penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KOMUNIKASI KELAS X
ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 DI SMK NEGERI 4 KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Mukhlas Halim A., Ign. Wagimin, Patni Ninghardjanti
Pendidikan Administrasi Perkantoran
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
Mukhlas Halim Al-Amin. IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL
OF THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE TO IMPROVE THE STUDENT LEARNING
RESULT IN THE SUBJECT OF COMMUNICATION IN GRADE X CLASS OF OFFICE
ADMINISTRATION 1 IN PUBLIC VOCATIONAL HIGH SCHOOL 4 KLATEN IN
ACADEMIC YEAR 2014/2015. Skripsi, The Faculty of Teacher Training and Education,
Sebelas Maret University, Surakarta. January 2016.
The objective of this research was to improve the student learning result in the
subject of communication in grade x class of Office Administration 1 in Public Vocational
High School 4 Klaten using Cooperative Learning model of Think Pair Share (TPS) type.
This research is Classroom Action Research (CAR). The research consists in two
cycles, each cycles consisted of four phases, namely: planning, implementation,
observation, and reflection. The subject of this research were 34 students in grade X of
Office Administration 1 in Public Vocational High School 4 in Klaten. The sources of data
were the teacher and students. The data of this research collected through in-depth
observation, interview, test, and document analysis. Data were validated using data and
method triangulation, then analyzed using the descriptive-comparative analysis
technique.
Considering the result of research, it could be concluded that the application of
Think Pair Share (TPS) type of cooperative learning model could improve the student
learning result. It could be seen from the improved the student learning result in cycle I
and cycle II. In pre cycle, before applying cooperative learning model Think Pair Share
(TPS) type, the mean class value was 72.15 or 39%. In cycle I, the student learning result
improved with the mean value of 76.26 or 64.71%. In cycle II, the student learning result
improved with the mean class value of 89.85 or 92.05%.
The conclusion of research was that the application of cooperative learning
model Think Pair Share (TPS) type can improve the student learning result in the subject
matter communication subject in grade x of Office Administration 1 in Public Vocational
High School 4 Klaten.
Key Word: Think Pair Share and learning outcome
1. Latar Belakang
Untuk
mencetak
perkembangan
generasi
penerus bangsa yang dapat mengikuti
zaman
dan
mampu
menyesuaikan serta mempertahankan
2
diri
terhadap
tuntutan
masyarakat
sendiri. Salah satu
peran pemerintah
modern diperlukan adanya pendidikan
dalam hal pendidikan yaitu membuat
yang
kebijakan-kebijakan
layak,
merupakan
karena
hal
yang
pendidikan
penting
bagi
membangun
kualitas
masyarakat agar dapat mencerdaskan
Indonesia
kehidupan bangsa serta menghindarkan
Perkembangan
masyarakat
Indonesia
dari
kebodohan
dan
yang
dapat
pendidikan
ke arah yang lebih baik.
dunia
dari
pendidikan
tahun
ke
di
tahun
keterbelakangan. Selain itu pendidikan
mengalami banyak perubahan, mulai
merupakan bekal yang penting bagi
dari kurikulum yang digunakan di dalam
seseorang yang ingin memasuki dunia
dunia pendidikan Indonesia yang terus
kerja.
disempurnakan
Pendidikan sangat berperan
sampai
model-model
pembelajaran yang digunakan pun terus
dalam kehidupan manusia, sebab dalam
mengalami
pendidikan dilaksanakan serangkaian
melakukan
kegiatan
pemerintah Indonesia berharap dapat
yang
terencana
dan
perubahan.
perubahan-perubahan
terorganisasi. Kegiatan ini bertujuan
mencapai
menghasilkan perubahan positif dalam
diinginkan
diri anak. Pendidikan merupakan usaha
kehidupan
sadar dan terencana untuk mewujudkan
mengembangkan
suasana
muda Indonesia.
belajar
dan
proses
Dengan
tujuan
pendidikan
dalam
ini,
yang
mencerdaskan
bangsa
kualitas
dan
generasi
pembelajaran agar peserta didik secara
Untuk mewujudkan keinginan
aktif dapat mengembangkan potensi
pemerintah dalam rangka memajukan
dirinya ke arah yang lebih baik baik
pendidikan di Indonesia tidak dapat
secara fisik maupun psikis.
terwujud tanpa adanya campur tangan
Dalam upaya mencerdaskan
kehidupan
bangsa
indonesia,
dari seorang pendidik yang mendukung
melalui
proses
belajar
mengajar
pemerintah Indonesia harus merancang
dibangku sekolah. Seorang guru tidak
sistem pendidikan yang baik dan layak
hanya dituntut harus dapat memberikan
dengan
pendidikan
materi pelajaran saja, akan tetapi juga
merupakan proses menumbuhkan dan
dituntut dapat menjadi seorang pendidik
mengembangkan
generasi
yang dapat mengarahkan siswa dalam
muda yang mampu bersaing secara
proses belajar mengajar. Selain itu
kompetitif di dunia pendidikan nasional
tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu
maupun
internasional.
pengetahuan dan hanya menjadikan
Indonesia
telah
kualitas
tujuan
bahwa
kualitas
Pemerintah
berupaya
generasi
penerus
mencetak
siswa
sebagai
objek
pembelajaran
bangsa
melainkan menjadikan siswa itu sebagai
dengan program pendidikan nasional itu
subyek pembelajaran sehingga siswa
3
dapat
lebih
aktif
mengembangkan
dan
mampu
pengetahuan
yang
mereka miliki.
belajar mengajar adalah suatu proses
dimana
guru
pengetahuan
Komunikasi merupakan salah
menyampaikan
yang
dia
miliki,
ilmu
yang
meliputi segala usaha untuk membantu
satu mata pelajaran yang diajarkan di
dan
sekolah-sekolah menengah kejuruan di
perubahan yang positif. Perubahan dari
bidang
perkantoran.
hasil proses belajar mengajar dapat
Pelajaran komunikasi penting diberikan
ditunjukkan dalam bentuk perubahan
kepada siswa administrasi perkantoran
pengetahuan, sikap, keterampilan dan
agar nanti setelah lulus siswa dapat
aspek – aspek yang lain yang terjadi
berkomunikasi dengan baik dan benar.
pada seorang siswa. Perubahan tidak
Suasana
akan berhasil apabila kegiatan belajar
administrasi
proses
pembelajaran
membimbing
kearah
komunikasi di kelas X AP 1 SMK N 4
mengajar
Klaten saat ini terasa membosankan
Keberhasilan
karena proses pembelajarannya masih
mengajar tidak bisa lepas dari peran
monoton dengan didominasi metode
guru
ceramah, dimana guru terlalu sering
kepada peserta didik. Apabila metode
menjelaskan
mengajar yang digunakan oleh guru
panjang
lebar
didepan
tidak
siswa
berjalan
dalam
dalam
optimal.
proses
memberikan
informasi
kelas dengan hanya menggunakan buku
menyenangkan,
pegangan guru tanpa menggunakan
akan rajin, tekun dan antusias dalam
media lainnya sehingga siswa banyak
menerima pelajaran sehingga tujuan
yang
proses
pengajaran yang telah dirumuskan oleh
pembelajaran dan merasa jenuh berada
guru dapat tercapai. Metode mengajar
didalam kelas yang mengakibatkan hasil
guru merupakan salah satu faktor yang
belajar siswa rendah.
penting
yang
belajar
siswa,
mengantuk
saat
Rendahnya hasil belajar siswa
maka
belajar
peserta
mempengaruhi
maka
guru
didik
hasil
harus
pada mata pelajaran komunikasi bukan
menguasai dan selalu mengembangkan
hanya
berbagai metode pembelajaran agar
disebabkan
kemampuan
siswa
oleh
kurangnya
dalam
pelajaran
dapat
memilih
dan
menetapkan
komunikasi dan kurang berminat dalam
berbagai metode pembelajaran yang
mempelajarinya, namun ada faktor lain
relevan sehingga proses belajar dapat
seperti
berlangsung secara efektif..
metode
pembelajaran
yang
digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.
dunia pendidikan, metode pembelajaran
Proses
merupakan
Seiring dengan perkembangan
salah
belajar
satu
mengajar
faktor
yang
menentukan kualitas pendidikan. Proses
juga mengalami perkembangan yaitu
metode
pembelajaran
konvensional
seperti
yang
bersifat
ceramah,
4
demonstrasi,
metode
dan
mencongak
dan
siklus oleh peneliti, guru dalam proses
yang
bersifat
belajar mengajar masih menggunakan
jigsaw,
group
pembelajaran
kooperatif
seperti
metode
ceramah
yaitu
menjelaskan
investigation, teams games tournament,
materi secara panjang lebar dengan
dan think pair share.
selalu menggunakan buku pegangan
Pemilihan
metode
tanpa menggunakan media lain seperti
menyesuaikan
power point, video, gambar, dan media
dengan kondisi siswa, bahan materi dan
lainnya. Hal tersebut mengakibatkan
jumlah waktu yang tersedia agar metode
siswa
pembelajaran yang digunakan dapat
sehingga siswa kurang berminat dalam
diserap
mengikuti kegiatan belajar mengajar
pembelajaran
harus
dan
dipahami
oleh
siswa.
Dengan adanya metode pembelajaran
merasa
jenuh
dan
bosan
pada pelajaran komunikasi.
kooperatif dalam suatu kegiatan belajar
Berdasarkan observasi awal
mengajar, siswa didorong untuk aktif
peneliti
berkomunikasi dan berinteraksi dengan
kurang
siswa yang lainnya agar tujuan belajar
memahami materi yang disampaikan
dapat tercapai dan siswapun dapat lebih
oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari
mudah memahami dan menyerap materi
capaian hasil belajar siswa yang masih
yang mereka pelajari. Kemudian dalam
di bawah KKM, yaitu 76 dengan jumlah
model kooperatif sendiri, seorang guru
siswa 34 orang. Dari hasil ujian tengah
hanya bertindak sebagai fasilitator dan
semester
motivator siswa. Oleh karena itu, dalam
siswa atau sekitar 13 siswa dari 34
penerapan
jumlah
metode
pembelajaran
menunjukkan
mampu
bahwa
siswa
menyerap
dan
menunjukkan bahwa
siswa
dinyatakan
39%
sudah
kooperatif diharapkan siswa dapat aktif
mencapai KKM yaitu dengan nilai 76-79
berpartisipasi, mengeluarkan pendapat,
(5 siswa), 80-85 (6 siswa), 86-90 (2
menanggapi dan berperan aktif dalam
siswa), dan sisanya 61% siswa atau 21
jalannya diskusi dengan siswa yang lain.
siswa masih belum mencapai KKM yaitu
Berdasarkan observasi awal
dengan nilai dibawah 75. Untuk tugas
yang
telah
dilakukan
peneliti
rumah yang diberikan oleh guru, masih
terhadap siswa kelas X Administrasi
ada beberapa siswa yang mengerjakan
Perkantoran 1 SMK Negeri 4 Klaten
tugas
ditemukan permasalahan-permasalahan
pelajaran
yang
menunjukkan rendahnya hasil belajar
muncul
pada
oleh
saat
proses
tersebut
pembelajaran berlangsung khususnya
siswa
pada
tersebut.
mata
Observasi
pelajaran
tersebut
komunikasi.
dilakukan
pada
bulan Maret 2015, dari hasil awal pra
di
kelas
Komunikasi
dalam
sebelum
dimulai.
mengikuti
Ini
pelajaran
Berdasarkan uraian di atas,
disini peneliti hendak melakukan
penelitian tindakan kelas tentang :
5
“PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN
KOMUNIKASI
KELAS
X
ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 DI
SMK NEGERI 4 KLATEN TAHUN
PELAJARAN 2014/2015”
2. Kajian Pustaka
Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam
kegiatan
pembelajaran
diperlukan inovasi-inovasi yang baru
untuk membuat pembelajaran menjadi
lebih bervariatif. Oleh karena itu
diperlukan
strategi
pembelajaran.
Asmani (2013:27) menjelaskan bahwa,
“jika dihubungkan dengan strategi
belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru
dan anak didik dalam mewujudan
kegiatan belajar mengajar”.Kemudian
menurut Majid (2013:13) menjelaskan
bahwa “model pembelajaran dapat
muncul dalam beragam bentuk dan
variasinya sesuai dengan landasan
filosofis dan pedagogis yang melatar
belakanginya”.Model
pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang
melatar belakangi suatu kegiatan belajar
mengajar.Model pembelajaran itu ada
berbagai
macam
bentuk
dan
variasinya.Pemilihan
model
pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kondisi siswa, materi, besar kelas dan
lainnya.
Menurut Daryanto dan Muljo
Rahardjo
(2012:
241),
“Model
pembelajaran
kooperatif merupakan
suatu
model
pembelajaran
yang
mengutamakan
adanya
kelompokkelompok”.Sedangkan
menurut
Sugiyanto (2009:37) mengemukakan
bahwa
“pembelajaran
kooperatif
(Cooperative
Learning)
adalah
pendekatan
pembelajaran
yang
berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar”.Pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran
dimana yang diutamakan adalah adanya
kelompok-kelompok kecil siswa untuk
melakukan kerjasama supaya siswa
dapat aktif dan memaksimalkan belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
Majid
(2013:174)
berpendapat
bahwa “ pembelajaran kooperatif adalah
model
pembelajaran
yang
mengutamakan
kerjasama
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran”.
Kemudian
Suprijono
(2013:54)
mengemukakan bahwa ”pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih
luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru”.
Metode Pembelajaran Role Playing
Model pembelajaran kooperatif tipe
Think
Pair
Share
mula-mula
dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk di
Universitas Maryland pad tahun 1985.
Think Pair Share memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi waktu lenih banya kepada
siswa untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain. Majid
(2013:191)
Think Paire Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif
sederhana yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan model pembelajaran ini,
yaitu
mampu
mengoptimalkan
partisipasi siswa (Lie, 2008:57).
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam
pembelajaran Think-Pair-Share menurut
Suprijono (2013: 91):
1) Tahap 1. Thinking (berpikir)
Pembelajaran ini diawali dengan
guru mengajukan pertanyaan atau isu
terkait dengan pelajaran untuk difikirkan
oleh peserta didik. Guru memberikan
kesempatan
pada
mereka
untuk
memikirkan jawabannya.
2) Tahap
2.
Pairing
(berpasangan)
Guru meminta peserta didik
berpasang-pasangan. Beri kesempatan
pada pasangan-pasangan itu untuk
berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat
memperdalam makna dari jawaban
yang
telah
dipikirkannya
melalui
intersubjektif dengan pasangannya
3) Tahap 3. Sharing (berbagi)
6
Pada tahap akhir, hasil diskusi
intersubjektif di tiap-tiap pasangan
hasilnya dibicarakan dengan pasangan
seluruh kelas. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi Tanya jawab yang
mendorong
pada
pengontruksian
pengetahuan secara integrative. Peserta
didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajarinya.
Lie
(2008:86)
menyatakan
kelebihan dan kekurangan metode
Think Pair Share [TPS] adalah sebagai
berikut:
1) Kelebihan
a) Meningkatkan
partisipasi
siswa dalam pembelajaran
b) Cocok digunakan untuk
tugas yang sederhana.
c) Memberikan
lebih
kesempatan
untuk
kontribusi masing-masing
anggota kelompok.
d) Interaksi antar pasangan
lebih muda.
e) Lebih mudah dan cepat
membentuk kelompoknya.
2) Kekurangan
a) Lebih banyak kelompok
yang akan lapor dan perlu
dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang
muncul.
c) Jika ada masalah tidak ada
penengah
Hasil Belajar
Dalam
kegiatan
pembelajaran
evaluasi memanglah sangat diperlukan,
evaluasi mengambarkan hasil dari
sebuah
kegiatan
pembelajaran.
Kunandar (2013:68) menjelaskan bahwa
“fungsi dari penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilakukan guru
adalah
menggambarkan
seberapa
dalam peserta didik telah menguasai
suatu kompetensi tertentu.” Evaluasi
dilakukan dengan cara memberikan tes
yang akan menunjukkan nilai hasil
belajar siswa yang diberikan guru
dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa
jauh
siswa
menguasai
kompentensi tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penilaian tersebut adalah:
1) Soal-soal atau pertanyaan harus
berhubungan langsung dengan
rumusan tujuan pelajaran.
2) Murid-murid harus diberikan
dengan jelas hasil apa yang
diharapkan dari mereka pada
akhir pelajaran.
Kunandar (2013:62) menegaskan
bahwa “hasil belajar adalah kompetensi
atau kemampuan tertentu baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang
dicapai atau dikuasai peserta didik
setelah
mengikuti
proses
belajar
mengajar.” Jihad dan Haris (2012:14)
mengemukakan bahwa “hasil belajar
merupakan
pencapaian
bentuk
perubahan perilaku yang cenderung
menetap di ranah kognitif, afektif, dan
psikomotoris dari proses belajar yang
dilakukan dalam waktu tertentu.”
Dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan
pencapaian
perubahan
perilaku siswa yang disebabkan oleh
penguasaan
atas
sejumlah
pengetahuan yang diberikan guru dalam
proses
belajar
mengajar
yang
cenderung mengarah pada aspek
kognitif, afektif dan pskomotorik.
Hipotesis Tindakan
Dari tinjauan pustaka dan kerangka
berpikir diatas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian ini dirumuskan bahwa
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran komunikasi kelas X
administrasi perkantoran 1 SMK Negeri
4 Klaten tahun ajaran 2014/2015.
3. Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK
Negeri 4 Klaten pada kelas X
Administrasi Perkantoran 1. Alasan
pemilihan tempat penelitian di SMK
Negeri 4 Klaten.
Penelitian
akan
dilaksanakan
selama 11 bulan terhitung dari bulan
Januari 2015 sampai november 2015.
Subjek dan Objek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah
peserta
didik
kelas
X
jurusan
7
Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri
4 Klaten semester genap tahun
pelajaran 2014/2015.
Obyek
penelitian
meerupakan
kegiatan yang dilaksanakan di dalam
kelas dengan menerapkan model
pembelajaran, diantaranya:
a. Model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share .
b. Hasil belajar siswa.
Data dan Sumber Data
Data
yang
dijadikan
fokus
penelitian ini adalah hasil belajar siswa
yang berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh saat siswa
menerima pelajaran dari guru. Hasil
belajar ini ditunjukan dengan nilai angka
yang telah memenuhi KKM yaitu 76.
Data dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil nilai akhir pra siklus, siklus 1
dan siklus 2, data ini didukung pula
dengan hasil observasi, dokumentasi,
wawancara pada guru komunikasi dan
beberapa siswa kelas X AP 1 SMK N 4
Klaten.
Pengumpulan data
Untuk memecahkan masalah dalam
penelitian diperlukan data yang relevan
dengan permasalahannya, sedangkan
untuk mendapatkan data tersebut
digunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data sehingga data yang
diperoleh benar-benar valid dan dapat
dipercaya. Adapun pengumpulan data
dalam penelitian dapat menggunakan
beberapa teknik antara lain observasi,
wawancara, dokumentasi, dan tes.
Uji Validitas Data
Untuk menjamin validitas data yang
dikumpulkan dalam penelitian, peneliti
menggunakan teknik triangulasi.
Menurut Patton (dalam Sutopo,
2006: 92-98) terdapat empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
untuk mencapai keabsahan, yaitu:
1. Triangulasi data
Menggunakan
berbagai
sumber data seperti dokumen,
arsip, wawancara, hasil observasi
atau juga dengan mewawancarai
lebih dari satu subjek yang
dianggap memiliki sudut pandang
yang berbeda.
2. Triangulasi pengamat
Adanya
pengamat
diluar
peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data.
3.
Triangulasi teori
Penggunaan
teori
yang
berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah
memenuhi syarat.
4. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode
untuk meneliti suatu hal, seperti
metode wawancara dan metode
observasi.
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan dua teknik triangulasi
data
dan metode.
Menggunakan
triangulasi data karena dalam penelitian
ini menggunakan sumber data yaitu
guru dan beberapa siswa yang
dianggap memiliki pandangan yang
berbeda. Pemeriksaan data dapat
dilakukan dengan menggunakan data
hasil wawancara dari guru dan peserta
didik serta hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti dengan mencatat
segala
data
kegiatan
selama
pelaksanaan penelitian. Sedangkan
triangulasi metode digunakan peneliti
untuk membandingkan data antara hasil
wawancara dengan hasil observasi
langsung dan dokumentasi.
Analisis data
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan teknis analisis data
deskriptif komparatif. Teknik deskriptif
komparatif digunakan untuk data
kuantitatif,
yakni
dengan
membandingkan hasil antar siklus.
Peneliti membandingkan hasil sebelum
penelitian dengan membandingkan hasil
pada akhir setiap siklus (Suwandi,
2008:70).
Teknik komparatif dalam penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan
hasil penelitian siklus pertama dan
kedua. Indikator yang belum tercapai
pada siklus pertama akan diperbaiki
pada siklus berikutnya sehingga dapat
meningkatkan pemahaman peserta
didik.
8
4. Hasil Tindakan dan Pembahasan
Pra Siklus Tindakan
Sebelum melaksanakan proses
penelitian, peneliti melakukan kegiatan
observasi awal pada saat pelajaran
komunikasi berlangsung dikelas X AP 1
yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan.
Observasi mendalam dilakukan pada
tanggal 20 Maret 2015 di SMK Negeri 4
Klaten. Dari observasi awal diketahui
bahwa proses pembelajaran yang
digunakan
masih
cenderung
menggunakan model pembelajaran
ceramah yang cenderung didominasi
oleh guru (teacher centered) dalam
proses
pembelajaran
sehingga
pembelajaran yang ada tersebut tidak
salah tetapi terlalu monoton dan kurang
menarik dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan penelitian awal yang
telah dilakukan peneliti, terdapat 21
siswa dari 34 peserta didik yang
mendapatkan nilai di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 76
pada mata pelajaran Komunikasi.
Ketuntasan hasil belajar siswa
dapat dilihat dengan grafik sebagai
berikut:
Siklus 1
Berdasarkan hasil pengamatan
siklus I oleh peneliti dan observer
tentang model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share diperoleh hasil
belajar
siswa
selama
proses
pembelajaran berlangsung. Hasil belajar
siswa ini diambil dari nilai 3 aspek yaitu
kognitif (40%), afektif (20%) dan
psikomotorik (20%). Dari 3 aspek
tersebut didapakan hasil belajar siswa
pada siklus I yaitu terdapat 12 siswa dari
34 siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yaitu 76 pada mata pelajaran
Komunikasi. Adapun data pengolahan
ranah hasil belajar siswa dapat disajikan
melalui tabel di bawah ini :
Siklus 2
Berdasarkan hasil pengamatan
siklus I oleh peneliti dan observer
tentang model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share diperoleh hasil
belajar
siswa
selama
proses
pembelajaran berlangsung. Hasil belajar
siswa pada siklus II yaitu terdapat 33
peserta didik dari 34 peserta didik yang
mendapatkan nilai diatas KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yaitu 76 pada mata
pelajaran Komunikasi. Dalam siklus II ini
hanya terdapat satu siswa dengan nilai
dibawah KKM, hal ini disebabkan
karena siswa itu jarang masuk. Adapun
data pengolahan ranah hasil belajar
siswa dapat disajikan melalui tabel di
bawah ini :
Perbandingan Antar Siklus
Berdasarkan hasil pelaksanaan
penelitian, maka dapat dinyatakan
bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa (kognitif 60%, afektif 20% dan
psikomotorik 20%) pada mata pelajaran
komunikasi melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) dari siklus I ke siklus II. Hal
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut
ini :
5. Simpulan dan Saran
Simpulan
Penerapan model pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada siklus I
meningkat dengan nilai rata-rata kelas
yang diperoleh siswa mencapai 75,30
dengan persentase capaian 64,71%,
sedangkan hasil belajar peserta didik
pada siklus II meningkat dengan nilai
rata-rata kelas yang diperoleh peserta
didik
mencapai
87,00
dengan
persentase
capaian
97,05%.
Peningkatan hasil belajar siswa pun
dapat dilihat pada setiap aspek sebagai
berikut:
9
1. Pada aspek kognitif hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari
siklus I nilai rata-rata kelas
mencapai 76,18 dan pada siklus II
meningkat
menjadi
88,09.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan sebanyak 11,91
pada aspek kognitif siswa.
2. Pada
aspek
afektif
juga
mengalami peningkatan yaitu pada
siklus I nilai rata-rata kelas
mencapai 73,24 dan pada siklus II
meningkat
menjadi
85,00.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan sebanyak 11,76
pada aspek afektif siswa.
3. Pada aspek psikomotorik pun
mengalami peningkatan dari siklus I
nilai rata-rata kelas mencapai 78,56
dan pada siklus II meningkat
menjadi 85,00. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
terjadi
peningkatan sebanyak 5,44 pada
aspek psikomotorik siswa.
Simpulan dari hasil penelitian dapat
dikemukakan sebagai berikut, yaitu
terdapat peningkatan hasil belajar siswa
kelas X AP 1 tentang Kompetensi Dasar
media komunikasi pada mata pelajaran
komunikasi di SMK Negeri 4 Klaten
Tahun Ajaran 2014/2015 melalui
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS).
Saran
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala
sekolah
hendaknya
mengapresiasi dan memotivasi
guru
untuk
selalu
mengembangkan
dan
menerapkan
model
pembelajaran yang bervariasi
untuk mendorong minat belajar
siswa, dengan cara memberikan
penyuluhan terkait model-model
pembelajaran.
b. Kepala
sekolah
hendaknya
dapat meningkatkan sarana dan
prasarana
dengan
cara
menyediakan
fasilitas-fasilitas
seperti buku, hotspot area dan
Daftar Pustaka
lain-lain,
sehingga
dapat
mendukung
kegiatan
pembelajaran di kelas.
2. Bagi Guru
a. Guru
harus
lebih
mengembangkan
kemampuannya
dalam
menyampaikan materi dan lebih
tegas dalam membina dan
mengelola siswa dalam kelas.
b. Guru harus lebih memotivasi
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran
dengan
cara
memberikan
contoh-contoh
yang nyata.
c. Guru harus mampu memilih
model pembelajaran yang cocok
untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran
dengan
cara
menyesuaikan
model
pembelajaran
yang
akan
digunakan
dengan
materi
pembelajaran sehingga proses
kegiatan pembelajaran dapat
mendorong peserta didik untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan dapat lebih
menghargai guru dalam proses
pembelajaran
dengan
cara
siswa
selalu
aktif
dan
memperhatikan
apa
yang
disampaikan oleh guru.
b. Siswa harus lebih mampu
berpartisipasi
aktif
dalam
kegiatan diskusi dengan cara
melakukan
latihan
dalam
mengemukakan pendapat dan
idenya pada saat diskusi
kelompok
sehingga
dalam
kegiatan pembelajaran akan
dapat lebih berpartisipasi aktif.
c. Siswa harus lebih konsentrasi
dan
fokus
dalam
proses
pembelajaran
agar
hasil
belajarnya melebihi batas KKM.
10
Anita, Lie. (2008). Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT.Gransindo.
Asmani, J.M. (2013). 7 Tips Aplikasi Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.
Daryanto dan Rahardjo, Mulyo.(2012).
Penerbit Gava Media.
Model
Pembelajaran
Inovatif.
Malang:
Jihad & Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kunandar. (2013). Penilaian Auntentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Didik
Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Download