432-453 - Universitas Brawijaya

advertisement
DAFTARISI
KATA PENGANTAR
'
DAFTAR ISI
"
EFISIENSIFAKTOR PRODUKSl USAHATANl PAD! SAWAH
Dl KABUPATEN NGANJUK
Nattal Romaulidan Abdul Wahib Muhalmin
I
KEBERSAMAAN PARA PIHAK DALAM MENJAMIN KESEHATAN
DAS BRANTAS
Didlk Suprayogo dan
KREDIT USAHATANl (KUT) UNTUK MEMPERBAIKI
USAHATANl PAD!
Karyanto
METODE VEGETASI UNTUK MENJAGA KEKUATAN GESER
TANAH
Syahrul Kurniawan,, 2Laenal Knsuma, Didik Suprayogo
%
METODE PUPUK KANDANG SAPI
UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS TANAH ENTISOL
Syahrul Kurniawan,, Zaenal Knsnma, DIdik Suprayogo
109
MODEL ALIRAN POLUTAN
DI SUNGAI BRANTAS TENGAH
Aniek Masrevanlah
^26
MODELCROPWAT UNTUKMENILAl KEBUTUHAN AIR TANAMAN
Dl WILAYAH KABUPATEN MALANG
Sugeng Prijono
^^8
MODEL DEBIT BERBASIS NERACA AIR GUNA PENATAAN
KAWASAN DAS BRANTAS BAGIAN HULU
EkoNoerhayati, Snhaijono, Soemamo, Lily Montarcih
174
MODEL KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN
KARAKTERISTIK FISIK DAS PADA DAS BANCO
M.Ru8lln Anwar
189
MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING :
PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING
Sugeng PrIJoBO
S4Z
203
Seminar Nasional '^Peran UB datam Penyelamatan DAS Btantas Jawa Timur"
in
MODEL PENDUGAAN STATUS KARA PADA POHON APEL
(Malus sylvestris Mill.) KULTIVAR MANALAGI
Gallh Danny Wicaksono, Ellis Nihayati
dan Moch. Dawam Maghfoer
215
MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRl PUPUK ORGANIK
Abdul Wahib Muhaimin
238
MODEL SIMODAS UNTUK PENENTUAN TAPUNGAN DETENSI
DALAM UPAYA PELESTARIAN KUALITAS
DAERAH ALIRAN SUNGAI
Bambang Rahadl, Aniek Masrevaniah,
Sugeng Prfyono, Tnnggul Sntanhajl, Soemarno
260
POLA KEMITRAAN PETANI WORTEL {Daucus carrota L) DENGAN SPA
(Sentra Pengembangan Agribisnis)
D1 KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU
Prof. Dr. Ir, Sahri Mohaniniad, MS
302
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
DAS BRANTAS HULU
Asih Widaningmm, Imam Syafi'i dan BodI Setiawan
322
STRATEGI KEBIJAKAN PENYELAMATAN DAS BRANTAS
Luchman Haldm, S.Si.4M[AgrSc.4*b.D.
340
VEGETASl POHON HUTAN MEMPERBAIKI KUALITAS
TANAH ANDISOL D1WILAYAH PUJON
Ir. Bambang Siswanto, Ir Snwasono Heddy MS
353
MODEL EKONOMIRUMAH TANGGA PETANI SAYURAN
DIDESA TAWANGSARI, PUJON, KABUPATEN MALANG
Budi Prasetya, Sttgeng Prijono dan Yuyun WIdjIawatI
367
MODEL ALOKASI DAN NILAI AIR PADA SISTEM
SUNGAI MULTIWADUK
Nnriab Ynllad, Candra F. Anand, Nnhfll Hananl
396
METODE PENDUGAAN LONGSOR DI KAWASAN PERBUKITAN
MALANG SELATAN
Sogeng Prijono
432
MODEL VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA PESISIR DAN
HUTAN MANGROVE DI KAWASAN MUARA DAS BRANTAS
Dr.Ir. Nnddin Harahab
455
4Z
il
Semina* Naskmat "Persn UB dalamPenyelant^an DAS BraotasJawa Timur"'
IV
RENCANA PENGELOLAAN MATA AIR SECARA
TERPADU DAN PARTISIPATIF
Sri Sndaryanti
470
MITIGATJON AND ADAPTATION STRATEGIES OF RURAL HOUSEHOLD
IN FACE OF El NiflO-SOUTHERN OSCILLATION (ENSO)
INBRANTAS WATERSHED
Mangku Pornomo and Nuhfil Hanani
481
METODE VALUASI EKONOMl:
EKOSISTEM SAWAH SEBAGAI OBYEK WISATA PEDESAAN
Nuiiiani dan Soemamo
493
MODEL KAWASAN AGROFORESTRY MELINJO
DI WILAYAH KABUPATEN MALANG
Hasyim, Sri Salastri dan Soemarno
503
STRATEGI PBLESTARIAN EKOSISTEM KEBUN APEL DI KOTA BATU:
KAJIAN PERBAIKAN KOMPOSISI ARTHROPODA
DI KEBUN APEL
Amin Setyo Leksono, S.Si., M.Si^ Ph.D
528
METODE BUDIDAYA ORGANIK
TANAMAN KENTANG DI BUMIAJI, KOTA BATU
YudhI Ahmad Nazari, Soemarno dan Lily Agustina
556
METODE BUDIDAYA ORGANIK
TANAMAN SAWl{BrassicajunceaL) DI KOTA MALANG
Abdnl Haris, Soemamo dan Lily Agustina
569
METODE BUDIDAYA ORGANIK
TANAMAN UBIJALAR DI JATIKERTO, KABUPATEN MALANG
Margo Yuwono, NurBasokl dan Lily Agustina
588
MODEL OPTIMAL USAHATANIJAGUNG LAHAN KERING
BAGI KELOMPOK TANI HUTAN (KTH)
Sunarto, Muslich Mustadjab, Kllwon Hidayat
610
METODE TRAVEL COST:
VALUASI EKONOMl JASA WANA WISATA
Hani S HandayawatI dan Soemarno
628
METODE BUDIDAYA ORGANIK
WORTEL (paucus carota L,) DI DESA JUNGGO, BATU
Try ZulchI PH, MudjI Santoso dan Tatik Wardlyati
Seminsr Nasionai ^eran UB dalam PenyetamalanDAS Brantas Jaxva Timur"
Jl
647
MODEL KAWASAN AGROFORESTRY SENGON TIGA STRATA
(SENGON - JAGUNG - DOMBA) DI KABUPATEN MOJOKERTO
Agtts Snkarno dan Siti Farida
^
MODEL POLA TANAM OPTIMAL PERTANIAN PANGAN
LAHAN KERING Dl DAERAH BLITAR SELATAN
Lucila Isnioyo Rnkmi S.A, Soemarno, M. Iksan Semaocn
689
MODEL POLIKULTUR UDANG WINDU {Pemeus monodon Fab),
IKAN BANDENG {Chanos-chanos Forskal) DAN RUMPUT LAUT
{Gracillaria sp) SECARA TRADISIONAL
Murachman, Nuhfil Hanani, Soemarno dan Sahri Muhammad
712
PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN SEBAGAJ AGEN
PERUBAHAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PEDESAAN
Ach. Fatchan dan Hamid Hidayat
-
729
MODEL PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA
Dwi SnsUowati, Djumilah Zain dan Armann Thoyib
748
METODE VALUASl EKONOMI AIR IRIGASl:
METODE PERUBAHAN PENDAPATAN BERSIH
DENGAN PROGRAM LINEAR
DidikSuprayitnodan Soemarno
772
MODEL OPTIMASIUNTUK PENYUSUNAN ARAHAN PEMANFAATAN
LAHAN SECARA OPTIMAL
M. Ruslin Anwar
792
MODEL INTEGRASI TATA RUANG DENGAN PERENCANAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAIBERBASIS KONSERVASI AIR
Mohammad BIsri
^ ^^
MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA
MASYARAKAT PEDESAAN DI DAS BRANTAS HULU
Prof. Dr. Ir. Sahri Mohammad, MS.
836
METODE INOKULASI VAM
TANAMAN JAGUNG (Zenmays) LAHAN KERING ANDISOL
Mochamat Bintoro, Saubari M. Mimbar dan Ika Rochdjatnn S
846
METODE MULSAJERAMI
UNTUK PRODUKSI KEDELAl SAWAH MUSIM GADU
Elly Indra Swaii, YogiSugito dan Jody Moenandir
Semin»-Nastonal **Peran UB dalam PenyelamatanDAS Brentas Jawa TfaiRir"
862
VI
METODE PHT PADA PERTANAMAN PADI SAWAH {Oryza sativa)
DI DESA KEMLOKO KABUPATEN BLITAR
EoyWahymiiiig Purwanti, Norindah dan dn GatotMudjiono.
881
METODE SINKRONISASIN-P
DALAM BUDIDAYA JAGUNG DI LAHAN KRITIS
Riyanto Djoko, Zaenal Kusumadan Eko Handayanto
896
METODE TANPAOLAHTANAH
DALAM SISTEM PERTANIAN PADI SAWAH
Marwan Yani Kamsnrya
Husni Thamrin Sebayang dan Bambang Gnritno
914
METODE TANPAOLAHTANAH
DALAM BUDIDAYA KACANG HfJAU
Serlina Maria Dagang,
Husnl Thamrin Sebayang dan Jody Moenandir
944
BIODIVERSITASIKAN DAN SPECIES INDIKATOR
DI SUNGAI BRANTAS
Yenny Risjani
959
MODEL ANALISIS PENCEMARAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA
BAGl KESEHATAN MASYARAKAT DI DAS BRANTAS HULU
Zaenal Kusnma
965
»'ADIPURA" SEBAGA! UPAYA MERAIH KOTA
SEHAT, BERSIH DAN TEDUH
SriUtami
998
STRATEGIPEMBERDAYAAN PENAMBANG GALIAN C
DALAM RANGKA PENGELOLAAN
DAS BRANTAS BERKELANJUTAN
Kliwon Hidayat dan M.Solichin
1007
MODEL LAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERBASIS KELUARGA DI DAS BRANTAS
Sri Andarini, Jack Roebijoso
1026
PERBAIKAN EKOSISTEM DAS DENGAN TUMBUHAN
MULTIFUNGSI
Bagyo Yanuwiadt
1037
Semioar Naskmal
UB dalan Pei^tamatan DAS Brantas Jawa Timur"
432
214
METODE PENDUGAAN LONGSOR DIKAWASAN PERBUKITAN
MALANG SELATAN
LEMBARDISKUSI
Sugeng Prijono
Dosen Jurusan Tanah, FP UB
Wulansari D. Nurtbhiriah
Alumni Jurusan Tanah, FP UB
ABSTRAK
Penelitiandilaksanakanpada titlk longsor pewakil di wilayah Perbukitan Maiang Selatan.
Analisis longsor didasarkan pada kondis! longsor d^ tipe penggunaan lahan yang terbagi menjadi
tiga yaitu hutan produksi, kebun campuran dan te^an. Tujuan penelitian adalah mengidentiflkasi
karakteristik lapisan semi kedap dan kedalaman bidang gelincir tanah melalui estimasi kondisi
lapisan semi kedap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan semi kedap yang beipotensi memicu longsor
berupa akumulasi Hat yang padat dan relatif mampat L^Msan -semi kedap dan komposisi tekstur
pada penaropang longsor menentukan kedalaman bidang gdincir tanah.
ini beii^tandengan
kondisi bidang gelincir tanah. IdentiHkasi pembentukan tndang geHndr tanah paling dalam
ditemukan pada penampang longsor Desa Sempol pada kedalaman 82 cm dengan komposisi
lapisan Hat semi kedap pada kedalaman 100 cm sedangkan pembentukan bidang gelincir paHng
dwgkal ditemukan p^ penamfNUig longsor Desa Telogorejo i»da kedalaman 27 cm (tengan
bentukan kombinasi lq>lsan Hat semi ked^ dengan pecahan fragmen batuan gamping pada
kedalaman 27-107 cm. Pembentukan bidang gelincir juga ditoitukan kompc^isi laju aliian air dan
komposisi tekstur antar lapisan tanah. Sanakin halus komposia tdcstur maka laju KHJ akan
semakin rendah sehingga estimasi bentukan bidang gelindr tanah dtqpat toiihat dari peibedaan
nilai KHJ antar lapisan tanah. Semakin dalam bentukan bidang gelincir tanah, maka semakin besar
volume longsomya. Volume longsor terbesar ditemukan pada penampang longsor I>esa Sempol
ymtu 337.S m' sedan^can untuk volume Imigsor terbesar ditemukan di Desa Telogorgo ymtu 17.2
m^. Penelitian dapat disimpulkan bahwa letak lapisan semi kedap pada kawasan Perbukitan
Maiang Selatan selalu diikuti oleh pembentukan Indang gelindr tanah sehingga berpengaiuh
teihadap besamya volume longsor.
Kata Kunci: Lapisan Semi Ke(%», Bidang GeHndr, PermeabiHtas Tanah, Longsor
ABSTRACT
The research was done at the landslide points ofthe hiify areas. Landslides analysis were
based on landslides condition and landuse types Le.plantationforest, mixedgarden and drylands
agriculture. Research was conducted to identify characteristic of semi impermeable soil-layers
that irfluence any landslides and depth of slUSng-sutface throu^ anafysis of ar^ semi
impermeablelayer.
Resultsshowed that semi impermeableItQ^ers can be identifiedat hilly areas ofthe South
Maiang. It Is a hi^ potential to cause landslides dire to a/y accumulation of a dense and
relatively compact cIcqi layer. Semi impermeable layer and soil texture detemdne genesis of the
landslide surface. The landslip surface isfound at the soilprcfUe of the Sen^nd village at the
dejah of 82 cm wich b composed of semi biqrermeable clayUtyers at 100 cm-depth, while the
shallowest landslide surface b found oa the soil pnfUe ofthe Telogorefo village at 27 cm depdt
wichbfrnmed ofsend in^rmeable
comdiination with Umestonefragmentpieces ort 27-107
cm okpth The landsliek surface genesb one abo oietermined by waterflow rate otnd soil texture.
Thefine texture hasa htgoffecb onthelawofsoilpermeabiUty. LandsUoie surface can befomndtd
omy oBfferent of soilpermeoibility. The depth of larublide surface has a sigrdflcard effect on the
landslides volume. The highest of Umoblides volume care identfied at the Sempol village thed b
337.5 n^' whereas the smodlest of landslides volumeare identfiedat the Telogorejovillage, thcdb
17.2 m^.
4Z
SeminarNaskmal*TerBn UB dalamPeaydamatan DAS Brantas Jawa llnnn^
Seminar Nasional "Peran UBdalam Penyeiamatan DAS Brantas JawaTinmr
433
434
It isconcluded that position ofsemi impermeable layers ina/y soilprofile areusuallyfollowed by
PENDAHULUAN
landslide surface at above ofthislayer. It has a higheffects onlandslide volume.
Keywords: semi-impermeable layer, sliding surface, soilpermeability, landslides.
Perbukitan Malang Selatan merupakan kawasan angkatan yang didominasi
oleh Karst dan Tektonik dengan batuan induk penyusun berupa batu gamping.
Karst mempunyai bentang alam khas yang berkembang di suatu kawasan batuan
karbonat (batu gamping dan dolomit) atau batuan Iain yang mudah larut dan telah
mengalami proses karstifikasi atau pelarutan sampai tingkat teitentu, sedangkan
kawasan Tektonik merupakan kawasan angkatan yang memungkinkan
pembentukan sesar dan joint rentan terhadap potensi robohan batu gamping
sebagai batuan penyusun lahan. Kawasan Perbukitan Malang Selatan merupakan
kawasan yang mudah terdegradasi disebabkan oleh kondisi alamiah kawasan itu
sendiri maupun pengaruh aktivitas manusia sehingga dapat dikategorikan sebagai
kawasan mudah rusak
Aktivitas manusia dalam perubahan penggunaan lahan dengan tingkat
stratifikasi tanaman yang rendah ditunjang dengan eksploitasi batu gamping
sebagai area pertambangan seperti yang marak terjadi di wilayah Perbukitan
Malang Selatan Kecamatan Pagak menyebabkan masukan air di dalam tanah akan
semakin tinggi dan mengenai tanah secara langsung
dan terus menerus
(Suprayogo et al. 2005). Hal ini akan meningkatkan kondisi ketidakstabilan tanah
di dalam mempertahankan distribusi air antar lapisan tanah. Perbedaan muka air
tanah dan tingkat kejenuhan antar lapisan tanah akan berpeluang nyata terhadap
bahaya longsor. Longsor sendiri dapat diartikan sebagai pergerakan massa tanah
atau batuan ke arah miring, mendatar atau vertikal pada suatu lereng. Pada
prinsipnya longsoran teijadi karena terganggunya keseimbangan lereng akibat
adanya pengaruh gaya-gaya yang berasal dari dalam lereng (misal gaya gravitasi
bumi, dan tekanan air pori di dalam tanah lereng) dan atau gaya-gaya yang berasal
dari luar lereng (misal getaran kendaraan dan pembebanan yang berlebihan pada
lereng) (Kamawati, 2005). Bidang gelincir tanah terbentuk akibat aktivitas
penjenuhan air yangterakumulasi dan beigerak lateral diatas peimukaan pelapisan
tanah atau batuan yang sulit tertembus oleh air dinamakan lapisan kedap air.
Dengan adanya kejadian longsor yang teijadi di wilayah Perbukitan Malang
Selatan Kecamatan Pagak maka hal yang paling tampak dan menjadi prioritas
4Z
Seminar Nasional "Pcran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
Seminar Nasional ''Peran UB daison Peoyelamatan DAS Branlas Jawa Timur"
436
435
dalam melakukan analisis penyebab longsor yaitu pengamatan bidang gelincir
melalui identifikasi lapisan semi kedap air yang tersusun didalam tanah yang
relatif lambat untuk mendistribusikan air baik secara pedologis maupun secara
fisiko sehingga pendeskripsian lapisan semi kedap air ini perlu dianalisis secara
lebih lanjut
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakem di kawasan Perbukitan Malang Selatan tepatnya di
iokasi longsor yang beradadi DesaTlogorejo, DesaSumfeer^,-Desa Pagak, Desa
Sempol dan Desa Sumberkerto, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Pelaksanaan survei lapangan dilakukan pada bulan Agustus-November 2008,
sedangkan untuk analisis laboratoriura dilaksanakan di Laboratorium Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian ini dibagi menjadi 4
tahap yaitu:
1) Tahap persiapan. studi literatur tentang apa dan bagaimana longsor
beserta kondisi lapisan kedap yang berpengaruh terhadap longsor, melakukan
tinjauan ulang Iokasi dan mengurus perijinan Iokasi pengamatan, mengumpulkan
data-data penunjang yang dapat membantu kelengkapan data penelitian. Misalnya
persiapan peta dan foto udara di laboratorium PPJP ^Persiapan Peta Landform
dan Persiapan Foto Udara {Delineasi Foto udara dan PembuatanMozaikFoto).
2). Tahap Survei. penentuan titik pengamatan longsor (pengambilan dan
pemilihan Iokasi longsor selain didasaikan pada kondisitopografi wilayah dengan
melihat kenampakan lereng yang sangat berpotensi terhadap longsor yaitu
kelerengan ± 15-40 %, jenis tanah yang mendominasi dan kenampakan
penggunaan lahan (hutan produksi, tegalan dan kebun campuran))., seleksi titik
pengamatan longsor (6 titik longsor yang mampu mewakili dan titik longsor
terbagi ke dalam penggunaan lahan yang berbeda (hutan produksi, tegalan dan
kebun campuran) masing-masing diambil dua kejadian longsor, pemilihan
ulangan untuk tiap-tiap penampang longsor diambil pada kondisi kelerengan yang
sama dengan pembuatan rintisan dari titik longsor beijarak 20 meter).
3). Analisb Laboratorium. Sampet tanah yang diperoleh dari lapangan di
analisis tekstur, KHJ, Berat Isi, Berat Jenis, kemantapan agregat, pH dan C
Organik.
4). Analisis Data dan Pelaporan. Data yang diperoleh kemudian diuji
menggunakan software SPSS untuk melihat adakah hubungan antar parameter..
Data yang telah di analisis menggunakan software SPSS kemudian dilakukan
pembahasan baik masingnmasing parameter maupun hubungan antar parameter
^TSrnm
"
Senunar Nasi<mal "Peran UB dalam Peoyelamataa DAS Brantas Ja>va Timui^
Seminar Nasional "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timiir"
438
437
HASIL-HASIL KAJIAN
(tekstur, KHJ, letak lapisan semi kedap dan kedalaman bidang gelincir tanah)
dengan proses teijadinya iongsor pada setiap titik pengamatan
Identilikasi Tipe Longsor
Mayoritas kejadian longsor yang teijadi di kawasan Perbukitan Malamg
Selatan, Kecamatan Pagak didominasi oleh kejadian longsor lahan. Hasil
identiflkasi longsor yang tegadi di kecamatan Pagak men^asilkan enam titik
longsor pewakil yang dikelaskan menjadi tiga titik longsor pewakil yang memiliki
penggunaan lahan yang berbeda yaitu hutan produksi, tegalan dan kebun
campuran yaitu
Longsor lahan yang teijadi di Dusun Sumberpetung 2, Desa Sumberkerto
(Sumberkerto 1) mempunyai skala yang relatif besar pada kondisi kelerengan
yang cukup tinggi yaitu kisaran 25% dan memiliki bentukan landform berupa
Dataran Tektonik dengan relief bergelombang. Tipe longsor yang teridentifikasi
berupa Longsor permukaan dengan pennukaan bidang longsor yang relatif datar
dengan pengklasifikasian sub group tanahnya teimasuk dalam kelas Inceptic
Haplustalfs
Kejadian longsor teijadi pada titik longsor di Desa Sumberkerto bagian
selatan (Sumberkerto 2) yang melibatkan banyak material tanah yang terangkut
dan diendapkan di lembah bukit Longsor lahan yang tegadi di desa Sumberkerto
bagian selatan mayoritas teijadi pada tingkat kelerengan sebesar 35%. Kondisi
bentukan lahan berupa Dataran Tektonik dengan relief yang bergelombang
sehingga pada tebing-tebing yang curam dapat berpotensi tinggi sebagai pemicu
teijadinya longsor. Tipe penggunaan lahanyang ada dan mayoritas dikembangkan
yaitu hutan produksi jati akan tetapi masih memiliki tingkat stratifikasi vegetasi
yang rendah. Tipe longsor yang teridentifikasi berupa Longsor permukaian dengan
permukaan bidang longsor yang relatif cekung berbentuk seperti spiral yang
berlipat dengan pengklasifikasian sub group tanahnya termasuk dalam kelas Ultic
Haplustalfs
Longsor lahan yang teijadi di desa Pagak tegadi pada tingkat kelerengan
yang relatifbergelombang hingga curam yaitu 15% dengan struktur lahan berupa
Punggung Dataran Tektonik mempunyai relief yang datar. Penggunaan lahan
berupa tegalan didominasi oleh tanaman tebu yang memiliki peiakaian yang
SemisarNasitmalTeran UB dalam Paqfelamatan DAS Breotas JawaTtmuf'
Seminar Nasional ''Peran UB dalam Penyelamalan DAS Brantas Jawa Tunur*"
relatif dangkal sehingga tanah semakin labil terhadap bahaya longsor. Tipe
longsoryang teridentifikasi benipa Longsor permukaan dengan permukaan bidang
longsor yang relatif lengkung berlipat pada endapan massa tanah terlongsor yang
Tabel 1. Identifikasi Karakteritik Penampang Longsor Pewakil kecamatan Pagak
Variab
P
T
L
Vol.
Kcdala
Elev
Land-
el
(m
(m
(m
ton
man
asi
use
(Desa)
)
)
)
tertumpuk menutup bidang longsor dengan-pengklasifikasian sub group tanahnya
termasuk dalam kelas Ultic Hapiustalfs.
Longsor lahan yang terjadi di Desa Gampingan memiliki mempunyai
g-
Bidang -
sor
Gelinctr
(m')
(cm)
Sumber
13
0.
22.
212.
70
—kerto
.5
7
5
63
produksi jati dengan intensitas vegetasi yang tidak rapat. Tipe longsor yang
teridentifikasi benipa Longsorpermukaan dengan permukaan bidang longsoryang
relatif datar dengan pengklasifikasian sub group tanahnya termasuk dalam kelas
432
Tegala
Jagung,
Dataian
n
Tebu.
Tektonik
Pisang, Ubi
yang
kayu.
bergelom
Kacang
bang
1
Sumber
15
-kerto 2
0.
20
120
40
450
4
Hutan
Jati.
produk
lamtoro.
padi, rumput
gajah.
si
Pagak ,
Gampi
IS
10
0.
15.
5
6
0.
8.5
7
ng-an
117
55
510
Tegala
n
60,3
71
536
5
bercampur dengan tanah bertekstur liat yang mampu menjadi penyebab teijadinya
longsor. Kelerengan yang tampak berkisar antara 20-35% Tipe longsor yang
Dataran
yang
bergelom
bang
Tebu.
Dataian
Rumput
gajah.
Tektonik
15%
yang datar
Perbukiia
produk
lamtoro,
n Karst
si
35%
Tektonik
Jati,
42%
tebu.
sonokeling,
nangka.
kacang
tanah
Rumput
gajah,
Pisang,
Jagung.
Telogo
rejo
2
0.
17.
5
2
17.2
27
589
Kebun
campu
ran
Longsor lahan yang teijadi di Desa Sempol relatif lebih kompleks material
sebagai material batuan non kedap air berupa pecahan fragmen batuan gamping
suren.
Hutan
pengklasifikasian subgroup tanahnya termasuk dalam kelas Vertic Hapiustalfs.
penyusunnya yaitu melibatkan material tanah dan batuan yang teridentifikasi
25%
tiuiah.
Kondisi longsor yang terjadi di Desa Telogorejo merupakan bekas longsoran
yang pemah teijadi yang dimanfaatkan atau dieksplorasi oleh warga masyarakat
teridentifikasi berupa Longsor robohan pada perlapisan batuan gamping dengan
Lereng
M
Inceptic Hapiustalfs.
dengan cara menambang batuan gamping secara besar-besaran. Tipe Kelerengan
diatas 35% pada bentukan lahan berupa Perbukitan Karst Tipe longsor yang
Latufform
dpi
kelerengan lebih dari 40%. Kondisi lahan mayoritas wilayah Desa Gampingan
termasuk Perbukitan Karst sehingga memiliki potensi longsor yang sangat besar.
Titik longsor Desa Gampingan memiliki tipe penggunaan lahan berupa hutan
Land-cover
Jati,
Kopi,
Pisang,
sonokeling,
kacang
tanah, gamt,
ubi
kayu,
jagung,
Perbukita
30%
n Kam
Lamtoro.
Sempol
22
,5
I
15
337.
5
453
Kebun
campu
ran
Kopi, Talas.
t>ataran
Lamtoro,
Suren, gaiut,
Tektonik
berbukil
sonkeilngJa
gung, Ubi
Kayu.
teridentifikasi berupa Longsor permukaan pada permukaan bidang longsor datar
dan sejajar dengan kemiringan lereng. Pengklasifikasian sub group tanahnya
termasuk dalam kelas Vertic Hapiustalfs
m4Z
Seminar Nasionai "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
Seminar Nasionai "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
442
441
napal pasir gamping. Pada identifikasi batuan pada penampang longsor desa
Identifikasi Lapisan Semi Kedap Air
Telogorejo, batu gamping tersusun rapat dan memiliki rongga antar batuan
Penyebab longsotan Translasional di Desa Sumberkerto bagian utara
(Sumberkerto 1) dapat diestimasikan melalui pendugaan lapisan semi kedap air
beijarak ± 1-2 cm berisi tanah bertekstur Hat Lapisan Hat merupakan bentukan
lapisan semi kedap pemicu longsor pada kedalaman27 cm.
yang tersusun pada penampang longsor. Pada kedalaman 70 cm ditemukan
Penyebab longsor yang teridentifikasi pada penampang longsor Desa
bentukan horizon Argilik sebagai pertanda adanya akumulasi Hat silikat dan
Sempol merupakan bentukan lapisan semi kedap air berupa lapisan Hat
dibawah 100 cm ditemukan batu gamping yang berbentuk fragmen kecil yang
tersementasi pada kedalaman 100 cm (kisaran kedalaman 82-109 cm dari
menyebar dan tercampur dengan tanah yang merupakan pecahan dari batuan
permukaan tanah) Lapisan Hat tersementasi mempunyai karakteristik berupa
induk yang berada di bawah perlapisan tanah Ketebalan fragmen batuan gamping
wama tanah yang cendemng hitam hingga keabuan, dengan tingkat konsitensi
yang relatif rapat teridentifikasi yaitu berkisar antara 10-20 cm pada kedalaman di
yang tinggi (diukur melalui kondisi perubahan bentuk tanah saat kering menjadi
bawah 100 cm dari permukaan tanah dengan jarak antar fragmen batuan hanya
relatif padat dan berbentuk iempeng, jika basah maka struktur tanah berubah
berkisar antara 10-15'cm dan terisi tanah bertekstur dominan Hat.
menjadi sangatcair sehingga mudah terlaratolehair)
Longsor lahzm yang teijadi di Desa Sumberkerto 2 disebabkan oleh
komposisi lapisan tanah yang sulit terlewati oleh air yang teridentifikasi berupa
Determinasi KHJ dan Testur Tanah
lapisan Hat semi kedap air (lapisan Hat semi impermeable) yang tersusun oleh
Pengukuran Konduktivitas Hidraulik Jenuh (KHJ) dilakukan untuk
agregasi partikel Hat dalam jumlah yang besar Lapisan semi kedap yang
mengetahui seberapa cepat atau lambat distribusi aliran air antar lapisan tanah
ditemukan di Desa Sumberkerto bagian selatan (Sumberkerto 2) berupa lapisan
dibandingkan dengan kuantitas dan besamya masukan air pada penampang tanah.
Hat semi kedap tersusun pada kedalaman 70 cm (kisaran kedalaman 40-100 cm
Semakin tinggi masukan air maka semakin besardistribusi aliran air antar lapisan
dari permukaan tanah).
tanah begitu pula sebaHknya semakin rendah masukan air pada penampang tanah
Identifikasi lapisan semi kedap air pada penampang longsor desa Pagak
maka distribusi aliran air antarlapisan tanah akan semakin rendah. Laju KHJ juga
berupa akumulasi Hatsemi kedap air yang relatif padat berwama coklat kehitaman
sangat ditentukan oleh komposisi sebaran tekstur Hap lapisan tanah. Semakin
dan mempunyai konsistensi yang relatif tinggi. Pada penampang longsor, lapisan
halus tekstur tanah akan semakin memperlambat laju air begitu pula sebatiknya,
semi kedap dapat ditemukan dengan melihat perbedaan warna antar lapisan tanah.
semakin kasar tekstur tanah maka akan semakin tinggi laju air.
Perbedaaan wama dari coklat muda pada kedalaman tanah awal (kedalaman
efektif tanah) lalu berubah wama menjadi coklat kehitaman
Penentuan komposisi tekstur pada penampang longsor desa Sumberkerto 1
dengan tingkat
yaitu teijadinya kestabilan komposisi tekstur pada kedalaman 0-40 cm berupa
kepadatan tanah yang tinggi pada kedalaman 55 cm dapat diestimasikan teijadi
lempung berliat dan komposisi tekstur berupa lempung pada kedalaman 40-70cm.
peningkatatan Hat secara signifrkan.
Perubahan tekstur secara signifrkan mulai tampak seiring dengan peningkatan
Penyebab longsoran Translasional di Desa Gampingan yaitu adanya
kedalaman tanah yaitu perubahan tekstur tanah dari lempung. menjadi Hat
lapisan Hat semi kedap air pada kedalaman 72 cm. Di bawah 86 cm ditemukan
Estimasi perubahan tekstur antar lapisan tanah dapat dilakukan melalui
batu gamping yang berbentuk fi:agmen kecil, bulat dan berwama putih bercampur
pengukuran partikel Hat yang meningkat sebesar 44.18% pada kedalaman tanah
dengan tanah yang notabene mempakan tanah bertekstur Hat
kisaran 70-100cm. Peningkatan partikel Hat secara terus menerus menyebabkan
Batu gamping mempakan penyusun batuan dasar bentukan lahan desa
adanya akumulasi Hat secara nyata sehingga mampu menurUnkan distribusi air
Telogorejo dengan dominasi formasi geologi berupa Tmw memiliki susunan
Seminar Nasional "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timui''
Seimqar Nosional "Peran UB dalam Penyelamatan DAS BranUis Jawa Timur"
444
443
antar lapisan tanah berpengaruh pula terhadap laju air secara konstan. Pengukuran
Indeks nilai KHJ pada penampang longsor desa Sumberkerto 1 merupakan indeks
nilai KHJ yangtertinggi dibandingkan dengan penampang longsor lainnya dengan
nilai KHJ mencapai 93.99 cm jam"' pada kedalaman 40-70 cm. Seiring dengan
peningkatan kedalaman tanah teijadi penurunan indeks KHJ yang cukup
signifikan sekitar 25.19% dari nilai KHJ sebesar 93.99 cm jam"' menjadi 18.91 cm
jam"' pada kedalaman 70-100 cm. Penurunan nilai KHJ pada kedalaman 70-100
cm yang relatif tinggi disebabkan oleh perbedaan tekstur tanah yang kontras
seiring dengan peningkatan kedalaman tanah yaitu teijadinya peningkatan liat
yangpada kedalaman 70 cm setebal 30 cm sampai batas pergantian tanah dengan
fiagmen batu gamping yang lebih rapat sehingga mampu' menghambat laju
distribusi air secarasignifikan antar lapisan tanah yang lebih dalam.
Komposisi tekstur pada penampang longsor desa Sumberkeho 2 teijadi
secara veriatif. Pada kedalaman 0-40 cm komposisi tekstur yang teridentifikasi
berupa tekstur lempung yang memiliki konsistensi relatifrendah dengan dominasi
debu dan pasir yang cukup tinggi sehingga meningkatkan laju KHJ sebesar 117,09
cm jam"' . Pada kisaran kedalaman tanah 40-100 cm mulai teijadi perubahan
komposisi tekstur yang cukup kontras yaitu teridentifikasi melalui peningkatan
partikel liat sebesar 85.33% pada kisaran kedalaman tanah yaitu 40-100cm
sehingga mengakibatkan perubahan komposisi tekstur secara signifikan dari
lempung menjadi tekstur liat nyata dan memiliki konsistensi yang relatif tinggi
dengan prosentase pori mikro sebesar 64 % dan berpengaruh terhadap laju KHJ
yang bervariasi pula. Pengukuran KHJ pada penampang longsor desa
Sumberkerto 2 menunjukkan tingkat variasi distribusi aliran air yang nyata antar
lapisan tanah. Pada kedalaman 0-40 cm masih terjadi distribusi aliran air yang
cukup cepat mencapai 117,07 cm jam"' akan tetapi teijadi penurunan nilai KHJ
yang cukup signifikan sebesar 95.47% pada kedalaman 40-100 cm hingga
mencapai nilai 45.30 cm jam"'.Penurunan nilai KHJ yang cukup signifikan juga
mengindikasi adanya lapisan semi impermeabel berupa lapisan liat yang hanya
mampu mengalirkan air dalam jumlah yang relatif kecil. Hal ini berakibat nyata
didalam pembentukan bidang geser tanah yang lebih besar pada rentang kisaran
kedalaman antar 40-100 cm .
Komposisi tekstur yang teridentifikasi pada penampang longsor desa
Pagak juga mengalami sebaran yang heterogen. Pada kisaran kedalaman 0-55 cm
masih terlihat sebaran/distribusi tekstur tanah yang stabil dari lempung berdebu
menjadi lempung liat berdebu sehingga perbandingan komposisi liat, paSinjan
debu relatif seragam dan tidak menunjukkan dominasi masing-masing partikel
penyusun tanah. Seiring dengan peningkatan kedalaman tanah mencapai kisaran
kedalaman tanah 60-120 cmte^adi perubahan tekstur yang kontras dari komposisi
tekstur lempung menjadi tekstur liat dengan perbandingan masing-masing partikel
penyusun tanah yang relatif tidak seimbang. Hal ini ditunjukkan oleh prosentase
liat yang paling mendominasi yaitu mengalami peningkatan partikel liat pada
kedalaman 109 cm sebesar 51% dan penurunan partikel debu dan pasir masingmasing pada prosentase sebesar 24 % dari prosentase awal sebesar 50% sehingga
mampu diestimasikan perubahan tekstur yang relatif kontras meningkatkan
peluang teijadinya bidang gelincir tanah akibat penambahan liat yang sangat
tinggi dapat menurunkan laju aliran air pada lapisan tanah bawah (kisaran
kedalaman 59-101 cm) hingga mencapai 80.57%. Hal serupa te^adi pada kondisi
nilai ICHJ pada penampang longsor desa Pagak juga mengalami fluktuasi sama
seperti pengukuran nilai KHJ pada penampang longsor laiimya. Nilai KHJ yang
ditunjukkanmasih terlihat stabil pada kisaran kedalaman 0-40 cm yang menct^i
65,9 cm jam"' dikarenakan komposisi sebaran tekstur yang mendominasi ada
kedalaman awal (kisaran kedalaman 0-40 cm) berupa liat berdebu hingga
lempung liat berdebu dengan komposisi pasir dan debu yang relatif tinggi
sehingga memudahkan pergerakan laju air menuju lapisan tanah yanglebih dalam.
Kondisi fluktuasi nilai KHJ pada penampang longsor mulai terlihat pada
kedalaman 40-110 cm dimana penurunan nilai KHJ terlihat pada peralihan
horizon II menuju horizon lU tepatnya pada kedalaman 51-109 cm yaitu sebesar
80.56% dengan nilai KHJ semula sebesar 80,53 cm jam"' menurun drastis hingga
mencapai 15,65 cm jam"' dengan penemuan lapisan semi impermeabel berupa
akumulasi liat dalam jumlah yang sangat tinggi.
Komposisi tekstur pada penampang longsor desa Gampingan mengalami
perubahan yang relatif kontras pada kedalaman 71-96 cm yaitu teijadi perubahan
teksturdari lempung liat beipasirpada kedalaman 32-71 cm menjadi tekstur liat
SeminarNasional*TeranUBdalamPeoyelaimitan DAS BrantasJawa Timuf*
Seminar Nasional **Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
446
445
Perubahan teksturyang kontras dapat menyebabkan perbedaan distribusi air pada
lapisan tanah. Hal ini mengindikasikan bahwa suatu lapisan tanah mempunyai
lapisan yang sulit atau bahkan tidak dapat dilewati oleh air berupa partikel liaL
Hal ini berpenganih terhadap distribusi air antar lapisan^4anah. Indeks nilai KHJ
ditemukan pada penampang longsor didesa Gampingan memiliki nilai yangcukup
fluktuatif. Pada kondisi kedalaman tanah efektif yaitu kisaran kedaiaman 30-76
mempunyai nilai KHJ yang relatif meningkat dari 76,03 cm jam"' menjadi 86,57
cm jam"' akibat komposisi sebaran tekstur yang seragam yaitu lempung berliat
menjadi lempung liat berpasir. Seiring dengan peningkatan kedalaman tanah
mencapai kisaran 71-96 cm teijadi penurunan nilai KHJ yang cukup drasiis
terns menerus sampai batas antara lapisan tanah dengan bidang batuan induk
gamping yaitu sebesar 4.42 cm jam'I.
Penampang longsor Desa Sempol teridentifikasi adanya penurunan nilai
KHJ yang cukup signifikan sebesar 91.22%. Penurunan nilai KHJ ditemukan pada
kedalaman 82-109 cm yaitu 12.35 cmjam'l dengan KHJ awal pada horizon II
kedalaman 44-82 cm yaitu 140.68 cm jam'l . Batuan liat semi kedap air
diindikasikan sebagai penyebab penurunan distribusi aliran air secara vertikal
dikarenakan lapisan liat semi kedap yang tersementasi mempunyai kemampuan
mengikat air dalam jumlah yang banyak sehingga distribusi aliran air juga
semakin melemah antar lapisan tanah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
hinggamencapai prosentase penurunan sebesar 95.93% dengan nilai KHJ semula
komposisi tekstur antar lapisan tanah. Sebaran distribusi testur tanah relatif
86,57 cm jam"' menjadi 3 cm jam"' dikarenakan mulai teijadi perubahan
seragam hingga kisaran kedalaman 44-82 cm dengan perbandingan antar partikel
komposisi tekstur yang kontras dari semua lempung liat berpasir kemudian teijadi
peningkatan paitikel liat yang cukup tinggi sebesar 41% sehingga komposisi
tekstur menjadi tekstur liat. Akibat nyata dari akumulasi partikel liat secara nyata
maka mulai te^adi penurunan nilai KHJ pada kisaran kedalaman tanah 71-96 cm
dapat menciptakan peluang teijadinya geseranpada perlapisan tanah yang cukup
besar. Kemampuan tanah dalam mengalirkan air secara perlahan-lahan mengalami
tanah yang sebanding dengan prosentase tertinggi masih didominasi oleh partikel
debu meningkat menjadi 61% dengan tekstur tanah lebih berkembang yaitu
lempung liat berdebu. Seiring dengan peningkatan kedalaman tanah maka mulai
tegadi perubahan tekstur yang tampak pada penampang longsor desa Sempol
melibatkan peningkatan tekstur liat secara signifikan pada kedalaman 109 cm
(kisaran kedalaman tanah 82-109 cm) cm sebesar 56.36% sehingga mampu
merubah prosentase tekstur tanah dari leihpung liat berdebu menjadi liat nyata.
penurunan hingga mencapai nilai KHJ sebesar 3 cm jam''.
Pada pengamatan penampang longsor Desa Telogorejo ditemukan adanya
sementasi liat yang membungkus sela-sela batuan induk gamping yang terurai
menjadi partikel batuan lebih kecil dengan kondisi litik. Perubahan tekstur yang
ditampakkan juga relatif berbeda yaitu pada kedalaman 58-107 cm, komposisi
Hal ini berakibat terhadap penurunan distribusi aliranair sebesar91.22%sehingga
memicu teijadinya bidang gelincir tanah seiring dengan semakin tingginya
masukan air dan semakin lambatnya laju aliran air pada tingkat perlapisan tanah
pada kedalaman dibawah 100 cm.
tekstur pada kedalaman 27-58 cm berupa lempimg berliat teijadi peralihan
komposisi tekstur berupa liat bercampur dengan serpihan batu gamping sehingga
berpotensi sebagai bidang retakan jika masukan air sangat besar pada intensitas
tertentu menyebabkan
kondisi ketidaksambungan antar
batuan.
Kondisi
penampang longsor yang terletak di desa Telogorejo juga mengalami fluktuasi
nilai KHJ yang sangat signifikan. Pada horilzon I kedalaman 0-27 cm
diidentifikasi nilai KHJ sebesar 628.35 cmjam'' dan pada horizon U kedalaman
27-58 cm teijadi penurunan nilai KHJ hampir 78.91% yaitu 615.1 cm jam''
sehingga teridentifikasi sebesar 13.25 cmjam"' dan mengalami penurunan secara
B4Z
Determinasi Bidang Gelincir
Pada pengamatan masing-masing titik pewakil longsor, didapatkan hasil
bahwa kedalaman bidang gelincir yang teridentifikasi paling dalam terletak di
desa Sempol yaitu 82 cm dengan bentukan lapisan semi kedap berupa lapisan liat
nyata pada kedalaman 100cm. Lapisan liat semi kedap meningkatkan potensi
terbentuknya bidang gelincir tanah dikarenakan liat mempunyai kohesif yang
homogen sehingga beitambahnya kadar air tanah dan tidak tersedianya kekuatan
Seminar Nasional Teian UB dalara Pei^elaniatan DAS Brantas Jawa Timur^'
Senunar Nasiooal **Peran UB dalam Penyelamatan DAS Branlas Jawa Tlimir"
447
448
geser yang cukup meningkatkan pergerakan longsor ke bawah pada bidang
gelincir yang terbentuk di kawasan Perbukitan Malang Selatan terletak pada
iongsomya (Soepardi, 1983).
kondisi lapisan semi kedap pada penampang longsor.
Selling peningkatan kedalaman tanah, maka bentukan fragmen batu
Uji korelasi melalui metode Pearson diketahui hubungan yang erat antara
gamping ditemukan pada kedalaman 109 cm. Kedalaman bidang gelincir
pembentukan lapisan semi kedap dan kedalaman bidang gelincir tanah maka
diestimasikan terbentuk diatas bentukan fragmen batugamping bercampur dengan
dilakukan uji regresi untuk mengetahui keakuratan sebaran data. Pada grafik
tanah. Fragmen batu gamping bercampur dengan tanah mempunyai kohesifyang
terlihat adanya keakuratan sebaran data yang ditunjukkan oleh data letak lapisan
berbeda antarpartikel menyebabkan kondisi gamping lebih tahan lama terangkut
air dibandingkan dengan komposisi tanah terutama Hat. Menurut Vames (1978),
fragmen batu gamping beiperan sebagai agen penahan kestabilan lapisan tanah
yang mengikat partikel tanah dengan batu gamping itusendiri pada bidang lereng.
semi kedap dengan kedalaman bidang gelincir yang terbentuk dinyatakan dalam
Apabila rekatan antaia batu gamping dengan lapisan tanah terlepas oleh
akumulasi air yang mengisi rongga partikel maka longsor yang teijadi relatif
sedikit demi sedikit, melibatkan material tanah yang terlongsor lebih dahulu
disusul oleh fragmen batu gamping yang terlepas dari bidang lereng.
Kedalaman bidang gelincir paling dangkal teijadi pada penampang longsor
Desa Telogorejo yaitu kedalaman 27 cm dari permukaan tanah dengan dominasi
lapisan tanah Hat padat pada kedalaman 27 cm. Bentukan fragmen batu gamping
mulai ditemukan pada kedalaman 58 cm dengan tingkat kerapatan yang rendah.
Seiring dengan peningkatan kedalaman tanah maka bentukan batu gamping
tingkat regresi linear antar parameter pada penampang grafik mendekati 1 yaitu
= 0,7772 (Gambar 1). Kondisi ini dapat menunjukkan bahwa 78% sebaran data
pada grafik mendekati akurat dan mampu menyatakan dalam setiap penampang
longsor kedalaman bidang gelincir.akan terbentuk seiring dengan susunan lapisan
semi kedap yang teridentifikasi.
160
140
♦
120
00
c
100
E
ca 5
y=1.2B34c+3S15
F?=Q7772
40
kedalaman 107 cmsehingga teijadi duaproses perpindahan material yang berbeda
yaitu proses perpindahan yang melibatkan material tanah dengan intensitas yang
!
geGrdrtarEti)
20
tersusun rapat dengan Jarak antar rongga yang kecil (kurang dari 1 cm) pada
|
IspsansomkBd^ar
cfergan bertitan bcbrg
gefirdrtarEh
j
—UneerOtr^tesstanlelEki
igpisEnsem kocfepar
i
dargEnbertJenticbig |
60
60
Tgn^kBBTstanietsk
!
0
20
40
60
80
100
120
Letak lapisan dan batuan semi kedap air (cm)
kecil kemudian pada selang waktu yang relatif lama terjadi proses perpindahan
material berupa longsorrobohan yang melibatkanmaterial batu gamping.
Proses pembentukan bidang gelincir pada kawasan Karst dan Tektonik
khusunya di Perbukitan Malang Selatan, selalu berbanding lurus dengan
kedalaman lapisan semi kedap dikarenakan pada kondisi air yang selalu jenuh
Gambar 1. Grafik regresi linear yang menunjukkan keakuratan sebaran data antara
letak lapisan dan batuan semi kedap air dengan estimasi kedalaman
bidang gelincir yang terbentuk
Efek Tekstur dan KHJ terhadap Bidang Gelincir
diatas lapisan semi kedap, teijadi pembentukan bidang gelincir pada perlapisan
Sebaran nilai KHJ yang relatif fluktuatif pada masing-masihg penampang
awal lapisan kedap. Hal ini ditunjang dengan pendugaan korelasi melalui
longsor mampu menunjukkan indikasi adanya lapisan semi impermeable yang
pendekatan metode Pearson yang menunjukkan nilai korelasi antara pembentukan
mampu menghambat distribusi aliran air secara vertikal antar lapisan tanah. Jenis
l^isan semi kedap selalu diikuti dengan pembentukan bidang gelincir tanah yang
lapisan semi impermeable hingga kondisi kedap yang mendominasi pada
penampang longsor mampu berpengaruh terhadap nilaiKHJ yang teridentifikasi.
menunjukkan nilai r = 0,882"'* yang ^inya 88% peluang kedalaman bidang
.4,
Seminar Nasional **Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timui''
Seminar Nasional "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
450
449
Kedalaman Bidang Gelincir vs. Volume Longsor
Mayoritas pembentukan bidang gelincir tanah diakibatkan oleh nilai KHJ
Pada dasamya, kedalaman bidang gelincir mampu menentukan volume
yang tidak seragam dari laju ali^ yang tinggi menurun secara drastis pada
longsor yang teijadi. Kecepatan peluang tegadinya longsor mampu diketahui dari
pelapisan tanah dengan bidang semi kedap air sehingga teijadi perbedaan
seberapa cepat tanah diatas lapisan semi kedap mampu teijenuhi mengakibatkan
kandungan air yang mencolok antar lapisan tanah (Priyantari dan Cahyo, 2005).
perbedaan tingkat kandungan air antar perlapisan tanah. Volume longsor terbesar
Perbedaan nilai KHJ erat kaitannya dengan komposisi tekstur antar lapisan tanah.
ditemukan pada penampang longsor Desa Sempol yaitu 337.5 m^ pada kedalaman
Tekstur merupakan karakter fisis tanah yang mempunyai kemampuan mengatur
bidanggelincirpalingdalamyaitu 82 cm denganketebalan l^isan liat semikedap
seluruh proses baik fisika maupun kimia di dalam penampang profil tanah
(Hardjowigeno, 1995). Kejadian longsor erat hubungannya dengan komposisi
tekstur yang mampu memperlambat distribusi aliran air ke lapisan tanah yang
lebih dalam.
± 100 cm diukur dari permukaan tanah , sedangkan volume longsor terkecil
ditemukan di Desa Telogorejo yaitu 17.2 m^ pada kedalaman bidang gelincir
terdangkal yaitu 27 cm dengan ketebalan lapisan liat semi kedap hanya 58
cm.Kedalaman bidang gelincir berpengaruh terhadap volume longsor yang teijadi
Mayoritas teksturyang mampu membentuk suatu lapisan semi kedap pada
titik longsor pewakil di daerah penelitian merupakan komposisi mineral Hat baik
berbentuk lapisan tunggal, hingga akumulasi partikel liatyang teragregasi menjadi
lapisan liat semi kedap. Lapisan semi impermeable hingga kondisi kedap airpada
penampang longsor berupa mineral liat akan mampu menurunkan nilai
dibuktikan melalui uji korelasi metode Pearson yang menghasilkan nilai korelasi
mendekati satu (r = 0,720**), dilakukan uji regresi untuk mendapatkan tingkat
keakuratan sebaran data yang menunjukkan bahwa semakin dalam bidang
gelincir tanah maka akan semakin besar volume longsomya. Hasil uji regresi
menujukkan nilai keakuratan mendekati satu (R^.5197) (Gambar 2).
permeabilitas tanah (KHJ) dikarenakan tanah yang mempunyai dominasi tekstur
liat yang tinggi mempunyai perbandingan pori mikro yang lebih tinggi daripada
pori makro. Pori mikro mampu menghambat gerakan udara dan air hanya dibatasi
oleh gerakan kapiler dan penuh dengan air sehingga menghambat laju aliran air
yang belum teijerap oleh pori mikro liat (Buol et oL 2003). Mineral liat juga erat
hubungannya dengan komposisi ion yang teijerap pada permukaan mineral liat
tersebut. Menurut Notodarmojo (2005), komposisi ion mempunyai efek terhadap
400
300
300
y-asQsac-ouQS
290
I^Um-OircMtaOBtmletdf
190
j
o
>
90
0
P
akan menyebabkan partikel liat terdispersi sehingga m^pu menurunkan nilai
KHJ. Hal ini sesuai dengan hasil laboratorium yang menunjukkan kandungan Na^
pada lapisan semi impermeable di masing-masing penampang longsor cenderung
sangat tinggi mencapai 9,71 cmol kg"'
le^amanfcicferQgeBrrir
(tanQonxctureicnEPci)
100
stabilitas koloidal tanah yaitu berpengaruh terhadap nilai KHJ bila tanah atau
akuifer mengandung mineral liat. Mineral liatyang banyak mengandung ionNa
loBttannBnti^QC^lrrir
dbnganvdumkngxr
P?»QS1Sir
200
2)
40
90
as
100
Kedalaman Bidang Gelincir Tanah (cm)
Gambar 2.
Grafik Regresi menunjukkan hubungan antara kedalaman bidang
gelincir dengan volume longsor
Perbedaan kedalaman bidang gelincir juga beiperan terhadap besar kecilnya
volume longsor. Perbedaan kedalaman lapisan semi kedap dari paling dalam
hingga paling dangkal pada penampang Icmgsmr sama dengan pembentukan dan
kedalaman bidang gelincir menunjukkan berbagai tipe dan peluang teir)^t<^y^
longsor lahan yang teiidentifikasi. Longsor dengan kedalaman bidang gelincir
dangkal dengan ketebalan lapisan liat hanya beikisar antara 10-30 cm diatas
4Z
Seminar Nasiooal Teran UB dalam Pef^elanoatan DAS Brantas Jawa Hmui^
Seminar Nasional "Peran UB dalam Fenyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
KESIMPULAN
susunan batu gamping yang rapat mampu memperlambat dlstribusi air pada
lapisan tanah secara cepat, akan tetapi volume longsoran yang terbentuk jauh
lebih kecil dibandingkan dengan longsor dengan kedalaman bidang gelincir dan
1. Dangkal atau tidaknya bentukan bidang gelincir tanah berbanding lurus
lapisan semi kedapiehih dalam. Kondisi ini disebabkan oleh proses penimbunan
dengan letak dan kedalaman lapisan semi kedap yang ditemukan pada
air dalam jumlah yang besar pada lapisan tanah diatas lapisan semi kedap air
penampang longsor.
dalam waktu yang relatif lambat, akan tetapi volume longsoran akan lebih besar
seiring dengan ketebalan massa tanah yang jenuh diatas bidang gelincir.
2. Identifikasi pembentukan bidang gelincir tanah paling dalam ditemukan pada
penampang longsor Desa Sempol pada kedalaman 82 cm dengan komposisi
lapisan liat semi kedap pada kedalaman lOOcm sedangkan pembentukan
bidang gelincir paling dangkal ditemukan pada penampang longsor desa
Telogorejo pada kedalaman 27 cm dengan bentukan kombinasi lapisan liat
semi kedap diatas pecahan atau fragmen batu gamping pada kedalaman 27107 cm.
3. Pembentukan bidang gelincir dengan karakteristik yang berbeda mampu
menunjang terjadinya longsor.
4. Semakin dalam bidang gelincir tanah, maka volume.longsoryang ditimbulkan
semakin besar.
5. Letak lapisan dan batuan semi kedap air pada kawasan Perbukitan Malarig
Selatan selalu diikuti oleh pembentukan bidang gelincir tanah tepat diatas atau
berada didalam lapisan semi kedap yang teridentifikasi.
6. Lapisan semi kedap air yang teridentifikasi di kawasan karst yang berpotensi
memicu longsor berupa akumulasi liat yang padatdan relatif mampat
^4Z
Seminar Nasional "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur''
Seminar Nasiooal "Peran UB dalam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur"
453
DAFTARPUSTAKA
Hardiyatmo, H.C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi Edisi Pertama.
Gajah Mada University Press.Yogyakarta
Kamawati, D. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan
Upaya Penanggulangannya. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik
UGM. Yogyakarta
Priyantan, N dan Cahyo, W. 2005. Penentuan Bidang Gelincir Tanah Longsor
Berdasarkan Sifat Kelistrikan Bumi. Jumal ILMU DASAR Vol. 6 No. 2
2005 : 137-141 137
Tubbs, D. W. 1975. Causes, Mechanisms, And Prediction OfLandsliding In
Seattle, Department of Geolo^cal Sciences and Quaternary Research
Center University of Washington. Washington
Suprayogo, D; Widianto; Utami, S.R; Sudarto; Prayogo, C; Dewi. I dan Nugroho,
A. 2005. Identifikasi Potensi Longsor Dan Upaya Mencegah Bahaya
Longsor Pedoman Untuk Mengurangi Kerugian. I^sat Kajian Pertanian
Sehat dan Managemen Sumber Daya Alam Secara Terpadu ( PK Pertanian SMART ), Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya Keijasama dengan BEJIS Project AUASAID Australian
Managing Contractor ACIL AustraliaPty Ltd. Malang
Vames. D.J. 1978. Slope Movement Types and Processes, in R.L. Schuster, and
R.J. Krizek (eds). Landslides - analysis and control. National Academy of
Sciences Transportation Research Board Special Report (176): 12-33.
S4Z
•4,
Seminar Nasional "Peran UB daiam Penyelamatan DAS Brantas Jawa Timur''
Download