manusia kristen

advertisement
MANUSIA KRISTEN
PENGAJAR: PDT. HARIANTO GP,
DOSEN STT BETHANY SURABAYA
Web stt Bethany: www.sttbethany.ac.id
I. MANUSIA MERUPAKAN GAMBAR DAN RUPA ALLAH
Dasar Alkitab: Kej 1:26-31; Kej 2:7
I. Arti Gambar dan Rupa Allah
Kej 1: 26a “Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar
[tselem: gambar, patung, model yang asli] dan rupa [demuth: salinan, tembusan yang
asli] Kita …”
Dalam Kej 1:26-27, dijelaskan bahwa manusia diciptakan menurut “gambar” dan
”rupa” Allah. Kata “gambar” dan “rupa” tidak menunjukkan dua hal yang berbeda, tetapi
mengandung kesamaan. Kesamaan ini menekankan akan kesamaan ilahi -- bukan
kesamaan secara fisik -- antara Allah dengan ciptaan-Nya, yaitu: manusia. Tapi, karena
manusia jatuh dalam dosa, maka kesamaan illahi ini rusak.
Elohim (Allah) menciptakan manusia dalam gambar-Nya seperti ayat 26. Dalam
hal ini, Gambar dan rupa Allah dikaitkan dengan hakekat manusia. Dalam manusia
seperti inilah Allah menghembuskan nafas hidup (Kej 2:7). Dengan demikian, manusia
memiliki:
• Norma moral.
• Kesadaran akan kematian dan kemungkinan adanya kehidupan setelah mati.
• Kesadaran akan adanya kodrat yang lebih tinggi.
• Kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran yang mutlak atau yang paling dasar.
2. Yesus sebagai Gambar dan Rupa Allah
Yesus sebagai gambar dan rupa Allah memperlihatkan ada dua kedudukan
yang penting terhadap Yesus, yaitu: Dia adalah Allah 100 % dan Dia adalah manusia
100 %. Artinya, Dia mempunyai kesamaan gambar dan rupa Allah 100% (gambar asli,
tidak rusak karena dosa). Gambar yang tidak rusak dari Yesus hidup sebagai manusia
ke bumi dan mati di kayu salib dalam rangka menebus dosa manusia.
1. Allah 100 %
Allah 100% artinya memang Dia adalah Allah. Dia Pencipta, Empunya Bumi,
Penentu Segala Sesuatu, dan Hakim dari Segala Sesuatu. Kesadaran Yesus adalah
Allah muncul dalam berbagai ucapannya:
Yoh 14: 23 “… kami [Tuhan Yesus dan Bapa] akan datang kepada dia …”
Yoh 14: 21, 23-24 “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu
akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan
dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu; dan firman yang
kamu dengar itu bukanlah dari padaKu, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku” .
Yoh 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas;
kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini”.
Kesatuan dengan Bapa itu mencakup atribut-atribut Bapa yang melekat
kepada-Nya. Segala sesuatu yang menyangkut Allah ada kepada diri Yesus sendiri.
Dalam Yoh 17:11 Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai “Bapa yang Kudus”. Kalau
Bapa itu kudus, maka Tuhan Yesus juga kudus. Maka, jika seseorang tidak
menghormati siapa yang Bapa utus (Yesus), maka ia otomatis menolak Bapa (Yoh
5:20-21).
2. Manusia 100%
Yoh 19: 5 Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus
kepada mereka: “lihatlah manusia itu!”
Pilatus mengakui bahwa Yesus adalah manusia. Tidak saja Pilatus, tetapi
semua orang yang hidup pada masa Yesus mengakuinya bahwa Yesus adalah
manusia.
Dalam kemanusiaan-Nya, Tuhan Yesus mempunyai kepribadian sama dengan
kita. Ia memiliki “mind” (otak, mental, cara berpikir), emosi, dan “will” (kehendak). Yesus
juga bisa tidur, mempunyai tubuh yang kuat, mempunyai keluarga, bisa haus, lapar,
dan lelah, bisa marah dan sedih, juga mengalami berbagai problem.
Perkembangan proses mental terjadi kepada Yesus. Misalnya, pada usia 12
tahun Ia pernah bertanya kepada alim ulama di bait Allah (Luk 2:46) dan membuat
orang terheran-heran karena mampu menanyakan pertanyaan yang mengagumkan.
Mereka kagum akan hikmat-Nya. Tuhan Yesus semakin besar dan bertambah hikmatNya dan makin dikasihi Allah dan manusia (Luk 2:52). Nampaknya Ia mengalami proses
pertumbuhan wajar dari keluarga. Tuhan Yesus juga sekolah, karena orang Yahudi
sangat menekankan pentingnya sekolah yang berhubungan dengan rumah ibadah. Bila
ada satu desa tidak ada sekolah, maka pimpinan desa itu bisa dikucilkan dari
masyarakat Yahudi.
3. Orang-orang Percaya sebagai Gambar dan Rupa Allah
Kol 3: 9-10 “Jangan lagi kamu saling berdusta, karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakukannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terusmenerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya.”
Gal 3: 26-28 “Sebab kamu semua anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Karena kamu semua, yang dibaptiskan dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka,
tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus
Yesus”.
Pengertian “manusia baru” menjadikan yang tadinya seseorang bukan orang
percaya menjadi orang percaya. Ketika ia percaya kepada Yesus sebagai
Juruselamatnya, maka ia menjadi manusia baru. Kata “baru” di sini mengarah pada
telah diperbaiki gambar yang rusak -- karena dosa Adam dan Hawa -- menjadi tidak
rusak sehingga ia bisa melakukan persekutuan dengan Allah: persekutuan yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Karena orang yang sudah percaya berarti ia sudah
satu di dalam Kristus Yesus. Dengan demikian, ia telah
Allah yang tidak rusak.
sebagai gambar dan rupa
Sebagai gambar dan rupa Allah berarti, kita harus:
1. Hidupnya harus memenuhi kebenaran dari segala sudut: segala sesuatu lurus tanpa
ada bengkok, segala sesuatu jujur tanpa ada plin-plan, segala sesuatu tulus tanpa
ada kemunafikan
2. Menolak segala usaha si jahat untuk menjatuhkan kita ke dalam pencobaan atau
perangkapnya.
II. MANUSIA MERUPAKAN MAKHLUK YANG BERBUDAYA
Dasar Alkitab: Bil 9:3; Mzm 150:3-5; Mat 28:19-20; Yoh 2:1-11; Ibr 9:1
Kata budaya mempunyai arti: (1) pikiran; akal budi, (2) adat istiadat, (3)
sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang -- beradab, maju. Dari kata
budaya, munculah kata kebudayaan yang berarti hasil kegiatan atau penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan
mempunyai beberapa persamaan kata. Dalam hal tradisi, antara lain: dongeng, adat
istiadat, kebiasaan, sejarah, dan keagamaan. Dalam bidang pendidikan antara lain:
gaya, seni, disiplin ilmu, dan termasuk juga skill dan grace.
Baik kata cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa Inggris), maupun tsaqafah
(bahasa Arab) adalah berasal dari bahasa Latin: colere yang berarti “mengolah”,
“mengerjakan”, “menyuburkan”, dan “mengembangkan”. Dari segi arti ini berkembanglah
arti culture, yaitu “segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam”.
1. Berbudaya antara Manusia dengan Makhluk Hidup Lainnya
Sebelum manusia ada, Allah telah berbudaya, berarti Allah mempunyai pikiran
dan akal yang sudah maju. Allah memberi mandat kepada manusia untuk berbudaya.
Dalam Kej 2:15, Allah memberi tugas kepada manusia untuk mengusahakan dan
memelihara taman, termasuk hewan dan binatang. Karena itu manusia adalah makhluk
yang mulia dibandingkan dengan ciptaan makhluk hidup lainnya.
Persamaan mendasar antara manusia dengan hewan atau binatang adalah
sama-sama memiliki tugas untuk berkembang dan bertambah menjadi banyak. Tetapi,
ada satu hal yang Allah tidak perintahkan kepada hewan atau binatang, yaitu “perintah
untuk menaklukkan ataupun menguasai ciptaan Allah yang lain”. Mengapa demikian?
Karena manusia adalah makhluk yang berbudaya atau makhluk yang mempunyai budi
dan daya -- akal dan pikiran.
2. Manfaat Berbudaya
Bil 9:3 “Pada hari keempatbelas bulan ini, pada waktu senja, haruslah kamu
merayakannya pada waktu yang ditetapkan, menurut segala ketetapan dan
peraturannya haruslah kamu merayakannya.”
Ibr 90:1 “Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk
ibadah dan untuk tempat kudus buatan manusia.”
Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa umat Israel sudah
mempunyai adat kebudayaan yang harus dilaksanakan, misalnya dalam hal perayaan
dan liturgi ibadah (liturgi adalah salah salah satu wujud nayata dari budaya mansia).
Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa kebudayaan sangat bermanfaat:
• Untuk memuji Allah, karena itu alat yang dipakai untuk memuji Allah adalah hasil
dari budaya manusia. Dalam Mzm 125:3-5, pemazmur dengan jelas menghimbau
kepada semua orang untuk senantiasa memuji Allah baik dengan tiupan
sangkakala, gambus, kecapi, rebana, tari-tarian, seruling, maupun dengan cercap.
• Dengan akal budi kita bisa menjauhi kejahatan (Ayb 28:28).
• Dengan akal budi, kita bisa mengasihi Allah (Mat 22:37; Mrk 12:30; Luk 10:27).
3. Hasil budaya
Hasil kebudayaan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
• Kebudayaan material: Kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: gedung,
rumah, alat-alat, pakaian, dan sebagainya.
• Kebudayaan imaterial (batin), misalnya: bahasa, ada (peraturan), ilmu pengetahuan,
dan sebagainya. Dalam Mat 28:19-20, Yesus memberi amanat agung kepada muridmurid-Nya. Amanat tersebut adalah: menjadikan semua bangsa murid-Nya,
membaptiskannya, dan mengajarnya sesuai perintah Allah. Untuk melaksanakan
amanat agung dari Yesus -- yaitu dalam penginjilan -- kebudayaan sangat
bermanfaat sekali. Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak mempermasalahkan
kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Contohnya: dalam pelayanan Yesus di
Kana (Yoh 2:1-11). Berdasarkan adat yang ada, disediakan enam tempayan untuk
membasuh kaki kedua mempelai (ayat 6). Kata adat dalam ayat tersebut berarti
sudah mengunakan kebudayaan immaterial. Kalau kita baca dan perhatikan, Yesus
tidak menentang adat tersebut. Tetapi, Yesus menggunakan adat tersebut sebagai
alat untuk menyatakan diri-Nya.
III. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERETIKA
Dasar Alkitab: Mat 22: 15-22
Etika berasal dari kata “ethos”, yang berarti ilmu pengetahuan tentang moral.
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan apa yang buruk; apa
yang benar dan apa yang salah; tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, budi pekerti, atau susila.
Sebagai manusia yang hidup dan berpijak pada bumi Indonesia, maka kita
harus mentaati peraturan yang ada di Indonesia. Kalau kita tidak mentaati peraturan
yang ada di Indonesia, berarti kita juga tidak mentaati peraturan yang ada di
Kelurahan kita, di kampung kita, di desa kita, bahkan kita juga tidak mentaati
peraturan di rumah kita. Bila itu yang terjadi maka kita disebut amoral atau manusia
yang tidak bermoral atau tidak beretika.
Dalam Mat 22: 21, Yesus memberikan contoh bagaimana seseorang
menunjukkan ketaatannya kepada kaisar untuk membayar pajak. Seseorang yang
membayar pajak, ia adalah menunjukan etika yang baik. Kalau seorang presiden
menunjukkan etika atau moral yang tidak baik misalnya korupsi, apakah para
menterinya yang melihatnya tidak akan korupsi? Kalau seorang kepala polisi mau
menerima suap di kantornya, apakah polisi bawahannya yang melihatnya tidak akan
menirunya? Memang bukan di kantor, tetapi di jalan raya. Kalau orangtua tidak bisa
menunjukkan etika yang baik kepada anak-anaknya, bagaimana mungkin seorang
anak akan mempunyai etika atau moral yang tidak sama dengan orang tuanya.
Etika Allah
Orang Kristen disamping harus tunduk terhadap aturan Pemerintah juga harus
tunduk terhadap aturan Allah. Aturan-aturan Allah inilah disebut “Etika Alkitab”, di
mana bersumber pada ajaran dalam Alkitab. Apa yang dimaksud etika Alkitab?
Dalam 1 Kor 15:33, etika diterjemahkan sebagai “kebiasaan yang baik.” Tetapi, kata
yang lebih banyak dipakai untuk mengartikan cara hidup ialah “anastrofe” (2 Ptr 3:11).
Etika dalam Alkitab berbicara tentang cara hidup yang diatur dan disetujui oleh
Firman Allah. Orang Kristen diatur oleh etika PL dan etika PB.
Etika Alkitabiah adalah induk dari etika umum yang ada dalam kehidupan umat
manusia khususnya orang Kristen, baik di dalam maupun di luar lingkungan gereja.
Sebagai contoh dalam PL ada sepuluh hukum Tuhan (Kel 20:1-17). Kalau kita
melanggar hukum tersebut, berarti kita melanggar etika Allah, sekaligus kita melanggar
etika yang Yesus ajarkan dalam Mat 22:37 dan kita pasti mendapatkan hukuman dari
Allah. Kel 32:1-35 mengisahkan bagaimana bangsa Israel melanggar etika Allah yang
menyebabkan Allah marah dan menghukum bangsa Israel. Sedangkan hukum keenam
hingga hukum kesepuluh adalah menunjuk hubungan manusia dengan sesamanya.
Kalau kita melanggar hukum tersebut, berarti kita telah melanggar etika umum dan
sekaligus kita melanggar etika yang Yesus ajarkan dalam Mat 22:39. Dalam Luk 10:2537, Yesus memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati.
Kemurahan hati dari orang Samaria tersebut menunjukkan bahwa dia mempunyai etika
yang baik dalam hidupnya. Karena itu, kita sebagai orang percaya diperintahkan oleh
Yesus untuk melakukan hal yang demikian (Luk 10:37).
IV. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PSIKOSOMATIS:
TERDIRI DARI TUBUH, JIWA, DAN ROH
Kej 2:7 “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah [tubuh] dan
menghembuskan nafas hidup [nephesh chayyar; roh atau jiwa yang hidup] ke dalam
hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
Debu dan tanah adalah tubuh. Mulanya Allah membentuk tubuh. Lalu,
menghembuskan roh atau jiwa di dalam tubuh itu, sehingga manusia hidup. Jadi,
manusia itu terdiri dari tubuh (soma, Yunani) dan jiwa atau roh (psuche; psikho, Yunani).
Kedua istilah ini digabungnya menjadi “Psykosomatis” (tubuh dan roh) atau juga disebut
“dikotomi”. Tapi, ada juga para ahli berpendapat bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa,
dan roh disebut “trikotomi”.
Jiwa mempunyai arti:
• Jiwa merupakan akhir alam akal (rohani) dan menjadi permulaan makhluk-makhluk
yang terdapat pada alam indrawi. Karena itu, ia bertalian dengan ke dua alam
tersebut.
• Jiwa mempunyai bermacam-macam kekuatan, dan dengan kekuatannya ia
menempati permulaan, pertengahan, dan akhir segala sesuatu.
• Dalam Ayub 33:4; 32:8, kata jiwa tidaklah mempunyai arti sebagaimana kita sering
mengartikannya — suatu arti yang agak asing dalam PL – akan tetapi menunjukkan
arti suatu keberadaan yang hidup dan merupakan suatu pejabaran tentang manusia
sebagai suatu keseluruhan. Istilah Ibrani yang sama adalah “nephesh chayyar”
(Makhluk yang hidup) juga dipakai untuk menunjuk binatang dalam Kej 1:21, 24, 30.
Jadi ayat ini kendatipun menunjukkan adanya dua elemen diri manusia, tetaplah
menekankan kesatuan organis dalam diri manusia. Dan pengertian seperti ini dapat
kita temukan dalam seluruh Alkitab.
Kegunaan Tubuh dan Roh (Jiwa):
1. Tubuh dipakai untuk:
• menjelaskan keberadaan manusia.
• menyebut manusia secara keseluruhan: jasmani dan rohani (1 Kor 15:35).
2.
•
•
•
•
•
•
•
Roh atau jiwa dipakai untuk:
mengetahui (Mzm 77:7; Mrk 2:8).
emosi (Kej 41:8).
untuk menghayati dunia luar dan menanggapinya (1 Kor 16:18),
untuk bersaksi (Rm 8:16).
untuk beribadah (Rm 1:9), untuk bersekutu (Flp 2:1).
berpikir, perasaan, berkehendak.
dapat menerima dan menyatakan segala macam senang, sedih, girang, marah dan
sebagainya.
V. MANUSIA DICIPTAKAN SEBAGAI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Dasar Alkitab: Kej 1:27; Kej 2:18-20; Kej 2:21-24
1. Tugas-tugas Manusia
Ayat-ayat di atas memberi gambaran kehadiran manusia di bumi. Semula
Allah menciptakan manusia itu adalah laki-laki (Kej 1:27).
Allah memberi tugas
kepada Adam sebagai berikut:
1. Adam harus mengusahakan dan memelihara taman (Kej 2:15).
2. Adam harus menamakan segala binatang hutan dan segala burung di udara (Kej
1:28).
Dalam proses melakukan pekerjaan bagi Adam, ia tidak menjumpai
pendamping yang sepadan dengannya (Kej 2:18-20). TUHAN Allah mengetahui
pikiran Adam dan meresponinya, Ia mengatakan bahwa tidak baik untuk manusia itu
seorang diri, maka Allah menciptakan baginya seorang “pendamping yang sepadan
dengannya”. Allah membuat tidur nyenyak pada Adam, lalu Allah mengambil sebuah
dari tulang rusuknya, lalu menutupkan “daging” pada tempat itu. Dan Allah
membangun tulang rusuk itu yang Ia ambil dari manusia menjadi perempuan, dan
membawanya kepada manusia itu (Kej 2:21-24).
Tugas perempuan tersebut adalah:
1. Hawa harus mendamping (Companion) Adam dalam pelakukan tugasnya, bukan
penolong (Helper). Kata “penolong” mempunyai arti asisten, orang yang membantu,
pendeknya orang yang posisinya lebih rendah.
2. Allah memerintahkan “beranak cuculah dan bertambah banyak” (Kej 1:28).
Tapi, yang paling menarik di sini adalah Allah memberi perempuan tidak
bersama ketika Allah menciptakan laki-laki, kenapa? Allah membangkitkan dulu
kebutuhan dalam diri manusia. Dalam pekerjaannya manusia pasti membutuhkan
sesuatu, dan di sinilah Allah mencukupinya.
2. Manusia dan Ciptaan Lainnya
Manusia diciptakan lebih tinggi dari makhluk lain (1 Tes 5:23). Yang
membedakan manusia dari makhluk lain karena manusia mempunyai roh. Roh manusia
dapat mengenal Allah, artinya:
1. Manusia milik Allah.
2. Hidup manusia ditentukan oleh Allah, karena itu kita tidak boleh membunuh orang
lain dan diri sendiri, sebab membunuh adalah menghilangkan nyawa.
3. Tujuan hidup manusia harus disesuaikan dengan kehendak Allah.
4. Manusia harus taat kepada Allah. Banyak orang beranggapan taat itu adalah
terbatas. Menurut orang Kristen jawabannya adalah “ya”, tetapi semua itu
mengarahkan kita menuju kepada kehidupan surga atau hidup yang kekal.
Setiap menciptakan sesuatu Allah selalu berkomentar pada ciptaan-Nya dan
dikatakan “sungguh baik”. Ketika Allah menciptakan manusia, ia berkomentar ”sungguh
amat baik” (Kej 1:31). Dibandingkan dengan peristiwa waktu Allah menciptakan bagianbagian hari dari bumi kita, misal Kej 1:10,12 Allah mengatakan “semua itu baik”. Ini
menandakan penciptaan manusia berbeda dengan ciptaan lainnya. Manusia diciptakan
lebih tinggi dari ciptaan yang lain. Buktinya lainnya:
• Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sifat-sifat manusia: marah,
•
•
•
•
•
•
•
benci, sayang, dan lainnya. Kemampuan: menciptakan barang baru, memberi nama
terhadap barang yang dibuat.
Alkitab ditulis melalui kata-kata yang diilhamkan oleh Allah melalui Roh Kudus. Katakata itu ditujukan kepada manusia, bukan ciptaan lainnya.
Manusia bisa dimintai tanggung jawab atas perbuatannya, ciptaan lainnya tidak
dapat dimintai tanggung jawabnya. Manusia yang bisa bertanggung jawab disebut
makhluk susila (bermoral) dan kalau orang yang perbuatannya seperti binatang atau
hewan, ia dikatakan tidak bersusila (asusila, amoral).
Manusia bertanggung jawab terhadap lingkungan di mana ia tinggal. Contoh: di
Bandung Utara, hutan-hutan dilindungi dan tidak boleh ditebang, karena menjadi
sumber air minum, menyaring udara, menjaga kesuburan tanah. Juga udara di kota:
udara kota dicemari tidak boleh oleh asap kendaraan bermotor dan asap pabrik,
pemerintah mengatasi dengan menanam pohon-pohon di tepi jalan. Cerobong
pabrik harus tinggi, pabrik harus pindah keluar kota, menahan pohon-pohon di
halaman rumah kita.
Sedangkan kata “penuhilah bumi dan taklukanlah itu,” artinya kuasa manusia untuk
memerintah. Dari situ dapat diperluas atas segala daerah kerajaan penciptaan yang
muncul pada tiga hari pertama dan atas segala raja-raja makhluk dari tiga hari yang
kedua.
Sedangkan dalam ayat 29-31, secara jelas dan sempurna Allah membedakan status
manusia dan binatang. Manusia diberi penghargaan sebagai subyek langsung
penerima perintah Allah untuk menjadi penguasa seluruh ciptaan-Nya. Terlihat dari
perbedaan jenis makanan untuk manusia dan binatang merupakan bukti bahwa
manusia memiliki hal yang lebih tinggi atau lebih utama daripada binatang. Dalam
banyak hal, Allah selalu membedakan antara kedudukan manusia dan binatang
sampai pada puncaknya bahwa hanya kepada manusialah diberi kuasa atas seluruh
ciptaan termasuk binatang-binatang tersebut.
Kej 1:28 mengatakan manusia disuruh berkembang biak supaya memenuhi bumi,
lalu menaklukkan dan menguasai bumi. Manusia diberi akal budi sebagai modal
untuk bisa menaklukkan dan menguasai bumi. Caranya: akal budi manusia harus
diasah atau dilatih melalui bersekolah untuk mempelajari bermacam-macam disiplin
ilmu pengetahuan. Dengan ilmu ini manusia dapat menguasai alam. Misalnya: teknik
sipil, fisika, kedokteran (biologi, farmasi atau pengobatan), ilmu ekonomi, dan
lainnya.
Ams 12:10 mengatakan orang benar memperhatikan hidup hewannya. Hewan harus
dirawat, dipelihara, apalagi hewan yang sengaja diternakan: sapi, domba, dan
lainnya. Hewan-hewan itu termasuk: (1) Hewan liar: dilindungi pemerintah, misal
Ujung Kulon, di Semenajung Blambangan. (2) Hewan yang kita pelihara di rumah.
3. Yoh 15:1-8
Dalam Yoh 15:1-8 diajarkan tentang perumpamaan pokok anggur yang benar.
Penguasanya: Allah Bapa, dan pokok anggur: Yesus Kristus. Ranting-ranting: orangorang percaya.
Setiap ranting yang memisahkan diri (diputus) dari pohon anggurnya, ia akan
mati. Demikian juga setiap orang percaya yang terpisah dari Allah atau Yesus, ia akan
mati secara rohani. Di luar Allah hidup manusia akan mati (kering), lalu dibakar. Kalau
ranting ini tetap pada pokok anggur, maka ia akan mengeluarkan banyak buah. Apabila
dari hidup kita dikeluarkan banyak buah maka Bapa dipermuliakan. Sebaliknya, bila
hidup kita tidak berbuah, maka kita harus dibuang atau dipisahkan dengan pohonnya.
VI. MANUSIA GAGAL MEMENUHI KEHENDAK TUHAN
1. Pengertian Dosa
Dalam PL sedikitnya dosa ada 8 kata dasar: khata, ra, pasha, awon, shagag,
asham, rasha, dan taah, dan dalam PB ada 12 kata dasar: kakos, poneros, asebes,
enokhos, hamartia, adikia, anomos, parabates, agnoein, planao, paraptoma, dan
hipokrisis.
Inti dari definisi dosa adalah tidak mencapai sasaran, kebejatan,
pemberontakan, kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, kejahatan, penyimpangan,
keadaan tidak beriman, kebodohan, dan kesengajaan meninggalkan jalan benar. Jadi,
sifat dosa terletak pada arah yang berbeda dengan kehendak Allah.
Rm 5:12 “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu
orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua
orang, karena semua orang telah berbuat dosa”.
Rm 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang
kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan Kita.”
2. Kehendak Tuhan
Dasar Alkitab: Kej 2: 15-17
“Kehendak Allah” (god will) dalam bahasa Ibrani PL banyak bentuknya, sebagai
berikut: “hapes”: nasihat Allah, “rason”: kehendak yang baik, atau “esa”: nasihat Allah.
Lalu makna dalam bahasa Yunani PB sebagai berikut: “boule”: rencana atau tujuan
kekal Allah. Luk 7:30, Kis 2:23; 4:28, Ef 1:11 menggunakan kata “thelema”: kehendak
hati-Nya atau menurut kesudian Allah. Rm 12:2; Ef 1:9; 5:17 menggunakan kata
“eodokia”: kesukaan.
Jadi, kehendak Allah bersifat ketuhanan dalam tujuan manusia untuk
melepaskan proses kehidupan duniawi. Dengan melakukan kehendak Allah, manusia
memasuki proses pembebasan dari dosa melalui Yesus Kristus – penderitaan Yesus,
kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.
3. Konteks Ef 5:17
Ef 5:17 “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu
mengerti kehendak Allah.”
Bila manusia melihat konteks Ef 5:17, maka kehendak Allah di sini adalah kita
harus hidup dalam Kristus. Kita terbebas dari dosa melalui Yesus Kristus. Dahulu kita
hidup dalam kegelapan tetapi kini kita hidup dalam terang Tuhan (Ef 5:8). Artinya, terang
Tuhan inilah kehendak Allah itu. Dan dengan terang Tuhan kita membukaan kebaikan,
keadilan, dan kebenaran (Ef 5:9).
Kenapa kita melakukan kehendak Allah? Sebab, dengan melakukan kehendak
Allah kita membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh (1 Ptr 2:15). Orang yang
melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:17). Dan, yang
terpenting, dengan melakukan kehendak Allah, watak kita dirubah menyerupai Yesus
Kristus. Sepanjang hidup Yesus, Ia hidup tidak keluar rel kehendak Allah (Ibr 10:7,9).
Karena kehendak-Nya kita telah dikuduskan satu kali untuk selamanya oleh teladan
Yesus Kristus (Ibr 10:10).
Kehendak Allah dalam konteks Ef 5:17 tidak kita pahami sebagai tuntutan, tetapi
sebagai ekspresi atau kecenderungan kesenangan atas apa yang Allah sukai, sehingga
menimbulkan sukacita.
4. Sifat Kehendak Allah
Sifat kehendak Allah:
• Tidak berubah-ubah.
• Bebas dengan reaksi untuk kreatifitas. Kreatifitas, pemeliharaan, dan keselamatan
adalah kebebasan seni Allah. Itu dapat dikatakan bahwa Allah melawan dosa.
Pembebasan dari dosa kita oleh Allah melalui Yesus Kristus, penderitaan Yesus,
kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.
• Kehendak Allah adalah absolut tidak tergantung dengan segala sesuatu di luar
dia, tetapi tidak lepas dari kekudusan, kebenaran, keadilan, dan kebaikan-Nya.
Dengan demikian, ada beberapa hal yang Allah tidak dapat lakukan yang
bertentangan dengan karakter dasar-Nya. Misalnya, berdusta. Itu tidak sesuai
dengan karakter-Nya. Dia setia, tetapi disuruh tidak setia, itu tidak bisa. Puncak
tertinggi dari kehendak Allah adalah diri-Nya sendiri.
• Kehendak Allah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Kalau manusia mentaati
atau hidup dalam kehendak Allah – hidup berakar dalam Allah – ia berbuah.
Buahnya adalah manusia itu hidup menjadi terang, penuh tuntutan Roh Kudus, dan
selalu (dengan setia) doanya dikabulkan oleh Allah (1 Yoh 5:14).
• Kehendak Allah itu bersifat kekal, setia, dan tidak mengkhianati manusia.
5. Pemberontakan terhadap Kehendak Allah
Adam dan Hawa ditaruh Allah ke taman Eden atau Firdaus. Allah menyuruh agar
Adam dan Hawa tidak memakan pohon pernyataan baik dan jahat yang di tengah
taman itu. Sedangkan di sekelilingnya boleh dimakan. Iblis mengatakan bahwa
pohon-pohon di taman ini tidak boleh dimakan. Engkau tidak akan mati. Engkau akan
menjadi seperti Allah: tahu hal yang dan yang tidak baik.
Sampai saat itu Adam dan Hawa hanya mengetahui yang baik saja. Hawa ingin
tahu yang tidak baik. Hawa: melihat buah itu baik (mata), dimakan (tubuh), ia
mengulur tangan (berbuat), ia makan. Akibatnya: mereka menyadari kekurangan,
dosa mereka. Reaksinya: menutupi (perbuatan), bersembunyi, takut, melempar atau
melontarkan kesalahan kepada orang lain.
Cara Iblis memberontak Allah sebagai berikut:
• Iblis suka memutarbalik Firman (Kej 2: 15-17).
• Melalui mata; melalui tubuh: makanan; kepandaian: kebijaksanaan (Kej 3: 6-7)..
• Tubuh: makanan; meragukan firman; daya tarik dunia (Mat 4: 1-11).
• Tubuh: daging; mata, keseimbangan (1 Yoh 2: 16-17)
Iblis paling banyak menjatuhkan manusia melalui: tubuh (3 kali), mata (2 kali),
lain-lain (1 kali). Mengapa Iblis mencari manusia? Ketika Iblis dibuang dari surga ke
bumi, ia menyeret 1/3 dari malaikat Allah. Sedangkan, manusia adalah makhluk hebat,
mempunyai sifat-sifat seperti Allah, jumlahnya bertambah, jiwanya kekal. Dan, Iblis mau
mengajak manusia untuk melawan Allah. Ia ingin menjatuhkan manusia ke dalam dosa.
Alasannya, manusia bertambah banyak, sedangkan makhluk rohani (malaikat, Roh
jahat) tidak banyak.
6. Akibat Pemberontakan
•
•
•
•
•
•
Kej 2:17 “pada hari engkau memakannya, pastilah engkau akan mati”. Tetapi,
mereka tetap hidup setelah mereka makan? “Mati” di sini berarti mati rohani, dan
tidak lagi mempunyai hubungan dengan sumber hidup, yaitu Allah.
Kej 3:23 mereka dikeluarkan dari Eden.
Kej 6: 1,5 jumlah manusia bertambah (secara kuantitatif, memenuhi perintah Allah),
tetapi mereka perbuatan dan pikirannya jahat (secara kualitatif tidak memenuhi
perintah Allah). Kecenderungan manusia untuk berbuat dosa, ternyata menurun
seperti sifat-sifat tubuh, sifat-sifat kejiwaan (Rm 3:23; 5:12).
Manusia seharusnya dihukum di nereka, tetapi Tuhan Allah menawarkan
keselamatan kepada manusia, melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Contoh: Manusia
pada zaman Nuh, Allah menghukum dengan memusnahkan semua manusia kecuali
manusia yang ada dalam bahtera.
Umur manusia menjadi pendek.
Kej 3:16,17 Adam harus bekerja keras untuk mencari nafkah. Hawa mengalami
penderitaan pada waktu hamil, dan rasa sakit pada waktu bersalin.
VII. KESELAMATAN MANUSIA
Dalam agama atau kepercayaan
manusia berusaha mencari jalan
keselamatannya. Di bawah ada berbagai pandangan keselamatan sebagai berikut:
1. KESELAMATAN NON KRISTEN
1. Agama Suku
Keselamatan agama suku – baik animisme, dinamisme, totemisme, dan
spiritisme – melalui upacara. Semakin ia sering upacara maka ia semakin bisa selamat.
Karena dalam upacara itu seseorang akan memperoleh:
• Animisme misalnya. Daya kekuatan keagamaan yang magis dan hubungannya
dengan binatang. Keselamatan dirinya bergantung pada mati hidupnya binatang
yang dianggap sebagai sesuatu yang dapat memberinya kekuatan magis.
• Dinamisme misalnya. Sebelum melakukan upacara seseorang Dinamisme harus
melalui tahapan puasa, bertarak, dan bertapa menjadi suatu alat kekuasaan untuk
mendapat daya kekuatan yang luar biasa. Dengan melalui puasa, bertarak dan
bertapa seseorang akan menjadi sakti dan memperoleh kekuatan yang luar biasa.
Dengan kekuatan inilah orang tersebut dapat hidup lebih lama.
2. Agama Hindu
Siapa yang ingin mendapatkan keselamatan ia harus dapat menghapuskan
segala keinginannya. Syaratnya adalah pengenalan akan dirinya sendiri sebagai “aku
ini” ia akan bebas dari mati. Seseorang harus dapat menguasai Atmannya yang
berfungsi sebagai pusat dari fungsi jasmani dan rohani manusia.
3. Agama Budha
Keselamatan atau Nirwana bisa diperoleh manusia dengan cara manusia
hidupnya di bumi bisa mencapai delapan tingkat Kebajikan. Kalau ia meninggal dan
belum berhasil mencapainya, maka ia akan inkarnasi kembali ke bumi untuk mencapai
delapan tingkatan kebajikan tersebut. Tingkat jalan keselamatan sebagai berikut:
Samma Ditthia (percaya yang benar), Sila (untuk mencapai keselamatan tidak cukup
dengan pengetahuan saja, tetapi dituntut dengan moral), Samadhi, dan Wimoksa
(keselamatan atau kelepasan).
4. Agama Yudaisme
Untuk mencapai keselamatan seseorang harus menyembah kepada Allah dan
taat akan Taurat. Bila seseorang tidak melakukan Hukum Taurat atau melanggar salah
satu dari perintah Hukum Taurat, maka orang tersebut tidak akan memperoleh
keselamatan.
5. Agama Islam
Pandangan agama Islam terhadap keselamatan, yaitu dengan melakukan amal
atau berbuat baik. Seseorang harus mengucapkan syahadat percaya Allah dan
Muhammad, serta berbuat amal. Keselamatan seseorang tergantung dari amal orang
itu selama ia hidup di bumi.
2. KESELAMATAN KRISTEN
Keselamatan dalam bahasa Ibraninya “Yesyu’a” dan bahasa Yunaninya
“Soteria”. Keselamatan mengandung arti tindakan hasil dari pembebasan atau
pemulihan dari bahaya, penyakit mencakup kesehatan, keselamatan dari hukuman.
Soteriologi berkaitan dengan pelimpahan berkat keselamatan kepada orang berdosa
dan pembaruan yang dialaminya berkenaan dengan kehendak ilahi agar mereka dapat
menikmati hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah.
Keselamatan mempunyai arti: menunjukan seseorang terlepas dari tempat
kejatuhannya kembali ke kedudukan semula, atau seseorang terlepas dari kuasa
dosa lalu mendapatkan kesucian, atau seseorang terlepas dari kuasa maut lalu
mendapatkan hidup, atau seseorang terlepas dari kedudukannya yang bermusuhan
dengan Allah dan mendapatkan kedudukan yang berdamai, atau seseorang terlepas
dari kedudukannya sebagai hamba dan mendapat kedudukan sebagai anak, atau dari
kegelapan berpaling kepada terang.
Allah hanya memiliki satu rencana keselamatan, namun Ia mempunyai
berbagai cara untuk menangani manusia berhubungan dengan rencana keselamatan
tersebut. Hal itu terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Masa persiapan yang
sangat panjang ini sangat diperlukan. Dalam Gal 4:4 menyatakan, “Tetapi setelah
genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan
dan takluk kepada hukum Taurat.”
Masa persiapan yang begitu lama ini mempunyai tiga tujuan:
• Untuk memperlihatkan kepada manusia sifat dosa yang sesungguhnya dan betapa
dalamnya kebejatan yang ke dalamnya manusia telah terperosok.
• Menyatakan kepada Allah bahwa manusia tidak berdaya untuk memelihara atau
memperoleh kembali pengenalan yang memadai akan Allah, juga tidak berdaya
untuk membebaskan dirinya dari dosa dengan memakai bantuan filsafat dan
kesenian.
• Serta mengajarkan kepada manusia bahwa pengampunan serta pemulihan
hubungan dengan Allah hanya dapat terjadi berdasarkan pengorbanan seorang
pengganti. Sejarah menunjukkan betapa tidak sempurnanya pemahaman dunia
akan kebenaran-kebenaran ini. Sekalipun demikian, pemahaman yang tidak
sempurna pun sudah cukup bagi Allah untuk memperkenalkan Sang Juruselamat
kepada umat manusia.
1. Sekali Diselamatkan untuk Selamanya
Ibr 5:9 “dan sesudah ia mencapai kesempurnaanNya, ia menjadi pokok anggur
keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepadaNya”. Keselamatan itu
sifatnya abadi.
Yoh 10: 28,29 “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut
mereka dari tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari
pada siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Keselamatan itu tidak binasa selama-lamanya.
2. Keselamatan adalah Anugerah Allah
• Anugerah adalah permberian cuma-cuma. Jadi, keselamatan adalah pemberian
cuma-cuma, tanpa seseorang harus membayar apalagi mengorbankan nyawanya.
• Anugerah
adalah kesempurnaan Allah berkenaan dengan bagaimana Ia
menunjukkan kebaikan-Nya yang tidak memerlukan jasa manusia. Satu anugerah
Allah ini menyatakan diri-Nya sendiri dalam berbagai macam karunia atau
pekerjaan. Manifestasi tertinggi dari Allah dapat dilihat dalam pekerjaan-pekerjaan
Allah yang penuh kasih yang ditujukan pada dan menghasilkan penghapusan
dosa, kecemaran dan hukuman atas dosa dan keselamatan bagi orang berdosa.
• Jangkauan anugerah ditentukan oleh ketetapan untuk menentukan orang pilihan.
Anugerah ini terbatas pada orang pilihan saja.
• Anugerah menyingkirkan kesalahan dan hukuman dosa, mengubah keadaan
batiniah manusia, dan sedikit demi sedikit membersihkan dia dari kecemaran dosa
melalui pekerjaan Roh Kudus yang supranatural. Pekerjaan ini terutama dalam
keselamatan orang berdosa.
• Anugerah tidak dapat ditolak, namun sama sekali tidak berarti bahwa anugerah
merupakan satu kekuatan yang mengharuskan manusia percaya melawan kehendak
dirinya sendiri, tetapi justru melalui perubahan yang dilakukannya di dalam hati,
maka anugerah ini menjadikan manusia berkemauan menerima Tuhan Yesus
sebagai Juruselamat dan mau taat sepenuhnya pada kehendak Allah.
• Anugerah
bekerja dengan cara yang spiritual dan rekreatif, memperbarui
keseluruhan natur manusia dan menjadikan manusia mampu dan mau menerima
tawaran keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dan menghasilkan buah-buah
Roh.
3. Keselamatan Hanya melalui Yesus
Setelah manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, menyebabkan
semua keturunannya berdosa. Semua manusia tidak ada yang benar, seorang pun tidak
(Rm 3:10). Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Rm 3:23). Dan sebagai upahnya adalah maut (Rm 6:23). Karena manusia telah
berdosa, maka hubungan antara Allah dan manusia menjadi terputus, manusia tidak
dapat sampai kepada Allah. Segala yang dilakukan manusia untuk mencapai
keselamatan adalah sia-sia, entah itu dengan melakukan perbuatan baik atau amal,
sebab segala perbuatan baik manusia hanyalah merupakan kain kotor saja di hadapan
Tuhan (Yes 64:6).
Setelah semua cara yang sebelumnya dipakai untuk mendapatkan keselamatan
sia-sia, akhirnya sang Juruselamat sendiri yang datang. Tuhan mengetahui bahwa
manusia tidak mungkin dapat memperoleh keselamatan hanya dengan usahanya
sendiri, karena manusia tidak ada yang sempurna. Maka sebagai jalannya adalah Allah
datang sendiri ke dalam dunia, melalui Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus
untuk menebus manusia dari dosa dan membawa manusia kepada keselamatan (Yoh
3:17). Hal ini dilakukan karena kasih Allah yang besar akan dunia ini. Sehingga setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh
3:16). Sebab manusia hanya dapat dibenarkan oleh karena kasih karunia-Nya (Rm
3:24). Dengan kematian-Nya, Tuhan Yesus mengadakan pendamaian untuk dosa
orang-orang percaya dari zaman PL dan dari zaman PB (Rm 3:21-26).
Sekarang Allah menawarkan kepada setiap orang keselamatan melalui Yesus
Kristus. Sebelumnya keselamatan hanya dipahami secara samar-samar, kini seluruh
rencana itu telah terpampang, sehingga siapa saja dapat mengetahuinya.
Keselamatan yang ditawarkan oleh Allah adalah bagi semua orang, tidak terbatas
pada umat Israel saja atau kepada orang-orang tertentu saja, tetapi untuk semua
orang tanpa terkecuali (Rm 10:112-13). Namun ada satu hal yang perlu diingat,
keselamatan yang ditawarkan Yesus adalah bagi orang yang mau percaya. Dalam hal
ini tidak hanya terbatas pada percaya saja, tapi mengakui-Nya sebagai Tuhan dan
Juruselamat pribadi. Sebab bila hanya percaya saja, Iblis pun percaya, namun ia
tidak memperoleh keselamatan itu.
Apa yang diberikan Yesus kepada manusia, yaitu keselamatan dapat
diperoleh manusia melalui jalan anugerah. Melalui Roh Kudus, Allah menarik dan
mengajak orang kepada Yesus Kristus dan pertobatan. Kemudian Allah membawa
orang itu kepada pilihan untuk memutuskan kehendaknya, apakah ia mau bertobat
dan menyambut Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Demikian pula pilihan terakhir
harus dari kehendak manusia. Allah menghendaki agar semua orang tidak binasa (2
Ptr 3:9).
Anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah dapat membuat dosa
manusia walaupun merah seperti kirmizi, dapat menjadi putih seputih salju (Yes
1:18). Kita telah dihidupkan kembali dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita, dan oleh kasih karunia-Nya kita diselamatkan.
4. Keselamatan Diperoleh melalui Iman
Iman sangat penting bagi orang Kristen, karena tanpa iman ia tidak mungkin
berkenan kepada Allah (Ibr 11:6). Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Perkataan
Ibrani yang diterjemahkan “iman” sebenarnya berarti “menyokong” atau
“meneguhkan”. Perkataan Yunani yang diterjemahkan “iman” atau “percaya”
sebenarnya berarti “berharap kepada-Nya” atau “bersandar pada-Nya”. Jadi kita
disokong oleh Allah, dan yakin bahwa kita bersandar kepada-Nya. Iman mengandung
unsur ilahi dan kemanusiaan. Iman adalah karunia Allah dan juga tindakan manusia.
Tujuan iman adalah pribadi Yesus Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman
kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Perkataan “iman yang menyelamatkan” yang dimaksud bukanlah iman yang
lain daripada biasa, melainkan iman yang membawa keselamatan kepada kita. Iman
yang menyelamatkan ialah penyerahan jiwa yang najis dan berdosa kepada Tuhan,
serta menyambut Yesus Kristus sebagai sumber pengampunan, kesucian, dan
kehidupan (Mat 11:28,29; Kis 16:31; Yoh 1:12; 20:31; Ef 3:17; Why 3:20). Iman yang
menyelamatkan adalah percaya dengan hati (Rm 10:9,10). Iman yang hanya ada
dalam pikiran sebagai pengetahuan tidak cukup untuk memberikan keselamatan.
Keselamatan kita tidak bergantung pada perbuatan baik atau amal kita.
Keselamatan kita semata-mata hanya bergantung pada iman kita kepada Yesus
Kristus. Akan tetapi, sesudah kita diselamatkan tidak dapat tidak kita akan melakukan
perbuatan baik, sebab hal itulah yang berkenan kepada Bapa, agar kita menjadi
sama seperti Kristus. Iman adalah suatu sikap terhadap Yesus Kristus, tetapi
perbuatan baik adalah hasil iman. Iman membawa kita kepada perbuatan-perbuatan
yang baik.
Kapan seseorang mempunyai iman atau beriman? Sejak Ia mengaku dengan
mulutnya sendiri bahwa Yesus adalah Juruselamat yang mati di kayu salib untuk
menebus dosa-dosa manusia, termasuk dosanya sendiri. Sejak itulah ia menjadi
orang yang beriman.
Akibatnya, setelah seseorang beriman kepada Yesus Kristus?
• Ia diselamatkan dan dosa-dosanya diampuni (Ef 2:8; Kis 10:43).
• Ia dibenarkan (Rm 3:28;5;1; Flp 3:9).
•
•
•
Ia mendapat hidup yang kekal (Yoh 20:31).
Pada saat diselamatkan Kristus tinggal di dalam hatinya (Ef 3:17).
Tubuhnya disembuhkan (Yak 5:14,15; Mat 9:22,29).
5. Bukti Seorang Diselamatkan:
• Perubahan hidup (Gal 2:20): dari hidup untuk diri sendiri menjadi hidup untuk Tuhan.
• Perubahan tabiat (1 Ptr 1:2): durhaka menjadi taat.
• Perubahan kehidupan (1 Yoh 1:3-6): dari kegelapan menjadi terang.
• Perubahan yang baik (Fil 3:7-8): dari anggapan bahwa dunia sebagai yang paling
berharga berubah menjadi Kristus yang paling berharga.
• Perubahan otoritas (Kis 16:6-7): dari semuanya sendiri menjadi demi Tuhan, Roh
Kudus dan untuk Tuhan.
• Perubahan sikap (2 Kor 3:9-18): menghina diri berubah menjadi memuliakan nama
Tuhan.
• Perubahan pelayanan (Rm 6:13,19): dari melayani dosa, menjadi melayani Tuhan.
Download