Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis

advertisement
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian
Empiris Di 8erbagai Negara
Regi Muzio Ponziani
Universitas Gadjah Mada
Sukartini
Jurusan Akuntansi Politeknik, Politeknik Negeri Padang
Abstract
This article seeks to explain how accounting information value relevance prevails in various
countries. Countries included in this research are USA, Norwegia, Indonesia, and a
comparison of value relevance in Anglo Saxon versus Continental countries. It is found that
accounting information is still value relevant in the some countries researched. In USA, over
forty years, there is a decreasing value relevance of earnings. Yet, this results in increasing
value relevance of book value. In Norwegia and Indonesia, value relevance of accounting
information is still increasing. Finally, Ali and Lee (2000) examine the difference between
Anglo Saxon and Code Law countries. Countries included in their research are Australia,
Belgium, Canada, Denmark, France, Germany, Hong Kong, Ireland, Italy, Japan, The
Netherlands, Norway, Singapore, Sweden, Switzerland, and England. As expected,
accounting information value relevance in Anglo Saxon Countries is higher than that of
Common law Countries.
Key words: Value Relevance, Accounting Information, Anglo Saxon, Code Law,Book Value,
Earnings
1.
Pendahuluan
Relevansi-nilai
informasi
akuntansi
mempunyai
arti
bahwa
informasi
akuntansi mampu menjelaskan nilai
perusahaan
(Beaver,
1968
dalam
Franchis
dan
Schipper,
1999).
Kekhawatiran mengenai berkurangnya
relevansi-nilai dari pelaporan keuangan
dan adanya saran-saran untuk mengganti
model pelaporan telah disuarakan oleh
dan
praktisi.
kalangan
akademis
Beberapa dari keprihatinan mengenai
model pelaporan yang sekarang berlaku
(dan sebagai implikasinya, rekomendasi
untuk perubahan) berfokus pada isi dari
apa yang dilaporkan; sebagai contoh,
beberapa pihak telah menyuarakan
bahwa model pelaporan yang sekarang
tidak mampu mengakui dan mengukur
aset ekonomik yang digunakan untuk
menciptakan nilai bagi pemegang saham
(FranciS dan Schipper, 1999). Timbulnya
Situasi seperti ini boleh jadi karena
praktik dan standar akuntansi bersifat
stagnan sementara dunia bisnis telah
berubah, atau karena praktik dan standar
akuntansi telah berubah dengan cara
yang
semakin
menyimpang
dari
tujuannya menyediakan informasi yang
relevan secara nilai, atau keduanya.
Penelitian-penelitian akademik juga telah
menyatakan
keprihatinan
mengenai
permasalahan muatan (content issue).
Sebagai contoh, Collins, Maydew, dan
Weiss (1997, dalam Francis dan
Schipper, 1999) menyimpulkan bahwa
semakin
meningkatnya
pelaporan
mengenai kerugian (losses) dan item-item
khusus (special items) dan meningkatnya
arti penting ekonomik dari aset tak
berwujud
yang
tidak
dilaporkan
(unreported
intangible
assets)
memberikan
kontribusi
kepada
menurunnya relevansi-nilai dari laba dan
meningkatnya relevansi neraca. Lev dan
Zarowin (1999, dalam Francis dan
Schipper, 1999) mempertalikan temuan
mereka
mengenai
berkurangnya
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
relevansi informasi finansial dengan
meningkatnya arti penting aset tak
berwujud
yang
tidak
dilaporkan
(unreported
intangible
assets)
dan
kegagalan model pelaporan keuangan
untuk
mengimbangi
dan
sekaligus
merefleksikan
tingkat
perubahan
lingkungan bisnis yang sangat cepat.
Mereka memandang kerugian (losses)
dan item-item khusus bukan sebagai
sebab
melainkan
sebagai
gejala
penurunan relevansi laba. Dalam hal
merekomendasikan perubahan mengenai
hal-hal yang harus dilaporkan, Amir dan
Lev (1996, dalam Francis dan Schipper,
1999) menyimpulkan studi mereka
tentang industri telekomunikasi wireless
dengan merekomendasikan bahwa "the
required disclosure of new and value
relevant variables (such as customer
churn rates) should be considered and
the accounting rules governing income
measurement and asset valuation. . . in
this industry should be modified."
Kemudian Lev dan Zarowin (1999, dalam
Francis dan Schipper, 1999) juga
menyatakan
mengenai
pentingnya,
namun bukan hanya, kapitalisasi dari
beberapa aset tak berwujud tertentu
(capitalization of certain intangibles)
namun
juga
restatement
laporan
keuangan secara sistematis dan kontinu
untuk merefleksikan resolusi terhadap
ketidakpastian
pada
saat
laporan
keuangan pertama kali dikeluarkan
(resolution to uncertainty which existed
when the original statements were
issued).
Sementara
keprihatinan
lainnya
menyangkut
pelaporan
keuangan
agaknya berkaitan dengan isu kapan
laporan diterbitkan, secara spesifik
berkaitan dengan timeliness pelaporan
keuangan dan sejauh mana informasi
selain keuangan mulai mengambil alih
peranan
informasi
dalam
laporan
keuangan. Dalam konteks ini timeliness
adalah kemampuan laporan keuangan
untuk menangkap kejadian-kejadian yang
relevan secara nilai pada periode yang
sama sebagaimana kejadian-kejadian itu
terefleksi pad a return saham. Salah satu
34
sebab laporan keuangan berbasis GAAP
(GAAP financial statements) kekurangan
timeliness adalah adanya penekanan
pada objektivitas dan verifiabilitas, yang
mana kedua hal ini memitigasi adanya
pengakuan awal terhadap manfaat
ekonomik masa depan (future economic
benefits). Disisi lain, kedua kualitas ini
bersama-sama dengan fungsi audit,
mengharuskan adanya kredibilitas pada
informasi lain (other information) yang
dipublikasikan pad a periode pelaporan.
Jadi peranan konfirmatori (confirmatory
role) dari laporan keuangan mendorong
pengungkapan informasi yang relevan
secara nilai, sehingga menambah suplai
untuk sumber-sumber informasi lainnya,
sehingga seharusnya laporan keuangan
dan
informasi
lainnya
bersifat
komplementer dan bukan substitusi.
Semua rekomendasi dan kekhawatiran ini
dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok,
yang mana masing-masingnya dapat
dianggap independen satu sama lain,
yaitu
a. Pertama, terdapat satu opsi untuk
menyelesaikan masalah konten
dengan mengubah hal-hal apa
yang harus dilaporkan tanpa
mengubah frekuensi pelaporan.
Opsi ini terlihat konsisten dengan
rekomendasi yang diajukan oleh
Amir dan Lev, juga dengan
rekomendasi dari AICPA Special
Committee on Financial Reporting
dan
juga
dengan
beberapa
aktivitas khusus FASB (contoh,
kewajiban untuk mengungkapkan
beberapa
postemployment
benefits;
kewajiban
mengungkapkan biaya kompensasi
yang dibayarkan dalam bentuk
saham; dan terakhir melaksanakan
suatu proyek mengenai pelaporan
bisnis).
b. Kedua, isu mengenai timeliness
bisa
diatasi
dengan
mempublikasikan
laporan
keuangan dengan frekuensi yang
ditingkatkan, misalnya setiap bulan.
Pelaporan
yang
lebih sering
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Di Berbagai Negara
mengurangi
kemungkinan
informasi lain akan menyisihkan
laporan
keuangan,
sehingga
meningkatkan
relevansi-nilai
laporan.
c. Ketiga, perspektif informasi yang
dilaporkan dapat diu bah dengan
mensyaratkan restated financial
statements atau laporan keuangan
prediksian tanpa mengubah apa
yang dilaporkan dan frekuensi
pelaporan. Sehubungan dengan
frekuensi
pelaporan,
semakin
besar nilai informasi masa depan
("look ahead" value) dari laporan
keuangan, maka semakin kecil
kemungkinan
mereka
akan
tersisihkan oleh informasi lain dan
semakin besar relevansi-nilainya
bagi investor.
Dalam menilai yang manakah dari opsiopsi ini yang paling bermanfaat untuk
meningkatkan relevansi-nilai dari laporan
keuangan
akan
memerlukan
benchmarking dari sistem yang sekarang
berlaku dengan ukuran relevansi-nilai
yang disepakati, pelaksanaan perubahan,
kalibrasi
ulang
dan
pemberlakuan
terhadap ukuran relevansi-nilai.
Berikutnya akan dipaparkan mengenai
definisi relevansi-nilai, diikuti dengan
riset-riset di berbagai negara yakni,
Amerika Serikat, Eropa, Norwegia, dan
Indonesia, dan terakhir ditutup dengan
kesimpulan.
2.
Definisi Relevansi-nilai
Menurut Francis dan Schipper (1999),
ada 4 (empat) interpretasi yang mung kin
terhadap relevansi-nilai, yaitu
2.1.
Interpretasi pertama
Interpretasi Pertama adalah bahwa
laporan
keuangan
informasi
mengarahkan harga saham dengan cara
menangkap nilai intrinsik saham yang
merupakan arah pergerakan harga
saham (financial statement information
leads stock prices by capturing intrinsic
share values toward which stock prices
drift). Relevansi-nilai kemudian akan
diukur sebagai profit yang dihasilkan dari
pelaksanaan peraturan trading berbasis
(implementing
accountingakuntansi
based trading rules). Namun Francis dan
Schipper (1999) tidak menggunakan
interpretasi ini dalam penelitian dan
analisisnya, karena mereka tidak yakin
bahwa definisi ini menjadi dasar dari
rekomendasi untuk merubah model
pelaporan keuangan dan karena untuk
In!
melaksanakan
interpretasi
membutuhkan asumsi bahwa harga tidak
merefleksikan nilai intrinsik, namun
angka-angka akuntansi justru yang
merefleksikan nilai intrinsik ini. Pengujian
penelitian
yang
dilaksanakan
atau
berdasarkan asumsi interpretasi Inl
memerlukan banyak penyesuaian dalam
pergeseran risiko sepanjang waktu dan
biasanya
hasil
penelitian
akan
menyatakan bahwa peneliti telah gagal
untuk
melakukan
penyesuaian
berdasarkan risiko dalam melaksanakan
aturan-aturan trading.
2.2.
Interpretasi kedua
Menurut interpretasi 2 (dua) informasi
keuangan dikatakan relevan secara nilai
apabila ia memuat variabel-variabel yang
dimuat dalam model penilaian (valuation
model)
atau
membantu
dalam
memprediksi variabel-variabel tersebut.
Jadi, relevansi-nilainya suatu discounted
dividend valuation model, atau discounted
cash
flow
valuation
model,
atau
discounted residual income model dapat
diukur dari kemampuan laba untuk
memprediksi future dividends, future
earnings, future cash flow, dan future
Kembali
Francis
dan
book-value.
Schipper tidak menggunakan interpretasi
2 (dua) dalam penelitiannya karena daya
prediksi tidaklah menjadi perhatian utama
mereka-mereka yang mengkritik model
Jurnal Akunlansi & Manajemen Vol 3 No.2 Desember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
35
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
pelaporan
berlaku.
2.3.
keuangan
yang
sekarang
Interpretasi ketiga
Interpretasi 3 (tiga) dan 4 (empat)
didasarkan kepada relevansi-nilai yang
merupakan asosiasi statistis antara
informasi keuangan dengan harga atau
return. Menurut interpretasi 3 (tiga),
asosiasi statistis mengukur apakah
investor
benar-benar
menggunakan
informasi
untuk
membentuk
harga
(investors actually use the information in
question in setting prices) sehingga
relevansi-nilai akan diukur sebagai
kemampuan informasi laporan keuangan
untuk merubah bauran total informasi
yang ada di pasar (the ability of financial
statements information to change the total
mix of information in the marketplace).
Interpretasi Inl
menyiratkan
bahwa
relevansi-nilai diukur sebagai "news",
mengimplikasikan bahwa informasi yang
relevan secara nilai mampu mengubah
harga saham karena ia menyebabkan
investor merevisi ekspektasinya.
Pelaksanaan interpretasi 3 (tiga) dalam
setting empirik berarti suatu keharusan
untuk
memperhitungkan
hubungan
timeliness
dan
konseptual
antara
pembentukan ekspektasi (expectation
formation). Untuk dapat melihat hal ini,
maka andaikanlah pengumuman laba
tidak terlalu menggerakkan harga saham.
Hal ini dapat terjadi karena laba itu sendiri
adalah irrelevant noise atau karena laba
telah hampir diantisipasi sepenuhnya oleh
investor dalam artian semua informasinya
telah tertangkap (impounded) di dalam
harga saham sebelum laba dirilis atau
diumumkan.
Laba dapat diprediksi oleh investor
dengan menggunakan informasi laporan
keuangan dimasa lalu dan pengungkapan
informasi lainnya yang dilakukan oleh
manager, analis, atau badan pemerintah.
Francis dan Schipper (1999) berargumen
bahwa semua publikasi informasi lain ini
akan berhenti apabila laporan keuangan
36
lebih sering diterbitkan. Jika kita melihat
dari sudut pandang lain, persepsi akan
pentingnya informasi bagi investor akan
mendorong
aktivitas
pengungkapan
selain
dari
pengungkapan
laporan
keuangan. Jika prediksi laba menjadi
lebih canggih dan akurat dari waktu ke
waktu, maka kandungan informasi dari
pengumuman
laba
akan
semakin
terreduksi. Hal ini bukan berarti investor
tidak tertarik dengan laba; mereka
mungkin sebegitu tertariknya hingga
mereka
mengembangkan
suatu
mekanisma yang sangat kompleks dan
akurat untuk memprediksi laba atau
mereka telah berhasil memaksa manager
dan pihak lain untuk mempublikasi
informasi mengenai laba secara lebih
tepat waktu untuk memperbaiki prediksi
mereka. Oleh karenanya Francis dan
Schipper
(1999)
meyakini
bahwa
interpretasi 3 (tiga) mempertajam kajian
mengenai apakah investor peduli akan isi
dari laporan keuangan ditambah lagi
dengan timeliness dan daya prediksi
informasi tersebut. Francis dan Schipper
(1999) juga belum mampu mendesain
suatu penelitian empirical-archival yang
mengukur
suatu
konsep
sembari
mengukur perubahan konsep lain seiring
dengan berjalannya waktu; tiadanya
kontrol seperti ini membuat sulit untuk
ada
menarik
kesimpulan
apakah
kekurangan dalam isi laporan keuangan
ataukah
semakin
bertambahnya
timeliness dan daya prediksi informasi
lain yang membuat laporan keuangan
menjadi kurang berguna bagi investor.
2.4.
Interpretasi ke empat
Suatu asosiasi secara statistis antara
informasi akuntansi dengan nilai pasar
atau return, khususnya dalam masa
window yang panjang, bisa jadi berarti
bahwa hanya informasi akuntansi yang
sedang
diteliti
saja
(accounting
information in question) yang berkorelasi
dengan informasi yang digunakan oleh
investor
(interpretasi
4).
Dalam
pandangan ini relevansi-nilai diukur oleh
kemampuan informasi laporan keuangan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Di Berbagai Negara
untuk menangkap atau merangkum
informasi yang dapat mempengaruhi
harga saham. Interpretasi Inl tidak
mensyaratkan laporan keuangan sebagai
sumber informasi yang paling awal. Ini
konsisten dengan relevansi-nilai yang
berasal dad isi laporan keuangan itu
sendiri maupun settling-up role, yang
mana laporan keuangan auditan memacu
publikasi
informasi
lain
seperti
management earnings forecast.
3.
3.1.
Riset relevansi nilai di berbagai
negara
Relevansi-nilai Dari Laba dan
Nilai Buku di Amerika Serikat
Disisi lain, perubahan besar yang terjadi
pada perekonomian juga menimbulkan
kekhawatiran bahwa laporan keuangan
telah
kehilangan
relevansi-nilainya.
Secara khusus ban yak pendapat yang
mengatakan bahwa pergeseran dari
ekonomi
industrian
ke
ekonomi
berteknologi
tinggi
dan
ekonomi
berorientasi jasa juga telah membuat
laporan keuangan tradisional kehilangan
relevansinya untuk menilai shareholder
value. Hal ini tertuang dalam laporan
AICPA Special Committee on Financial
Reporting 1994 (The Jenkins Committee
1994) dan di banyak artikel lainnya.
Konsisten dengan klaim ini, Lev (1999,
dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997)
dan Ramesh dan Tiagarajan (1995,
dalam Collins, Maydew, dan Weiss 1997)
melaporkan penurunan relevansi-nilai
seiring
dengan
berjalannya
waktu.
Sebagai tambahan, studi oleh Basu
(1997, dalam Collins, Maydew, dan Weiss
1997), Elliott dan Hanna (1996, dalam
Collins, Maydew, dan Weiss 1997), dan
Hayn (1995, dalam Collins, Maydew, dan
Weiss 1997) menyatakan bahwa laba
negatif dan item-item tak berulang dapat
mempengaruhi
relevansi-nilai
secara
negatif.
item-item tak berulang yang berarti
bahwa relevansi-nilai dari laba semakin
menurun. Namun faktor yang sama yang
mengakibatkan penurunan relevansi nilai
dari laba malah menyebabkan kenaikan
relevansi-nilai dari nilai buku. Penelitian
akhir-akhir ini mengungkapkan bahwa
pentingnya nilai buku semakin meningkat
relatif terhadap laba ketika laba tersebut
negatif atau mengandung item-item tak
berulang (Collins, 1997; Jan dan Ou,
1995, dalam Collins, Maydew, dan Weiss
1997). Ada 2 (dua) penjelasan (yang tidak
mutually-exclusive) mengenai temuan ini:
a. Nilai buku merupakan proksi yang
sangat baik untuk laba di masa
depan
ketika
laba
sekarang
memuat
banyak
komponen
transitori, dan
b. Nilai buku merupakan proksi untuk
opsi keluarnya perusahaan (firms'
abandonement) .
Berangkat dari hal di atas Collins,
Maydew, dan Weiss (1997) menguji
apakah relevansi-nilai dari laba dan nilai
buku bergerak secara berkebalikan
(inversely) dan apakah jika relevansi-nilai
dari laba semakin menurun selnng
berjalannya waktu maka relevansi-nilai
dari nilai buku akan semakin meningkat.
Mereka meneliti mengenai relevansi-nilai
tersebut dengan menggunakan rerangka
penilaian yang digunakan oleh Ohlson
(1995) yang di dalamnya harga saham
merupakan fungsi dari laba dan nilai buku
ekuitas.
Uji
regresi
cross-sectional
dilakukan untuk periode 41 tahun mulai
tahun 1953 sampai 1993 dengan
menggunakan R2 sebagai patokan utama
untuk nilai relevansi-nilai. Kemudian
dengan menggunakan teknik yang
dijelaskan oleh Theil
(1971) dan
diaplikasikan oleh Easton (1985), mereka
melakukan dekomposisi terhadap daya
penjelas dari laba dan nilai buku menjadi
3 (tiga) komponen:
Studi-studi Inl juga mengungkapkan
bahwa akhir-akhir ini perusahan semakin
ban yak mengungkapkan laba negatif dan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Desember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
37
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 8erbagai Negara
a. Daya penjelas
earnings,
inkremental
dari
b. Daya penjelas inkremental dari nilai
buku,
c. Daya penjelas inkremental
laba dan nilai buku.
dari
Pada akhirnya Collins, Maydew, dan
Weiss (1997) melaporkan 3 (tiga) temuan
utama risetnya, yaitu
a. Berlawanan
dengan
literaturliteratur yang ada sebelumnya,
relevansi-nilai kombinasian antara
laba
dan
nilai
buku
tidak
menunjukkan penurunan dalam 40
(em pat puluh) tahun terakhir,
namun malah menunjukkan sedikit
peningkatan,
b. Walaupun relevansi-nilai dari laba
menu run, namun hal ini digantikan
oleh relevansi-nilai dari nilai buku
yang meningkat, dan
c. Pergeseran relevansi-nilai dari laba
ke
nilai
buku
dikarenakan
meningkatnya arti penting itemitem tak berulang, meningkatnya
frekuensi
laba
negatif,
dan
perubahan ukuran perusahaan
rata-rata dan intensitas intangible
seiring
dengan
bertambahnya
waktu.
3.2.
Relevansi-nilai di antara negaranegara dengan Sistem AngloSaxon dan Sistem Continental
Berglbf (1990, dalam Ali dan Lee, 2000)
menyatakan bahwa terdapat dua tipe
sistem finansial-berorientasi bank (bankoriented) dan berorientasi pasar (marketoriented). Pad a sistem berorientasi bank,
bisnis memiliki ikatan yang kuat dengan
bank, yang menyuplai sebagian besar
modalnya; bank berfokus pad a utang
jangka panjang dan equity-holding; dan
bank memiliki akses lang sung terhadap
informasi
perusahaan
sehingga
38
mengurangi permintaan terhadap laporan
keuangan
publikasian.
Sistem
berorientasi pasar sebaliknya memiliki
banyak sekali investor tanpa akses
langsung ke informasi perusahaan.
Investor akan sangat bergantung pada
pengungkapan informasi keuangan untuk
memperoleh
informasi
yang
akan
digunakan saat penilaian sekuritas dan
Oleh
pemonitoran
manajemen.
karenanya
sistem
market-oriented
diharapkan akan menunjukkan relevansinilai informasi akuntansi dalam laporan
keuangan yang lebih besar.
Ali dan Lee (2000) melakukan penelitian
atas dasar di atas terhadap 16 (enam
belas) negara yang menganut dua sistem
finansial tersebut. Negara-negara itu
adalah
Australia
Belgia,
Kanada,
Denmark, Prancis, Jerman, Hong Kong,
Irlandia,
Italia,
Jepang,
Belanda,
.Norwegia, Singapura, Swedia, Swiss, dan
Inggris.
Ali dan Lee menggunakan dua macam
ukuran
untuk
menentukan
tingkat
orientasi bank dan pasar, yaitu
a. Ukuran pertama adalah rasio utang
terhadap aset. Berglof (2000,
dalam
Ali
dan
Lee,
2000)
menyatakan bahwa tidak adanya
restriksi yang ketat terhadap bank
komersial pad a sistem berorientasi
bank menyebabkan bank dapat
lebih efektif dalam mengontrol
perusahaan
dan
dapat
mengucurkan
kredit
melebihi
jumlah yang biasanya dikucurkan
pad a sistem berorientasi pasar.
Konsisten dengan argumen ini, ia
menunjukkan
bahwa
sistem
berorientasi bank memiliki rasio
utang terhadap aset yang lebih
tinggi. Namun karena rasio utang
terhadap aset dapat dipengaruhi
oleh waktu (tahun), industri, dan
ukuran perusahaan, maka Ali dan
Lee
menggunakan
sampel
perusahaan-perusahaan
di
Amerika Serikat untuk mengontrol
ketiga faktor ini. Secara spesifik,
mereka mengukur rasio utang
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 6erbagai Negara
terhadap aset sebagai selisih
antma
median
rasio
utang
terhadap
aset
suatu
negara
dengan
median
rasio
utang
terhadap aset 100 (seratus) sampel
perusahaan
Amerika
yang
ditandingkan (matched) menurut
tahun,
industri,
dan
ukuran
perusahaan.
persamaannya secara umum. Terdapat
empat macam praktik akuntansi;
a. British-American,
b. Continental,
c. South American, dan
d. Mixed Economy.
b. Ukuran kedua adalah jumlah
perusahaan
yang
sahamnya
diperdagangkan untuk
publik
dalam suatu negara berbanding
dengan populasi negara tersebut.
Laporta et al. (1997) menyatakan
Inl
dapat
bahwa
ukuran
menangkap tingkat keluasan pasar
pendanaan
ekuitas.
Karena
konsentrasi ekuitas dengan debt
holding berkorelasi positif (Berglof
2000, dalam Ali dan Lee, 2000)
maka ukuran Inl juga dapat
menangkap keluasan pendanaan
utang. Sehingga Ali dan Lee
menggunakan ukuran ini sebagai
proksi tingkat orientasi sistem
pasar suatu negara.
Jika standar akuntansi diatur oleh suatu
badan pemerintah, maka badan tersebut
cenderung menetapkan standar yang
akan memenuhi kebutuhan pemerintah,
seperti penghitungan pajak pendapatan,
atau kepatuhan terhadap kebijakan
nasional
pemerintah
dan
rencana
makroekonomi (Wyatt, 1997, dalam Ali
dan Lee, 2000). Oalam rezim seperti ini,
oleh
persyaratan
yang
diharuskan
regulasi tidak terlalu menentukan praktik
akuntansi keuangan dan akuntansipun
tidak
memperhatikan
kepentingan
penyedia modal. Oleh karenanya Ali dan
Lee
memprediksi
bahwa
laporan
keuangan pad a negara-negara yang
standar akuntansinya diatur oleh sektor
swasta akan memiliki relevansi-nilai yang
lebih tinggi. Ali dan Lee mengkode
sampelnya
kepada
apakah
GMP
ditentukan oleh pemerintah (diberi angka
0) atau sektor swasta (diberi angka 1).
Studi-studi sebelumnya mengelompokkan
praktik
akuntansi
berdasarkan
Oalam penelitian Ali dan Lee, sampel
hanya jatuh ke dalam 2 (dua) kategori
yaitu Continental (diberi angka 0) dan
British-American
(1).
Berdasarkan
penelitian oleh Mueller, Gernon, dan
Meek (1994, dalam Ali dan Lee, 2000),
praktik akuntansi British-American lebih
berorientasi
kepada
pembuatan
keputusan oleh investor. Oleh karenanya
diharapkan laporan keuangan pada
negara-negara sistem British-American
lebih relevan secara nilai.
Oleh karena peraturan perpajakan dapat
berpengaruh pada praktik akuntansi
keuangan, maka Ali dan Lee menjadikan
peraturan perpajakan sebagai variabel
tersendiri. Oi beberapa negara, laporan
keuangan
mencerminkan
peraturan
perpajakan yang berlaku, yang pada
gilirannya akan dipengaruhi oleh aspekaspek ekonomi, sosial, dan politik seperti
mempromosikan
aktivitas
ekonomi
tertentu,
menurunkan
angka
pengangguran, mengontrol inflasi, atau
mendistribusikan
kekayaan.
Karena
tujuan utama dari peraturan perpajakan
bukanlah untuk memenuhi kebutuhan
informasi partisipan pasar modal, maka
relevansi-nilai laporan keuangan pada
negara-negara yang memiliki tax-book
conformity akan menjadi rendah. Lebih
jauh lagi, peraturan perpajakan ini akan
memberikan insentif bagi perusahaanperusahaan untuk mengurangi pajak
dengan cara menurunkan laba secara
sistematis dan hal ini akan semakin
menurunkan
relevansi-nilai
laporan
keuangan. Ali dan Lee memberikan kode
o (nol) untuk kesejajaran (alignment)
yang tinggi antara peraturan perpajakan
dan kode 1 (satu) untuk kesejajaran yang
rendah.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
39
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi 8erbagai Negara
Ali dan Lee juga menggunakan tingkat
belanja jasa eksternal audit sebagai
indikasi tingkat permintaan laporan
keuangan. Jika permintaan laporan
keuangan meningkat, maka relevansinilainya juga meningkat.
dan politik, bukan dipengaruhi oleh
kebutuhan informasi investor. Lebih
jauh lagi, pemenuhan terhadap
peraturan perpajakan menimbulkan
insentif untuk menurunkan pajak
dengan
cara
sistematis
menurunkan laba yang pada
gilirannya
akan
menurunkan
relevansi-nilai laporan keuangan
perusahaan.
Berikut ini adalah temuan dari penelitian
Ali dan Lee;
a. Pertama,
peneliti
menemukan
bahwa nilai relevansi-nilai lebih
rendah
pada
negara-negara
berorientasi
bank
dibanding
berorientasi pasar. Temuan In!
konsisten dengan permintaan yang
rendah terhadap laporan keuangan
publikasian
pada
sistem
berorientasi bank, karena bank
memiliki akses langsung pada
informasi perusahaan.
b. Kedua, peneliti menemukan bahwa
relevansi-nilai lebih rendah untuk
negara-negara yang di dalamnya
sektor swasta tidak dilibatkan
dalam proses penetapan standar.
Temuan Inl konsisten dengan
premis bahwa otoritas penetapan
laporan
keuangan,
pemerintah
menetapkan
standar-standar
akuntansi yang tujuan utamanya
adalah
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
utama
regulasi seperti penghitungan pajak
pendapatan
atau
kepatuhan
terhadap kebijakan pemerintah
nasional
dan
rencana
makroekonom i.
c. Ketiga, konsisten dengan penelitian
sebelumnya, peneliti menemukan
bahwa relevansi-nilai lebih rendah
untuk negara-negara penganut
sistem
kontinental
dibanding
British-American.
d. Keempat, relevansi-nilai memiliki
nilai yang lebih rendah ketika
peraturan
perpajakan
secara
signifikan mempengaruhi peraturan
perpajakan. Hal ini terjadi karena
peraturan perpajakan dipengaruhi
oleh tujuan-tujuan ekonomi, sosial,
40
e. Terakhir,
nilai
relevansi-nilai
menjadi lebih tinggi ketika semakin
ban yak
sumber
daya
yang
dibelanjakan untuk jasa audit
eksternal. Sumber daya yang
dibelanjakan untuk jasa audit ini
menunjukkan tingginya permintaan
akan laporan keuangan.
3.3.
Relevansi-nilai di Norwegia
Penelitian
relevansi-nilai
laporan
keuangan di Norwegia dilakukan oleh
Gjerde, Knivsfla, dan Saettem (2007).
Sistem akuntansi Norwegia mengalami
perubahan yang substansial selama
dekade
terakhir.
Peneliti
berhasil
mengidentifikasi 4 {em pat) kejadian besar
akuntansi (major accounting events) atau
revolusi
yang
membentuk
arah
NGAAP
(Norwegian
perkembangan
GAAP). Kejadian-kejadian itu adalah
a. Accounting Act 1977,
b. Pengenalan open assets reserve
1984,
c. Pengenalan
pajak
tangguhan
(deferred tax) 1992, dan
d. Accounting Act 1998.
NGAAP mendapat pengaruh secara
gradual dari badan penetapan standar
nasional dan juga sedikit dari perubahan
legislatif.
Pegaruh-pengaruh
Inl
mengharmonisasi
NGAAP
dengan
IFRSIIAS dan USGAAP.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
Pada periode 1965-1976, akuntansi untuk
perseroan terbatas di Norwegia diatur
oleh Chapter 9 dari Company Act of 1957
lain
yang
dan
peraturan-peraturan
berkaitan dengan Chapter ini. Pada
periode ini, laporan keuangan didasarkan
pada
pengukuran
kos
yang
dikombinasikan dengan lower of cost or
market principle yang disyaratkan untuk
aset tetap maupun aset lainnya seperti
persediaan.
Estimasi,
seperti umur
ekonomi
aset
tetap
yang
dapat
terdepresiasi, dihitung dengan cara yang
sangat
pruden
karena
adanya
pertimbangan pajak, sehingga mengarah
pada hidden asset reserves.
Pad a periode 1977-1984, pelaporan
keuangan diatur oleh Chapter 11 dari
Company Act 1976 untuk perseroan
terbatas dan Accounting Act of 1977
untuk yang lainnya. Tradisi pengukuran
pad a kos dikombinasikan dengan sikap
prudent masih berlanjut. Namun model
yang dikaitkan dengan pajak (tax linked
model) diperkenalkan sebagai suatu
usaha untuk menjaga agar penyajian
laporan keuangan lebih selaras dengan
kebutuhan informasi oleh investor dan
kreditor, serta otoritas pajak. Model ini
membuat sebuah link diakhir laporan
laba-rugi yang mana perbedaan antara
laba akuntansi dan laba taxable income
disajikan. Pad a neraca, perbedaan ini
dikenal sebagai untaxed reserve atau
untaxed equity, suatu kombinasi antara
modal dan utang. Oleh karenanya
perubahan
pada
untaxed
reserve
dilaporkan sebagai penyesuaian pada
laba, yang pad a laporan laba-rugi
letaknya mendahului bottom line. Format
Inl terus diadopsi untuk berbagai
perbedaan waktu (timing difference)
antara nilai akuntansi dan nilai pajak.
Dengan berkurangnya insentif pajak,
maka sikap prudent dalam penilaianpun
semakin berkurang. Pada periode ini
standar akuntansi dikeluarkan oleh
Association
of
Certified
Public
Accountant.
Pad a periode 1984-1991, penyajian
laporan
keuangan
diregulasi
oleh
Accounting Act of 1977. Mengikuti
perubahan besar pad a peraturan pajak
untuk depresiasi pada 1984, perbedaan
waktu pada penilaian akuntansi terhadap
aset tetap juga dicakup oleh tax link
format,
sehingga
semakin
banyak
estimasi untuk umur manfaat sebagai
kebalikan dari prinsip konservatif untuk
pertimbangan
pajak.
Hidden
asset
telah
disebutkan
reserves
yang
sebelumnya kini telah menjadi open asset
reserves yang disebut untaxed equity
pad a sisi modal di neraca. Informasi
mengenai
cadangan
yang
dapat
dikenakan pajak disebutkan pada catatan
atas laporan keuangan. Namun upaya
mlnlmlsasi pajak masih memegang
peranan penting dalam pengukuran laba.
Pada periode ini Norwegia Accounting
Standard Board (NASB) didirikan untuk
dalam
melanjutkan
tugas
profesi
mengeluarkan standar.
Pad a periode 1992-1998, akuntansi
keuangan diregulasi oleh Accounting Act
of 1977. Pada tahun 1990 dibentuklah
Komite Accounting Act yang bertugas
membuat draf proposal untuk merevisi
Accounting Act. Tahun 1992 komite
menyerahkan
laporan
mengenai
akuntansi untuk pajak pendapatan.
Sebagai akibat dari reformasi perpajakan
1992, terjadi perubahan perundangundangan akuntansi ditandai dengan
dikenalkannya utang pajak tangguhan
dan aset. Norwegia pun dikatakan
sebagai bag ian dari negara-negara Eropa
yang memiliki independensi yang tinggi
antara aturan akuntansi dan aturan
perpajakan.
Pada periode 1999-2004, pelaporan
keuangan diregulasi oleh Accounting Act
of 1998, melanjutkan proposal dari
Komite Accounting Act pada tahun 1990.
Undang-undang
In!
menggambarkan
kepatuhan yang terus berlanjut rerangka
hukum peraturan. Undang-undang ini
berbasis prinsip yang mana peraturan
diturunkan dari prinsip dasar, seperti
peraturan untuk aset tetap dan aset tak
berujud, maupun aset lancar seperti
persediaan. Prinsip utama adalah konsep
kos historis dan ada juga konsep
penandingan. Juga merupakan salah satu
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
41
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
prinsip dasar adalah sikap pruden yang
mana semua kerugian harus diakui. Fair
value untuk instrumen keuangan jangka
pendek yang likuid juga dikenalkan.
Persyaratan-persyaratan
dasarnya
adalah semua akun-akun harus sesuai
dengan prinsip akuntansi yang baik, yang
berarti penetapan standar yang dilakukan
oleh NASB sudah diakui oleh perundangundangan.
Secara keseluruhan, selama periode
1965-2004, telah berubah dari sistem
Continental berorientasi kreditor dan
Anglo-Saxon
pajak
menuju
sistem
berorientasi investor.
Namun fokus
Norwegia mengenai laba yang berasal
dari penandingan pendapatan dan biaya
untuk satu periode masih berbeda dari
konsep laba FASB dan IASB yang mana
laba berasal dari perubahan pad a ekuitas
yang pad a gilirannya diturunkan dari
definisi aset dan utang.
Pad a akhirnya Gjerde, Knivsfla, dan
Saettem
(2007)
melaporkan
hasil
penelitiannya, yaitu
a. Pertama, ukuran relevansi-nilai
yang berasal dari regresi harga
tahunan (annual price regression)
tidak berhasil mengungkap adanya
suatu tren. Belum diketahui apakah
relevansi-nilai
meningkat
atau
menurun.
Namun
begitu,
pengenalan open asset reserves
pad a tahun 1984 berkontribusi
pada
peningkatan
koefisien
respons di Neraca dan penurunan
relevansi-nilai di laporan laba-rugi.
Terdapat
bukti
yang
lemah
mengenai peningkatan respons
nilai buku karena Accounting Act of
1998 dan penurunan respons laba
karena Accounting Act of 1977.
b. Kedua, berdasarkan ukuran-ukuran
dari regresi return tahunan, hasil
penelitian
bervariasi.
Dengan
berkurangnya
variabel
kontrol,
peneliti berhasil mengidentifikasi
tren waktu yang positif terutama
dikarenakan
meningkatnya
relevansi-nilai
inkremental
dari
42
laba. Kejadian yang menyebabkan
hal ini adalah Accounting Act of
1998. Sementara dua principle
components yang menggambarkan
kumpulan penuh variabel kontrol
tidak berhasil mendeteksi tren
waktu.
Namun
signifikansi
Accounting Act of 1998 adalah
positif dan signifikan.
c. Dan ketiga, berdasarkan ukuran
relevansi-nilai yang diperoleh dari
regresi return abnormal tahunan,
peneliti menemukan tren relevansinilai yang meningkat untuk semua
ukuran relevansi laba.
3.4.
Relevansi-nilai di Indonesia
Margani
Pinasti
(2003)
melakukan
penelitian mengenai relevansi-nilai di
Indonesia. Suatu hipotesis yang diberi
nama 'hipotesis informasi alternatif .
(alternative
information
hypothesis)
diajukan dalam penelitian ini. Dalam
hipotesis informasi alternatif ini, peneliti
berargumen bahwa dari waktu ke waktu
semakin banyak tersedia informasi, selain
informasi akuntansi, bagi investor di
pasar modal. Informasi-informasi alternatif
tersebut akan semakin banyak digunakan
oleh
investor
dalam
penilaian
perusahaan.
Beralihnya
perhatian
investor kepada sumber-sumber informasi
alternatif
tersebut
mengakibatkan
menurunnya
relevansi-nilai
informasi
ke
waktu.
akuntansi
dari
waktu
Sebagaimana dinyatakan oleh Rimerman
(1990), beberapa kebutuhan informasi
pemakai laporan keuangan yang tidak
dapat dipenuhi oleh informasi akuntansi,
menyebabkan investor berpaling ke
informasi-informasi non-akuntansi. Oleh
karenanya penulis menyatakan hipotesis
pertamanya sebagai "Relevansi-nilai
akan semakin menurun dari waktu ke
waktu."
Kemudian,
faktor industri berkaitan
dengan masalah accounting recognition
lag. Penerapan prinsip-prinsip akuntansi
yang
menyebabkan
accounting
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
recognition lag membawa dampak yang
berbeda bagi industri yang berbeda. Amir
dan Lev (1996, dalam Pinasti 2003) dan
Lev dan Zarowin (1999, dalam Pinasti
2003) menyatakan bahwa informasi
akuntansi keuangan mempunyai nilai
yang terbatas bagi investor ketika menilai
perusahaan-perusahaan berbasis jasa
dan teknologi yang melakukan investasi
dalam aktiva-aktiva
tidak
berwujud
misalnya
riset
dan
(intangibles),
pengembangan, sumber daya manusia.
Oleh karenanya, hipotesis ke 2 (dua)
dinyatakan
sebagai
"Relevansi-nilai
informasi akuntansi akan lebih rendah
untuk perusahaan-perusahaan dalam
industri yang berbasis jasa dan
teknologi."
Berkenaan dengan hipotesis ke 3 (tiga),
peneliti
memberikan
uraian
pengembangan
hipotesis
dengan
bersandarkan pada Hayn (1995) dalam
Collins et al. (1997) yang menemukan
bahwa perusahaan-perusahaan yang
melaporkan laba negatif mempunyai
koefisien respon laba yang lebih rendah
dibandingkan
dengan
perusahaanperusahaan yang melaporkan laba positif.
Basu (1997) dalam Collins et al. (1997)
menjelaskan
bahwa
dalam
sistem
akuntansi yang konservatif, perusahaan
akan memasukkan bad news ke dalam
laba lebih cepat daripada good news.
Oleh karena perlakuan yang tidak
simetris ini (antara bad news dan good
news), maka penurunan laba (atau
kerugian) akan lebih bersifat transitori
laba.
Secara
daripada
kenaikan
keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa
laba
neg at if
dapat
mempengaruhi
relevansi-nilai informasi akuntansi. Oleh
karenanya,
hipotesis
ke
3
(tiga)
dinyatakan
sebagai
"Relevansi-nilai
informasi akuntansi akan lebih rendah
untuk perusahaan-perusahaan dengan
laba negatif."
Berkenaan dengan hipotesis ke 4
(empat), secara empiris, kebanyakan
item-item laba yang tidak berulang
merupakan kerugian (Elliott dan Hanna,
1997; Maydew, 1997 dalam Collins et a/.,
1997). Basu (1997) dalam Collins et al.
(1997) menemukan bahwa bad news
mempunyai dampak yang lebih rendah
terhadap harga dibandingkan good news.
Secara keseluruhan, hal ini membawa
kepada indikasi bahwa item-item laba
yang tidak berulang dapat mempengaruhi
relevansi-nilai informasi akuntansi. Oleh
karenanya hipotesis ke 4 (em pat)
dinyatakan sebagai "Item-item laba tidak
berulang mempengaruhi relevansi-nilai
informasi akuntansi."
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
a.
Variabel
waktu
mampu
menjelaskan variasi relevansinilai
informasi
akuntansi.
Penjelasan
tersebut
secara
statistis signifikan pada a = 0,05.
Hal ini menunjukkan terjadinya
penurunan
relevansi-nilai
informasi akuntansi dari waktu ke
waktu,
b.
Variabel industri dan varia belvariabel transitori laba (yaitu
karakteristik laba negatif dan
proporsi item laba tidak berulang)
tidak dapat menjelaskan variasi
relevansi-nilai
informasi
akuntansi,
c.
Variabel waktu tetap mampu
menjelaskan variasi relevansinilai informasi akuntansi ketika
diregresikan
bersama-sama
dengan variabel industri, variabel
dummy laba positif/negatif, dan
variabel desil item laba tidak
berulang.
Secara
keseluruhan,
penelitian
ini
mengarah kepada simpulan bahwa untuk
pasar modal Indonesia, telah terjadi
penurunan
relevansi-nilai
informasi
akuntansi dari waktu ke waktu.
Penurunan relevansi-nilai dari waktu ke
waktu ini tidak dapat diatribusikan kepada
variabel industri, karakteristik laba negatif,
maupun proporsi item laba tidak
berulang. Jadi, penurunan relevansi-nilai
informasi akuntansi dari waktu ke waktu
kemungkinan besar memang dijelaskan
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
43
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
oleh semakin rendahnya relevansi-nilai
informasi akuntansi dari waktu ke waktu,
yang merupakan refleksi respon pelaku
pasar terhadap informasi akuntansi. Hasil
penelitian
Inl
mendukung hipotesis
informasi alternatif, yaitu penurunan
relevansi-nilai informasi akuntansi dari
waktu ke waktu di Indonesia disebabkan
oleh perubahan respon pelaku pasar
terhadap informasi akuntansi, sebagai
akibat tersedianya dan digunakannya
informasi-informasi
alternatif
dalam
penilaian perusahaan pada waktu-waktu
kini.
4.
Simpulan
Relevansi-nilai
informasi
akuntansi
mempunyai
arti
bahwa
informasi
akuntansi mampu untuk menjelaskan nilai
perusahaan (Beaver, 1968). Menurut
Francis dan Schipper (1999), ada 4
(empat)
interpretasi
yang
mungkin
Interpretasi
terhadap
relevansi-nilai.
pertama adalah bahwa informasi laporan
keuangan mengarahkan (lead) harga
saham dengan cara menangkap nilai
intrinsik saham yang merupakan arah
pergerakan harga saham. Menurut
interpretasi 2 (dua) informasi keuangan
dikatakan relevan secara nilai apabila ia
memuat variabel-variabel yang dimuat
dalam model penilaian (valuation model)
atau membantu dalam memprediksi
variabel-variabel tersebut (assists in
predicting those variables).
Sementara interpretasi 3 (tiga) dan 4
(empat) didasarkan kepada relevansi-nilai
yang merupakan asosiasi statistis antara
informasi keuangan dengan harga atau
return. Collins, Maydew, dan Weiss
(1997) melaporkan salah satu dari 3 (tiga)
temuan utama risetnya di Amerika
Serikat, yaitu
berlawanan dengan
literatur-literatur yang ada, relevansi-nilai
kombinasian antara laba dan nilai buku
tidak menunjukkan penurunan dalam 40
(empatpuluh) tahun terakhir, namun
malah menunjukkan sedikit peningkatan.
44
Sementara riset di antara negara-negara
Eropa berhasil memperlihatkan bahwa
pada negara-negara dengan sistem
Anglo-Saxon yang berorientasi pasar,
relevansi-nilai laporan keuangan akan
lebih tinggi dibanding sistem Continental
yang berorientasi bank. Sementara
penelitian di Norwegia tidak secara jelas
dapat memperlihatkan bahwa di negara
tersebut
terjadi
peningkatan
atau
penurunan relevansi-nilai.
Dan terakhir, Pinasti (2003) dalam
penelitiannya mengatakan bahwa hasil
penelitiannya mengarah pada simpulan
untuk pasar modal Indonesia, telah terjadi
penurunan
relevansi-nilai
informasi
ke
waktu.
akuntansi
dari
waktu
Penurunan relevansi-nilai dari waktu ke
waktu ini tidak dapat diatribusikan kepada
variabel industri, karakteristik laba negatif,
maupun proporsi item laba tidak
berulang.
Daftar Referensi
Ali, Ashiq, Lee-Seok Hwang. Spring 2000,
"Country-Specific Factors Related
to Financial Reporting and the
Value-relevance of Accounting
Data". Journal of Accounting
Research. Vol. 1.
Collins, D. W., Edward L. Maydew, Ira S.
Weiss, 1997, "Changes in the
value-relevance of earnings and
book values over the past forty
years". Journal of Accounting and
Economics (24). 39-67.
Francis, J., dan K. Schipper. Autumn
1999, "Have Financial Statements
Lose their relevance?". Journal of
Accounting Research. 319-352.
Gjerde, Oystein, Kjell Knivsfia, Frode
Saettem. June 2007, "The Valuerelevance of Financial reporting in
Norway 1965-2004". Working
paper.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Sintesis Penelitian Empiris Oi Berbagai Negara
Pinasti,
Margani. 2004, "Faktor-faktor
yang
menjelaskan
variasi
relevansi-nilai
informasi
akuntansi- Pengujian hipotesis
informasi a/tern a tif. " Simposium
Nasional Akuntansi Denpasar.
Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman.
"Positive
Accounting
1986.
Theory". Englewood Cliffs, NJ:
Prentice Hall, Hal 200-243.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney dan
L.
Dodd.
2001.
James
"Accounting
Theory:
A
Conceptual and
Institusional
Approach".
Cincinnati,
Ohio:
South-Western
College
Publishing, Fifth Edition.
Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2 Oesember 2008 ISSN 1858-3687 hal 33-45
45
Download