BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Persiapan Penelitian Sebelum turun ke lapangan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada Fakultas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar memudahkan peneliti mengambil data yang akan diolah. Peneliti tiba di kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 2 Desember 2011. Pada tanggal 4 Desember peneliti mendatangi rumah key informan penelitian. Key informan merupakan kepala Puskesmas Lewa yang rumahnya tidak jauh dari rumah peneliti di kota Waingapu. Dalam pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan informasi dari key informan ternyata daerah Kecamatan dari Puskesmas yang dipimpinnya telah mengalami pemekaran Kecamatan. Semula tempat penelitian yang direncanakan adalah Puskesmas Lewa Kecamatan Lewa, namun kini telah menjadi Puskesmas Nggaha Oriangu, Kecamatan Nggaha Oriangu Kabupaten Sumba Timur. Peneliti 61 mengurus ijin penelitian daerah ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 6 Desember 2011. Perijinan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu prosedur penelitian daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Setelah surat ijin penelitian tersebut dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat, key informan dan peneliti mulai merancang strategi untuk menuju tempat penelitian dan berjumpa dengan para partisipan. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memperoleh dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam bentuk disediakannya kendaraan di hari pertama peneliti berkunjung ke desa tempat penelitian. Di samping itu dukungan lain yang peneliti terima adalah disediakannya satu orang tenaga pendamping yang merupakan tenaga kesehatan. Key informan mempelajari kriteria partisipan yang dibutuhkan oleh peneliti dan membantu mencari riset partisipan yang tepat sebagai partisipan penelitian. Pada tanggal 9 Desember 2011 peneliti diijinkan ikut dalam kegiatan Puskesmas berkeliling ke desa-desa di Kecamatan Nggaha Oriangu. Dalam kegiatan tersebut peneliti dan tenaga kesehatan lainnya mengunjungi ibu-ibu hamil, beberapa Puskesmas pembantu dan tempat-tempat kader yang dibina 62 oleh Puskesmas tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka membagikan kelambu untuk ibu–ibu hamil. Peneliti ikut terlibat dalam setiap kegiatan tersebut secara aktif dengan tujuan peneliti dapat memastikan para calon riset partisipan yang ditemui benar benar memenuhi setiap kriteria yang dibutuhkan. Kegiatan tersebut berlangsung sejak pukul 09.00 WITA sampai dengan 15.00 WITA. Dengan menggunakan mobil Puskesmas keliling, kegiatan berlangsung dari satu desa ke desa yang lainya, dan pada saat itulah key informan memperkenalkan 3 calon partisipan kepada peneliti. Pada saat pertemuan pertama tersebut peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian ini. Calon partisipan I bernama Ny. I (19 th), setelah berkenalan dan berbincang cukup lama pada (pukul 10.00 WITA), penelitipun yakin untuk menetapkannya sebagai partisipan I. Bersedianya Ny. I menjadi partisipan penelitian, diwujudkan dengan menandatangani informed concent yang peneliti berikan. Kemudian peneliti melanjutkan pertemuan dengan menemui calon partisipan II yang rumahnya terbilang cukup jauh dari jalan raya. Untuk sampai ke rumah calon partisipan, peneliti dan key informan harus turun dari mobil dan berjalan kaki melewati pematang sawah dan menyeberangi sungai. Calon 63 partisipan kedua bernama Ny. K (32th). Dalam pertemuan ini peneliti mengutarakan tujuan peneliti datang berkunjung, dan Ny. K bersedia untuk menjadi partisipan II dan menandatangani informed concent yang diberikan. Pada penelitian ini tidak hanya ibu maternal yang ditetapkan sebagai riset partisipan tetapi ibu post partum (pasca melahirkan) juga ditetapkan sebagai partisipan lengkap dengan riwayat kunjungan antenatal yaitu frekuensi kunjungan Pelayanan ANC yang kurang dari 4 kali kunjungan. Ny. K awalnya peneliti tetapkan menjadi partisipan sebagai ibu maternal. Dengan kejadian melahirkan yang dialami Ny. K sebelum memasuki usia 9 bulan, maka peneliti menempatkannya ke dalam kriteria partisipan ibu postpartum. Ny. K memiliki kriteria yang tepat sebagai partisipan menurut kriteria ke empat sebagai ibu postpartum (pasca melahirkan) yang melakukan kunjungan antenatal care dan distribusi kunjungannya tidak sampai empat kali kunjungan menurut Buku Panduan KIA Puskesmas. Untuk partisipan III, peneliti berkunjung ke rumahnya dengan perantara key informan pada hari yang sama (pukul 14.00 WITA). Partisipan III bernama Ny. ML, pada saat itu yang bersangkutan sedang bersama suaminya yang baru pulang kerja. Setelah peneliti berkenalan dan bebincang, Ny. ML 64 menyutujui untuk menjadi partisipan penelitian. Persetujuannya itu ditandai dengan ditandatanganinya informed concent. Untuk partisipan ke IV dan V, tidak dapat ditemui pada hari itu karena yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah. Peneliti disarankan oleh key informan untuk mengikuti kegiatan posyandu balita dan ibu hamil pada tanggal 20 Desember 2011 agar dapat bertemu dengan calon partisipan ke IV dan ke V. Perkenalan peneliti dengan calon riset partisipan IV dan V dibantu oleh perawat yang saat itu sedang bertugas. Partisipan IV bernama Ny. RM (19thn). Ny. RM sebelumnya telah ditemui oleh key informan dan dimintai kesediaannya untuk menjadi partisipan penelitian peneliti. Key informan menyatakan Ny. RM bersedia menjadi partisipan. Peneliti sebelumnya sudah berkunjung ke rumah Ny. RM dua kali dan tidak pernah bertemu dengannya. Pada kesempatan itulah Ny. RM secara langsung mengutarakan pada peneliti bahwa bersedia menjadi Partisipan IV dan diwawancarai pada saat itu juga. Sebelum mewawancara Ny. RM, Peneliti memintanya menandatangani informed concent sebagai bukti bahwa Ny. RM bersedia menjadi riset memperkenalkan partisipan. peneliti Perawat dengan Puskesmas calon partisipan juga V. Partisipan V bernama Ny. RK (26thn). Dalam kesempatan ini, 65 peneliti baru pertama kali berbicara dengan Ny. RK mengenai kesediaannya menjadi partisipan V dalam penelitian ini. Setelah berbincang-bincang cukup lama seputar kehamilan yang dijalaninya secara umum dan kesediaan untuk diwawancarai, akhirnya Ny. RK bersedia menjadi partisipan V dan menandatangani informed concent yang diberikan kepadanya. Berikut adalah data riset partisipan yang terlibat dalam penelitian ini : Tabel 4.1 Data lengkap Riset partisipan Partisipan I Partisipan II Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Ny I 19 Tahun SMA Pedagang Ny K Partisipan III Ny ML Partisipan IV Ny RM Partisipan V Ny RK 32 Tahun 31 Tahun 19 Tahun 26 Tahun Riwayat Kehamilan Data Kunjungan I. 23 Agustus 2011 II. 20 Desember 2011 G1PA0 I. 12 Juli 2011 II. 3 Oktober 2011 SMA Guru SD G3P3A0 Tanggal Partus 15 Desember 2011 SD Petani SMP - SMP Petani I. 12 Juni 2011 II. 19 September 2011 I. 14 juni 2011 II. 20 Desember 2011 I. 20 Desember 2011 G5P1A2 G1p1A G2P1A0 Keterangan : 1. Sumber data Kunjungan : Data Register Kunjungan Pelayanan KIA Puskesmas Nggaha Oriangu 2011 2. Riwayat kehamilan : dinyatakan dalam jumlah kehamilan (G), Jumlah Partus (P), Jumlah Abortus (A) dan Lahir hidup (L). 66 4.1.2 Profil Daerah Penelitian Daerah Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), letaknya di bagian selatan dari kesatuan Republik Indonesia yang secara astronomis membentang antara 119° 45-120° 52 bujur timur(BT) di sebelah timur dan 9° 16- 10° 20 lintang selatan (LS) di sebelah selatan. Secara georafis kondisi daerah Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit bukit dengan rata-rata kemiringan yang tertinggi ± 40 persen luas wilayah, dan pada bagian utara merupakan daerah yang datar dan berbatu serta kurang subur, sedangkan pada bagian selatan merupakan daerah dengan berbukit terjal, pada lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup subur. Iklim yang tidak menentu klasik merupakan hambatan atau masalah yang cukup bagi masyarakat di Kabupaten Sumba Timur. Batas Wilayah Kabupaten Sumba Timur, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah, sebelah timur berbatasan dengan laut Sabu, sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumba dan sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Hindia (Sumba Timur dalam Angka 2007, BPS Kab. Sumba Timur). Kecamatan Nggaha Oriangu mengalami proses pemekaran daerah pada tahun 2004. Semula wilayah administratif 67 Kecamatan Nggaha Oriangu masih dalam wilayah Kecamatan Lewa, dan sekarang wilayah Kecamatan Nggaha Oriangu telah memiliki daerah administratif sendiri. Kecamatan ini berada di sebelah barat Kabupaten Sumba topografinya sebagian besar Timur, dan kondisi berbukit terjal serta jarak jangkauan desa-desa yang cukup jauh dari pusat pemerintahan Kecamatan. Kondisi ekonomi masyarakat Kecamatan Nggaha Oriangu sebagian besar masih terbilang golongan ekonomi menengah ke bawah. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah petani dan pedagang. Luas Kecamatan Nggaha Oriangu adalah 773,7 km2 atau 77.370 hektar dan jumlah penduduk di Kecamatan ini adalah 12.450 jiwa. Jarak kecamatan ini dari kota Waingapu adalah 42 km2. Desa Tandula jangga adalah salah satu desa dari sembilan desa yang tergabung dalam wilayah administratif kecamatan Nggaha Oriangu. Luas desa Tandula jangga adalah 63,2 km2 atau 6320 hektar. Jarak Desa Tandula jangga dari pusat pemerintahan Kecamatan adalah 15 km, termaksud jarak menuju ke Puskesmas Nggaha Oriangu. Kegiatan rutin Puskesmas di desa Tandula jangga adalah Posyandu ibu hamil. Jika dibandingkan dengan Puskesmas di 68 desa yang lain, kegiatan Puskesmas di desa ini berjalan dengan cukup baik. Posyandu di desa Tandula jangga membawahi 4 desa yang ada di kecamatan Nggaha Oriangu yaitu desa Praipaha, Kahiri, Pulu panjang dan Tandula jangga. Salah satu Puskesmas Pembantu dari Kecamatan Nggaha Oriangu juga berada di desa Tandula jangga. Di desa Tandula jangga angka usia rata-rata pernikahan pasangan usia subur berkisar usia 15 tahun sampai 35 tahun pada tahun 2010 hingga 2011. 4.1.3 Pelaksanaan Penelitian Proses pengambilan data dilakukan di rumah partisipan dan di Posyandu Desa Tandula jangga serta data pendukung lainnya di Puskesmas Nggaha Oriangu. Pengambilan data dimulai pada tanggal 11 Desember sampai akhir bulan Desember 2011. Alat yang peneliti gunakan adalah panduan wawancara (interview guide) dan alat perekam suara. Penggunaan alat perekam suara sudah mendapat persetujuan dari partisipan. Ada beberapa partisipan yang diwawancarai peneliti secara berkala, karena peneliti belum mendapatkan informasi yang cukup dari partisipan maka peneliti menemui 69 partisipan tersebut untuk kedua kalinya dan melengkapi informasi yang diperlukan. 4.1.4 Gambaran Umum Riset Partisipan a. Partisipan I Wawancara pertama dilakukan di rumah Ny I (19th). Wawancara berlangsung di teras rumah yang menurut peneliti sedikit berantakan dan tidak rapi. Bentuk rumah Ny. I berupa rumah panggung tradisional daerah Sumba. Rumah tersebut sangat sederhana, lantainya beralaskan bambu yang disusun memanjang dan berdinding papan dan gedek. Atapnya dari seng yang disusun memanjang ke arah atas. Di dinding teras tempat wawancara berlangsung terpampang beberapa poster bergambar anak-anak dan kalender. Meskipun peneliti tidak memasuki rumah Ny. I, peneliti sempat melihat ke dalam rumah dari pintu dan nampak bahwa bagian dalam rumah kurang mendapat pencahayaan matahari, sehingga membuat bagian dalam rumah nampak gelap. Saat akan diwawancarai Ny. I ditemani oleh ibunya dan juga adik bungsunya. Ketika peneliti meminta ijin untuk memulai wawancara, ibu Ny. I diajak bicara oleh key 70 informan seputar lingkungan rumahnya, peneliti dan Ny.I agak bergeser ke arah ujung teras untuk memulai wawancara. Pada saat wawancara berlangsung peneliti cukup terganggu dengan lingkungan di sekitar tempat peneliti mewawancarai Ny.I karena sopir mobil Puskesmas keliling yang membawa peneliti bersama key informan memutar musik dengan volume yang agak keras sehingga peneliti kesulitan mendengar yang dikatakan oleh Ny. I, dan kejadian ini berlangsung selama wawancara dilakukan. Dengan kondisi bising seperti itu sempat membuat peneliti tidak konsentrasi untuk bertanya. Peneliti meminta kesediaan waktu dari Ny. I di kemudian hari jika peneliti berkunjung kembali ke desa tersebut, dengan tujuan melengkapi informasi yang dianggap peneliti kurang, dan peneliti berkesempatan untuk mewawancarai Ny. I lagi pada tanggal 17 Desember 2011 jam 13.00 WITA. Pada saat itu Ny. I memakai baju kaos oblong berwarna coklat dan celana pendek berwarna hijau, rambut pendek berwarna hitam dan diikat, perutnya tampak agak membesar, kulitnya berwarna sawo matang. Ny. I berjalan tanpa alas kaki di rumah dan terlihat sehat. 71 Ny. I masih berstatus siswa yang terdaftar di salah satu sekolah menengah kejuruan di Desa Makamenggit Kecamatan Nggaha Oriangu. Dengan kondisi seperti ini membuatnya berhenti bersekolah sementara. Hal itu dilakukan sebagai persyaratan yang diberikan oleh sekolah. Kebijakan dari sekolah itu diberikan karena Ny. I sekarang duduk di bangku kelas 3 Menengah Kejuruan dan dalam waktu beberapa bulan akan mengikuti ujian kelulusan, pihak sekolah memberi kebijakan kepada Ny. I untuk cuti sekolah dan merawat kehamilannya sampai Ia melahirkan dan dapat melanjutkan sekolah di tahun 2012 tanpa harus dikeluarkan dari sekolah. Ny. I dan suaminya tinggal di tempat terpisah karena urusan perkawinan mereka yang belum sah secara adat. Ny. I masih tinggal bersama orang tuanya di desa Tandula jangga sedangkan suaminya tinggal di desa Kahiri atau desa sebelahnya. Keluarga belum sepenuhnya menyetujui hubungan Ny. I dengan suaminya, meskipun urusan adat perkawinan sedang berjalan, ia masih sulit berkomunikasi dengan suaminya. Ny. I cukup tegar dalam menghadapi permasalahan keluarganya, ia tampak menjawab dengan jelas apa yang ditanyakan oleh peneliti, bahkan sangat 72 senang dengan kehamilannya sekarang. Hal ini terlihat dari kesungguhannya menceritakan kondisi keluarganya sekarang serta kebesaran hatinya menerima keadaan keluarganya. Ny. I melihat kehamilannya adalah suatu kejadian yang tidak ia rencanakan, dan baru menyadari kehamilannya pada saat memasuki usia kehamilan 3 bulan. Pada saat itu ia tidak tahu kalau sedang hamil dan merasa hanya pusing-pusing dan mual di pagi hari. Ny. I mengatakan pada dasarnya ia tidak tahu gejala kehamilan itu sendiri seperti apa. Dengan bantuan dari tantenya yang seorang bidan, akhirnya Ny. I memeriksakan dirinya ke Puskesmas dan pada saat itulah kehamilannya diketahui. Ny. I terakhir masuk sekolah pada bulan September 2011, setelah itu ia membantu ibunya berjualan sayur di pasar sampai siang hari, dan kegiatan tersebut masih dilakukan sampai sekarang. Ny. I pun sudah diberitahu tafsiran bulan saat ia harus melahirkan, Ny. I mengatakan ia siap untuk melahirkan di bulan Maret tahun 2012 untuk itulah Ia selalu menjaga kandungannya dengan baik walaupun tanpa suami yang mendampinginya. Kepada peneliti, Ny. I menyampaikan keinginan untuk segera 73 berkumpul dengan suaminya dan bisa bersama-sama merawat anak yang akan dilahirkannya nanti. b. Partisipan 2 Wawancara berlangsung di rumah Ny. K (32 tahun). Rumahnya sedikit sulit untuk dijangkau dari tepi jalan pinggiran desa. Peneliti dan key informan turun dari mobil yang diberhentikan di jalan raya, dan mengikuti jalan setapak dan menyusuri sungai desa Tandula jangga yang jaraknya ±100 meter menuju rumah Ny. K. Peneliti dan key informan juga menyeberangi sungai kecil tersebut dengan berjalan kaki, karena arusnya tidak terlalu deras, maka tidak terlalu menyulitkan peneliti untuk sampai ke tempat tujuan. Rumah Ny. K tidak terlalu jauh dari tempat ia bekerja. Ny. K bekerja sebagai guru SD di salah satu sekolah dasar di Desa Tandula jangga. Wawancara berlangsung di dalam kamar, karena Ny. K masih dalam kondisi yang sangat lemah setelah melahirkan. Rumah Ny. K berdinding papan kasar dari jati yang disusun melintang membentuk dinding rumah dan bagian belakangnya tertutupi gedek serta tidak berlantai atau langsung beralas tanah. Atapnya menggunakan seng dan sama sekali tidak 74 ada penerangan dari sinar matahari ataupun lampu di dalam rumah. Rumah tersebut hanya mempunyai 2 kamar, yakni kamar Ny. K bersama suami dan kamar Ibu dari Ny.K dan kedua anak perempuannya. Kamar Ny. K tampak gelap dan tidak ada alat bantu penerangan yang ada pada saat peneliti datang ke sana. Ny. K terbaring lemah di atas tempat tidur yang terbuat dari potongan bambu, hanya beralas beberapa kain panjang sambil menyusui bayinya. Ny. K dengan senang hati menerima kedatangan peneliti ke rumahnya pada saat itu. Pada saat wawancara Ny. K memakai baju tidur yang berupa kaos dan celana berwarna putih dan kuning bercorak boneka. Ny. K memiliki rambut yang panjang, hitam dan tebal, kulit berwarna sawo matang dan postur tubuh yang tinggi. Pada saat peneliti hendak melakukan wawancara, Ny. K tampak sangat lemah dan kusam serta sedikit berkeringat, dikarenakan kondisi kamar yang cukup panas meskipun udara sedang mendung pada saat itu. Ny. K menyambut dengan ramah serta mempersilahkan peneliti duduk di atas tempat tidur, serta mengambil tempat duduk di bawah kakinya yang pada saat itu sedang duduk sambil menyusui anaknya. Ny. K terlihat sangat tenang 75 dan komunikatif ketika peneliti mulai menanyakan seputar kehamilannya, ia meminta maaf pada peneliti terkait kondisi rumah yang menurutnya tidak memadai untuk menerima tamu, kemudian peneliti juga membalas pembicaraan Ny. K dengan ucapan terimakasih karena bersedia menjadi partisipan. Suami Ny. K sering berpergian untuk berdagang di pasar perbatasan Sumba Tengah dan Sumba Barat dan pulangnya ke rumah setiap dua hari sekali. Kehamilannya kini merupakan pengalaman ketiga dari Ny. K, sebelumnya ia telah memiliki dua putri yang kini berusia 8 tahun dan 1 tahun 6 bulan. Ny. K mengetahui kehamilan ketiganya semenjak usia kehamilannya memasuki usia 3 bulan. Sebelumnya ia tidak menyangka akan mempunyai anak lagi, apalagi pada saat itu Ny. K sedang sibuk mengurusi pekerjaannya dalam rangka pendidikan Guru Sekolah menuntaskan program yang di programkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Dalam satu minggu Ny. K dapat pergi ke Kota Waingapu sebanyak 2 sampai 3 kali. Ny. K mengakui selama kehamilannya yang kedua ini ia jarang sekali memeriksakan kandungannya ke 76 Puskesmas terdekat karena kesibukannya dalam bekerja dan melanjutkan pendidikan ke kota Waingapu. Ny. K tampak cukup menyesal dengan keadaannya pada saat ia menceritakan harus bolak-balik kota Waingapu dalam keadaan hamil. Raut wajahnya tampak sedih ketika menceritakan kejadian saat ia melahirkan sendiri pada tengah malam (pukul 02.00 WITA), tanpa dibantu oleh dukun bayi ataupun tenaga kesehatan lainnya. Di samping itu suaminya sedang tidak ada di rumah karena masih berada di tempat kerjanya. Jarak Puskesmas Nggaha Oriangu dari rumah Ny. K adalah 10 KM. Saat terakhir dia memeriksakan kehamilannya yaitu pada bulan Oktober pada saat usia kehamilannya memasuki 6 bulan. Dengan aktifitas pergi ke kota Waingapu dan pulang pada sore harinya membuat Ny. K sangat keletihan ditambah kondisinya yang pada saat itu sedang hamil membuat dia harus lebih kuat dalam menjalani kesehariannya. Ny. K mengetahui tanggal penafsiran hari melahirkannya yaitu pada pertengahan bulan Januari, tetapi tidak memahami mengapa ia harus melahirkan lebih awal dari jadwal seharusnya yang sudah diberitahukan. Ny. K dengan wajah yang tampak sedih sambil menyusui 77 anaknya mengatakan bahwa ia sangat menyesal dengan keadaannya harus melahirkan seperti ini. Ny. K sangat kasihan melihat anaknya yang lahir tanpa pertolongan tenaga terlatih, tetapi dari ungkapan rasa sedihnya itu Ny. K masih rasa bersyukur karena anaknya masih bisa dilahirkan dengan selamat. c. Partisipan 3 Wawancara berlangsung di rumah Ny. ML dan berlangsung sore hari pukul 15.50 WITA. Pada saat peneliti datang, Ny. ML sedang duduk di teras depan rumah bersama suami, anak, orang tua dari Ny. ML dan 2 orang saudaranya yang lain. Rumah Ny. ML sedikit jauh dari pinggiran jalan raya sekitar ± 50 M. Untuk sampai ke sana harus melewati jalan berbatu dan berlumpur. Rumah Ny. ML cukup besar untuk ditempati sekeluarga, dan bertipe tradisional yaitu rumah panggung yang masih berciri khas suku Sumba. Rumah itu berlantai bambu yang tersusun melintang dan rapi, dinding rumahnya dari anyaman gedek yang tersusun memanjang di bagian belakang rumah, dan terdapat satu ruangan kecil yang menyambung dengan teras rumah, ruangan tersebut berdinding papan yang tersusun melintang. 78 Ny. ML dan suaminya menyambut kedatangan peneliti dan key informan, mereka tampak senang karena dikunjungi oleh key informan yang pada dasarnya bertindak sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas pada saat itu. Pada saat wawancara Ny. ML menggunakan baju kaos berwarna biru dan sarung kain panjang. Kulitnya berwarna kuning langsat, tinggi badan ± 158 CM , rambutnya hitam agak kemerahan, berombak, dan panjangnya sebahu. Ny. ML tampak sangat sehat dan sangat menjaga kehamilannya, ia tidak banyak berpindah tempat atau berjalan di rumah. Jika akan berpindah tempat, ia selalu dibantu oleh salah seorang anggota keluarganya. Ny. ML menceritakan kehamilannya dengan sangat antusias. Sambil tersenyum Ia mengatakan bahwa kehamilannya saat ini sangat ia harapkan dan merupakan bakal anak yang dinantikan sejak lama. Sesekali ia berekspresi sedih saat menceritakan tentang keguguran yang pernah dialami selama 2 kali kehamilan sebelumnya. Ny. ML telah menantikan kelahiran anak keduanya ini selama 7 tahun. Dalam masa penantiannya itu, ia mengalami keguguran sebanyak 2 kali dan itu 79 membuatnya depresi. Suami Ny. ML yang bekerja sebagai pedagang di pasar desa Makamenggit juga sangat menantikan kelahiran anak kedua ini. Untuk itulah Ny ML. sangat jarang keluar rumah karena takut kandungannya bermasalah lagi. Ny. ML memiliki seorang anak perempuan yang bernama L yang kini berusia 8 tahun, Ny. ML dan keluarganya sangat menyayangi L. Ketika ditanya tentang kehamilan ibunya, L hanya senyum dan tampak sedikit malu dalam menjawab pertanyaan peneliti, tetapi ia sangat senang menantikan kelahiran adiknya. Ny. ML memiliki harapan yang besar akan keberhasilan kehamilannya dan ia menantikan dengan sangat bahagia kelahiran anaknya yang ditafsirkan akan lahir pada bulan Januari tahun 2012. d. Partisipan 4 Wawancara berlangsung di Posyandu desa Tandula jangga, pada saat itu kegiatan rutin Puskesmas yaitu Posyandu bulanan untuk Balita dan ibu hamil sedang berlangsung. Partisipan hadir dalam kegiatan tersebut. Melalui salah seorang perawat Puskesmas yang bertugas pada saat itu peneliti dapat berkenalan dan berbincang bincang dengan Ny. RM. Ny. RM tampak malu untuk 80 bertemu dengan peneliti dan lebih sering menunduk ketika bersama peneliti. Kegiatan Posyandu berlangsung di teras rumah salah seorang kader Posyandu di desa Tandula jangga. Peneliti mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Ny. RM, dan ia membalas menjabat tangan peneliti sambil tersenyum dan menyebutkan namanya. Setelah berbicara dan mengutarakan maksud peneliti, Ny. RM bersedia menjadi partisipan pada saat itu dan bersedia untuk diwawancarai. Peneliti mengajak Ny. RM untuk melakukan wawancara di ruang tamu rumah tempat Posyandu tersebut berlangsung. Wawancara berlangsung di dalam rumah warga yang semi permanen, berlantai semen kasar, dindingnya setinggi 1 m yang terbuat dari batu bata yang belum dicat dan sisi atasnya dari anyaman gedek, berjendela dan atapnya dari seng. Ruangan tempat wawancara tersebut penuh dengan dus berisi buku dan peralatan Posyandu. Pada saat wawancara, Ny. RM menggunakan kemeja berwarna coklat muda dan celana pendek selutut berwarna abu- abu. Ny. RM memiliki kulit sawo matang, rambut berwarna hitam kemerahan, dan tinggi badan ± 157 cm. Ia 81 agak sedikit sulit memulai pembicaraan dan lebih sering terdiam dan masih terlihat tertutup untuk di wawancara. Untuk mencairkan suasana dan kekakuan sikap riset partisipan, kehidupan peneliti memulai keluarganya, dan pembicaraan kemudian seputar menanyakan tentang keadaan kehamilannya. Ny. RM akhirnya dapat mampu bercerita sendiri tentang keadaan kehamilannya, meskipun terkadang masih sering tertunduk dan malu. Ia sangat senang dengan kehamilan pertamanya ini. Pada usia 19 tahun, tepatnya pada bulan Januari 2011, Ia menikah dengan ITA. Suaminya adalah adalah seorang petani di desa Tandula jangga yang biasa berdagang juga di pasar desa Makamenggit. Ny. RM juga tidak mengetahui kehamilannya pada saat itu. Ia memeriksakan kondisinya pada saat itu ketika merasa ada yang aneh pada tubuhnya dan sering merasa pusing. Setelah ia memeriksakan diri ke Puskesmas barulah ia tahu sedang hamil dan usia kehamilannya 2 bulan. Ny. RM cukup jelas dalam memberi informasi mengenai dirinya dan keluarganya. Ny. RM juga sudah mengetahui tafsiran kelahiran bayinya yaitu pada awal bulan Januari 2012. 82 Ny. RM kini tinggal bersama mertuanya, ia merasa sangat senang dan siap dengan kelahiran anaknya meskipun suaminya jarang ada di rumah karena harus pergi bekerja. Ny. RM cukup tenang karena di rumah ada ibu mertuanya yang senantiasa membantu jika dia memerlukan bantuan terkait kehamilannya. e. Partisipan 5 Wawancara pertama dengan Ny. RK berlangsung di tempat Posyandu desa Tandula jangga, yang bersangkutan merupakan partisipan terakhir yang peneliti wawancarai. Pada saat itu adalah pertemuan pertama peneliti dengannya. Peneliti dengan dibantu oleh perawat yang ada di Posyandu menjelaskan maksud peneliti untuk mewawancarai Ny. RK. Setelah berkenalan ia langsung menawarkan diri untuk diwawancarai pada saat itu juga. Peneliti melihat Ny. RK cukup tertarik dengan kedatangan peneliti. Hal ini terlihat ketika peneliti sedang berbicara dengan perawat maupun partisipan lain, Ny. RK selalu mengikuti pembicaraan dan ikut berpindah tempat kemanapun peneliti berpindah. Ny. RK cukup komunikatif dalam menjawab pertanyaan peneliti. 83 Ny. RK berpendapat kehamilan yang dialaminya sekarang memasuki usia 5 bulan. Ny. RK belum pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau posyandu sebelumnya, caranya ia menerka kehamilannya dari tanggal terakhir ia mendapatkan menstruasi yaitu bulan Juli. Pada bulan Agustus ia tidak mendapatkan menstruasi. Pada saat itulah Ny. RK meyakini kalau ia sedang hamil. Ny. RK merasa mampu untuk menjaga kehamilannya tanpa harus datang Puskesmas. Tantenya adalah seoarang dukun bayi yang masih aktif melayani di desa Tandula jangga. Ny. RK dan suaminya tinggal agak jauh dari Posyandu tersebut, ia merasa Puskesmas tempat pemeriksaan kehamilannya itu cukup jauh dan tidak punya kendaraan untuk ditumpangi. Suaminya bekerja sebagai tukang ojek (sepeda motor) yang beroperasi di jalan desadesa Nggaha Oriangu, meskipun demikian suaminya sulit untuk menjemput Ny. RK dikarenakan rumah mereka yang sangat jauh dari jangkauan jalur motor karena letaknya yang di atas bukit dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ny. RK sudah mempunyai seorang anak lakilaki yang berusia 4,5 tahun. Ny. RK juga jarang melakukan pemeriksaan kehamilan pada kehamilan anak pertamanya, 84 hanya pada saat ia akan melahirkan barulah Ny. RK datang ke Puskesmas dan melahirkan di sana. Ny. RK mengatakan ia datang berkunjung hari ini ke Posyandu karena tetangganya mengingatkan kalau pada hari ini ada Posyandu di balai desa dan kebetulan pada saat itu suami Ny. RK ada di rumah dan mengantarkannya ke Posyandu. Ny. RK cukup hati-hati dalam menjaga kehamilannya, ia mengurangi aktifitasnya ke sawah saat mulai merasakan gerakan janin dalam perutnya. Sama halnya dengan partisipan lain Ny. RK sangat bahagia dengan kehamilan keduanya dan sangat berharap anak keduanya yang akan lahir adalah anak perempuan, karena sebelumnya anak pertamanya adalah laki-laki. Suami Ny. RK yang pada saat itu menemaninya ke Posyandu ikut berbaur dengan istrinya yang pada saat itu sedang diwawancarai oleh peneliti. 4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian memaparkan setiap faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors) serta faktor penguat (reinforcing factors) ibu hamil dalam menggunakan pelayanan ANC di Puskesmas Kecamatan Nggaha Oriangu. Dalam 85 penelitian ini data yang ditemukan dikelompokkan dan dianalisa berdasarkan teori faktor perilaku dasar manusia dan faktor di luar perilaku seperti keluarga, lingkungan sosial berdasarkan tingkat kesehatan dikemukakan oleh Green (1980). Teori tersebut dikombinasikan dengan sub faktor teori perilaku kesehatan, dalam hal ini perilaku mengunjungi dan menggunakan pelayanan antenatal care oleh ibu hamil dari Notoadmodjo (1993). Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni In depth interview kepada seluruh riset partisipan dan data pendukung lainnya yang diambil di puskesmas dan key informan. 4.2.1 Deskripsi Hasil 1. Partisipan I a. Faktor Predisposisi 1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan menyatakan bahwa ia tidak mengetahui kehamilannya sejak pertama janin tersebut tumbuh, ia baru mengetahuinya setelah merasakan beberapa gejala kehamilan. Partisipan menceritakan keadaannya kepada salah satu saudaranya yang bekerja sebagai perawat puskesmas, setelah itu ia memeriksakan kehamilannya 86 tersebut ke Puskesmas. Ini seperti yang dinyatakan oleh partisipan : “saya sakit pusing-pusing hampir tiap hari. Saya tidak ke sekolah juga waktu itu, awal Agustus begitu, terus saya pergi ke tempat saudaranya saya. Kebetulan dia perawat di puskesmas (W1/PI, 11-13)” “Saya cerita ke saudaranya saya..tentang saya pusing – pusing, mual-mual”(W1/P1, 18-19) “saya ditemani sama dia ke Puskesmas untuk periksa. Dari situ baru saya tahu kalau saya hamil”(W1/P1,22-24) Riset partisipan tidak hanya tidak memahami gejala awal kehamilan yang ia rasakan, namun juga tidak rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan : “ehh tidak juga ibu. Saya kan bajual di pasar sampai siang, kadang – kadang saya lupa kalau harus pergi priksa..saya punya mama juga takut saya keluar rumah sendiri. Mereka takut saya pergi ketemu dengan saya punya suami”(WI/PI, 36-38) “priksa terakhir tu Agustus ibu. Itu baru satu kali.ini tanggal 20 ini ada lagi Posyandu”(W1/PI, 42-43) Riset partisipan mengetahui tempat pelayanan ANC yang berada di desanya serta mempunyai keinginan untuk berkunjung ke tempat pelayanan ANC : “ di sini yang paling dekat ya cuman Posyandu saja ibu. Kalau rumah sakit (Puskesmas) masih lumayan jauh”(W1/PI,44-45) “sebenarnya saya ingin pergi priksa ke posyandu juga, saya juga ingin tahu kesehatannya saya bagaimana, terus 87 banyak juga yang saya mau tanya dibidan tentang masalah hamil”(W1/PI, 54-56)” Partisipan juga mampu menjelaskan setiap tindakan atau mampu mengingat hal–hal apa saja yang ia jalani pada saat pertama kali datang berkunjung ketempat pelayanan ANC : “ada priksa darah, dong priksa perut juga, ukur perut punya panjang(W1/PI,26), ibu bidan yang priksa. Katanya untuk tahu perkembangannya ini anak (W1/PI,28), ukur LILA (Lingkar Lengan Atas).Supaya tau gizi yang saya punya(W1/PI,30), ada vitamin tambah darah, dong suru beli susu di Apotik Puskesmas, dengan suru datang priksa tiap bulan di Posyandu di desa(W1/PI,32-33) 2). Sikap terhadap pengetahuan Partisipan mampu menyikapi kehamilannya dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya ia terkendala dalam melakukan kunjungan ANC akibat larangan orang tuanya yang menyuruhnya untuk tidak berpergian walaupun pergi ke Posyandu. Berikut adalah pernyataan partisipan : “saya punya mama yang tidak lepas saya pergi, walaupun untuk pergi Posyandu..bagaimana ya ibu..namanya orang tua pasti dia sedikit rasa malu dengan tetangga gara gara saya. Lagian mereka tidak mau juga sebelum urusan adat selesai, saya tidak boleh ketemu-ketemu dulu dengan suami. Tapi sebenarnya saya ingin pergi priksa ke posyandu juga” (W1/PI,4954) 88 3). Perilaku Kesehatan Partisipan menyatakan bahwa ia merasa sehat tanpa harus melakukan pemeriksaan ANC. Perilaku tersebut dilihat dari kesehariannya yang terus bekerja (berjualan) di pasar sampai siang hari. Partisipan mulai merasakan perubahan yang terjadi dalam dirinya, dan yang paling ia rasakan adalah kondisi dalam perutnya yang mulai ada gerakan berpindah, ini seperti yang dinyatakan oleh partisipan : “ia ibu, saya mulai rasa gerakan gerakan dalam perut, kadang kalau saya tidur siang mulai rasa dia bergerak”(W1/PI,64-65) “Ya selama ini memang saya tidak pernah priksa hamil tapi saya yakin saya sehat ibu, saya masih kuat untuk pergi jualan sampai siang siang di pasar... (sambil tertawa)(W1/PI,65-67) 4). Komponen Predisposisi (Demografi, Struktur sosial, kepercayaan keluarga dan dukungan keluarga Partisipan dan suaminya tinggal terpisah. Suaminya bekerja sebagai petani yang tinggal di desa lain dan menurut partisipan yang bersangkutan adalah seorang pekerja keras. Meskipun urusan adat perkawinan mereka sedang dalam proses, ia masih sulit bertemu suaminya 89 karena dilarang oleh keluarga. Ini seperti yang dikatakan partisipan : “untuk sekarang ini saya susah untuk bisa bertemu dengan suami ibu, dia masih tinggal di Kahiri (Desa sebelahnya) di tempat orang tuanya dia. Saya punya suami nama Umbu Tamu ( Nama Samaran) dia sekarang kalau kerja masih di Praipaha jadi petani. Keluarga masih marah sama dia ibu jadi kita masih sulit untuk ketemu tapi sedang mau urusan adat”(W1/PI,72-76) Partisipan pernah bertemu dengan suaminya satu kali semenjak ia hamil dan hal tersebut diketahui keluarganya. Suaminya senantiasa mengingatkannya untuk memberikan bersabar dukungan dan dan menjaga kesehatannya : “jadi sempat kita ketemu satu kali. dia cuma bilang sabar saja, urusan adat masih panjang, dia hanya suru jaga kesehatan dan sabar tunggu sampai urusan adat ini selesai”(W1/PI,76-79) Partisipan berbesar hati menerima kondisi keluarganya sekarang, ia mengerti akan kemarahan keluarganya saat itu. Dengan dukungan dari suaminya ia selalu bersabar menjalani keadaannya sekarang, dan selalu menjaga kondisi kesehatannya. Harapan yang besar dari partisipan adalah ia dan calon anaknya akan tetap sehat. “saya hanya sabar saja ibu, pasti ini masalah akan selesai juga, orang tua juga lama lama juga kan mengerti kalau kami sudah punya 90 anak. Saya tidak terlalu pikir juga kasihan saya punya anak nanti. Saya hanya mau nanti pada saat saya melahirkan saya sehat, anak juga sehat”(W1/PI,82-85) ” ya karena saya sudah siap punya anak, jadi saya harus kuat untuk saya punya anak ibu, ditambah lagi saya punya suami orang cukup dewasa, kalau ada kesempatan ketemu dia selalu bilang untuk sabar, jangan melawan orang tua, kita sudah salah wajar kalau orang tua marah jadi kita juga setidaknya perlu bersabar untuk orang tua punya keputusan bagaimana yang baik nanti. Itu yang buat saya lebih kuat ibu. Bahkan hampir saya tidak pernah menangis (W1/PI,88-94) b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Tempat pelayanan Antenatal care (ANC) berlangsung di Puskesmas, selain itu di desa Tandula jangga juga disediakan layanan ANC yang berlangsung di Posyandu desa yang merupakan program rutin dari Puskesmas. Berikut pernyataan partisipan : “kalau Puskesmas kan memang jauh jadi mereka sediakan layanan kontrol kehamilan di Posyandu sini..biar gampang pergi ke situ”(W1/PI,98-99) Dari hasil kunjungan pelayanan ANC pertama kali, partisipan hanya mendapat vitamin penambah darah dan dilakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuran Lingkar lengan atas (LILA). Partisipan juga menerima buku 91 kontrol KIA yang diakuinya sebagai patokan untuk mengetahui kesehatannya selama hamil. Berikut seperti yang dikatakan partisipan : “kemarin ukur LILA, trus dikasih vitamin tambah darah saja”(W1/PI,101), ada buku kontrol hamil yang dikasih waktu saya ke Posyandu. itu supaya kita tau perkembangan kesehatan kita selama kehamilan”(W1/PI,104-105) Partisipan merasa pelayanan yang ia terima ketika ia datang berkunjung pertama kali ke tempat pelayanan ANC sangat sesuai dengan yang ia butuhkan. Partisipan juga tidak memungkiri bahwa ia puas dengan pelayanan tersebut sebab saat ia datang berkunjung banyak hal baru yang ia ketahui seputar kehamilannya : “saya rasa sudah ibu. Saya sehat-sehat saja. Tidak ada sakit apapun” (W1/PI,107) “iya ibu sejauh ini, ya pelayanannya baik-baik saja. Kalau masalah puas atau tidaknya pelayan itu saya rasa puas, cukup banyak yang saya tahu ketika pertama saya datang ke Posyandu.(W1/PI,110-112) 2).Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Partisipan tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan kunjungan ANC, ia hanya membayar satu kali pada saat datang pertama kali mengecek kebenaran kehamilannya ke puskesmas. Walaupun partisipan lupa berapa jumlah 92 uang yang harus dibayar pada saat, ia yakin bahwa biaya tersebut tidak mahal dan sangat terjangkau untuknya. Ini seperti yang dikatakan partisipan : “tidak ibu, kalau kontrol setahu saya tidak bayar. Hanya periksa di Puskesmas itu yang bayar waktu itu”(W1/PI,131-132) “hanya waktu cek hamil atau tidak itu saja ibu. saya bayar berapa ya..waktu itu saya lupa juga bayar berapa. Tapi tidak mahal kok bu..saya bisa bayar” (W1/PI,134-135) Partisipan menggunakan ojek untuk ke tempat pelayanan ANC di Puskesmas dan berjalan kaki ke Posyandu desa : “ya naik ojek ibu.. kalau ke puskesmas. Kalau ke posyandu jalan kaki saja”(W1/PI,138) “ya pergi posyandu palingan Cuma 2 kilo saja dari sini ibu. Tidak apa apa ibu kita orang kampung sudah biasa jalan kaki jauh jauh”(W1/PI,141-142) Partisipan akan dijemput oleh pihak Puskesmas pada saat mendekati hari melahirkannya untuk melakukan persalinan di Puskesmas. Partisipan menyetujui hal tersebut karena membantunya agar tidak kerepotan pergi ke Puskesmas pada saat ia melahirkan. “nanti mereka jemput pas sudah dekat hari melahirkan. Saya sudah dikasih tanggal penafsiran melahirkan”(W1/PI,146-147) “jemput untuk melahirkan ke Puskesmas ibu, nanti mereka jemput pakai oto (mobil) Puskesmas, ya ada baiknya juga seperti itu. Jadi kita tidak repot mau pergi ke sana 93 harus pakai apa. Belum lagi kan jauh sekali”(W1/PI,149-151) c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan Para petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada partisipan. Dalam hal berkomunikasi, para petugas kesehatan mampu berkomunikasi dengan baik walaupun terkadang cara penyampaiannya dengan volume suara yang agak keras. Tetapi partisipan menganggap hal tersebut hanyalah peringatan keras dari para petugas agar ia sering memeriksakan kehamilannya ke Posyandu : “ya bidannya baik-baik saja ibu. Cuma ya biasa mereka agak keras kalau suruh kita pergi periksa. Tapi mereka baik ibu”(W1/PI,115-116). “ya..waktu pertama mereka ingatkan supaya datang periksa agak nada tinggi sedikit ibu, kayak orang marah begitu apalagi yang datang saya. (sambil tersenyum) jadi mereka hanya kasi tegas kalau datang priksa hamil itu penting. Tapi saya anggap itu bukan marah. Mungkin supaya kita tu rajin datang priksa begitu ibu(W1/PI,118122) “iya ibu. Memang kalau bidan dengan ibu kader di sini agak keras kalau mereka 94 bicara. Jadi orang yang tidak mengerti mereka punya bahasa atau cara bicara sangkanya mereka pasti ada berkelahi atau ada marah”(W1/PI,126-128) 2). Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Partisipan memiliki komunikasi yang baik dengan keluarga maupun dengan para tetangga di sekitar rumahnya, mereka dapat berkomunikasi dengan baik dan di saat-saat tertentu mereka dapat meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. “kalau keluarganya saya ya komunikasi baik-baik saja ibu, kita sering kumpul di rumah atas (rumah nenek) kalau sore sore...biasa kumpul bacrita crita dengan keluarga semua, datang makan dirumah nenek sama-sama. Tidak hanya keluarganya saya saja ibu..tetangga dekatdekat rumah juga kan kenal sama nenek jadi mereka juga kalau sore-sore sering ke rumahnya nenek duduk-duduk cerita samasama”(W1/PI,163-168) Keluarga partisipan juga menaruh perhatian yang lebih terhadap kehamilan partisipan. Bahkan ada beberapa saran yang harus di ikuti oleh partisipan termaksud larangan pergi ke Puksesmas. “ya.. komunikasi baik ibu..kalau lagi hujan saya dilarang keluar..nanti licin takut saya jatuh, suruh banyak istirahat, tapi jangan 95 terlalu tidur di tengan hari juga”(W1/PI,171173). kalau tidur siang banyak jam 12 nanti kaki bengkak katanya (W1/P1,175) “iya.. kalau mau pergi cek, pergi ke tante dukun yang rumahnya di belakang rumahnya nenek...kalau untuk pergi ke Posyandu dorang masih belum kasih saya pergi”(W1/PI,177-179) Lingkungan sekitar partisipan juga memberi perhatian khusus terhadap kehamilannya. Ketua Rukun Tetangga (RT) di lingkungan tempat tinggal partisipan memberinya saran untuk memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas “....ada juga yang kasih ingat kalau sakit perut atau rasa bagaimana begitu jangan pergi urut. Perginya ke Puskesmas saja. tempatnya dorang jelaskan ulang lagi sama saya”(W1/PI,184-187)“Pak RT yang bilang (W1/P1,189) Selain itu perhatian juga diterima partisipan dari beberapa orang tetangga yang berkunjung ke rumahnya, saran yang ia terima adalah beberapa pantangan makanan untuk ibu hamil menurut para orang tua di desa itu dan kepercayaan dari orang tua akan kegiatan di dalam rumah yang tidak boleh partisipan lakukan. Ini seperti yang dinyatakan oleh partisipan : “tante dong ada bilang jangan sering duduk dekat pintu, nanti pas mo melahirkan anak 96 setengah mati keluar. Supaya jan terlalu rasa sakit juga ibu”(W1/PI,196-198) “iya..kalau di kampung sini..orang hamil tidak boleh..makan jantung pisang..nanti ariarinya (Placenta) lengket katanya ibu..”(W1/PI,210-211) “...nangka juga tidak boleh. Nanti anak dengan ari-ari susah keluar...lama sekali jadi rasa sakit terus nanti..terus tidak boleh makan terong bakar juga nanti anak keluar langsung bisul-bisul kayak koreng begitu.(W1/PI,213-216) Dari berbagai saran yang partisipan terima, ada beberapa yang ia percayai karena pengalaman hamil dan melahirkan yang dimiliki tetangganya. Saran ini bertolak belakang dengan saran yang partisipan terima dari tenaga kesehatan waktu ia datang berkunjung ke Posyandu pertama kali. Partisipan disarankan untuk memakan jenis makanan apa saja asalkan baik untuk kehamilannya dan dapat menambah gizi ibu hamil. “ya percaya saja ibu...kan saya punya tante sudah punya anak 6..ya dia lebih pengalaman sudah..”(W1/PI,200-201) “tidak juga ibu. Kalau ibu bidan malah bilang kalau kita ada ngidam sesuatu, atau ada kepingin makan apa begitu..ya makan saja...jangan di tahan-tahan... selama tidak ganggu kehamilan” (W1/PI,204-206) “ya namanya orang tua yang bilang..ya saya percaya tidak percaya juga..kalau saya kepingin makan nanti mereka marah lagi ibu”(W1/PI,218-219) 97 2. Partisipan II a. Faktor Predisposisi 1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan menyatakan bahwa ia tidak mengetahui kehamilannya sejak awal. Partisipan tidak mendapat menstruasi selama dua bulan dan memasuki bulan ketiga, ia memeriksakannya ke Puskesmas. Pada saat itulah ia tahu akan kehamilannya. Ini seperti penyataan partisipan : “waktu itu saya sudah tidak mens 2 bulan sampai masuk 3 bulan ibu saya cek langsung di bidan Puskesmas. Jadi di situ saya tahu kalau saya hamil”(W2/P2,13-14) Partisipan mengakui bahwa kehamilan yang dijalaninya merupakan kehamilan ketiga, sebelumnya ia telah memiliki dua orang anak perempuan yang berusia 8 tahun dan 1,6 tahun. “ini yang ketiga sudah ibu...”(W2/P2,23). ia dua-duanya perempuan..yang sulung sudah 8 tahun kelas 4 SD sudah dia ibu..yang nomor dua 1 tahun 6 bulan..badekat dengan yang bungsu ini...”(W2/P2,27-28) Partisipan sudah dua kali mengunjungi tempat pelayanan ANC selama kehamilannya. Pertama pada saat memeriksakan kebenaran kehamilannya pada 98 bulan Juli dan yang kedua pemeriksaan kehamilan di Posyandu pada bulan Oktober. “awal bulan Juli sudah cek hamil itu”(W2/P2,16) bulan Oktober kemarin..hmm dua kali sudah ibu..”(W2/P2,32) Partisipan menjelaskan cara ia merawat kehamilannya selama ini dan menjelaskan setiap tindakan yang dilakukan di tempat pelayanan ANC : “ya sama kayak orang hamil biasanya ibu..makan lebih banyak..minum susu..saya juga minum vitamin ibu biar badan juga jangan drop sekali..gara gara ni pendidikan yang harus selesai ni..harus kerja gila juga kita ibu..”(W2/P2,40-43) Partisipan menerangkan perbedaan tindakan pemeriksaan ibu hamil ketika ia datang memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dan Posyandu : “ya.. kalau di Posyandu mereka kurang periksanya mendetail begitu..bagusnya kita langsung ke Puskesmas saja.”(W2/P2,5152) “iya di Posyandu paling datang tu..kita registrasi.. terus mereka para bidan tanya keluhan abis..kalau sakit atau ada keluhan lain yang memang butuh obat.. baru dong kasi obat..abis itu selesai”(W2/P2,55-57) “kalau di Puskesmas mereka periksanya lengkap, periksa perut, ukur besarnya perut..sama ukuran janin..dengan suara janin ...saya kan dulu dengan anak pertama kedua saya beberapa kali cek ke Puskesmas(W2/P2,59-61) 99 2). Sikap Terhadap Pengetahuan Partisipan cukup kaget sewaktu menyadari kehamilannya. Ia tidak menyangka akan hamil lagi, karena kesibukan ia bekerja dan melanjutkan pendidikan sebagai guru sekolah dasar membuat ia kurang memperhatikan pemeriksaan kehamilannya. Ini pernyataan partisipan : “ya.. sa kaget juga ibu kalau saya benar hamil...soalnya ya...saya sudah ada rencana lagi mau lanjut program guru di Waingapu..ini kalau sudah hamil begitu yang agak sedikit repot sudah”(W2/P2,1820) “iya ibu..saya tau.tapi kan saya tidak bisa juga ke sana setiapa saat. saya ni harus mengajar belum lagi harus ke Waingapu juga 4 bulan terakhir ini..ya yang penting saya itu makan yang teratur saja...pasti sehat juga”(W2/P2,36-38) “iya begitu juga baik ibu pergi periksa..tapi kan saya sesuaikan juga dengan waktu ibu..waktu waktu itu memang susah ke sana..”(W2/P2,46-47) Selain itu partisipan menyatakan Puskesmas sangat jauh dan sangat susah untuk pergi ke sana, suaminya tidak dapat mengantarkannya karena yang bersangkutan bekerja di daerah yang cukup jauh dari desanya : 100 “....;waktu tidak ada..ditambah lagi Puskesmas dari sini juga jauhnya minta ampun, 10 kilo dari sini..kalau dulu suami masih kerja di sini ,masih bisa jemput dengan motor baru periksa kesana..” (W2/P2,64-66) 3). Perilaku Kesehatan Partisipan meyakini kondisi kehamilannya pada saat itu dalam keadaan sehat, hanya saja ia merasa keletihan. Partisipan masih sering berpergian dengan kendaraan bermotor atau bus (angkutan umum) dengan jarak tempuh yang cukup jauh, padahal usia kehamilan sudah memasuki usia trimester III. “sehat saja.ibu tapi yah.capek juga..tiap hari dengan motor, bis lagi hamil besar begini”(W2/P2,80) 4). Komponen Predisposisi (Demografi, Struktur sosial, kepercayaan keluarga dan dukungan keluarga) Partisipan kesulitan pergi memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas karena suaminya tidak dapat mengantarnya. Suaminya bekerja di daerah perbatasan Kabupaten yang jaraknya cukup jauh dari desa tersebut 101 Suami “...dulu suami masih kerja di sini, masih bisa jemput dengan motor baru periksa ke sana..sekarang suami sudah di Langgaliru..bertani dengan jualan di sana..ya agak susah mau ke sana” (W2/P2,65-67) dari partisipan sangat memperhatikan kehamilannya. Suami partisipan sangat kasihan dan menyayangkan kondisi istrinya yang harus bekerja dan pergi dengan kendaraan bermotor atau menggunakan bus angkutan umum ke kota Waingapu dalam keadaan hamil “kadang pi dengan bus kadang suami saya antar pakai motor sampai Waingapu...terus sorenya dia jemput”(W2/P2,70-71) “iya suami kasihan lihat saya..kadangkadang dia tinggal pekerjaannya yang di sana untuk liat saya ke sini..kalau bisa sebenarnya dia yang mau antar jemput saya ke Waingapu tapi ya..karena dia juga harus kerja buru setoran juga..ya..jadi tidak bisa setiap saat”(W2/P2,75-78) Suaminya juga selalu mengingatkannya untuk memeriksakan kehamilannya ke Posyandu dan sangat mendukung apapun yang dikerjakan istrinya serta mengerti akan keadaan istrinya : “selalu ia kasi ingat priksa ibu.kasi dukungan untuk jaga ni kehamilan jangan sampai sakit...Cuma dia juga mengerti dengan keadaannya saya”(W2/P2,83-84) Anggota keluarga partisipan yang lain yang turut membantu dan memberi perhatian kepada partisipan 102 yaitu ibu dari riset partisipan yang juga tinggal serumah dengan partisipan. Ia membantu mengasuh kedua anak partisipan dan membantu mengurus pekerjaan rumah tangga : “saya tinggal di mama juga di sini jadi mama juga bantu-bantu saya liat anakanak kalau saya ke Waingapu..bantu masak..pokoknya yang bantu-bantu di rumah begitu”(W2/P2,87-89) Selain membantu mengasuh, ibu partisipan juga turut memperingatkan partisipan setiap bulan agar memeriksakan keadaan kehamilannya di Posyandu Desa. “ya..posyandu di sini ni kan rutin tiap bulan..jadi kalau sudah dekat hari Posyandu biasa mama juga kasi ingat...tetangga yang punya anak kecil juga untuk bawa ke posyandu juga mereka kasi ingat kalau ada Posyandu...”(W2/P2,92-95) b. Faktor Enabling (faktor pemungkin/pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Riset partisipan menjelaskan layanan ANC yang diterimanya di Posyandu tidak maksimal dan masih kurang bentuk pelayanannya. Berikut pernyataan partisipan : 103 “kalau Posyandu paling sering sudah tu obat-obatan..kalau di Puskesmas tambah periksa lengkap...”(W2/P2,103-104) “kalau menurut saya bu...masih sangat kurang ya..ibu untuk yang di Posyandu...tidak sesuai pemeriksaanya yang waktu di Puskesmas..bidan ada tapi kayak pelayanannya tidak maksimal begitu. Kayak kita datang hanya registrasi nama. Abis itu pulang sudah..”(W2/P2,107-110) Riset partisipan sudah menerima tafsiran tanggal melahirkan yaitu pada bulan Januari awal. Bahkan Ia sudah diberitahu akan dijemput oleh pihak Puskesmas ketika akan melahirkan, tetapi dengan kejadian melahirkan sendiri yang dialaminya membuat dia cukup menyesal karena harus melahirkan bayinya sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan atau tenaga dukun terlatih. Ini seperti yang dikatakan partisipan : “nanti dari Puskesmas jemput pagi oto (Mobil) Puskesmas kalau dekat harinya”(W2/P2,135) “....saya sangat menyesal sekali.. saya melahirkan sendiri tengah malam. Mau panggil sapa lagi sudah jam 2 malam. Tidak ada orang lagi bangun jam begitu. Suami juga pas lagi tidak ada di rumah masih di Langgaliru..”(W2/P2,117-120) “jadi saya malam itu rasa buang air saja..saya mencret itu sampai 7–8 kali..tidak lama begitu perut sini sudah saya rasa sakit..tidak sampai 5 menit langsung keluar sudah ni anak.... sudah 104 malam sekali lagi sapa yang mau tolong yang ada cuma mama dengan anak sulung saya saja”(W2/P2,122-125) “tidak ada sama sekali dukun. perkiraan Januari.. jadi sekitar Januari begitu baru dari Puskesmas jemput saya tapi bidan bilang..bisa juga bulan Desember karena saya sering naik motor..goncangan terus ni perut turun jadi bisa longgar atau keluar cepat begitu tapi saya yakin saja bulan Januari baru melahirkan ni anak.....ya...memang kondisinya sulit sekali ibu..saya kasihan sekali anaknya saya harus lahir seperti ini.tidak ada yang bantu” (W2/P2,127-133) 2). Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Partisipan dalam menjangkau tempat pelayanan ANC tidak sulit. Jarak Posyandu dari rumahnya kurang lebih 1 KM, ia dapat berjalan kaki atau diantar suaminya. Sedangkan jarak Puskesmas dari rumahnya 10 KM dan ketika memasuki minggu terakhir usia kehamilannya, pihak Puskesmas akan menjemputnya. “nanti dari Puskesmas jemput pake oto (mobil) kalau dekat harinya.dari sini 10 kilo bu”(W2/P2,136) “ya...tergantung ibu...kalau pas suami ada di rumah, ya saya diantar pake motor..tapi kalau tidak saya jalan kaki saja ibu..tidak jauh juga...Posyandu skitar 1 kilo dari sini..”(W2/P2,139-141) 105 Partisipan juga tidak kesulitan dalam hal pembayaran karena secara umum layanan ANC di Puskesmas ataupun Posyandu diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun : “tidak bayar juga kalau pergi periksa jadi tidak repot sekali” (W2/P2, 141-142) Partisipan mengatakan ia dan suaminya sama-sama bekerja untuk membiayai keperluan sehari-hari, termasuk biayanya selama kehamilan. Partisipan tidak menerima upah kerja setiap bulan melainkan 3 bulan sekali untuk itu suaminya yang lebih sering mengeluarkan biaya untuk keperluan sehari-hari : “kalau biaya hari-hari sama saja ibu,biar dua-dua kerja yang paling sering kasi keluar uang ya suami sudah...kalau saya terima 3 bulan sekali. Itu juga nanti separuh kasi di mama buat urus keperluan rumah”(W2/P2, 185-187) c. Faktor Reinforcing ( Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan Partisipan mengemukakan kesehatan dalam memberi beberapa pelayanan tenaga dan bekomunikasi cukup baik terhadap partisipan, serta tidak memungkiri ada petugas yang bersikap kasar dan terkadang marah terhadap partisipan jika tidak 106 membawa buku kontrol KIA. Ini seperti pernyataan partisipan : “...ada juga bidan yang marah-marah sedikit ibu..tapi rata-rata baik semuanya komunikasinya juga baik. Mungkin agak sedikit keras saja”(W2/P2,113-115) “kalau sikap ya..mereka biasa saja..dalam melayani.. tetapi terkadang memang agak kasar cara pelayanannya..kalau suru kita datang periksa terus lupa bawa buku catatan kesehatan..comel terus sepanjang kita periksa..kalau marah sekali..kita juga pasti ingat ibu...kalau pelayanan dengan muka tidak pernah senyum juga kan...pastinya kita sedikit bagaimana begitu ya..tapi tidak semuanya seperti itu..ada juga yang ramah...”(W2/P2,146-152) Riset partisipan tidak sepenuhnya memahami tindakan pemeriksaan yang biasa ia terima dari tempat pelayanan ANC. Partisipan juga merasa malu untuk bertanya tentang pemeriksaan yang dilakukan, namun ia tetap percaya apapun tindakan yang dilakukan terhadapnya adalah demi kesehatannya dan kehamilannya : “kalau periksa itu ...terus terang ibu saya tidak terlalu mengerti..jadi apapun yang dilakukan saya biarkan saja..pastinya juga baik untuk saya punya kehamilan..”(W2/P2,155-157) “ya.saya juga malu kalau tanya ibu..tapi kadang-kadang mereka kasih tau juga kok...”(W2/P2,159-160) 107 2). Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Partisipan juga sering diingatkan oleh tetangga sekitar rumahnya yang sedang hamil, agar bersama sama pergi ke Posyandu. Tetapi oleh tokoh masyarakat di lingkungan partisipan rumahnya agar tidak datang pernah berkunjung mendukung ke tempat pelayanan ANC : “kalau tetangga.. ingatkan juga ibu..kan ada juga tetangga yang sementara hamil..kalau pas mau dekat tanggal Posyandu kadang ..mereka ingatkan saya juga...”(W2/P2166168) “ya biasa saja ibu..kan rumah tangga masing-masing juga...pak RT kalau untuk ingatkan tidak pernah juga ibu..palingan kita yang berkunjung ke sana...pas ada hajatan atau disuruh ke sana bantu- bantu kalau ada acara..ketemu pas waktu hamil iya.. Cuma ditanya berapa bulan sudah hamilnya. jangan keluar-keluar rumah dulu...tapi tidak anjurkan pergi periksa ....”(W2/P2,171-176) Riset partisipan juga mengakui kalau ia jarang sekali ke gereja akibat kesibukannya dan jarak gereja yang cukup jauh dari rumah sehingga membuatnya jarang bertemu dengan tokoh agama di desanya : “tidak pernah ibu..saya juga jarang gereja...karena agak jauh juga ibu..tambah saya juga harus urus anak sekolah lagi..jadi ya sa yang jarang juga pergi ke sana..apalagi kalau ketemu juga jarang sekali..”(W2/P2,179-181) 108 3. Partisipan III a. Faktor Predisposisi 1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan mengetahui kehamilannya sejak usia kandungannya memasuki membuktikannya kehamilannya empat dengan ke Puskesmas. bulan, dan memeriksakan Di samping itu partisipan juga merasakan beberapa perubahan yang terjadi dalam dirinya seperti adanya gerakan berpindah dalam perutnya dan tidak suka dengan bau pelembab kulit dan sabun mandi yang dipakai orangorang disekelilingnya. Ini seperti pernyataan partisipan “masuk empat bulan baru saya tahu..saya rasa ada gerakan di perut yang pindahpindah terus aneh sekali. sering rasa mualmual kalau lihat orang pakai handbody dengan bau sabun mandi saya langsung pikiran ke sana. saya langsung cek ke Puskesmas sudah...dari situ baru saya tahu sudah hamil lagi..”(W3/P3, 16-20) 109 Partisipan mengakui dalam keadaan hamil kegiatan kesehariannya tidak banyak berubah, ia tetap bekerja membantu suaminya di sawah. Memasuki usia tujuh bulan kehamilan, partisipan mulai mengurang aktifitasnya bersawah. Ia sering merasa kelelahan dan memperbanyak waktu istirahatnya : “perubahan sih tidak ada bu. waktu pertama saya tahu sudah hamil, saya tetap kerja bantu suami di sawah. pokoknya sehari-hari lah...sama seperti biasanya. Cuma ya...waktu sudah 7 bulan perut sudah agak besar mulai capek..ya saya kurangi pergi ke sawah... jaga juga ni perut ibu..kan saya juga pernah miskram dulunya...” (W3/P3,2327) Partisipan mengatakan pernah mengalami kegagalan kehamilannya sebanyak 3 kali. Ia mulai rutin memeriksakan kehamilan setelah usia kandungan memasuki enam bulan. Partisipan memilih untuk memeriksakan kandungannya ke Puskesmas bukan ke Posyandu dengan alasan jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggal serta pemeriksaaannya ditangani langsung oleh bidan. Ini seperti pernyataan partisipan : “iya saya pernah keguguran 3 kali ibu. waktu itu saya stres pikir ini tidak jadi terus…setiap kali hamil keguguran kayak hilang terus ni anak dari perutnya saya. kalau sekarang pergi periksa mulai 6 bulan itu saya rutin 110 sudah tiap bulan.saya tidak pergi ke Posyandu saya langsung ke Puskesmas ibu kan Puskesmas dari sini dekat saja ibu...kalau di Posyandu juga kadang kadang bukan bidan..tapi perawat saja yang ada”(W3/P3, 31-35) Alasan partisipan memeriksakan setelah usia kehamilannya berumur kehamilannya enam bulan karena takut kalau mengalami keguguran kembali seperti sebelumnya karena usia kehamilannya yang masih terlalu muda untuk keluar rumah. Partisipan juga percaya kegagalan kehamilan sebelumnya akibat ilmu hitam yang ditujukan kepadanya : “ya..bagaimana ya...ibu, ini masih kecil lah ni anak..kalau saya keluar rumah begitu...takutnya tidak kuat lagi..kemudian jatuh lagi ni perut (kandungan turun) kakaknya saya kan dukun bayi juga..dia bilang..kalau hamil muda begitu jangan suka keluar rumah ...nanti kena orang tiup angin jahat.perut tinggal daging saja anak tidak ada lagi..”(W3/P3, 40-44) Partisipan menjelaskan, ia sering bertanya tetang kehamilannya pada kakaknya yang adalah dukun bayi di desa tersebut. Ia juga mengakui kakaknya tidak mendapat pelatihan khusus di Puskesmas dalam menangani ibu hamil tetapi pengalamannya tersebut didapat dari neneknya yang juga seorang dukun bayi : 111 “tidak ibu..dia tidak ikut pelatihan dari Puskesmas..mamtua (nenek dari Ny. ML) yang ajar kasi melahirkan dengan memang dia bisa urut juga...jadi saya biasa kalau tanya tanya tentang masalah hamil juga ke dia”(W3/P3, 47-49) 2).Sikap Terhadap Pengetahuan Partisipan mengakui dalam merawat kehamilannya sama dengan orang hamil pada umumnya, seperti lebih memperbanyak konsumsi makanan, obat obatan yang diberikan Puskesmas dan waktu istirahat yang lebih banyak serta mengurangi pekerjaan yang memberatkan : “ya... sama saja seperti biasanya. Saya makan lebih banyak lagi. Ya… sama saja kayak orang hamil yang lainnya, istirahat banyak, saya juga sudah mulai kurangi bergerak, kurang kerja yang berat-berat takut ada apa-apa lagi dengan perut. Ya…tambah dari Puskesmas ada kasi saya vitamin ibu hamil buat tambah darah juga ibu jadi saya ada minum juga”(W3/P3, 52-56) Riset partisipan tindakan mampu pemeriksaan menjelaskan yang ia beberapa dapatkan serta penjelasan dan saran yang harus dilakukan pada saat ia datang berkunjung ke Puskesmas. Ini seperti yang pernyataan partisipan : “lengkap lah ibu....ada periksa rutin ni perut.periksa bunyi jantung bayi juga, tekanan darah juga, ada periksa rahim kayak 112 periksa besar atau panjang rahim juga bu, katanya perkiraan besar bayi lah.. dengan tinggi rahim. ada mereka kasi obat obatan vitamin begitu, cek air kencing, cek darah....cek-cek masih suka pendarahan tidak..mereka ada kasih obat supaya cegah perdarahan juga..katanya saya harus lebih sering datang periksa karena memang sering keguguran dulu..katanya memang rahimnya saya tidak kuat juga terus saya suka kerja yang berat-berat makanya sering jatuh kandungan..”(W3/P3, 58-66) Riset partisipan tidak memungkiri kegunaan berkunjung ke tempat pelayanan ANC, selain dapat mengetahui kondisi kesehatan kehamilannya ia juga dapat mendengarkan denyut jantung janin dalam rahimnya. Ungkapan bahagianya juga semakin lengkap karena kehamilannya berjalan lancar sampai memasuki usia kehamilan Sembilan bulan dan mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan : “ya..ada baiknya juga..kita bisa dengar sendiri bunyi jantung anak...bisa tahu kita lagi sehat tidak...saya senanglah ibu..ini kali hamil jadi..tidak miskram lagi..habis susah sekali..untungnya dari Puskesmas juga kalau ada mereka punya petugas yang lewat keliling dengan oto begitu sering datang cek saya di sini..”(W3/P3, 68-72) 3). Perilaku Kesehatan 113 Partisipan menjaga kehamilannya dengan baik, karena pengalaman dialami kegagalan membuat dia kehamilan menantikan yang pernah keberhasilan kehamilannya ini selama tujuh tahun. “itu rata rata miskram 2 bulan ibu...sudah 3 kali seperti itu...jadi bisa dibilang anaknya saya yang sekarang ini..anak mahal lah ibu..lama sekali kita tunggu baru jadi yang ini.ada 7 tahun lah.jadi senang sekali kalau bisa sehat-sehat saja sampai sekarang.Makanya saya jaga sudah yang sekarang” (W3/P3,75-79) Partisipan akan melakukan pemeriksaan kehamilan pada hari yang sudah ditentukan oleh Puskesmas : “tanggal 20 besok kan ada jadwal ibu hamil di Puskesmas juga..saya mau cek lagi perut ini..”(W3/P3, 81-82) Partisipan menyebutkan akan pergi memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas diantar oleh suami atau adiknya dengan menggunakan motor : “naik motor ibu..kadang dengan suami, kadang juga dengan adik-adik yang ojek lewat depan jalan baru antar ke Puskesmas”(W3/P3, 84-85) Partisipan menyatakan kondisi kehamilannya sekarang dalam keadaan sehat, tetapi ia mengeluhkan kakinya yang sedikit membengkak. Tenaga kesehatan menyarankan agar partisipan sering jalan agar tetap sehat, dan partisipan menuruti saran tersebut : 114 “kalau sekarang ya saya rasa sehat sehat saja ibu...Cuma ni kaki agak bengkak sedikit..ibu bidan bilang sering jalan biar sehat...”(W3/P3, 88-89) “ya..kadang sering jalan juga..tapi saya takut jalan disekitar sini..jalan agak licin ibu..lumpur juga...jadi kalau mau latihan jalan biasanya di jalan raya di depan sana”(W3/P3, 91-93) 4).Komponen Predisposisi (Demografi, sosial, kepercayaan keluarga dan Struktur dukungan keluarga) Suami partisipan bekerja sebagai petani dan pedagang disalah satu pasar desa yang ada di kecamatan Nggaha Oriangu. Suaminya bekerja sampai siang hari dan terkadang sampai sore hari : “nama suami A. sekarang ada bejualan hasil tani di Makamenggit ibu...bertani juga ibu...ya tidak juga biasa jam 2 sudah pulang tadi kan hujan jadi lambat pulang,kadang juga terlambat kalau harus pergi antar itu hasil tani dulu..”(W3/P3, 96-99) Perhatian suami dari partisipan berubah semenjak partisiapan hamil. bentuk perhatiannya itu diwujudkan dalam pulang bekerja lebih awal, dan tidak keluar rumah sampai larut malam. Di samping itu, suami partisipan turut mendukungnya untuk memeriksakan 115 kehamilannya ke Puskesmas serta melarangnya pergi ke dukun : “iya kalau sekarang, biasanya dia kalau keluar tidak sampai malam pulangnya,terus kalau saya mau pergi periksa suami yang antar ibu...kalau dulu saya tidak pergi periksa memang dia marah suru pergi, katanya jangan ke dukun lagi..tapi kan mama juga bilang jangan keluar-keluar rumah dulu..panggil kakak yang dukun saja datang lihat saya ke rumah(W3/P3, 105-110) Ibu partisipan menyarankan untuk pergi memeriksakan kehamilannya pada tantenya yang dukun. Sejak dulu ibunya sering berobat pada tante partisipan dan hasilnya baik pula. Ini seperti pernyataan partisipan : “dari dulu memang ibu, mamtua kalau sakit biasa minum obat dari tante dorang, biasa ke hutan cari akar akar obat buat orang sakit, terus mereka rebus minum, lebih cepat sembuh. Makanya kalau sekarang suruh saya pergi periksa di tante saja tidak apa apa.”(W3/P3, 113-116) Partisipan menjelaskan sejak ia hamil anak pertamanya, ibunya sama sekali tidak mengijinkannya untuk memeriksakan kehamilan ke tempat layanan ANC. Setelah diberi masukan oleh beberapa perawat yang ada di sekitar desa, barulah partisipan boleh memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas. “anak pertama dulu tidak sama sekali ibu kasi ijin ini yang kedua ini karena perawat di makamenggit sering datang kasi ingat saja 116 suru pergi...dan mereka bantu jelaskan ke mamtua..jadi saya pergi..”(W3/P3, 119-121) b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/ pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Riset partisipan menyatakan, lebih baik memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas daripada ke Posyandu karena langsung ditangani oleh bidan/ dokter. Ini seperti yang pernyataan partisipan : “terus terang kalau di Puskesmas kita periksa lebih bagus ibu..daripada Posyandu..bidan langsung yang periksa..pernah juga dokter yang langsung periksa saya...”(W3/P3, 124126) Partisipan mengakui, kelengkapan alat yang dimiliki Puskesmas saat akan melayani pemeriksaan ANC cukup lengkap. Fasilitas lain yang disediakan adalah layanan konsultasi kehamilan oleh Puskesmas. Di samping itu ada beberapa Perawat keliling yang disediakan Puskesmas untuk berkunjung ke rumah warga. Puskesmas juga menyediakan kendaraan untuk ibu hamil yang akan melahirkan : “ya..perawat, bidan kalau mau periksa tu alatnya mungkin lebih lengkap ya ibu, kemudian ada semacam konsultasi untuk orang hamil begitu..lalu nanti mereka siap kendaraan kalau mau melahirkan, kadangkadang juga kalau ada perawat yang keliling 117 desa mereka singgah ke rumah, periksa,, kasih vitamin”(W3/P3, 128-132) 2).Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Partisipan mengatakan untuk memeriksakan kehamilannya tidak ada biaya yang harus ia keluarkan. Pada saat akan melahirkan barulah ada biaya yang akan ia keluarkan : “tidak bayar ibu...tidak ada biaya kalau periksa..paling nanti pada saat melahirkan saja.....”(W3/P3, 146-147) Partisipan mengatakan Puskesmas tidak jauh dari tempat tinggalnya, dan ia selalu diantar oleh suami atau adik-adiknya ke Puskesmas. Partisipan sama sekali tidak merasa kesulitan untuk pergi ke Puskesmas ia juga mengerti pada saat melahirkan ia akan dijemput oleh pihak Puskesmas dan melakukan persalinan di Puskesmas. “: iya kalau ke Puskesmas tidak jauh ibu. Saya kan diantar suami. Kadang juga ada adik-adik yang antar..mereka tidak kasih saya jalan sendiri juga. Ya kalau untuk ke Puskesmas masih bisalah ibu..pas mau melahirkan juga kan nanti oto Puskesmas yang jemput”(W3/P3, 151-154) Partisipan mengatakan kebutuhannya selama masa kehamilan dapat terpenuhi dengan baik. Sama seperti 118 kebutuhan sehari-hari, Kebutuhannya di biayai oleh suaminya dengan baik : “ya dari suami uang ibu. Ya kalau semua sama saja kayak kebutuhan sehari-hari suami yang biayai ibu..ya..pas hamil banyak juga yang harus dibeli.kayak susu beli di Apotek Puskesmas,. tapi ya selama ini..bisa dipenuhilah ibu..(W3/P3, 157-160) c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan Partisipan mengatakan perilaku petugas kesehatan pada saat memberi pelayanan cukup baik. Petugas mampu berkomunikasi dengan baik, dalam melakukan tindakan tidak kasar, hanya saja ketepatan waktu pelaksanaan pelayanan yang kurang baik karena partisipan harus menunggu kedatangan petugas yang datang dari kota Waingapu untuk melakukan pelayanan : “kalau di Puskesmas tidak ada yang marahmarah bu baik bicaranya,cara mereka periksa tidak kasar-kasar, Cuma menunggu mereka datang saja yang mungkin lama.. soalnya mereka kan berangkat dari Waingapu..pagi baru datang ke Puskesmas begitu jam 8 atau jam 9 begitu baru sampai sini...kadang juga 119 sampai jam 10 begitu baru mulai buka Puskesmas”(W3/P3, 135-140) Partisipan percaya bahwa orang yang disebut sebagai perawat, bidan atau dokter itu mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia juga mengakui petugas akan memberi tahu kegunaan setiap tindakan pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap kehamilannya : “ya..kalau namanya perawat, bidan atau dokter yang kerja..pasti bagus sudah ibu...kadang-kadang mereka kasih tau juga kalau mau periksa....”(W3/P3, 143-144) 2).Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Partisipan mengakui hanya ibunya dan beberapa tantenya yang tidak mengijinkannya untuk ke Puskesmas. Sedangkan orang lain yang berada di sekitarnya tidak melarang apapun terhadapnya : “ya..itu dari keluarga ya Cuma mamtua dengan tante dorang saja yang bilang tidak usah periksa. Kalau orang-orang di sekitar rumah yang tahu saya hamil tidak larang apaapa..ya..dari mama yang masih keras lah ibu kalau masalah hamil ini..(W3/P3, 163-166) Partisipan menerima dukungan dari tokoh agama setempat. Ia mengaku sering dikunjungi dan di doakan 120 agar kehamilannya selalu sehat. Pendeta juga turut mengingatkannya kehamilannya dan untuk selalu membantu memeriksakan untuk memberi pengertian kepada ibu partisipan akan pentingnya pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan : “oh kalau ibu pendeta sering datang sini..kadang-kadang suru doa bersama dulu..sering cerita-cerita deng mamtua(W3/P3, 168-169) “itu malah ibu pendeta bantu omong di mamtua supaya suru saya pergi periksa..kalau ibu pendeta omong pasti mamtua dengar. Ibu pendeta sering doakan juga supaya saya sehat terus jangan ada apa-apa lagi ni perut ibu..”(W3/P3, 171-174) 4. Partisipan IV a. Faktor Predisposisi 1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan dapat menyebutkan usia kehamilannya dengan tepat : “iya ibu, Sekarang masuk delapan bulan sudah buk..( berbicara sambil tertunduk...)”(W4/P4, 12) Partisipan menyebutkan kecurigaan awal kehamilannya saat ia tidak mengalami menstruasi lagi pada bulan April : “saya su tidak mens lagi ibu.hmm... dari bulan April sudah, dari tanggal 15 April”(W4/P4, 14) 121 Partisipan menyampaikan gejala yang dialami pada ibu mertuanya, kehamilan dan menjalani serangkaian tes di Puskesmas. Pada saat pemeriksaan tersebut partisipan mengetahui kehamilannya sudah berjalan tiga bulan : “waktu itu saya langsung bilang di saya punya mamtua dengan ibu bidan pas waktu itu ada Posyandu juga, trus ibu bidan suru saya pigi cek di Puskesmas..untuk ikut pake tes hamil.tesnya waktu itu di Puskesmas tes yang untuk kebidanan, tes darah, LILA juga. pas sudah itu ibu bilang saya sudah hamil jalan 3 bulan”(W4/P4, 17-20) Partisipan mengaku senang dengan kehamilannya, tetapi ia tidak menyangka bahwa akan hamil pada saat itu, karena umurnya yang masih muda serta usia perkawinannya yang belum lama. Partisipan mengira bahwa ia akan memiliki anak pada saat usianya mencapai usia 25 tahun “ya senang juga ibu, tapi sa tidak rasa apaapa, memang mual-mual tapi sa tidak pikir lagi kalau lagi hamil, sa kira saja saya hamil juga masih nanti umur 25 tahun dulu”(W4/P4, 2324) “iya ibu, kan saya baru 19 tahun juga, biasanya orang kalau sudah punya anak umur 20 dulu. saya baru nikah juga akhir Januari kemarin su hamil memang”(W4/P4, 26-27) 122 Partisipan mengerti tindakan yang harus ia lakukan sejak mengetahui melakukan kehamilannya pemeriksaan seperti kehamilan, tidak harus boleh bekerja sampai merasa letih, mengkonsumsi makanan lebih banyak dan menjaga kandungan dengan sebaik mungkin : “iya ibu, harus rajin pergi priksa, tidak boleh capek kerja, tidak boleh terlalu tidur–tidur juga, harus makan lebih banyak dengan harus jaga perut baik baik biar jangan terlalu sakit”(W4/P4, 30-31) Riset partisipan telah mengetahui tempat peyanan pemeriksaan kehamilan yaitu di Puskesmas dan Posyandu desa. Partisipan menyatakan tempat pelayanan tersebut biasa saja dan pada saat ia datang ke sana hanya melakukan registrasi dan penyampaian keluhan. Partisipan sudah melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali : “iya..kan taunya ada Puskesmas di Makamenggit, terus ada Posyandu juga di sini, kemarin sa tanya bidan di Posyandu duluan baru bidan suru langsung ke Puskesmas. Iya tempatnya bagaimana ya ibu e..biasa saja, terus ibu bidannya kalau lagi Posyandu begini..paling ibu hanya tulis nama, Tanyatanya perut rasa bagaimana, ada yang sakit atau tidak? Terus pulang sudah. Sa sudah periksa dua kali ibu.bulan 4 kmarin dengan bulan 7”(W4/P4, 35-40) 2).Sikap Terhadap Pengetahuan 123 Setelah merasakan gejala seperti mual dan pusing, partisipan datang dan memeriksakan kondisinya pada bidan untuk memastikan kehamilannya. Pada kunjungan yang kedua, partisipan datang karena merasa pusing dan ada gerakan berpindah dalam perutnya. Partisipan merasa tidak perlu untuk datang berkunjung setiap saat karena ia tidak merasakan gejala sakit yang terlalu serius terhadap dirinya dan kehamilannya. Ini seperti pernyataan partisipan : “pertama yang untuk cek hamil bulan empat itu ibu.yang kedua karena mungkin ada gerakan di perut yang bikin sakit terus saya pusing-pusing juga. Mau datang terus-terus juga untuk apa,saya tidak terlalu sakit juga,hanya suru istirahat banyak saja ibu.hanya kemarin itu memang saya pusing sekali hampir jatuh jadi saya mau datang tanya di bidan”(W4/P4, 42-46) Di awal kehamilannya partisipan sering merasa mual, pusing, tidak suka makan dan lebih ingin makan makanan ringan. Untuk partisipan memperbanyak lebih mengatasi hal tersebut istirahat serta mencoba mengkonsumsi makanan lebih sering : “waktu awal awal hamil saja ibu saya rasa mual terus, pusing, tidak suka makan,lebih suka makan makanan ringan saja ibu (..sambil tertawa). Saya Cuma istirahat banyak saja ibu, tambah mamtua suru makan banyak- banyak biar saya punya anak sehat”(W4/P4, 49-52) 124 3). Perilaku Kesehatan Riset partisipan mengaku, sejak usia kehamilannya memasuki 6 bulan, ia sudah bisa merasakan gerakan janinnya. Gerakan tersebut lebih terasa ketika partisipan dalam posisi duduk : “sudah bisa ibu. saya sudah mulai rasa pas masuk hamil 6 bulan begitu. Pokoknya ada rasa bergerak di perut pas kalau lagi duduk duduk begini pasti terasa”(W4/P4, 55-56) Riset partisipan kesehatannya mengurangi menyatakan serta aktifitas untuk kehamilannya pekerjaan menjaga ia sudah rumahnya, lebih banyak beristirahat, mengkonsumsi sayuran serta mengunjungi posyandu : “ya saya sesuaikan saja ibu..saya sudah tidak pergi bantu mamtua lagi di sawah, tapi kadang- kadang masih pergi juga. paling saya kerja yang ringan-ringan di rumah, banyak istirahat, makan sayur banyak, dengan kalau ada posyandu datang pigi periksa”(W4/P4, 59-63) 4).Komponen Predisposisi (Demografi, sosial, kepercayaan keluarga dan Struktur dukungan keluarga) Partisipan tinggal bersama suaminya di rumah orang tua suaminya. Suaminya bekerja sebagai petani di 125 desa Praipaha (salah satu desa di Kecamatan Nggaha Oriangu) bersama orang tua partisipan. Ini seperti yang dikatakan partisipan: “saya punya suami nama ITA, dia tinggal dengan saya di mama mantu punya rumah ibu, ia saya punya suami petani ibu..sekarang ada kerja sawah Praipaha. Kalau bapa dan ina masih tinggal di Praipaha, ada kerja sawah di sana.saya tinggal di mertua di sini”(W4/P4, 6669) Partisipan mengaku komunikasinya dengan suami sangat baik. Walaupun terkadang suaminya harus nginap di tempat kerjanya, ia dapat berkomunikasi dengan baik terhadap suaminya begitu juga sebaliknya : “komunikasi baik-baik saja ibu walaupun kadang dia nginap di tempat kerjanya dia tapi, tidak ada yang terlalu susah untuk saya bilang atau saya mau tanya. Suaminya selalu terbuka dengan saya. Begitu juga dengan saya”(W4/P4, 73-75) Partisipan mengatakan perhatian dari keluarganya bertambah sejak kehamilannya diketahui, seperti mertuanya yang sering mengingatkan untuk istirahat, tidak sering melakukan pekerjaan rumah, serta mengingatkannya untuk kontrol kehamilan ke bidan : “ya..kalau dari mertua ya..lebih sering kasih ingat istirahat, tidak boleh capek, tidak usah terlalu banyak keluar rumah, kalau minta beli apa apa, jangan keluar rumah sendiri, suru saja anak-anak yang tinggal di rumah untuk 126 pergi beli, bagaimana ya..ibu merrtuanya saya ini kebetulan dia yang tumbuh besar di Waingapu, jadi ya..kadang-kadang dia ingatkan saya terus untuk pigi kontrol.tapi bukan di Puskesmas juga, soalnya kan jauh dari sini. tapi selalu kasih ingat untuk datang ke bidan”(W4/P4, 79-85) Partisipan mengatakan suaminya juga memberi perhatian yang lebih terhadap kehamilannya, tetapi karena kondisi pekerjaan sang suami yang harus berpergian membuat perhatian sang suami terhadap pemeriksaan kehamilan partisipan berkurang. “ya pasti suami punya perhatian juga lebih ibu, tapi saya punya suami pulang pergi PraipahaWaingapu juga jadi maklum saja ibu, kalau dia pulang pasti dia tanya kabar juga tentang saya, tentang saya punya kehamilan juga, saya punya suami biasa-biasa saja ibu. Dia tidak terlalu buat saya harus begini.. harus..tidur atau kerja, kalau ada waktu dia juga pulang jenguk saya, kan saya tinggal dengan mertua juga ibu”(W4/P4, 87-92) Partisipan mengatakan karena tempat kerja suaminya yang jauh membuatnya jarang bertemu suami. Pada saat suaminya kembali ke rumah partisipan sering menceritakan memberitahu Suaminya kondisi perihal juga kehamilannya pemeriksaan menyarankannya serta kehamilannya. untuk pergi memeriksakan kehamilannya seorang diri selama kondisinya dalam keadaan sehat jika tidak ia harus diantar oleh ibu atau suaminya sendiri ke Posyandu. 127 Partisipan meyakini peringatan dari walaupun suaminya untuk hanya berupa memeriksakan kehamilan, hal itu merupakan bentuk perhatian terhadapnya : “itu sudah ibu karena tinggal jauh to..suami juga jarang pulang jadi paling saya Cuma kasih cerita saja kalau pas dia pulang saya kasitau kalau ada kontrol kesini.. dia biasabiasa saja. hanya dia bilang jangan terlalu sering jalan sendiri, kalau mau keluar ke mana saja harus ada yang temani dari rumah. Dia bilang kalau mau kontrol ya kontrol saja.selama saya merasa sehat sehat saja”(W4/P4, 96-100) “iya ibu. Walaupun hanya kasi ingat untuk datang kontrol itukan seperti perhatiannya mereka juga untuk saya”(W4/P4, 108-109) b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Riset partisipan mengatakan fasilitas Puskesmas yang ia ketahui hanya berupa obat-obatan, dan kendaraan yang dipakai pada saat akan melahirkan. Partisipan merasa setiap fasilitas yang ada sudah cukup memenuhi kebutuhan kehamilannya : “…kalau yang selama ini untuk ibu hamil ya paling mereka siap obat-obatan, kalau ibu mau melahirkan dorang datang jemput juga dengan mobil dari desa sini baru bawa ke Puskesmas.(W4/P4, 115-117) “iya ibu saya rasa cukup”(W4/P4, 120) 128 Dalam bentuk pelayanannya , partisipan mengakui sangat cukup ketika ia datang berkunjung dan beri obat-obatan untuk mengatasi rasa mual dan penambah darah selama kehamilannya : “iya kalau saya datang..terus dikasih obat, ya saya rasa sudah cukup ibu. Biasa kasih saya obat tambah darah, dan obat supaya jangan mual terus”(W4/P4, 124-125) Partisipan mengatakan selalu mendapatkan obatobatan setiap kali ia datang berkunjung ke tempat pemeriksaan kehamilan di Posyandu. Jika ada kebutuhan lain yang belum di penuhi baru kemudian ia tanyakan kepada bidan : “dapat ibu.kalau saya rasa sakit saja baru saya tanya ke bidan”(W4/P4, 128) Partisipan mengatakan pelayanan kontrol kehamilan di Posyandu tersebut baik. Petugas selalu mengingatkan ibu hamil dan ibu balita satu minggu sebelum kegiatan Posyandu berlangsung : “iya pelayanan baik ibu, kalau setiap ada Posyandu, pasti satu minggu sebelum Posyandu kalau ada petugas Puskesmas lewat di desa sini, pasti dorang kasi ingat untuk datang ke Posyandu”(W4/P4, 130-132) Partisipan mengatakan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang bertugas cukup baik. 129 Partisipan menganggap petugas sedikit marah jika ia tidak mematuhi ketentuan kunjungan yang sudah diberikan seperti tidak mengunjungi Posyandu pada saat harinya berkunjung : “iya mereka baik–baik semua ibu, kalau kita sakit atau saya begini ibu Posyandu kemarin saya tidak datang, jadi ibu bidan agak marah sama saya, sebenarnya tidak apa-apa ibu mungkin bidan juga capek urus kita terus. (sambil tertawa..)”(W4/P4, 135-137) Partisipan mengatakan jika ia mengajukan pertanyaan seputar kehamilannya, pasti akan dijawab oleh petugas : “iya ibu. Kalau saya bertanya pasti mereka kasi tau ibu”(W4/P4, 141) 2). Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Riset partisipan mengatakan semua biaya yang dibutuhkan selama kehamilannya dibiayai oleh suami dan mertuanya : Riset “ya biayanya dari suami dan dari mertuanya saya ibu. Ya sama seperti sehari-sehari sudah ibu”(W4/P4, 144-145) partisipan mengatakan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke Posyandu maupun ke Puskesmas tidak dipungut biaya. Biaya yang ia 130 keluarkan hanya pada saat tes kehamilan di Puskesmas : “oh..kalau datang periksa tidak bayar ibu...kalau kita ke Puskesmas baru bayar.tapi hanya pas tes hamil saja, kalu yang untuk periksa dorang tidak minta bayar”(W4/P4, 147148) Partisipan tidak mengetahui ada tidaknya fasilitas lain yang diberikan oleh Puskesmas untuk ibu hamil. Partisipan juga menyampaikan bahwa pada saat tiba waktu untuk melahirkan, pihak Puskesmas akan menjemputnya dengan mobil Puskesmas untuk melakukan persalinan di Puskesmas : “tidak ada ibu, tapi dorang sudah kasih tau sebelumnya kalau sudah mau dekat-dekat harinya nanti dijemput pakai oto (mobil) Puskesmas, baru bawa ke Puskesmas melahirkan di sana” (W4/P4, 150-152) c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan Riset partisipan menyatakan petugas siap melayani pada saat ia datang memeriksakan kehamilannya. Partisipan menjelaskan kurangnya persiapan alat di Posyandu dibandingkan dengan alat yang ada di Puskesmas. Partisipan juga menjelaskan perawat yang bertugas pada hari itu hanya terdiri dari dua orang sedangkan pengunjung posyandu yang dilayani 131 cukup banyak yaitu ibu-ibu beserta balitanya dan ibuibu hamil. “ya mereka kalau kita datang ya pasti siap layani juga..kayak siap alat alat…tapi kalau di Posyandu kadang tidak lengkap bu alatnya..bagusnya tu kalau di Puskesmas masih ada sedikit yang dorang periksa. kalau di Posyandu.. paling datang cek nama saja.Ya..soalnya paling yang layan itu Cuma dua perawat sedangkan ni ibu ibu yang datang bawa dia punya anak anak yang mau datang Posyandu juga banyak..jadi ya..paling mereka Tanya-tanya cepat-cepat juga..kasian juga kalau perawat yang datang cuma dua baru layani banyak orang bu”(W4/P4, 154-160) Partisipan menyatakan sikap petugas saat melayani cukup baik, tetapi ada ibu kader binaan Puskesmas yang masih sering memarahi pengunjung yang tidak tertib : “sikapnya ya..baik saja ibu..kalau layani baik mereka..kader yang kadang kasi ingat kita agak marah sedikit ibu..ya saya maklum saja ibu kader juga sudah tua..jadi kalau dong marah wajar saja..”(W4/P4, 163-165) Partisipan mengungkapkan pelayanan yang ia terima pada hari itu hanya berupa penyampaian keluhan dan ibu hanya mendata namanya di buku registrasi KIA. Pada kunjungan sebelumnya tindakan pemeriksaan yang ia terima berupa pemeriksaan perut dan mendapat vitamin : 132 “kalau tadi cuma regis nama saja ibu..ibu perawat tanya keluhan..saya kastau ma..ada pusing sedikit. kalau periksa yang lalu ada cek perut juga ibu..terus saya dapat vitamin”(W4/P4, 168-169) 2).Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Partisipan menjelaskan orang-orang disekitarnya yang sudah mengetahui kehamilannya memberi perhatian yang khusus terhadapnya seperti mengingatkannya selalu berhati-hati, makan dan istirahat yang teratur : “ya orang orang kalau sudah tau ada yang hamil pasti kasih perhatian lebih, kayak kalau mau kemana–mana pasti bilangnya hati-hati, makan teratur juga, istirahat yang cukup. Sama saya kayak begitu juga ibu”(W4/P4, 173-175) Tidak hanya itu, ketua Rukun tetangga (RT) di lingkungan bertanya mertuanya tempat seputar tetapi tinggal partisipan juga turut kehamilan partisipan melalui tidak termaksud untuk mengingatkannya melakukan pemeriksaan kehamilan: “ya kalau pak RT tau saya hamil, kadang kalau ketemu sama mertuanya saya, pasti tanya tanya tentang saya juga..tapi kan kalau suru ke kontrol tidak pernah juga sih ibu..kan pak Rt punya urusan pasti banyak juga, tidak mungkin hanya urus saya saja” (W4/P4, 178-181) 133 Partisipan menjelaskan ia jarang pergi beribadah karena jarak tempat ia beribadah cukup jauh. Tetapi jika ada kendaraan ia sempatkan untuk beribadah : “kalau sekarang agak jarang ibu, gereja agak jauh to..kalau ada motor saya pergi juga”(W4/P4, 183) Tokoh agama mendoakan di setiap lingkungan wanita partisipan hamil yang akan ada di lingkungannya. Tokoh agama tersebut juga turut memberi perhatian ke partisipan secara langsung maupun melalui ayah mertuanya untuk mengingatkan yang bersangkutan agar rajin mengontrol kehamilannya ke bidan : “kalau pak pendeta biasanya dorang doakan kalau ada yang hamil, iya kalau kasi ingat untuk datang pigi periksa sering juga mereka ingatkan, kalau tidak ketemu saya di gereja biasanya dorang kasih tau ke bapa mertuanya saya suru kasi ingat saya rajin priksa ke bidan(W4/P4, 188-191) 5. Partisipan V a. Faktor Predisposisi 1).Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan yakin telah memasuki usia kehamilan 5 bulan meskipun ia tidak pernah memeriksakan perihal kecurigaan kehamilannya : 134 “ini masuk lima bulan sudah ibu”(W5/P5, 8) “saya tidak pernah pergi periksa ibu... sa su brenti mens dari Agustus sampai sekarang”(W5/P5, 10-11) Untuk meyakinkan kalau kondisi dalam keadaan hamil, partisipan berkonsultasi dengan tantenya yang adalah seorang dukun bayi. Sang dukun pun memberi saran agar menunggu sampai kondisi tersebut memasuki bulan Oktober. Partisipan juga tidak mengetahui bahwa dukun tersebut termasuk dukun yang mengikuti pelatihan dari Puskesmas atau tidak. Berikut pernyataan partisipan : “ya saya tau saja...sudah hamil begitu..saya tanya di tante yang dukun bayi juga ibu...dia bilang tunggu saja sampai Oktober begitu..kalau tidak dapat mens lagi nanti pergi lagi ke tempat dia..baru dia cek lagi...”(W5/P5,14-17) “kalau mama dukun ikut pelatihan saya kurang tau..”(W5/P5, 20) Partisipan memeriksakan kandungannya kembali pada bulan Oktober ke dukun tersebut. Partisipan menjelaskan cara dukun tersebut memeriksakan kehamilannya dengan cara meraba perutnya : “Oktober sudah itu saya priksa lagi ke sana...rumahnya tante masih ke atas lagi..masih naik gunung lagi ibu...tapi tidak terlalu jauh dari rumahnya saya..”(W5/P5, 2224) “mama dukun kalau periksa raba saja ni perut ibu ...(W5/P5, 27) 135 Partisipan merawat kehamilannya dengan lebih banyak beristirahat yang cukup serta minum susu “ya..seperti biasa saja ibu...kalau hamil ya..banyak istirahat jangan capek minum susu juga..”(W5/P5, 36-37) “ia soalnya tetangganya saya suru minum susu ibu hamil...jadi beli di Puskesmas juga waktu itu...”(W5/P5, 39-40) 2).Sikap Terhadap Pengetahuan Partisipan tidak pergi memeriksakan kandungannya ke Puskesmas karena jaraknya yang sangat jauh serta menurutnya Puskesmas pemeriksaan hasilnya sama yang saja dilakukan dengan di yang dilakukan oleh dukun “tidak ibu..sudah tahu juga dari tante..lagian mau pigi sana sama saja.terlalu jauh juga..sama saja yang dorang periksa”(W5/P5, 29-30) Partisipan pernah memeriksakan kandungan dulu pada saat ia hamil anak pertamanya, tetapi dalam perjalanan ia merasa kesakitan pada kandungannya sehingga ia tidak pernah lagi datang ke Puskesmas kecuali pada saat melahirkan : “ke Posyandu dulu pernah... waktu anak pertama dulu pernah periksa ke sana...ibu..tapi 136 jauh pernah saya sakit di jalan..jadi saya pas mau melahirkan waktu baru suami antar ke Puskesmas...”(W5/P5, 32-34) Partisipan mengakui baru pertama kali mengunjungi Posyandu semenjak ia mencurigai perihal kehamilannya yang kedua. Jarak posyandu yang cukup jauh dari rumah membuat ia dibantu oleh tantenya yang seorang dukun : “iya ibu....baru kali ini saja...abisnya jauh juga...kalau ada saya punya tante yang dukun bisa bantu-bantu liat sama saya di rumah...”(W5/P5, 43-44) Partisipan menjelaskan kunjungan pemeriksaannya terdahulu cukup baik, partisipan diberi tindakan pemeriksaan perut serta mendapat banyak nasihat seputar perawatan selama kehamilan : “kalau dulu ya...bagus juga... saya diperiksa perutnya.. bidan banyak kasi masukan untuk rawat kehamilan...”(W5/P5, 47-48) Riset partisipan tidak mendapat tindakan apa-apa pada kunjungan pertama di kehamilan keduanya. Ia hanya diminta mendatangi Puskesmas agar menerima pemeriksaan lengkap. Hal ini terkait dengan kondisi partisipan yang dicurigai petugas kurang sehat selama kehamilannya berlangsung : 137 “tidak ada juga ibu..tadi hanya dibilang nanti harus ke Puskesmas biar diperiksa lengkap..soalnya saya baru petama periksa lagi ini..takutnya dorang jangan-jangan saya ada sakit atau ada apa-apa..karena saya masih rasa mual terus”(W5/P5, 50-53) 3).Perilaku Kesehatan Partisipan tidak menanggapi serius perihal kesehatan kehamilannya yang dicurigai kurang sehat. Ia mengaku akan pergi memeriksakan kandungannya ke Puskesmas bersama suaminya : “tidak bikin apa-apa...saya kasi tinggal saja...ya kalau pergi periksa tunggu kalau saya punya suami ada di rumah dulu ibu. Nanti biar pergi sama-sama”(W5/P5, 56-58) 4).Komponen Struktursosial, Predisposisi kepercayaan (Demografi, keluarga dan dukungan keluarga ) Suami dari riset partisipan bekerja sebagai tukang jasa pengantar penumpang dengan sepeda motor (ojek) dan bekerja sampai sore hari : “ehh suami kerja..ojek di Makamenggit ibu.. biasa sore-sore baru pulang”(W5/P5, 60)“ Nama suaminya saya Petrus Amah (Nama samaran) beda 3 tahun dengan saya..mungkin sekitar 28” (W5/P5, 62-63) Suami riset partisipan mengantarnya ke Posyandu dan akan menjemput setelah selesai kegiatan Posyandu : 138 “ia ibu..kemarin kan sudah pesan kalau mau pergi ini hari di Posyandu makannya datang jemput sama saya..tapi motor taruh di bawah tidak bisa naik sampai rumah..terus sebentar datang jemput lagi..ada pergi bapa di jalan bawah sana”(W5/P5, 69-72) Selain tinggal bersama suami, partisipan juga tinggal bersama kedua adik perempuannya : Suami “saya tinggal dengan adik perempuan dua orang.. masih sekolah juga..”(W5/P5, 75) partisipan pada dasarnya mengikuti setiap permintaan istrinya, termaksud dalam hal mengunjungi tempat pelayanan ANC serta partisipan langsung diantar oleh suaminya : “suami sama saja.. dia terserah saya..kalau saya pergi harus kasih tau dia biar nanti dia yang antar ke sana”(W5/P5, 78-79) Partisipan mengaku jika diminta memeriksakan kandungannya ia akan melakukannya, tetapi ia juga tidak memungkiri jika tidak pergi memeriksakan kandungan ke Posyandu tidak berakibat apa-apa. Ia merasa tindakan yang dilakukan di Posyandu atau Puskesmas sama saja dengan yang di lakukan oleh tantenya yang seorang dukun : “ya.. kalau disuruh periksa ya.. periksa saja... tapi kan sama saja perawatannya kalau saya pergi ke tantenya saya...y selama ada sehat sehat saja..ya tidak pergi juga tidak apa apa..jauh juga masalahnya ibu”(W5/P5, 82-85) b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/pendorong) 139 1).Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Partisipan menceritakan setiap tindakan yang ia dapat ketika berkunjung ke Puskesmas pada kehamilan pertamanya. Ia diberi obat-obatan, pemeriksaan darah, pemeriksaan perut serta diberi vitamin. Kondisi ini berbeda dengan kunjungan pertama pada kehamilannya yang kedua: “banyaklah ibu. dulu dikasih obat, periksa darah, periksa perut juga..ada vitamin dulu...sekarang saya datang tidak ada yang dikasih”(W5/P5, 89-90) Partisipan merasa masih ada jenis tindakan pelayanan yang belum ia terima karena ia jarang memeriksakan kandungannya ke Posyandu ataupun Puskesmas : “ya..mungkin masih ada juga ibu yang harus dikasih tapi saya juga tidak datang tiap bulan...jadi saya kurang tau apa-apa lagi yang kita dapat pas kalau pergi periksa”(W5/P5, 9395) Partisipan merasa senang dan puas ketika datang memeriksakan kandungannya, ia juga tidak keberatan jika harus pergi periksa lagi : “ya senang juga ibu.. kan mereka membantu kita juga untuk sehat . ya kalau puas ya puas saja tidak kurang apa-apa kalau kesana apalagi rasa sakit..”(W5/P5, 98-100) 140 Partisipan mengatakan bahwa ia mengetahui adanya tempat pelayanan pemeriksaan kehamilan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Puskesmas di desanya : “ada dulu mereka kasih penyuluhan ke desa sini..jadi ada dorang berkunjung sampai dekat rumah ...lalu kasih tau untuk ibu-ibu hamil kalau mau cek kesehatannya periksa hamil di posyandu balai desa...ada juga yang Puskesmas langsung ..tanggalnya biasa mereka kasitau ”(W5/P5, 105-109) 2).Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Partisipan merasa jarak Puskesmas dari rumahnya sangat jauh sedangkan jarak Posyandu dari rumahnya kurang lebih 3 KM. Letak rumah partisipan yang kurang strategis di atas gunung membuat ia harus menunggu suaminya yang mengantarkan ke tempat Posyandu : “adu kalau Puskesmas jauh sekali ibu...Posyandu lumayanlah 3 kilo begitu..saya kan masih di gunung lagi.kalo pigi ya tunggu suami sudah baru dia jemput dengan motor” (W5/P5, 112-114) Partisipan mengatakan untuk pemeriksakan kehamilan tidak dikenakan biaya, tetapi jika partisipan diindikasikan punya penyakit lainnya dan harus menebus obat maka akan dikenakan biaya : 141 “tidak bayar ibu. hanya kalau kita sakit lain baru kasi obat baru bayar..”(W5/P5, 117) Partisipan mengatakan jika ia melahirkan pihak Puskesmas yang akan menanganinya. Partisipan akan dijemput pada saat mendekati perkiraan hari melahirkan setelah ia melapor pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan : “kalau melahirkan, Puskesmas yang mau tangani ibu.nanti saya pas periksa begini lapor tanggal brenti mens begitu..jadi nanti ada tanggal dong jemput perkiraan buat melahirkan”(W5/P5, 120-122) c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat) 1).Perilaku Tenaga Kesehatan Partisipan mengatakan petugas Posyandu dalam melayani cukup baik serta cara penyampaian setiap tindakan yang dilakukan juga cukup baik dan mudah dipahami oleh partisipan, tetapi partisipan menyayangkan ketepatan waktu pelayanan yang dijadwalkan Puskesmas yang tidak tepat waktu. Partisipan juga tidak memungkiri masih ada beberapa petugas yang sering memarahi pengunjung : “ia ibu mereka baik-baik saja pelayanannya juga baik”(W5/P5, 126) “oh..iya...bicaranya ya baik saja ibu, bisa dimengerti juga..kadang mereka omong deng kita orang gunung pakai bahasa sini juga...jadi 142 ya kita gampang mengerti saja..(W5/P5, 129131) “kalau selama ini pelayanannya bagus, hanya kita kalu ke Puskesmas ya..tunggu mereka datang itu lama sekali..kadang kita sudah di Puskesmas mereka belum ada..atau pintu Puskesmas masih tutup...kalau saya tanya mereka bisa jelaskan ibu... tapi ada juga masih suka marah marah”(W5/P5, 134-138) 2).Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Partisipan mengatakan ada beberapa orang di lingkungan tempat tinggalnya yang bertanggung jawab atas warga, diantaranya pak RT dan seorang yang dituakan di daerah tersebut : “ya..paling pak RT..tapi masih jauh dia pung rumah dari saya punya rumah..ada juga bapa tua yang rumah lebih dekat..biasa kayak jagajaga di sini” (W5/P5, 141-143)“iya mereka tahu kalau saya ada hamil”(W5/P5, 145) Partisipan mengatakan bapak yang dipercaya untuk mengayomi warga sering mengunjunginya dan memberi nasehat seputar kehamilannya agar jangan banyak bekerja serta keluar rumah : “kalau itu...ya..rumah tangga sendiri sendri sudah bu..kalau bapatua masih sering datang di rumah kasi ingat jangan keluar-keluar sendiri..biasa kasi ingat adi perempuan dua orang yang bantu kerja supaya saya jan terlalu 143 kerja.pulang sawah juga jangan soresore...”(W5/P5, 148-151) Sang bapak juga menyarankan agar tidak usah pergi Posyandu yang terlalu jauh untuk memeriksakan kandungan. Partisipan cukup mendatangi tantenya saja yang seorang dukun karena jarak rumah sang dukun lebih dekat : “malah tidak usah pergi jauh jauh...bapa tua bilang..datang saja di tante (dukun) diatas jadi lebih dekat” (W5/P5, 154-155) Partisipan mengatakan ia akan pergi memeriksakan kandungannya juga tergantung persetujuan suaminya: “saya kan biasa tunggu suami bilang apa ya..saya ikut..kalau saya minta pergi periksa ..kalau suaminya saya bilang iya..ya baru saya pergi juga ibu...(W5/P5, 157-159) 44.2.2. Hasil Analisa Data a. Faktor Predisposisi 1). Pengetahuan meliputi kehamilan dan layanan ANC Riset partisipan memiliki gejala kemungkinan hamil yang sama. Partisipan I, II, III, dan IV memiliki inisiatif untuk memeriksakan kondisinya setelah merasakan gejala kehamilan kepada petugas kesehatan ataupun Puskesmas. berhentinya Gejala yang menstruasi, mual dirasakan berupa diwaktu tertentu, muntah, pusing, ada gerakan janin dalam perutnya, 144 serta hal-hal lain yang dirasakan seperti mengidam, atau tidak suka mencium bau-bauan. Partisipan V memilih untuk tidak berkonsultasi kepada tenaga kesehatan dan memilih untuk memeriksakan kandungannya ke dukun. Riset partisipan kehamilannya sejak tidak menyadari minggu-minggu kondisi pertama kehamilannya. Dalam hal ini partisipan tidak yakin akan kehamilannya serta tidak memahami tanda dan gejala kehamilan. Beberapa partisipan mengatakan sangat menjaga dan merawat kehamilannya. Hal ini ditunjukan dengan lebih sering mengkonsumsi makanan bergizi, beristirahat yang cukup, mengurangi aktifitas yang berlebihan, mengkonsumsi vitamin/suplemen dan minum susu khusus ibu hamil. Partisipan II masih menjalani aktifitasnya sebagai guru SD dan sering melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan bermotor selama masa kehamilannya. Partisipan III masih melakukan aktifitas di sawah sampai usia kehamilannya memasuki usia 7 bulan. Semua partisipan mengetahui adanya tempat pelayanan ANC di daerah mereka, hal tersebut tidak 145 membuat seluruh partisipan datang berkunjung secara rutin ke tempat tersebut. Adapun alasan yang diutarakan para partisipan seperti tempat layanan yang jauh, kesibukan bekerja, larangan dari orangorang tua, dan kepercayaan yang mengharuskan seorang ibu hamil tidak bepergian keluar rumah. Namun dalam kenyataannya ada beberapa ibu diperbolehkan untuk beraktifitas di sawah. Kondisi di atas mengungkap pengetahuan para ibu hamil sangat kurang dalam menanggapi serta mempersiapkan masa kehamilan yang seharusnya. Pengetahuan dasar tentang kehamilan secara umum menjadi modal bagi seorang ibu dalam menjalani kehamilannya. Hal ini bukan semata-mata hanya untuk kesejahteraan ibu yang di perhatikan melainkan kesehatan janin dan kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah melahirkan. Ibu harus yakin dengan kehamilannya sejak dini dan memutuskan untuk memilih atau menggunakan pelayanan kesehatan sebagai sarana yang dapat membantu kelangsungan kehamilan dan tidak semata-mata hanya mengandalkan cara-cara tradisional. 146 2). Sikap terhadap pengetahuan Riset partisipan kurang menanggapi dengan serius akan informasi atau pengetahuan tentang kehamilan, dalam hal ini sikap untuk memutuskan dan mencari pelayanan kesehatan untuk kelangsungan kesehatan kehamilannya. Jarak tempat pelayanan yang jauh dan kurangnya dukungan keluarga menjadi alasan setiap partisipan untuk tidak mencari layanan kesehatan tersebut. Partisipan hanya dapat memutuskan untuk menggunakan layanan ANC pada saat ia merasakan gejala lain yang mengganggu kehamilan dan lebih cenderung berkonsultasi ke tenaga non medis. Partisipan I, III, V menyikapi hal tersebut lantaran kurangnya dukungan keluarga terhadap mereka, Partisipan II menanggapi demikian karena kesibukannya bekerja dan jarak tempat layanan ANC dari rumahnya yang cukup jauh sedangkan partisipan IV merasakan gejala lain yang mengganggu kehamilannya sehingga membuatnya memutuskan untuk datang ke tempat pelayanan ANC. Sikap ibu dalam memilih atau memutuskan menggunakan tempat pelayanan ANC merupakan 147 bagian terpenting dalam tahap awal perencanaan kehamilan yang sehat serta persiapan kelahiran yang sehat dan matang. Ketika ibu dapat melihat kondisinya dengan baik dan mampu memutuskan menggunakan pelayanan kesehatan sejak dini, maka akan sangat mudah bagi ibu dan petugas kesehatan secara bersama sama merawat dan mendeteksi kemungkinan komplikasi yang akan dialami ibu. 3). Perilaku Kesehatan Setelah mengetahui kondisinya dalam keadaan hamil, riset partisipan yakin akan status kesehatan kehamilannya pada saat itu. Partisipan I, II, III, IV merasa dalam keadaan sehat serta mampu merasakan gejala lain yang timbul dalam tubuhnya akibat kehamilan dan merasakan dampak dari kehamilan tersebut. Gejala yang dirasakan seperti adanya gerakan janin, pusing, cepat keletihan saat bekerja terlalu berat, kaki membengkak. Partisipan V merasa keadaannya kurang sehat karena dengan usia kehamilan lima bulan ia terus merasakan mual muntah yang berlebihan. 148 Dengan gejala-gejala yang dirasakan tersebut ada tindakan yang dilakukan oleh partisipan. Partisipan I, II, IV memilih untuk menangani sendiri di rumah yaitu dengan beristirahat lebih banyak, mengkonsumsi vitamin, serta bertanya kepada orang tua atau saudaranya yang lain tentang perawatan kehamilan serta berkonsultasi dengan tenaga dukun yang dipercaya dapat membantu. Lain halnya dengan partisipan III, yang karena pengalaman kegagalan kehamilannya sebanyak 3 kali membuat ia lebih sering mengkonsultasikan kehamilannya pada tenaga perawat/bidan yang tinggal di lingkungan rumahnya sedangkan partisipan memperdulikan V terkesan kesehatannya, tidak padahal terlalu kondisi kehamilannya diindikasikan petugas kesehatan dalam keadaan kurang sehat akibat mual muntah yang masih dialaminya sampai memasuki usia lima bulan. Dari kondisi di atas, partisipan I, II, III, dan IV jelas memahami keadaan yang sedang dialami untuk itu ada tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi atau gejala yang dirasakan. Ibu perlu menunjukan perilaku yang mampu membuat kondisinya nyaman 149 serta dapat melanjutkan kehamilannya dengan baik dan aman. 4).Komponen Predisposisi (Demografi, sosial, kepercayaan keluarga dan Struktur dukungan keluarga) Riset partisipan II, III, IV dan V tinggal bersama suami dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan unsur terpenting yang mampu mempengaruhi atau mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dianggap baik menurut kelompok atau individu itu sendiri. Dukungan anggota keluarga mempengaruhi untuk mereka riset partisipan dalam sangat memanfaatkan pelayanan ANC, karena keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang berinteraksi dengan ibu seharihari. Keempat partisipan di atas tidak memanfaatkan pelayanan ANC sesuai kebutuhan dengan baik meskipun tinggal bersama anggota keluarga yang utuh. Partisipan lebih cenderung mendengar perkataan suami atau keluarga yang menyuruh mereka untuk tidak berpergian sendirian keluar rumah ataupun tidak usah menggunakan layanan ANC tetapi 150 dapat pergi berkonsultasi ke dukun. Partisipan II mengakui mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarganya untuk memeriksakan kehamilannya tetapi yang bersangkutan justru sibuk dengan pekerjaan dan melalaikan waktu untuk pemeriksaan. Partisipan I tidak tinggal bersama suami, ia sama dengan partisipan yang lainnya, sulit memutuskan untuk ke tempat layanan ANC akibat pengaruh atau larangan dari anggota keluarga yang lain. Kondisi di atas mengungkap peran keluarga dalam membantu ibu mempersiapkan kehamilan yang sehat dan perawatan serta persiapan kelahiran sehat sangat kurang. Dengan berbagai kondisi/ alasan, keluarga harus mampu menunjukan perannya dalam mendukung perawatan kehamilan ibu. Dukungan tersebut berupa perhatian, tanggapan terhadap perubahan fisiologis ibu, gejala-gejala yang dirasakan, nutrisi, keseharian serta memilih tempat pelayanan ANC. Dari hal-hal tersebut mampu meyakinkan ibu untuk menggunakan layanan ANC. 151 b. Faktor Enabling (Faktor Pemungkin/ pendorong) 1). Ketersediaan fasilitas Layanan kesehatan (ANC) Pada umumnya seluruh riset partisipan mengetahui adanya tempat pelayanan ANC yaitu di Puskesmas Nggaha Oriangu dan Posyandu desa Tandula Jangga. Persepsi partisipan tentang fasilitas dan pelayanan ANC beragam. Partisipan I, IV, puas dengan kunjungan pertamanya menerima beberapa tindakan hanya dengan pemeriksaan seperti pemeriksaan abdomen, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mendapat obat atau vitamin untuk wanita hamil. Selain itu tersedia kendaraan Puskesmas yang menjemput mereka untuk melakukan persalinan di Puskesmas. Hal ini berbeda dengan pendapat partisipan II, III dan V. Berdasarkan pengalaman masing-masing partisipan, Fasilitas dan pelayanan di Posyandu kurang memadai dan fasilitas yang diberikan tidak lengkap. Ketersediaan fasilitas dan layanan ANC yang minim membuat ibu kurang tertarik untuk mengunjungi tempat pelayanan ANC. Ibu akan merasa pelayanan atau pemeriksaan yang diberikan tidak sesuai atau 152 tidak memenuhi kebutuhannya sementara tidak ada penjelasan dari tenaga kesehatan sendiri terkait pemeriksaan lanjutan hal ini mengakibatkan ibu cenderung mengurungkan niatnya datang ke tempat Palayanan ANC. 2).Sumber Keluarga, Sumber daya Masyarakat (Menjangkau dan memakai pelayanan ANC) Untuk menjangkau tempat pelayanan ANC, cara yang ditempuh riset partisipan berbeda-beda kecuali dalam hal pembayaran. Seluruh partisipan yang melakukan kunjungan ANC tidak dipungut biaya termasuk untuk konsultasi ataupun obat-obat yang diperlukan ibu. Rata-rata mata pencaharian keluarga partisipan adalah petani dan pedagang, ada juga yang bekerja sebagai tukang ojek. Meskipun demikian Semua partisipan mengaku masih dapat membiayai kebutuhannya selama kehamilan bahkan sampai melahirkan. Partisipan I mengaku seluruh biayanya masih ditanggung oleh ayahnya karena hubungannya bersama suami belum disetujui oleh keluarga, sedangkan partisipan II, III, IV dan V dibiayai oleh suami dan keluarga. 153 Kemampuan untuk menjangkau tempat layanan juga berbeda-beda. Jarak Posyandu dari rumah tiap partisipan kurang dari 4 KM sedangkan jarak Puskesmas lebih jauh, dari rumah masing-masing partisipan 5-10 KM. Beberapa partisipan saat berkunjung diantar oleh suami atau anggota keluarga lain dengan menggunakan motor atau berjalan kaki. Partisipan II memiliki kesulitan untuk berkunjung akibat kondisi jalan dari rumahnya menuju tempat layanan yang berbatu, melewati sungai dan melintas di jalan yang berlumpur serta licin. Partisipan V bahkan harus berjalan cukup jauh dan melewati jalan berbukit untuk sampai ke tempat layanan ANC. Kondisi di atas menggambarkan jarak tempuh ke tempat pelayanan ANC juga berpengaruh terhadap minat ibu dalam mengunjungi tempat tersebut. Kondisi jalan, dan perjalanan menuju tempat pelayanan yang sulit menyebabkan ibu cenderung mengurungkan niatnya untuk datang bekunjung ke tempat pelayanan ANC. 154 c. Faktor Reinforcing (Faktor Penguat) 1). Perilaku Tenaga Kesehatan Perilaku beberapa tenaga kesehatan dalam melayani kurang maksimal. Dalam menyampaikan setiap tujuan tindakan bagi beberapa partisipan cukup jelas tetapi tidak dipungkiri ada juga yang tidak menyampaikan penjelasan sesuai dengan tindakan yang diberikan. Dalam hal berkomunikasi petugas cukup tegas terhadap para partisipan, hal tersebut dimaknai sebagian partisipan sebagai bentuk pendorong kedisiplinan bagi mereka. Dengan intonasi bicara yang sedikit keras membuat partisipan merasa petugas cukup tegas dan sedikit kasar tetapi hal tersebut tidak mengurangi kewajiban para petugas dalam melayani pengunjung. Bentuk pelayanan yang kurang juga nampak dalam beberapa tugas para petugas kesehatan. Beberapa bentuk pelayanan tersebut diantaranya : a. Setiap partisipan kurang mendapat informasi secara berkala seputar pelayanan ANC. Dalam hal ini beberapa keberadaan partisipan tempat telah pelayanan mengetahui ANC dari 155 penyuluhan petugas, bahkan ada partisipan yang sudah sejak lama mengetahui tempat layanan tersebut karena sering mendengar dari lingkungan maupun tahu keberadaan layanan kesehatan tersebut. Kegunaan atau fungsi dari tempat layanan tersebut secara berkala tidak disampaikan kepada partisipan sehingga partisipan kurang menyadari pentingnya memanfaatkan sarana kesehatan tersebut. Tidak hanya itu, dengan informasi yang minim menyebabkan partisipan merasa informasi atau pesan yang didapat cukup memenuhi pengetahuan mereka pada saat itu. b. Pada saat melayani, petugas kurang memberikan konseling dan nasihat secara perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan yang bersifat umum, dan khusus seperti tentang gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua. Kebanyakan yang disampaikan hanya berkisar pada tindakan yang harus dilakukan partisipan pada saat datang ke tempat pelayanan ANC. Di 156 samping pemberian motivasi dari petugas untuk para partisipan agar menghindari kebiasaan yang tidak baik selama kehamilan dan mendukung kebiasaan yang penelitian ini baik sangat partisipan I kurang. dapat Dalam memahami penjelasan yang diberikan petugas terkait diet selama kehamilan. Penjelasan yang diberikan terkait dengan beberapa jenis makanan yang harus dikonsumsi partisipan selama kehamilan. c. Pengarahan dari petugas kesehatan terkait mitos dari lingkungan tentang makanan yang tidak boleh dimakan oleh partisipan juga sangat kurang. Hal ini telah disampaikan kepada partisipan IV pada saat yang bersangkutan sedang mengikuti posyandu, akan tetapi penjelasan menyeluruh untuk setiap pengunjung kurang terlihat pada saat itu. d. Petugas kurang melibatkan para kader untuk melayani para ibu hamil. Salah satu fungsi kader Posyandu adalah mengetahui dan turut memantau perkembangan kesehatan ibu dan anak yang didata di Posyandu serta mendata ibu yang diketahui sedang hamil muda di desanya dan memberikan 157 informasi kepada petugas seputar partisipasi peserta dalam memanfaatkan layanan kesehatan. Dalam penelitian ini, hasil yang didapat kader hanya membantu petugas sebatas menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan dan mendata peserta yang hadir. Padahal jika kader dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal, akan memudahkan petugas kesehatan untuk meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil tersebut dan dapat membantu petugas untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan yang tepat untuk meningkatkan pelayanan. Penyusunan rencana diantaranya adalah petugas dapat mengidentifikasi alasan ibu terkait dengan lingkungan/masyarakat dalam mengunjungi tempat layanan ANC. Seperti pada partisipan III, petugas membantu memberi pengertian pada keluarga akan pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini dan melakukan kunjungan ke rumah partisipan. Hal ini sedikit membantu mengubah pandangan keluarga terkait kegagalan kehamilan yang tidak terdeteksi sejak awal karena partisipan 158 jarang melakukan kunjungan ANC di awal kehamilannya. e. Perbedaan pemberian pelayanan yang diberikan oleh petugas juga menjadi perhatian para partisipan, seperti tindakan yang diberikan saat berkunjung ke Posyandu dan ke Puskesmas. Ada partisipan yang merasa pelayanan yang seharusnya diterima belum ia dapatkan ketika berkunjung ke tempat pelayanan ANC seperti pemeriksaan abdomen yang hanya dapat dilaksanakan di dalam ruangan tertutup, sedangkan jika partisipan berkunjung ke Posyandu jarang mendapat pemeriksaan jenis ini. Hal ini pun harus menjadi perhatian khusus bagi petugas agar terus memberi informasi yang memadai seputar pemeriksaan kehamilan yang dijalani ibu baik itu di Posyandu maupun di Puskesmas. Pelayanan yang ditunjukan petugas dalam melayani sangat menunjang keberhasilan ibu untuk melakukan kunjungan ANC. Semakin sering komunikasi yang baik terjalin antara petugas dan ibu semakin membangun hubungan kepercayaan ibu 159 akan tempat pelayanan ANC beserta para petugasnya. Bentuk pelayanan yang kurang maksimal dari petugas membuat partisipan ingin memeriksakan cenderung tidak kehamilannya serta lebih mempercayai keluarga sendiri yang seorang dukun untuk merawat kehamilannya. Di samping itu hubungan personal petugas dengan ibu, ataupun pendekatan yang baik dengan masyarakat mampu membangun kepercayaan ibu untuk mencari sarana pelayanan ANC. 2).Pengaruh Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Peraturan tertulis/non tertulis Unsur penting lainnya yang turut mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan pelayanan ANC adalah tokoh masyarakat, tokoh agama dan lingkungan sekitar partisipan. Partisipan I, II, III, dan IV mendapat dukungan dari tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, meskipun demikian tidak membuat mereka langsung berkunjung ke tempat pelayanan ANC. Dukungan tersebut masih terbentur dengan ijin orang tua atau anggota keluarga lainnya. Partisipan V sama sekali tidak mendapat dukungan dari tokoh 160 masyarakat di tempat tinggalnya, ia lebih disarankan untuk memeriksakan kondisi kehamilannya ke dukun dan tidak boleh terlalu sering melakukan aktifitas di luar rumah. Sebagian partisipan mengakui jarang berkomunikasi dengan tokoh agama setempat lantaran jarak tempat ibadah yang jauh dan tidak pernah bertemu dengan mereka secara langsung. Berbeda dengan partisipan III dan IV sering bertemu dengan tokoh agama dan mendapat dukungan penuh untuk pemeriksaan kehamilan ke tempat layanan ANC. Kondisi di atas menjelaskan dukungan dari seorang yang disegani dan dihormati oleh masyarakat seperti tokoh masyarakat ataupun tokoh agama, tidak menjamin ibu akan langsung mengunjungi tempat layanan ANC. Tokoh masyarakat adalah individu yang dapat membantu kelangsungan proses sosial yang baik di lingkungannya. Seperti pada Partisipan I, II, III, dan IV, dukungan tersebut didapat dengan mudah karena proses bersosialisasi tokoh masyarakat tersebut yang baik dan peka terhadap kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini, tokoh masyarakat 161 kurang memahami gejala sosial yang terjadi di lingkungannya sehingga untuk menyikapi atau menyelesaikan masalah sosial yang terjadi, kurang ditelaah secara serius. Sebagai contoh nyata dalam penelitian ini pemanfaatan layanan ANC oleh ibu hamil yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan kelompok atau keluarga yang mengharuskan ibu hamil untuk tidak usah keluar rumah dan melakukan pemeriksaan ANC. Tokoh masyarakat kurang menyempatkan diri bertemu dengan anggota keluarga dalam rangka mengadakan pembinaan terhadap keluarga dalam hal ini suami beserta orang tua partisipanlah yang harus peka terhadap kebutuhan partisipan selama masa kehamilannya. Adapun tokoh masyarakat yang kurang mendukung ibu hamil dalam memanfaatkan layanan ANC dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti kurang berinteraksi atau bersosialisasi dengan tenaga kesehatan terkait atau tokoh masyarakat tersebut merupakan individu yang masih memegang teguh kepercayaan dari pendahulu yakni wanita hamil dilarang keluar rumah dan pada akhirnya tidak 162 melakukan kunjungan ANC sehingga kejadian itu yang dilihat dan diikuti oleh keluarga partisipan. Tokoh agama juga berperan dalam memotivasi ibu untuk melakukan kunjungan ANC. Sebagai individu yang melihat pertumbuhan spiritual masyarakat, dapat membantu memberi pandangan terhadap keluarga terkait kepercayaan akan hal-hal tradisional atau tradisi keluarga yang mempengaruhi ibu untuk tidak melakukan kunjungan ANC. Dengan kunjungan ke rumah, ataupun pendekatan secara personal dengan keluarga sedikit membantu merubah pandangan keluarga. Seperti pada keluarga partisipan III, tokoh agama tersebut mencoba memberi pandangan positif terhadap keluarga akan tempat pelayanan ANC. Hal itu dapat membantu mengubah pandangan keluarga terhadap pemeriksaan kehamilan sejak dini dan dengan bantuan para tenaga kesehatan mampu mengidentifikasi alasan kegagalan kehamilan yang dialami partisipan. Dukungan dari seorang yang disegani dan dihormati oleh masyarakat seperti tokoh masyarakat ataupun tokoh agama memiliki peran besar dalam 163 mempengaruhi perilaku sosial individu maupun kelompok. Masyarakat dapat mengikuti perilaku atau tradisi/ kepercayaan yang ditunjukan mereka lantaran merupakan suatu aturan sosial yang secara tidak langsung dijalankan oleh masyarakat desa. Dukungan untuk menggunakan layanan ANC kepada ibu juga harus dipertimbangkan karena dukungan tersebut mampu menciptakan kesuksesan pemeliharaan kesejahteraan ibu hamil dan calon bayinya. 4.3 Pembahasan Pemanfaatan pelayanan ANC yang dilakukan ibu hamil di desa Tandula Jangga belum sepenuhnya memenuhi standar kunjungan yang seharusnya. Kunjungan yang dilakukan selama masa kehamilannya rata–rata 1-2 kali. Dalam standar pelayanan pemeriksaan dan pemantauan Antenatal menurut Standar pelayanan dan Instrumen Audit kebidanan (Ikatan Bidan Indonesia, 2000), ibu hamil wajib menerima pemeriksaan/memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali. Perawatan antenatal (ANC) adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan, perawatan ini sangat diperlukan oleh semua ibu hamil karena kondisi ibu yang 164 banyak mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada penelitian ini ibu hamil di desa Tandula Jangga kurang melakukan perawatan kehamilannya secara teratur, hal ini terlihat dari penggunaan layanan ANC yang belum maksimal serta ketidakpahaman akan pentingnya pemeriksaan dini kehamilan dan secara berkala. Proses pemeriksaan dini kehamilan yang kurang oleh ibu-ibu di desa Tandula jangga disebabkan karena keraguraguan akan validasi kehamilannya serta ibu tidak paham akan gejala awal kehamilan. Mochtar, (2000 : 47) menegaskan tujuan khusus seorang ibu hamil datang berkunjung ke tempat pelayanan ANC agar ia dapat mengenali dan mampu menangani setiap penyulit yang mungkin dapat ditemui atau dirasakan sepanjang masa kehamilannya maupun saat menghadapi persalinan dan masa nifas. Untuk mencapai keberhasilan proses pelayanan ANC, diperlukan pengawasan dari pihak ibu dan petugas pelayanan ANC agar secara bersama-sama memantau kehamilan ibu atau gangguan kesehatan sedini mungkin dikenal sehingga dapat dilakukan perawatan yang cepat dan tepat. Pengawasan oleh tenaga kesehatan di ranah penelitian cukup sulit diwujudkan mengingat keyakinan ibu-ibu di desa Tandula 165 Jangga Posyandu sendiri untuk ataupun memeriksakan Puskesmas yang kehamilannya belum ke maksimal. Kesadaran untuk meningkatkan derajat kesehatannya dalam hal ini perawatan kehamilan serta persiapan menuju kelahiran yang sehat masih dipengaruhi oleh latar belakang kepercayaan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan ANC serta larangan untuk ibu hamil agar tidak bersinggungan dengan lingkungan di luar rumah di awal kehamilannya. Wiknjosastro (1999) menegaskan bahwa perawatan antenatal merupakan usaha bersama dari petugas pelayan kesehatan dan ibu hamil. Tujuan perawatan antenatal dapat tercapai apabila ibu hamil turut berpartisipasi. Kondisi yang terjadi di lapangan tidak seperti yang diharapkan, ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai dengan waktu yang dijadwalkan atau sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukan kunjungan ANC. Ibu lebih mengikuti saran anggota keluarga untuk melakukan pemeriksaan kepada tenaga non medis seperti dukun bayi ataupun alasan lain seperti jika ibu keluar dari lingkungan rumah di awal kehamilannya akan berakibat buruk bagi kehamilan karena sewaktu-waktu dapat bersinggungan dengan ilmu hitam. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena 166 ketidakpahaman ibu-ibu terhadap pengidentifikasian kehamilan sejak dini dan pengenalan akan perubahan kondisi fisiologis tubuh orang hamil, gejala yang dirasakan, dan sikap dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan ANC yang ada di sekitar daerah tempat tinggalnya. Pengetahuan akan hal-hal tertentu juga didasari oleh pengetahuan lingkungannya terhadap hal tersebut. Contohnya masyarakat akan mengetahui hal-hal yang diturunkan dari budaya masyarakat itu sendiri. Untuk itu luasnya pengetahuan seseorang juga diukur dari pengetahuan lingkungannya. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan indikator dari individu melakukan tindakan terhadap sesuatu. Seseorang yang didasari pengetahuan yang baik terhadap kesehatan, akan memahami bagaimana kesehatan mengaplikasikan hal itu yang dan mendorong diketahuinya. Tidak untuk perduli pengetahuan tersebut timbul dari asumsi kelompok dan budaya tertentu ataupun murni pengetahuan dari ibu sendiri mengenai kehamilan. Dengan demikian pengetahuan mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan perilaku individu, dalam penelitian ini perilaku ibu yang memanfaatkan pelayanan ANC di desa Tandula Jangga, karena pengetahuan merupakan salah satu ukuran dan indikator dari perilaku kesehatan. 167 Perilaku kesehatan ibu di desa Tandula Jangga jika ditelaah lebih seksama, sangat dipengaruhi oleh lingkungan rumah, letak tempat tinggal para partisipan masih tinggal dalam dusun yang walaupun dikepalai oleh RT atau kepala desa sekalipun masih ada tokoh lain yang menjadi panutan bagi masyarakat. Pengaruh orang tua sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan bagi ibu, jadi perilaku ibu terkadang terbentuk dari pengaruh lingkungan keluarga maupun tempat tinggalnya. Rubin (1970) mengemukakan satu alasan lainnya ibu hamil dapat/ mampu menyadari setiap gejala yang timbul dalam dirinya tergantung kesiapan, perasaan akan keyakinan dan mental yang besar untuk menerima kehamilan tersebut. Lebih lanjut Rubin menambahkan wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala-gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya (dalam Bobak, 2004 : 126). Beberapa hal di atas termasuk dalam faktor predisposisi yang mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan ANC. Pengetahuan dasar akan pemahaman terhadap kehamilan yang harus dimiliki seorang ibu mampu mempermudah ibu untuk melakukan kunjungan ANC demikian juga dengan sikap menghadapi kehamilan sejak awal. Dalam penelitian ini 168 sebagian besar ibu tidak dapat memberi keputusan akan pergi ke tempat pelayanan ANC. Alasan tersebut terbentur dengan dukungan suami ataupun anggota keluarga yang lain. Keluarga pada dasarnya adalah tempat individu mempelajari perilaku sosial contohnya dalam memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan. Bobak (2004: 12) menerangkan bahwa keluarga merupakan institusi masyarakat yang paling penting, keluarga mewakili kehidupan sosial yang primer untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh individu atau unit sosial lainnya. Dalam penelitian ini unsur dukungan keluarga di tempatkan sebagai faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah karena keluarga sebagai unit sosial dasar dan kebanyakan ibu hamil mempunyai kontak yang lebih kontinu setiap saat dengan keluarga dibandingkan dengan kelompok sosial lainnya. Unsur pendorong lainnya yang mempengaruhi ibu dalam mencari dan memanfaatkan pelayanan ANC yaitu ketersediaan fasilitas pelayanan ANC yang ada di Posyandu maupun Puskesmas. Notoatmodjo (2005) mengungkapkan tersedianya sarana dan masyarakat prasarana merupakan untuk salah mendukung satu kesehatan komponen dalam mempromosikan kesehatan di masyarakat itu sendiri. Fasilitas yang memadai juga mampu meningkatkan tingkat kepuasan 169 pengguna layanan ANC sehingga ibu yang datang akan merasa tidak sia-sia memeriksakan kandungannya dan tertarik untuk datang berkunjung untuk yang kesekian kalinya. Dalam penelitian ini fasilitas seperti kendaraan sudah cukup membantu ibu hamil untuk menjangkau tempat pelayanan seperti Puskesmas pada saat melahirkan, tetapi fasilitas lain yang diberikan selama masa pemeriksaan ada yang tidak menyebutkan sama sekali bahkan yang disebutkan belum lengkap dan belum memenuhi standar pelayanan sebagaimana yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana dasar untuk pemeriksaan kehamilan minimal harus menyediakan lima pelayanan dasar yang disebut dengan 5T pelayanan dasar antenatal. 5T tersebut meliputi menyediakan timbang berat badan, pengukuran tinggi fundus uteri, menyediakan pemberian tablet besi, menyediakan pengukuran tensi dan menyediakan imunisasi (TT) bagi ibu hamil. Dalam penyediaan pelayanan tersebut perlu di perhatikan kelayakan tempat pelayanan. Contohnya untuk melakukan pemeriksaan fundus uteri memerlukan ruangan tertutup yang nyaman untuk ibu berbaring, tetapi memungkinkan tempat pelayanan pemeriksaan tersebut di lapangan dilakukan tidak karena 170 kegiatan tersebut berlangsung di teras rumah. Hal tersebut mengisyaratkan ibu harus datang berkunjung ke Puskesmas yang jaraknya cukup jauh. Tersedianya jenis pelayanan di atas, dapat membantu ibu dan petugas memantau kondisi kehamilan dengan lebih baik lagi, jika ibu datang dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia setiap bulannya. Demikian halnya dengan pembenahan pelayanan serta peningkatan kualitas pelayanan akan menjadi daya tarik tersendiri untuk para ibu yang akan melakukan pelayanan ANC. Sosialisasi yang baik serta tepat sasaran dari pihak Puskesmas menjadi poin penting dalam mewujudkan tercapainya angka kunjungan ANC yang maksimal. Di ranah penelitian, tidak ditemukan kesulitan akan pembayaran terhadap pemeriksakan pelayanan ANC. Selain tidak dipungut biaya di Posyandu maupun Puskesmas, untuk melakukan konsultasi di luar hari pemeriksaan ANC juga di perbolehkan oleh setiap ibu hamil. Hal ini selain meringankan biaya kehidupan ibu dan keluarga juga menjadi acuan bagi keluarga bahwa pemerintah turut berpartisipasi dan bekerjasama dengan para pelayan kesehatan menyiapkan tempat pelayanan ANC untuk meningkatkan kesejahtraan ibu dan bayi tanpa harus membayar. Faktor enabling lainnya yang 171 menjadi poin pendorong dalam menggunakan pelayanan ANC yakni kemampuan menjangkau tempat pelayanan. Dalam hal ini jarak tempat pelayanan yang cukup jauh mempengaruhi minat ibu. Letak Posyandu desa Tandula Jangga berada di pusat balai desa Tandula Jangga di Kecamatan Nggaha Oriangu. Berdasarkan letak geografis daerah di sekitar desa Tandula Jangga cukup sukar dilewati. Di tempat penelitian ditemukan beberapa ibu hamil kesulitan menjangkau tempat pelayanan ANC karena perjalanan menuju Posyandu yang melewati sungai dan letak rumah partisipan yang ada dibalik gunung, selain itu tidak adanya tranportasi umum yang tetap juga menyulitkan ibu pergi ke Puskesmas. Menurut Depertemen Kesehatan RI (1996), selama kehamilan ada halhal yang perlu dipantau oleh tenaga kesehatan agar apabila terdapat penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberi penanganan yang memadai. Keterjangkauan tempat pelayanan yang mudah akan mempengaruhi ibu memeriksakan kehamilannya sebab di tempat pelayanan antenatal ibu dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatannya. Di samping itu dengan pertemuan yang intensif, komunikasi antara ibu dan petugas antenatal akan berlangsung efektif dan saling mengenal. Jika hubungan telah terbina akan 172 lebih mudah petugas menyampaikan pesan-pesan yang berguna dan menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa percaya kepada petugas, dalam hal ini merupakan dasar yang baik dalam merawat diri serta keputusan dalam menggunakan layanan antenatal. Dari beberapa faktor pemudah dalam kehidupan sosial ibu hamil serta berpotensi mempengaruhinya menggunakan pelayanan ANC, untuk meningkatkan derajat kesehatan selama masa kehamilannya ada juga faktor pendorong yang krusial sebagai penopang munculnya perilaku tersebut. Perilaku dan sikap tersebut akan benar-benar muncul dan menjadi kebiasaan ibu, ketika dalam lingkup pelaksanaannya terdapat faktor penguat yang ada di sekitar individu. Dalam penelitian ini faktor penguat atau reinforcing factors yang di tambahkan adalah perilaku dari petugas pelayanan antenatal sendiri dan pengaruh dari orang-orang yang menjadi panutan dalam masyarakat dan cukup disegani. Penelitian yang dilakukan oleh Sadik (1996) menemukan bahwa sikap perilaku petugas kesehatan berhubungan erat dengan derajat pemanfaatan pelayanan antenatal. Perilaku petugas kesehatan menjadi unsur penarik bagi Ibu hamil untuk datang ke sarana kesehatan. Dalam penelitian ini petugas kesehatan di desa 173 Tandula Jangga cukup menjalankan tugasnya dengan baik, dalam hal ini melayani setiap pengunjung yang datang, melakukan esensi kunjungan pada ibu yang harus dikunjungi di rumah dan menyampaikan fungsi pelayanan dan tujuan utama pelayanan tersebut. Pada saat kegiatan posyandu berlangsung, petugas cukup sigap menanyakan setiap keluhan kepada ibu yang datang. Efektifitas kerja petugas yang demikian didukung oleh beberapa hal, diantaranya kesiapan petugas dalam melayani ibu, kesiapan dalam melakukan tindakan pelayanan, pengunjung, serta pendekatan kecekatan interpersonal menanggapi dengan hal-hal yang membuat pengunjung kurang tertarik untuk datang. Dalam Penyampaian pesan terkait tindakan yang dilakukan ataupun masalah pelayanan, petugas perlu menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa tekanan terhadap pengunjung. Komunikasi yang terjadi antara petugas dan ibu terkadang menggunakan bahasa daerah, hal ini menunjukan bahwa petugas berusaha memberikan pengertian atau menyampaikan pesan dengan bahasa sederhana dan lebih dimengerti oleh masyarakat desa karena masyarakat di desa Tandula Jangga hampir setiap hari menggunakan bahasa daerah. Hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan mengingat pengunjung yang 174 sebagian besarnya adalah masyarakat desa yang latar belakang pengetahuannya masih dipengaruhi budaya, dan lingkungan tempat tinggal. Untuk memotifasi ibu yang tidak disiplin terkait masalah kunjungan, petugas hendaknya memberi peringatan keras tetapi tidak dengan memarahi ibu yang datang. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para petugas kesehatan untuk dapat merangkul dan mampu menciptakan komunikasi dua arah antara petugas dengan ibu hamil maupun petugas dengan keluarga ibu hamil. Petugas di desa Tandula Jangga cukup keras dalam menyampaikan atau memotivasi ibu agar datang berkunjung tetapi hal tersebut dianggap merupakan tindakan yang cukup tegas dalam memotivasi ibu. Dimulai dari komunikasi yang baik dan efektif petugas mampu menjalin hubungan kepercayaan antara ibu hamil beserta keluarga dengan sarana pelayanan Antenatal yang tersedia. Faktor penguat yang penting lainnya adalah partisipasi masyarakat secara keseluruhan. Partisipasi yang dimaksud adalah Perhatian masyarakat terhadap ibu hamil, terutama Tokoh Masyarakat (TOMA) dan Tokoh Agama (TOGA). Partisipasi yang diharapkan berupa perhatian serta dukungan mencakup semua tahap seperti perencanaan pemeriksaan, 175 pelaksanaan pemeriksaan, serta turut dalam pengawasan terhadap ibu. Tokoh Masyarakat dan tokoh agama merupakan sosok panutan dan disegani dalam kelompok masyarakat dan tidak dipungkiri masyarakat sering mengikuti kebiasaan ataupun saran yang diberikan oleh orang-orang tersebut. Dalam penelitian ini sebagian besar tokoh masyarakat dan tokoh agama mendukung setiap langkah ibu hamil yang akan melakukan kunjungan ANC ada pula yang tidak perduli dan bersikap biasa-biasa saja, tetapi dukungan tersebut kembali lagi kepada individu yang bersangkutan yaitu ibu hamil yang akan memutuskan akan pergi ke tempat pelayanan ANC atau tidak, karena kembali terbentur dengan dukungan keluarga yang minim dan masih mempercayai beberapa pengobatan tradisional di dukun desa serta kesadaran ibu sendiri dalam memperhatikan kesehatan kehamilannya. Melihat kondisi demikian beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat mengambil jalan penyelesaian yang cukup baik yaitu melakukan pendekatan dengan keluargan ibu hamil yang kurang berkenan terhadap ibu yang akan melakukan pelayanan antenatal. Sikap demikian mampu membantu ibu merubah pandangan keluarga tentang keberadaan tempat pelayanan antenatal yang ada di desa tersebut. 176