Yang selanjutnya adalah Roh Kudus memberikan

advertisement
Yang selanjutnya adalah Roh Kudus memberikan kuasa kepada para saksi. Roh Kudus
memenuhi gereja sehingga kita memberitakan Injil ke ujung dunia. Inilah sebabnnya Roh Kudus
memenuhi kita. Yohanes 20:21-22, Alkitab menuliskan, ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama
seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." sesudah berkata
demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.” Saya membaca salah
satu tafsiran ayat ini dan di sana dijelaskan, “Yesus mengembusi adalah sebuah nubuat tentang
apa yang dijanjikan Bapa yang akan dengan penuh kuasa bisa terjadi di hari Pentakosta.”
Jadi, Roh Kudus memberikan kuasa kepada para saksi. Allah dimuliakan dalam kesempurnaan
inkarnasi dan di dalam keberlangsungan inkarnasi. Yang saya maksudkan adalah, kita bukan
inkarnasi dalam cara yang sama dengan Roh dan dengan cara yang sepenuhnya Ilahi dan
sepenuhnya manusia, tetapi gambarannya adalah seperti melanjutkan tongkat estafet dalam
Kisah Para Rasul 1. Ketika Yesus mengatakan, “Aku akan memberikan Roh Kudus dan kamu
akan menerima kuasa,” maka Roh Kudus memenuhi kita dengan kuasa. Inilah yang sudah
dikatakan oleh Yesus kepada para murid-Nya di bagian akhir Lukas, Lukas 24:47-49, “kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
Di dalam penjelasan dari Lukas 24, Yesus memberikan garis besar dari berita yang disampaikanNya. Inilah Injil, ini metodenya, kamu akan memberitakannya ke seluruh dunia dan Yesus
menjanjikan caranya. “Aku akan memberikan kepadamu Pribadi yang kamu perlukan untuk
mengkomunikasikan hal itu,” dan itulah janji-janji yang sudah diberikan-Nya ketika Ia mengutus
mereka. Ia mengatakan, “Roh Kudus akan berbicara melalui kamu.” Dan inilah yang terjadi di
sini. Roh Kudus memberikan kepada kita suatu tujuan dan tujuan itu adalah untuk memberitakan
Injil. Ini sangat penting. Anda tahu, kita sudah berbicara mengenai buah-buah Roh Kudus.
Apakah tujuan Roh Kudus datang kepada kita? Tujuan dari Roh Kudus adalah untuk melakukan
semuanya itu sehingga kita akan menjadi serupa dengan Kristus, dihiburkan dan dikuatkan,
sehingga kita bisa menunjukkan dan menyatakan Injil kepada dunia di sekitar kita. Itulah
gambarannya di sini. Yang sangat menarik adalah kalau anda melihat bagian di dalam
Perjanjian Lama, Bilangan 11, Bilangan 24, 2 Samuel 23, Yehezkiel 11, semuanya mengatakan
bahwa ketika Roh Kudus datang kepada seseorang maka ia akan mulai bernubuat. Mereka
mulai berkata-kata. Lalu anda melihat di dalam Perjanjian Baru, kita tidak akan melihat
semuanya, tetapi delapan kali di dalam Perjanjian Baru selain yang dituliskan di dalam Efesus
5:18, “Penuhlah dengan Roh Kudus,” delapan kali dikatakan secara jelas mengenai orang-orang
yang kepenuhan Roh Kudus dan semuanya dikaitkan dengan pemberitaan Injil atau Firman
Allah. Setiap kali dikatakan di dalam Perjanjian Baru, khususnya di dalam Injil Lukas dan Kisah
Para Rasul, “Dipenuhi dengan Roh Kudus dan mereka mulai berkata-kata.” Roh Kudus datang
kepada manusia dan mereka mulai berbicara tentang Injil. Ini beberapa ayat yang bisa
disebutkan, Lukas 1:13-15, kalau anda mau mencatatnya, silahkan, Lukas 1:13-15, pasal yang
sama ayat 39-41, Lukas 1:13-15, 39-41 dan Lukas 1:67-69. Jadi tiga kali di dalam Injil Lukas,
semuanya mengatakan ketika mereka dipenuhi dengan Roh Kudus mereka mulai berkata-kata.
Lalu anda bisa melihat dalam Kisah Para Rasul 2, dan semua yang lain juga di dalam Kisah Para
Rasul, Kisah Para Rasul 2:2-4, itulah yang terjadi di hari Pentakosta, Kisah Para Rasul 2:2-4,
Kisah Para Rasul 4:8, Kisah Para Rasul 4:31, Kisah Para Rasul 9:17, dan Kisah Para Rasul 13:811. Delapan kali, 4:8, 4:31, 9:17, 13:8-11, delapan kali di dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul
menulis tentang orang-orang dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus memberikan kita tujuan untuk
memberitakan Injil dan Roh Kudus memberikan garis besar rencana-Nya. Keseluruhan Injil
melalui seluruh gereja ke seluruh dunia, Roh Kudus menghendaki dunia bagi Kristus.
Di sini jelas sekali bahwa dari semua fase pekerjaan Roh Kudus di dalam Gereja, menjadi
kesimpulan yang sangat jelas, saya berharap bahwa memahami fase-fase itu akan menolong kita
melihat pentingnya karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Karena sebenarnya tanpa Roh
Kudus kita bukan apa-apa. Kita bahkan tidak memiliki nafas hidup, saudara seiman, apalagi
kenyamanan karena kekuatan atau karunia. Kita tidak memiliki apapun. Dengan Roh Kudus kita
memiliki segala sesuatu, semuanya, yang menjadi milik Bapa diberitahukan-Nya kepada kita
melalui Roh Kudus-Nya.
Mari kita memperhatikan beberapa bagian ini tentang Roh Kudus: Menghujat Roh Kudus,
baptisan Roh Kudus, dipenuhi Roh Kudus, karunia Roh Kudus, nubuat, bahasa roh, dan
kesembuhan.
Kita mulai dengan menghujat Roh Kudus, Matius 12:31-32, Yesus mengatakan, “Sebab itu Aku
berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh
Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia,
ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak,
dan di dunia yang akan datang pun tidak.” Ini menimbulkan banyak pertanyaan, “Menghujat Roh
Kudus tidak akan diampuni?” Ini pertanyaan yang bagus. Jelas sekali ini peringatan yang
sangat keras dari Yesus. Lalu bagaimana kita memahami bagian ini? Definisinya, dosa, adalah
ketidaktaatan secara sengaja kepada Allah, ketidaktaatan secara sengaja terhadap Allah.
Menghujat artinya sikap tidak hormat yang menentang kepada Allah. Menghujat adalah sikap
tidak hormat yang menantang kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama, barangsiapa menghujat
Allah harus dihukum mati. Seluruh jemaat akan merajam dia. Penghujatan merupakan dosa
yang sangat serius. Secara terbuka berbicara melawan Allah yang kudus, merendahkan Dia,
melecehkan Dia, itulah penghujatan, jadi menghujat adalah merendahkan, menghina,
melecehkan. Mengapa ada yang sampai melakukan hal itu? Orang-orang di sana berbicara
tentang Yesus. Ia dianggap menghujat karena mengatakan bahwa Ia bisa mengampuni dosa.
Jadi ketidaktaatan secara sengaja kepada Allah adalah dosa; penghujatan adalah sikap tidak
hormat yang melawan Allah.
Lalu ini perbedaannya. Menghujat Anak Allah itu bisa diampuni. Barangsiapa berbicara
melawan Anak Allah bisa diampuni tetapi barangsiapa berbicara melawan Roh Kudus tidak akan
diampuni. Jadi menghujat Anak Allah masih diampuni. Berbicara secara tidak hormat kepada
Anak Allah masih bisa diampuni. Jalan pengampunan adalah pertobatan. Itulah yang dikatakan
oleh Paulus, “Dahulu aku seorang penghujat dan penganiaua, seorang yang kejam. Kasih
karunia Tuhan kita dicurahkan kepadaku secara berlimpah karena iman dan kasih di dalam
Yesus Kristus.” Jadi ia diselamatkan. Secara teknis, semua orang percaya bisa menjadi
penghujat. Dan memang kadangkala kita mengatakan sesuatu yang kelihatannya sepele yang
sebenarnya kurang hormat terhadap Allah, terhadap Anak-Nya. Mempertanyakan kebaikan
Allah, hikmat dan kesetiaan-Nya, adalah salah satu sisi dari menghujat. Tetapi dengan kasih
karunia semua itu bisa diampuini. Namun menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni. Apa yang
dikatakan Yesus di sini? Alasan menghujat Roh Allah tidak bisa diampuni adalah karena jalan
pengampunan memang sudah ditolaknya. Kita sudah berbicara mengenai apa yang dilakukan
Roh Kudus. Roh Kudus melahirkan kembali, Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita, Roh
Kudus yang menarik kita. Kalau kita melawan Roh Kudus, menghujat Roh Kudus, kita menolak
Pribadi yang mampu membawa kita datang kepada Allah. Ini ketidakpercayaan yang sengaja
dan konteksnya, saya harap saya bisa menjelaskan konteks Matius 12, tetapi konteks di sini
adalah orang-orang yang sudah melihat Yesus mengusir roh-roh jahat, mengampuni dosa, tetapi
mereka menuduh Dia melakukan tipu daya dan kesesatan serta memakai kuasa kegelapan dan
mereka bahkan mengatakan kalau Yesus itu dikuasai setan, dan di depan semua kemungkinan
untuk melihat bukti bahwa Yesus adalah Mesias dan keilahian-Nya, mereka mengatakan,
“Tidak,” ketidakpercayaan yang sengaja, penolakan yang tetap. Itulah gambarannya di sini.
Banyak di antara para pemimpin agama itu, yang semakin melihat Yesus, semakin mereka
menolak. Mereka sudah melihat begitu banyak. Tetapi mereka juga begitu berkeras menolakNya. Ini penyangkalan terakhir. Ini melihat kebenaran yang mewujud di depan mata tetapi
dengan sengaja menolak dan bahkan menghujat-Nya. Jadi gambarannya adalah mengenai
penolakan yang permanen yang membawa kepada penghukuman yang permanen.
Ia
mengatakan, “Di dunia ini tidak dan di dunia yang akan datangpun tidak.” Ini artinya menolak
tarikan dari Roh Kudus untuk datang kepada Kristus, ketidakpercayaan yang sengaja, penolakan
yang tetap, penyangkalan yang permanen yang membawa kepada penghukuman yang
permanen. Anda mungkin berpikir, “Apakah saya pernah melakukannya?” Pertanyaannya
adalah, apakah anda hidup dalam penolakan yang sengaja pada saat Roh Kudus menarik anda
kepada Kristus, penolakan yang tetap, penyangkalan yang terus menerus, penolakan yang
permanen yang akan membawa kepada penghukuman yang permanen? Ini implikasinya. Kita
harus memahami bahwa dosa yang tidak diampuni adalah dosa di dalam hati bukan dosa di bibir.
Ini sangat penting dan mungkin anda mau mencatatnya. Pasal 12 ayat 34-35, kata-kata kita
menunjukkan apa yang ada di dalam hati kita. Kata-kata yang jahat menunjukkan hati yang jahat
dan karena itu ini bukan dosa “Kata-kata yang kotor yang keluar dari mulutku,” tetapi keadaan
hati yang dijelaskan di sini.
Implikasi kedua, saya yakin bahwa sangat bijaksana kalau kita tidak langsung memberikan cap
kepada seseorang sebagai sudah melakukan dosa yang tidak bisa diampuni. Ini penyebabnya.
Paulus—kalau seseorang mau mencari orang yang memiliki potensi untuk menjadi penghujat
Roh Kudus dan Anak Allah, Paulus calon yang sangat cocok. Ia secara konsisten menolak
Kristus, dan tidak menanggapi panggilan Roh Kudus yang menariknya kepada Kristus. Tetapi
ada saat dimana jelas sekali bahwa Paulus mengalami perubahan total dan karena itu saya tidak
yakin kalau ada orang di negara kita ini yang ada di luar jangkauan Allah dan kasih karunia seta
rahmat-Nya. Jadi kita harus sangat berhati-hati untuk tidak memberikan cap kepada seseorang.
Yang pertama, kita percaya bahwa hanya Allah saja yang mengenal hati seseorang. Yang
kedua, agar kita berdoa dan kita bekerja dengan pengharapan yang tetap. Saya tahu bahwa ada
orang-orang yang mungkin sulit untuk diajak bekerjasama, mungkin anda hidup dengan orangorang yang begitu keras hati terhadap Injil sehingga mereka terus saja menolak gerakkan dari
Roh Kudus, terus dan terus menolak. Ini tidak berarti kita boleh menyerah. Kita bekerja dan kita
berdoa dan pada saat yang sama kita merindukan Roh Kudus di dalam kehidupan dan di dalam
pelayanan kita, kalau seseorang menolak Roh Kudus, ini intinya, kalau seseorang menolak Roh
Kudus dengan sengaja, terus menerus, secara permanen, maka tidak ada jalan bagi mereka
untuk datang kepada Kristus. Sebagai akibatnya, maka hal itu menjadi dosa yang tidak bisa
diampuni, yang membawa kepada kutukan kekal. Apakah itu masuk akal?
Jad, yang bisa anda katakan kalau anda adalah seorang pengikut Kristus yang sudah merespon
terhadap panggilan Kristus di dalam kehidupan anda, maka anda tidak perlu kuatir tentang
menghujat Roh Kudus. Bahkan adanya kepekaan akan suara roh dan kemudian mulai bertanyatanya adalah tanda bahwa anda mendengar suara Roh Kudus dan merespon terhadap-Nya.
Tetapi gambarannya di sini adalah tentang seseorang yang menolak Roh Kudus sementara Roh
Kudus adalah satu-satunya cara mereka menerima keselamatan, Roh Kudus satu-satunya yang
melahirkan mereka kembali, jadi bagaimana mereka bisa diselamatkan? Kalau seseorang sudah
menolak Roh Kudus, bagaimana mereka bisa diselamatkan, tetapi kalau anda adalah seorang
pengikut Kristus, kalau kita mengabaikan Roh Kudus, bagaimana kita bisa membawa orangorang lain kepada keselamatan? Itulah yang saya maksudkan dengan sungguh-sungguh
merindukan Roh Kudus di dalam kehidupan dan di dalam pelayanan kita karena kenyataannya
hati yang paling keras sekalipun bisa datang kepada Kristus melalui kuasa Roh Kudus ketika
membagikan Injil kepada mereka, ini bukan apa yang kita katakan yang akan menembus hati
yang keras. Roh Kudus yang akan melakukannya.
Ini satu kutipan yang luar biasa dari E.M. Bounds. Ia mengatakan, “Urapan adalah hembusan
nafas terindah dari Roh Kudus. Ia membawa firman seperti dinamit, seperti garam, seperti gula.
Ini adalah pekerjaan Roh Kudus. Ini membuat firman menjadi penenang, perancang, pemuka,
peneliti, membuat pendengarnya menjadi pendosa atau orang kudus, membuat dia menangis
seperti anak-anak dan kemudian bangkit seperti raksasa, membuka hatinya dan dompetnya
dengan lembut namun kuat seperti musim semi yang memunculkan dedaunan. Hal ini tidak akan
ditemukan di dalam kejeniusan seseorang. Hal itu juga tidak ditemukan di dalam jajaran mereka
yang terpelajar.” Anda tidak menemukan kuasa Roh Kudus dari sana. “Tidak ada kecakapan
bicara yang bisa menghentikannya, tidak ada usaha apapun yang bisa mengalahkannya. Ini
adalah karunia Allah, meterai untuk utusan-Nya sendiri. Ini adalah gelar surgawi yang diberikan
kepada orang-orang yang terpilih dan berani yang sudah mencari kehormatan pengurapan ini
seringkali melalui doa pergumulan dengan air mata selama beberapa jam. Kesungguhan itu baik
dan mengesankan. Jenius memiliki keahlian dan hebat. Pemikiran manusia melembutkan dan
memberikan inspirasi. Tetapi membutuhkan karya Ilahi, untuk memenangkan hati yang terasing
dan jauh dari Allah, untuk menambal kebocoran dan memulihkan gereja kepada masa-masa
kekudusan dan kuasanya. Tidak ada yang bisa melakukannya selain pengurapan.” E.M.
Bounds menulis sebuah buku yang indah berjudul Kuasa Melalui Doa.
membaca buku ini, pasti sangat menguatkan anda.
Kalau anda bisa
Jadi, yang kita harus katakan adalah bahwa kita memerlukan Roh Kudus untuk bisa datang
kepada iman di dalam Kristus. Karena itu menolak Roh Kudus adalah menghujat Roh Kudus dan
hal itu membawa kutuk kekal yang tidak terampuni. Di saat yang sama kalau kita mau membawa
orang lain kepada Kristus, kita harus dikuduskan bagi Roh Kudus. Inilah keseluruhan gambaran
di dalam Matius 12 yang mengingatkan agar kita berjalan di dalam Roh Kudus. Untuk bisa
membagikan Injil kepada seseorang, saya pernah bertemu dengan seseorang yang baru datang
dari Afrika Selatan dan ia adalah seorang beriman dan mengatakan mengenai memberitakan Injil
kepada seseorang yang kemudian menjadi percaya kepada Kristus, dan ia mengatakan, saya
hanya mengulangi apa yang ia katakan, “Hampir seperti terasa tidak adil karena penerjemah
yang menyertai saya adalah seorang perintis gereja dan karena itu mengerti semua budaya dan
sungguh-sungguh memahami kehidupan orang itu.” Dan ia melanjutkan, “Saya membagikan Injil
kepada seseorang, tetapi penerjemah ini bisa melewatkan kata-kata tidak tepat yang saya
katakan dan menjadikannya lebih bagus, membuatnya lebih bisa diterapkan di dalam kehidupan
orang itu.” Ia mengatakan, “Hampir terasa tidak adil karena saya memberitakan yang Injil tetapi
sebenarnya saya sangat tergantung kepada penerjemah ini.” Saya rasa ini penggambaran yang
sangat luar biasa mengenai Roh Kudus. Kita tidak sendiri. Ketika kita memberitakan Injil kepada
seseorang, khususnya orang-orang yang hatinya sangat keras, ada Roh Allah yang mengambil
kata-kata yang kita ucapkan dan kemudian memakai kata-kata kita itu untuk dipakai menembus
hati manusia. Kalau mereka terus menerus menolak Roh Kudus maka itulah yang disebut
dengan menghujat Roh Kudus. Tetapi kalau kita berdoa, kita berdoa senantiasa dan kita bekerja
dengan pengharapan yang tetap bahwa mereka akan datang kepada Kristus. Menghujat Roh
Kudus.
Kedua, baptisan Roh Kudus. 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu
tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Di sini ada perbedaan pandangan. Dua
pandangan utama yang akan kita bicarakan. Pandangan yang pertama mengatakan bahwa
baptisan Roh Kudus terjadi pada saat yang bersamaan dengan pertobatan. Dengan kata lain,
ketika anda datang kepada iman kepada Kristus, maka saat itu juga anda menerima baptisan
Roh Kudus. Itu dua hal yang tak terpisahkan. Hal itu terjadi bersamaan. Pandangan kedua
mengatakan bahwa baptisan Roh Kudus itu berbeda dengan pertobatan. Banyak orang yang
percaya bahwa setelah anda datang kepada Kristus masih ada satu waktu lain di kemudian hari
dimana anda dibaptiskan di dalam Roh Kudus. Itu sebabnya mereka mengatakan mengenai
baptisan yang kedua di dalam Roh Kudus. Perbedaan pandangan, bersamaan atau terpisah;
untuk pokok mengenai baptisan Roh Kudus, saya mau kita berpikir mengenai keduanya,
mengenai kapan terjadinya baptisan Roh Kudus itu. Mulai dengan pandangan bahwa hal itu
terjadi dalam waktu yang berbeda. Para murid mengalami kelahiran baru untuk keselamatan
mereka sebelum hari Pentakosta. Dengan kata lain, para murid-Nya sudah diselamatkan
sebelum mereka menerima Roh Kudus, sebelum Pentakosta, dan itulah sebabnya Yesus
memerintahkan agar para murid-Nya dibaptiskan dengan Roh Kudus karena itu terjadi secara
terpisah. Meskipun mereka sudah dilahirkan kembali, meskipun mereka sudah bertobat, ada
sesuatu yang lain yang akan terjadi. Para murid kemudian menerima baptisan Roh Kudus
setelah kelahiran kembali. Jadi bagi para murid, mereka menerima baptisan yang kedua di
dalam Roh Kudus setelah mereka dilahirkan kembali. Kemudian, para pendukung ajaran
baptisan kedua mengatakan bahwa pola ini diulangi lagi di sepanjang Kitab Kisah Para Rasul:
Kisah Para Rasul pasal 8, pasal 10 dan pasal 19. Saya akan membaca secara singkat beberapa
bagian itu. Bagian akhir dari Kisah Para Rasul 8:12-17, “Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa,
supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas
seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.” Jadi,
ada sekelompok orang yang jelas sekali sudah menerima baptisan di dalam nama Tuhan Yesus
tetapi belum menerima Roh Kudus. “Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas
mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.” Jadi, ada pola di sini. Kisah Para Rasul 10, kita
melihat Petrus, yang pergi ke rumah Kornelius, di salah satu bagian dalam pembicaraan, Petrus
mengatakan, “"Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air,
sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" Lalu ia menyuruh mereka
dibaptis dalam nama Yesus Kristus.” Jadi, ada perbedaan waktu di antara baptisan Roh Kudus
dengan baptisan di dalam nama Kristus. Kemudian masuk ke dalam Kisah Para Rasul 19, di
bagian akhir pasal ini, anda melihat ada beberapa orang dari Efesus yang di dekati, mari kita
perhatikan kisahnya, “Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah
pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. Katanya kepada
mereka: "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" Akan tetapi
mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus."
Lalu kata Paulus kepada mereka: "Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?"
Jawab mereka: "Dengan baptisan Yohanes." Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah
pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka
harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus." Ketika mereka
mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika
Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan
mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Jumlah mereka adalah kira-kira
dua belas orang.”
Jadi anda melihat di sini ada pola di mana ada baptisan di dalam nama Yesus dan kemudian
baptisan Roh Kudus dan bahkan ketika mereka dibaptiskan di dalam Roh Kudus atau Roh Kudus
datang kepada mereka, mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Jadi, apakah
baptisan Roh Kudus terjadi pada saat pertobatan atau setelah pertobatan, dalam waktu yang
berbeda? Ini yang akan saya lakukan, menjelaskan definisi baptisan Roh Kudus, ada tujuh
tempat yang berbeda di dalam Perjanjian Baru yang berbicara baik mengenai baptisan dengan
Roh Kudus atau baptisan di dalam Roh Kudus dan kata-kata yang dipakai di sana di dalam
bahasa asli Perjanjian Baru. Keempat yang pertama dikatakan oleh Yohanes Pembaptis.
Semua bagian itu saling paralel ketika Yohanes Pembaptis bebicara mengenai bagaimana Yesus
akan membaptis dengan Roh Kudus. Jadi, itu yang empat. Ia akan membaptis engkau dengan
Roh Kudus, Ia akan membaptis engkau dengan Roh Kudus, ia akan membaptis engkau dengan
Roh dan api, Ia akan membaptis engkau dengan Roh Kudus, dan Yohanes Pembaptis berbicara
mengenai Yesus. Dua bagian selanjutnya adalah menjelaskan peristiwa di hari Pentakosta.
Yohanes membaptis dengan air, tetapi dalam beberapa saat lagi engkau akan dibaptiskan
dengan Roh Kudus. Itu yang dikatakan Yesus kepada para murid-Nya. Kemudian yang
selanjutnya, Kisah Para Rasul 11:16, “Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes
membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Jadi semuanya berbicara
mengenai bagaimana para murid-Nya akan dibaptis dengan Roh Kudus, menunjuk kepada
Pentakosta, dan kemudian anda melihat satu penjelasan Paulus, di dalam salah satu suratnya
ketika ia mengatakan, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua
diberi minum dari satu Roh.”
Jadi atas dasar tujuh bagian itu, apakah ada kesimpulan yang bisa kita tarik? Ini kesimpulan
yang saya yakin bisa kita tarik. Yang pertama, bagi Paulus, baptisan oleh atau di dalam Roh
Kudus, terjadi pada saat pertobatan. Itu yang dikatakannya di dalam 1 Korintus 12:13, “Sebab
dalam satu Roh kita semua, ... telah dibaptis menjadi satu tubuh.” Kita semua, dibaptiskan oleh
satu Roh ke dalam satu tubuh; namun orang-orang yang mengatakan bahwa ada baptisan Roh
Kudus yang berbeda menjelaskan mengenai bagian ini berbicara mengenai baptisan oleh Roh di
sini dan di bagian lain berbicara mengenai baptisan dengan Roh Kudus atau di dalam Roh
Kudus. Tetapi sebenarnya pembedaan yang demikian tidak bisa didukung karena bahasa asli
Perjanjian Baru, masing-masing kata mencerminkan satu dengan lainnya dalam situasi yang
berbeda. Yang dikatakan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus adalah bahwa ketika mereka
datang kepada Kristus, mereka dibaptiskan oleh satu Roh ke dalam satu tubuh, artinya ketika
mereka semua menjadi Kristen saat itulah mereka semua dibaptiskan. Ayat ini tidak mengatakan
mengenai sebagian yang sudah dibaptiskan dan sebagian lain yang belum. Kita semua sudah
dibaptiskan oleh satu Roh ke dalam satu tubuh. Jadi itulah yang dijelaskan Paulus di sini. Ini
memunculkan pertanyaan, lalu bagaimana dengan Pentakosta? Ya, para murid-Nya sudah
dilahirkan kembali pada saat itu. Mereka sudah dilahirkan kembali sebelum hari Pentakosta.
Namun pertanyaan yang harus diajukan adalah, apakah kisah ini bersifat normatif? Normatif,
atau dengan kata lain, apakah kisah ini menjadi aturan bagi semua orang percaya? Apakah ini
yang harus terjadi kepada semua orang percaya, bahwa mereka menunggu dan kemudian
dibaptiskan dengan Roh Kudus. Apakah yang terjadi kepada para murid itu akan terjadi bagi
semua orang percaya? Saya rasa jawabannya tidak demikian, sangat jelas, saya rasa
jawabannya tidak demikian. Pentakosta menunjukkan dengan jelas adanya peralihan yang unik
dalam sejarah penebusan. Ini didasarkan kepada kepada semua yang bisa kita lihat. Jelas
sekali ada sesuatu yang terjadi di hari Pentakosta yang sangat unik. Para murid Yesus sedang
hidup di masa transisi perjanjian. Ikuti penjelasan saya. Ini yang saya maksudkan. Mengenai
Yesus, mereka memahami perjanjian yang baru itu. Mereka percaya kepada Mesias yang sudah
naik ke surga itu. Tidak diragukan lagi. Mereka percaya kepada Yesus sebelum hal itu terjadi,
tetapi mengenai Roh Kudus, sampai hari Pentakosta, mereka masih hidup di dalam perjanjian
yang lama dalam pengalaman dengan Roh Kudus. Roh Kudus belum datang ke dalam gambaran
perjanjian yang baru ini sebelum Kisah Para Rasul 2. Mereka memiliki gambaran yang tidak
lengkap mengenai Roh Kudus. Jadi lihat apa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 2, ikuti
penjelasan saya di sini, adalah bahwa pada hari Pentakosta, para murid dengan gambaran
perjanjian yang lama mengenai Roh Kudus menjadi para murid dengan pengalaman perjanjian
yang baru di dalam Roh Kudus. Apakah ini masuk akal? Apa yang terjadi di dalam Kisah Para
Rasul 2 sepenuhnya baru untuk pertama kalinya bagi mereka, mereka adalah para murid yang
memiliki iman kepada Yesus tetapi mereka masih hidup dalam perjanjian yang lama berkaitan
dengan pengalaman dengan Roh Kudus dan kemudian sesuatu yang sangat unik terjadi di dalam
Kisah Para Rasul 2, dimana perjanjian itu, keseluruhan gambaran mengenai perjanjian itu
berubah ke dalam sebuah gambaran perjanjian yang baru.
Jadi sebagai hasil dari perpindahan di dalam sejarah penebusan yang terjadi di sini, saya rasa
tidak ada kesamaannya. Saya tidak yakin ada kesamaan antara kita dengan para murid dalam
titik ini. Tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup di jaman ini yang pernah menjalani
kehidupan di dalam pengalaman perjanjian yang lama dalam kaitannya dengan Roh Kudus
sebagai pengikut Yesus Kristus. Tidak ada. Justru ketika kita datang kepada Kristus dan itu
yang terjadi di hari Pentakosta, ketika Petrus berkhotbah dan kemudian 3000 orang diselamatkan
dan apa yang terjadi ketika mereka diselamatkan? Mereka menerima apa, mereka menerima
karunia Roh Kudus ketika mereka diselamatkan, saat itu juga, Yesus Kristus dan Roh Kudus,
dua sekaligus. Yesus Kristus dan Roh Kudus keduanya diterima dalam pengalaman pertobatan
mereka. Inilah pola yang bisa kita lihat di seluruh perjanjian yang baru sejak saat itu. Lalu
bagaimana dengan pengalaman di dalam Kisah Para Rasul? Bagaimana dengan Kisah Para
Rasul 8? Bagaimana dengan Kisah Para Rasul 10? Bagaimana dengan Kisah Para Rasul 19?
Yang sangat menarik adalah kalau anda kembali dan melihat kepada ketiga pengalaman ini,
maka tidak satupun dari peristiwa-peristiwa itu yang menyebutkan kata baptisan Roh Kudus.
Tidak ada satupun yang berbicara mengenai baptisan di dalam Roh Kudus. Namun, yang terjadi
di sana adalah adanya kesadaran akan perjanjian yang baru berkaitan dengan Roh Kudus yang
terjadi seturut dengan rancangan Roh Kudus. Ini yang saya maksudkan. Yang anda lihat di
dalam Kisah Para Rasul, adalah orang-orang Samaria menerima Roh Kudus sebagaimana yang
sudah dijanjikan, Roh Kudus akan turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Dan gambarannya adalah Injil
menjangkau orang-orang baru, sebagaimana juga dalam Kisah Para Rasul 10, Kornelius, dimana
kita lihat Roh Allah dicurahkan kepada orang-orang bukan Yahudi juga. Ini menjadi peneguhan
untuk seluruh keadaan yang serupa di dalam Kisah Para Rasul. Ini bukan memberikan aturan
kepada kita tentang bagaimana semuanya harus terjadi sejak saat itu. Justru di sinilah kita
melihat untuk pertama kalinya rencana Roh Kudus dibukakan. Dalam Kisah Para Rasul 10 dan
19, sebagai tambahan untuk kenyataan bahwa hal itu merupakan pernyataan dari apa yang
dituliskan di dalam Kisah Para Rasul 1 dan 8, di dalam Kisah Para Rasul 10 dan 19 orang-orang
itu bukan hanya mendengar tentang Roh Kudus untuk pertama kalinya, mereka mendengar
tentang Yesus untuk pertama kalinya. Kisah Para Rasul 10, orang-orang bukan Yahudi yang
takut akan Allah yang didatangi Petrus ini dan ia menjelaskan kepada mereka mengenai Yesus
dan Roh Kudus, pada saat yang sama. Kisah Para Rasul 19, gambaran yang sama, ada orang-
orang yang sudah menerima baptisan Yohanes. Paulus mengatakan, “Kalau demikian, kamu
pelrlu dibaptiskan di dalam Kristus dan perlu Roh Kudus, di saat yang sama.”
Saya yakin bahwa hasilnya di sini kemudian adalah bahwa Perjanjian Baru tidak mengajarkan
adanya baptisan kedua dari Roh Kudus yang perlu dikejar setelah pertobatan. Kalau hal ini
begitu penting lalu mengapa Alkitab tidak mengajarkannya kepada kita, secara jelas kepada kita?
Justru Perjanjian Baru mengajarkan baptisan Roh Kudus yang terjadi pada saat pertobatan.
Sekarang saya tahu bahwa ada beberapa orang yang akan mengatakan, “Tetapi saya
mengalami pengalaman yang kedua. Ada sesuatu yang terjadi yang berbeda dengan saat saya
menjadi percaya.” Saya ingat, ini adalah semacam cara pandang yang berbeda, ada seorang
teman dekat saya yang juga mengatakan hal yang sama. Teman ini sangat akrab dengan saya
dan bahkan kami sering jalan-jalan bersama. Kami memiliki pandangan yang berbeda mengenai
hal ini juga. Suatu saat, ia mengatakan bahwa ia sedang mendoakan agar saya menerima
baptisan kedua dan kemudian kami tidak bertemu beberapa lama. Ketika kami bertemu lagi, ia
bertanya, “Apakah ada sesuatu yang terjadi pada tanggal 17 Juli atau sekitar itu?” Dan saya
menjawab, “Tidak.” Lalu ia mengatakan, “Saya berdoa pada tanggal itu agar engkau menerima
baptisan Roh Kudus.” Jadi saya melewatkan begitu saja tanggal 17 Juli itu dan saya tetap saja
yakin bahwa saya menerima baptisan Roh Kudus pada saat saya menjadi percaya kepada
Tuhan Yesus. Itulah sebabnya saya tahu bahwa ada orang-orang yang mengalami sesuatu di
waktu yang berbeda dengan saat ia menjadi percaya dan kemudian menyebut hal itu sebagai
baptisan kedua. Saya mau mengajak kita memikirkan hal ini. Ada beberapa implikasi praktis
yang bisa kita pikirkan bersma, yang pertama, saya yakin sebagai pengikut Kristus kita perlu
yakin akan baptisan kita, maksud saya adalah ketika kita datang kepada Kristus, kita menerima
Roh Allah sepenuhnya, bukan ¼ Roh Allah atau ½ Roh Allah. Kita menerima sepenuhnya Roh
Allah ketika kita menjadi beriman kepada Kristus. Baptisan di dalam Roh Kudus adalah berkat
yang khusus untuk orang-orang percaya kepada perjanjian yang baru. Ini tidak terjadi di masa
perjanjian yang lama. Baptisan Roh Kudus adalah berkat yang universal bagi orang-orang
percaya kepada perjanjian yang baru. Dengan kata lain, kita semua memilikinya. Inilah inti yang
dijelaskan oleh Paulus di dalam surat Korintus, “Kamu semua telah dibaptiskan ke dalam satu
tubuh.” Jadi, yakinlah akan baptisan anda dan yang terjadi ketika Roh Kudus membuka mata
anda dan melahirkan kembali hati anda adalah juga Ia berdiam di dalam kehidupan anda.
Yakinlah akan hal itu.
Yang kedua, waspadalah terhadap Kekristenan yang terlalu klasik. Salah satu hal yang saya
kuatirkan ketika kita berbicara mengenai baptisan kedua adalah bahwa kita akan menciptakan
sistem tingkatan di dalam Kekristenan dimana beberapa orang mengalami satu kali baptisan dan
ada orang-orang lain yang mengalami dua baptisan dan kemudian ada semacam tingkatan
kerohanian di sini yang tidak ada sebelumnya dan menciptakan sistem dua kelas di dalam
Kekristenan yang tidak diajarkan di dalam Perjanjian Baru. Perjanjian Baru tidak mengajarkan
hal itu, dan hal itu bahkan berbahaya bagi Gereja. Ada banyak kesempatan bagi Yesus atau
Paulus atau Petrus untuk mengatakan kepada gereja-gereja yang sedang bergumul di masa
Perjanjian Baru itu, “Kamu perlu dibaptiskan oleh Roh Kudus.” Bagi Yesus, Ia bisa saja
mengatakan kepada jemaat-jemaat yang sedang bergumul di dalam Kitab Wahyu 2 dan 3,
“Kamu perlu mendapatkan baptisan Roh Kudus.” Tetapi Ia tidak mengatakan hal itu. Tidak ada
dua kelas Kekristenan yang dituliskan di sana, tetapi saya mau berhati-hati karena kalau ada di
antara anda yang merasa memiliki pengalaman yang kedua yang berbeda dengan pertobatan,
saya mau mendorong anda dengan hal ini. Saya mau mendorong anda, dan ini juga saya
tujukan kepada diri saya sendiri dan kepada orang-orang yang tidak merasa memiliki
pengalaman kedua demikian, agar berhati-hati dalam penilaian kita. Kita tidak perlu berkompromi
dalam hal kebenaran Alkitabiah, dan saya tidak yakin ada catatan yang jelas di dalam Alkitab
mengenai baptisan Roh Kudus. Di saat yang sama, kita tidak mau mendorong orang-orang
Kristen untuk saling memberi penilaian yang negatif atas pengalaman-pengalaman orang lain
dan bagi saya sendiri, kalau anda memiliki semacam pengalamann kedua atau ketiga atau
keempat, sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan anda yang berbeda dengan saat pertobatan
anda, saya tidak mau menilai negatif atas sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan anda. Tetapi
saya hanya tidak yakin bahwa hal itu secara Alkitabiah bisa dikatakan sebagai baptisan Roh
Kudus. Namun kemungkinannya adalah bahwa ada hal-hal demikian yang bisa terjadi yang lebih
bersifat Alkitabiah. Tentu saja ada titik-titik perkembangan rohani yang kita jalani. Ada saat-saat
dimana kita sampai di dalam kehidupan rohani kita dimana Roh Allah mengubahkan kehidupan
kita, mungkin dengan cara yang ajaib, suatu lompatan dalam perjalanan itu, dan hal itu lebih
masuk akal.
Gambaran yang selanjutnya di sini, aktiflah dalam mencari Roh, seringkali orang mengatakan
demikian, dan saya memiliki penjelasan akan hal ini. Seringkali orang-orang di jaman ini
diarahkan kepada kebutuhan mereka untuk dibaptiskan, bahwa mereka memerlukan baptisan
Roh Kudus dan inilah yang biasa dikatakan: akuilah semua dosa-dosa anda, bertobatlah dari
semua dosa yang masih ada di dalam kehidupan anda, percaya kepada Kristus untuk
pengampunan dosa anda, serahkan bagian-bagian kehidupan anda yang belum anda serahkan
untuk melayani Tuhan, tunduk sepenuhnya kepada Kristus, dan percaya bahwa Ia akan
memampukan anda dengan cara yang baru dan memperlengkapi anda dengan karunia-karunia
bagi pelayanan. Kalau anda melakukan hal-hal itu, tentu saja sangat bagus. Tentu saja, lakukan
semua hal itu dan jangan terkejut kalau ada sesuatu yang besar sungguh-sungguh terjadi.
Ketika saya mengatakan bahwa ada bagian-bagian di dalam kehidupan kita yang belum tunduk
kepada Roh Kudus, kita mau untuk sepenuhnya dan seluruhnya tunduk kepada-Nya dan
meninggalkan segala dosa yang tidak kita akui di dalam kehidupan kita, maka persiapan yang
demikian akan membawa kepada kegerakan yang hebat dari Roh Kudus. Jadi, itu hal yang baik.
Tetapi kita harus Alkitabiah ketika berbicara mengenai semua pengalaman itu. Kita tidak
memiliki dasar Alkitab untuk menyebut semua hal itu sebagai baptisan Roh Kudus. Namun ada
berbagai jenis istilah yang dipakai Alkitab, ada yang disebut pengurapan, ada yang disebut
dipenuhi Roh Kudus, kepenuhan, langkah baru dalam kepenuhan Roh Kudus dan bertumbuh
dalam Allah. Ada berbagai jenis istilah, kata-kata yang dipakai yang lebih Alkitabiah karena
baptisan Roh Kudus jelas sekali tidak memiliki kaitan dengan peristiwa berbeda yang terjadi
setelah pertobatan. Itu yang terjadi pada saat pertobatan.
Jadi berpikirlah Alkitabiah tentang pengalaman anda dengan Roh Kudus. Carilah buah-buah
Roh dan fokuskan diri kepada kepenuhan Roh Kudus. Ini maksud saya. Ini caranya kita
mengenal bagaimana Roh Kudus bekerja di dalam kehidupan kita. Ia menghasilkan buah dan Ia
memenuhi kita. Saya sungguh-sungguh berpikir bahwa kepenuhan Roh Kudus, yaitu dipenuhi
oleh Roh Kudus, adalah yang seringkali dialami oleh orang-orang yang memiliki pengalaman
yang kedua. Ini adalah dipenuhi secara supranatural. Ada kepenuhan yang terjadi atas
seseorang yang mungkin mengubah dan memampukan manusia untuk melayani dalam cara
yang sama sekali baru. Jadi, kalau anda pernah memiliki pengalaman kedua, dorongan saya
adalah agar anda mendasarinya dengan Firman, dorongan saya adalah agar anda
mempertimbangkan dan sungguh-sungguh melihat di dalam Firman untuk melihat bagaimana
Firman menjelaskan pengalaman itu karena baptisan bukanlah cara yang paling tepat untuk
menjelaskan hal itu. Saya juga akan mendorong anda untuk berhati-hati agar tidak memandang
orang-orang lain dalam kelas yang berbeda dalam sisten Kekristenan dan menyuruh orang untuk
dibaptiskan dengan Roh Kudus kalau orang itu mau ada dalam kelas yang sama dengan anda.
Saya juga mau mendorong anda untuk saling memberi semangat untuk maju di dalam Kristus
dan mendorong orang lain mencari Roh Kudus tetapi bukan dengan cara yang salah demikian.
Kalau anda tidak memiliki pengalaman kedua atau pengalaman ketiga atau pengalaman
keempat, dorongan saya untuk anda, berhati-hatilah dalam menilai orang lain. Biarkan orangorang lain berpikir mengenai hal-hal itu tetapi di dalam kehidupan anda sendiri carilah Roh
Kudus, semakin giatlah mencari Roh Kudus, yang akan membawa kita kepada gambaran yang
selanjutnya mengenai kepenuhan Roh Kudus.
Jangan mabuk oleh anggur atau atau puas dalam pesta pora. Namun penuhlah dengan Roh
Kudus. Di sini ada perintah. Ada satu perintah. Penuhlah. Dipenuhi dengan Roh Kudus adalah
sebuah perintah, bukan hanya sekedar anjuran saja. Ini bukan sebuah nasehat yang
disampaikan secara sopan saja. Kepenuhan Roh Kudus juga bukan sekedar satu pilihan yang
bisa dipertimbangkan. Ini adalah sebuah perintah yang harus ditaati. Kita semua sebagai para
pengikut Kristus memang dikehendaki untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, diperintahkan untuk
dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini perintah untuk jamak. Penuhlah kamu, gambarannya adalah
dalam bentuk jamak, bukan dalam bentuk tunggal. Roh Kudus memenuhi gereka. Ini ditulis
dalam bentuk pasif. Dan ini yang sangat menarik. Dipenuhilah, ini sesuatu yang dilakukan Roh
Kudus. Kita memerlukan Roh Kudus untuk melakukan hal itu bagi kita, bukan memiliki lebih
banyak Roh Kudus, namun biarlah Roh Kudus yang semakin memiliki kita. Biarlah Roh Kudus
memenuhi kamu. Kita tunduk kepada pemenuhan Roh Kudus, tunduk kepada-Nya tanpa syarat,
dan mengatakan kepada-Nya, “Aku semakin kecil, Engkau semakin besar.” Ini gambarannya.
Saya pernah menyebut mengenai D.L. Moody. D.L. Moody, salah satu kisah tentang dirinya
yang sangat saya sukai adalah ketika ada sebuah kota ingin dilayani oleh seorang hamba Tuhan
yang berkhotbah di Kebangunan Rohani. Mereka berbicara mengenai D.L. Moody, dan semua
orang setuju “Kita perlu dilayani oleh D.L. Moody,” sampai akhirnya salah satu dari antara
mereka berdiri dan mengatakan, “Sebenarnya, kita tidak memerlukan D.L. Moody. Mengapa
semua orang mengatakan demikian? Ia tidak memiliki monopoli atas Roh Kudus.” Semua orang
diam dan seorang yang sudah cukup lanjut usia mengatakan, “Benar sekali. D.L. Moody tidak
memiliki monopoli atas Roh Kudus. Namun, Roh Kudus yang memiliki monopoli atas D.L. Moody
dan karena itu kita ingin dia datang.”
Lihat gambarannya? Apakah Roh Kudus memiliki monopoli atas kehidupan anda? Biarlah kita
yang semakin berkurang dan Dia yang semakin bertambah. Dipenuhilah, sebuah tindakan yang
pasif dan sedang berlangsung terus menerus. Ini bukan sebuah peristiwa yang hanya terjadi
satu kali. Di dalam Alkitab hal itu dijelaskan beberapa kali. Bukan hanya peristiwa yang satu kali
terjadi, tetapi sebuah pengalaman yang berlangsung terus. Itulah sebabnya seperti Stefanus
dijelaskan sebagai seseorang yang penuh dengan Roh Kudus, ia hidup dalam kepenuhan Roh
Kudus. Baptisan Roh Kudus adalah pemberian sekali untuk seterusnya. Hal itu terjadi ketika
Roh Kudus datang ke dalam hati kita pada waktu keselamatan kita. Penuh dengan Roh Kudus
adalah pemberian yang terjadi berulang kali dengan berbagai tujuan. Kita senantiasa—inilah
yang saya maksudkan ketika berbicara mengenai menjadi orang yang sungguh-sungguh
merindukan Roh Kudus. Ini bukan seperti duduk di tanah gersang menantikan air untuk kita
minum karena kita tidak memiliki kaitan dengan Roh Kudus. Ketika kita mengatakan merindukan
Roh Kudus maka tidak akan pernah ada kepuasan untuk mendapatkan lebih dan lebih dan lebih
lagi. Penuhlah dengan Roh Kudus.
Ketika anda melihat kepada Alkitab ada tiga kategori dimana orang-orang berbicara mengenai
dipenuhi dengan Roh Kudus. Pada umumnya berbicara mengenai para pengikut Kristus di Kisah
Para Rasul 6:3-5, berbicara mengenai Stefanus, Kisah Para Rasul 11 berbicara mengenai
Barnabas, Kisah Para Rasul 13:52 berbicara mengenai Paulus dan Barnabas, “Para murid
dipenuhi dengan sukacita Roh Kudus.” Para pemimpin gereja, Lukas 1, “Sebab ia akan besar di
hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan
Roh Kudus mulai dari rahim ibunya.” Ini berbicara mengenai kepemimpinan di dalam gereja.
Kisah Para Rasul 9:17, ketika Ananias menemui Saulus, “Ia menumpangkan tangannya ke atas
Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di
jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan
penuh dengan Roh Kudus.” Inilah ketika Paulus bisa dikatakan mulai melakukan pelayananya,
dipenuhi dengan Roh Kudus. Dan kemudian, beberapa kesempatan lain menjelaskan pelayanan
orang-orang yang kadangkala dipenuhi dengan Roh Kudus. Kisah Para Rasul 4, Petrus berdiri
di depan mahkamah agama karena Injil yang diberitakannya, dan dikatakan, “Maka jawab Petrus,
penuh dengan Roh Kudus.” Paulus, pada saat diperhadapkan dengan seseorang bernama
Elimas, Alkitab mengatakan, “Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh
Kudus, menatap dia.” Ketika anda melihat Alkitab berbicara mengenai penuh dengan Roh
Kudus, itu berarti Roh Kudus yang menguasai kepenuhan hidup kita, kadangkala untuk suatu
tujuan tertentu dalam kepemimpinan gereja, kadangkala untuk keadaan tertentu yang sudah kita
bicarakan, delapan kali dimana Alkitab menuliskan ketika orang-orang dipenuhi dengan Roh
Kudus dan kemudian mereka berbicara. Saya rasa ada karya kedaulatan yang tiba-tiba dari Roh
Allah ketika Ia memenuhi kita di dalam kesempatan-kesempatan dimana kita harus membagikan
Injil. Ketika anda membagikan Injil dengan seseorang, di tempat anda bekerja atau tinggal dan
anda mulai membagikan Injil, saya rasa ada perasaan bahwa Roh Kudus menyertai. Itu yang
diajarkan oleh Alkitab, tetapi bukan hanya ketika membagikan Injil. Ada saat-saat dimana kita
hidup dipenuhi dengan Roh Kudus, dan Roh Kudus memonopoli kehidupan kita.
Lima akibat dari kepenuhan Roh Kudus yang ditekankan di dalam Alkitab, yang pertama adalah
penyembahan yang dibaharui. Ini ditulis dalam Efesus 5:19-20, “Hendaklah kamu penuh dengan
Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan
nyanyian rohani.” Roh Kudus memenuhi kita untuk tujuan penyembahan. Untuk pembaharuan
penyembahan, “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan
nyanyian rohani.” Setelah itu Paulus berbicara mengenai pernikahan dan menjadi orang tua. Ini
sesuatu yang sangat penting. Pernikahan bergantung kepada kepenuhan Roh Kudus. Para
suami, kamu membutuhkan Roh Kudus untuk mengasihi istrimu sebagaimana Kristus mengasihi
gereja dan mengorbankan diri-Nya bagi gereja. Isteri, kamu membutuhkan Roh Kudus untuk
tunduk kepada suamimu dalam cara yang membawa hormat dan kemuliaan kepada Kristus.
Menjadi orangtua juga bergantung kepada kepenuhan Roh Kudus. Berapa banyak di antara kita
yang pernah melihat apa yang dilakukan anak-anak kita dan mengatakan, “Baik, saya
memerlukan Roh Kudus untuk memonopoli diri saya sebelum saya melakukan apa yang tidak
perlu saya lakukan?”
Gambarannya demikian. Kita memerlukan Roh Kudus untuk memenuhi kita dan kemudian kuasa
yang dibaharui untuk memberitakan Injil. Kuasa yang dibaharui untuk memberitakan Injil,
“Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan berbicara tentang Firman Allah dengan penuh
keberanian.” Kadangkala dalam saat-saat tertentu, Roh Kudus memenuhi kita untuk tujuan
tertentu. Ada juga kenyataan bahwa hal ini seharusnya menjadi tindakan yang selalu dilakukan
ketika kita terus menerus meminta kepada Allah, “Penuhi aku, aku ingin Engkau semakin
menguasai kehidupanku, Engkau lebih besar dan aku semakin kecil.” Kepenuhan Roh Kudus
akan membawa kepada pemberian karunia dari Roh Kudus, oleh anugerah-Nya, Roh Kudus
memperlengkapi semua orang Kristen untuk membangun gereja bagi kemuliaan Kristus. Oleh
anugerah-Nya, itu definisinya, kata dari karunia Roh adalah charismata, yang secara harafiah,
charis berarti anugerah, karunia karena anugerah. Inilah sebabnya saya agak kurang suka
dengan istilah karismatik untuk menyebut kepada segolongan orang Kristen saja karena kita
semua sebenarnya memiliki karunia dan karena itu kita juga adalah karismatik. Kita memiliki
karunia anugerah di dalam kehidupan kita. Sebenarnya kata charisma juga dipakai dalam Roma
6:23, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.” Charisma dari Allah adalah hidup yang kekal. Jadi semua orang Kristen
seharusnya karismatik. Jadi kita perlu karismatik. Kita perlu menjadi karismatik. Gereja Brook
Hills, secara khusus, sangat karismatik, dalam arti sangat menjunjung karunia, karunia anugerah
disegala tempat. Jadi, mari kita menjadi karismatik. Semakin karismatik, semakin baik. Mari kita
bicara definisi, atau penjelasan, apa hal khusus yang ada pada karunia rohani. Bakat alam
adalah bukti dari adanya anugerah umum. Bakat alam adalah bagian dari anugerah umum
sedangkan karunia Roh menjadi bukti adanya anugerah yang menyelamatkan. Ini maksud saya.
Semua orang, baik itu mereka percaya kepada Kristus atau tidak, memiliki bakat alam yang
menjadi bukti bahwa Allah memiliki anugerah atas kehidupan mereka. Atlet yang baik, penyanyi
yang baik, orang-orang yang memiliki keahlian seni, atau berbagai bakat lain; kita semua
memiliki bakat alam bahkan sebelum kita datang kepada Kristus yang menjadi bukti adanya
anugerah umum di dalam kehidupan kita. Tetapi yang kita bicarakan adalah bahwa karunia Roh
bukanlah sekedar bakat alam. Ini sesuatu yang diberikan kepada kita karena Roh Kudus ada di
dalam kehidupan kita pada saat keselamatan. Anugerah yang menyelamatkan akan membuat
kita mendapatkan karunia Roh. Saya sadar bahwa ada kemungkinan tumpang tindih di sini.
Saya rasa ada orang-orang yang memiliki bakat alam karena anugerah umum Allah untuk
mengajar bahkan sebelum mereka datang kepada Kristus dan saat mereka menjadi percaya
kepada Kristus dan mereka kemudian mendapatkan karunia mengajar maka akan ada tumpang
tindih di sini. Saya tidak mau berusaha dan tidak mau membuat perbedaan antara keduanya.
Tetapi memang ada perbedaan antara bakat alam dengan karunia Roh karena apa yang terjadi
adalah bahwa ketika kita menjadi beriman kepada Kristus, ada dukungan rohani yang diberikan
kepada kita berkenaan dengan karunia Roh ini. Oleh anugerah-Nya, yang kita lakukan adalah
kita menerima dengan bulat definisi ini, “Oleh anugerah-Nya, Roh Kudus memperlengkapi orangorang Kristen untuk pembangunan jemaat dan bagi kemuliaan Kristus. Oleh anugerah-Nya, Roh
Kudus memperlengkapi semua orang Kristen, semua orang Kristen memiliki karunia, untuk salah
satu dari pernyataan karunia Roh yang diberikan. Tidak ada yang mendapatkan semua karunia
tetapi semua orang mendapatkan sekurang-kurangnya satu karunia Roh.
Jadi kita semua, orang Kristen memiliki karunia. Roh Allah sudah memberikan kepada anda
karunia dan semua karunia sangatlah penting. 1 Korintus 12:15-20 berbicara mengenai
bagaimana masing-masing karunia itu penting. Anda tidak bisa mengatakan kepada salah satu
anggota tubuh, “Kamu tidak penting atau kepada anggota yang lainnya kamu tidak penting.” Kita
harus sangat berhati-hati di sini. Kita harus sangat berhati-hati menjaga agar kita tidak terlalu
meremehkan diri sendiri, maksudnya, mentalitas yang mengatakan, “Saya tidak ada gunanya,
tidak ada yang memerlukan saya.” Saya rasa hal itu sering muncul di dalam gereja. Saya
menduga bahwa ada banyak orang di dalam gereka yang ketika berpikir mengenai gereja lokal,
berpikir, “Saya tidak tahu bahwa gereja sungguh-sungguh membutuhkan saya.” Kenyataannya
adalah bahwa kalau anda ada di dalam gereja dan anda pengikut Kristus, maka anda memiliki
karunia yang sangat berguna bagi gereja. Jadi kita perlu menghindar, melawan, sikap terlalu
meremehkan diri sendiri. Tetapi kita juga harus waspada terhadap sikap meninggikan diri, dan
berpikir, “Saya sudah memiliki banyak sekali karunia sehingga gereja sungguh-sungguh
memerlukan saya.”
Meremehkan diri mengatakan, “Saya tidak berguna, anda tidak
membutuhkan saya.”
Meninggikan diri mengatakan, “Anda tidakberguna, saya tidak
membutuhkan anda.” Allah mengatakan bahwa kita saling membutuhkan. Saya rasa in salah
satu hal yang paling menarik, bahwa kalau dalam satu gereja ada 400 jemaat, maka berarti ada
400 karunia yang dipercayakan kepada jemaat kita. Kalau ada 10 saja, artinya ada 10 karunia
yang dipercayakan, dan bahkan bisa lebih. Maksud saya, banyak orang tidak hanya memiliki
satu karunia saja. Gambaran yang luar biasa. Jadi kita perlu waspada terhadap hal-hal itu dan
perlu mengatakan bahwa kita saling membutuhkan.
Perjanjian Baru memberikan daftar tentang karunia Roh, yang saya susun dalam empat susunan
di sini. Kita tidak akan membaca semuanya. Ketika anda menambahkan semuanya maka anda
akan menemukan 22 karunia yang berbeda di dalam Alkitab ditambah dengan catatan Efesus
4:11, 1 Korintus 7:7 yang nampak seperti daftar yang tidak tercakup di sini. Namun saya mau
mengatakan hal ini. Daftar itu, karunia-karunia itu, seringkali saling tumpang tindih. Beberapa
diantara daftar itu menuliskan karunia yang sudah ditulis dalam daftar lainnya. Anda juga melihat
karunia seperti administrasi dan kepemimpinan dituliskan yang mungkin memiliki sedikit tumpang
tindih di sini. Ada juga beberapa karakteristik dan harapan bagi semua para pengikut Kristus.
Sebagai contoh, mengajar itu karunia Roh, tetapi di sisi lain, kita semua diperintahkan untuk
menjadikan semua bangsa sebagai murid, dan membaptiskan serta mengajar manusia untuk
menjadi percaya kepada Kristus. Jadi, kita semua dalam taraf tertentu sebenarnya diperintahkan
untuk mengajar. Ini tidak selalu berarti bahwa kita semua diberi karunia untuk mengajar
sekelompok orang dalam cara tertentu. Tetapi kepada kita semua, bahkan mengajar anak-anak
untuk mengikut Kristus, semua orang tua, Allah memanggil kita melakukan hal itu,
memerintahkan kita untuk melakukannya. Jadi itu karunia mengajar. Karunia melayani, anda
tidak bisa duduk berpangku tangan dan mengatakan, “Wah, saya tidak memiliki karunia
melayani, karena itu saya tidak melayani.” Kalau memang ada batasan itu, maka artinya
memang demikian. Tetapi tidak, beberapa orang, dan bahkan kita semua memang diperintahkan
untuk melayani tubuh Kristus, tetapi beberapa orang secara khusus memiliki dukungan rohani
berupa karunia Roh melayani.
Satu hal yang cukup mengganggu saya adalah ketika orang mulai berbicara mengenai karunia
menginjili. “Wah, saya tidak memiliki karunia menginjili. Itulah sebabnya saya tidak bisa
membawa orang kepada Kristus.” Itu sama sekali salah. Kalau anda memiliki Roh Allah, ada
bisa membawa orang kepada Kristus. Roh Allah, memampukan anda, memerdekakan anda
untuk membawa orang kepada Kristus, memampukan anda membawa orang kepada Kristus.
Jadi ada ukuran yang berbeda yang ada di dalam pemberian karunia tetapi beberapa karunia
yang dituliskan memang diberikan kepada semua pengikut Kristus. Sebagai akibatnya, ketika
anda melihat ke dalam daftar itu, dorongan saya adalah agar anda lebih memandangnya sebagai
bersifat ilustratif dan bukan penjelasan lengkap. Ini maksud saya. Saya rasa ada keragaman
besar di dalam karunia Roh yang diberikan Perjanjian Baru kepada kita yang menunjukkan
kekayaan dan keindahan keragaman tubuh Kristus dan ada beberapa daftar yang ada. Jangan
gambarkan Roh Kudus memegang satu kotak berisi dua puluh karunia dan kemudian
mengatakan, “Ini saya pilihkan beberapa untukmu.” Saya rasa daftar ini hanya ilustrasi dari
begitu banyak karunia yang diberikan Roh Allah dan saya rasa karunia Roh menguji, menyelidiki
dan sangat berguna. Karunia Roh itu menolong kita berpikir melalui beberapa hal ini. Tetapi
saya rasa kita bahkan tidak perlu membatasi diri kita hanya dengan beberapa hal yang
disebutkan saja atau kategori tertentu yang disebutkan karena Roh Allah memberikan kepada
kita masing-masing sebuah kekayaan dan beraneka keragaman di dalam tubuh Kristus.
Semua karunia itu diberikan untuk membangun gereja. Karunia Roh diberikan untuk kebaikan
bersama.
Karunia ini berpusat kepada orang-orang lain. Karunia Roh sangat bergantung
kepada kedaulatan Allah. Ia memberikan karunia itu seturut dengan kehendak dan hikmat-Nya.
Karunia Roh juga berbeda-beda dalam kekuatannya. Kalau kita tidak memakai otot kita, otot itu
akan menjadi lemah. Karunia Roh berbeda dalam kekuatan. Itulah yang dijelaskan di dalam 1
Timkotius 4 dan 2 Timotius 1. Karunia Roh berbeda dalam kegunaannya. Dengan kata lain,
perhatikan, perhatikan 1 Korintus 14, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan
bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat.” Dengan kata lain, lebih baik
karunia bernubuat karena hal itu akan membangun gereja lebih dari karunia berbahasa roh. Jadi
ada penekanan di sini yang menempatkan nubuatan lebih daripada bahasa roh di dalam 1
Korintus 14. karunia Roh bisa dan harus dicari. Sungguh-sungguh inginkan karunia yang lebih
utama. Ikuti jalan kasih dan kejar karunia Roh. Kejar apa yang paling berguna bagi gereja.
Alkitab mengajarkan kepada kita untuk memintakan karunia kepada Allah, dan menguji
motivasinya, bukan untuk mengatakan, “Ya, saya ingin karunia yang ini,” tetapi, “Saya ingin
karunia ini untuk menguatkan gereja. Ya Allah, berikan karunia ini agar saya bisa menguatkan
gereja.” Itu hal yang Alkitabiah untuk dilakukan. Karunia Roh membutuhkan pengujian diri. Ini
dorongan saya secara sangat praktis. Mintalah kepada Allah untuk menunjukkan karunia anda.
Minta kepada Allah untuk memberikan hikmat. Pikirkan mengenai kepentingan, ketertarikan,
kemampuan anda yang diberikan oleh Allah dan kemudian temukan karunia anda saat anda
melakukan pelayanan. Karunia diberikan untuk pelayanan dan karena itu semakin kita melayani,
di dalam kehidupan saya sendiri, semakin saya melayani dalam keadaan yang berbeda, skenario
yang berbeda, semakin saya bisa melihat bidang-bidang dimana saya merasa Roh Kudus sudah
memberikan kepada saya karunia di sana, dan bidang-bidang dimana Roh Kudus tidak
memberikan karunia kepada kita di sana. Anda akan melihat bahwa mengenai karunia yang
diberikan kepada kita, bahwa kemungkinan memimpin pujian bukan karunia saya, bahwa saya
mungkin tidak berkarunia dalam hal ini. Mengenai saya, jelas itu bukan karunia saya. Anda bisa
merasakan hal itu ketika anda berdiri di depan jemaat dan mulai berusaha untuk memimpin
pujian. Jadi, karunia Roh membutuhkan pengujian diri, semuanya bagi kemuliaan Kristus.
Karunia Roh memuliakan Kepala Gereja. Karunia itu memuliakan Kepala Gereja karena semakin
banyak karunia yang dipakai, semakin kita memuliakan Kepala Gereja yaitu Kristus, Efesus 4,
dan karunia Roh menantikan kedatangan Kristus. 1 Korintus 1:7, “Demikianlah kamu tidak
kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus
Kristus.” 1 Korintus 13, akan kita bicarakan nanti.
Ini pertanyaannya. Ini yang membuatnya semakin menarik. Apakah karunia ajaib yang
disebutkan di dalam Perjanjian Baru masih berlaku bagi gereja di jaman ini? Apakah karunia
ajaib yang disebutkan di dalam Perjanjian Baru masih berlaku sekarang? Yang saya maksud
dengan karunia ajaib, ada yang menyebutnya sebagai karunia luar biasa, karunia khusus,
karunia tanda, atau karunia karismatik, tetapi saya tidak suka istilah terakhir itu karena
bagaimanapun semuanya adalah karunia anugerah. Tetapi ini akan mencakup juga tanda-tanda
dan keajaiban, mengusir setan, bernubuat, bahasa roh, dan kesembuhan, dan kita akan melihat
dua pandangan di sini. Perhatikan penjelasan saya. Pandangan pertama adalah bahwa karunia
mujizat, nubuat, bahasa roh, kesembuhan, tanda-tanda dan keajaiban, sudah berhenti
keberadaannya bersama dengan tidak adanya para rasul dan karena itu tidak lagi berlaku untuk
gereja masa kini. Saya mengutip perkataan John MacArthur, “Ada empat karunia sejaman yaitu
mujizat, kesembuhan, bahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh. Keempat tanda ajaib itu
memiliki tujuan yang khusus, yaitu memberikan kepada Para Rasul tanda pengesahan untuk
membuat orang-orang tahu bahwa mereka semua menyampaikan kebenaran Allah. Tetapi
sekali Firman Allah dituliskan, tanda-tanda ajaib tidak lagi diperlukan dan tidak terjadi lagi.”
Apakah itu masuk akal? Itu pandangan yang disebut cessationism, karunia sudah berhenti.
Intinya adalah ketika Alkitab lengkap dituliskan, maka tanda-tanda ajaib tidak berlaku lagi. Ketika
Para Rasul tidak ada lagi, tanda-tanda ajaib itu tidak diperlukan lagi dan karena itu tidak ada lagi.
Pandangan continuationism, karunia masih berlaku, mengatakan bahwa tanda ajaib masih ada
bagi semua pengikut Kristus dan karena itu masih aktif di dalam gereja masa kini. Ini lebih
seperti gambaran Pentakosta, karismatik, gelombang ketiga dan khususnya di dalam
Pentakostalisme dimana bahasa roh menjadi tanda yang harus ada sebagai tanda anda
mengalami baptisan Roh Kudus. Jadi mari kita perhatikan kedua pandangan itu.
Kaum cessationisme mengatakan, saya akan mencoba menyimpulkannya dalam dua
pemahaman. Pandangan ini mengatakan bahwa Yesus dan Para Rasul memiliki pelayanan yang
unik yang mencakup karunia mujizat. Anda melihat kepada Yesus, diteguhkan oleh Allah, Kisah
Para Rasul 2, dengan mujizat, tanda-tanda dan keajaiban. “Maka ketakutanlah mereka semua,
sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda,” kata Kisah Para Rasul 2:43.
Para Rasul melakukan banyak mujizat dan tanda ajaib di antara orang banyak. Paulus dan
Barnabas memakai waktu mereka untuk berbicara dengan berani bagi Tuhan yang meneguhkan
berita itu dengan anugerah-Nya dengan memampukan mereka melakukan berbagai tanda ajaib
dan mujizat. Tanda ajaib dan mujizat sudah dilakukan di antara orang-orang bukan Yahudi
melalui Paulus dan Barnabas. Jadi hal itu menjadi karunia unik Para Rasul. Fase yang kedua
dari karunia keajaiban ini diberikan oleh Allah untuk meresmikan jabatan kerasulan. Inilah
sebabnya kita melihat tanda-tanda dan keajaiban, karunia ajaib yang berkenaan dengan Para
Rasul karena Allah meneguhkan, dengan kata lain, menyatakan kebenaran perkataan mereka.
Hal-hal yang menjadi tanda bagi seorang rasul, tanda-tanda, keajaiban, dan mujizat dilakukan
dengan tekun. Perhatikan bagian akhir Ibrani 2:3-4, yang mengatakan, “Allah meneguhkan
kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan
kekuasaan dan karunia Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.” Jadi
inilah gambarannya. Pandangan kaum Cessationist mengatakan bahwa Para Rasul melakukan
semuanya itu dan disertai dengan tanda-tanda dan mujizat, karunia ajaib itu, untuk alasan
tertentu. Alasan itu adalah untuk menegaskan kerasulan mereka. Tetapi setelah mereka tidak
tampil lagi, karunia Roh itu tidak diperlukan lagi dan karena itu tidak ada lagi.
Continuationists mengatakan bahwa Yesus mengutus kita untuk melakukan pelayanan yang
dimulai-Nya dan di dalamnya mencakup juga tanda-tanda ajaib. Seperti Bapa mengutus Aku,
demikianlah Aku mengutus kamu. Ia bahkan mengatakan di dalam Lukas 9-10, “Pergi dan
sembuhkanlah yang sakit.” Jadi, kaum Continuationists mengatakan bahwa tanda ajaib itu
sungguh-sungguh nyata di kalangan para para pengikut Kristus yang bukan Rasul di dalam
Perjanjian Baru. Stefanus melakukan tanda dan keajaiban besar. Orang banyak mendengar
perkataan Filipus dan melihat tanda ajaib yang dilakukannya. Paulus berbicara kepada orangorang Galatia di dalam Galatia 3, “apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan
berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu?” 1 Korintus 12, hal yang sama,
karunia kesembuhan dan ia berbicara kepada jemaat di Korintus. Lalu bagaimana, apakah
karunia masih ada atau sudah berhenti?
Ini kesimpulan yang saya ambil dari apa yang diajarkan di dalam Alkitab. Yang pertama, kita
perlu menghormati kedaulatan yang unik dari Kristus, Para Rasul Perjanjian Baru, dan para nabi
Perjanjian Lama. Maksud saya adalah bahwa ada hal yang sangat unik yang terjadi di dalam
kehidupan Para rasul sebagai contohnya. Para Rasul itu adalah, ingat hal ini, Para Rasul di
dalam Perjanjian Baru, kadangkala kata ini dipakai secara umum untuk orang-orang yang diutus.
Dalam pemahaman itu, maka di satu sisi semua orang Kristen adalah rasul yang diutus. Tetapi
seringkali Perjanjian Baru menyebut kepada Para rasul dan menunjuk kepada sekelompok orang
yang berada bersama Yesus, saksi mata akan kematian dan kebangkitan Kristus, mereka adalah
para murid-Nya minus Yudas Iskariot, tentu saja, lalu ditambah dengan Matias dan kemudian
juga Paulus. Para rasul itu, ada sesuatu yang unik bagi mereka, jelas sekali. Mereka
memusatkan diri mereka kepada pengajaran mereka. Para Rasul adalah orang-orang yang
menyampaikan Firman yang kita dapatkan di dalam Alkitab. Di saat yang sama, kita juga harus
menghormati pelayanan Roh Kudus yang tak terselami di gereja jaman ini. Maksud saya
demikian. Saya yakin bahwa kita perlu berhati-hati untuk tidak membatasi karya Roh Kudus.
Kita perlu berhati-hati, jangan sampai membatasi karya Roh Kudus di bidang-bidang yang tidak
dijelaskan oleh Alkitab sebagai batasan bagi Roh Kudus. Saya mendengar banyak kesaksian
mengenai bagaimana karya Roh Kudus dengan cara yang belum pernah dilihat dan dialami
sebelumnya.
Kalau Alkitab berbicara secara langsung tentang hal-hal itu, maka kita
mengikutinya dengan jelas. Tetapi kalau Alkitab tidak secara langsung menjelaskannya, saya
rasa kita perlu berhati-hati dan tetap menghormati pelayanan Roh Kudus di gereja jaman ini. Ini
membawa kita kepada beberapa hal praktis. Bagaimana kita memahami semuanya ini?
Yang pertama, dorongan saya adalah agar kita mencari karunia Roh yang paling membangun
tubuh Kristus. Ini jelas dan sederhana. Roh Kudus tidak memerintahkan kita untuk mencari
karunia Roh yang ajaib atau tidak ajaib. Roh Kudus memerintahkan kita untuk mencari karunia
Roh yang paling membangun bagi Gereja. Apa yang paling diperlukan Gereja, kita mengejar itu.
Yang kedua, bawa Injil kepada orang-orang yang terhilang, khususnya orang-orang yang belum
terjangkau yang belum menerima wahyu. Saya akan berusaha menjelaskannya secepat
mungkin, saya melihat di dalam Perjanjian Baru, khususnya di dalam Kisah Para Rasul,
sebagaimana yang dijelaskan, yaitu bahwa perkataan Kristus, Injil Kristus, dan Roh Kristus
bekerja di tempat-tempat baru, dan ada peneguhan yang muncul dalam rupa tanda-tanda
keajaiban dan mujizat. Ketika saya melihat apa yang dilakukan Allah di dalam gereja jaman ini
dan saya melihat Injil maju ke daerah yang baru, khususnya di antara orang-orang yang belum
terjangkau, di situlah kita mendengar paling banyak ditemukan tanda-tanda dan keajaiban. Saya
rasa itu sesuatu yang sangat masuk akal. Saya rasa ada peneguhan yang mungkin terjadi di
sana akan Firman saat firman itu berkembang ke dareah baru untuk pertama kalinya, di tempattempat yang belum terjangkau. Pada saat yang sama, sekali kita sudah mendapatkan Firman
dan Firman sudah diteguhkan dan kita sudah sangat terbuka dan dibasahi dengan Injil, maka
saya rasa tingkat kepentingan tanda dan keajaiban menjadi berkurang. Ini alasannya. Saya mau
menunjukkan kepada orang kaya dan Lazarus yang diceritakan Yesus, ketika orang kaya itu
sampai di neraka ia mengatakan, “Sampaikan kepada keluargaku bahwa hal ini nyata.” Dan
kemudian Ia mengatakan bahwa kalaupun mereka melihat seseorang bangkit dari kematian,
itupun tidak ada guanya. Mereka sudah mendengar Firman, mereka sudah melihat para nabi,
dan mereka tetap tidak mau percaya. Mereka sudah menulikan telinga mereka kepada apa yang
sudah mereka miliki. Inilah sebabnya saya rasa tidak terlalu penting bagi kita melihat semua
bentuk tanda dan mujizat di gereja jaman ini dalam budaya kita karena kita sudah memiliki
Firman dan kalau kita mau percaya kepada Firman ini, kalau kita mau mengikuti dan percaya
kepada Firman, maka kita akan melihat kuasa Allah bekerja. Kita sudah mengabaikan Firman ini
dan kita tidak mau lagi mengabaikan Firman dan justru mengejar tanda dan keajaiban saja. Di
saat yang sama, kita pergi kepada orang-orang yang terhilang, khususnya kepada orang-orang
yang belum terjangkau yang tidak memiliki wahyu khusus dan saat kita pergi, kita melakukan hal
ini: kita percaya kepada kedaulatan Firman-Nya. Firman ini memiliki kedaulatan untuk
menyelamatkan. Pergilah ke daerah yang paling pedalaman di planet ini yang paling jauh dari
jangkauan Injil saat ini, dan Injil ini cukup berkuasa untuk menyelamatkan anda dan saat anda
pergi, minta kepada Allah untuk meneguhkan Firman-Nya. Saya tidak mengatakan bahwa saya
tahu segala sesuatu tentang hal itu, tetapi saya mengatakan bahwa sangat baik untuk pergi ke
daerah yang belum terjangkau, memberitakan Injil, dan meminta. Sangat baik untuk meminta
kepada Roh Allah untuk menunjukkan bahwa Firman ini benar dan akan membawa kehormatan
bagi-Nya dan kemuliaan bagi Kristus.
Jadi itulah yang saya dorong untuk anda lakukan. Yang ketiga, dan ini yang mau saya angkat di
sini. Jadi, sebenarnya anda ikut golongan cessationist atau continuationist? Ini yang mau saya
katakan. Yang pertama, terbukalah ketika berkaitan dengan Roh Allah. Saya mau mendorong
kita sebagai manusia untuk terbuka dalam kaitannya dengan Roh Allah dan memiliki kemurahan
kepada saudara dan saudari di seluruh dunia yang berbicara mengenai karya Roh Kudus. Saya
tidak mau duduk berpangku tangan dan mengatakan bahwa karunia ajaib tidak lagi dipakai hari
ini, bahwa hal itu sudah berhenti. Saya rasa bahwa tidak ada bukti Alkitabiah yang cukup untuk
mengatakan bahwa karunia Roh sudah tidak ada lagi, sudah berhenti, ini yang akan kita
bicarakan nanti. Di saat yang sama, ada keterbukaan di sana, tetapi juga, miliki keterbukaan
berkaitan dengan Roh Kudus, tetapi juga miliki ketajaman untuk menilai berdasarkan Firman
Allah. Kita sama sekali tidak ingin melakukan sesuatu yang melawan karya Roh Kudus di dalam
gereja di jaman ini. Di saat yang sama, saya tidak ingin menerima sesuatu sebagai karya Roh
Kudus kalau Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa hal itu bukanlah karya Roh Kudus. Jadi
saya yakin kita harus sangat waspada dan memiliki ketajaman berdasarkan Firman Allah yang
membuat kita mampu mengenali Roh Kudus dan mencocokkan apa yang terjadi dengan apa
yang dituliskan di dalam Alkitab setepat mungkin; terbuka, tetapi memiliki ketajaman. Pada
dasarnya, saya tidak melihat di dalam Alkitab ada bukti yang cukup yang mengatakan bahwa
karunia Roh memang sudah habis dan tidak ada lagi setelah selesainya masa Rasuli. Di saat
yang sama, saya melihat banyak bukti yang menunjukkan bahwa karunia Roh itu akan
berlangsung terus, bahwa karunia Roh itu akan terus berlangsung terus sampai suatu masa
tertentu. Jadi, kita harus terbuka tetapi sekaligus waspada, memberikan penilaian dengan dasar
Firman.
Ini membawa kita kepada gambaran tentang nubuatan.
1 Korintus 13, “Kasih tidak
berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang
sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Karena sekarang kita melihat dalam
cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan
sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Ini salah satu contohnya. Nubuat, karunia bernubuat,
menurut 1 Korintus 13, karunia bernubuat itu sementara. Nubuat yang dilakukan, suatu saat
akan berhenti. Pertanyaannya adalah, kapan hal itu akan berhenti? Ada dua kemungkinan
jawaban di sini. Apakah nubuat berhenti ketika seluruh isi Alkitab selesai dituliskan? Itu yang
dikatakan kaum cessationist. Kaum cessatinonist mengatakan bahwa nubuat berakhir ketika
Para Rasul tidak ada lagi, tidak tampil lagi, karena kita memiliki keseluruhan isi Alkitab. Kita tidak
lagi membutuhkan nubuat. Pilihan yang lain adalah bahwa karunia itu akan berakhir ketika
Yesus datang kembali dan pandangan ini yang lebih bisa diterima oleh kaum continuationist.
Penjelasan ini dituliskan di dalam 1 Korintus 13 dan yang dapat kita ketahui hanyalah bahwa
nubuatan akan berhenti. Kalau kita melihat di ayat selanjutnya, kita akan melihat, “Sebab
pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba,
maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.” Jadi nubuatan kita tidak sempurna, dan ketika yang
sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna akan lenyap. Ini yang menjadi awal perdebatan
karena kaum cessationist mengatakan bahwa yang dimaksud dengan yang sempurna adalah
ketika Firman itu sudah lengkap, ketika Alkitab sudah lengkap. Itulah saatnya kesempurnaan itu
tiba. Saya tidak setuju dengan hal itu. Saya tidak melihat hal itu di dalam 1 Korintus 13 karena
saya yakin bahwa yang dimaksud dengan kesempurnaan itu adalah ketika Yesus datang
kembali. Saya rasa hal itu sangat jelas kalau kita memperhatikan bagian di dalam konteksnya di
sini, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti
kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Ini berbicara
mengenai pemuliaan. Ini berbicara mengenai saatnya kita akan melihat Kristus, ketika kita
sepenuhnya dikenal oleh Kristus dan keselamatan kita akan menjadi sempurna. Ini juga cocok
dengan perkataan Paulus sebelumnya di dalam 1 Korintus 1:7 yang berbicara mengenai karunia
Roh yang diberikan kepada kita pada saat kita menantikan Yesus Kristus, menantikan waktu
pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi karunia nubuatan memang jelas sekali bersifat
sementara. Saya tidak yakin bahwa 1 Korintus 13, paling tidak secara jelas, memberikan kepada
kita pengajaran yang pasti bahwa karunia nubuatan akan berhenti ketika Alkitab sudah lengkap.
Jadi anda melihat 1 Korintus 14 dan anda mendapatkan gambaran tentang nubuatan yang
dijelaskan di dalam 1 Korintus 14:1-5 dan yang saya yakini adalah bahwa 1 Korintus 14:1-5
mengatakan bahwa sampai Yesus datang kembali, orang-orang Kristen merindukan karunia
nubuatan karena gereja dibangun dengan karunia nubuatan. Ini yang sangat menarik, jadi kalau
ada karunia nubuatan, apakah itu berarti bahwa akan bangkit para Yesaya atau Yeremia di
dalam gereja masa kini yang bisa berdiri dan menyampaikan Firman Allah dalam otoritas yang
dimiliki oleh Yesaya dan Yeremia? Saya yakin bukan itu yang dijelaskan Alkitab. Saya mau
menunjukkan sesuatu kepada anda. Saya yakin bahwa Alkitab menunjukkan kepada kita, saya
mau menjelaskan hal ini kepada anda, ada tiga jenis nubuatan. Yang pertama, nubuat palsu,
Ulangan 13, Ulangan 18, Yeremia 23, semua berbicara mengenai nabi-nabi palsu yang
mengatakan dusta. Inilah nubuatan yang palsu. Nubuat palsu mencakup dusta yang tidak jujur,
perkataan menipu yang tidak didasarkan kepada wahyu; ini bukan yang dinyatakan Allah di
dalam perkataan para nabi. Tidak ada wahyu di sini. Mereka hanya menipu. Mereka mengaku
berbicara atas nama Allah sementara mereka sebenarnya tidak berbicara bagi Allah dan
mengabaikan Kitab Suci yang Ilahi. Hal ini merendahkan makna Kitab Suci dan mengabaikan
firman yang Ilahi. Itulah nubuat yang palsu. Nubuat yang benar adalah yang kita lihat dilakukan
oleh Yesaya dan Yehezkiel dan beberapa nabi lain di dalam Perjanjian Lama. “Roh Tuhan ada
padaku.” Jadi artinya, nubuat yang benar mengandung kebenaran yang diwahyukan. Ini
mencakup perkataan yang disampaikan secara langsung atas dasar pewahyuan yang baru.
Maksud saya adalah, yang kita sedang bicarakan, Allah menyatakan Firman-Nya dan para nabi
menyampaikannya dan hasilnya adalah Kitab Suci yang Ilahi ini. Para nabi berbicara dan kita
mendapatkan Kitab Suci. Di dalam Perjanjian Lama, itulah yang dilakukan oleh para nabi. Di
dalam Perjanjian Baru, padanan dari para nabi di dalam Perjanjian Lama adalah Para Rasul
Perjanjian Baru. Contohnya adalah Paulus, seorang rasul Allah, yang berbicara di bawah
tuntunan Roh Kudus. Perhatikan 1 Korintus 2:13, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani
kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan
perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” Jadi Para
Rasul melakukan apa yang dahulu dilakukan oleh para nabi, berbicara pada saat mereka
dipimpin oleh Roh. Ini membawa kita kepada gambaran Kitab Suci yang kita miliki, para nabi di
dalam Perjanjian Lama, Para Rasul di dalam Perjanjian Baru.
Mereka mewariskan kepada kita Alkitab yang benar, yang tidak memiliki kesalahan. Kitab Suci
memiliki otoritas, benar. Inilah perkataan Allah, bukan perkataan manusia. Ini adalah perkataan
Allah melalui manusia. Alkitab itu unik. Tidak ada kitab seperti ini yang bisa kita temukan. Kitab
ini cukup: benar, berkuasa, unik dan cukup. Kitab ini memiliki segala sesuatu yang kita perlukan
untuk menjalani kehidupan yang saleh. Allah tidak duduk dan kemudian berharap bahwa Ia
memiliki kesempatan untuk menambahkan sesuatu yang kelupaan dan tertinggal. Semuanya
sudah ada di sana. Alkitab itu cukup. Alkitab itu lengkap. Tidak dibutuhkan lagi adanya volume
kedua. Tidak dibutuhkan lagi adanya perbaikan atau update dari siapapun. Itulah yang kita
dapatkan di dalam Alkitab. Jadi anda melihat ada nubuat palsu, nubuatan yang benar, termasuk
nabi-nabi Perjanjian Lama, dan juga Para Rasul Perjanjian Baru, dan kemudian anda
mendapatkan gambaran mengenai karunia nubuatan yang dibicarakan di dalam 1 Korintus 14.
“Baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang
mereka katakan. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang
pertama itu harus berdiam diri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang,
sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan.”
Jadi ada beberapa tingkatan
nubuatan yang terjadi di sana yang tidak termasuk dalam dua kategori tadi yang mencakup
karunia nubuatan. Saya rasa yang dikatakan oleh Kitab Suci di sini adalah bahwa ada beberapa
jenis penyampaian yang berisi perkataan yang secara langsung didorong oleh Roh Kudus, yang
berbicara mengenai Allah, yang muncul secara spontan di dalam pikiran kita dan kita mulai
berbicara. Di sini mencakup penjelasan yang tidak langsung juga yang didasarkan kepada
wahyu yang sudah diteguhkan. Maksudnya demikian, ini bukan Paulus yang baru yang
kemudian muncul menyatakan sebuah wahyu baru yang harus diberikan kepada jemaat. Ini
adalah Roh Kudus yang berbicara kepada kita, mendorong kita untuk berbicara dengan dasar
apa yang sudah ada di dalam Alkitab dan sudah teruji kebenarannya. Saya mengatakan hal itu
karena harus ada ujian oleh Kitab Suci yang Ilahi itu. 1 Tesalonika 5:19 mengatakan, “Janganlah
padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan
peganglah yang baik.” Inilah sebabnya ia mengatakan orang lain harus memperhatikan dengan
baik apa yang dikatakan. Ketika nabi-nabi Perjanjian Lama bernubuat, Yesaya sebagai contoh,
akan mengatakan, “kamu harus memperhatikan baik-baik apa yang akan kusampaikan.” Ia akan
keluar dan mengatakan, “Inilah yang difirmankan Allah yang Mahakuasa. Dengarkan.” Hal yang
sama juga terjadi untuk Para Rasul dalam Perjanjian Baru. Ketika karunia bernubuat dipakai,
selalu juga diperhatikan dengan baik. Ada upaya untuk mengujinya karena karunia bernubuat itu
tidak sempurna. Karunia bernubuat itu tidak sempurna dan bahkan bisa juga salah. 2
Tesalonika 2:1-3, Paulus memperingatkan jemaat mengenai nubuat yang bisa saja keliru. Ini
bukan sekedar mengajar atau memberitakan Firman karena kata ini secara khusus dituliskan
terpisah sebagai karunia tersendiri di dalam Roma 12. Beberapa orang mungkin berpikir,
“Bagaimana mungkin Roh Kudus memunculkan pikiran yang keliru, yang bisa mengandung
kesalahan.” Pikirkan ini dalam terang keseluruhan gambaran pengajaran. Saya mengajarkan
Firman berulangkali di hari-hari Minggu. Apakah ada kemungkinan saya mengatakan sesuatu
yang salah? Pasti ada, perkataan saya bukan tidak memiliki kesalahan. Ada beberapa yang
saya katakan yang keliru, tetapi saya berdoa, saya berharap bahwa Roh Allah yang memberikan
kepada saya inspirasi untuk bisa mengajar. Ini menjadi gambaran yang sama dengan yang
terjadi ketika Roh Kudus menginspirasikan sebuah nubuat, mendorong nubuat, tetapi karena
tidak memiliki level yang sama dengan gambaran di sini, maka apa yang disampaikan bukan
tidak memiliki kesalahan, otoritas dan kebenaran bagi kita. Hal itu tetap saja harus menjalani
ujian oleh kebenaran yang berotoritas itu. Anda melihat kepada karunia bernubuat di dalam
Perjanjian Baru dan anda melihat orang-orang berbicara mengenai masa depan. Anda melihat
juga orang-orang yang membukakan dosa-dosa di antara orang-orang yang tidak percaya dan
menguatkan gereja.
Lalu ini implikasinya. Ingat dua implikasinya: ingat bahwa hanya Alkitab saja yang memiliki
kebenaran yang mutlak di setiap saat. Karena itu kenali isinya. Kita tidak memerlukan dan tidak
memiliki seseorang yang ada dalam tingkatan yang sama dengan para nabi di Perjanjian Lama
atau Para Rasul di Perjanjian Baru. Alkitab itu baik, dan cukup. Kita mendapatkan semuanya di
sana. Kitab ini adalah otoritas yang utama, bukan apa yang anda atau saya katakan. Alkitab
inilah otoritas kita. Karena itu kita harus mengenal isinya. Implikasi kedua: ingat bahwa Roh
mungkin memberikan karunia bernubuat untuk mengaplikasikan kebenaran Alkitabiah pada masa
tertentu dalam keadaan tertentu. Karena itu carilah Roh Kudus. Dengan kata lain, saya yakin
Alkitab memberikan kepada kita gambaran tentang waktu-waktu dimana Roh Kudus mendorong
seseorang untuk berbicara atas dasar Firman untuk menguatkan dan membangun gereja masa
kini dan itu yang dijelaskan di dalam 1 Korintus 14. Lalu bagaimana dengan karunia bahasa roh?
Saya rasa kita memiliki kebingungan mengenai hal ini. Maksud saya begini. Bahasa roh ditandai
dengan kepastian yang bersifat subyektif bagi banyak orang. Mungkin ada beberapa di antara
kita yang berpikir, apa masalahnya dengan bahasa roh? Bagi mereka, tidak ada pertanyaan
sama sekali mengenai hal itu. Mungkin mereka berpikir, saya berbicara dalam bahasa roh. Saya
mengucapkan bahasa roh di dalam doa pribadi saya dan juga di dalam ibadah di dalam gereja
saya. Lalu mengapa harus dipertanyakan? Bagi anda yang berpikir demikian, secara subyektif
anda sudah mengalaminya dan karena itu ada kepastian mengenai hal itu. Ada beberapa
praktek yang sangat mirip dengan bahasa roh, saya tidak mau menyinggung siapapun di sini,
hanya mengungkapkan apa yang saya tahu, ada praktek yang sangat mirip dengan bahasa roh
di dalam agama-agama lain, bahkan di dalam praktek voodoo dan sihir dan karena itu bisa
dipastikan bahwa beberapa pengalaman keagamaan yang tidak berasal dari Roh Allah. Di sisi
lain, bagi orang-orang lain, bahasa roh ditandai dengan banyaknya penolakan dari banyak orang.
Banyak orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh, berbahaya, dan bahkan
sedapat mungkin harus dihindarkan. Kaum cessasionist mengatakan bahwa bahasa roh juga
sudah berhenti. Tetapi saya yakin bahwa tidak ada bukti Alkitabiah yang cukup kuat yang
mengatakan mengenai berhentinya karunia bahasa roh, atau bernubuat, atau menyembuhkan,
seperti yang sudah kita lihat. Tidak ada bukti kuat yang mendukungnya.
Jadi bagaimana pandangan kita mengenai hal-hal itu? Bahasa roh dijelaskan di hari Pentakosta,
bahasa roh adalah bahasa yang dapat dimengerti tetapi yang memerlukan penerjemahan.
Mereka berbicara dalam bahasa yang dapat dipahami. Mereka berbicara dalam bahasa-bahasa
yang dipahami oleh banyak orang dari berbagai bangsa di dalam Kisah Para Rasul 2:1-12. Di
tempat lain, sebagai contoh penjelasan Paulus kepada jemaat di Korintus, bahasa roh adalah
bahasa yang tidak dapat dipahami yang mungkin memerlukan penafsiran, bukan penerjemahan
tetapi penafsiran karena bahasa itu memang tidak bisa dipahami. Bahasa itu tidak akan mungkin
bisa dipahami tanpa adanya penafsiran. Berbicara dalam bahasa roh mencakup doa atau pujian
yang dinaikkan dalam ucapan-ucapan yang tidak dipahami oleh yang mengatakannya.
Barangsiapa berbicara dalam bahasa roh tidak berbicara kepada manusia tetapi kepada Allah.
Berbicara dalam bahasa roh secara khusus diarahkan kepada Allah, suatu doa atau pujian yang
diucapkan dalam ucapan yang tidak bisa dipahami oleh yang mengucapkannya, tetapi yang
paling utama ditujukan kepada Allah. Ini seperti berdoa dalam bahasa roh, 1 Korintus 14:14,
“aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa.” Dan itu terjadi di dalam roh. Jadi
itulah yang dijelaskan dalam 1 Korintus, bahasa yang tidak bisa dipahami, doa atau pujian yang
dinaikkan dalam ucapan yang tidak dipahami oleh yang mengucapkannya, dan membutuhkan
penafsiran, dalam tuntunan Roh Kudus. Bahasa roh dijelaskan, yang anda lihat adalah 1
Korintus 14, “Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyakbanyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam
pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.” Jadi
inilah gambarannya. Paulus mengatakan bahwa bahasa roh mencakup juga adanya penafsir
yang menjelaskan kepada gereja apa makna umum dari apa yang dikatakannya. Kalau tidak ada
penafsir di sana, maka orang yang berbahasa roh itu haruslah berdiam diri. Harus ada penafsir.
Berbicara dalam bahasa roh juga ditandai dengan adanya pengendalian diri. Perjanjian Baru
tidak memberikan kepada kita ruang untuk adanya kekacauan dan kerusuhan.
Ada
pengendalian diri sebagai buah Roh dan karena itu ada pengendalian di sini di dalam 1 Korintus
sehingga hanya ada satu, atau kadangkala dua, atau paling banyak tiga orang yang berbicara
dalam bahasa roh. Gambaran yang lebih jelas lagi adalah bahwa bahkan di hari Pentakosta,
mereka berhenti menggunakan bahasa roh ketika Petrus mulai memberitakan Injil. Berbicara
dalam bahasa roh, memerlukan penerjemah, ditandai dengan pengendalian diri, dan bahasa roh
harus membangun jemaat, serta membangun umat Allah. Kalau saya memiliki karunia mengajar
dan saya mengajar secara pribadi, maka itu tidak terlalu menolong. Tetapi, pada saat yang sama
saya juga harus menghargai orang-orang yang saya kenal yang berbicara mengenai sebuah
bahasa doa pribadi yang memang diberi ruang untuk muncul di dalam 1 Korintus 4:24 dan 28.
jadi, kecuali kalau anda sepenuhnya menerima pandangan cessationist, saya rasa ada
keterbukaan di sini di dalam Perjanjian Baru mengenai bahasa roh. Tetapi pertanyaan kuncinya
adalah, saya ingin kita memiliki keyakinan akan hal ini, karena saya yakin bahwa Alkitab
berbicara dengan jelas mengenai hal ini, apakah bahasa roh itu bersifat normatif? Saya ingin
anda mendengar kutipan yang akan saya sampaikan, kutipan langsung dari sebuah buku manual
gerakan karismatik, “Orang harus meminta karunia ini,” dia berbicara mengenai karunia bahasa
roh, “Dalam keyakinan ketika ia berdoa meminta untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus.
Menyerah kepada karunia bahasa roh adalah langkah awal yang sangat penting dan sangat
layak untuk sungguh-sungguh berusaha mendorong orang untuk memiliki karunia bahasa roh,
meski ada resiko akan dicap sebagai ketidakseimbangan. Seringkali seseorang bisa ditolong
untuk menyerah kepada karunia bahasa roh dengan sangat mudah. Setelah berdoa dengan
orang itu meminta baptisan Roh Kudus, anggota team akan membungkuk atau bersujud dan
bertanya kepada orang itu apakah ia mau berdoa dalam bahasa roh. Ketika ia mengatakan ya,
ia harus didorong untuk berbicara mengeluarkan suara yang bukan dalam bahasa yang dikenal.
Anggota team kemudian akan berdoa lagi dengannya. Ketika orang itu mulai berbicara dalam
bahasa roh maka anggota team harus menguatkannya. Setelah anda meminta agar ia
dibaptiskan oleh Roh Kudus dan meminta karunia bahasa roh, kemudian pakailah bahasa roh itu.
Mulailah dengan berkata-kata dan kalau perlu keluarkan saja suara yang tidak ada artinya. Roh
Kudus yang kemudian akan membentuknya.”
Saya tidak yakin ada bagian Alkitab yang
mendukung hal ini. Karunia merupakan sesuatu yang dilakukan oleh Roh Kudus di dalam karya
kedaulatan-Nya dan kalau kita mau mendapatkan karunia kita perlu meminta karunia yang paling
membangun bagi jemaat, dan itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Mintalah karunia
bernubuat,” itu gambarannya. Bahkan di dalam Kisah Para Rasul 10 dan 19, mereka tidak
mengkuti buku petunjuk atau manual gerakan karismatik itu. Pada saat yang sama, pertanyaan
apakah bahasa roh itu normatif, sekali lagi di dalam Kisah Para Rasul 10 dan 19, itu pengalaman
yang sangat unik yang terjadi dalam masa itu di dalam sejarah penebusan dan saya tidak yakin
bahwa peristiwa itu menjadi dasar untuk mengatakan, “Baik, sekarang, atas dasar Kisah Para
Rasul 10, karena Paulus menumpangkan tangannya ke atas orang-orang itu dan kemudian
mereka berbahasa roh dan bernubuat, maka semua orang yang memiliki Roh Kudus dan yang
sudah dibaptiskan oleh Roh Kudus, yang adalah frase yang tidak dipakai di ayat itu, biarlah
mereka semua mulai berbahasa roh.” Saya rasa itu sudah sangat kebablasan. Saya rasa hal itu
berarti mengambil kisah narasi di dalam Alkitab dan menjadikannya sebagai sesuatu yang
normatif. Di dalam Kisah Para Rasul, bahasa roh di dalam Kisah Para Rasul, terjadi di dalam
kelompok, dalam kelompok dan tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan kemajuan Injil
dalam terang sebuah masa baru di dalam sejarah penebusan. Semuanya terjadi di dalam
kelompok yang menunjukkan kemajuan Injil. Bahasa roh di Korintus berbeda lagi. Hal itu terjadi
di antara pribadi-pribadi, pribadi-pribadi memakai bahasa roh di dalam konteks jemaat dengan
tujuan utama untuk membangun gereja di dalam penyembahan. Kita harus berhati-hati agar
tidak mengambil narasi seperti yang ada di dalam Kisah Para Rasul 8 dan 10 atau 19 dan
kemudian menjadikannya normatif bagi semua orang. Karena ini terjadi kepada mereka, maka
dianggap harus terjadi kepada semua orang. Itu prinsip dasar pemahaman Alkitab. Ketika anda
melihat narasi di dalam Alkitab, jangan melihat narasi mengenai Abraham mengorbankan Ishak
di sebuah mezbah bakaran dan kemudian mengatakan, “Kalau begitu semua ayah harus
melakukannya kalau mereka beriman kepada Allah.” Kita tidak mengatakan demikian. Kita tidak
membaca kitab Daniel dan kemudian mengatakan, “Aku akan menguji imanku dengan pergi ke
kandang singa dan tinggal di sana semalam bersama dengan singa-singa, dan kemudian saya
akan menjadi seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang melompat ke dalam api.” Narasi
bukan normatif. Ada bagian-bagian di dalam Alkitab yang mengajar kepada kita, itulah yang
memberikan perintah kepada kita. Mari kita mengikuti hal ini dan berusaha memahami narasi di
dalam konteks sejarah penebusan.
Kesimpulannya, berbicara dalam bahasa roh bukanlah sesuatu yang normatif di dalam iman
Perjanjian Baru. Saya tidak yakin Alkitab berbicara dengan jelas apakah bahasa roh sudah
berhenti atau belum. Tetapi saya yakin bahwa Alkitab memang berbicara dengan jelas bahwa
hal itu bukan bukti normatif dari iman Perjanjian Baru dan bukan pernyataan iman yang
diperlukan di dalam iman Perjanjian Baru. Gerakan Roh Allah yang luar biasa tidak dihalangi
dengan adanya orang-orang yang tidak berbicara dalam bahasa roh. Ini sangat penting. Saya
tidak mengatakan bahwa kalau anda berbahasa roh berarti sesuatu yang buruk. Saya sangat
yakin sekali, Alkitab tidak berbicara secara jelas mengenai hal ini. Tetapi saya yakin bahwa
Alkitab memang jelas mengajarkan bahwa kita tidak perlu mengatakan kepada orang lain bahwa
mereka perlu berbahasa roh sebagai bukti bahwa ada sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan
mereka dengan Roh Kudus. Saya rasa kita harus memusatkan perhatian kepada apa yang kita
pahami di dalam Roh Kudus, seperti buah-buah roh, dan kepenuhan Roh dan pekabaran Injil dan
kuasa Roh Kudus. Itu yang seharusnya terjadi, bukan bahasa roh.
Bagaimana dengan kesembuhan Ilahi? Yang terakhir, karunia kesembuhan Ilahi. Karunia
kesembuhan ini ada di dalam 1 Korintus 12:8-10 dan ayat 28, tujuan dari kesembuhan, dan saya
akan menunjukkan hal itu di dalam Firman, empat tujuan utamanya. Kesembuhan Ilahi
meneguhkan Firman Allah.
Kesembuhan Ilahi menguatkan umat Allah, jemaat.
Allah
menunjukkan rahmat-Nya kepada umat-Nya yang sakit melalui kesembuhan. Kesembukan Ilahi
menyingkirkan halangan bagi pekerjaan Allah, untuk pelayanan, dan kesembuhan Ilahi
memuliakan nama Allah. Meneguhkan Firman Allah, Injil; menguatkan umat Allah, jemaat;
menyingkirkan halangan bagi pekerjaan Allah dan pelayanan; membawa kemuliaan bagi Allah.
Orang melihat bukti dari kebesaran dan kebaikan dan kasih dan kuasa dan hikmat Allah di dalam
kesembuhan Ilahi.
Karunia kesembuhan Ilahi, dan kata yang dipakai dalam bahasa aslinya adalah jamak,
kesembuhan-kesembuhan, sebagaimana yang dijelaskan di dalam 1 Korintus 12; karunia berdoa
dalam berbagai keadaan yang berbeda dengan berbagai jenis kesembuhan yang perlu terjadi.
Perhatikan Yakobus 5, “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!
Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! Kalau ada seorang di antara kamu
yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta
mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia.”
Sekarang, Paulus, cepat saja, beberapa orang akan mengatakan bahwa kita tidak perlu berdoa
untuk kesembuhan. Kita bahkan tidak didorong untuk melakukannya, Pak Pendeta, jangan
mendorong orang untuk berdoa bagi kesembuhan Ilahi karena kalau Allah tidak menyembuhkan
nanti mereka bisa meragukan kuasa Allah, mungkin mereka juga akan marah kepada Allah.
Saya mendengar hal itu dan memahami di satu sisi tetapi di sisi lain saya tidak melihat hal itu di
dalam Alkitab. Saya tidak akan pernah mengatakan kepada seseorang, “Jangan berdoa untuk
kesembuhan.” Saya tidak akan pernah mengatakan kepada seseorang, “Allah tidak memiliki
kuasa untuk menyembuhkan, atau Ia tidak bisa menyembuhkan.” Tentu saja ada gambaran
dimana kesembuhan Ilahi sungguh-sungguh terjadi dan Allah sungguh-sungguh melakukan hal
ajaib, dan karena itu bukankah kita seharusnya berdoa untuk kesembuhan? Ya, saya yakin
Alkitab mendorong kita melakukannya. Saya rasa itulah yang dikatakan oleh Yakobus,
menguatkan kita untuk berdoa bagi kesembuhan. Saya tidak yakin bahwa kita harus mengambil
langkah seperti gambaran dari orang-orang yang terlalu karismatik yang mengatakan, “Semua
sakit penyakit berkaitan langsung atau tidak langsung dengan Iblis dan karena itu kalau anda
memiliki iman kepada Kristus dan Roh Kudus, anda akan dibebaskan dari semua sakit penyakit
anda.” Saya rasa itu tidak Alkitabiah karena ada berbagai contoh – bukan itu yang terjadi kepada
Paulus, 2 Korintus 12, ia meminta kepada Allah untuk menyembuhkan dia, tetapi itu tidak terjadi.
Ada orang-orang lain, ada saat-saat ketika Paulus sakit. Paulus tidak memiliki pandangan yang
demikian dan karena itu saya yakin Alkitab memang mengajarkan kepada kita untuk berdoa
untuk kesembuhan dan berbicara mengenai karunia kesembuhan Ilahi.
Jadi bagaimana kita berdoa untuk kesembuhan? Ketika ada seseorang yang sakit, bagaimana
kita berdoa untuk kesembuhan? Saya memikirkan dua hal. Berdoa dengan tujuan untuk
kesembuhan dan maksud saya adalah berdoa dalam pemahaman tujuan seperti yang sudah kita
liha tadi, bagi kemajuan Injil. Anda melihat di dalam Kisah Para Rasul 5 dan 9 dan 14 dan 19 di
sana, yang anda lihat adalah orang-orang yang disembuhkan dan banyak orang datang kepada
Kristus sebagai akibatnya. Jadi berdoalah. Saya rasa ketika anda berdoa untuk seseorang yang
sakit, berdoalah, “Ya Allah, saya berdoa meminta agar Engkau memberikan kesembuhan di sini
untuk kemajuan Injil, untuk menguatkan jemaat, menguatkan umat Allah.” Ini yang ada di dalam
Kisah Para Rasul 20:7-12. Ini sangat pantas. Peristiwanya adalah mengenai Eutikhus, yang
karena Paulus terus saja berkhotbah kemudian tertidur dan jatuh dari jendela. Jadi bersyukurlah
kalau anda duduk di kursi yang nyaman sekarang ini dan bukan nongkrong di jendela.
Jadi, selanjutnya, keberhasilan di dalam pelayanan; ada gambaran lain tentang Tabitha yang
disembuhkan yang menjadi dorongan yang sangat kuat untuk kemajuan pelayanan di Yope bagi
kemuliaan Allah.
Kisah Para Rasul 3 menjelaskan tentang orang yang lumpuh yang
disembuhkan dan banyak orang takjub dengan kejadian itu. Jadi berdoalah, berdoa di dalam
pemahaman akan tujuan itu bagi kemajuan Injil, untuk menguatkan umat Allah, keberhasilan di
dalam pelayanan, bagi kemuliaan Allah. Dan berdoalah dengan iman untuk kesembuhan, dan
inilah iman yang menyertai doa kita. Sekali lagi, jangan salah paham karena saya tidak
mengatakan bahwa kalau kita memiliki iman yang cukup maka kesembuhan akan otomatis
terjadi. Saya tidak yakin bahwa hal itulah yang diajarkan Alkitab. Kita tidak melihat hal itu di
dalam Alkitab. Miliki iman untuk kesembuhan karena kerajaan Allah di sini. Di dalam Lukas 7,
cara Yesus menjelaskan bagaimana Yohanes Pembaptis bisa tahu apakah kerajaan Allah sudah
datang di dalam Kristus adalah dengan melihat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan dan
mereka yang kusta ditahirkan dan orang tuli mendengar. Kehadiran Yesus di dunia ini adalah
bukti akan kerajaan itu dan ketika Allah dengan ajaib melakukan kesembuhan di saat ini, Ia
mengingatkan kita bahwa kerajaan-Nya ada di sini, kerajaan Kristus ada di sini.
Tetapi kita juga berdoa di dalam iman bahwa Kerajaan itu sedang datang. Ketika Allah tidak
menyembuhkan, kita tetap berpegang kepada kebenaran ini. Kerajaan itu sedang datang. 2
Korintus 12, Galatia 4, 1 Timotius 4 semuanya adalah contoh dimana kesembuhan tidak terjadi,
dimana orang-orang masih sakit, meski mereka sudah mengikut Allah. Tetapi mereka tahu, dan
Perjanjian Baru mengajarkan kepada kita, dan karena itu kita berdoa. Kita berdoa dalam
pemahaman akan tujuan itu, kita berdoa dengan iman untuk kesembuhan, tetapi kita tahu bahwa
akan datang harinya ketika Ia akan menyembuhkan tubuh kita. Ini yang ada di dalam Roma 8,
Efesus 4. Ia akan menyembuhkan tubuh kita dan suatu hari kita akan melihat-Nya muka dengan
muka. Ia akan menyembuhkan tubuh kita dan kita akan melihat wajah-Nya.
Kemudian, Roh Kudus dalam penyempurnaan. Ini akan menjadi bagian penutup kita, dan saya
akan menjelaskannya secara cepat. Inilah yang dilakukan Roh Kudus. Kita sudah banyak
berbicara mengenai apa yang dilakukan Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Ketika kita
memperhatikannya, dan kita memandang ke masa depan kita, Roh Kudus melakukan beberapa
hal ini. Yang pertama, Roh Kudus meyakinkan kita. Kita yakin di dalam kehidupan Kristus dan itu
karena Roh Kudus yang diberikan-Nya kepada kita. Inilah caranya kita tahu bahwa Ia ada di
dalam kita, 1 Yohanes 3 mengatakan kita mengetahui hal itu “Oleh Roh yang diberikan-Nya
kepada kita.” Kita tahu bahwa kita hidup di dalam Dia dan Dia di dalam kita karena Ia sudah
memberikan Roh Kudus kepada kita. Yang sangat menarik adalah di dalam Perjanjian Baru kita
melihat berbagai metafora, berbagai gambaran untuk menjelaskan kepada kita bagaimana Roh
Kudus meyakinkan kita. Metafora keluarga. Roh Kudus menyaksikan bahwa kita adalah anakanak Allah. Karena Roh Kudus kita memanggil Abba, Bapa. Roh Kudus sendiri bersaksi dengan
roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Inilah Roh pengangkatan sebagai anak. Kemudian
metafora financial. Roh Kudus adalah seperti persekot bagi keselamatan kita. Ia mengurapi kita,
memeteraikan kepemilikan-Nya atas kita, dan Ia menaruh Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
deposit sebagai jaminan untuk apa yang akan terjadi. Roh Kudus itu seperti jaminan, seperti
uang muka. Ini uang tanda jadi yang menunjukkan bahwa akan ada lebih banyak lagi dan lebih
banyak lagi yang akan datang. Kemudian metafore pertanian, Roh Kudus adalah buah pertama
dari keselamatan kita; kita bertumbuh di dalam diri kita saat kita menantikan dengan sangat rindu
pengangkatan kita sebagai anak, penebusan tubuh kita.
Sebagaimana buah pertama
menyatakan, menunjukkan kepada kita akan adanya panen yang akan terjadi. Roh Kudus ada di
dalam kehidupan kita. Dan bukan hanya itu saja. Masih ada yang akan terjadi. Ada yang akan
datang setelah itu. Dan kemudian ada juga metafora hukum. Roh Kudus adalah seperti meterai.
Kita ditandai oleh-Nya dengan meterai, janji tentang Roh Kudus, suatu jaminan yang menjamin
warisan anda di Surga, yang menjamin akan datangnya suatu hari dimana anda akan menerima
pemulihan tubuh anda dan anda akan melihat-Nya muka dengan muka. Hal itu dijamin karena Ia
memeteraikan anda.
Roh Kudus meyakinkan dan Roh Kudus memuliakan. Roh Kudus akan menggenapi karya
pengudusan-Nya di antara umat-Nya. Ia akan menggenapi karya pengudusan-Nya di antara
umat-Nya.
Wahyu 22:17, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan
barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus,
hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan
cuma-cuma.” Kemudian di bagian akhir pasal 22, dituliskan, “Ia yang memberi kesaksian tentang
semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus.” Roh Kudus
di dalam kita melakukan semua karya-Nya, Roh Kudus di dalam kita berseru akan harinya ketika
kita akan melihat Kristus, ketika kita akan melihat muka dengan muka, 1 Korintus 13, dan kita
akan mengalami kepenuhan keselamatan kita.
Download