Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Di 8erbagai Negara Regi Muzio Ponziani Universitas Gadjah Mada Sukartini Jurusan Akuntansi Politeknik, Politeknik Negeri Padang Abstract This article seeks to explain how accounting information value relevance prevails in various countries. Countries included in this research are USA, Norwegia, Indonesia, and a comparison of value relevance in Anglo Saxon versus Continental countries. It is found that accounting information is still value relevant in the some countries researched. In USA, over forty years, there is a decreasing value relevance of earnings. Yet, this results in increasing value relevance of book value. In Norwegia and Indonesia, value relevance of accounting information is still increasing. Finally, Ali and Lee (2000) examine the difference between Anglo Saxon and Code Law countries. Countries included in their research are Australia, Belgium, Canada, Denmark, France, Germany, Hong Kong, Ireland, Italy, Japan, The Netherlands, Norway, Singapore, Sweden, Switzerland, and England. As expected, accounting information value relevance in Anglo Saxon Countries is higher than that of Common law Countries. Key words: Value Relevance, Accounting Information, Anglo Saxon, Code Law,Book Value, Earnings 1. Pendahuluan Relevansi-nilai informasi akuntansi mempunyai arti bahwa informasi akuntansi mampu menjelaskan nilai perusahaan (Beaver, 1968 dalam Franchis dan Schipper, 1999). Kekhawatiran mengenai berkurangnya relevansi-nilai dari pelaporan keuangan dan adanya saran-saran untuk mengganti model pelaporan telah disuarakan oleh dan praktisi. kalangan akademis Beberapa dari keprihatinan mengenai model pelaporan yang sekarang berlaku (dan sebagai implikasinya, rekomendasi untuk perubahan) berfokus pada isi dari apa yang dilaporkan; sebagai contoh, beberapa pihak telah menyuarakan bahwa model pelaporan yang sekarang tidak mampu mengakui dan mengukur aset ekonomik yang digunakan untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham (FranciS dan Schipper, 1999). Timbulnya Situasi seperti ini boleh jadi karena praktik dan standar akuntansi bersifat stagnan sementara dunia bisnis telah berubah, atau karena praktik dan standar akuntansi telah berubah dengan cara yang semakin menyimpang dari tujuannya menyediakan informasi yang relevan secara nilai, atau keduanya. Penelitian-penelitian akademik juga telah menyatakan keprihatinan mengenai permasalahan muatan (content issue). Sebagai contoh, Collins, Maydew, dan Weiss (1997, dalam Francis dan Schipper, 1999) menyimpulkan bahwa semakin meningkatnya pelaporan mengenai kerugian (losses) dan item-item khusus (special items) dan meningkatnya arti penting ekonomik dari aset tak berwujud yang tidak dilaporkan (unreported intangible assets) memberikan kontribusi kepada menurunnya relevansi-nilai dari laba dan meningkatnya relevansi neraca. Lev dan Zarowin (1999, dalam Francis dan Schipper, 1999) mempertalikan temuan mereka mengenai berkurangnya Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara relevansi informasi finansial dengan meningkatnya arti penting aset tak berwujud yang tidak dilaporkan (unreported intangible assets) dan kegagalan model pelaporan keuangan untuk mengimbangi dan sekaligus merefleksikan tingkat perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat. Mereka memandang kerugian (losses) dan item-item khusus bukan sebagai sebab melainkan sebagai gejala penurunan relevansi laba. Dalam hal merekomendasikan perubahan mengenai hal-hal yang harus dilaporkan, Amir dan Lev (1996, dalam Francis dan Schipper, 1999) menyimpulkan studi mereka tentang industri telekomunikasi wireless dengan merekomendasikan bahwa "the required disclosure of new and value relevant variables (such as customer churn rates) should be considered and the accounting rules governing income measurement and asset valuation. . . in this industry should be modified." Kemudian Lev dan Zarowin (1999, dalam Francis dan Schipper, 1999) juga menyatakan mengenai pentingnya, namun bukan hanya, kapitalisasi dari beberapa aset tak berwujud tertentu (capitalization of certain intangibles) namun juga restatement laporan keuangan secara sistematis dan kontinu untuk merefleksikan resolusi terhadap ketidakpastian pada saat laporan keuangan pertama kali dikeluarkan (resolution to uncertainty which existed when the original statements were issued). Sementara keprihatinan lainnya menyangkut pelaporan keuangan agaknya berkaitan dengan isu kapan laporan diterbitkan, secara spesifik berkaitan dengan timeliness pelaporan keuangan dan sejauh mana informasi selain keuangan mulai mengambil alih peranan informasi dalam laporan keuangan. Dalam konteks ini timeliness adalah kemampuan laporan keuangan untuk menangkap kejadian-kejadian yang relevan secara nilai pada periode yang sama sebagaimana kejadian-kejadian itu terefleksi pad a return saham. Salah satu 34 sebab laporan keuangan berbasis GAAP (GAAP financial statements) kekurangan timeliness adalah adanya penekanan pada objektivitas dan verifiabilitas, yang mana kedua hal ini memitigasi adanya pengakuan awal terhadap manfaat ekonomik masa depan (future economic benefits). Disisi lain, kedua kualitas ini bersama-sama dengan fungsi audit, mengharuskan adanya kredibilitas pada informasi lain (other information) yang dipublikasikan pad a periode pelaporan. Jadi peranan konfirmatori (confirmatory role) dari laporan keuangan mendorong pengungkapan informasi yang relevan secara nilai, sehingga menambah suplai untuk sumber-sumber informasi lainnya, sehingga seharusnya laporan keuangan dan informasi lainnya bersifat komplementer dan bukan substitusi. Semua rekomendasi dan kekhawatiran ini dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok, yang mana masing-masingnya dapat dianggap independen satu sama lain, yaitu a. Pertama, terdapat satu opsi untuk menyelesaikan masalah konten dengan mengubah hal-hal apa yang harus dilaporkan tanpa mengubah frekuensi pelaporan. Opsi ini terlihat konsisten dengan rekomendasi yang diajukan oleh Amir dan Lev, juga dengan rekomendasi dari AICPA Special Committee on Financial Reporting dan juga dengan beberapa aktivitas khusus FASB (contoh, kewajiban untuk mengungkapkan beberapa postemployment benefits; kewajiban mengungkapkan biaya kompensasi yang dibayarkan dalam bentuk saham; dan terakhir melaksanakan suatu proyek mengenai pelaporan bisnis). b. Kedua, isu mengenai timeliness bisa diatasi dengan mempublikasikan laporan keuangan dengan frekuensi yang ditingkatkan, misalnya setiap bulan. Pelaporan yang lebih sering Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Di Berbagai Negara mengurangi kemungkinan informasi lain akan menyisihkan laporan keuangan, sehingga meningkatkan relevansi-nilai laporan. c. Ketiga, perspektif informasi yang dilaporkan dapat diu bah dengan mensyaratkan restated financial statements atau laporan keuangan prediksian tanpa mengubah apa yang dilaporkan dan frekuensi pelaporan. Sehubungan dengan frekuensi pelaporan, semakin besar nilai informasi masa depan ("look ahead" value) dari laporan keuangan, maka semakin kecil kemungkinan mereka akan tersisihkan oleh informasi lain dan semakin besar relevansi-nilainya bagi investor. Dalam menilai yang manakah dari opsiopsi ini yang paling bermanfaat untuk meningkatkan relevansi-nilai dari laporan keuangan akan memerlukan benchmarking dari sistem yang sekarang berlaku dengan ukuran relevansi-nilai yang disepakati, pelaksanaan perubahan, kalibrasi ulang dan pemberlakuan terhadap ukuran relevansi-nilai. Berikutnya akan dipaparkan mengenai definisi relevansi-nilai, diikuti dengan riset-riset di berbagai negara yakni, Amerika Serikat, Eropa, Norwegia, dan Indonesia, dan terakhir ditutup dengan kesimpulan. 2. Definisi Relevansi-nilai Menurut Francis dan Schipper (1999), ada 4 (empat) interpretasi yang mung kin terhadap relevansi-nilai, yaitu 2.1. Interpretasi pertama Interpretasi Pertama adalah bahwa laporan keuangan informasi mengarahkan harga saham dengan cara menangkap nilai intrinsik saham yang merupakan arah pergerakan harga saham (financial statement information leads stock prices by capturing intrinsic share values toward which stock prices drift). Relevansi-nilai kemudian akan diukur sebagai profit yang dihasilkan dari pelaksanaan peraturan trading berbasis (implementing accountingakuntansi based trading rules). Namun Francis dan Schipper (1999) tidak menggunakan interpretasi ini dalam penelitian dan analisisnya, karena mereka tidak yakin bahwa definisi ini menjadi dasar dari rekomendasi untuk merubah model pelaporan keuangan dan karena untuk In! melaksanakan interpretasi membutuhkan asumsi bahwa harga tidak merefleksikan nilai intrinsik, namun angka-angka akuntansi justru yang merefleksikan nilai intrinsik ini. Pengujian penelitian yang dilaksanakan atau berdasarkan asumsi interpretasi Inl memerlukan banyak penyesuaian dalam pergeseran risiko sepanjang waktu dan biasanya hasil penelitian akan menyatakan bahwa peneliti telah gagal untuk melakukan penyesuaian berdasarkan risiko dalam melaksanakan aturan-aturan trading. 2.2. Interpretasi kedua Menurut interpretasi 2 (dua) informasi keuangan dikatakan relevan secara nilai apabila ia memuat variabel-variabel yang dimuat dalam model penilaian (valuation model) atau membantu dalam memprediksi variabel-variabel tersebut. Jadi, relevansi-nilainya suatu discounted dividend valuation model, atau discounted cash flow valuation model, atau discounted residual income model dapat diukur dari kemampuan laba untuk memprediksi future dividends, future earnings, future cash flow, dan future Kembali Francis dan book-value. Schipper tidak menggunakan interpretasi 2 (dua) dalam penelitiannya karena daya prediksi tidaklah menjadi perhatian utama mereka-mereka yang mengkritik model Jurnal Akunlansi & Manajemen Vol 3 No.2 Desember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 35 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara pelaporan berlaku. 2.3. keuangan yang sekarang Interpretasi ketiga Interpretasi 3 (tiga) dan 4 (empat) didasarkan kepada relevansi-nilai yang merupakan asosiasi statistis antara informasi keuangan dengan harga atau return. Menurut interpretasi 3 (tiga), asosiasi statistis mengukur apakah investor benar-benar menggunakan informasi untuk membentuk harga (investors actually use the information in question in setting prices) sehingga relevansi-nilai akan diukur sebagai kemampuan informasi laporan keuangan untuk merubah bauran total informasi yang ada di pasar (the ability of financial statements information to change the total mix of information in the marketplace). Interpretasi Inl menyiratkan bahwa relevansi-nilai diukur sebagai "news", mengimplikasikan bahwa informasi yang relevan secara nilai mampu mengubah harga saham karena ia menyebabkan investor merevisi ekspektasinya. Pelaksanaan interpretasi 3 (tiga) dalam setting empirik berarti suatu keharusan untuk memperhitungkan hubungan timeliness dan konseptual antara pembentukan ekspektasi (expectation formation). Untuk dapat melihat hal ini, maka andaikanlah pengumuman laba tidak terlalu menggerakkan harga saham. Hal ini dapat terjadi karena laba itu sendiri adalah irrelevant noise atau karena laba telah hampir diantisipasi sepenuhnya oleh investor dalam artian semua informasinya telah tertangkap (impounded) di dalam harga saham sebelum laba dirilis atau diumumkan. Laba dapat diprediksi oleh investor dengan menggunakan informasi laporan keuangan dimasa lalu dan pengungkapan informasi lainnya yang dilakukan oleh manager, analis, atau badan pemerintah. Francis dan Schipper (1999) berargumen bahwa semua publikasi informasi lain ini akan berhenti apabila laporan keuangan 36 lebih sering diterbitkan. Jika kita melihat dari sudut pandang lain, persepsi akan pentingnya informasi bagi investor akan mendorong aktivitas pengungkapan selain dari pengungkapan laporan keuangan. Jika prediksi laba menjadi lebih canggih dan akurat dari waktu ke waktu, maka kandungan informasi dari pengumuman laba akan semakin terreduksi. Hal ini bukan berarti investor tidak tertarik dengan laba; mereka mungkin sebegitu tertariknya hingga mereka mengembangkan suatu mekanisma yang sangat kompleks dan akurat untuk memprediksi laba atau mereka telah berhasil memaksa manager dan pihak lain untuk mempublikasi informasi mengenai laba secara lebih tepat waktu untuk memperbaiki prediksi mereka. Oleh karenanya Francis dan Schipper (1999) meyakini bahwa interpretasi 3 (tiga) mempertajam kajian mengenai apakah investor peduli akan isi dari laporan keuangan ditambah lagi dengan timeliness dan daya prediksi informasi tersebut. Francis dan Schipper (1999) juga belum mampu mendesain suatu penelitian empirical-archival yang mengukur suatu konsep sembari mengukur perubahan konsep lain seiring dengan berjalannya waktu; tiadanya kontrol seperti ini membuat sulit untuk ada menarik kesimpulan apakah kekurangan dalam isi laporan keuangan ataukah semakin bertambahnya timeliness dan daya prediksi informasi lain yang membuat laporan keuangan menjadi kurang berguna bagi investor. 2.4. Interpretasi ke empat Suatu asosiasi secara statistis antara informasi akuntansi dengan nilai pasar atau return, khususnya dalam masa window yang panjang, bisa jadi berarti bahwa hanya informasi akuntansi yang sedang diteliti saja (accounting information in question) yang berkorelasi dengan informasi yang digunakan oleh investor (interpretasi 4). Dalam pandangan ini relevansi-nilai diukur oleh kemampuan informasi laporan keuangan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Di Berbagai Negara untuk menangkap atau merangkum informasi yang dapat mempengaruhi harga saham. Interpretasi Inl tidak mensyaratkan laporan keuangan sebagai sumber informasi yang paling awal. Ini konsisten dengan relevansi-nilai yang berasal dad isi laporan keuangan itu sendiri maupun settling-up role, yang mana laporan keuangan auditan memacu publikasi informasi lain seperti management earnings forecast. 3. 3.1. Riset relevansi nilai di berbagai negara Relevansi-nilai Dari Laba dan Nilai Buku di Amerika Serikat Disisi lain, perubahan besar yang terjadi pada perekonomian juga menimbulkan kekhawatiran bahwa laporan keuangan telah kehilangan relevansi-nilainya. Secara khusus ban yak pendapat yang mengatakan bahwa pergeseran dari ekonomi industrian ke ekonomi berteknologi tinggi dan ekonomi berorientasi jasa juga telah membuat laporan keuangan tradisional kehilangan relevansinya untuk menilai shareholder value. Hal ini tertuang dalam laporan AICPA Special Committee on Financial Reporting 1994 (The Jenkins Committee 1994) dan di banyak artikel lainnya. Konsisten dengan klaim ini, Lev (1999, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997) dan Ramesh dan Tiagarajan (1995, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997) melaporkan penurunan relevansi-nilai seiring dengan berjalannya waktu. Sebagai tambahan, studi oleh Basu (1997, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997), Elliott dan Hanna (1996, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997), dan Hayn (1995, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997) menyatakan bahwa laba negatif dan item-item tak berulang dapat mempengaruhi relevansi-nilai secara negatif. item-item tak berulang yang berarti bahwa relevansi-nilai dari laba semakin menurun. Namun faktor yang sama yang mengakibatkan penurunan relevansi nilai dari laba malah menyebabkan kenaikan relevansi-nilai dari nilai buku. Penelitian akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa pentingnya nilai buku semakin meningkat relatif terhadap laba ketika laba tersebut negatif atau mengandung item-item tak berulang (Collins, 1997; Jan dan Ou, 1995, dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997). Ada 2 (dua) penjelasan (yang tidak mutually-exclusive) mengenai temuan ini: a. Nilai buku merupakan proksi yang sangat baik untuk laba di masa depan ketika laba sekarang memuat banyak komponen transitori, dan b. Nilai buku merupakan proksi untuk opsi keluarnya perusahaan (firms' abandonement) . Berangkat dari hal di atas Collins, Maydew, dan Weiss (1997) menguji apakah relevansi-nilai dari laba dan nilai buku bergerak secara berkebalikan (inversely) dan apakah jika relevansi-nilai dari laba semakin menurun selnng berjalannya waktu maka relevansi-nilai dari nilai buku akan semakin meningkat. Mereka meneliti mengenai relevansi-nilai tersebut dengan menggunakan rerangka penilaian yang digunakan oleh Ohlson (1995) yang di dalamnya harga saham merupakan fungsi dari laba dan nilai buku ekuitas. Uji regresi cross-sectional dilakukan untuk periode 41 tahun mulai tahun 1953 sampai 1993 dengan menggunakan R2 sebagai patokan utama untuk nilai relevansi-nilai. Kemudian dengan menggunakan teknik yang dijelaskan oleh Theil (1971) dan diaplikasikan oleh Easton (1985), mereka melakukan dekomposisi terhadap daya penjelas dari laba dan nilai buku menjadi 3 (tiga) komponen: Studi-studi Inl juga mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini perusahan semakin ban yak mengungkapkan laba negatif dan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Desember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 37 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 8erbagai Negara a. Daya penjelas earnings, inkremental dari b. Daya penjelas inkremental dari nilai buku, c. Daya penjelas inkremental laba dan nilai buku. dari Pada akhirnya Collins, Maydew, dan Weiss (1997) melaporkan 3 (tiga) temuan utama risetnya, yaitu a. Berlawanan dengan literaturliteratur yang ada sebelumnya, relevansi-nilai kombinasian antara laba dan nilai buku tidak menunjukkan penurunan dalam 40 (em pat puluh) tahun terakhir, namun malah menunjukkan sedikit peningkatan, b. Walaupun relevansi-nilai dari laba menu run, namun hal ini digantikan oleh relevansi-nilai dari nilai buku yang meningkat, dan c. Pergeseran relevansi-nilai dari laba ke nilai buku dikarenakan meningkatnya arti penting itemitem tak berulang, meningkatnya frekuensi laba negatif, dan perubahan ukuran perusahaan rata-rata dan intensitas intangible seiring dengan bertambahnya waktu. 3.2. Relevansi-nilai di antara negaranegara dengan Sistem AngloSaxon dan Sistem Continental Berglbf (1990, dalam Ali dan Lee, 2000) menyatakan bahwa terdapat dua tipe sistem finansial-berorientasi bank (bankoriented) dan berorientasi pasar (marketoriented). Pad a sistem berorientasi bank, bisnis memiliki ikatan yang kuat dengan bank, yang menyuplai sebagian besar modalnya; bank berfokus pad a utang jangka panjang dan equity-holding; dan bank memiliki akses lang sung terhadap informasi perusahaan sehingga 38 mengurangi permintaan terhadap laporan keuangan publikasian. Sistem berorientasi pasar sebaliknya memiliki banyak sekali investor tanpa akses langsung ke informasi perusahaan. Investor akan sangat bergantung pada pengungkapan informasi keuangan untuk memperoleh informasi yang akan digunakan saat penilaian sekuritas dan Oleh pemonitoran manajemen. karenanya sistem market-oriented diharapkan akan menunjukkan relevansinilai informasi akuntansi dalam laporan keuangan yang lebih besar. Ali dan Lee (2000) melakukan penelitian atas dasar di atas terhadap 16 (enam belas) negara yang menganut dua sistem finansial tersebut. Negara-negara itu adalah Australia Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Hong Kong, Irlandia, Italia, Jepang, Belanda, .Norwegia, Singapura, Swedia, Swiss, dan Inggris. Ali dan Lee menggunakan dua macam ukuran untuk menentukan tingkat orientasi bank dan pasar, yaitu a. Ukuran pertama adalah rasio utang terhadap aset. Berglof (2000, dalam Ali dan Lee, 2000) menyatakan bahwa tidak adanya restriksi yang ketat terhadap bank komersial pad a sistem berorientasi bank menyebabkan bank dapat lebih efektif dalam mengontrol perusahaan dan dapat mengucurkan kredit melebihi jumlah yang biasanya dikucurkan pad a sistem berorientasi pasar. Konsisten dengan argumen ini, ia menunjukkan bahwa sistem berorientasi bank memiliki rasio utang terhadap aset yang lebih tinggi. Namun karena rasio utang terhadap aset dapat dipengaruhi oleh waktu (tahun), industri, dan ukuran perusahaan, maka Ali dan Lee menggunakan sampel perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat untuk mengontrol ketiga faktor ini. Secara spesifik, mereka mengukur rasio utang Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 6erbagai Negara terhadap aset sebagai selisih antma median rasio utang terhadap aset suatu negara dengan median rasio utang terhadap aset 100 (seratus) sampel perusahaan Amerika yang ditandingkan (matched) menurut tahun, industri, dan ukuran perusahaan. persamaannya secara umum. Terdapat empat macam praktik akuntansi; a. British-American, b. Continental, c. South American, dan d. Mixed Economy. b. Ukuran kedua adalah jumlah perusahaan yang sahamnya diperdagangkan untuk publik dalam suatu negara berbanding dengan populasi negara tersebut. Laporta et al. (1997) menyatakan Inl dapat bahwa ukuran menangkap tingkat keluasan pasar pendanaan ekuitas. Karena konsentrasi ekuitas dengan debt holding berkorelasi positif (Berglof 2000, dalam Ali dan Lee, 2000) maka ukuran Inl juga dapat menangkap keluasan pendanaan utang. Sehingga Ali dan Lee menggunakan ukuran ini sebagai proksi tingkat orientasi sistem pasar suatu negara. Jika standar akuntansi diatur oleh suatu badan pemerintah, maka badan tersebut cenderung menetapkan standar yang akan memenuhi kebutuhan pemerintah, seperti penghitungan pajak pendapatan, atau kepatuhan terhadap kebijakan nasional pemerintah dan rencana makroekonomi (Wyatt, 1997, dalam Ali dan Lee, 2000). Oalam rezim seperti ini, oleh persyaratan yang diharuskan regulasi tidak terlalu menentukan praktik akuntansi keuangan dan akuntansipun tidak memperhatikan kepentingan penyedia modal. Oleh karenanya Ali dan Lee memprediksi bahwa laporan keuangan pad a negara-negara yang standar akuntansinya diatur oleh sektor swasta akan memiliki relevansi-nilai yang lebih tinggi. Ali dan Lee mengkode sampelnya kepada apakah GMP ditentukan oleh pemerintah (diberi angka 0) atau sektor swasta (diberi angka 1). Studi-studi sebelumnya mengelompokkan praktik akuntansi berdasarkan Oalam penelitian Ali dan Lee, sampel hanya jatuh ke dalam 2 (dua) kategori yaitu Continental (diberi angka 0) dan British-American (1). Berdasarkan penelitian oleh Mueller, Gernon, dan Meek (1994, dalam Ali dan Lee, 2000), praktik akuntansi British-American lebih berorientasi kepada pembuatan keputusan oleh investor. Oleh karenanya diharapkan laporan keuangan pada negara-negara sistem British-American lebih relevan secara nilai. Oleh karena peraturan perpajakan dapat berpengaruh pada praktik akuntansi keuangan, maka Ali dan Lee menjadikan peraturan perpajakan sebagai variabel tersendiri. Oi beberapa negara, laporan keuangan mencerminkan peraturan perpajakan yang berlaku, yang pada gilirannya akan dipengaruhi oleh aspekaspek ekonomi, sosial, dan politik seperti mempromosikan aktivitas ekonomi tertentu, menurunkan angka pengangguran, mengontrol inflasi, atau mendistribusikan kekayaan. Karena tujuan utama dari peraturan perpajakan bukanlah untuk memenuhi kebutuhan informasi partisipan pasar modal, maka relevansi-nilai laporan keuangan pada negara-negara yang memiliki tax-book conformity akan menjadi rendah. Lebih jauh lagi, peraturan perpajakan ini akan memberikan insentif bagi perusahaanperusahaan untuk mengurangi pajak dengan cara menurunkan laba secara sistematis dan hal ini akan semakin menurunkan relevansi-nilai laporan keuangan. Ali dan Lee memberikan kode o (nol) untuk kesejajaran (alignment) yang tinggi antara peraturan perpajakan dan kode 1 (satu) untuk kesejajaran yang rendah. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 39 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 8erbagai Negara Ali dan Lee juga menggunakan tingkat belanja jasa eksternal audit sebagai indikasi tingkat permintaan laporan keuangan. Jika permintaan laporan keuangan meningkat, maka relevansinilainya juga meningkat. dan politik, bukan dipengaruhi oleh kebutuhan informasi investor. Lebih jauh lagi, pemenuhan terhadap peraturan perpajakan menimbulkan insentif untuk menurunkan pajak dengan cara sistematis menurunkan laba yang pada gilirannya akan menurunkan relevansi-nilai laporan keuangan perusahaan. Berikut ini adalah temuan dari penelitian Ali dan Lee; a. Pertama, peneliti menemukan bahwa nilai relevansi-nilai lebih rendah pada negara-negara berorientasi bank dibanding berorientasi pasar. Temuan In! konsisten dengan permintaan yang rendah terhadap laporan keuangan publikasian pada sistem berorientasi bank, karena bank memiliki akses langsung pada informasi perusahaan. b. Kedua, peneliti menemukan bahwa relevansi-nilai lebih rendah untuk negara-negara yang di dalamnya sektor swasta tidak dilibatkan dalam proses penetapan standar. Temuan Inl konsisten dengan premis bahwa otoritas penetapan laporan keuangan, pemerintah menetapkan standar-standar akuntansi yang tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan utama regulasi seperti penghitungan pajak pendapatan atau kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah nasional dan rencana makroekonom i. c. Ketiga, konsisten dengan penelitian sebelumnya, peneliti menemukan bahwa relevansi-nilai lebih rendah untuk negara-negara penganut sistem kontinental dibanding British-American. d. Keempat, relevansi-nilai memiliki nilai yang lebih rendah ketika peraturan perpajakan secara signifikan mempengaruhi peraturan perpajakan. Hal ini terjadi karena peraturan perpajakan dipengaruhi oleh tujuan-tujuan ekonomi, sosial, 40 e. Terakhir, nilai relevansi-nilai menjadi lebih tinggi ketika semakin ban yak sumber daya yang dibelanjakan untuk jasa audit eksternal. Sumber daya yang dibelanjakan untuk jasa audit ini menunjukkan tingginya permintaan akan laporan keuangan. 3.3. Relevansi-nilai di Norwegia Penelitian relevansi-nilai laporan keuangan di Norwegia dilakukan oleh Gjerde, Knivsfla, dan Saettem (2007). Sistem akuntansi Norwegia mengalami perubahan yang substansial selama dekade terakhir. Peneliti berhasil mengidentifikasi 4 {em pat) kejadian besar akuntansi (major accounting events) atau revolusi yang membentuk arah NGAAP (Norwegian perkembangan GAAP). Kejadian-kejadian itu adalah a. Accounting Act 1977, b. Pengenalan open assets reserve 1984, c. Pengenalan pajak tangguhan (deferred tax) 1992, dan d. Accounting Act 1998. NGAAP mendapat pengaruh secara gradual dari badan penetapan standar nasional dan juga sedikit dari perubahan legislatif. Pegaruh-pengaruh Inl mengharmonisasi NGAAP dengan IFRSIIAS dan USGAAP. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara Pada periode 1965-1976, akuntansi untuk perseroan terbatas di Norwegia diatur oleh Chapter 9 dari Company Act of 1957 lain yang dan peraturan-peraturan berkaitan dengan Chapter ini. Pada periode ini, laporan keuangan didasarkan pada pengukuran kos yang dikombinasikan dengan lower of cost or market principle yang disyaratkan untuk aset tetap maupun aset lainnya seperti persediaan. Estimasi, seperti umur ekonomi aset tetap yang dapat terdepresiasi, dihitung dengan cara yang sangat pruden karena adanya pertimbangan pajak, sehingga mengarah pada hidden asset reserves. Pad a periode 1977-1984, pelaporan keuangan diatur oleh Chapter 11 dari Company Act 1976 untuk perseroan terbatas dan Accounting Act of 1977 untuk yang lainnya. Tradisi pengukuran pad a kos dikombinasikan dengan sikap prudent masih berlanjut. Namun model yang dikaitkan dengan pajak (tax linked model) diperkenalkan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar penyajian laporan keuangan lebih selaras dengan kebutuhan informasi oleh investor dan kreditor, serta otoritas pajak. Model ini membuat sebuah link diakhir laporan laba-rugi yang mana perbedaan antara laba akuntansi dan laba taxable income disajikan. Pad a neraca, perbedaan ini dikenal sebagai untaxed reserve atau untaxed equity, suatu kombinasi antara modal dan utang. Oleh karenanya perubahan pada untaxed reserve dilaporkan sebagai penyesuaian pada laba, yang pad a laporan laba-rugi letaknya mendahului bottom line. Format Inl terus diadopsi untuk berbagai perbedaan waktu (timing difference) antara nilai akuntansi dan nilai pajak. Dengan berkurangnya insentif pajak, maka sikap prudent dalam penilaianpun semakin berkurang. Pada periode ini standar akuntansi dikeluarkan oleh Association of Certified Public Accountant. Pad a periode 1984-1991, penyajian laporan keuangan diregulasi oleh Accounting Act of 1977. Mengikuti perubahan besar pad a peraturan pajak untuk depresiasi pada 1984, perbedaan waktu pada penilaian akuntansi terhadap aset tetap juga dicakup oleh tax link format, sehingga semakin banyak estimasi untuk umur manfaat sebagai kebalikan dari prinsip konservatif untuk pertimbangan pajak. Hidden asset telah disebutkan reserves yang sebelumnya kini telah menjadi open asset reserves yang disebut untaxed equity pad a sisi modal di neraca. Informasi mengenai cadangan yang dapat dikenakan pajak disebutkan pada catatan atas laporan keuangan. Namun upaya mlnlmlsasi pajak masih memegang peranan penting dalam pengukuran laba. Pada periode ini Norwegia Accounting Standard Board (NASB) didirikan untuk dalam melanjutkan tugas profesi mengeluarkan standar. Pad a periode 1992-1998, akuntansi keuangan diregulasi oleh Accounting Act of 1977. Pada tahun 1990 dibentuklah Komite Accounting Act yang bertugas membuat draf proposal untuk merevisi Accounting Act. Tahun 1992 komite menyerahkan laporan mengenai akuntansi untuk pajak pendapatan. Sebagai akibat dari reformasi perpajakan 1992, terjadi perubahan perundangundangan akuntansi ditandai dengan dikenalkannya utang pajak tangguhan dan aset. Norwegia pun dikatakan sebagai bag ian dari negara-negara Eropa yang memiliki independensi yang tinggi antara aturan akuntansi dan aturan perpajakan. Pada periode 1999-2004, pelaporan keuangan diregulasi oleh Accounting Act of 1998, melanjutkan proposal dari Komite Accounting Act pada tahun 1990. Undang-undang In! menggambarkan kepatuhan yang terus berlanjut rerangka hukum peraturan. Undang-undang ini berbasis prinsip yang mana peraturan diturunkan dari prinsip dasar, seperti peraturan untuk aset tetap dan aset tak berujud, maupun aset lancar seperti persediaan. Prinsip utama adalah konsep kos historis dan ada juga konsep penandingan. Juga merupakan salah satu Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 41 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara prinsip dasar adalah sikap pruden yang mana semua kerugian harus diakui. Fair value untuk instrumen keuangan jangka pendek yang likuid juga dikenalkan. Persyaratan-persyaratan dasarnya adalah semua akun-akun harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang baik, yang berarti penetapan standar yang dilakukan oleh NASB sudah diakui oleh perundangundangan. Secara keseluruhan, selama periode 1965-2004, telah berubah dari sistem Continental berorientasi kreditor dan Anglo-Saxon pajak menuju sistem berorientasi investor. Namun fokus Norwegia mengenai laba yang berasal dari penandingan pendapatan dan biaya untuk satu periode masih berbeda dari konsep laba FASB dan IASB yang mana laba berasal dari perubahan pad a ekuitas yang pad a gilirannya diturunkan dari definisi aset dan utang. Pad a akhirnya Gjerde, Knivsfla, dan Saettem (2007) melaporkan hasil penelitiannya, yaitu a. Pertama, ukuran relevansi-nilai yang berasal dari regresi harga tahunan (annual price regression) tidak berhasil mengungkap adanya suatu tren. Belum diketahui apakah relevansi-nilai meningkat atau menurun. Namun begitu, pengenalan open asset reserves pad a tahun 1984 berkontribusi pada peningkatan koefisien respons di Neraca dan penurunan relevansi-nilai di laporan laba-rugi. Terdapat bukti yang lemah mengenai peningkatan respons nilai buku karena Accounting Act of 1998 dan penurunan respons laba karena Accounting Act of 1977. b. Kedua, berdasarkan ukuran-ukuran dari regresi return tahunan, hasil penelitian bervariasi. Dengan berkurangnya variabel kontrol, peneliti berhasil mengidentifikasi tren waktu yang positif terutama dikarenakan meningkatnya relevansi-nilai inkremental dari 42 laba. Kejadian yang menyebabkan hal ini adalah Accounting Act of 1998. Sementara dua principle components yang menggambarkan kumpulan penuh variabel kontrol tidak berhasil mendeteksi tren waktu. Namun signifikansi Accounting Act of 1998 adalah positif dan signifikan. c. Dan ketiga, berdasarkan ukuran relevansi-nilai yang diperoleh dari regresi return abnormal tahunan, peneliti menemukan tren relevansinilai yang meningkat untuk semua ukuran relevansi laba. 3.4. Relevansi-nilai di Indonesia Margani Pinasti (2003) melakukan penelitian mengenai relevansi-nilai di Indonesia. Suatu hipotesis yang diberi nama 'hipotesis informasi alternatif . (alternative information hypothesis) diajukan dalam penelitian ini. Dalam hipotesis informasi alternatif ini, peneliti berargumen bahwa dari waktu ke waktu semakin banyak tersedia informasi, selain informasi akuntansi, bagi investor di pasar modal. Informasi-informasi alternatif tersebut akan semakin banyak digunakan oleh investor dalam penilaian perusahaan. Beralihnya perhatian investor kepada sumber-sumber informasi alternatif tersebut mengakibatkan menurunnya relevansi-nilai informasi ke waktu. akuntansi dari waktu Sebagaimana dinyatakan oleh Rimerman (1990), beberapa kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan yang tidak dapat dipenuhi oleh informasi akuntansi, menyebabkan investor berpaling ke informasi-informasi non-akuntansi. Oleh karenanya penulis menyatakan hipotesis pertamanya sebagai "Relevansi-nilai akan semakin menurun dari waktu ke waktu." Kemudian, faktor industri berkaitan dengan masalah accounting recognition lag. Penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang menyebabkan accounting Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara recognition lag membawa dampak yang berbeda bagi industri yang berbeda. Amir dan Lev (1996, dalam Pinasti 2003) dan Lev dan Zarowin (1999, dalam Pinasti 2003) menyatakan bahwa informasi akuntansi keuangan mempunyai nilai yang terbatas bagi investor ketika menilai perusahaan-perusahaan berbasis jasa dan teknologi yang melakukan investasi dalam aktiva-aktiva tidak berwujud misalnya riset dan (intangibles), pengembangan, sumber daya manusia. Oleh karenanya, hipotesis ke 2 (dua) dinyatakan sebagai "Relevansi-nilai informasi akuntansi akan lebih rendah untuk perusahaan-perusahaan dalam industri yang berbasis jasa dan teknologi." Berkenaan dengan hipotesis ke 3 (tiga), peneliti memberikan uraian pengembangan hipotesis dengan bersandarkan pada Hayn (1995) dalam Collins et al. (1997) yang menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaporkan laba negatif mempunyai koefisien respon laba yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaanperusahaan yang melaporkan laba positif. Basu (1997) dalam Collins et al. (1997) menjelaskan bahwa dalam sistem akuntansi yang konservatif, perusahaan akan memasukkan bad news ke dalam laba lebih cepat daripada good news. Oleh karena perlakuan yang tidak simetris ini (antara bad news dan good news), maka penurunan laba (atau kerugian) akan lebih bersifat transitori laba. Secara daripada kenaikan keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa laba neg at if dapat mempengaruhi relevansi-nilai informasi akuntansi. Oleh karenanya, hipotesis ke 3 (tiga) dinyatakan sebagai "Relevansi-nilai informasi akuntansi akan lebih rendah untuk perusahaan-perusahaan dengan laba negatif." Berkenaan dengan hipotesis ke 4 (empat), secara empiris, kebanyakan item-item laba yang tidak berulang merupakan kerugian (Elliott dan Hanna, 1997; Maydew, 1997 dalam Collins et a/., 1997). Basu (1997) dalam Collins et al. (1997) menemukan bahwa bad news mempunyai dampak yang lebih rendah terhadap harga dibandingkan good news. Secara keseluruhan, hal ini membawa kepada indikasi bahwa item-item laba yang tidak berulang dapat mempengaruhi relevansi-nilai informasi akuntansi. Oleh karenanya hipotesis ke 4 (em pat) dinyatakan sebagai "Item-item laba tidak berulang mempengaruhi relevansi-nilai informasi akuntansi." Hasil penelitian menunjukkan bahwa a. Variabel waktu mampu menjelaskan variasi relevansinilai informasi akuntansi. Penjelasan tersebut secara statistis signifikan pada a = 0,05. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu, b. Variabel industri dan varia belvariabel transitori laba (yaitu karakteristik laba negatif dan proporsi item laba tidak berulang) tidak dapat menjelaskan variasi relevansi-nilai informasi akuntansi, c. Variabel waktu tetap mampu menjelaskan variasi relevansinilai informasi akuntansi ketika diregresikan bersama-sama dengan variabel industri, variabel dummy laba positif/negatif, dan variabel desil item laba tidak berulang. Secara keseluruhan, penelitian ini mengarah kepada simpulan bahwa untuk pasar modal Indonesia, telah terjadi penurunan relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu. Penurunan relevansi-nilai dari waktu ke waktu ini tidak dapat diatribusikan kepada variabel industri, karakteristik laba negatif, maupun proporsi item laba tidak berulang. Jadi, penurunan relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu kemungkinan besar memang dijelaskan Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 43 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara oleh semakin rendahnya relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu, yang merupakan refleksi respon pelaku pasar terhadap informasi akuntansi. Hasil penelitian Inl mendukung hipotesis informasi alternatif, yaitu penurunan relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu di Indonesia disebabkan oleh perubahan respon pelaku pasar terhadap informasi akuntansi, sebagai akibat tersedianya dan digunakannya informasi-informasi alternatif dalam penilaian perusahaan pada waktu-waktu kini. 4. Simpulan Relevansi-nilai informasi akuntansi mempunyai arti bahwa informasi akuntansi mampu untuk menjelaskan nilai perusahaan (Beaver, 1968). Menurut Francis dan Schipper (1999), ada 4 (empat) interpretasi yang mungkin Interpretasi terhadap relevansi-nilai. pertama adalah bahwa informasi laporan keuangan mengarahkan (lead) harga saham dengan cara menangkap nilai intrinsik saham yang merupakan arah pergerakan harga saham. Menurut interpretasi 2 (dua) informasi keuangan dikatakan relevan secara nilai apabila ia memuat variabel-variabel yang dimuat dalam model penilaian (valuation model) atau membantu dalam memprediksi variabel-variabel tersebut (assists in predicting those variables). Sementara interpretasi 3 (tiga) dan 4 (empat) didasarkan kepada relevansi-nilai yang merupakan asosiasi statistis antara informasi keuangan dengan harga atau return. Collins, Maydew, dan Weiss (1997) melaporkan salah satu dari 3 (tiga) temuan utama risetnya di Amerika Serikat, yaitu berlawanan dengan literatur-literatur yang ada, relevansi-nilai kombinasian antara laba dan nilai buku tidak menunjukkan penurunan dalam 40 (empatpuluh) tahun terakhir, namun malah menunjukkan sedikit peningkatan. 44 Sementara riset di antara negara-negara Eropa berhasil memperlihatkan bahwa pada negara-negara dengan sistem Anglo-Saxon yang berorientasi pasar, relevansi-nilai laporan keuangan akan lebih tinggi dibanding sistem Continental yang berorientasi bank. Sementara penelitian di Norwegia tidak secara jelas dapat memperlihatkan bahwa di negara tersebut terjadi peningkatan atau penurunan relevansi-nilai. Dan terakhir, Pinasti (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa hasil penelitiannya mengarah pada simpulan untuk pasar modal Indonesia, telah terjadi penurunan relevansi-nilai informasi ke waktu. akuntansi dari waktu Penurunan relevansi-nilai dari waktu ke waktu ini tidak dapat diatribusikan kepada variabel industri, karakteristik laba negatif, maupun proporsi item laba tidak berulang. Daftar Referensi Ali, Ashiq, Lee-Seok Hwang. Spring 2000, "Country-Specific Factors Related to Financial Reporting and the Value-relevance of Accounting Data". Journal of Accounting Research. Vol. 1. Collins, D. W., Edward L. Maydew, Ira S. Weiss, 1997, "Changes in the value-relevance of earnings and book values over the past forty years". Journal of Accounting and Economics (24). 39-67. Francis, J., dan K. Schipper. Autumn 1999, "Have Financial Statements Lose their relevance?". Journal of Accounting Research. 319-352. Gjerde, Oystein, Kjell Knivsfia, Frode Saettem. June 2007, "The Valuerelevance of Financial reporting in Norway 1965-2004". Working paper. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara Pinasti, Margani. 2004, "Faktor-faktor yang menjelaskan variasi relevansi-nilai informasi akuntansi- Pengujian hipotesis informasi a/tern a tif. " Simposium Nasional Akuntansi Denpasar. Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. "Positive Accounting 1986. Theory". Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Hal 200-243. Wolk, Harry I., Michael G. Tearney dan L. Dodd. 2001. James "Accounting Theory: A Conceptual and Institusional Approach". Cincinnati, Ohio: South-Western College Publishing, Fifth Edition. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45 45