Jufri, Y.: Perubahan Konsentrasi pH, Al dd dan P Ultisol Akibat Pengaruh Macam Bahan Organik ISSN 1412-5838 PERUBAHAN KONSENTRASI pH, Al dd dan P ULTISOL AKIBAT PENGARUH MACAM BAHAN ORGANIK PADA PERTUMBUHAN JAGUNG Yadi Jufri Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Abstract Changes of pH, Al dd and P Concentration on Ultisol Resulted Kinds of Organic Matter Effect in Maize Growth. The researh aim to study changes of pH, Al dd and P available on Ultisol resulted by kinds of organic matter effect on maize growth. The research used non factorial Randomized Block Design, there was only kinds of organic matter, there were Chromolaena, Flemingia, Gliricidia, Perunema and control (without organic matter). There were 5 treatment with 3 aplication, so that, there were 15 experimental unit and the research consist of 2 experimental series. The first series was observation of pH, Al dd and P available and the second series was observation of maize growth, there were plant dry weight, crown dry weight and root dry weight. The result show that using kinds of organic matter gived the changes of pH, Al dd and P available. Using kinds of organic matter would be increased soil pH until 4.38 for Gliricidia, 4.35 for Chromolaena, 4.25 for Perunema and 4.20 for Flemingia comparated with control treatment 4.15, would be decreased Al dd concentration until 15.724 cmol kg-1 for Gliricidia, 15.843 cmol kg-1 for Chromolaena, 16.320 cmol kg-1 for Flemingia and 16.558 cmol kg-1 for Perunema comparated with control treatment 17.696 cmol kg -1 and would be increased P available until 3.051 mgkg -1 for Gliricidia, 2.447 mgkg-1 for Chromolaena, 2.433 mg kg-1 for Perunema and 2.362 mg kg-1 for Flemingia comparated with control treatment 1.433 mg kg-1 in 70 days after incubation. Using kind of organic matter gived the effect to maize growth, its depend on kinds of organic matter. Key words: chemical properties, ultisol, organic matter, maize growth menyebutkan bahwa pada daerah tropis, unsur P merupakan pembatas pertumbuhan ketiga setelah air dan unsur N. Selanjutnya Kamprath (1973) menyatakan bahwa, apabila sejumlah unsur P ditambahkan ke dalam tanah, akan mengalami perubahan secara fisik dijerap dipermukaan mineral liat yang didominasi oleh kation aluminium pada tanah-tanah masam. PENDAHULUAN D iantara tanah-tanah marjinal yang terluas ditemukan di Indonesia adalah tanah-tanah yang dalam Soil Taxonomy dikelompokkan dalam Ultisol. Luas Ultisol di Indonesia diperkirakan sekitar 51 juta hektar terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya (Driessan dan Soepraptohardjo 1974). Ultisol merupakan tanah-tanah masam dengan kandungan hara rendah seperti N, P, K, Ca, Mg dan unsur lainnya, kejenuhan basa rendah dengan kandungan Al yang tinggi. Pada kondisi kandungan Al yang tinggi akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Pada konsentrasi Al tinggi akan mengurangi ketersediaan unsur P tersebut, karena adanya fiksasi P oleh Al sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman yang mengalami kekurangan unsur P selama pertumbuhannya dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, perkembangan akar dan pada akhirnya akan menurunkan produksi berat keringnya. Sanchez (1992) Pada tanah Ultisol yang didominasi oleh kation Al dan Fe, maka pemupukan P akan mengalami pengikatan yang kuat oleh kation-kation tersebut sehingga kurang tersedia bagi tanaman. Untuk melepaskan ikatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yang mudah dilakukan adalah dengan menambahkan sejumlah bahan organik ke dalam tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perbaikan sifat kimia tanah antara lain dapat dilihat dari kenaikan pH, penurunan Aldd dan peningkatan ketersediaan unsur P bagi tanaman. 101 Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 101-107 hlm. ISSN 1412-5838 BAHAN DAN METODE Atekan (1997) dan Purwanto (1997) melaporkan bahwa penambahan bahan organik yang berasal dari tanaman Gliricidia dengan dosis 10 Mg ha-1 untuk Ultisol Lampung dapat menurunkan konsentrasi Aldd sebesar 78% pada minggu ke 7 dan dosis 20 Mg ha–1 untuk Ultisol Gajrug dapat menurunkan konsentrasi Aldd sebesar 73%. Sebelumya Adawiyah (1996) juga melaporkan bahwa bahan organik yang berasal dari tanaman Melastoma dengan dosis 90 Mg ha-1 mampu meningkatkan total kation basa di dalam tanah yang berkorelasi dengan penurunan konsentrasi Aldd hingga 100%, menurunkan konsentrasi Al monomerik hingga 71–100%, dan dapat meningkatkan pH antara 11–28% pada minggu ke 2–16 pada Ultisol Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian inkubasi yang dilaksanakan dirumah kaca. Untuk analisa laboratorium, dilaksanakan pada Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi Tanah pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya-Malang Jawa Timur yang dilaksanakan pada bulan November 2002–Februari 2003. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah alat penumbuk tanah, ayakan tanah dan lain-lain serta alat-alat laboratorium yang digunakan sesuai dengan metode analisa yang digunakan. Tanah yang digunakan berasal dari daerah Gajrug-Jawa Barat dan digolongkan ke dalam subgroup Typic Hapluhumult. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada kedalaman 30–60 cm agar diperoleh konsentrasi Al yang tinggi. Hasil analisa awal dari contoh tanah disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka dilakukan suatu penelitian dengan menggunakan beberapa macam bahan organik dan pengaruhnya terhadap perubahan konsentrasi pH, Al dd dan P tersedia pada Ultisol dengan sub group Typic Hapluhumult. Tabel 1. Hasil analisa awal dari contoh tanah yang digunakan Macam Analisa Metode pH H2O (1:1) Elektroda Al dd (cmol kg-1) Titrasi NaOH dan KCl Ca (cmol kg-1)* Titrasi EDTA Mg (cmol kg-1)* Titrasi EDTA -1 K (cmol kg )* Flamephotometer P tersedia (mg kg-1) Bray II Tekstur** Pipet Kelas tekstur** Hasil Pengukuran 3,87 19,24 2,82 1,40 0,31 1,55 liat Keterangan; * Data Handajani (1998)** Data Adawiyah (1996). organik. Penelitian diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan untuk satu seri. Penelitian ini dibuat 2 seri, seri pertama untuk pengamatan sifat kimia tanah dan seri kedua untuk pengamatan pertumbuhan tanaman, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Bahan organik yang digunakan berasal dari hijauan hasil pangkasan tanaman yaitu: (1) Chromolaena odorata, (2) Flemingia congesta, (3) Gliricidia sepium, dan (4) Perunema cenescens. Komposisi bahan kimia bahan organik yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Dalam penelitian digunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yang hanya terdiri dari 4 macam bahan organik dan satu perlakuan tanpa bahan 102 Jufri, Y.: Perubahan Konsentrasi pH, Al dd dan P Ultisol Akibat Pengaruh Macam Bahan Organik ISSN 1412-5838 Tabel 2. Komposisi kimia bahan organik yang digunakan. Tanaman Lignin Polifenol Ca Mg (%) (%) cmol kg-1 cmol kg-1 Chromolaena 32 2,33 65,8 4,48 Perunema 32 1,56 19,9 23,90 Gliricidia 35 1,12 23,0 4,30 Flemingia 37 1,47 14,9 3,20 Tot Kation cmol kg-1 100 72 53 36 K cmol kg-1 29,8 28,6 25,6 17,9 Sumber: Hasil analisa Atekan (1997) dan Purwanto (1997). Arjuna. Jagung ditanam sebanyak 2 benih jagung per polibag. Tanaman dibiarkan tumbuh hingga berumur 1 minggu, kemudian disisakan satu tanaman yang terbaik dan dipelihara hingga umur 30 hari setelah tanam. Contoh tanah yang digunakan dikeringanginkan, selanjutnya ditumbuk dan diayak hingga lolos 5 mm. Tanah hasil ayakan dikomposit secara merata. Selanjutnya tanah ditimbang sebanyak 1 kg per unit percobaan (setara kondisi kering mutlak) dan dimasukkan ke dalam polibag. Selanjutnya tanah ditambah aquades hingga kapasitas lapang dan diinkubasi selama 1 minggu agar mencapai kesetimbangan. Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH H2O, Aldd, P total dan P tersedia pada 40, dan 70 hari setelah inkubasi sejak penambahan bahan organik. Untuk pengamatan tanaman jagung pada umur 30 hari setelah tanam yaitu berat kering tanaman, berat kering akar dan berat kering tajuk. Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam dan jika terjadi perbedaan, maka akan dilanjutkan dengan uji BNJ. Untuk bahan organik yang berasal dari sisa hasil pangkasan tanaman dikeringovenkan pada suhu 70 o C selama 48 jam dan kemudian dihaluskan hingga lolos ayakan 2 mm, selanjutnya ditimbang sebanyak 3,3 g kg-1 tanah setara 15 Mg ha-1. Setelah tanah diinkubasi selama 1 minggu, ke 4 macam bahan organik dicampur secara merata ke dalam polibag sesuai dengan perlakuan, ditambah perlakuan kontrol dan diinkubasi kembali. Setelah 40 hari diinkubasi, seri pertama terus diinkubasi hingga umur 70 hari sedangkan seri ke dua ditanami dengan benih jagung untuk melihat respon pertumbuhan tanaman jagung. Benih jagung yang digunakan adalah varietas HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini merupakan sebagian dari hasil penelitian tesis yang diamati selama penelitian, dengan data yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 3. Rata-rata hasil pengamatan sifat kimia tanah pada 40 dan 70 HSI Sifat Waktu Sumber bahan organik kimia penga- Kontrol Chromo Flemi Glirici Perune tanah matan laena ngia dia ma pH 40 HSI 4.12 a 4.29 b 4.16 a 4.32 b 4.21 ab H2O 70 HSI 4.15 a 4.35 bc 4.20 ab 4.38 c 4.25 abc Al dd 40 HSI 17.696 b 15.678 a 16.320 a 15.724 a 16.558 a 70 HSI 17.576 b 15.443 a 16.020 a 15.224 a 16.358 a P 40 HSI 1.489 a 2.458 b 2.385 b 3.095 c 2.492 b tersedia 70 HSI 1.433 a 2.447 b 2.362 b 3.051 c 2.433 bc BNJ 0.12 0.16 0.894 1.086 0.586 0.644 Ket satuan cmolkg-1 mg kg-1 Keterangan: Huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNJ; HIS=hari setelah inkubasi. 103 Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 101-107 hlm. ISSN 1412-5838 jagung hingga umur 30 hari setelah tanaman. Disamping pengamatan sifat kimia tanah, diamati juga pertumbuhan tanaman Tabel 4. Rata-rata hasil pengukuran tanaman jagung umur 30 hari setelah tanam. Berat Waktu Sumber bahan organik kering penga Kontrol Chromo Flemi Glirici Perune BNJ Ket tanaman matan laena ngia dia ma satuan Bktn 30 HST 1.909 a 2.340 ab 2.172 a 3.338 c 2.671 b 0.496 g Bktj 30 HST 1.39 a 1.69 ab 1.60 ab 2.31 c 1.85 b 0.33 g Bka 30 HST 0.522 a 0.646 ab 0.612 ab 1.032 c 0.823 bc 0.288 g Keterangan: Huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada uji BNJ; Bktn =berat kering tanaman; Bkt=berat kering tajuk; Bka=berat kering akar; HST = hari setelah tanam Pengaruh macam bahan organik terhadap konsentrasi Al dd b. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh macam bahan organik terhadap pH tanah Terjadinya peningkatan pH tanah , akan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi Aldd di dalam larutan tanah. Pada penelitian ini penurunan konsentrasi Aldd untuk berbagai macam bahan organik hingga 70 HSI mencapai angka 15.724 cmol kg-1 (12.54 %) untuk Gliricidia, 15.843 cmol kg-1 (11.70 %) untuk Chromolaena, 16.320 cmol kg-1 (8.43 %) untuk Flemingia dan 16.558 cmol kg-1 (6.87 %) untuk Perunema dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar 17.696 cmol kg-1. Penurunan konsentrasi Aldd dalam larutan tanah seiring dengan peningkatan pH tanah. Penambahan organik akan meningkatkan terbentuknya humus dalam tanah. Muatan negatif pada humus berasal dari gugus karboksil (COOH) dan fenolik (-OH). Muatan humus tergantung pH tanah. Dalam suasana masam Al dan H mendominasi tapak jerap sehingga sulit digantikan dengan kation lainnya dan dalam keadaan basa humus bermuatan negatif rendah sehingga mudah digantikan dengan kation lainnya. Penambahan bahan organik dengan konsentrasi kation tinggi akan meningkatkan kejenuhan basa dalam larutan tanah sehingga penggantian kation relatif mudah, sehingga peningkatan pH tanah akan mengurangi konsentrasi ion Al karena akan terbentuk Al(OH)3 yang mengendap (Soepardi 1983). Disamping itu juga terlihat bahwa secara keseluruhan, penambahan bahan organik yang berasal dari tanaman Gliricida memberikan pengaruh Pemberian bahan organik sebanyak 15 Mg ha-1 memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pH tanah pada 70 hari setelah inkubasi. Peningkatan pH yang tertinggi terjadi pada penambahan bahan organik juga berasal dari tanaman Gliricidia hingga mencapai pH 4.38, pH 4.35 untuk Chromolaena, pH 4.25 untuk Perunema dan pH 4.20 untuk Flemingia dibandingkan dengan pH perlakuan kontrol yaitu 4.15. Peningktan pH disebabkan oleh adanya proses dekomposisi dari bahan organik dari awal inkubasi hingga hari ke 70. Hasil perombakan tersebut akan menghasilkan kation-kation basa yang mampu meningkatkan pH. Soepardi (1983) menyatakan bahwa hasil akhir sederhana dari perombakan bahan organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Pelepasan kation-kation basa ke dalam larutan tanah akan menyebabkan tanah jenuh dengan kation-kation tersebut dan pada akhirnya akan meningkatkan pH tanah. Selanjutnya Helyar (1976) dalam Richie (1989) menyatakan peningkatan pH akibat penambahan bahan organik karena proses mineralisasi dari anion organik menjadi CO2 dan H2O atau karena sifat alkalin dari bahan organik tersebut. Jadi, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pH tanah namun besarnya peningkatan tersebut sangat tergantung dari kualitas bahan organik yang dipergunakan 104 Jufri, Y.: Perubahan Konsentrasi pH, Al dd dan P Ultisol Akibat Pengaruh Macam Bahan Organik yang besar terhadap perubahan sifat kimia tanah. Hal ini membuktikan bahwa penambahan bahan organik dengan total kation tinggi tidak menjamin akan memberikan pengaruh yang besar pula terhadap perubahan sifat kimia tanah. Faktorfaktor yang menentukan cepat tidaknya proses dekomposisi suatu bahan organik antara lain persentase kandungan lignin dan polofenol dari suatu bahan organik. dimana: -RCOOAl adalah senyawa komplek antara senyawa organik dengan Al. Selanjutnya Bell dan Besho (1993) menambahkan bahwa dengan meningkatnya dosis bahan organik yang diberikan akan diikuti oleh peningkatan pembentukan senyawa komplek Al-organik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah P tersedia hingga umur 70 HSI sebesar 3.051 mg kg-1 (112.91%) untuk Gliricidia, 2.447 mgkg-1 (70.71%) untuk Chromolaena, 2.433 mg kg-1 (69.78%) untuk Perunema and 2.362 mg kg-1 (64.83%) untuk Flemingia dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar 1.433 -1 mg kg . Peningkatan tersebut tergantung pula pada macam bahan organik yang diberikan. Parwi (1998) melaporkan bahwa dengan pemberian bahan organik yang berasal dari tanaman Imperata cylindrica, Chromolaena odorata dan Tithonia diversifolia mampu meningkatkan ketersediaan P hingga 36%, 242% dan 262% dibandingkan dengan kontrol. Pengaruh macam bahan organik terhadap P tersedia Pemberian masukan bahan organik disamping dapat meningkatkan pH tanah dan penurunan konsentrasi Aldd dalam larutan tanah, juga akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan unsur P, yang mana unsur P tersebut sangat tergantung dari fluktuasi perubahan pH tanah. Dalam keadaan masam unsur P ini terikat sangat kuat dengan unsur Al dan Fe yang mendominasi tapak jerapan sedangkan pada kondisi basa juga terjadi pengikatan dengan kation-kation basa yaitu Ca dan Mg. Untuk itu perlu perhatian yang serius agar unsur ini dapat tersedia bagi tanaman untuk pertumbuhannya. Pengaruh bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman Perbaikan terhadap sifat kimia tanah, akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan hara tanah dan pertumbuhan tanaman jagung. Penurunan konsentrasi Al dalam tanah akan memudahkan akar untuk berkembang. Foy (1983) menyatakan bahwa bila kandungan Al tinggi maka akan menurunkan berat kering tanaman tanpa menunjukkan gejala yang jelas pada tajuk tanaman. Selanjutnya Handajani (1998) menyatakan bahwa aplikasi bahan organik dari pangkasan tanaman Gliricidia sebesar 15 Mg ha-1 dengan waktu inkubasi selama 70 hari memberikan penurunan konsentrasi Alinorganik monomerik pada tanah Lampung yaitu dari 6 M pada awal inkubasi menjadi 0,3 M pada akhir inkubasi dan tanah Gajrug dari 208 M menjadi 12 M. Dengan semakin rendahnya kandungan Al-inorganik monomerik dalam larutan tanah akan memudahkan akar tanaman berkembang dan menyerap unsur hara tanah Disamping itu bahan organik menghasilkan senyawa-senyawa organik yang mengandung gugus fungsional seperti fenolik dan karboksil. Senyawa-senyawa tersebut dapat membentuk senyawa komplek dengan Al sehingga Al akan sulit untuk dapat dipertukarkan. Bell dan Besho (1993) menyatakan bahwa Al yang berkompleksisasi dengan senyawa organik tidak mudah untuk dipertukarkan. Dengan demikian kandungan Al yang terdapat dalam larutan tanah juga berkurang. Reaksi pembentukan senyawa komplek antara bahan organik dengan Al dapat dijelaskan melalui reaksi sederhana yang digambarkan oleh Sposito (1992) sebagai berikut: -RCOO- + Al 3+ ISSN 1412-5838 -RCOOAl 105 ISSN 1412-5838 Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 101-107 hlm. Dari hasil pengamatan diatas terlihat bahwa bahan organik yang paling berpengaruh berturut-turut dari Gliricidia , Perunema, Chromolaena dan Flemingia. Besarnya pengaruh Gliricidia kemungkinan disebabkan karena bahan organik tersebut berasal dari tanaman legum sehingga mampu menyediakan unsur N lebih banyak bagi tanaman, sehingga memberikan pengaruh yang lebih besar pada pertumbuhan tanaman jagung. Dengan lebih banyaknya kandungan N dalam tanaman legum, akan memperkecil perbandingan rasio C/N tanaman tersebut, sehingga akan mempercepat proses dekomposisi bahan organik tersebut. Tentunya hal ini tidak terlepas dari kandungan lainnya seperti kandungan lignin dan polifenol. Dengan lebih cepatnya dekomposisi bahan organik tersebut, maka akan lebih cepat mengeluarkan asam–asam organik yang mampu menekan Al yang ada dalam larutan dan membentuk khelat sehingga konsentrasi Al dalam larutan tanah akan berkurang. Bell dan Besho (1993) menyatakan bahwa tingginya jumlah aplikasi daun legum dan jerami gandum efektif dalam mengurangi keracunan Al sehingga meningkatkan perkembangan akar dan penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. dengan pH perlakuan kontrol yaitu dengan pH 4.15. 3. Pemberian bahan organik mampu menekan konsentrasi Aldd dalam larutan tanah. Besarnya penurunan konsentrasi Al dd hingga 70 HSI mencapai 15.724 cmol kg-1 (12.54 %) untuk Gliricidia, 15.843 cmol kg-1 (11.70 %) untuk Chromolaena, 16.320 cmol kg-1 (8.43 %) untuk Flemingia dan 16.558 cmol kg-1 (6.87 %) untuk Perunema dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar 17.696 cmol kg-1. 4. Dengan peningkatan pH dan penurunan konsentrasi Aldd maka akan meningkatkan pula konsentrasi P tersedia yaitu sebesar 3.051 mg kg-1 (112.91 %) untuk Gliricidia, 2.447 mgkg-1 (70.71 %) untuk Chromolaena, 2.433 mg kg-1 (69.78 %) untuk Perunema and 2.362 mg kg-1 (64.83 %) untuk Flemingia dibandingkan dengan perlakuan kontrol sebesar 1.433 mg kg-1. 5. Perubahan sifat kimia tanah akan berpangaruh terhadap ketersediaan hara tanah, sehingga akan berpengaruh pula terhadap berat kering tanaman, berat kering tajuk dan berat kering akar. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk waktu yang lebih lama sehingga dapat diketahui pengaruh perubahan sifat kimia tanah tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut : 1. Pemberian macam bahan organik memberikan pengaruh terhadap peningkatan pH, penurunan konsentrasi Aldd dan peningkatan ketersediaan P dalam larutan tanah, tergantung macam bahan organik yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA 1. Adawiyah, R. 1996. Penetapan Kandungan Kation Sebagai Alat Penduga Tingkat Ameliorasi Aluminium Oleh Bahan Organik, skripsi, Fakultas Pertanian–Universitas Brawijaya, Malang. 2. Atekan. 1997. Penambahan Berbagai Dosis Bahan Organik Asal Pangkasan Daun Gamal (Gliricidia sepium) Untuk Menurunkan Konsentrasi Aluminium Inorganik Monomerik Pada Grosserenik Kandiudults Dan Typic Haploumults Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung 2. Pemberian macam bahan organik meningkatkan pH tanah. Besarnya peningkatan pH tersebut mencapai pH 4.38 (5.54 %) untuk Gliricidia, pH 4.35 (4.82 %) untuk Chromolaena, pH 4.25 (2.41 %) untuk Perunema dan pH 4.20 (1.21%) untuk Flemingia dibandingkan 106 Jufri, Y.: Perubahan Konsentrasi pH, Al dd dan P Ultisol Akibat Pengaruh Macam Bahan Organik 3. 4. 5. 6. 7. (Zea mays), skripsi. Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya, Malang Bell, L. C. and T. Bessho. 1993. Assesment of aluminium detoxification and plant response. P. 317-330. In Mulongoy, K. and R. Merck. 1991. Soil Organic Matter Dynamic and Sustainability of Tropical Agriculture. John Willey and Sons. New York. Driessen, P. M. and M. Soepraptohardjo. 1974. Soil for Agriculture Expansion In Indonesia. Soil Research Institut. No. I. P: 1-63. Handajani, E. 1998. Ameliorasi AlInorganik Monomerik Pada Tanah Ultisol Oleh Bahan Organik Berbeda Konsentrasi Total Kation Serta Pangaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Serapan Tanaman Jagung (Zea mays), tesis, Pascasarjana-Universitas Brawijaya, Malang. Kamprath, E. J. 1973. Phosphorus. North Carolina State University. Raleigh. Parwi. 1998. Upaya Manipulasi Ketersediaan P Melalui Panambahan Pupuk Organik Dan Anorganik Pada Ultisol, tesis. Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang . ISSN 1412-5838 8. Purwanto, H. 1997. Penambahan Berbagai Dosis Pangkasan Daun Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) Untuk Penurunan Konsentrasi Aluminium Inorganik Monomerik Pada Tanah Ultisol Lampung Dan Gajrug: Hubungan Antara Konsentrasi Aluminium Inorganik Monomerik Dengan Pertumbuhan Perakaran Tanaman Jagung (Zea mays), skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. 9. Richie. G.S.P. 1989. The Chemical Behaviour Of Aluminium, Hydrogen And Manganese In Acid Soils In Soil Acidity And Plant Growth. Ed. Robson. A.D, Soil Science And Plant Growth. Soil Science and Plant Nutrition. School of Agricultural the University of Western. Australia 10. Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung. 11. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 12. Sposito, G. 1992. The Environment Chemistry of Aluminium. CRC Press. Inc. Boca Raton, Florida. 107