UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI MTS MA’ARIF SABIILUL HUDAA BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Zainal Hidayat NIM. 207011000081 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 M/2014 H LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI MTS MA’ARIF SABIILUL HUDAA BOGOR disusun oleh Zainal Hidayat, NIM. 207011000081, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 26 Juni 2014 Yang Mengesahkan, Pembimbing Dra. Zikri Neni Iska, M. Psi NIP: 196902061995032001 2 4 2 6J u n i2 0 1 4 ABSTRAK Zainal Hidayat, Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. Kata Kunci: Guru Akidah Akhlak, Akhlak Siswa Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. Sesuai dengan perumusan masalah yang ingin diteliti penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh di lapangan, dapat disimpulkan bahwa deskripsi guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa. Dari fenomena di lapangan terlihat jelas bahwa pembelajaran akidah akhlak dapat dijadikan sarana yang efektif dalam membina perkembangan kepribadian siswa. Kepribadian guru akidah akhlak menjadi catatan penting dalam pembentukan akhlak siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian seorang guru memberikan pengaruh kepada siswa tersebut. i KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S, Pd.I). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak sedikit menemui kesulitan. Namun dengan adanya usaha, dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karenanya, maka penulis sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak terkait yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini hingga dapat diselesaikan, diantaranya: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan ibu Marhamah Sholeh LC., MA selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh Staf jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah banyak membantu penulis, baik dalam masalah akademik maupun non akademik. 3. Ibu Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi., Dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan banyak meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis. 4. Bapak Rosidi dan umi Halimah tercinta yang telah banyak berjasa dan penuh pengorbanan tiada tara, berkat doa restu bapak dan umi kini anakmu bisa melanjutkan kuliah. Adik-adikku (Ahmad Suhendar, Rosilawati, S.Pd.i, ii Rosidah, Abdul Halim, dan Iis Kholisoh) serta adik ipar (Ayu Karlina, Akper) yang telah mendo’akan dan banyak membantu saya semasa kuliah, saya haturkan banyak-banyak terimakasih, jazakumullah ahsan jaza. 5. Sahabat-sahabatku tercinta (Ahmad Al-Ghifary, S.Pd, Suparman, S.Pd, Mardani, Abdul Muidz, Nasrudin, Hamzah, Bambang Triantono, Nurhadi, dan Budiawan) yang selalu ada dalam suka maupun duka, yang selalu memberikan suasana keceriaan dan dukungannya yang selalu tertuju kepada penulis. “Sahabat engkaulah jiwa yang tidak akan pernah lenyap dari memori hidupku”. 6. Segenap pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak atas segala bantuan, dukungan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semua kebaikan yang telah diberikan akan selalu terpatri dalam hati dan semoga Allah SWT selalu mengiringi langkah kalian dimanapun kalian berada. Jakarta, 24 Juli 2014 Penulis iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 6 D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ...................... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ................................................................................. 8 1. Pembelajaran ........................................................................... 8 A. Model Pembelajaran ......................................................... 10 B. Media Pembelajaran .......................................................... 11 C. Materi Pembelajaran ......................................................... 11 D. Evaluasi Pembelajaran ...................................................... 12 E. Evaluasi Pembelajaran ...................................................... 13 2. Akidah Akhlak......................................................................... 14 A. Pengertian Akidah ............................................................ 13 B. Pengertian Akhlak ............................................................ 17 C. Ruang Lingkup Akhlak .................................................... 19 D. Ruang Lingkup Pembelajaran ........................................... 27 iv E. Tujuan Studi Pembelajaran Akidah Akhlak ....................... 28 F. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Madrasah Tsaanawiyah ...................................................................... 29 B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 31 B. Latar Penelitian ......................................................................... 31 C. Metode Penelitian....................................................................... 36 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................. 37 E. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 41 F. Teknik Analisis Data .................................................................. 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ........................................................................... 45 B. Pembahasan ............................................................................... 47 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 56 B. Implikasi ................................................................................... 56 C. Saran ......................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59 LAMPIRAN- LAMPIRAN v DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Profil Sekolah ................................................................................. 32 Tabel 3.2 Keadaan Guru MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor ........................ 33 Tabel 3.3 Keadaan Siswa .................................................................................... 34 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Alur Penanganan Siswa Bermasalah ............................................ 35 Gambar 3.2 Macam Teknik Pengumpulan Data ............................................. 37 Gambar 3.3 Teknik Analisis Data .................................................................. 43 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kenegaraan Indonesia berkembang sesuai dengan perubahanperubahan yang sangat besar terutama berkaitan dengan globalisasi dan gerakan reformasi di dalam negeri. Dalam perubahan ini setiap komponen bangsa dituntut kontribusinya sesuai dengan kemampuan, kompetensi dan profesionalnya. Kontribusi dari setiap komponen bangsa baik kemampuan, kompetensi maupun profesinya pada setiap generasi semakin meningkat kualitasnya. Hal ini dilandasi adanya kemauan yang kuat dari semua pihak untuk menuju suatu perubahan yang menyeluruh dan terukur. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-hal yang negatif. Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan.1 Dalam agama Islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi orang lain. Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah swt. dan Rasul-Nya. 1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet ke-2 . h. 149 1 2 Menurut al-Ghazali, akhlak adalah gambaran tentang kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku bersumber darinya tanpa memerluka proses berpikir dan merenung. Perilaku baik dan terpuji dari sumber dijiwa disebut al-akhlak al-fadhilah (akhlak baik) dan berbagai perilaku buruk disebut al-akhlak al-radzilah (akhlak buruk). Perilaku menetap harus muncul dengan spontan tanpa proses berpikir, karena orang yang mau mengeluarkan harta atau diam ketika marah melalui usaha dan proses berpikir, ia tidak dapat dianggap orang yang dermawan dan sabar.2 Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajibankewajibannya. Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhan yang menjadi Tuhannya, terhadap mahluk lain dan terhadap sesama manusia. Sumber ajaran akhlak ialah Al-Qur’an dan hadits. Tingkah laku Nabi Muhammad merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.3 Hal serupa diungkapkan oleh Noer Aly bahwa orientasi akhlak-keagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam pendidikan Islam. Seruan agar berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah dan berbudi pekerti luhur sebagaimana dimuat 2 Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1 h. 74. 3 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet. 1, h. 4 3 dalam al-Qur’an, hadits Rasulullah saw., dan sumber-sumber primer warisan budaya Islam melegitimasi keutamaan orientasi tersebut. Dari segi ini sudah jelas bahwa ilmu akhlak itu sangat penting karena dapat menuntun para anak didik untuk menemukan dunianya dalam menyalurkan bakatnya kepada tindakan sublimatif dan konstruktif. Hal ini perlu dilakukan sejak dini karena seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang dari kalangan remaja. Seperti krisis moral/dekadensi moral, tawuran antar siswa serta semakin banyaknya pemakaian narkoba. Karena Akhlaqul karimah ini merupakan sesuatu yang sangat penting maka harus ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berjiwa suci dan memiliki budi pekerti yang baik. Sekolah merupakan salah satu tempat membina, mempersiapkan anak didik dan tempat anak bergaul dengan teman sebaya serta tempat berkumpul para guru. Oleh karena itu, sangat perlu sekali jika pembinaan akhlak tersebut dilakukan melalui pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah, di samping dalam kehidupan keluarga, karena dalam pembelajaran aqidah akhlak banyak memuat materi-materi yang mengarahkan siswa untuk selalu bersikap terpuji serta menjauhi perbuatan yang tercela. Dalam melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak hendaknya bertujuan membentuk kepribadian yang baik dan yang paling penting adalah usaha mencari ridla Allah SWT, jauh dari pekerjaan tercela, mencuri, berbohong, jarang sholat, sehingga dalam pembelajaran Aqidah Ahklaq siswa mampu menangkap pesanpesan yang dapat membawa dirinya pada kemuliaan tinggi yang sesuai dengan ajaran syari’at Islam serta dapat menjadi panutan bagi masyarakatnya kelak ketika sudah dewasa nanti. Pendidikan di sekolah yang hanya mementingkan aspek kognitif saja membuat situasi dan lingkungan mulai mengalami pergeseran, siswa dianggap gagal dalam pendidikan jika ia tidak dapat mendapatkan nilai standar yang menjadi acuan. Siswa dipacu untuk meningkatkan nilai prestasinya setinggi mungkin, tanpa memperhatikan kesanggupan mental siswa itu sendiri. Aspek 4 afektif dan aspek pskimotorik di sekolah-sekolah kurang mendapat perhatian serius, karena dianggap sebagai pelengkap saja. Akhirnya, banyak siswa yang sudah terbiasa dalam komunitas yang kurang baik. Berbuat curang dan menyontek saat ulangan seakan-akan sudah menjadi budaya. Maka tak jarang kita temui di masyarakat, banyak siswa yang nilainya bagus tetapi kepribadiannya jelek. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003, serta berdasarkan visi dan misi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Adapun tujuan pendidikan nasional adalah untuk “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4 Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa, dan yang mengajar yakni guru dan berkaitan erta dengan manusia didalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja.5 Ketika guru menjadi pembelajar, siswa pun akan relatif mudah di dorong menjadi pembelajar. Asumsinya, upaya guru mengubah perilaku siswa akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh ketimbang menyuruh. Siswa akan jauh lebih mudah diajak oleh orang dewasa ketimbang diperintah. Kontinuitas perilaku siswa sebagai guru pembelajar akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika 4 Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 208. 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaj Rosdakarya, 2009), Cet. 23, h. 6 5 pembentukannya dilakukan melalui penyadaran, bukan melalui pengkondisian, apalagi pemaksaan.6 Ketika guru menginginkan murid-muridnya rajin belajar, hobi membaca, maka sang guru tidak boleh juga mengabaikan hal-hal tersebut. Sebagai guru mestinya lebih rajin belajar, juga lebih rajin membaca. Ia akan menjadi orang pertama yang melaksanakan apa yang ia ajarkan. Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran, berhasil tidaknya suatu pendidikan bisa dilihat dari kualitas sang pendidik. Pendidik menjadi panutan dan teladan bagi siswanya, guru dapat menjadi idola bagi murid jika sang guru dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh muridmuridnya, jika sang guru tak dapat memenuhi apa yang diinginkan oleh murid maka guru itu kurang menjadi perhatian mereka. Dalam pribahasa dikatakan “Guru kencing berdiri murid kencing berlari”, pribahasa ini mempunyai arti yang sangat dalam, orang yang sangat berpengaruh dalam kepribadiannya adalah sang guru. Guru menjadi sumber keteladanan bagi sang murid. Seperti yang disebutkan di atas bahwa guru merupakan alat pendidikan agar tercapainya keberhasilan pendidikan, karena seorang guru merupakan sosok yang setiap hari berinteraksi dengan murid. Tugas dan peran seorang guru bukanlah hanya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi ia juga sebagai sosok tauladan, pengelola kelas, mediator dan fasilitator serta evaluator. Mengingat kualitas personal guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan siswa, maka peneliti akan meneliti lebih lanjut lagi dalam skripsi berjudul “UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI MTS MA’ARIF SABIILUL HUDAA BOGOR”. 6 Sudaran Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-jabatan, Induksi, ke Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. 1, h. 205. 6 B. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat di identifikasi peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan yang dikembangkan sekolah masih kurang memperhatikan aspek pembinaan akhlak siswa. 2. Kurangnya upaya guru akidah akhlak di dalam membina akhlak siswa 3. Pengaruh signifikan yang mengindikasikan adanya perbaikan akhlak siswa sebagai hasil upaya guru akidah akhlak. 4. Cara guru dalam membina akhlak siswanya. C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Dari sejumlah masalah yang diidentifikasi, peneliti membatasi pada “Apakah pembelajaran Akidah Akhlak Di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor Efektif Dalam Membina Akhlak Siswa?”. Berdasarkan masalah yang telah dibatasi peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1. Upaya apakah yang di tempuh guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor? 2. Bagaimana akhlak siswa MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi akhlak siswa MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor? D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh oleh peneliti dari penyusunan skripsi ini adalah: “Untuk mengetahui upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa”. Dari penelitian ini, ada beberapa manfaat yang peneliti inginkan dari penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Diharapkan dapat meningkatkan perhatian para guru dan khususnya guru akidah akhlak terhadap pembelajaran akidah akhlak. 7 2. Dapat memberikan informasi terhadap para siswa bahwa keberhasilan pendidikan itu tidak hanya dilihat nilai raportnya saja tetapi akhlak yang baik juga harus diperhatikan. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Kata tersebut ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan cara, perbuatan menjadikan orang atau mahuk hidup belajar.1 Adapun beberapa pengertian pembelajaran menurut istilah adalah sebagai berikut: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan 1 Tim Redaksi Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. 4, h.23 8 9 kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana belajar yang telah diprogramkan. Suatu aktivitas yang dengan sengaja melalui perencanaan oleh pihak guru untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.2 Kata pembelajaran atau “instruction”. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan hasil teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segalasesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan sebagainya, siswa diposisikan sebagai subjek belajar dalam prosesnya siswa dituntut beraktivitas secara penuh. Sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.3 Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Yudhi Munadi ia menyatakan “Dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran”.4 Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar (guru) secara 2 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 14 3 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1 h. 213 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, h. 4 10 sistematis untuk membuat siswa belajar, dengan mengkoordinasikan tujuan, media, bahan, metode, dan evaluasi atau penilaian sehingga tercapainya kurikulum dalam proses belajar mengajar. A. Model Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar seorang guru berkewajiban membawa atau memfasilitasi siswa agar belajar aktif, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak disampaikan dapat berjalan dengan baik. Maka dari itu guru harus memahami apa yang dimaksud dengan model pembelajaran. Sebelum membahas model pembelajaran, terlebih dahulu penulis mendefinisikan model terlebih dahulu, model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang terorganisir secara sistemik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam pembelajaran terdapat beberapa istilah yang sering dijumpai untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, seorang guru harus memahami dan dapat menerapkan beberapa istilah tersebut ke dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Seperti pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik istilah-istilah ini terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka akan terbentuk apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. 11 B. Strategi Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar guru merupakan komponen yang terpenting, guru diharapkan dapat memahami apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran guru dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Di dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pemebelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.5 Pendapat dari Moedjiono (1993), strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspekaspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu. 6 C. Media Pembelajaran Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru diharapkan dapat mengelola dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video, televisi, slide, dan sebagainya. Guru dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya, berhasi dan tidaknya 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. 5, h. 126 6 Dra. Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 37 12 proses belajar dan mengajar bagaimana guru dapat menyampaikan bahan ajar kepada murid dengan baik, sehinggga tercapainya tujuan dari pembelajaran. Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟ atau „perantara‟. Dalam bahasa Arab, media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah. Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut.7 Dalam proses belajar mengajar seorang guru menyampaikan materi belajar dengan pesan, kemudian pesan yang bersifat abstrak diproses dan diterima, dipahami oleh siswa yang disebut dengan bahasa. Karena guru dan bahasanya tidak bisa dipisahkan maka gurulah yang dianggap sebagai media. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. D. Materi Pembelajaran Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan Pembelajaran. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. 7 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), Cet. 1, h. 6 13 Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran dan materi pembelajaran pun hendaknya benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. E. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, bakat, minat, intelegensi, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa. Ada beberapa pengertian evaluasi; Wand dan Brown (1957) mendefinisikan evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu yang dievaluasi. Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu.8 Beberapa fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran yaitu: a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik siswa. b. Evaluasi merupakan alat yung penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum. d. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier. 8 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik...., h.335 14 e. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai. f. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan disekolah dalam rangka memperbaiki, misalnya untuk siswa, orang tua siswa, guru dan pengembang kurikulum.9 Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna menghasilkan informasi yang meyuruh tentang proses belajar mengajar. Dan dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui hasil yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar, serta mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat tercapai dengan baik. 2. Akidah Akhlak A. Pengertian Akidah Kata “akidah” di ambil dari kata dasar “al aqdu” yaitu ar-rabih (ikatan), al-ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), al-tawatstsuq (yang menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikat dengan kuat), al-tamaasuk (pengokohan) dan itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti alyaqun (pengokohan) dan al-jazmu (penetapan). Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surah al-Maidah ayat 89; 10 9 Ibid., h.339 10 Al-Quranul Karim dan Terjemahannya, Depag, 2011 15 “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpahsumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang bisa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkn kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” Akidah secara etimologis berarti yang terikat. Setelah terbentuk menjadi kata, akidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis berarti keyakinan hidup iman dalam arti khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.11 Beberapa tokoh lain memberikan pengertian sebagai berikut: Menurut Mohammad Daud Ali, aqidah adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengingat dan menjadi sangkutan dan gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman dan keyakinan. Akidah Islam 11 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 1, h.124 16 (aqidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.12 Jamil Shaliba dalam Kitab Mu‟jam al-Falsafi, mengartikan akidah adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Karakteristik akidah bersifat murni, baik dalam isi maupun prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah. Keyakinan tersebut sedikit pun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena akan berakibat penyekutuan (musyrik) yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah SWT.13 Ayat al-Qur‟an yang tepat untuk kita jadikan dasar aqidah adalah QS. AnNisa ayat 135; 14 Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benarbenar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata- 12 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.199 13 Muhammad Alim, loc. cit. h. 124 14 Al-Quranul Karim dan Terjemahannya, Depag, 2011 17 kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”. Dari pengertian di atas, aqidah pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan pengertian keimanan dan bersifat sesuatu yang mendasar, karena bahasannya mengenai pokok-pokok dalam ajaran Islam dalam hal keimanan, seperti iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir dan iman kepada Qada dan Qadar. Kesemuanya itu menyangkut masalah keyakinan yang tidak boleh bercampur dengan keraguan. B. Pengertian Akhlak Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Secara bahasa (etimologi) pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab yang berarti: perangai, tabiat, adat, kejadian, buatan, dan ciptaan. Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para tokoh telah banyak mendefinisikan, diantaranya: 1) Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. 2) Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.15 15 Muhammad Alim, op. cit., h. 151. 18 3) Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan. 4) Ibrahim Anis mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya. 5) Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiassaan baik dan buruk. 6) Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia. 7) Hamzah Ya‟qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: a) Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. b) Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.16 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlaq merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia kemudian muncul secara spontan apabila diperlukan untuk melakukan perbuatan atau berkehendak tanpa adanya dorongan dari luar. 16 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 2007), Cet. 1, h. 3 19 Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak didik, yaitu: 17 a) Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih. b) Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan. c) Seorang pelajar harus tabah dalm memperoleh ilmu pengetahuan dan bersedia pergi merantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi ke tempat yang jauh untuk memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu. Demikian pula ia dinasehatkan agar tidak sering menukar-nukar guru. d) Seorang anak murid wajib menghormati guru dan berusaha agar senantiasa memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacammacam cara. C. Ruang Lingkup Akhlak Ruang lingkup akhlak dapat diambil dari intisari dari ajaran islam itu sendiri. Berikut ini uraian tentang pokok-pokok akhlak dalam Islam: a. Akhlak terhadap Allah Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai mahluk, kepada Tuhan sebagai khalik. 18 17 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1, h. 18 Muhammad Alim, op.cit., h. 152 82 20 Terdapat empat alasan manusia harus berakhlak atau menghambakan diri kepada Allah: 19 1) Allah yang telah menciptakan manusia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat At-Thariq; bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam rahim ibu. Allah berfirman dalam (QS.At-Thariq: 5-7) : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan. Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” 2) Allah yang telah memberikan kelengkapan panca indera yang meliputi penglihatan, pendengaran, akal pikiran, dan hati sanubari. Hal ini telah dijelaskan dalam surat An-Nahl Allah berfirman dalam (QS.An-Nahl:78) : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” 19 Ibid., 152-153 21 3) Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan untuk kehidupan manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tuimbuhan, udara, air, binatang ternak dan lain sebagainya sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Jatsyiah: Allah berfirman dalam (QS.Al-Jatsyiah: 12-13) : “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar kepadanya dengan seizin-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. dan dia telah menundukkan untukmu apa yang dilangit dan apa yang dibumi semuanya (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” 4) Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan unutuk menguasai daratan dan lautan. Hal ini tercantum dalam surat Al-Isro Allah berfirman(QS. Al-Isra‟:70) : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak adam, Kami angkut mereka didaratan dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami 22 lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” Adapun akhlak kepada Allah antara lain:20 1) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apapun dan siapapun juga. Allah berfirman dalam (QS.At-Taubah: 24) : “Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” Dalam Hadis Riwayat Muslim dijelaskan bahwa: “Tiga hal yang apabila seseorang dapat merelisasikannya, maka ia akan merasakan lezatnya keimanan, yaitu; 1. Menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai sesuatu yang paling dicintainya dan selainnya, 2. Mencintai seseorang, tiada lain mencintainya kecuali hanya karena Allah, 3. Benci 20 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama ..., h. 356-357. 23 apabila dirinya terjerumus kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya apabila dijerumuskan ke dalam api neraka” (HR.Muslim) 2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. 3) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah. 4) Mensyukuri nikmat dan karunia-Nya 5) Menerima dengan ikhlas semua Qada‟ dan Qadar illahi setelah ikhtiyar (beusaha) 6) Memohon ampun hanya kepada Allah 7) Bertaubat hanya kepada Allah 8) Tawakal (berserah diri) kepada Allah b. Akhlak kepada sesama manusia Akhlak kepada sesama manusia tidak hanya dalam bentuk larangan untuk melakukan hal-hal negatif kepada mereka, seperti membunuh, menyakiti, atau merampas harta tanpa alasan yang dibenarkan, namun juga menceritakan aib orang lain tidak peduli hal itu benar atau salah. Bentuk-bentuk akhlak kepada sesama manusia meliputi: jujur, ikhlas, amanah, tawadu, sabar, kasih sayang, pemaaf, penolong, berani, adil, rajin, kreatif, sederhana, berfikir positif, dermawan, toleransi, berbakti kepada orang tua, dan iffah. Jika sikap-sikap tersebut terwujudkan dalam kehidupan umat muslim, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis. Akhlak kepada manusia dapat dirinci menjadi: 1) Akhlak kepada rasul, berupa; mengikuti sunnahnya dan menjadikan rasul sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman dalam (QS.alQalam: 4) : 24 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam bersabda: “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga dia mencintai diriku melebihi cintanya kepada anak dan orang tuanya serta seluruh manusia yang lainnya.”(HR. Al-Bukhary No.15) 2) Akhlak kepada orang tua, berupa: mencintai mereka melebihi cinta terhadap kerabat lain, merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang tua dengan rasa hormat dan sopan, berbuat baik kepada mereka, dan mendoakan keselamatan dan ampunan untuk mereka. Allah berfirman dalam (QS. Al-Isra:23) : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyentuh selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. 25 3) Akhlak terhadap diri sendiri, berupa: memelihara kesucian diri, menutup aurat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar, rendah hati, malu melakukan perbuatan jahat, menjauhi dengki, menjauhi dendam, berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain, dan menjauhi segala perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. Allah berfirman dalam (QS.An-Nur: 58) : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sholat shubuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sholat Isya‟ (itulah) tiga „aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagiaan kamu (ada keperluan) kepada sebahagiaan (yang lain)). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 4) Akhlak kepada masyarakat, berupa: memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling tolong menolong dalam kebaikan, menganjurkan anggota masyarakat untuk berbuat baik, dan 26 mencegah diri sendiri, orang lain melakukan perbuatan jahat, memberi makan orang fakir miskin, berusaha melapangkan kehidupan masyarakat, bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan bersama, mentaati keputusan yang telah diambil, menunaikan amanah, dan menepati janji.21 Allah berfirman dalam (QS. Al-Imran: 134):22 “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang –orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” c. Akhlak Terhadap Lingkungan Lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu selain manusia, baik berupa bintang, tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak bernyawa lainnya. Pada prinsipnya, akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan cara menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dengan kata lain, kita di tuntut untuk tidak dzalim. Adanya akhlak manusia terhadap lingkungan berasal dari adanya prinsip bahwa manusia adalah khalifah di dunia, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran. Kekhalifahan disini mengandung arti bahwa manusia dituntut untuk mengayomi, memelihara serta mengarahkan agar makhluk dapat penciptaannya. Allah berfirman dalam (QS. Al-Hasyr: 5) : 21 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama ..., 357-358 22 Al-Qur‟an dan terjemahannya, Depag, 2011 mencapai tujuan 27 “Apa saja yang kamu terbang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri diatas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” Akhlak terhadap lingkungan dapat berupa: sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewan dan tumbuhan (fauna dan flora) yang sengaja diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, dan sayang terhadap sesama makhluk.23 D. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak Ruang Lingkup pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi: a. aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, asma‟ul husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, serta Qhada dan Qadar. b. aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhid, ikhlas, ta‟at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, qanaa‟ah, tawadhu‟, husnuzhzhan, tasamuh, dan ta‟aawun, berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja. 23 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.359 28 c. aspek akhlak tercela meliputi: kufur, syirik, riya‟, nifak, ananiyah, putus asa, ghadlab, tamak, takabur, hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah.24 E. Tujuan Studi Pembelajaran Akidah Akhlak Akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.25 Dari uraian mengenai ruang lingkup akidah akhlak diatas, maka tujuan mempelajari akidah akhlak yaitu:26 a) menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 24 Abd. Rozak dkk, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Ciputat: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), Cet. 1, h. 580. 25 Ibid., h. 577 26 Ibid., h. 578 29 b) mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. F. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah PP RI No. 47 tahun 2008 tentang wajib Belajar, Bab 1 tentang Ketentuan Umum, pasal 1 ayat 6 menyatakan “Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs. adalah salah satu bentuk kesatuan pendidikan formal yang menyelengarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat, didalam pembinaan menteri agama”. Penyusunan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan mereview Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek keimanan/akidah dan akhlak untuk SMP/MTs serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II. 1/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006, tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa madrasah dapat meningkat kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.27 B. Hasil Penelitian yang Relevan Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua penelitian yang peneliti kemukakan. 27 Ibid., h. 576 30 Pertama, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa di SMPN 10 Tangerang Selatan, dengan menggunakan metode deskriptif analsis. Teknik pengumpulan datanya dengan cara menyebarkan angket. Penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus Product Moment, kemudian penulis menggunakan rumus Koefisien Determinasi untuk mencari besar persentase pengaruhnya. Hal ini menunjukan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki pengaruh terhadap akhlak siswa.28 Kedua, Penelitian ini ingin mengetahui apakah Keteladan guru Pendidikan Agama Islam khususnya, dan guru mata pelajaran lainnya memberikan kontribusi terhadap pembentukan akhlak siswa SD. Penilitian ini menggunakan rumus product moment. Setelah mengkonsultasikan hasil penelitian dengan harga r product moment, ternyata rxy lebih besar daripada r tabel, baik pada taraf signifikansi 1% (0,345 > 0,250), maupun pada taraf signifikansi 5% (0,345 > 0,325). Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembentukan kepribadian Islami siswa siswa SD Alam Ciganjur-Jakarta Selatan.29 Contoh yang penulis kemukakan diatas hanya mengemukakan sebatas menguji hipotesis yang sudah ada dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sedangkan penulis berbeda dengan kedua penelitian tersebut diatas dari segi pendekatan dan metode penelitiannya. Penulis memilih penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, sebab penelitian yang akan penulis lakukan bersifat fenomenologi, yang tidak cukup hanya sebatas menguji hipotesa-hipotesa yang sudah ada. Penulis mencoba menggali lebih dalam lagi permasalahan-permasalahan yang akan penulis teliti dilapangan. 28 Muhtar, Pengaruh Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap akhlak siswa di SMPN 10 Tangerang Selatan, 5 Juli 2014, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1975. 29 Siti Nur Faizah, Keteladanan guru dan kontribusinya terhadap pembentukan akhlak siswa SD Alam Ciganjur-Jakarta Selatan, 5 Juli 2014, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ handle/123456789/4074. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2014 hingga hingga bulan Juli 2014. B. Latar Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor Sejarah singkat serta perkembangan MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor sejak dibukanya Lembaga Pendidikan pada tahun 2007 hingga sekarang yang telah berusia 7 tahun. Gedung sekolah MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa ini berlokasi di Jl. Bojong Jengkol RT 03 RW 10 Desa Cilebut Barat Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor 16710. Lembaga madrasah ini berdiri diatas luas tanah 3.953 m2. Prasarana yang terdapat di lembaga madrasah tersebut adalah Area bermain dan lapangan olahraga seluas 520 m2, memiliki 3 ruangan kelas, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruang Laboratorium IPA, 1 ruangan kepala sekolah, 1 ruangan guru, ruang UKS, kantin sekolah, toilet laki dan perempuan serta tempat ibadah. 31 32 Sesuai dengan tuntutan jaman, penyesuaian kurikulum serta kebutuhan masyarakat, maka sekolah MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa mengalami perubahan dan peningkatan siswa-siswi dari tahun ke tahun sejak dibukanya Lembaga Madrasah pada tahun 2007. Siswa-siswa yang diterima dari tamatan Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah. Kegiatan belajarnya dilakukan pada pagi hari hingga siang hari. Adapun profil sekolah pada saat ini, bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 3.1 Profil Sekolah Profil Sekolah Nama Sekolah MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor Nama Kepala Sekolah Romli, S.Pd Jl. Bojong Jengkol RT 03 RW 10 Desa Alamat Cilebut Barat Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor 16710 Tahun berdiri MTS 2007 Surat Tanah Yayasan Status Hak Milik Yayasan Lektur Luas Tanah 3.953 Status Bangunan Hak Milik Yayasan 33 2. Keadaan Guru Guru yang mengajar di MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor berjumlah 10 orang. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Keadaan Guru MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor No Nama Pendidikan Akhir Bidang Ilmu/Jurusan 1 Romli, S.Pd S1 Kepala Madrasah 2 Nurseha, S.Pd S1 Geografi 3 Taufiq, S.Pd S1 Akidah Akhlak 4 Nurlaitul Wahidah, S1 Al-Qur’an Hadits S.Ag 5 Husnul Khotimah, S1 Fiqih S1 Komputer S.Pd.I 6 Muhammad Iqbal, S.Pd 7 Z. Bachrul Alam D3 Matematika 8 Sofiana, S.Pd S1 Bahasa Arab 9 Nurul Prihatini, S1 PPKN SMK Bahasa Inggris 11. Ahmad, S.Pd S1 Bahasa Indonesia 12 Leni Astuti, SE S1 Ekonomi 13 Mustapa, SH S1 Bahasa Indonesia 14 Ismail, S.Pd.I S1 IPS Sejarah 15 Amiroh, S.Pd S1 Fisika 16 Husein S.Pd 10 Eli Ermawati, S.Pd.I Akbar, S1 Biologi S.Pd.I 17 Abdul Rosid, S.Pd S1 Sejarah Islam Kebudayaan 34 18 Hatta, SH S1 Seni Budaya 19 Deddy, SE S1 Penjaskes 20 Halimatussa’diyah, S1 Kimia S.Kom Dari data di atas dapat dilihat bahwa latar belakang pendidikan tenaga pengajar di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor adalah mayoritas S1. Hal ini sesuai dengan tuntutan tenaga pengajar untuk tingkat MTS harus memiliki ijazah Sarjana. 3. Keadaan Siswa Mengenai keadaan siswa ditinjau dari kuantitas siswa MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor keseluruhan berjumlah 216 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3.3 Siswa Siswa Mutasi Siswa Awal Bln Masuk Kls I II III Juml ah Keluar L P Jml L P Jml L P 20 12 32 - - - - 27 - 27 - - 25 13 38 - 14 - 14 32 10 23 Siswa Akhir Bln Jml L P Jml - - 20 12 32 - 1 - 1 26 - 26 - - - - - 25 13 38 - - - - - - 14 - 14 42 - - - - - - 32 10 42 - 23 - - - 1 - 1 22 - 22 14 15 29 - - - - - - 14 15 29 13 - 13 - - - - - - 13 - 13 168 50 218 - - - 2 - 2 166 50 216 35 Alur penanganan siswa bermasalah di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 3.1 Alur Penanganan Siswa Bermasalah Kepala Sekolah Wa.KepSek Bidang Kesiswaan Staff Wa.KepSek Bid. Kesiswaan/Pembina OSIS Tidak Selesai BP/BK Wali Kelas Guru Piket Guru Siswa Bermasalah/Langgar Tata Tertib 4. Visi dan Misi Sekolah a. Visi “Lulusan MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor mampu berdaya saing dalam menghadapi era globalisasi, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi” b. Misi 1) Mengembangkan sistem pendidikan yang fleksibel dan berwawasan global, berdasarkan iman dan taqwa serta budi pekerti luhur. 2) Mengintegrasikan pendidikan yang berwawasan mutu dan keunggulan profesi serta berorientasi masa depan. 3) Mewujudkan pelayanan prima dalam upaya pemberdayaan sekolah dan masyarakat. 36 4) Mengembangkan iklim belajar berakar pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia serta mengembangkan materi pembelajaran sesuai kebutuhan dan perkembangan IPTEK. 5) Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik, cerdas, terampil dan profesional serta dapat mengembangkan diri secara berkesinambungan. C. Metode Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang ingin diteliti penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Karena menurut peneliti untuk memberikan pemahaman secara mendalam tidak cukup penelitian ini hanya mengandalkan data statistik atau data kuantitatif semata, karena penomena yang menyangkut prilaku harus diamati secara mendalam dan holistik. Oleh sebab itu pendekatan kualitatif diyakini memberikan gambaran dan jawaban terhadap apa yang diharapkan peneliti dalam memahami fenomenologi tersebut. “Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan situasi apa adanya tentang gejala atau keadaan dari hasil temuan di lapangan. Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata- kata atau gambar bukan berupa angka atau statistika. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam peneletian ingin membuktikan dugaan tetapi 1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet, 11, h. 2 37 tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk memperoleh berbagai jenis data sebagai mana yang terjadi di lapangan, dalam hal ini adalah MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara atau interview, pengamatan dan dokumentasi. Mengenai teknik pengumpulan data pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar sebagai beikut: Gambar 3.2 Macam Teknik Pengumpulan Data Macam Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Dokumentasi a. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh Pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Informan). Teknik ini dilakukan dengan cara dialog (face to face atau calling) untuk mengetahui informasi yang mendalam. Dalam hal ini pewancara memakai “wawancara tak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan”.2 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), Cet. VIII, h. 233. 38 Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui seputar masalah pembelajaran akidah akhlak dan siswa kelas VIII di MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. Kepada beberapa orang informan diantaranya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Para Guru bidang Studi, rekan Guru bidang studi untuk memperoleh informasi seputar masalah akhlak Siswa dan pembelajaran akidah akhlak. Wawancara tersebut menggunakan wawancara semi terstruktur. Dengan panduan yang dipertanyakan seputar masalah kepemimpinan, tanggung jawab, kematangan emosi, sosialisasi diri, disiplin, kerjasama, kreativitas dan inovasi, cara berbusana dan etiket, kebersihan, dan intensitas bimbingan. b. Observasi “Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila: Pertama, sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, direncanakan dan dicatat secara sistematis. Dan ketiga, dapat dikontrol keandalannya dan kesahihannya”. “Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucap, bagaimana teori digunakan langsung dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara atau survei”. Pada tahap ini, peneliti mengamati langsung dan mencatat informasi yang peneliti temukan seputar pembelajaran akidah akhlak dan akhlak siswa kelas VIII di MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa. Dengan panduan yang di observasi seputar masalah kepemimpinan, tanggung jawab, kematangan emosi, sosialisasi diri, disiplin, kerjasama, kreativitas dan inovasi, cara berbusana dan etiket, kebersihan, dan intensitas bimbingan. Menurut Spradley yang dikutip oleh Sugiyono bahwa tahapan observasi ada tiga tahap, yaitu: 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi.3 3 Sugiyono, ibid., h. 230. 39 Jadi dalam melakukan observasi yang peneliti lakukan adalah terlebih dahulu mengetahui sistuasi sosial yang menjadi obyek penelitian. Kemudian peneliti fokuskan pada aspek tertentu agar penelitian tidak terlalu melebar dan meluas. Setelah itu peneliti uraikan fokus yang ditemukan agar diperinci lagi untuk mendapatkan komponen yang lebih rinci. c. Pengumpulan Dokumen “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah belalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan”.4 Dokumen yang peneliti dapatkan berupa foto-foto, penilaian siswa dan Absensi dari Guru Bimbingan Konseling. Dokumen ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan memeriksa kelengkapan data yang peneliti butuhkan. 2. Tahap-Tahap Pengolahan Data Tahap-tahap ini terdiri atas: a. Tahapan Pralapangan 1) Menyusun Rancangan Penelitian Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun rancangan penelitian dengan membuat proposal penelitian yang harus dikonsultasikan kepada Ketua Jurusan kemudian diseminarkan dalam seminar proposal skripsi dan disetujui oleh penguji, lalu mendapatkan dosen pembimbing. 2) Menentukan Lapangan Penelitian Karena keterbatasan waktu serta dana yang ada, maka peneliti mengadakan kegiatan ini dilokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal, sehingga bisa membuat peneliti lebih mengenal lebih dekat siswa siswi di MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa dan bisa lebih mudah dalam mengumpulkan informasi dan data. 3) Mengurus Izin Sebelum memulai penelitian ini, peneliti harus mengurus perizinan agar kegiatan yang akan dilakukan berjalan lancar tanpa hambatan apapun, 4 Sugiyono, ibid., h. 240. 40 adapun izin yang diurus yaitu surat permohonan izin penelitian dan surat permohonan izin observasi dari jurusan, pembantu Dekan Bidang Akademik FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelum terbitnya surat izin dari Fakultas, penulis secara langsung berkonsultasi dan meminta izin dengan para pimpinan MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 4) Menjajaki Lapangan Tahap ini berupaya untuk mengenal berbagai komponen yang ada di lingkungan objek penelitian dan merupakan studi pendahuluan mulai awal bulan Mei 2014 untuk mengetahui kondisi awal dari objek yang diteliti. 5) Memilih dan Memanfaatkan Informan Dalam penelitian ini ada lima Key Informan yang akan diwawancarai yaitu siswa siswi kelas VIII MTs Ma’arif Sabiilul Huda Bogor. b. Tahapan Kerja Lapangan 1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Untuk pekerjaan dilapangan, peneliti perlu mengenal kondisi objek yang diteliti baik secara fisik (sekolah) maupun pelaku yang ada di dalam sekolah tersebut (Kepala sekolah, guru, staff dan siswa) meskipun tidak semuanya dapat dikenal secara keseluruhan. 2) Memasuki Lapangan Di tahap ini yang paling penting karena ditahap ini peneliti harus berusaha berbaur dengan objek yang akan diteliti seperti adanya keakraban dengan lingkungan objek, mengenal beberapa peraturan yang ada serta adanya peranan peneliti dalam kegiatan ini seperti aktif dalam mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. 3) Mencatat Data Data yang diperoleh dituangkan melalui alat penelitian yang biasa digunakan yaitu catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengobservasi, wawancara dan dokumentasi. 41 4) Analisis Lapangan Walaupun penelitian yang dilakukan belum selesai namun peneliti dapat mengadakan pengamatan yang telah dilakukan selama beberapa waktu dengan tujuan merumuskan sebagian konsep sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan meskipun kesimpulan tersebut belumlah tepat. c. Tahapan Analisis Data Konsep dasar analisis data dalam hal ini akan mempersoalkan pengertian, waktu pelaksanaan, maksud dan tujuan serta kedudukan analisis data. Dari rumusan yang telah dibuat peneliti diharapkan dapat menarik garis bawah analisis data yang pertama adalah mengorganisasikan data berdasarkan informasi yang ada seperti dengan melihat catatan lapangan dan foto. E. Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk menghindari berbagai kesalahan dalam penelitian, maka peneliti memeriksa kembali tentang keabsahan data yang di dapat. Oleh sebab itu, pemeriksaan keabsahan data sangat penting untuk menghindari berbagai kekeliruan dalam penelitian. Adapun cara memeriksa keabsahan data, akan peneliti paparkan sebagai berikut: 1. Perpanjangan Keikut-Sertaan Pada tahap ini memungkinkan peneliti lebih mengenal kondisi keadaan yang diteliti. Karena peneliti terjun langsung ke lokasi dalam waktu yang cukup panjangan, dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distori, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek. 2. Ketekunan Pengamatan Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol baik berada di kelas maupun di luar kelas. Pengamatan ini, peneliti fokuskan pada pokok permasalahan yang akan diteliti, agar mendapatkan data yang kuat. 42 3. Triangulasi Untuk mendapatkan keabsahan data, maka peneliti menggunakan triangulasi agar mendapatkan pembanding data dan pengecekkan data. Dengan membandingkan berbagai metode sumber data yang telah peneliti dapatkan, maka data yang peneliti dapatkan akan menjadi lebih keabsahannya. 4. Pengecekan Sejawat Untuk memberikan ruang pengontrolan terhadap data sementara, maka peneliti mendiskusikan dan mengekspos temuan yang di dapat pada rekan, guru studi, guru BP/BK, dan para guru. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberi informasi lebih lanjut dan mengecek kembali data yang telah di dapat. 5. Kajian Kasus Negatif Pada tahap ini, mencari temuan pembanding terhadap hasil sementara data peneliti. Seperti, jika 99% anak mempunyai akhlak baik dan 1% anak mempunyai akhlak kurang baik. Dengan adanya kasus yang berbeda ini, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dan data yang di dapat akan lebik kredibel. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.5 Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah 5 Sugiyono, op.cit., h. 244. 43 analisis ditujukkan pada gambar.6 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 3.3 Teknik Analisis Data Data collection Data reduction 1. Data display Conclusions: drawing/verifying Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan. Semua data merupakan hasil data mentah yang di peroleh peneliti. Semua data tersebut terfokus pada tujuan penelitian yang diinginkan. 2. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dipelajari dan dicermati, peneliti memilih data yang penting, membuat katagori dan membuang yang tidak terpakai. Langkah ini merupakan proses penyeleksian, penyederhanaan dan memfokuskan data yang diperoleh peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti, yaitu: Pertama, reduksi data yaitu memilih data yang dianggap penting dan mengkategorikannya. Kedua, data display yaitu mengelompokkan data dalam setiap kategori. Ketiga, verification yaitu memilih yang penting, membuat kategori dan membuang yang tidak dipakai. 3. Penyajian Data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya mendisplaykan data. Penyajiannya dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori yang bersifat 6 Sugiyono, op.cit., h. 246. 44 naratif. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya peneliti lakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Setelah reduksi data dan penyajian data sudah dilakukan maka langkah terakhir adalah dengan menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisis ini menggunakan ketiga komponen yang tersedia yaitu data wawancara, observasi dan dokumentasi. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi suatu obyek yang sebelumnya gelap menjadi terang setelah diteliti. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data tentang Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa di MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi dengan siswa selama 2 bulan. Pada dasarnya setiap manusia memiliki jiwa yang berpotensi untuk sangat cepat memberikan reaksi khusunya jika ia tidak memiliki kesadaran atau cara untuk mengendalikan emosinya.1 Kematangan emosi guru akidah akhlak baik pada waktu berlangsungnya proses belajar mengajar atau pun di luar jam pelajaran, sangat dibutuhkan di masa sekarang ini. Sebab dengan kematangan emosi guru akidah akhlak, maka akan terjalin hubungan keharmonisan baik terhadap siswa maupun terhadap rekan kerja dan permasalahan-permasalahan yang sering ditemui disekolah akan terselesaikan dengan baik. Kepemimpinan guru Akidah Akhlak di sekolah sangatlah dibutuhkan, berjalan tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada sikap kepemimpinan guru tersebut. Sebab jika tidak tegas dalam menentukan sikap dalam menghadapi siswa-siswanya, maka siswa akan merasa bebas tanpa ada yang mengaturnya dan jika hal ini sampai terjadi sangatlah dimungkinkan proses belajar mengajar akan mengalami hambatan. Jika proses belajar mengajar terganggu, maka pentransferan 1 Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet 1, h. 109 45 46 nilai-nilai ilmu pengetahuan juga akan terganggu dan ini menghambat terbentuknya nilai-nilai luhur ilmu pengetahuan dalam diri siswa-siswa. Tanggung jawab guru akidah akhlak lebih berat dari guru-guru bidang studi lainnya. Sebab selain ia sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu pengetahuan tentang akhlak, ia juga dituntut untuk mengemplementasikan seluruh ilmu pengetahuannya secara nyata dalam bentuk perbuatan sehari-hari. Sosialisasi diri guru akidah akhlak merupakan bentuk mawas diri terhadap perilaku atau perbuatan yang tercela. Seorang guru tidaklah pantas melakukan hal-hal yang terlarang yang dapat menjatuhkan dirinya dimata publik terutama dihadapan para siswa-siswanya, sebab ilmu akan tersampaikan dengan baik manakala guru tersebut menyesuaikan antara perkataan dengan perbuatannya sehari-hari. Masalah disiplin merupakan masalah yang penting dalam lingkungan sekolah. Guru akidah akhlak diharapkan menjadi tokoh penting dalam merealisasikan masalah disiplin. Dalam dunia kerja disiplin sangat menentukan kualitas seorang pekerja, begitu juga dalam dunia pendidikan tanpa disiplin maka proses belajar mengajar akan terhambat. Disiplin diri adalah kemampuan memposisikan diri ssendiri untuk mengambil tindakan tanpa menghiraukan suasana emosional.2 Kerjasama adalah bentuk manusiawi, sebab orang hidup di dunia pasti akan membutuhkan kerjasama pada lingkungan alam sekitarnya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kerjasama guru akidah akhlak dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah juga sangat dibutuhkan. Tanpa kerjasama yang baik maka proses belajar mengajar di sekolah akan terhambat. Kreativitas dan inovasi dalam proses pentransferan ilmu pengetahuan di sekolah sangat dibutuhkan. Siswa akan merasa bosan jika dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode pembelajaran yang monoton, tidak ada cara-cara yang lain dalam penyampaiannya. Cara berbusana dan etiket guru di lingkungan sekolah sangat dibutuhkan. Sebab siswa akan mencontoh siapa yang diidolakannya, jika guru sebagai 22 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, h.137 47 idolanya maka apa yang dilakukan guru akan menjadi referensinya. Maka tidak lah mengherankan jika siswa juga meniru gaya sang guru, baik dalam hal cara berbusana dan etekit guru baik maupun dalam hal yang lain. Masalah kebersihan dalam dunia pendidikan menjadi penting, sebab orang yang merasa berpendidikan akan memperhatikan kebersihan dilingkungannya. Intensitas bimbingan yang dilakukan guru akidah akhlak terhadap siswa-siswanya merupakan hal penting dalam membangun hubungan baik antara guru dan siswa. Semakin baik intensitas bimbingan maka akan semakin baik hubungan emosional siswa terhadap gurunya. B. Pembahasan Data yang telah dianalisis kemudian disajikan secara deskriptif berdasarkan yang telah diperoleh melalui instrumen penelitian berupa wawancara terbuka, hasil pengamatan dan studi dokumentasi. Wawancara dengan Key Informan untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur pada Key Informan dengan metode triangulasi. Sekolah merupakan suatu lembaga pentransferan nilai-nilai budaya kepada siswa. Setiap hari mereka mendapatkan berbagai macam budaya, nilai-nilai positif dan negatif akan mereka temukan selama mereka berada di rumah, masyarakat serta selama mereka berada di lingkungan sekolah. Nilai-nilai itu bisa mereka dapatkan baik secara langsung maupun tak langsung, mereka sadari atau pun tak mereka sadari. Kebiasaan yang sudah membudaya mereka peroleh dan temukan, akan membekas dan menjadi ingatan kuat dalam benaknya. Oleh sebab itu sekolah mempunyai inisiatif menciptakan lingkungan agamis dan nasionalis. Sebelum memulai pelajaran, siswa yang beragama muslim diwajibkan untuk mengikuti membaca al-quran, dzikir dan doa selama 15 menit yang dipandu oleh salah satu guru dari ruang kantor administrasi dengan pengeras suara yang dapat didengar diseluruh ruangan kelas. Budaya berjabat tangan, serta cium tangan terhadap orang yang lebih tua di lingkungan sekolah menambah kedekatan antar individu. Siswa merasa berada tak jauh beda dengan lingkungan di rumah, karena merasa punya orang tua setelah 48 di rumah. Guru merasa siswa didiknya bukan hanya sebatas sebagai peserta didik bahkan secara hubungan emosional, mereka mempunyai kedekatan yang erat. Suatu ketika ada guru yang meminta siswanya untuk memijat-mijat salah satu anggota badannya, setelah selesai guru tersebut tak malu-malu untuk balik memijat siswa yang telah memijatnya. Hal seperti ini jarang sekali kita temukan kalau antara peserta didik dan pendidik tidak ada kedekatan yang baik. Masalah akhlak siswa memliki bentuk beragam, walau pada umumnya bisa disebabkan oleh individu itu sendiri maupun lingkungan sekelilingnya. Dalam proses pendidikan di sekolah, para guru sadar bahwa keberhasilan pendidikan di sekolah bukan banyaknya prestasi yang di raih oleh sekolah, tetapi keberhasilan siswa bisa dilihat bagaimana budi pekerti siswa sewaktu masih bersekolah dan setelah lulus dari sekolah. Pada dasarnya pendidik/pembimbing yang paling utama bagi anak adalah orang tuanya, yang berkemampuan tinggi dalam melakukan komunikasi dengan mereka, dan menjadi suri tauladan dalam tingkah laku serta bersikap melindungi anak bimbingnya dari kesulitan-kesulitan yang ada, serta menunjukkan jalan pemecahan terhadap kesulitan yang dialami. Peran guru sebagai model dan teladan bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan Negara. Karena nilai-nilai dasar Negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Apalagi sebagai guru akidah akhlak, tentu nilai-nilai akhlak terpuji yang telah dicontohkan Rasulullah saw menjadi pegangan hidup dalam kesehariannya. 1. Kepemimpinan guru akidah akhlak dan siswa Kepemimpinan guru pai di sekolah sangat lah dibutuhkan, berjalan tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada sikap kepemimpinan guru tersebut. Sebab jika tidak tegas dalam menentukan sikap dalam menghadapi siswa-siswanya, maka siswa akan merasa bebas tanpa ada yang mengaturnya dan 49 jika hal ini sampai terjadi sangatlah dimungkinkan proses belajar mengajar akan mengalami hambatan. Jika proses belajar mengajar terganggu, maka pentransferan nilai-nilai ilmu pengetahuan juga akan terganggu dan ini menghambat terbentuknya nilai-nilai luhur ilmu pengetahuan dalam diri siswa-siswa. Dilapangan peneliti menemukan bahwa guru akidah akhlak dalam hal memimpin siswa sewaktu dalam proses belajar mengajar di ruang kelas adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa guru akidah akhlak dapat memimpin dengan baik. Ketika ia memulai (kegiatan belajar mengajar) KBM di kelas, siswa-siswa tenang dan tidak ada kegaduhan. Hal tersebut terlihat setiap ia menyampaikan materi pelajaran, disela-sela penyampaian sesekali ia mempersilahkan pada siswa untuk menanyakan materi pelajaran yang belum dimengerti siswa. Agar lebih kuat argumen peneliti, peneliti juga menanyakan kepada beberapa informan yang lain, baik dari pimpinan sekolah maupun pada siswa dan hasilnya juga baik. Guru akidah akhlak berlaku arif dan bijak dalam menghadapi siswa-siswanya. Hal ini mereka kemukakan bahwa guru akidah akhlak dalam mengajar di kelas bijak sana, guru akidah akhlak dapat membawa suasana belajar siswa lebih aktif dan menyenangkan. Terkadang guru akidah akhlak mengajar tidak di ruangan kelas, ia mengajak siswa-siswanya menuju masjid kemudian KBM dilaksanakan di sana. Hal demikian ia lakukan jika kondisi siswa mengalami kejenuhan belajar di kelas. Peneliti melihat siswa-siswa masuk kelas tepat waktu, membaca al-Qur’an dan doa sebelum pelajaran dimulai, serta menyiapkan buku pelajaran di meja. Semenjak peneliti berbulan-bulan di lokasi penelitian, peneliti amati siswa dari aspek kepemimpinan menunjukkan bahwa. Siswa masuk kelas tepat waktu setiap pelajaran mata pelajaran akidah akhlak akan dimulai. Begitu juga sebaliknya, guru akidah akhlak biasanya selalu tepat waktu dalam KBM di kelas. Setelah masuk guru akidah akhlak membiasakan siswa untuk membaca ayat alqur’an walau beberapa ayat yang dipimpin oleh salah satu siswa. Siswa dibiasakan untuk berani tampil kedepan dihadapan siswa lainnya, hal demikian membuat siswa cukup terbiasa dan berani tampil kedepan. Sebelum KBM 50 berlangsung siswa memang sudah meletakkan buku-buku pai di meja masingmasing. Dari hasil pengamatan peneliti, tergambar bahwa kepemimpinan seorang guru yang baik memberikan efek yang baik terhadap pertumbuhan perkembangan kepribadian siswa. Untuk membandingkan masalah kepemimpinan yang sudah dikemukakan peneliti mencari kasus negatif. Agar deskripsi yang peneliti ungkapkan ada perbandiangannya. Untuk itu peneliti mengambil kasus siswa yang suka telat masuk kelas dan suka ngombrol sendirian sewaktu KBM berlangsung. Kasus ini peneliti temukan dilapangan yaitu, ada siswa yang suka telat masuk kelas dan suka berisik sendiri sewaktu proses belajar mengajar dimulai. Peneliti penasaran kenapa hal itu bisa terjadi. Setelah peneliti selidiki dengan cara pengamatan dan wawancara, ternyata siswa yang suka telat masuk itu disebabkan tinggal dilingkungan yang jaraknya jauh dari tempat sekolah dan perjalanan yang tidak menentu waktu sampai ke sekolah. Sebab selain waktu sekolah yang masuk pagi jam 06.30 WIB, permasalahan armada transfortasi yang masih sedikit di samping itu perjalanan yang terkadang terhambat karena penuhnya kendaraan menjadikan ia tidak dapat memprideksi waktu sampai di sekolah. Sedangkan siswa yang suka berisik sendiri di kelas sewaktu jam pelajaran pelajaran, ternyata siswa tersebut cari-cari perhatian sebab siswa tersebut tinggal dilingkungan yang kurang hangat. Orang tua yang selalu sibuk dalam dunia kerjanya serta acuh tak-acuh terhadap anak-anaknya, menjadikan siswa tersebut kurang komunikasi dan perhatian dari orang tuanya. Hal inilah yang menjadikan ia ingin diperhatikan oleh temantemannya di kelas. 2. Tanggung jawab guru akidah akhlak dan siswa Tanggung jawab guru akidah akhlak lebih berat dari guru-guru bidang studi lainnya. Sebab selain ia sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu pengetahuan tentang akhlak, ia juga dituntut untuk mengemplementasikan seluruh ilmu pengetahuannya secara nyata dalam bentuk perbuatan sehari-hari. Hal inilah yang membedakan kenapa guru agama sangat penting dalam pembentukan kepribadian siswa. Selama peneliti berada dilapangan, peneliti memperhatikan guru yang bersangkutan dalam hal tanggung jawab adalah baik. Guru tersebut 51 selalu memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar di sekolah. Setiap selesai materi pembelajaran, ia selalu memberikan tugas pada siswasiswanya, baik berupa ulangan harian atau pun pekerjaan rumah. Ia selalu hadir ke sekolah, kalau pun berhalangan hadir masuk kelas karena ada tugas dari sekolah ia tetap memberikan tugas untuk dipelajari oleh siswa-siswanya. Data tersebut tidak hanya peneliti dapatkan dari hasil observasi, namun peneliti juga menanyakannya kembali kepada beberapa siswa dan guru piket. Peneliti membaur ditengah-tengah siswa agar lebih dekat dengan mereka, dari hasil berbaur ini peneliti lebih mudah memperhatikan dan menggali lebih dalam lagi tentang akhlak siswa secara natural dan holistik. Penomena-penomena di lapangan yang peneliti temukan, dapat mudah dipahami sebab informan yang memberikan informasi merasa santai tanpa ada tekanan darimana pun. Dalam perhatian peneliti, siswa-siswa dalam hal tanggung jawab ternyata siswa-siswa tersebut tergolong baik, hal ini peneliti simpulkan dari hasil pengamatan seperti antusiasnya para siswa dalam mengikuti upacara setiap hari senin, mematuhi kegiatan sekolah, dan mengikuti pelajaran. Setiap upacara bendera dilaksanakan sekolah peneliti perhatikan siswa mengikutinya dengan baik dan dengan rasa hikmat. Cara mereka berbaris dari awal sampai selesai tersusun dengan rapih dan tertib. Tidak terlihat siswa yang duduk-duduk ditengah kerumunan siswa yang lain saat pelaksanaan upacara dilaksanakan. Siswa juga mengikutinya sampai pelaksanakan sholat jum’at berlangsung. Siswa juga mengikuti pelajaran akidah akhlak dengan baik, tidak ada siswa yang bolos ditengah-tengah KBM berlangsung. Hal tersebut selain dari hasil penilaian guru yang peneliti dapatkan, peneliti juga bandingkan dengan pengamatan peneliti secara langsung. Adapun siswa yang bermasalah dalam hal tanggung jawab, hanya mengenai masalah upacara bendera pada hari senin. Siswa terlambat datang ke sekolah dikarenakan masalah transfortasi pedesaan yang sering terhambat. Dari hasil wawancara dan pendekatan yang peneliti temukan pada siswa-siswa yang sering terlambat sewaktu hari senin, peneliti temukan dan simpulkan bahwa siswa-siswa tersebut mengutarakan permasalahan jauhnya tempat tinggal mereka 52 dengan kendaraan yang mereka gunakan. Tempat tinggal yang jauh dari sekolahan dan kendaraan yang digunakan, menjadi alasan yang besar yang mereka ungkapkan menjadi sebab keterlambatan mereka masuk sekolah. 3. Kematangan emosi guru akidah akhlak dan siswa Kematangan emosi guru akidah akhlak baik pada waktu berlangsungnya proses belajar mengajar atau pun di luar jam pelajaran, sangat dibutuhkan di masa sekarang ini. Sebab dengan kematangan emosi guru akidah akhlak, maka akan terjalin hubungan keharmonisan baik terhadap siswa maupun terhadap rekan kerja dan permasalahan-permasalahan yang sering ditemui disekolah akan terselesaikan dengan baik. Setiap ada masalah mengenai kenakalan siswa, peneliti perhatikan guru akidah akhlak menangani permasalahan tersebut dengan bijak tanpa ada kekasaran baik berupa ucapan maupun fisik. Dalam lingkungan para rekan kerja sesama seprofesi, terjalin hubungan dengan baik dan harmonis tanpa ada masalah. Cara canda tawanya atau pun cara berkomunikasinya, baik terhadap rekan kerja maupun terhadap siswanya terbilang baik. Senyum salam sapa terhadap siswa dan sesam rekan seprofesi juga baik. Di dalam pergaulan siswa-siswa selama peneliti ikut berbaur dengan mereka, terliat hangat berada ditengah-tengah mereka. Senyum sapa masih terucap setiap mereka bertemu sesama teman-temannya, hal demikian juga peneliti rasakan setiap berpapasan di jalan. Sedangkan pengucapan salam dirasa belum begitu optimal mereka ucapkan, hanya setiap guru masuk kelas ada salah satu siswa yang memimpin dan mengucapkan salam. Tetapi menurut peneliti, hal demikian sudah cukup baik melihat sekolah mereka bukan sekolah agama melainkan sekolah umum. Peneliti menemukan ada siswa yang berkata tidak sopan dan kurang santun. Kemudian peneliti, mendapatkan data dari hasil pengamatan dan wawancara, ternyata anak yang bermasalah tersebut tinggal di lingkungan yang kurang baik. Baik lingkungan keluarga maupun lingkungan luar tempat tinggalnya. Kemudian peneliti juga menemukan ada siswa menyontek saat 53 ulangan. Peneliti menanyakan kepada siswa tersebut, kenapa ia berbuat curang melakukan menyontek saat ulangan. Kemudian ia menuturkan bahwa ia belum siap untuk ulangan karena belum sempat belajar. Peneliti tanyakan apakah ia ada masalah dengan gurunya ia tuturkan tidak ada. Kemudian peneliti tanyakan bagaimana lingkungan keluarganya, ternyata kondisi lingkungan keluarganya acuh terhadap pelajaran anaknya dan membuat ia terlalu bebas dalam masalah belajar. 4. Sosialisasi diri guru akidah akhlak dan siswa Sosialisasi diri guru agama merupakan bentuk mawas diri guru tersebut terhadap perilaku atau perbuatan yang tercela. Seorang guru tidaklah pantas melakukan hal-hal yang terlarang yang dapat menjatuhkan dirinya dimata publik terutama dihadapan para siswa-siswanya, sebab ilmu akan tersampaikan dengan baik manakala guru tersebut menyesuaikan antara perkataan dengan perbuatannya sehari-hari. Dari data yang di dapat dalam kesehariannya guru tersebut, peneliti perhatikan penuh kesederhanaan. Sering peneliti lihat, jika tidak ada jam pelajaran masuk kelas ia berada di masjid yang ada di lingkungan sekolah. Di sana ia shalat sunnah kemudian membuka-buka buku pelajaran. Dalam kesehariannya peneliti memperhatikan gaya bicaranya dan isi pembicaraannya tidak pernah peneliti temukan ada kata-kata atau pembicaraan yang jorok atau kurang pantas di ucapkan oleh seorang guru apalagi oleh seorang guru agama, yang notabennya mengajarkan ilmu akhlak terpuji. Dalam hal ini, peneliti juga memperhatikan bagaimana sosialisasi diri siswa sewaktu di kelas, seperti bagaimana suasana kelas saat berlangsungnya pelajaran, ketertiban serta keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Di kelas siswa mengikuti KBM dengan tenang tidak ada kegaduhankegaduhan. KBM terlaksana dengan baik dan tertib. Siswa-siswanya juga aktif selama mengikuti KBM. Hal demikian terlihat jika guru memberikan kesempatan untuk bertanya padanya apabila ada pelajaran yang kurang dipahami siswa, atau pada saat kerja kelompok yang ditugaskan kepada siswa terlihat aktif dan sibuk 54 mengerjakan soal-soal yang ditanyakan. Dari hasil pengamatan peneliti sosisalisasi diri siswa tergolong baik. Secara kebetulan peneliti temukan ada siswa yang saat KBM berlangsung tertidur di ruang kelas. Walaupun siswa tersebut sering diingatkan oleh guru, siswa tersebut masih saja sering tertidur di kelas. Hal ini membuat peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap siswa yang bersangkutan, kenapa dan bagaimana siswa tersebut sampai tertidur di kelas. Ternyata, setelah dilakukan wawancara siswa tersebut menuturkan bahwa ia sangat ngantuk karena tidur terlalu larut malam. 5. Disiplin guru akidah akhlak dan siswa Masalah disiplin merupakan masalah yang penting dalam lingkungan sekolah. Guru diharapkan menjadi tokoh penting dalam merealisasikan masalah disiplin. Dalam dunia kerja disiplin sangat menentukan kualitas seorang pekerja, begitu juga dalam dunia pendidikan tanpa disiplin maka proses belajar mengajar akan terhambat. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti temukan bahwa dalam masalah disiplin guru agama bersangkutan tergolong baik. Baik dalam hal masuk kelas sampai keluar kelas. Di luar kelas ia juga pribadi yang disiplin, hal ini terlihat saat ia bertugas jaga piket. Kemudian peneliti mengamati kedisiplinan siswa selama berada dan berbaur dengan mereka. Peneliti dapati kedisiplinan siswa tergolong baik. Siswa melaksanakan dan mentaati tata tertib sekolah yang sudah mereka sepakati. Seperti peraturan tentang larangan merokok ataupun membolos saat KBM berlangsung. Siswa mengikuti KBM di kelas dengan baik dan tertib. Mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, baik tugas individu maupun tugastugas kelompok. Proses KBM di kelas terlaksana dengan baik dan tertib. 6. Kerjasama guru akidah akhlak dan siswa Kerjasama merupakan bentuk manusiawi, sebab orang hidup di dunia pasti akan membutuhkan kerjasama pada lingkungan alam sekitarnya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kerjasama guru dalam meningkatkan kualitas 55 pendidikan di sekolah juga sangat dibutuhkan. Tanpa kerjasama yang baik maka proses belajar mengajar di sekolah akan terhambat. Setiap masuk kelas guru bersangkutan setelah salam sapa serta doa, ia melanjutkan dengan mengabsen siswa-siswanya. Setiap ulangan selesai, guru tersebut membiasakan agar siswa yang piket untuk mengantarkan hasil ulangan tersebut ke meja guru yang bersangkutan. Dalam hal kerjasama siswa adalah cukup baik, siswa dilingkungan sekolah terlihat cukup bagus dalam pembagian piket yang adil. Siswa melaksanakan tugas-tugas kelompok seperti piket kelas secara adil dan merata. Siswa menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya untuk mengerjakan tugas. Tugas absensi kelas juga berjalan dengan baik, mereka bergantian mengabsen teman-temannya setiap mata pelajaran akan dimulai yang kemudian ditanda tangani oleh guru tersebut. 7. Cara berbusana dan etiket guru akidah akhlak dan siswa Cara berbusana dan etiket guru di lingkungan sekolah sangat dibutuhkan. Sebab siswa akan mencontoh siapa yang diidolakannya, jika guru sebagai idolanya maka apa yang dilakukan guru akan menjadi referensinya. Maka tidak lah mengherankan jika siswa juga meniru gaya sang guru, baik dalam hal cara berbusana dan etekit guru baik maupun dalam hal yang lain. Cara berbusana dan etiket guru bersangkutan peneliti nilai baik, sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan sekolah. Pemakaian atribut sekolah juga tertib, guru tersebut berbusana rapih dan mencerminkan seorang guru agama. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan, siswa-siswa juga sudah baik dalam hal berpakaian, sudah sesuai dengan tata tertib, memakai busana dengan rapih serta pantas lagi bersih. Siswa memakai perlengkapan-perlengkapan pakaian yang diwajibkan sekolah. Pemakaian busana terlihat rapih setiap hari, mereka mengenakan jenis pakaian sesuai dengan hari. Cara mereka mengenakan baju yang selalu memasukkan ke celana yang begitu rapih. Hal demikian peneliti amati secara terus menerus, dan hasilnya demikian yang peneliti temukan. Hanya ada sebagian siswa terkadang kedapatan memakai atribut sekolah tidak pada waktunya. Seperti memakai sepatu hitam di hari senin. 56 8. Kebersihan Masalah kebersihan dalam dunia pendidikan menjadi penting, sebab orang yang merasa berpendidikan akan memperhatikan kebersihan dilingkungannya. Peneliti perhatikan setiap guru tersebut sebelum memulai pelajaran, ia selalu menginstruksikan agar siswa memungut sampah yang ada di sekitar tempat duduknya. Dalam hal ini peneliti nilai guru tersebut baik dalam masalah kebersihan, karena ia masih memperdulikan kebersihan yang ada di sekitarnya. Peneliti juga melihat, bagaimana kebersihan ruangan kelas, sekitar sekolahan serta kebersihan tempat kecil siswa, peneliti nilai baik. Kemudian peneliti memperhatikan kebersiahan siswa, yang dalam kesimpulan peneliti siswa tergolong cukup baik. Ruangan kelas kebersihannya terjaga dengan baik, sebab mereka menjaganya. Di sekitar kelas siswa juga bersih, tidak ada sampah yang berserakan. Di kamar kecil/wc cukup bersih dan terawat dengan baik. Tidak ada kotoran atau sampah yang berserakan. Selain ada petugas kebersihan, hal demikian juga tidak akan berjalan dengan baik jika siswa bersikap jorok dan tidak sadar tentang kebersihan. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, dan SARAN A. Kesimpulan Upaya yang dilakukan oleh guru akidah akhlak adalah: 1. Pondasi awal menanamkan dan membina akhlak semaksimal mungkin. 2. Menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah kepada siswa dan peranannya sangat signifikan. 3. Menggunakan metode teladan. 4. Menggunakan metode pembiasaan. 5. Menggunakan metode nasehat. B. Implikasi Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembentukan akhlak siswa, dibutuhkan konsekwensi guru agar lebih memperhatikan lagi masalah pembelajaran akidah akhlak, ia harus selalu tampil unggul serta ikhlas dalam kesehariannya. Jadi kesadaran penuh dalam melaksanakan kompotensi kepribadian sangat diharapkan agar tercapainya suatu tujuan dengan efektif. Guru merupakan model bagi para siswa, jika model tersebut jelek maka akan mendapat nilai jelek dimata para siswa. Jika model tersebut memberikan hal yang menarik dan berkesan mendalam dalam hati para siswa maka pujian dan sanjungan akan ia dapatkan. Oleh sebab itu, guru yang baik ia akan sadar bahwa ia adalah seorang pioner dan model bagi perkembangan kepribadian para siswa. 56 57 Kepemimpinan, rasa tanggung jawab, kematangan emosi, sosialisasi diri, disiplin, kerjasama, kreativitas dan inovasi, cara berbusana dan etiket, kebersihan serta intensitas bimbingan yang baik selama berada di sekolah, merupakan hal penting yang harus guru tingkatkan. Sebab, bagaimana mungkin seorang siswa akan berkepribadian baik manakala ia tinggal di lingkungan yang kurang baik. Peran serta guru sangat besar dalam menciptakan lingkungan yang kondusif seperti yang diharapkan. Siswa akan terbiasa berbuat baik apabila ia terbiasa melakukan hal yang baik, hal baik tersebut akan bisa terlaksana manakala diciptakan lingkungan yang baik. Pembiasaan-pembiasaan tersebut akan terwujud, apabila para tokoh di sekolah memulainya terlebih dahulu. Artinya gurulah yang lebih berhak dan terlebih dahulu untuk menciptakan serta memulai pembiasaanpembiasaan baik. Jika para tokoh memberikan teladan yang baik, maka pembiasaan itu akan berjalan dengan baik. Tetapi apabila pembiasaan baik itu hanya sebuah peraturan saja, tanpa diikuti serta diamalkan oleh para tokoh di sekolah, tidak lah heran jika para siswa akan berbuat melanggar pembiasaan baik itu. C. Saran Dari penelitian deskripsi yang telah dilakukan, peneliti menyarankan: 1. Bagi para guru dan khususnya pada bidang keagamaan (Islam), hendaknya menyadari bahwa tugas pendidik tidak hanya sebatas memberikan mata pelajaran saja, akan tetapi lebih dititik beratkan pada aspek pembentukan kepribadian siswa. Oleh sebab itu, menjadi guru harus benar-benar ia sadari bahwa ia adalah model bagi siswanya. Jadi, jika model yang ia kenakan berwarna merah janganlah mengharapkan akan mendapatkan dan di contoh dengan warna hijau. Artinya jika kita menampilkan buruk jangan harap mendapatkan kebaikan dari keburukan itu. 2. Bagi orang tua siswa, janganlah mengharapkan terlalu tinggi mendapatkan anak yang baik kepribadiannya. Sebab, anak terkadang terhalang untuk mendapatkan kepribadian yang baik dikarenakan lingkungan keluarga yang tidak bersahabat dan kurang kondusif. Oleh sebab itu, peneliti mengaharapkan agar para orang tua juga sadar akan tugas dan pungsinya 58 sebagai pembentuk kepribadian pertama, sebelum berada di lingkungan sekolah. 3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian kembali diharapkan dapat memfokuskan lagi terhadap gejala-gejala melemahnya kompetensi personal guru dan dampak terhadap kematangan kepribadian siswa. 59 DAFTAR PUSTAKA Alim, Muhammad. Pendidikan Islam. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2010. Ali, Muhamaad Daud. Pendidikan Agama Islam . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada . 2008. Abdullah, Yatimin. Studi Akhalak Salam Perspektif Al-Quran. Jakarta: Amzah.2007. Danim, Sudarwan. Pengembangan Profesi Guru dari Pra-jabatan, Induksi, ke Profesional Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011. Faizah, Siti Nur. Keteladanan guru dan kontribusinya terhadap pembentukan akhlak siswa SD Alam Ciganjur-Jakarta Selatan, 5 Juli 2014, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ handle/123456789/4074 Mahrus,Aqidah. Jakarta: Direktort Jenderal Pendidikan Islam Dapartemen Agama,2009. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada,2008. Muhtar, Pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap akhlak siswa di SPMN 10 Tangerang Selatan, 5 Juli 2014, http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1975 Masitoh, dan Dewi laksmi. Strategi Pembelajaran . Jakarta Pusat : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009. Nata,Abudin. Filsafatat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.1997. Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. 2003. Syarifudin, Tatang. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. 2010. Suralaga, Fadhilah, dkk. Psikolog Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005. 60 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2009. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : 2008 Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT . Remaja Rosdakarya. 2009. Zainudin, dkk. Seluk Buluk Pendidikan dari AL- Ghazali. Jakarta : Bumi Aksara. 1991. Lampiran 1 HASIL WAWANCARA Hasil Wawancara dengan Informan I Informan : Kepsek Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Lokasi : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor. P : Bagaimana pandangan bapak terhadap guru akidah akhlak pada saat pembelajaran? I : Menjalankan tugas dengan baik, kalau berhalangan juga tau P : Bagaimana aktifitas guru akidah akhlak? I : Guru mendukung terhadap perkembangan siswa P : Bagaimana tanggung jawab guru akidah akhlak? I : Baik P : Bagaimana peran guru akidah akhlak jika ada siswa yang bermasalah? I : Kurang diikut sertakan dalam masalah ini, sebab sudah ada jalur masing-masing. Pertama ditangani guru kelas kemudian guru osis kemudian guru BP kemudian WakSek bagian kesiswaan kalau belum terselesaikan baru kepala sekolah. P : Apakah ada permasalahan siswa yang belum tertangani? I : Sudah bisa tertangani, jika ada dan belum ada perubahan terhadap siswa maka pihak sekolah akan mengeluarkannya dari sekolah. P : Bagaimana sosialisasi diri guru akidah akhlak? I : Sudah matang, karena mereka sudah berpengalaman. P : Bagaimana tingkat disiplin guru akidah akhlak? I : Disiplinya baik P : Bagaimana kerja keras guru akidah akhlak dalam menjalankan tugas? I : Sedang atau sudah cukup baik P : Bagaimana cara berbusana guru akidah akhlak? I : Rapih dan baik P : Bagaimana intensitas bimbingan I : Ekskol berjalan dengan baik P : Bagaimana peran serta bapak dalam meningkatkan guru akidah akhlak? I :Mengikut sertakan guru dalam seminar-seminar, workshop, pelatihan-pelatihan yang biasa diselenggarakan Mendeknas Hasil Wawancara dengan Informan II Informan : Wakil Kepala sekolah Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Lokasi : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor P : Bagaimana peran guru akidah akhlak terhadap siswa? I :Kalau dari sisi KBM sesuai dengan kurikulum, karena beliau rajin membuat Silabus dan RPP. Menganjurkan mengikuti kegiatan ekskol P : Menurut Bapak bagaimana kepemimpinan guru akidah akhlak selama ini? I :Dalam memimpin baik. Semua guru mungkin ada problem sama siswa, seperti murid yang bermasalah. Dalam hal ini, guru mengarahkan untuk perubahan sikap terhadap murid yang bermasalah. P :Bagaimana kematangan emosional guru akidah akhlak? I :Menguasai materi, pro aktif dan memperhatikan siswa dengan baik. P :Bagaimana sosialisasi diri guru akidah akhlak? I :Hubungan dengan rekan baik tidak ada masalah. P :Bagaimana disiplin guru akidah akhlak selama menjalankan tugas di sekolah? I :Disiplin baik, sesuai dengan peraturan sekolah. Pekerja keras, waktu-waktu luang dipergunakan dengan baik P :Bagaimana kreativitas dan inovasi guru akidah akhlak? I :Kreatifitas dan inovasi paling rapih. P :Bagaimana cara berbusana dan itiket guru akidah akhlak? I :Pakaian baik P :Bagaimana perhatian guru akidah akhlak terhadap kebersihan? I :Pemer hati kebersihan, peka terhadap kebersiahan Hasil Wawancara dengan Informan III Informan : Rekan Kerja Hari/ Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Lokasi : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor P : Menurut ibu bagaimana kepemimpinan guru agama selama ini ? I :Baik, menurut saya sosok guru akidah akhlak mempunyai keunggulan dibandingkan dari guru yang lain. Dari segi memberikan nilai cara dia mengurus siswa lebih mengarahkan siswa. P : Menurut ibu bagaimana tanggung jawab guru akidah akhlak dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik disekolah. I : Saya liat dia seorang guru yang bertanggung jawab P : Menurut ibu apakah guru akidah akhlak seorang yang murah senyum sapa dan salam ? I : Sebagai guru akidah akhlak ia cukup menampakkan kasih sayangnya (seperti senyum sapa dan salam), baik sesama rekan kerjanya maupun terhadap siswa. P : Apakah sosialisasi diri guru akidah akhlak menurut ibu sudah baik? I : Mungkin terhadap rekan kerja ia tidak ada masalah dalam sosialisasi diri, namun sebagian siswa ada yang kurang simpatik terhadap dia. Saya pernah mendapati anak yang bermasalah terhadap guru akidah akhlak, kemudian saya dekati anak itu mengungkapkan bahwa ia tidak suka terhadap guru itu. Tetapi siswa itu tidak mengungkapkan kenapa dan bagaimana anak itu tidak suka terhadap dia. Hasil Wawancara dengan Informan IV Informan : Guru yang Diteliti Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Lokasi : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor P : Kapan bapak mulai mengajar di MTs Ma’arif Sabiilul Hudaa? I : 13 September 2009 P : Dalam pengajaran di sekolah, bapak memakai sistem pengajaran apa? I : Sistem yg dikenal dgn istilah fun pres focus P : Apakah ada kendala dalam pelaksanaanya pak? I : Ada, ada dari faktor siswa diantara masalah intelektualnya yg minim, kebiasaanya yg kurang baik, dirumah kondidsi fisik/kesehatannya, kalau dari sekolah kurang disiplin, tmp tnggal bergaul dilingkungan anak-anak yg kurang memperhatikan terhadap pelajaran, dirumah juga tidak mendapatkan tempat belajar yg nyaman karena berisik, lingkungan kumuh. Mungkin hal-hal seperti ini yang menjadi kendala terhadap pelaksanaan hal yang ditanyakan tadi.menerapkan P : Jika ada anak yang bermasalah, sikap dan tindakan apa yang akan bapak lakukan? I :Kita akan panggil anak itu kita ajak bicara dan kita tanyakan kenapa kejadiann itu hal itu bisa terjadi, kalau tidak ada perubahan maka kita akan panggil orangtuanya, setelah kita panggil orangtuanya juga tidak ada perubahan maka kita libatkan Guru BP untuk mencari solusi dalam masalah yg dihadapinya P : Menurut bapak anak yg kurang disiplin itu disebabkan oleh apa? I :Banyak faktornya yg menyebabkan hal itu, mungking faktor kebiasaan dirmh yg tidak menerapkan kebiasaan untuk berlaku disiplin, faktor lingkungantangganya yg banyak mempengaruhi u tidak berlaku disiplin lalu kegiatan-kegiatan lainnya yg menyebabkan mereka tidak perhatian yg seharusnya mrk perhatikn mungkin karena pengaruh tontonan pergaulan dss. Itu yg mengakibatkan mereka Yang paling penting masalah dlm mendisiplinkan anakadalah dari pihak sekolah sendiri yg memulai disiplinan. P :Apakah ada kegiatan yang bapak lakukan untuk meningkatkan akhlak siswa di luar jam sekolah? I :Ada, setiap seminggu sekali sebelum shalat jumat anak saya kumpulkan di masjid untuk mengikuti kegiatan ROHIS. Lampiran 2 Lembar Observasi Aktivitas Akhlak Siswa Kelas : VIII (delapan) Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Tempat : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor Tujuan Observasi : Untuk mengetahui aktivitas akhlak siswa No 1 2 3 4 5 6 7 Aspek Penilaian Aspek kepemimpinan siswa di lingkungan sekolah, meliputi: masuk kelas tepat waktu, membaca al-quran dan doa sebelum pelajaran, menyiapkan buku mata pelajaran. Aspek tanggungjawab siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mematuhi kegiatan sekolah, mengikuti upacara tiap senin, mengikuti pelajaran. Aspek kematangan emosi siswa di lingkungan sekolah, meliputi: memberi senyum salam sapa di lingkungan kelas, memberi senyum salam sapa di lingkungan sekolah, berkata sopan santun. Aspek sosialisasi diri siswa di lingkungan sekolah, meliputi: suasana tenang saat pelajaran berlangsung, tertib saat di kelas, aktif saat pelajaran berlangsung Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi: melaksanakan tata tertib sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Aspek kerjasama siswa di lingkungan sekolah, meliputi: melaksanakan tugas piket di kelas, melaksanakan tugas kelompok, melaksanakan tugas absen di kelas. Aspek cara berbusana dan etiket siswa di lingkungan sekolah, meliputi: memakai busana sesuai Penilaian Dalam segi kepemimpinan siswa tergolong cukup baik. Siswa yang telat masuk kelas saat awal pelajaran hanya beberapa orang saja. Dalam hal membaca al-qur’an dan berdoa serta menyiapkan buku pelajaran siswa tergolong baik. Dalam segi tanggung jawab dilingkungan sekolah terbilang baik. Siswa yang menjalankan semua kegiatan sekolah dengan baik, dari segi antusias siswa mengikuti upacara sampai mengikuti semua pelajaran sekolah. Dalam kematangan emosi siswa cukup baik. Hal ini terlihat dari mereka saling bertegur sapa, meskipun dengan gaya dan bahasa mereka. Hanya ada beberapa siswa yang bahasanya kurang sopan dan santun. Sosialisasi diri siswa dilingkungan sekolah cukup baik. Dalam KBM suasana kelas cukup tenang dan antusias siswa cukup baik. Siswa juga aktif dalam KBM. Kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah terbilang cukup baik. Siswa melaksanakan tata tertib sekolah dengan baik. Adapun tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran ada beberapa siswa yang kurang aktif. Kerjasama siswa dilingkungan sekolah yang meliputi tugas piket, tugas kelompok dan tugas absensi terbilang baik. Hal ini dikarenakan jadwal piket dan tugas kelompok ditempelkan di kelas dan ada sanksi jika melanggarnya. Tata cara berbusana dan etiket siswa dilingkungan sekolah, meliputi baju seragam dan atributnya, serta kerapihannya terbilang cukup baik. Sehingga tidak 8 dengan tata tertib sekolah, memakai busana dengan rapih, memakai busana dengan pantas dan bersih Aspek kebersihan siswa di lingkungan sekolah, meliputi: menjaga kebersihan di kelas, menjaga kebersihan di sekitar lingkungan kelas, menjaga kebersihan wc/kamar kecil ada masalah dengan tata cara berbusana siswa. Kebersihan siswa dalam hal menjaga kebersihan kelas, taman atau lingkungan sekolah seperti kebersihan kamar kecil/wc cukup baik. Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran Guru Akidah Akhlak Responden : Guru Akidah Akhlak Hari/Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014 Tempat : MTS Ma’arif Sabiilul Hudaa Bogor Tujuan Observasi : Untuk mengetahui aktivitas pembelajaran guru akidah akhlak No Aspek Penilaian 1 Aspek kepemimpinan 2 Aspek tanggung jawab 3 Aspek kematangan emosi 4 Aspek sosialisasi diri 5 Aspek disiplin Penilaian Kepemimpinan guru akidah akhlak baik, hal ini terlihat dari cara beliau memimpin Rohis dapat bersikap arif dan bijaksana. Disamping itu beliau juga mempunyai jiwa leadership yang bagus hal ini terlihat sewaktu KBM berlangsung siswa terlihat tenang dan tak gaduh. Tanggung jawab guru akidah akhlak baik, hal ini terlihat dari terselesaikannya tugas-tugas kependidikan dengan baik. Seperti laporan-laporan pertangungjawaban ujian, raport, dan penilaianpenilaian lainnya dapat diserahkan dengan tepat waktu. Kematangan emosi guru akidah akhlak baik, hal ini terlihat dalam kesehariannya yang bersikap penyabar, sopan dan santun. Tutur katanya baik, tidak terlihat dan terdengar kata-kata kasar atau jorok yang terucap dari mulutnya. Sosialisasi diri guru akidah akhlak cukup baik, hal ini terlihat dari cara beliau berbicara dengan siswa dan guru lain yang terlihat baik. Namun beliau sikapnya agak pendiam dan tidak terlalu banyak bicara. Kedisiplinan guru akhlak baik. Hal ini terlihat dari cara beliau menerapkan kedisiplinan, baik ketika KBM berlangsung maupun sebagai guru piket. 6 Aspek kerjasama 7 Aspek cara berbusana dan etiket 8 Aspek kebersihan Beliau memberikan sangsi-sangsi tanpa terkecuali jika ada siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Kerjasama guru akidah akhlak baik. Hal ini terlihat dari cara beliau dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siswa dan juga guru yang lain dengan baik. Tata cara berbusana dan etiket guru akidah akhlak cukup bagus. Hal ini terlihat dari tata cara beliau berbusana, hannya saja terkadang atribut sekolah belum sepenuhnya dipakai oleh beliau. Kebersihan guru akidah akhlak baik. Hal ini terlihat setiap beliau masuk kelas yang pertama beliau lakukan sebelum KBM berlangsung adalah membersihkan lingkungan ruangan kelas terlebih dahulu.