PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Rudiansyah Pendidikan Matematika, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi Bandung Jalan Terusan Jenderal Sudirman Cimahi e-mail: [email protected] ABSTRAK Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Salah satu langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam usaha mensukseskan pembelajaran adalah menentukan tipe pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Pembelajaran tipe kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions / Pembagian Pencapaian Tim Siswa) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana tipe ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini dilakukan metode kuasi eksperimen dengan desain pretes-postes. Penelitian dilakukan terhadap siswa SMP Raksanagara Cililin Kabupaten Bandung Barat kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil pengolahan secara statistik terhadap data skor pretes dan postes dengan bantuan software Minitab 16, dengan taraf nyata = 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini dapat dimanfaatkan dan memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: STAD; Pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar matematika. 1. PENDAHULUAN Dunia pendidikan kita dewasa ini semakin berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya dan sekaligus menentukan srategi instruksional yang harus ditempuh. Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar yang diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencobacoba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Suherman : 2003). Kedudukan matematika yang sangat strategis dalam proses peningkatan SDM menjadi sangat ironis ketika melihat kondisi pembelajaran matematika di Indonesia yang masih belum memberikan hasil secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya kemampuan siswa dalam matematika. Sri Wardhani dan Rumiati (2011:59) mengatakan: 1. Banyak kelemahan kemampuan matematika siswa Indonesia yang terungkap pada hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study). Secara umum kelemahan siswa kita adalah belum mampu mengembangkan kemampuan bernalarnya, belum mempunyai kebiasaan membaca sambil berpikir dan bekerja agar dapat memahami informasi esensial dan strategis dalam menyelesaikan soal, dan masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannya, sehingga mata pelajaran matematika belum mampu menjadi “sekolah berpikir” bagi siswa. 2. Hasil penilaian kemampuan matematika siswa Indonesia dalam studi PISA dan TIMSS pada intinya merekomendasikan agar: (a) memperbaiki proses pembelajaran di sekolah dengan meningkatkan porsi bernalar, memecahkan masalah, berargumentasi dan berkomunikasi, (b) memperbaiki standar dan penilaian hasil belajar siswa secara nasional dan sehari-hari di kelas dengan mengukur keterampilan teknis baku, kemampuan bernalar, pemecahan masalah dan berkomunikasi secara seimbang, (c) mempelajari budaya dan menginternalisasi konteks budaya dalam pembelajaran agar wawasan siswa semakin luas. Beberapa hal yang dapat dianalis dari hasil belajar siswa terutama dalam proses belajar di kelas akibat dari kurang kreatif dari siswa itu sendiri, sebagaimana pendapat Ruseffendi (1991:328) yang mengatakan bahwa selama ini dalam proses belajar matematika di kelas pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberitahukan oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, para pakar banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran yang diramu dalam suatu tipe pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran matematika. Dari beberapa tipe pembelajaran yang dikemukakan pakar pendidikan matematika, dapat dilihat bahwa pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang digunakan mengalami pergeseran dari yang mengutamakan informasi dari guru (teacher centered) menuju kepada strategi yang mengutamakan keterampilan berfikir siswa (student centered) dengan arahan guru. Pembelajaran tipe koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana tipe ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Berdasarkan pada uraian di atas, maka muncul sebuah permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut : “Apakah hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?” Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan ”hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”. Suyono (2009:8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”. Pada tahun 1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk sistem klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Bloom dalam taksonominya, yang selanjutnya disebut Taksonomi Bloom. Struktur dari taksonomi Bloom sebelum dan sesudah revisi (Widodo, A, 2005). Sebelum revisi : 1. Ranah Kognitif Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). a. Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1 b. Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2 c. Penerapan (Aplication), yang disebut C3 d. Analisis (Analysis), yang disebut C4 e. Sintesis (Synthesis) , yang disebut C5 f. Evaluasi (Evaluation), yang disebut C6 2. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar: a. Receiving/attending/menerima/memperhatikan b. Responding /menanggapi c. Valuing /penilaian d. Organization /Organisasi e. Characterization by a value or value complex/karakteristik nilai atau internalisasi nilai. 3. Ranah Psikomotor Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Adapun kategori dalam ranah psikomotor: a. Peniruan b. Manipulasi c. Pengalamiahan d. Artikulasi. pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut juga sebagai sistem pembelajaran gotong royong. Anderson dan Kratwohl merevisi struktur dari taksonomi Bloom menjadi: 1. Struktur dari dimensi proses kognitif. a. Mengingat b. Mengerti c. Menerapkan d. Menganalisis e. Mengevaluasi f. Berkreasi. 2. Struktur dari dimensi Isi/Jenis Struktur dari dimensi isi / jenis dibedakan atas 4 jenis pengetahuan, yaitu : a. Pengetahuan faktual b. Pengetahuan konseptual c. Pengetahuan Prosedural d. Pengetahuan metakognitif . Slavin (2009:143) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : Pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi, jenis kelamin, dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersamasama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Pada pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber melainkan sebagai fasilitator dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan maka diperlukan suatu metode atau model pembelajaran. Menurut Zaini (2002), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini berlangsung suasana keterbukaan dan demokratis sehingga akan memberikan kesempatan optimal pada anak untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik. Terdapat beberapa pengertian mengenai pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Lie, A. (2007:12) mengemukakan bahwa Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan tipe yang paling baik bagi guru menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Slavin (2009:43) mempunyai lima tahapan, yaitu: 1. tahap penyajian materi, 2. tahap kegiatan kelompok, 3. tahap tes individu, 4. tahap perhitungan skor perkembangan individu dan 5. tahap pemberian penghargaan kelompok. Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran koopertif, guru harus menyiapkan materi yang sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Pembentukan kelompok merujuk kepada pendapat Slavin (2009:150), yaitu berdasarkan pada prestasi akademik. Selanjutnya keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian bahwa siswa dikelompokkan menjadi 45 kelompok besar dengan kriteria sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri satu atau dua orang siswa dengan kemampuan akademik tinggi, dua siswa dengan kemampuan akademik sedang dan satu siswa dengan kemampuan akademik rendah. 2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan metode kuasi eksperimen dengan disain pretes-postes. Sampel penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen pengukuran keberhasilan indikator hasil belajar dilakukan dengan bentuk tes. Bentuk soal disajikan dalam bentuk uraian. Indikator-indikator variabel keterampilan proses diuji validitas isinya dengan cara mengkonsultasikan instrumen tersebut dengan para ahli, sedangkan untuk variabel hasil belajar dilakukan validitas dan reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional, dapat dilah pada tabel berikut : Tabel Uji Signifikasi Perbedaan Dua Rata-rata Postes Kelas x S N Eksperimen Kontrol 73,60 66,65 6,785 8,774 20 20 Uji t thit P 2,80 0,008 Interpretasi Ho ditolak Dari uji perbedaan rata-rata (uji t) di atas, didapat thit dengan asumsi varians kedua kelas sama yaitu 2,80 dan nilai probabilitas atau signifikasi 0,008 nilai signifikasi ini kurang dari 0,05 atau Pvalue < 0,05. Artinya berdasarkan kriteria pengujian di atas Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Dari hasil pengolahan postes dapat ditarik ksimpulan hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil analisis data diketahui adanya pengaruh hasil belajar yang signifikan antara hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 73,60 sedangkan dengan pembelajaran konvensional 66,65. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematik siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa secara penuh aktif dalam pembelajaran, kemampuan kerjasama siswa terbangun, meningkatnya kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan menumbuhkan siswa berfikir kritis. Sementara dengan menggunakan pembelajaran konvensional siswa cenderung pasif, siswa hanya terbatas pada guru karena guru sangat mendominasi dalam proses kegiatan mengajar dan siswa menjadi tidak kreatif. Sehingga hasil belajar pada siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar kelompok. Untuk keperluan itu, guru sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi belajar yang berorientasi pada metode kerja kelompok khususnya tipe STAD (Student Team Achievement Division/Pembagian Pencapaian Tim Siswa). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya ataupun dengan guru, memudahkan pemahaman siswa, tidak ada persaingan individu dan siswa dapat lebih bebas bertanya kepada siswa lainnya sebab siswa merasa enggan bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan. Hal ini yang menyebabkan penulis menentukan hipotesis hasil belajar matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Raksanagara Cililin. Hal ini disebabkan karena selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama antara siswa dengan siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berpikir kritis. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada hasil belajar matematik siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA. Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Guru Membantu Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Mengembangkan CBSA. Bandung: Tarsito. Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Suherman (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Wijayah Kusumah. Sutrisno, L. (2008). Hasil Belajar. [Online]. Tersedia:http://smpnbilahhula.wordpress.com[ 21 Maret 2012] Suyono (2009). Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar. Tersedia: http://suyono8.com [21 Maret 2012] Wardhani, Sri, dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Depdiknas Widodo, A. 2005. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2). 61-69 Zaini, Hisyam, Bermawi Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif. Edisi Revisi. CTSD Yogyakarta.