ISSN 1693 - 7309 JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016 PENGARUH PENGOBATAN ALTERNATIF SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENANGANAN MEDIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS Mambodiyanto, Prima Maharani PENGARUH USIA MENARCHE TERHADAP TERJADINYA DISMINORE PRIMER PADA SISWI MTS MAARIF NU AL HIDAYAH BANYUMAS Retno Soesilowati, Yunia Annisa PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP FREKUENSI TERJADINYA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG BANYUMAS Reni Riyanto, Anis Kusumawati PENGARUH OBESITAS TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL WANITA DI KECAMATAN PATIKRAJA BANYUMAS Susiyadi, Siti Rokhayah IDENTIFIKASI KESALAHAN PENYAJIAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Ragil Setiyabudi, Yuliarti HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH TERHADAP TERJADIYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD CILACAP Siti Rokhayah, Dwi Ratnasari PERBANDINGAN ANTARA PENDERITA TUBERKULOSIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK BERDASARKAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DI RSUD BANYUMAS Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa EFEKTIFITAS MINYAK JINTEN HITAM (NIGELLA SATIVA) DAN JELLY GAMAT EMAS (GOLDEN STICHOPUS VARIEGATUS) PADA PERAWATAN LUKA KANKER DI RSUD MARGONO PURWOKERTO Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito DATA PADA PROFIL KESEHATAN Penerbit : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ISSN 1693 - 7309 JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN VOL. XIV NO. 3, DESEMBER 2016 Daftar Isi ARTIKEL PENELITIAN 1. PENGARUH PENGOBATAN ALTERNATIF SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENANGANAN MEDIS PENDERITA KANKER PAYUDARA DI PUSKESMAS LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS Mambodiyanto, Prima Maharani 1–7 2. PENGARUH USIA MENARCHE TERHADAP TERJADINYA DISMINORE PRIMER PADA SISWI MTS MAARIF NU AL HIDAYAH BANYUMAS Retno Soesilowati, Yunia Annisa 8 – 14 3. PENGARUH ASAP ROKOK TERHADAP FREKUENSI TERJADINYA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KEDUNG BANTENG BANYUMAS Reni Riyanto, Anis Kusumawati 15 – 23 4. PENGARUH OBESITAS TERHADAP DISFUNGSI SEKSUAL WANITA DI KECAMATAN PATIKRAJA BANYUMAS Susiyadi, Siti Rokhayah 24 – 29 5. IDENTIFIKASI KESALAHAN PENYAJIAN DATA KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA Ragil Setiyabudi, Yuliarti PROFIL 30 – 36 6. HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH TERHADAP TERJADIYA SEPSIS NEONATORUM DI RSUD CILACAP Siti Rokhayah, Dwi Ratnasari 37 – 44 7. PERBANDINGAN ANTARA PENDERITA TUBERKULOSIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK BERDASARKAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DI RSUD BANYUMAS Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa 45 – 55 8. EFEKTIFITAS MINYAK JINTEN HITAM (NIGELLA SATIVA) DAN JELLY GAMAT EMAS (GOLDEN STICHOPUS VARIEGATUS) PADA PERAWATAN LUKA KANKER DI RSUD MARGONO PURWOKERTO Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito 56 – 64 PADA MEDISAINS JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN ISSN : 1693-7309 Pelindung: Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Penasehat: Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Editorial Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Jurnal Medisains Vol 14, No 3, Desember 2016 dapat terbit. Pada terbitan ini kami mempublikasikan judul dan penulis sebagai berikut; Pengaruh Pengobatan Alternatif sebagai Penanganan Faktor Medis Penyebab Penderita Kanker Keterlambatan Payudara di Puskesmas Lumbir Kabupaten Banyumas (Mambodiyanto, Pemimpin Umum: Dedy Purwito Prima Maharani), Pengaruh Usia Menarche terhadap Pemimpin Redaksi: Ragil Setiyabudi Hidayah Banyumas (Retno Soesilowati, Yunia Annisa), Redaktur Pelaksana: Sodikin, Siti Nurjanah, Agus S, Jebul Suroso, Diyah YH, Endiyono, Wilis DP. Sekretariat: Meida Laely Ramdani Inggar Ratna Kusuma Terjadinya Disminore Primer pada Siswi MTS Maarif NU Al Pengaruh Asap Rokok Terhadap Frekuensi Terjadinya Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kedung Banteng Banyumas (Reni Riyanto, Anis Kusumawati), Pengaruh Obesitas terhadap Disfungsi Seksual Wanita di Kecamatan Patikraja Banyumas (Susiyadi, Siti Rokhayah), Identifikasi Kesalahan Penyajian Data pada Profil Kesehatan Keuangan: Alfi Noviyana Kabupaten/Kota di Indonesia (Ragil Setiyabudi, Yuliarti), Periklanan dan Promosi: Bunyamin Muchtasjar Terjadiya Sepsis Neonatorum di Rsud Cilacap (Siti Distribusi dan Pemasaran: Devita Elsanti Rr. Dewi Rahmawati AP Alamat Redaksi: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Let. Jend. Suparjo Rustam KM. 7 Sokaraja 53181 Telp. 0281-6844052, 6844053 Fax.(0281) 6844052 Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Rokhayah, Dwi Ratnasari), Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas (Ageng Brahmadhi, Yunia Annisa), Efektifitas Minyak Jinten Hitam (Nigella Sativa) dan Jelly Gamat Emas (Golden Stichopus Variegatus) pada Perawatan Luka Kanker Di Rsud Margono Purwokerto (Mustiah Yulistiani, Dedy Purwito) Redaksi Web & E-mail: http://jurnalnasional.ump.ac.id/ index.php/medisains [email protected] MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun (April, Agustus dan Desember) oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, riset dan pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, analis kesehatan dan kesehatan masyarakat. PERBANDINGAN ANTARA PENDERITA TUBERKULOSIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK BERDASARKAN BASIL TAHAN ASAM (BTA) DI RSUD BANYUMAS Ageng Brahmadhi 1, Yunia Annisa 1 1 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto Email: [email protected]; [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) dan rokok merupakan dua masalah yang berdampak besar bagi kesehatan di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan insiden kasus TB tertinggi di dunia, dan merupakan negara konsumen rokok terbesar ketiga di dunia. Kebiasaan merokok tidak hanya dikaitkan dengan masalah kesehatan akibat penyakit tidak menular, tetapi juga dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, seperti tuberculosis. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara penderita tuberkolosis perokok dan bukan perokok berdasarkan basil tahan asam (BTA) di RSUD Banyumas Metode Penelitian: Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik observational dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling dan mendapatkan 86 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner yang selanjutnya di analisis dengan uji chi square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 penderita tuberculosis. Pada penderita tuberkulosis perokok 43 orang dengan hasil pemeriksaan BTA positif sebanyak 29 orang dan 14 orang dengan hasil pemeriksaan BTA negatif pada penderita tuberkulosis bukan perokok BTA positif 13 orang dan yang hasil pemeriksaan BTA negatif 30 orang. Dari hasil penelitian diperoleh c2hitung sebesar 2,075 (p=0,155) dan setelah dibandingkan dengan c 2tabel (3,817) ternyata c2hitung lebih kecil dari c2tabel. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) antara penderita tuberkulosis perokok dan bukan perokok. Kata Kunci: tuberkolosis, perokok, bukan perokok, pemeriksaan BTA PENDAHULUAN menginfeksi paru yang biasa disebut TB Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu paru, namun juga dapat menginfeksi organ- masalah utama kesehatan masyarakat dan organ lainnya selain paru atau disebut TB termasuk salah satu sasaran Millennium extra-paru misalnya pleura, selaput otak, Development dalam selaput jantung, kelenjar limfe, tulang atau pemberantasan penyakit di dunia (WHO, persendian, kulit, ginjal, saluran kemih, alat 2013). Penyakit TB disebabkan oleh bakteri kelamin, dan lain sebagainya. Goals (MDGs) Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang penyebarannya paru adalah penyakit percikan menular langsung yang disebabkan oleh dahak atau droplet nuclei yang mengandung kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Mycobacteria yang dikeluarkan pada saat Sebagian besar kuman TB menyerang paru penderita batuk, bersin, ataupun berbicara. tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya M.tuberculosis (Depkes RI, 2007). yang melalui Tuberkulosis pertama kali diperkenalkan oleh Robert Koch pada tahun Faktor yang mempengaruhi terjadinya 1882. Kemampuan M.tuberculosis dapat penyakit TB Paru antara lain kondisi sosial MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 45 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan banyak kebiasaan merokok. Meskipun merokok menghisapnya. bukanlah penyebab penyakit TB merokok Paru, dapat orang yang memilih Merokok untuk merupakan utama terjadinya aktifitas membakar tembakau kemudian namun kebiasaan menghisap asapnya menggunakan rokok merusak mekanisme maupun pipa (Sitepu, 2008). pertahanan paru sehingga memudahkan Dengan demikian, asap rokok yang masuknya kuman penyakit seperti kuman diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan penyakit TB. Ditambah lagi, fenomena sisanya berupa partikel (Achmad, 2010). merokok di Indonesia masih dianggap wajar, Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia bahkan dianggap sebagai gaya hidup. berbahaya Perilaku merokok merupakan hal yang biasa diantaranya nikotin yang bersifat adiktif dan bagi kebanyakan masyarakat Indonesia tar yang bersifat karsinogenik. Asap rokok khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam dalam jumlah besar yang dihirup dapat sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di meningkatkan Indonesia mengalami peningkatan sebesar tuberkulosis, kekambuhan dan kegagalan 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% pengobatan tuberculosis (Nawi, 2006). untuk kesehatan, resiko dua keparahan World Health Organization (WHO) dan penduduk Indonesia (Fatawati, 2006). Penyakit TB Paru diperkirakan telah International Union Against Tuberculosis menginfeksi sepertiga dari penduduk dunia and Lung Diseases (IUATLD) telah banyak dengan kejadian sekitar 95% terjadi pada menerapkan berbagai metode atau strategi negara-negara sebagai berkembang (Aditama, upaya pendekatan dalam 2008). Temuan kasus tuberkulosis paru di pengandalian penyakit TB, salah satunya Jawa Tengah hingga tahun 2011 mencapai dengan Directly Observed Treatment Short- 20.623 kasus yang tersebar dalam tiga course (DOTS) yang diterapkan secara luas lembaga yaitu puskesmas sebanyak 15.003 di dunia sejak tahun 1995. DOTS berperan kasus, rumah sakit sebanyak 3.607 kasus dalam memastikan rutinitas pasien TB dan BKPM/BP4 sebanyak 2.013 kasus. mengambil dan meminum obat selama Data di Kota Semarang tahun 2011, kejadian menjalani kasus suspect TB Paru sebanyak 15.001 menurunkan angka pasien putus berobat kasus, sedangkan TB Paru BTA positif dan sebanyak 989 kasus (Dinas Kesehatan (Achmad, 2010). Prov,Jateng, 2012). Salah satu pengobatan meningkatkan sehingga angka dapat kesembuhan Berdasarkan hasil Survei Kesehatan kebiasaan yang dapat Rumah Tangga (SKRT) tuberkulosis kebiasaan adalah sebagai penyebab kematian (9,4% dari total bagi kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi kesehatan karena dapat memicu berbagai dan sistem pernafasan. Dan menurut SKRT macam tahun 2004 hasil pemeriksaan BTA positif perilaku kematian, yang membahayakan penyakit tapi Merokok yang mengakibatkan sayangnya masih saja ranking 2002 merusak paru selain infeksi bakteri TB yaitu merokok. menduduki tahun ketiga (SPS ³ 2) bagi responden yang sudah MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 46 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas diidentifikasi sebagai suspek tuberkulosis. besar terhadap terjadinya kekambuhan (jee Prevalensi tuberkulosis nasional adalah SH, 2009). sebesar 148,5 per 100.000 penduduk (SKRT, 2004). Dalam sepuluh tahun terakhir, Penelitian terdahulu menyatakan bahwa prevalensi perokok di Indonesia adalah 34% konsumsi rokok di Indonesia mengalami (Barber, 2008). Di Indonesia terdapat 67,4% peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah laki-laki dan 4,5% perempuan perokok dari perokok mencapai 70% penduduk Indonesia populasi (61.4 juta). Terlepas dari kenyataan (Fatmawati, 2006). bahwa merokok adalah masalah kesehatan Tingginya angka kematian karena TB paru terdapat hubungan dengan merokok. Data WHO dalam laporan mortality utama di Indonesia, rokok adalah penyebab dari 57.000.000 kematian (Depkes, 2011). Berdasarkan latar belakang masalah attributable to tobacco tahun 2012 secara diatas global 5% didapatkan kematian akibat perbandingan antara penderita tuberkolosis penyakit menular dan 14% penyakit tidak perokok dan buka perokok berdasarkan menular basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas. dikaitkan dengan penggunaan peneliti tertarik untuk meneliti tembakau termasuk merokok. Diperkirakan 70% kematian pada penyakit menular karena tuberkulosis paru ada hubunganya METODE Penelitian ini merupakan penelitian dengan penggunaan analitik observasional dengan pendekatan 2012). AfrikaSelatan studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan terdapat 50% kematian akibat TB paru telah di RSUD Banyumas dari bulan Januari 2015 dikaitkan Sementara – Juli 2015. Responden penelitian ini 86 hubungan antara merokok dan TB paru orang. Populasi dalam penelitian ini adalah dalam berbagai studi masih kurang jelas seluruh penderita tuberkolosis paru di RSUD sampai merokok Banyumas yang sesuai dengan kriteria meningkatkan resiko infeksi Mycobacterium inklusinya klinis terdiagnosis tuberkolosis tuberculosis, resiko perkembangan dari paru, umur ≥15tahun. Sedangkan kriteria infeksi penyakit, dan resiko kematian di eksklusinya antara pasien tuberculosis (Boon, 2005). mengalami tuberkolosis paru, Pasien yang tembakau (WHO, dengan sejauh merokok. mana adalah Perokok setelah Dalam studi pada lebih dari 1,3 juta menolak ikut serta dalam penelitian, ada warga Korea Selatan, perokok lakilaki saat hambatan etik, pasien menderita HIV/AIDS, ini DM, lepra, silicosis, pasien mengkonsumsi memiliki 40% peningkatan resiko terjangkit tuberkulosis paru dibandingkan alkohol, dengan bukan perokok dan 55% lebih dalam jangka waktu lama, pasien menderita mungkin untuk meninggal karena TB paru. malnutrisi. Mantan perokok, baik pria maupun wanita juga mengalami peningkatan kortikosteroid, imunosupresan Sampel dalam penelitian ini adalah resiko pasien RSUD Banyumas yang menderita kematian dan kejadian terjangkit TB paru. tuberkolosis paru. Sampel dalam penelitian Perokok juga memiliki resiko yang lebih ini sebanyak 86 responden. Instrumen yang MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 47 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas di pakai dlam penelitian ini adalah kuesioner kuisioner, Kandungan dalam rokok tidak yang berisi daftar pertanyaan tentang pasien, selalu sama, kebiasaan merokok Dalamnya hisapan, Sisa batang rokok yang dan rekam medis pasien dan kuisioner. Data yang diperoleh Jumlah hisapan tiap batang, di hisap. pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dengan HASIL menggunakan uji non parametrik yaitu uji Penelitian dilakukan di Poliklinik baru RSUD Banyumas dari Januari 2015 – Juli Chi-square. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2015. Pada penelitian ini didapatkan 86 variabel bebas : penderita tuberkolosis orang pasien tuberkulosis, terdiri dari 54 perokok dan bukan perokok, variabel terikat: pasien dengan hasil pemeriksaan sputum Basil Tahan Asam (BTA), variabel Luar: BTA positif dan 32 pasien dengan hasil Terkendali: Usia, Jenis kelamin serta yang pemeriksaan sputum BTA negatif. Dari 86 tidak responden terkendali tempat tinggal, meliputi lingkunganan Subjektifitas menjawab tersebut di dapatkan hasil sebagai berikut: 1. Distribusi Tuberkolosis berdasarkan jenis Kelamin Tabel.1 Ditribusi penderita Tuberkolosis Berdasarkan jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 2 Laki- laki Perempuan Total Sumber: Data Primer, 2015 59 27 86 Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa penderita Prosentase (%) tuberkolosis berdasarkan jenis kelamin paling banyak 68,60% 31,40% 100 laki-laki 68,60% responden atau sebanyak sedangkan pada 59 wanita 31,40% atau sebanyak 27 responden. 2. Distribusi Frekuensi Tuberkolosis berdasrkan Usia dan jenis Kelamin Tabel.2 Distribusi frekuensi Tuberkolosis Berdasrkan Usia dan Jenis Kelamin No Usia ≤20 21 – 40 41 – 50 > 50 Total Sumber: Data Primer, 2015 1 2 3 4 Berdasarkan Tabel 2 diatas Laki- laki Perempuan Jumlah 6 27 10 16 59 2 6 4 15 27 8 33 14 31 86 dapat laki dan 6 perempuan, yang berumur 41- diketahui jumlah penderita tuberkulosis 50 tahun sebanyak 10 laki-laki dan 4 yang berumur < 20 tahun sebanyak 6 perempuan, sedangkan yang berumur > laki-laki dan 2 perempuan, dan yang 50 tahun sebanyak 16 laki-laki dan 15 berumur 21-40 tahun sebanyak 27 laki- perempuan. 3. Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkolosis berdasarkan Kebiasaan Merokok dan Jenis Kelamin MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 48 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkolosis Berdasarkan Kebiasaan Merokok dan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Perokok Bukan perokok Jumlah Persentase (%) 1.Laki-laki 43 50% 16 18,60% 59 100 2.Perempuan 0 0% 27 31,40% 27 100 86 100 Total 43 43 Sumber: Data primer 2015 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa perokok, sedangkan dari 27 perempuan dari 59 penderita tuberkulosis laki-laki terdapat 0 perokok dan 27 bukan terdapat 43 perokok dan 16 bukan perokok. 4. Persentase Indeks Brikman Pada Penderita Tuberkolosis Laki-laki Tabel 4. Distribusi Persentase Indeks Brikman pada Penderita Tuberkolosis laki-laki No 1 2 4 Kriteria Berat Sedang Ringan Total Sumber: Data primer 2015 Jumlah 30 8 5 43 Prosentase (%) 69,77 18,60 11,63 100 Dari tabel 4 diatas dapat diketahui sedang sebesar 18,60% (8 dari 43), bahwa penderita tuberkulosis perokok perokok ringan sebesar 11,63% (5 dari laki-laki dengan kriteria perokok berat 43). sebesar 69,77% (30 dari 43), perokok 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Klinik penderita Tuberkolosis Perokok Dan Bukan Perokok Tabel 5. distribusi frekuensi gambaran klinik penderita tuberkolosis perokok dan bukan perokok No 1 2 3 4 5 6 7 8 Gejala Klinik Batuk > 3 minggu Hemoptisis Demam Berat badan turun Berkeringat malam hari Lemas Sakit dinding dada Sesak napas Sumber: Data primer 2015 Perokok Jumlah 38 20 28 24 25 20 25 22 % 88,37 62,86 82,86 68,57 71,43 57,14 71,43 62,86 Bukan perokok Jumlah % 27 62,80 15 45,71 20 57,14 18 51,43 20 57,14 19 54,28 17 48,57 20 57,14 Dari tabel 5 tampak bahwa gejala (27 dari 43). Gambaran gejala klinik klinik yang paling banyak adalah batuk > penderita yang perokok selalu lebih tinggi 3 minggu terjadi pada perokok 88,37% dari pada bukan perokok. (38 dari 43) dan bukan perokok 62,80% MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 49 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas 6. Distribusi Frekuensi Tuberkolosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tuberkolosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) No 1 2 Tuberkulosis Perokok Bukan perokok Jumlah Sumber: Data primer 2015 Dari Tabel 6 diperoleh data mengenai BTA + 29 13 42 BTA14 30 43 Jumlah 43 43 86 PEMBAHASAN perbandingan hasil pemeriksaan BTA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada penderita tuberkulosis perokok dan perbandingan antara penderita tuberkulosis bukan perokok. Pada subyek penelitian perokok dan bukan perokok berdasrkan ini didapat penderita tuberkulosis yang hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA). perokok 43 orang dengan hasil Pada penelitian ini didapatkan data pemeriksaan BTA positif sebanyak 29 sejumlah orang dan 14 orang dengan hasil tuberkulosis. Data tersebut kemudian diolah pemeriksaan BTA negatif. Sedangkan dengan membuat tabel lalu dianalisis secara penderita tuberkulosis bukan perokok kuantitatif dalam bentuk persentase maupun sebanyak hasil uji chi square dan kualitatif dengan cara pemeriksaan BTA positif 13 orang dan membandingkan dengan hasil penelitian yang hasil pemeriksaan BTA negatif 30 terdahulu dan teori yang relevan dengan orang. penelitian. 43 orang dengan Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan uji chi square didapatkan c2 responden penderita Berdasarkan hasil pada Tabel 1. bahwa penderita tuberkolosis jenis kelamin lebih (3,817) banyak laki-laki 68,60% atau sebanyak 59 pada nilai p > 5% atau sebesar 0,155. responden dari pada wanita 31,40% atau Berdasarkan hasil analisis statistik di sebanyak 27 responden. Hasil ini serupa atas dapat disimpulkan bahwa tidak dengan yang dilakukan di Benua Afrika terdapat perbedaan hasil pemeriksaan dengan jumlah pasien laki laki 42,34% dan basil tahan asam (BTA) antara penderita perempuan 28,9%. Hal ini antara lain tuberkulosis perokok dan bukan perokok. disebabkan Hasil analisis deskriptif didapatkan rasio merokok pada lakilaki yang memudahkan prevalensi (RP) sebesar 1,50. Hal ini terjangkitnya TB paru (Suharni, 2010). hitung (2,07)5 < c2tabel 86 berarti bahwa merokok merupakan faktor resiko untuk terjadinya tuberkulosis paru. Beberapa karena studi faktor kebiasaan melaporkan bahwa sedikitnya proporsi perempuan penderita tuberkulosis diakibatkan penderita tuberkulosis perempuan lebih sedikit yang MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 50 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas mengunjungi fasilitas kesehatan dan atau 15-69 tahun (73,85%). Hal ini mungkin menyerahkan spesimen sputum untuk dites. disebabkan karena usia produktif banyak Dengan alasan yaitu sulitnya menjangkau bekerja aktif di luar rumah sehingga lebih tempat pelayanan kesehatan sehingga para sering terpapar M. tuberculosis. Penelitian perempuan lebih memilih konsultasi pribadi Pertiwi et al. tidak mendapatkan hubungan dari seperti bermakna antara kejadian TB paru dan kekurangan kelompok usia 15-55 tahun mempunyai petugas kesehatan perempuan, rasa malu, risiko terkena TB Paru dengan risiko 0,667 dan/ atau perasaan takut. Informasi dari kali lebih besar dibandingkan umur > 55 Bangladesh melaporkan bahwa perempuan tahun. Hal tersebut dikarenakan ketahanan percaya tentang stigma bahwa perempuan tubuh mulai menurun setelah umur 45 tahun penderita sehingga rentan terkena penyakit. praktek-praktek pengobatan kesehatan tradisional, tuberkulosis akan mendapat prognosis yang lebih buruk dibandingkan Hasil pada Tabel 3 dapat diketahui laki-laki penderita tuberkulosis. Hal ini bahwa dari 59 penderita tuberkulosis laki- menggagalkan untuk laki terdapat 43 perokok dan 16 bukan memeriksakan gejala sakit dada pada perokok, sedangkan dari 27 perempuan petugas sama terdapat 0 perokok dan 27 bukan perokok. dilaporkan juga di Thailand dan Vietnam Hal ini hampir sama dengan penelitian yang (WHO, 2002). dilakukan oleh Widysanto tahun 2004 yang para kesehatan. Berdasarkan perempuan Hal yang tabel 2 jumlah penderita menyatakan bahwa 75% (18 dari 24) tuberkulosis yang berumur < 20 tahun penderita sebanyak 6 laki-laki dan 2 perempuan, dan perokok. Kebiasaan merokok akan merusak yang berumur 21-40 tahun sebanyak 27 laki- mekanisme pertahanan paru yang disebut laki dan 6 perempuan, yang berumur 41-50 mucociliary clearance (Tirtana, 2011). tahun sebanyak perempuan, sedangkan yang berumur > 50 merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. tahun 15 Banyaknya perokok pemula dikalangan perempuan. Dari 10 fakta penting mengenai anak-anak dan remaja mungkin karena situasi Indonesia mereka belum mampu menimbang bahaya mengatakan bahwa ¾ pasien tuberkulosis merokok bagi kesehatan dan dampak adiktif dalam usia produktif17. Insiden tertinggi yang ditimbulkan nikotin. Perokok mungkin tuberkulosis paru biasanya mengenai usia beranggapan bahwa mereka sendirilah yang dewasa muda (20-40 tahun). Angka pada menanggung semua bahaya dan risiko laki-laki selalu cukup tinggi pada semua usia akibat dari kebiasaannya, tanpa menyadari tetapi angka pada perempuan cenderung bahwa menurun tajam sesudah melampaui usia memberikan beban fisik dan ekonomi pada subur (Crofton, 2002). orang lain di sekitarnya sebagai perokok tuberkulosis laki-laki di dan adalah Hampir 70% perokok Indonesia mulai 16 laki-laki laki-laki 4 sebanyak 10 tuberkulosis dan Penelitian di Singapura tahun 1987 mendapatkan kelompok usia tersering ialah sebenarnya mereka juga pasif (Jamal, 2006). Dari tabel 4 diketahui bahwa penderita MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 51 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas tuberkulosis perokok laki-laki dengan kriteria gambaran gejala klinik pasien tuberkulosis. perokok berat sebesar 69,77% (30 dari 43), Gambaran gejala klinik pasien tuberkulosis perokok sedang sebesar 18,60% (8 dari 43), perokok lebih berat dibandingkan bukan perokok ringan sebesar 11,63% (5 dari 43). perokok (Widysanto, 2004). Kecenderungan untuk menjadi perokok Merokok mempengaruhi perkembangan berat adalah sifat nikotin dalam rokok sangat klinis adiktif. tidak cenderung lebih banyak terbentuk kavitas mendukung untuk berhenti merokok. Sifat dan lebih menambah kehebatan penyakit adiktif orang walaupun demikian diagnostiknya menjadi tergantung pada rokok dan jika dihentikan lebih lambat. Karena batuk kronik dan flek akan menimbulkan keluhan seperti sulit paru akibat rokok sulit dibedakan dengan mengkonsentrasikan pikiran dan kurang akibat tuberculosis (WHO, 2009). Merokok percaya diri. Dan laki-laki memiliki otoritas dapat dalam merusak dari tuberkulosis melalui berbagai Lingkungan tembakau juga menyebabkan menentukan memiliki uang sering pilihannya dan karena kesempatan untuk membeli rokok (Jamal, 2006). lesi dari memberi macam tuberkulosis. manifestasi mekanisme Perokok atau karena efek merokok cenderung mengakibatkan batuk kronik Diketahui bahwa gejala klinik yang yang merupakan gejala utama tuberkulosis, paling banyak adalah batuk > 3 minggu batuk pada perokok menurunkan spesifitas terjadi pada perokok 88,37% (38 dari 43) dan dan bukan perokok 62,80% (27 dari 43). menjadi Gambaran gejala klinik penderita yang tuberkulosis dapat tertunda sehingga dapat perokok selalu lebih tinggi dari pada bukan membawa ke prognosis yang lebih buruk perokok. dan dapat mengakibatkan probabilitas untuk kimia Telah rokok diidentifikasi yang komponen berbahaya bagi oleh karenanya lebih nilai prediksinya rendah. Diagnosis kembali relaps lebih tinggi. kesehatan,yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan Merokok tidak hanya merupakan causa NO yang berasal dari tembakau. Setiap dari penyakit-penyakit komorbid, seperti tahun frekuensi penderita penyakit kronis bronkitis kronis, PPOK, emfisema, dan akibat rokok semakin meningkat. Meskipun penyakit banyak riset dan bukti otentik bahwa merupakan fasilitas untuk progresivitas dari merokok ibarat bom waktu yang bisa infeksi tuberkulosis itu sendiri, akan tetapi merusak kesehatan. Ini dikarenakan rokok merokok juga menyebabkan kerusakan memunculkan rasa kecanduan. Di dalam fungsi paru sehingga memperburuk penyakit rokok terkandung sebuah zat yang bernama tuberkulosis itu sendiri dan mengurangi nikotin. Zat ini bisa menimbulkan efek santai kepatuhan terapi tuberkulosis, di suatu dan daerah tertentu untuk inilah yang membuat kebiasaan jantung sebagian besar 2011). tuberkulosis (meskipun ini bukan masalah kuat antara merokok dan keseluruhan mana pasien hubungan dari yang merokok sulit untuk ditinggalkan (Halim, Penelitian Shprykov, dkk. menunjukkan atau koroner, pasien bagi area yang menerapkan sistem DOTS) (WHO, 2006). MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 52 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas Dari tabel 5 tampak bahwa gejala klinik terdahulu hasil pemeriksaan BTA positif yang paling banyak adalah batuk > 3 minggu lebih terjadi pada perokok 88,37% (38 dari 43) dibanding bukan perokok karena pada dan bukan perokok 62,80% (27 dari 43). perokok Gambaran gejala klinik penderita yang lanjut sehingga memudahkan pengeluaran perokok selalu lebih tinggi dari pada bukan basil tuberkulosis pada waktu dibatukkan23. perokok. Hal ini sesuai dengan penelitian sering ditemukan mengakibatkan Kolappan dan pada perokok destruksi Gopi paru menyimpulkan Dicpinigaitis tahun 2003 bahwa peluang adanya asosiasi positif antara kebiasaan batuk perokok merokok dengan terjadinya tuberkulosis Merokok BTA positif (OR= 2,5) yang juga ditunjang Batuk dengan adanya dose respons relationship lebih dibandingkan tinggi pada bukan perokok. meningkatkan sensitivitas batuk. dihasilkan dari stimulasi reseptor sensorik dalam traktus Impuls Penelitian Kapisysi, dkk, menemukan aferennya mengaktivasi pusat batuk di otak. bahwa kejadian tuberkulosis dengan BTA Dua tipe reseptor yang terlibat produksi (basil tahan asam) positif ternyata lebih batuk: RARs (Rapidly Adapting pulmonary tinggi pada perokok daripada bukan perokok stretch Receptors) dengan serabut tipis, (p<0,01), dan tidak ada perbedaan konversi bermielinasi. sputum dan perbaikan gambar radiologi Dewasa telah antara perokok dan bukan perokok pada dicurahkan pada efek merokok sigaret pada pengobatan. Perbedaan ini kemungkinan sensitivitas refleks batuk. Studi pada hewan terjadi telah menduga jika paparan jangka panjang penelitian dan waktu penelitian dilakukan. dari ini, respiratorius. yang kuat (Kolappan, 2006). rokok sedikit perhatian tembakau sintesis perbedaan tempat meningkatkan sensitivitas refleks batuk, mungkin dengan menstimulasi karena Tachykinin pengeluarannya ke saluran dan napas25. KESIMPULAN DAN SARAN Tidak terdapat perbandingan bermakna pada penderita tuberkulosis perokok dan Dari tabel 1.6 diperoleh data mengenai perbandingan hasil pemeriksaan BTA pada penderita tuberkulosis perokok dan bukan bukan perokok berdasarkan basil tahan asam (BTA) di RSUD Cilacap Penderita Tuberkolosis paling banyak perokok. Pada subyek penelitian ini didapat adalah laki-laki penderita tuberkulosis yang perokok 43 pada orang dengan hasil pemeriksaan BTA positif tuberkulosis laki-laki yang perokok sebesar sebanyak 29 orang dan 14 orang dengan 50% (43 dari 59) dan 68,57% adalah hasil pemeriksaan BTA negatif. Sedangkan perokok berat. penderita sebanyak tuberkulosis 43 orang bukan perokok dengan hasil usia laki-laki 68,60% 21-40 tahun. dan Penderita Gejala klinik yang paling banyak adalah batuk > 3 minggu terjadi pada perokok 88,37% pemeriksaan BTA positif 13 orang dan yang (38 dari 43) dan bukan perokok 62,80% (27 hasil pemeriksaan BTA negatif 30 orang. dari 43). Gambaran gejala klinik penderita Hasil yang perokok selalu lebih tinggi dari pada ini berbeda dengan penelitian MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 53 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas bukan perokok. DAFTAR PUSTAKA Achmad, A.F. 2010. Analisis Spasial Penyakit Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2007-2009. Tesis. FKM – UI. Aditama, T. Y., et. Al. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 2006.Tuberkulosis. http//www.infeksi.com/hiv/mobile/article s.php? ing=in&pg=57 di unggah pada tanggal 15 April 2015. Barber S, et al. 2008. Tobacco Economics in Indonesia. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. 68 : 12 Boon S.D, et al. 2005. Association Berwen Smoking and Tuberculosis Infection: A Population Survey In High Tuberculosis Incidence. Thorax. 2005. 60 : 557-559 Crofton J, Horne N, Miller F. 2002. Tuberkulosis Klinik. Edisi II. Jakarta, Widya Medika. DepartemenKesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, B. 2011. Masalah Merokok di Indonesia. Departemen Kesehatan Indonesia.. http://www.promkes.depkes.go.id/ di unggah pada tanggal 15 April 2015. Dicpinigaitis, PV. 2003. Cough Reflex Sensitivity in Cigarette Smokers.Chest. 2003. 123 (3) p: 685. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang. http://www.dinkesjatengprov.go.id. Di unggah 12 Maret 2015 Fatmawati. 2006. Materi Bahaya Rokok untuk Kurikulum Sekolah. (http://www.sinarharapan.co.id/berita/0 609 di unggah pada Mei 2015. Halim D. 2011. Pengaruh dan Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru Pria Dewasa. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Jamal, S. 2006. Ada Apa Dengan Rokok? http://www.pdpersi.co.id/ di unggal pada tanggal 14 Maret 2015. Jee S.H, et al. 2009. Smoking and Risk of Tuberculosis Incidence, Mortality, and Recurrence in South Korean Men and Woment. Am. J. Epidemiol. 2009. 170 : 3-7 Kolappan C and Gopi PG. 2006. Tobacco Smoking and Pulmonary Tuberculosis. http://thorax.bmj.com/cgi/conterc/abstr act/57/h11/964?etoc di unggah pada tanggal 14 maret 2015. Nawi, 2006. Penderita Tuberkulosis, Berhentilah Merokok. http://www.coalisi. org_deail.htm di unggah pada 20 Mei 2015 SEARO WHO. 2009. Indonesia (Ages 1315) Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Fact Sheet. WHO:http://www.searo.who.int/ . Sitepu S. 2008. Special sense (organ pengecapan: organum gustus). Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran USU SKRT. 2004. Survei Prevalensi Tuberkolosis Tahun 2004. http://www. tbcindonesia.or.id/ di unggah pada 15 April 2015. Suharni. H. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans info media; h.163-64 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125833 -S-5761-Faktor%20risiko Di unggah pada tanggal 15 April 2015. Tirtana BT, Musrichan. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Resistensi Obat Anti Tuberkulosis di Wilayah Jawa Tengah [disertasi]. Jawa Tengah: Fakultas Kedokteran Universitas di Ponegoro; Tirtosastro S,. Murdiyanti A.S. 2010. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat, dan Minyak. 2010. 2(1) : 34-36 WHO. 2002. Gender and Tuberculosis. http//www.who int/gender/documents/en/ tb.fact sheet.pdf di unggah pada tanggal 20 April 2015. WHO. 2012. Global tuberculosis report. Widysanto, A. Reviono, Suradi, Eddy S, Yusup SS. 2004. Profil Penderita Tuberkulosis Paru pada Perokok dan Bukan Perokok di R.S. Dr. Moewardi MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 54 A Brahmadhi│ Perbandingan antara Penderita Tuberkulosis Perokok dan Bukan Perokok Berdasarkan Basil Tahan Asam (BTA) di RSUD Banyumas Surakarta World Healty Organization. 2013. Global tuberculosis report: WHO. http://apps.who.int/ di unggah pada 12 Maret 2015. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 3, DESEMBER 2016 | Halaman 55