin
baik khususnya tentang manfaat tablet Fe, hal ini berdampak
pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena
disitu ibu hamil mengetahui manfaat dari tablet Fe bagi ibu
hamil (Arisman, 2007).
3) Keteraturan ANC
Pemeriksaan ANC selama hamil sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal yaitu 1 kali untuk trimester I, 1 kali untuk trimester II,
dan 2 kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi anamnesa
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal. Wanita yang tidak
pernah memeriksakan kehamilannya, diantara mereka tidak
pernah mendapatkan tablet Fe (Arisman, 2007).
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan melalui panca indra manusia yaitu
indra penglihat, pendengar, penciuman, rasa dan raba. Sebagai
12
besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan
perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan
perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat.
Pengetahuan yang meningkat dapat mengubah persepsi masyarakat
tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah
kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih positif,
selain itu juga pengetahuan akan membentuk kepercayaan
(Notoatmodjo, 2007).
b. Pentingnya pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri seseorang terjadi
proses yang berurutan yakni :
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui telebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya
13
4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus
5) Adoption, dimana subjek telah berpengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007).
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo,
2003).
c. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan
yang
dicakup
didalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmdjo, 2007)
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifikan dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
14
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap
objek yang telah dipelajari, misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan yang bergizi.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil
(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diaplikasi atau penggunaan
hukuk-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam
15
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis
menujukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam satu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dan
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
1) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman pribadi maupun
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
16
2) Ekonomi (pendapatan)
Dalam
memenuhi
kebutuhan
pokok
(primer)
maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan
lebih tercukupi bila dibandingkan dengan keluarga dengan
status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam
kebutuhan sekunder.
3) Lingkungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang ini
berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar dan
terpapar informasi.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan merespon yang lebih
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir
sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.
5) Paparan Media Massa atau informasi
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang
yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
17
tidak pernah terpapar informasi media massa (Notoatmodjo,
2003).
e. Cara untuk memperoleh pengetahuan
Untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
menurut
Notoatmodjo (2010) dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan
logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara
lain :
a) Cara coba salah (Trial and error)
Sebelum adanya kebudayaan, bahkan adanya peradaban,
cara coba salah dilakukan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
tersebut
tidak
berhasil
maka
akan
dicoba
dengan
kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoriter
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat
orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau
membuktikan kebenaran, bahkan berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima
18
pendapat
tersebut
menganggap
bahwa
apa
yang
pengetahuan
atau
dikemukakan sudah benar.
c) Berdasarkan pengalaman
Pengalaman
merupakan
sumber
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali
pengalaman
yang
telah
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun
perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi
dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan
dengan benar, untuk dapat menarik kesimpulan dan
pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan
logis.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
Induksi
adalah proses pembuatan
kesimpulan ini melalui pernyataan. Pernyataan khusus
kepada
umum,
Deduksi
adalah
proses
pembuatan
kesimpulan pernyataan-pernyataan umum kepada khusus.
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada saat ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam
19
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua
fakta sehubungan dengan objek penelitiannya.
f. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang
diukur dari subyek penelitian/responden.
Menurut Arikunto (2006) dalam (Wawan dan Dewi M, 2010).
pengukuran pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Pengetahuan baik
= 76% - 100%
2) Pengetahuan cukup
= 56% - 75%
3) Pengetahuan kurang
= < 56%
4. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan
(Notoatmojo, 2007).
b. Klasifikasi perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintance)
20
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tidakan seseorang
pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaiamana seseorang merespon lingkungan baik lingkungn
fisik maupun lingkungan sosial budaya. Dengan perkataan lain,
bilamana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak
mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat.
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan
oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek.
Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2003) dipengaruhi oleh:
1) Faktor-faktor prediposisi (Predisposising factors)
Faktor-faktor yang mencakup pengetahuan, pendidikan dan
keteraturan ANC.
2) Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku
kesehatan, ketersediaan pelayanan kesehatan.
3) Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
21
Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong terjadinya
perilaku. Faktor ini meliputi dukungan keluarga dan dukungan
tenaga kesehatan.
5. Dukungan Keluarga
a. Dukungan sosial
Menurut Friedman (1998) yang dikutip oleh setiadi (2008)
dukungan keluarga terdiri dari :
1) Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
2) Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator.
(penyebar informasi).
3) Dukungan Penilaian (appraisal)
Keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga.
4) Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi.
Menurut Setiadi (2008) setiap bentuk dukungan sosial keluarga
mempunyai ciri-ciri antara lain :
22
1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat
digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalanpersoalan
yang
dihadapi,
meliputi
pemberian
nasehat,
pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan.
2) Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik
dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa
dirinya tidak menanggung beban sendiri, tetapi masih ada
orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang
dihadapinya.
3) Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk
mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,
misalnya dengan menyediakan tablet tambah darah ataupun
obat lainnya yang dibutuhkan oleh ibu hamil.
4) Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang
diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi
sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif
yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang,
contohnya seorang suami yang memuji istrinya yang teratur
minum tablet zat besi.
23
b. Dukungan suami
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang
ibu karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak terutama suami, agar dapat menjalani proses kehamilan
sampai melahirkan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman.
Salah satu dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil yaitu
dukungan sosial, ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi misal
kesiapan finansial, dukungan informasi, dukungan informasi
dengan mencaritahu informasi tentang kehamilan, juga dukungan
psikologis seperti menemani saat pergi memeriksakan kehamilan,
serta mengingatkan istri dalam meminum obat, terutama tablet Fe
untuk mencegah dari terjadinya anemia (Musbikin, 2008).
Keterlibatan suami semenjak awal akan sangat berguna untuk
menjaga ibu hamil secara emosional tetap merasa tenang dan yakin.
Usahakan dan doronglah suami untuk berperan aktif sebagai orang
tua sejak mulai kehamilan diketahui. Sebagian besar laki-laki, jika
mereka belum mengetahui seluk beluk kehamilan, akan menjadi
tertarik, terlibat memberi dukungan. Sebagai contohnya suami yang
beperan aktif dalam kehamilan istrinya mengantar istrinya saat
memeriksakan kehamilannya, selalu mengingatkan istri untuk
meminum obat. Lebih dari itu, dia akan cenderung untuk menjadi
ayah yang lebih penyayang dan peduli ketika bayi telah lahir
(Stoppards, 2007).
24
6. Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjedi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Mengkonsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping
yang mengganggu mual, muntah dan diare (kadang konstipasi)
sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan
tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa
selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar
mengerti para wanita hamil harus diberikan pengetahuan yang tepat
(Arisman, 2004).
7. Pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku
Perubahan-perubahan perilaku seseorang dapat diketahui melalui
persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi
diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Hasil dari motivasi dan gerakan ini diwujudkan dalam
25
bentuk perilaku. Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya, terutama
lingkungan keluarga (Notoatmodjo, 2003).
Bahwa dukungan keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga adalah meliputi upaya untuk meningkatkan kesehatan
terhadap masalah kesehatan merupakan tantangan terbesar yang
bertujuan membantu keluarga dan masyarakat belajar bagaimana agar
bisa sehat (Bobak, dkk, 2005), sepertihalnya suami yang beperan aktif
dalam kehamilan istrinya mengantar istrinya saat memeriksakan
kehamilannya, selalu mengingatkan istri untuk meminum obat selama
kehamilan, terutama tablet Fe agar kepatuhan minum tablet Fe
meningkat dan terhindar dari anemia.
26
B. Kerangka Teori
Faktor pemudah (Predisposing factor)
-
Pengetahuan
-
Pendidikan
-
Keteraturan ANC
Faktor Pemungkin (Enabling factor)
-
-
Perilaku Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan
Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
-
- Dukungan Keluarga
-
- Dukungan tenaga Kesehatan
Gambar Kerangka Teori 2.1
Gambar Kerangka teori penelitian model Lawrence W Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2003).
27
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Dukungan Keluarga
Kepatuhan konsumsi tablet
Fe
Pengetahuan ibu
hamil trimester III
Variabel Pengganggu
- Pendidikan
- Keteraturan ANC
- Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
- Dukungan petugas kesehatan
Keterangan : Variabel pengganggu tidak diukur
Gambar kerangka konsep 2.2
D. Hipotesa Penelitian
Ha
: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
konsumsi tablet Fe.
Ha
: Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil trimester III
dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe
28
Download