TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman(Indeks Diversitas) Indeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari dua komponen yaitu: Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan kekayaan spesies. Kesamaan spesies, menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies tersebut (yaitu jumlah individu, biomassa, tanaman penutup tanah) tersebar antara banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari 10% species, jika 90% adalah 1 species dan 10% adalah 9 jenis yang tersebar, kesamaan disebut rendah. Sebaliknya jika masing-masing species jumlahnya 10%, kesamaannya maksimum. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks kesamaan dan indeks kekayaan kemudian digabungkan menjadi indeks keanekaragaman dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas, yaitu: jumlah spesies, kelimpahan relative, homogenitas, dan ukuran area sampel (Irwanto, 2008). Serangga memiliki keanekaragaman yang begitu besar dan pengklasifikasiannya menimbulkan banyak masalah. Agar dapat dimengerti dan digunakan, sebuah klasifikasi harus berdasarkan pada pola evolusi yang sejauh ini dapat dibuktikan dari fakta yang tersedia. Klasifikasi adalah sebuah sistem informasi untuk informasi tentang organisme dan juga informasi untuk memperbaharui sistem itu lagi (Evans, 1984). Universitas Sumatera Utara Keanekaragaman Serangga dan Faktor yang Mempengaruhinya Keanekaragaman jenis adalah sifat komunitas yang diperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Menurut Odum (1971) untuk memperoleh keanekaragaman cukup diperlukan mengenal dan membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi secara mendetail tentang serangga tersebut (Krebs, 1978). Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan, sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk dan sebagai penular (vector) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994). Faktor-faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain : persaingan antar individu dalam suatu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya cuaca, suhu dan kelembapan. Sedangkan faktor internal perubahan genetik dari populasi (Oka, 1995). Kita mengetahui bahwa makanan merupakan sumber gizi yang diperlukan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualiatas yang cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun (Jumar, 2000). Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda Universitas Sumatera Utara antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, di sekitar waktu tanaman pengambilan (penggunaan sampel dan keadaan habitat tanaman tanah) penutup (Rizali, Buchori dan Triwidodo, 2002). Ledakan Populasi Serangga Peledakan populasi serangga dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator dan parasit), dimana sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan populasi dan memang menekan laju pertumbuhan populasi (Heddy dan Kurniawaty, 1996). Odum (1971) menyatakan bahwa dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan seimbang dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Menurut Harahap (1994) di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena banyak faktor pengendalinya baik yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik maupun biotik. Dengan demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga kadang-kadang populasinya meledak dan menjadi hama. Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbedabeda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak Universitas Sumatera Utara sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup (keadaan tofografi) atau habitatnya (Gallangher dan Lilies, 1991). Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan apa tingkat antar spesies (persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (Untung, 1996). Dalam ekosistem alami semua makhluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama, di ekosistem alamiah keanekaragaman jenis sangat tinggi. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem penanaman yang beranekaragam akan berpengaruh terhadap populasi hama (Oka, 1995). Universitas Sumatera Utara