BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham 2.1.1 Arbitrage Pricing

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saham
2.1.1 Arbitrage Pricing Theory (APT)
APT merupakan sebuah model asset pricing yang didasarkan pada sebuah
gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan menggunakan
hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktor-faktor resiko secara
umum. Teori ini dibuat oleh Stephen Ross pada tahun 1976. Teori ini memprediksi
hubungan tingkat pengembalian sebuah prorfolio dan pengembalian dari aset
tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi yang
mandiri.
Teori APT ini menjelaskan harga dimana aset yang mispriced (salah dalam
penentuan harga) memang diharapkan demikian. Hal ini sering dilihat sebagai
sebuah alternatif untuk Capital Asset Pricing Model (CAPM), karena APT
memiliki persyaratan asumsi yang lebih fleksibel. Sementara rumusan CAPM
memerlukan
tingkat
pengembalian
yang
diharapkan
oleh
pasar,
APT
menggunakan tingkat pengembalian dari aset beresiko yang diharapkan dan resiko
utama dari sejumlah faktor-faktor makro-ekonomi. Arbitrase menggunakan
model APT untuk mendapatkan keuntungan dengan mengambil manfaat dari
surat-surat berharga yang mispriced. Sebuah surat berharga yang mispriced akan
9
memiliki harga yang berbeda dengan harga yang secara teori diprediksi oleh
model tersebut. Dengan mengambil posisi jual pada surat berharga yang over
priced (dinilai terlalu tinggi), sementara secara bersamaan mengambil posisi beli
pada portfolio yang menggunakan perhitungan APT, maka arbitrase berada dalam
posisi untuk mengambil keuntungan yang secara teori bebas-resiko.
Menurut Husnan (2005), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan
hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh
bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut
dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan
haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih
untuk berinvestasi. Sedangkan menurut Jogiyanto (2000), Saham adalah tanda
kepemilikan dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk
menjalankan operasi perusahaan. Jadi saham merupakan surat berharga yang
merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan.
Dalam hal ini saham memiliki arti sebagai surat berharga yang dikeluarkan
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang disebut emiten.
Saham sebagai salah satu alternatif media investasi memiliki potensi tingkat
keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan media investasi lainnya
dalam jangka panjang. Untuk itu anda perlu mempelajari seluk-beluk investasi
saham ini terlebih dahulu, agar anda bisa terhindar dari kerugian yang tidak
seharusnya terjadi. Sebagai seorang calon investor tentu ingin mempunyai saham
dengan nilai jual yang tinggi, oleh sebab itu diperlukan ketelitian agar tidak
mengalami kerugian pada saat berinvestasi.
10
Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam
memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian
pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan.
Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian
penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi.
Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama
sebagaimana yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2000) yaitu:
1. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal,
sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif
lainnya.
2. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka
panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk
memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat
dividen.
3. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan
dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik
dan hasil tinggi.
2.1.2
Harga Saham
Definisi harga saham menurut Jogiyanto (2010), adalah: “Harga saham yang
terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar
modal. Menurut Sawidji (2000), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut:
11
1. Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang
dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2. Harga Perdana
Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa
efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut
dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana
biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan
demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada
masyarakat.
3. Harga pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain.
Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi
disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan
penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas
di Bursa Efek Indonesia.
12
Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku
pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga saham
yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan.
Sementara saham sendiri adalah suatu kepemilikan aset seperti instrumen dari
kegiatan finansial suatu perusahaan yang biasa disebut juga dengan efek. Harga
saham dari suatu perusahaan tentu saja berbeda-beda tergantung bagaimana suatu
perusahaan tersebut nilai jualnya di bursa saham.
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada
umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih
besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung
akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal
dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu:
1. Faktor Internal
1) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan
produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
2) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
13
3) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organisasi.
4) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.
5) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
6) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit
margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal
1) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2) Pengumuman
hukum
(legal
announcements),
seperti
tuntutan
karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan
perusahaan terhadap manajernya.
3) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
14
4) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
5) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
2.1.4
Pendekatan Penilaian Harga Saham
Menurut Tandelilin (2001), seorang investor dalam membuat keputusan dalam
berinvestasi atau untuk membeli saham tertentu, terlebih dahulu menganalisis
saham tersebut. Pendekatan perhitungan harga saham yang seharusnya (nilai
intrinsik), yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1. Analisis fundamental
Analisis fundamental merupakan teknik analisis saham dengan menggunakan
data historis, terutama data keuangan (misalnya laba, pembagian dividen,
penjualan, dan lain-lain) untuk menilai jenis saham tertentu. Pertimbangan
investor dalam membeli atau menjual saham adalah membandingkan nilai
intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Apabila nilai pasar
saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut tergolong mahal
sehingga dalam situasi seperti ini investor sebaiknya menjual saham tersebut,
begitupun sebaliknya apabila nilai pasar saham lebih rendah dari nilai
intrinsiknya maka saham tersebut tergolong murah sehingga dalam situasi
seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut.
2. Analisis teknikal
Pendekatan teknikal menyatakan bahwa pola-pola pergerakan harga saham di
masa mendatang didasarkan pada observasi pergerakan harga saham di masa
15
lalu. Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada datadata pasar di masa lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham)
sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Informasi data
di masa lalu tersebut akan mendasari prediksi atas pola perilaku harga di masa
mendatang.
2.2
Ekonomi Makro
Pasang surut perekonomian suatu negara pasti dirasakan langsung oleh
masyarakat. Kestabilan perekonomian akan mempengaruhi kondisi ekonomi
secara makro maupun mikro, hal inilah yang membuat ekonomi makro sangat
penting dan selalu menjadi perhatian para pelaku ekonomi. Kondisi pasar untuk
seluruh barang dan jasa sebenarnya secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi makro. Menurut Zakaria (2006) ekonomi makro adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari perekonomian sebagai suatu keseluruhan (agregat)
terutama membahas masalah-masalah: inflasi, pengangguran, produk nasional
bruto, ketimpangan neraca pembayaran, pertumbuhan ekonomi, kurs, dll.
Sehingga ekonomi makro dapat diartikan sebagai faktor eksternal perusahaan
yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan hidup sebuah
perusahaan.
2.3 Inflasi
2.3.1
Pengertian Inflasi
Menurut Eachern (2000) menyatakan bahwa inflasi kenaikkan terus-menerus
dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan
16
bulan depan turun, setiap adanya kenaikkan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
Menurut Winardi (2007) inflasi adalah suatu periode dimana kekuatan membeli
kesatuan moneter turun. Inflasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito
(deposit currency) dalam peredaran lebih banyak dbandingkan dengan jumlah
uang atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan menurut Sukirno (2004) memberikan
definisi bahwa inflasi merupakan suatu proses kenaikkan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Jadi inflasi merupakan suatu fenomena
ekonomi dimana daya beli masyarakat cenderung menurun yang disebabkan oleh
kenaikkan harga barang di berbagai komoditas.
2.3.2
Jenis Inflasi
Menurut Nanga (2001) berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga tingaktan
yaitu:
1. Inflasi Sedang (Moderate Inflation)
Kondisi ini ditandai dengan kenaikkan laju inflasi yang lambat dan waktu yang
relatif lama.
2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Kondisi ini ditandai dengan kenaikkan harga yang cukup besar (biasanya
double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu
yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu
ini atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya.
Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
17
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima
atau enam kali. Masyarakat tidak memiliki keinginan untuk menyimpan uang
karena nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang.
Sedangkan menurut Eachern (2000) inflasi berdasarkan sumbernya meliputi:
Demand Full Inflation yaitu terjadinya kenaikkan harga secara berkelanjutan
disebabkan oleh kenaikkan permintaan agregat. Cost Push Inflatioan yaitu harga
terus menerus mengalami kenaikkan yang disebabkan oleh penurunan tingkat
penawaran ageregat.
2.3.3
Teori Inflasi
Menurut Iskandar (2009) teori yang membahas inflasi adalah sebagai berikut:
1) Teori Kuantitas
Teori ini dikenal dengan teori kaum monetaris (monetaris models) yang
menekankan kepada peranan jumlah uang yang beredar dan harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
2) Teori Keynes
Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar
batas kemampuan ekonominya
3) Teori Struktural
Teori ini mengatakan bahwa inflasi bukan semata-mata dikarenakan fenomena
moneter, tetapi juga oleh fenomena struktural. Hal ini terjadi umumnya di
Negara-negara berkembang yang umumnya masih bercorak agrans ataupun
mengenai hal yang berhubungan dengan luar negeri, misalnya lerm of fraoe,
18
utang luar negeri dan kurs valuta asing dapat menimbulkan fluktuasi harga di
pasar domestik.
2.3.4
Dampak Inflasi
Inflasi di Indonesia dapat berdampak positif dan dampak negatif terhadap
perekonomian masyarakat, tergantung tinggi rendahnya tingkat inflasi. Jika inflasi
itu ringan, justru dapat berdampak positif bagi kegiatan ekonomi masyarakat.
Dampak positif inflasi yang rendah dapat meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat minat orang untuk menabung lebih tinggi. Menurut Nanga (2005)
terdapat beberapa dampak baik positif ataupun negatif dari inflasi diantaranya
sebagai berikut:
1. Inflasi dapat mendorong terjadinya retribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat, dan inilah yang disebut efek retribusi dari inflasi (redistribution
effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari
anggota masyarakat, sebab retribusi penedapatan yang terjadi akan
menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil
orang lainnya jatuh.
2. Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efesiensi ekonomi (economic
efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat mengalihkan sumber daya
dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi yang tidak
produktif (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi
produktif. Ini disebut "efficiency effect of inflation".
3. Inflasi juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan didalam output dan
kesempatan kerja (employment), dengan cara lebih langsung yaitu dengan
19
memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yamg telah
dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari
yang telah dilakukan selam ini. Ini disebut "output and employment effect of
inflation".
4. Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan
ekonomi. Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi di
masa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan
pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang
ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga meningkat lagi.
2.4
Pertumbuhan Ekonomi
2.4.1
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut
Nanga
(2005)
mendefinisikan
pertumbuhan
ekonomi
sebagai
peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi
barang dan jasa. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk
pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan
menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output per
kapita. Menurut Sukirno (1996), pertumbuhan ekonomi ialah kenaikan output
perkapita yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan
demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula
kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator lain yaitu distribusi
pendapatan. Jadi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih
20
baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Istilah pertumbuhan ekonomi sering digunakan untuk menyatakan perkembangan
ekonomi, kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomi dan perubahan fundamental
ekonomi jangka panjang suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi atau economic
growth adalah pertambahan pendapatan nasional agregatif atau pertambahan
output dalam periode tertentu, misal satu tahun. Atau dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kapasitas produksi barang dan
jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan perekonomian yang
sebenarnya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan secara fisik
terhadap produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara. Peningkatan ini
dapat dilihat dari bertambahnya produksi barang industri, berkembangnya
infrastruktur, bertambahnya jumlah sekolah, bertambahnya produksi barang
modal dan bertambahnya sektor jasa.
2.4.2
Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan nasional negara
tersebut. Menurut Nanga (2001) konsep pendapatan nasional saah satunya adalah
menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk domestik bruto atau GDP
(Gross Domestic Product) merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diperbolehkan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Dalam
perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
21
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroprasi diwilayah negara yang
bersangkutan. GDP merupakan salah satu ukuran atau indikator yang secara luas
digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi atau kegiatan makroekonomi dari
suatu negara. GDP dapat dihitung dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran
GDP = C + I + G + (X – M) ................................. (2.1)
Keterangan :
C
: konsumsi rumah tangga
I
: investasi oleh sektor usaha
G
: pengeluaran pemerintah
X–M
: ekspor impor
2. Pendekatan pendapatan
GDP = sewa + upah + bunga + laba .........................(2.2)
Keterangan:
Sewa
: pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah
Upah
: untuk tenaga kerja
Bunga
: untuk pemilik modal
Laba
: untuk pengusaha
Secara teori, GDP dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama. Namun karena praktek menghitung GDP dengan
pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan
pendekatan pengeluaran saja.
22
2.4.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, meliputi:
1. Sumber Daya Manusia. Sama halmya dengan proses pembangunan,
pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia
merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung pada sejauh mana sumber daya manusianya
selaku subyek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan.
2. Sumber Daya Alam. Sebagian besar Negara berkembang bertumpu pada
sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun
demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh sumber daya manusianya
dalam megelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan
hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses
pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak pada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang
dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada laju percepatan pertumbuhan
ekonomi.
23
4. Sumber Daya Modal. Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah
SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barangbarang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2.4.4
Kebijakan Untuk Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2005) pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih pesat melalui
kebijakan-kebijakan berikut:
1. Mengurangi tingkat pertambahan penduduk
2. Mengembangkan teknologi
3. Meningkatkan tabungan
4. Meningkatkan tingkat efisiensi penanaman modal
2.5
Nilai Tukar (Kurs)
2.5.1
Pengertian Kurs
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga Kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau
harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana
masing-masing negara mempunyai alat tukar sendiri mengharuskan adanya angka
perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs
valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Menurut Sukirno (2005) kurs valuta
asing dapat didefinisikan nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan
dengan mata uang dalam negeri. Sedangkan menurut Sawaldjo Puspopranoto
(2004) definisi kurs adalah harga dimana mata uang suatu negara dipertukarkan
dengan mata uang negara lain. Sehingga kurs dapat diartikan sebagai nilai dari
24
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya yang dapat berubah
tergantung pada kondisi perekonomian negara tersebut.
Dalam pembayaran antar negara ada suatu kekhususan yang tidak terdapat dalam
lalu-lintas pembayaran luar negeri. Sebab semua negara mempunyai mata uang
atau valutanya sendiri, yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam
batas-batas daerah kekuasaan itu sendiri, tetapi belum tentu mau diterima luar
negeri. Jadi pembayaran antar negara harus menyangkut lebih dari satu macam
mata uang, yang harus dipertukarkan satu sama lain dengan harga atau kurs
tertentu. Hal inilah yang membuat perdagangan dan pembayaran Internasional
menjadi perkara yang rumit, maka dari itu dibuatlah alat pembayaran yang bisa
digunakan oleh banyak negara (antar negara) atau disebut dengan alat pembayaran
Internasional, yakni valuta asing.
2.5.2
Sistem-Sistem Kurs
Untuk mempermudah transaksi anatr Negara diperlukan kurs valuta asing. Hampir
disetiap negara mempunyai sistem kurs yang berbeda. Menurut Kelana (1996)
sistem nilai tukar (kurs) yang berlaku antara lain:
1. Kurs tetap
Pada sistem kurs yang tetap, bank sentral menetapkan harga valuta asing dan tetap
bersedia membeli dan menjual valuta asing pada harga ini. Jika sekarang terjadi
perubahan permintaan pada salah satu mata uang, maka pemerintah (dalam hal ini
bank sentral) akan langsung melakukan intervensi dengan cara menambah
penawaran
dari
mata
uang
yang
permintaannya
meningkat
sehingga
25
keseimbangan dapat tetap terpelihara. Atau pemerintah secara resmi mengubah
nilai tukar lama menjadi nilai tukar baru.
2. Kurs fleksibel
Jika dalam kurs tetap, bank sentral memerlukan intervensi mata uang secara
langsung untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran suatu mata uang
maka dalam kurs yang mengambang bank sentral akan membiarkan kurs untuk
menyesuaikan nilai tukarnya sehingga kurs dapat menyeimbangkan permintaan
dan penawaran suatu mata uang. Mekanisme penyesuaian ini dibiarkan secara
alami, atau kita kenal dengan mekanisme pasar. Untuk ilustrasi diatas jika
permintaan US$ naik maka kurs akan menyesuaikan dengan sendirinya sehingga
kelebihan permintaan US$ dapat dieliminasi.
2.5.3
Penentuan Kurs
Menurut Salvatore (2008) penentuan nilai tukar atau kurs yang diterjemahkan
oleh Drs.Haris Munandar, ada dua pendekatan yang digunakan dalam penentuan
nilai tukar mata uang asing yaitu:
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan berdasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli yang
kedudukannya sangat penting untuk menjelaskan pergerakan kurs jangka
panjang.
2. Pendekatan Keuangan
Pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada pasar modal dan arus
permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs jangka
pendek yang kecenderungannya mengalami lonjakan-lonjakan tak terduga.
26
2.5.4
Jenis Kurs
Nilai tukar atau lazim disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual
beli valuta asing, dikenal ada 4 jenis (Donburch dan Fischer, 1992)
1. Kurs Beli (bid price) adalah besar satuan mata uang negara lain yang harus
diserahkan untuk membeli tiap unit uang asing kepada Bank atau money
changer.
2. Kurs Jual (selling price) adalah besaran satuan mata uang negara lain yang
akan diterima dari bank atau money changer jika kita membeli mata uang
asing.
3. Kurs Tengah (middle rate), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
valuta asing terhadap mata uang nasonal yang ditetapkan oleh Bank Sentral
suatu Negara.
4. Kurs Flat (flat kurs), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank
notes dan traveler cheque, dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi
dan biaya-biaya lainnya.
2.6
Tingkat Suku Bunga SBI
2.6.1
Pengertian Tingkat Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari
suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari
jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut
Sukirno (2002) menyatakan penentuan tingkat bunga selalu menanggap bahwa
perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga namun dalam kenyatannya
berbeda, tingkat bunga pinjaman yang dibayarkan kepada konsumen. Perbedaan
27
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: perbedaan risiko, waktu
jangka peminjaman, dan biaya administrasi pinjaman. Menurut Laksmono (2001)
menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya
makan tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan
penawaran. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan
membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk
laporan. Jadi tingkat suku bunga merupakan bunga yang ditetapkan oleh Bank
Sentral untuk menekan laju inflasi.
2.6.2
Jenis Suku Bunga
Menurut Krugman (1994) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini
merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini
menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.
2. Suku bunga rill adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi
dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.
2.6.3
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang
selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek. (Octavia 2007)
28
2.6.4
Tingkat Suku Bunga SBI
Menurut Ardian (2010) tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan
SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. sejak awal Juli
2005, BI menggunakan mekanisme “BI rate” (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelanggan pada
masa periode tertentu. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia merupakan suku
bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk mengontrol peredaran uang di
masyarakat, dengan kata lain pemerintah melakukan kebijakan moneter.
Adanya bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan
menikmatinya, hal ini akan otomatis memberikan tingkat bunga yang tinggi untuk
produknya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para
investor, investasi pada peoduk bank seperti deposito/tabungan jelas lebih kecil
risikonya atau dapat dikatakan investasi bebas risiko. Oleh karena itu investor
akan menjual saham dan dananya serentak akan berdampak pada penurunan harga
saham. Selain itu dampak dari suku bunga bank yang tinggi juga berdampak pada
bunga pinjaman modal kerja perusahaan. Ini artinya pertambahan pengeluaran
perusahaan jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan akan terganggu.
Salah satu sifat tingkat bunga adalah mudah berubah-ubah yang terjadi dalam
kurun waktu yang relatif singkat berjangka waktu pendek. Tingkat bunga jangka
panjang relatif kurang berfluktuatif.
29
2.7
Cadangan Devisa
2.7.1
Pengertian Cadangan Devisa
Menurut Lipsey (1990) Cadangan Devisa atau Foreign Reserve Currencies adalah
mata uang asing, misalnya dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau
bank sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan
Internasional. Menurut Nilawati (2000) Cadangan Devisa yaitu stok emas dan
mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-waku digunakan untuk transaksi atau
pembayaran Internasional. Jadi cadangan devisa adalah jumlah stok mata uang
asing terutama Dollar Amerika yang dimiliki suatu negara yang digunakan untuk
melakukan transaksi yang bersifat Universal.
Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila
mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika
cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan
impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu
negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan.
Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang
dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata
uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi.
Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka
dapat terjadi rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah demikian
keadaannya, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya
terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996).
30
2.7.2
Teori Cadangan Devisa
Cadangan devisa bertambah atau berkurang akan tampak dalam neraca lalu lintas
moneter. Jika tandanya negatif (-) berarti cadangan devisa bertambah dan bila
positif (+) berarti cadangan devisa berkurang. Seperti yang sudah dijelaskan
bahwa devisa mengambil peranan penting dalam perdagangan internasional suatu
negara maka tanpa ditopang cadangan devisa yang kuat, perekonomian suatu
negara dapat runtuh dalam seketika. Seperti masa krisis yang dialami Indonesia.
Karena pengaruh pembiayaan cadangan devisa guna keperluan impor,
pembayaran utang serta serangan dari para spekulan mampu mengoncang
perekonomian negara kita. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan cadangan devisa
yang tinggi dalam kaitannya dengan krisis bersifat positif (Tjahjono, 1998).
Menurut Tjahnono (1998) cadangan devisa suatu negara dipengaruhi oleh
transaksi berjalan ekspor. Perkembangan transaksi berjalan suatu negara perlu
diwaspadai dengan cermat, karena defisit transaksi berjalan yang berlangsung
dalam jangka panjang dapat menekan cadangan devisa. Oleh karena itu defisit
transaksi berjalan sering kali dipandang sebagai signal ketidakseimbangan makro
ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau kebijakan makro ekonomi
yang lebih ketat. Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang
dapat memperkuat kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net
foreign asset) pada akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus
ekonomi yang berkesinambungan dan erat kaitannya dalam proses pertahanan
pengolahan cadangan devisa.
31
Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut:
Cdvt = (Cdvt 1 + Tbt + Tmt)
Keterangan:
Cdvt 1 = Cadangan devisa sebelumnya
Tbt = Transaksi berjalan
Tmt = Transaksi modal
2.7.3
Sumber Devisa Negara
Menurut Amir (2003) sumber devisa Negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
dalam dan luar negeri. Sumber tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam negeri
1) Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet,
kopi, minyak, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang dan lai sebagainya.
Begitu pula hasil ekspor jasa seperti seperti uang tambang (freight),
angkutan, provisi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi, perhotelan
dan industry pariwisata lainnya.
2) Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang ditransfer dari
perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili
di luar negeri.
3) Hasil dari pariwisata internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa
hotel, dan pandu wisata.
2. Luar negeri
1) Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan Internasional,
serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Gouvernmental of
32
Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank and
Supllier’s Credit dari perusahaan swasta asing.
2) Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,
UNESCO, dan pemerinah asing.
2.8
Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah:
1.. Nugroho (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh inflasi, suku bunga kurs, dan jumlah uang beredar terhadap indeks
LQ45 pada tahun 2002-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya
variabel inflasi saja yang tidak berpengaruh terhadap kinerja saham indeks
LQ45. Suku bunga dan jumlah uang beradar berpengaruh negatif, sedangkan
kurs US$ berpengaruh secara positif.
2. Amansyah (2014) tentang pengaruh Nilai Tukar, Cadangan Devisa, dan
Produk Domestik Bruto terhadap IHSG, menyimpulkan bahwa Cadangan
Devisa dan Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan
terhadap IHSG di Indonesia sedangkan Nilai Tukar berpengarh negatif dan
signifikan terhadap IHSG.
3. Fitriana (2011) melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor-Faktor
Ekonomi Makro Terhadap IHSG, menyimpulkan bahwa secara simultan kurs,
inflasi, harga emas dunia, pertumbuhan ekonomi, dan harga minyak dunia
berpengaruh signifikan terhadap IHSG namun secara parsial pertumbuhan
ekonomi dan harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG.
33
4. aPrasetiyono (2009) malakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental Ekonomi Makro dan Harga Minyak Terhadap Harga Saham
LQ45 Dalam Jangka Pendek Dan Jangka Panjang, penelitian ini menghasilkan
pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh siginifikan positif dalam jangka
pendek namun negatif dalam jangka panjang, sedangkan suku bunga SBI dan
negatif dalam jangka panjang, sedangkan suku bunga SBI dan Kurs
mendapatkan hasil yang tidak signifikan
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama
Peneliti
Nugroho
(2008)
Judul Penelitian
Variabel X
Variabel Y
Hasil Penelitian
Analisis
Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga,
Kurs dan Jumlah Uang
Beredar
Terhadap
Indeks LQ45 (Studi
Kasus
Pada
BEI
Periode 2002 - 2007
Inflasi, kurs,
jumlah uang
beredar, suku
bunga.
Indeks LQ45
Hasil penelitian ini
menunjukkan
hasil
bahwa hanya variabel
inflasi saja yang tidak
berpengaruh terhadap
kinerja saham indeks
LQ45. Suku bunga
dan jumlah uang
beradar berpengaruh
negative, sedangkan
kurs
US$
berpengaruh secara
positif
Amansyah
(2014)
Analisis
Pengaruh
Nilai Tukar, Cadangan
Devisa,
Produk
Domestik
Bruto
Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di
Indonesia Tahun 20012011
Nilai
tukar,
cadangan
devisa, Produk
Domestik
Bruto
Indeks
Harga
Saham
Gabungan
(IHSG)
Cadangan Devisa dan
Produk
Domestik
Bruto
berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap IHSG di
Indonesia sedangkan
Nilai
Tukar
berpengarh
negatif
dan
signifikan
terhadap IHSG.
34
3.
Fitriana
(2011)
Pengaruh Faktor-faktor
Ekonomi
Makro
terhadap Indeks Harga
Saham Gabunga yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode
2006-2010.
Kurs, inflasi,
Harga Emas
Dunia, Harga
Minyak
Dunia,
Pertumbuhan
Ekonomi,
Tingkat Suku
Bunga,
Serifikat Bank
Indonesia.
IHSG
Penelitian
menunjukkan kurs,
inflasi, dan harga
minyak
dunia
signifikan
positif
terhadap
IHSG,
sedangkan
harga
emas dunia memiliki
hubungan signifikan
negatif
dan
pertumbuhan
ekonomi
tidak
signifikan terhadap
IHSG.
4.
Prasetiyono
(2009)
Analisis
Pengaruh
Faktor
Fundamental
Ekonomi Makro dan
Harga
Minyak
Terhadap Harga Saham
LQ45 Dalam Jangka
Pendek Dan Jangka
Panjang
Variabel
Makro
Ekonomi dan
Harga Minyak
Harga
Saham
LQ45
Pertumbuhan
ekonomi mempunyai
pengaruh siginifikan
positif dalam jangka
pendek
namun
negatif dalam jangka
panjang, sedangkan
suku bunga SBI dan
Kurs
mendapatkan
hasil
yang tidak
signifikan
2.9
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 5 (lima) variabel yang diduga
berpengaruh terhadap indeks harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun variabel ekonomi makro yang diprediksi yaitu Inflasi, Pertumbuhan
Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Cadangan Devisa. Perkembangan
saham sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik internal ataupun
eksternal. Begitu juga dengan ekonomi makro yang merupakan faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi dalam pembentukan harga saham. Pengaruh ekonomi
makro sangatlah besar. Faktor ini dapat mempengaruhi peekonomian negara
hingga urusan dapur rumah tangga.
35
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya yang terdaftar
dalam LQ45 adalah inflasi. Inflasi yang terjadi di suatu negara mempengaruhi
return suatu saham, ketika inflasi naik maka terjadi akibat kenaikkan biaya,
sehingga akan menyebabkan harga barang-barang yang diproduksi perusahaan
akan mengalami peningkatan. Dengan harga barang yang meningkat, sedangkan
daya beli masyarakat yang tetap atau menurun, akan menyebabkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan menurun, maka perlahan-lahan kinerja perusahaan
akan menurun. Akibatnya minat investor terhadap saham persahaan tersebut akan
menurun pula, jika minat investor turun maka secara perlahan-lahan harga saham
perusahaan tersebut juga akan menurun.
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan
output riil per orang. Salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara
adalah Gross Domestic Product (GDP). Jika pertumbuhan ekonomi membaik,
maka daya beli masyarakat akan meningkat pula dan hal ini memberikan
kesempatan pada perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan
meningkatnya penjualan maka kesempatan memperoleh laba juga akan
mengalami peningkatan sehingga dengan sendirinya akan mengangkat harga
saham suatu perusahaan. Perubahan kurs rupiah atas dolar AS berdampak berbeda
terhadap setiap jenis saham, artinya suatu saham terkena dampak positif
sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Contoh kenaikan tajam kurs
USD terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki
hutang dolar sementara produk emiten tersebut dijual lokal, sedangkan emiten
yang berorientasi pada kegiatan ekspor akan menerima dampak positif dari
kenaikan kurs USD tersebut sehingga mengakibatkan kenaikan pada harga saham.
36
Tingkat suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap ekonomi bangsa Indonesia.
Hal ini merupakan salah satu penentu apakah investor akan berinvestasi atau
tidak, sebab tingkat suku bunga mencerminkan keadaan ekonomi suatu negara.
Tingkat suku bunga SBI cenderung mempunyai dampak negatif terhadap harga
saham, jika tingkat suku bunga tinggi maka akan menyebabkan harga saham
mengalami penurunan, sebab para investor cenderung mengalihkan dananya
kepasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga mengurangi permintaan
saham, dengan demikian harga saham juga akan menurun.
Cadangan devisa merupakan ukuran yang dapat dilihat untuk mengukur tingkat
pendapatan suatu negara. Jika cadangan devisa suatu negara tinggi, pendapatan
yang diterima negara tersebut juga tinggi. Cadangan devisa akan berkaitan erat
dengan neraca pembayaran (surplus). Surplus neraca pembayaran ini akan
membuat investor tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dan akan meningkatkan
perdagangan saham di pasar modal dalam negeri.
37
Perusahaan
LQ45
Makro Ekonomi
Inflasi
Kurs US$
Pertumbuhan
Ekonomi
Tingkat
Suku Bunga
SBI
Cadangan
Devisa
Indeks Harga
Saham LQ45
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.10
Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho1
: Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.
Ha1
: Inflasi berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.
Ho2
: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap aindeks
aaaaaaaaharga saham LQ45
Ha2
: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap harga indeks
saham LQ45.
Ho3
: Kurs berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga saham LQ45
Ha3
: Kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham LQ45.
38
Ho4
: Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks
aaaaaaaaaharga saham LQ45.
Ha4
: Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap indeks harga
saham LQ45
Ho5
: Cadangan Devisa berpengaruh tidak signifikan terhadap indeks harga
saham LQ45
Ha5
: Cadangan Devisa berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
LQ45.
Ho6
: Inflasi, Pertumbuha Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI, aidan
Cadangan Devisa secara simultan berpengaruh tidak aisignifikan
terhadap indeks harga saham LQ45.
Ha6
: Inflasi, Pertumbuha Ekonomi, Kurs, Tingkat Suku Bunga SBI,
aidan Cadangan Devisa secara simultan berpengaruh signifikan
aiterhadap indeks harga saham LQ45.
Download