KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI SERI KRISTEN SEJATI (BUKU PEMBINAAN LANJUTAN SETELAH KATEKISASI) Cetakan pertama, © Agustus 2015 Para Penulis: GI. Aksi Bali, GI. Alex Mirza, GI. Andrey Thunggal, GI. Benny Wijaya, GI. Franky Boentolo, GI. Fuk Sen, Pdt. Lucky Effendi, GI. Okky Chandra (nama disusun berdasarkan abjad) Editor: Bidang Pembinaan Diterbitkan oleh: Sub Bidang Pengajaran Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus KATA PENGANTAR Bersyukur kepada Tuhan atas selesainya buku “Keberanian Hidup Kristiani” yang merupakan modul ke-3 dari seri KRISTEN SEJATI. Adapun ketiga modul seri KRISTEN SEJATI adalah: 1. Modul # 1: “Keindahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik 2. Modul # 2: “Kelimpahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik, & 3. Modul # 3: “Keberanian Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik Seri KRISTEN SEJATI sesungguhnya merupakan pembinaan lanjutan bagi warga gereja setelah mengikuti KELAS PEMBINAAN DASAR KATEKISASI. Modul-modul dari SERI KRISTEN SEJATI ini disusun dengan harapan, agar setiap orang percaya bukan saja memahami dasar-dasar iman Kristen, namun mengalami pertumbuhan dalam kehidupan rohaninya. Modul # 1 “Keindahan Hidup Kristiani” bertujuan menolong dan membimbing kehidupan jemaat untuk menemukan dan mengalami keindahan-keindahan hidup sebagai seorang Kristen. Modul # 2 “Kelimpahan Hidup Kristiani”, setiap jemaat akan dituntun untuk memiliki nilai-nilai baru sebagai orang Kristen yang bertumbuh, menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan mengalami kelimpahan hidup yang sesungguhnya. Dan modul # 3 “Keberanian Hidup Kristiani”, setiap jemaat didorong untuk menyatakan integritas hidup sebagai orang kristen di tengah dunia, supaya orang yang belum percaya dapat melihat kehidupan mereka dan masih dapat percaya kepada Kristus. Modul # 3 “Keberanian Hidup Kristiani” ini terdiri dari 8 bab, antara lain: Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8 : Hidup Yang Berintegritas : Integritas Orang Kristen (1) : Integritas Orang Kristen (2) : Integritas Orang Kristen (3) : Panggilan Orang Kristen (1) : Panggilan Orang Kristen (2) : Panggilan Orang Kristen (3) : Tuhanlah Pembelaku Untuk mendapatkan hasil maksimal dari bahan ini, maka saudara diharapkan mengisi Jurnal Kehidupan setiap hari, dan mengikuti kelompok diskusi. Doa dan harapan kami, agar saudara semakin mengalami keberanian hidup Kristiani dan menjadi pelayan Tuhan yang lebih efektif. Tuhan memberkati! Salam, Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................ 3 Daftar Isi ........................................................ 5 Bab 1: Hidup yang Berintegritas ........................ 7 Bab 2: Integritas orang Kristen (1) ...................... 23 Bab 3: Integritas orang Kristen (2) ...................... 43 Bab 4: Integritas orang Kristen (3) ...................... 57 Bab 5: Panggilan orang Kristen (1) ..................... 91 Bab 6: Panggilan orang Kristen (2) ..................... 113 Bab 7: Panggilan orang Kristen (3) ..................... 131 Bab 8: TUHANLAH Pembelaku .......................... 147 Bab 1 HIDUP YANG BERINTEGRITAS Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami pengertian tentang integritas menurut terang firman Allah. 2. Menyadarkan pentingnya integritas di dalam kehidupan. 3. Mengimplementasikan integritas di dalam kehidupan sehari-hari. Satu Hidup Yang Berintegritas “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.“ ( Mazmur 24:3-4 ) M ahatma Gandhi pernah berkata, “Aku menyukai Kristusmu, namun aku tidak menyukai orang-orang Kristenmu. Orang-orang Kristenmu begitu berbeda dari Kristusmu.” Tidak dapat dipungkiri, ada orang kristen hidup dalam kemunafikan. Mereka seperti para ahli-ahli kitab dan orang Farisi pada zaman Yesus. Mereka menjadikan hukum-hukum Tuhan menjadi huruf-huruf yang mati, alih-alih menghidupkannya dalam hidup mereka. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia (Titus 1:16). Begitu juga pada zaman ini, orang-orang munafik berpikir mereka bisa mengurung Tuhan dalam tembok-tembok gereja dan hidup semaunya di luar gedung gereja, seakan-akan Tuhan tidak Mahahadir dan Mahatahu. Namun, sekalipun orang-orang munafik bisa beribadah dan melayani di gereja, tetapi mereka tidak mungkin berkenan di hadapan Tuhan. Pemazmur dalam Mazmur 24:3-4 mengatakan. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab I - Hidup Yang Berintegritas Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Jadi menurut pemazmur orang yang boleh diam di gunung Tuhan yang kudus adalah orang yang berjalan tanpa cela, melakukan apa yang benar, dan mengatakan kebenaran dalam hatinya (ayat 2). Berikut ini mari kita simak bagaimana pemazmur menggambarkan kehidupan orang tersebut. 1. Pergaulan dengan sesamanya Tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya. Lidah tidak terbuat dari besi, tetapi bisa menusuk, dan lukanya sulit untuk disembuhkan, terutama ketika menusuk dari belakang. Orang yang membicarakan keburukan orang lain di belakangnya, jika berita itu salah, maka ia telah berdosa, yaitu berkata bohong. Dan jika berita itu benar, ia tidak mempunyai kasih karena dia telah membicarakan kesalahan orang lain bukan demi kepentingan orang tersebut. Penyebar fitnah ini gemar ‘mengigit’ orang lain dengan lidahnya, dari satu kumpulan ke kumpulan lain. Jika nama baik adalah harta yang lebih berharga daripada kekayaan mana pun (Amsal 22:1), maka luka yang paling hebat yang dapat menimpa seorang manusia adalah dengan cara merusak reputasinya. Tidak berbuat jahat terhadap temannya. Orang yang mengekang lidahnya tidak akan mengijinkan tangannya melukai orang lain. Ia tidak akan merugikan pihak mana pun untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Tidak menimpakan cela kepada tetangganya. Bagian ini seperti repetisi atau ulangan terhadap gambaran yang pertama dari ayat ini. Namun lebih ditekankan dari sisi penerima berita. Seorang penadah, sama berdosanya dengan si pencuri. Telinga yang suka mendengar gosip, sama buruknya dengan lidah si penyebar gosip. Tidak ada pendengar, maka gosip padam. Kata ‘menimpakan’ mengandung konotasi seperti ‘mengobarkan’. “ Ketika berita buruk tersebar mengenai seseorang, kita bisa memadamkan- nya, atau memilih untuk meneruskan.” Jika kita meneruskannya, itu berarti kita ‘mengobarkan’ berita itu atau menimpakan cela kepada tetangga kita. Telinga anak-anak Tuhan jangan terlalu ringan untuk mendengar atau mempercayai rumor yang didengar tanpa bukti-bukti yang kuat. 2. Mata hatinya Memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan Tuhan. Mata hatinya menilai orang lain bukan berdasarkan jabatan atau harta. Ia memberikan hormat hanya kepada mereka yang patut mendapatkannya, yaitu orang-orang yang takut akan Tuhan. Memandang hina orang fasik, bukan berarti kita memiliki hati yang penuh penghakiman dan memaki-maki orang fasik. Bagian ini berbicara tentang sikap hati kita, kepada siapa seharusnya kita memberikan hormat kita. Jika orang fasik 10 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 11 memegang otoritas tertentu, memandang hina bukan berarti kita menolak mentaati aturan yang berlaku, tetapi juga pada saat yang bersamaan kita harus berhati-hati terhadap bahaya menyanjung atau menjilat orang fasik dan jangan memberikan diri kita menjadi sekutunya. Di sisi lain, orang-orang yang takut akan Tuhan, sekalipun berada di dalam kemalangan dan penderitaan, sekalipun bertentangan pendapat dengan kita, kita tetap harus memberikan penghormatan kepada mereka. 3. Ucapannya Berpegang pada sumpah, walaupun rugi. Ia lebih baik merugi daripada harus melanggar ucapannya sendiri. Sumpah di sini meliputi segala ucapan dan tekad di dalam hati kita. Jika seseorang tetap memegang janjinya selama itu mendatangkan keuntungan baginya, ini tidak membuktikan integritas atau kesetiaannya. Betapa sering kita mendengar orang berdalih bahwa mereka terpaksa melanggar janjinya, supaya terhindar dari kerugian. Begitu juga di dalam lembaga perkawinan, satu pasangan dengan lantang membuat janji setia sampai kematian memisahkan mereka. Tetapi begitu melihat realita perkawinan yang tidak selalu sesuai dengan keinginan masing-masing, maka mereka memilih untuk melanggar janji daripada mengerjakan perkawinan mereka. Roy Pritchard, pendeta senior dari Illinois, suatu kali bercerita tentang seorang kawannya yang tahun-tahun kebahagian perkawinannya dirampas ketika isterinya terkena penyakit Alzheimer, isterinya tidak bisa makan sendiri dan bicara nya melantur. Penyakit ini tidak mungkin disembuhkan. Pria ini adalah seorang yang sukses dan sering berkeliling dunia untuk pertemuan-pertemuan bisnisnya. Ia adalah salah seorang paling terpandang di bidangnya. Dan ketika Ray bertanya kepadanya mengapa ia tetap setia dalam pernikahannya, ia menjawab, “… Bertahun-tahun yang lalu ketika saya bersumpah untuk setia kepada istri saya, saya tidak tahu bahwa ia akan mengidap penyakit ini. Namun ia juga membuat janji yang sama kepada saya. Bisa saja saya yang terkena penyakit itu dan bukannya dia. Istri saya memberi semampunya demi pernikahan kami. Walaupun sekarang hampir tidak mengenali saya, kami masih terikat dalam pernikahan. Saya telah berjanji kepadanya, dan saya akan memegang janji itu.” Inilah contoh orang yang memegang sumpah sekalipun menurut pandangan dunia ini terlihat rugi. “ Dunia kita penuh dengan orang-orang yang lidahnya terampil berkelit. Seorang yang melanggar ucapannya demi meraup keuntungan sebetulnya sedang kehilangan sesuatu yang lebih berharga, yaitu kehormatan dirinya sendiri. “ 4. Sikap hatinya terhadap uang Tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba. Meminjamkan uang dengan makan riba adalah praktek terlarang di tengah bangsa Israel. Tukang riba memanfaatkan situasi darurat orang yang lebih miskin untuk mengeruk keuntungan dan memperkaya diri. Adalah hal yang aneh dan memalukan di saat semua orang harus memeras keringat dan membanting tulang bekerja, orang-orang ini duduk nyaman dan memperoleh kekayaan lewat kerja orang lain. Karena itulah hukum Perjanjian Lama 12 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 13 melarang praktek riba. Inti dari perintah ini adalah seseorang tidak boleh menekan sesamanya yang miskin, di saat mereka seharusnya menerima simpati dan belas kasihan. Semua transaksi di mana satu pihak mendapat keuntungan lewat kerugian pihak yang lain, apa pun istilahnya, adalah sebuah tindakan yang patut dikecam. Pendeknya, kita perlu mengukir perintah Kristus dalam hati kita, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12) Tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Pengadilan adalah tempat di mana seharusnya kebenaran berdiri tegak dan kejahatan tertunduk malu. Namun berapa banyak orang yang terlibat di sana, menggunakan tempat ini untuk berbisnis, semata-mata untuk mengeruk keuntungan pribadi. Kebenaran dibekap oleh kerakusan. Tetapi prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan pribadi setiap kali kita menerima sesuatu demi membela pihak yang salah dan membengkokkan kebenaran. Ketika ada perselisihan yang melibatkan dua pihak, kita harus membela yang benar, bukan yang lebih menguntungkan kita. Bukankah ini yang biasa dilakukan para penjilat: mereka terus memberikan persetujuan demi persahabatan atau relasi dengan pihak tertentu, bahkan ketika mereka seharusnya mengkoreksi atau menegur. Intinya, dalam sebuah konflik, kita harus memberikan pendapat yang objektif dan membuang semua kepentingan pribadi yang mungkin terselip. Jangan pernah jadikan uang sebagai alat untuk memberi penghakiman atau penilaian. Rangkuman Ada dua hukum yang berlaku dalam kehidupan orang yang berintegritas. Pertama, ia meletakkan kebenaran Tuhan di atas segala sesuatu, termasuk keuntungan diri. Hatinya tidak tertawan oleh pesona dunia, baik itu uang, reputasi, seks, atau kekuasaan. Karena itu dalam setiap situasi, tidak ada tawaran apa pun yang cukup menggiurkan untuk membuat ia menilai sesuatu dengan kabur atau bengkok. Mata hatinya selalu jernih dan ia bertindak sesuai dengan nurani yang bersih. Kedua, ia mengasihi sesamanya seperti ia mengasihi diri sendiri. Karena itu, ia tidak melihat sesamanya sebagai sumber rejeki. Ia tidak mengatakan sesuatu di depan temannya dan mengatakan yang lain di belakangnya. Ia lebih memilih menegur kesalahan daripada mengumbar kisah buruk seseorang. Ia memberi upah yang pantas kepada bawahannya. Dunia mengajarkan kita untuk bertanya, “Jika aku melakukan ini, apa untungnya bagiku?” Tapi orang yang berintegritas bertanya, “Apakah ini benar di mata Tuhan? Apakah ini mendatangkan kebaikan bagi sesamaku.” Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. (Mazmur 15:5c) Orang-orang munafik boleh saja makmur hidupnya. Tetapi hidupnya tidak tenang karena kuatir suatu kali rekam jejaknya terkuak. Tidurnya tidak nyenyak. Kerakusan membuatnya selalu harus berpikir bagaimana ia memperkaya diri dan memenuhi terus nafsu pribadinya. Ia tidak pernah merasa cukup dan damai sejahtera tidak ada di dalam hatinya. Orang-orang munafik mungkin saja dikelilingi oleh banyak orang. Tetapi 14 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 15 ia tahu bahwa orang-orang di sekitarnya hanya menginginkan keuntungan darinya, tidak ada kawan sejati. Tidak demikian dengan orang yang berintegritas. Mulutnya tidak pernah bertentangan dengan tingkah lakunya. Sekalipun orang memfitnah dia, dia akan tetap tenang karena hati nuraninya tidak turut menuduh dia. Tuhan adalah Hakim sepanjang hidupnya di dunia dan Tuhan akan menjadi perhentian terakhirnya. Dia tidak akan goyah selama-lamanya. Maukah kita menjadi orang yang dikenan Tuhan? Menjadi orang yang bukan hanya bersih dalam apa yang kita katakan, tetapi terutama dalam apa yang kita lakukan. Bukan hanya di gereja, tetapi bahkan di tempat-tempat di mana tidak ada orang lain yang memperhatikan kita. [OC] JURNAL KEHIDUPAN Hari ke-1: Koreksi Hati Satu-satunya jalan menjadi kudus adalah dengan menyadari bahwa kita pendosa. Satu-satunya jalan menuju kekudusan adalah dengan mengakui kegagalan dan kelemahan kita. Di satu sisi, Mazmur 15 memberi kita penghiburan bahwa Allah tidak pernah salah dalam menilai manusia. Ia tidak silau harta. Ia bahkan tidak silau reputasi rohani. Namun di sisi lain, hal ini adalah kebenaran yang menggentarkan. Jika Ia menyelidiki hati dan hidup kita, mencermati tangan kita, adakah Ia senang karena mendapati kita menjadikan Dia yang utama? Hari ini, ingatlah akan dosa-dosa tersembunyi yang pernah dan mungkin sedang anda lakukan. Bergantunglah lagi pada kekuatan anugerah Tuhan. Pikirkan kehadiran-Nya sepanjang hari ini. 16 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 17 Hari ke-2: Pergaulan Coba ingat-ingat bagaimana anda pernah disakiti atau menyakiti teman-teman di sekitar anda. Hari ini, amati bagaimana cara Anda dan orang-orang di sekitar anda bergaul. Apa yang menjadi bahan pembicaraan? Apa yang biasanya menjadi reaksi spontan anda ketika mendengar gosip tentang teman anda atau siapa pun? Apakah ada teman yang membutuhkan terguran atau nasehat anda? Jika ada, pikirkan cara dan waktu yang tepat. Biarkan Roh Kudus mengingatkan anda dalam cara anda berbicara, cara anda berperilaku, dan cara anda mendengar sepanjang hari ini. Hari ke-3: Mata Hati Pikirkan orang-orang yang ada di sekitar anda. Mungkin ada orang-orang yang takut akan Tuhan tetapi kadang bertentangan pendapat dengan anda atau dalam situasi yang sulit. Apa yang kira-kira dapat anda lakukan untuk menunjukkan hormat atau perhatian anda kepada dia? Pikirkan juga kategori orang-orang fasik yang kadang terpaksa anda ‘hormati’ karena posisi mereka. Apakah anda sudah memberikan sikap yang tepat kepada mereka? 18 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 19 Hari ke-4: Ucapan Pagi ini coba ingat kembali janji-janji yang pernah anda ucapkan. Bisa kepada orang tua, pasangan, anak, rekan kerja, atau teman anda. Bahkan juga tekad-tekad diri yang pernah anda utarakan dalam hati atau doa-doa anda. Apakah ada yang lalai anda tepati? Ambil satu terlebih dahulu yang paling mendesak. Sebetulnya apa yang menjadi rintangan? Apa yang dapat anda lakukan untuk memenuhi janji atau tekad tersebut? Sepanjang hari ini perhatikan dengan seksama bagaimana ucapan bibir anda selaras dengan tindak tanduk anda. Hari ke-5: Dunia Kerja Renungkan, apakah ada orang-orang yang lebih sulit secara keuangan dan meminta pertolongan anda. Jika salah satu sumber pendapatan orang tersebut berada di tangan anda, apakah anda sudah memperlakukan dia dengan pantas? atau jika anda bekerja, apakah anda sudah memberikan hak perusahaan anda, yaitu hasil dan cara kerja yang terbaik? Bagaimana cara anda mengatur waktu anda di tempat kerja? Apakah ada kebiasaan-kebiasaan anda yang sejatinya merugikan tempat anda bekerja? 20 Bab I - Hidup Yang Berintegritas Bab I - Hidup Yang Berintegritas 21 Hari ke-6: Komitmen Renungkanlah sejenak kehidupan anda sendiri. Dalam 5 hari terakhir, hal-hal apa saja yang menjadi rintangan bagi anda untuk hidup berintegritas di hadapan Tuhan? Jika ada seseorang yang mengatakan anda ‘munafik’, kira-kira apa yang menjadi keberatan dia atas hidup anda? Berdoalah demikian: “Tuhan, aku ingin hidupku berpadanan dengan kehidupan Kristus. Dalam semua kelemahanku, bantulah aku untuk tidak menjadi orang munafik dan menyangkali-Mu. Kuatkan dan teguhkan hatiku, karena Engkau adalah Hakim satusatunya dalam hidupku. Kiranya Tuhan dimuliakan melalui ucapan dan tindak tandukku. Amin.” Bab 2 INTEGRITAS ORANG KRISTEN (1) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami tentang kasih, sukacita dan damai sejahtera menurut terang firman Tuhan. 2. Memaknai kasih, sukacita dan damai sejahtera terkait dengan keberanian keyakinan orang Kristen. 3. Mengimplementasikan kasih, sukacita dan damai sejahteradi dalam kehidupan sehari-hari. Dua Integritas Orang Kristen (1) [Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera] “ Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.“ ( 1 Korintus 13:13 ) Pendahuluan Kasih, sukacita dan damai sejahtera merupakan tiga hal penting dan bahkan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan orang Kristen. Ketiga sifat di atas merupakan sesuatu yang melekat dalam karakter Allah Tritunggal yang kita sembah. Hubungan antar ketiga pribadi Allah Tritunggal pada dasarnya diikat oleh kasih. Oleh sebab itu dengan sangat baik Donald G. Bloesch menggambarkan Allah sebagai Allah yang hidup dan mencintai (a living and loving God). Bahkan Alkitab secara eksplisit mengatakan bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Demikian juga dengan sukacita harus menjadi bagian yang nyata dalam kehidupan orang Kristen. Allah adalah sumber sukacita. Donald G. Bloesch, God The Almighty: Power, Wisdom, Holiness, Love (Downers Grove: InterVarsity Press, 1995), 185 24 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab II - integritas orang kristen (1) 25 Dalam banyak bagian Alkitab, Allah memerintahkan kepada kita untuk bersukacita. Damai sejahtera tidak dapat dipungkiri lagi merupakan salah satu keunikan dalam kekristenan. Salah satu sebutan untuk Mesias adalah Raja Damai (Yesaya 9:5). Dengan demikian kasih, sukcita dan damai sejahtera merupakan karakter orang Kristen yang seharusnya terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Tukar Pikiran Sebelum lebih jauh masuk ke dalam pembahasan kita, marilah kita merenungkan pertanyaan-pertanyaan reflektif berikut ini: 1. Seberapa penting kasih dalam hidup saudara? Sudahkah kasih menjadi karakter dalam hidup saudara? Kendala apa yang dihadapi dalam mempraktekkan kasih dalam hidup saudara? 2. Menurut saudara, apakah saudara merupakan orang yang memiliki sukacita dalam hidup? Selama ini apa yang membuat saudara bersukacita dalam hidup? 26 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 27 3. Apakah hidup saudara saat ini dipenuhi oleh damai sejahtera? Apa yang seringkali merampas damai sejahtera saudara? Bagaimana saudara memperoleh damai sejahtera dalam hidup? Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera sebagai Buah Roh Kasih, sukacita dan damai sejahtera adalah tiga dari sembilan buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-23, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Bagian ini disampaikan oleh Rasul Paulus dalam konteks untuk menunjukkan perbedaan yang harus terlihat antara orang Kristen yang sudah hidup dalam Kristus dan dikuasai oleh Roh dengan orang di luar Kristus yang masih hidup dalam daging. Rasul Paulus memberi kontras antara orang yang hidup menurut daging dengan orang yang hidup menurut Roh. Dalam ayat 19-21 rasul Paulus memaparkan perbuatan-perbuatan yang lahir dari daging sebagai, “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” Kemudian mengkontraskannya dengan perbuatan yang lahir dari Roh di ayat 22-23. Dengan demikian, orang Kristen sebagai milik Kristus yang telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya dan telah hidup dan dipimpin oleh Roh (ayat 24-25) sepatutnya menghasilkan buah Roh sebagai manifestasi Roh itu sendiri dalam hidup kita. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita memiliki buah Roh itu dalam hidup kita? Atau lebih lanjut adalah, sudahkah buah Roh itu terintegrasi dalam hidup kita sehari-hari? Untuk itu dalam pembahasan ini, kita akan fokus bagaimana buah Roh itu (secara khusus kasih, sukacita, damai sejahtera) menjadi bagian yang terintegrasi dalam hidup kita sehari-hari. Kasih sebagai Karakter Seorang pengarang lagu bernama F.M. Lehman mencoba melukiskan Kasih Allah dalam lagu yang berjudul ”Kasih Allah”. Sepenggal dari syair lagu tersebut berbunyi: ”walau lautan dijadikan tinta, langit dijadikan kertas, tiap pohon jadi 28 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 29 pena dan tiap orang penulisnya, tak mungkin akan menuliskan kasih Allah yang besar.” Kasih Allah memang tidak bisa diselami. Tidak ada penyelam yang sangat hebat yang dapat menyelami kasih Allah. Tidak ada kata dan bahasa di dunia yang mampu mendefinisikan Kasih Allah dengan sempurna. Mulai dari bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sampai bahasa Mandarin tidak ada yang mampu menguraikan Kasih Allah dengan sempurna. Kasih Allah tidak akan habis untuk diceritakan dengan metode cerita apa pun. Baik melalui cerita drama, apalagi cerita sinetron pasti sampai ribuan episode dan mungkin tidak akan ada ending-nya. Kasih Allah juga tidak dapat dirumuskan dengan rumus apa pun. Mulai dari rumus matematika, rumus fisika, rumus kimia, sampai rumus cinta yang suka dibuat-buat oleh anak-anak muda zaman sekarang. Kasih Allah tidak dapat mengalami krisis seperti krisis keuangan, ekonomi, politik, kepemimpinan, dsb. Kasih Alah juga harganya tidak bisa naik turun seperti harga sembako dan BBM. Intinya Kasih Allah memang tidak dapat dipahami. Namun, Kasih Allah yang tak terselami itu tidak hanya diawang-awang, sebaliknya mendarat, membumi, dan dirasakan secara nyata oleh manusia karena Allah dengan nyata mewujudkan Kasih-Nya kepada manusia. Sebagaimana Kasih Allah tidak mengawangawang, demikian jugalah seharusnya kasih kita sebagai orang Kristen, tidak hanya sebatas perasaan-perasaan kasih tetapi perbuatan-perbuatan kasih. Dengan kata lain, kasih itu harus menjadi karakter yang melekat dalam diri orang Kristen. Orang Kristen tidak cukup hanya mengatakan “aku mengasihi Tuhan” atau “aku mengasihi sesama”, namun bagaimana wujud mengasihi Tuhan dan sesama itu adalah kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan kasih dalam hidup kita, ada dua pelajaran yang harus kita ikuti dari teladan Kasih Allah kita, yaitu : 1. Kasih yang mengorbankan diri Kalau Alkitab hanya mengatakan bahwa Allah begitu mengasihi dunia, itu tidak terlalu istimewa dan menghebohkan sejarah dunia. Tetapi karena Alkitab melanjutkan bahwa karena Kasih-Nya itu Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, itu mengubah sejarah kehidupan manusia sehingga dibicarakan di sepanjang zaman. Kalau kasih manusia menguntungkan diri, sebaliknya Kasih Allah mengorbankan diri. Oleh karena itu untuk menjadikan kasih sebagai karakter, kita harus belajar berkorban bagi Tuhan dan sesama. Kita perlu belajar berkorban untuk orang lain, bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan diri sendiri. 2. Kasih yang aktif Allah tidak hanya berhenti pada perasaan kasih kepada manusia, tetapi diteruskan dengan tindakan aktif dan positif, bukan seperti kasih manusia yang apatis dan manipulatif. Kasih manusia acapkali hanya sebatas perasaan, tidak berbuah pada tindakan aktif. Manusia cenderung hanya ingin menerima kasih tetapi tidak mau membagikan kasih. Kita dengan mudah jatuh belas kasihan kepada orang lain, tetapi sulit melakukan tindakan kasih. Bukankah kita sering mendengar orang berkata, bagaiamana aku bisa mengasihi dia sementara dia 30 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 31 tidak mengasihiku. Sebagai orang Kristen kasih harus mulai dari diri kita. Sebagai orang yang telah hidup dan dipimpin oleh Roh, kita harus secara aktif melakukan perbuatan kasih kepada orang lain, bahkan kepada orang yang tidak menunjukkan kasih kepada kita. Rahasia Sukacita Kristen Suatu ketika Mother Theresa ditanya sebuah pertanyaan, “Apa syarat bagi yang ingin bekerjasama dengannya di jalan-jalan yang kumuh dan sepi di Kalkuta?” Maka Mother Theresa menjawab, “Keinginan untuk bekerja keras dan sikap yang diwarnai sukacita.” Hal ini menunjukkan bahwa sukacita merupakan rahasia besar bagi orang Kristen untuk hidup melayani Allah dan sesama. Namun, faktanya banyak orang Kristen yang kehilangan sukacita dalam hidupnya. Salah satu yang membuat kita kehilangan sukacita adalah keadaan yang kita alami atau keadaan disekitar kita. Ketika hidup kita lancar dan tanpa masalah, mungkin kita dengan mudah bersukacita, tetapi ketika keadaan tidak lancar, ada masalah ekonomi, sakit, dsb., apakah kita masih tetap bersukacita? Orang Kristen memiliki sumber atau alasan bersukacita yang harus berbeda dengan sumber atau alasan sukacita dunia ini. Pada umumnya prinsip dunia adalah, “saya bersukacita karena...” (karena banyak uang, harta, rumah, naik jabatan, dst.), sementara prinsip Kristen harusnya, “saya bersukacita meskipun...” (meskipun tidak punya uang, keadaan sulit, sakit, ada masalah, dst.). Jika orang dunia berkata, “kalau saja saya disembuhkan, punya uang banyak, saya pasti akan bersukacita”; Sepatutnya orang Kristen berkata, “walaupun saya tidak sembuh, tidak punya banyak uang, saya tetap bersukacita.” Hal ini bisa terjadi karena sumber sukacita orang Kristen bukan berdasarkan keadaan yang terjadi di luar dirinya, tetapi karena apa yang dialami di dalam hidupnya, yaitu karya Roh Kudus yang ada dan bekerja dalam diri orang Kristen. Dalam Katekismus Westminster, tujuan penciptaan atau tujuan tertinggi dalam hidup manusia adalah untuk menikmati Allah dan memuliakan Dia selama-lamanya. Roh Kudus yang ada dalam diri orang Kristenlah yang memampukannya dapat menikmati Allah dan sebagai salah satu dampak ketika seseorang dapat menikmati Allah adalah ketika hidupnya dipenuhi dengan sukacita. Dengan demikian, ketika dunia mencoba mencari sukacita dengan melakukan gaya hidup yang cenderung kepada hedonisme dan semakin menjauh dari Allah, justru orang Kristen dapat menemukannya dengan semakin mendekat kepada Allah dan menikmati-Nya. Pertanyaannya adalah, apakah yang menentukan dan yang menjadi sumber sukacita saudara saat ini? Damai Sejahtera sebagai Anugerah Menurut Kompas Cyber Media 15 Februari 2004, ada sebuah perusahaan mainan raksasa Jepang, Takara, memperkenalkan mesin baru yang dapat membantu anda bermimpi indah, nama mesin itu “Yumemi-Kobo”, dilengkapi wewangian, musik lembut, lampu dan perekam suara, yang bisa membantu orang mendapatkan mimpi indah dalam tidurnya. Takara Co. menjual alat ini di Jepang pada Mei 2004, seharga 14.800 yen (sekitar Rp 1,2 juta). Mereka 32 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 33 berharap dapat menjual 300.000 unit pada tahun pertama. Mesin unik ini dikembangkan bekerja sama dengan para ahli kejiwaan, yang membantu memilih wewangian khusus yang dipercaya dapat membuat orang tenang, santai, dan tidur nyenyak. Namun apakah mesin tersebut sungguh dapat memberi damai sejahtera bagi masyarakat Jepang yang tingkat bunuh dirinya cukup tinggi itu? Salah satu pencarian terbesar manusia di dunia ini adalah DAMAI. Namun, semakin dicari, damai semakin tidak ditemukan. Semakin hilang entah ke mana. Lihat saja dunia kita, tidak pernah lepas dari perang dan pertikaian. Mulai dari perang antar bangsa, perang antar suku dan golongan, perang antar agama, perang antar perusahaan, perang antar saudara, perang antar suami istri, dan perang lainnya. Tidak terkecuali di gereja juga ada banyak “perang”. Model perangnya pun berbeda-beda, ada yang pakai senjata ada pula yang pakai kata-kata. Motifnya pun beraneka ragam. Mulai dari motif untuk kepentingan bangsa, golongan, perusahaan, gereja, sampai motif untuk kepentingan ego (diri sendiri), dan yang lebih celaka lagi ada pula yang purapura berkepentingan atau sok berkepentingan. Ada banyak usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencari dan memiliki damai dalam hidupnya. Ada yang mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, karena dia berpikir bahwa uanglah yang akan memberi kedamaian di dalam hidupnya. Pada tahun 1923, delapan orang terkaya di dunia mengadakan pertemuan di sebuah hotel di Chicago. Jika uang yang mereka miliki digabungkan menjadi satu, maka, jumlahnya akan melebihi jumlah uang milik siapa pun juga di muka bumi ini pada waktu itu. Tetapi akhir hidup kedelapan orang ini sangat mengenaskan, bahkan 3 orang di antaranya mati bunuh diri, yaitu Jesse Livermore, pialang saham yang terhebat di Wall Street; Ivan Krueger, penguasa monopoli dagang terbesar di dunia; Leon Fraser, presiden Bank International Settlement. Ternyata uang tidak bisa memberi kedamaian. Ada juga yang mencari kedamaian lewat kedudukan, kekuasaan dan ketenaran. ADOLF HITLER (1889-1945), penguasa kejam yang akhirnya bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri. KURT COBAIN (1967-1994), penyanyi terkenal yang mati bunuh diri dengan menelan 50 butir pil painkiller pada tgl. 4 Maret 1994. Kedudukan, kekuasaan dan ketenaran pun tidak memberi kedamaian. Cara lain yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan damai adalah dengan kenikmatan dunia ini. Ada yang lari ke narkoba dan seks bebas. Namun semakin orang melakukan hal ini, sebenarnya mereka semakin kehilangan damai sejahtera dalam hidup mereka. Kalau ini semua tidak bisa memberi damai di dalam hidup kita, lalu bagaimana kita dapat memiliki damai yang sejati itu? Sama seperti sukacita, damai sejahtera bukanlah sesuatu yang dapat dicari oleh manusia. Damai sejahtera merupakan buah dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang Kristen. Atau dengan kata lain, damai sejahtera merupakan anugerah Allah atau pemberian dari Allah kepada manusia yang tidak dapat menemukan damai sejahtera yang sejati dalam keberdosaannya. Dengan demikian, orang Kristen yang berintegritas adalah orang Kristen yang menyadari bahwa damai sejahtera merupakan anugerah Allah dalam 34 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 35 hidupnya, kemudian meresponinya dengan menerimanya dan seterusnya membagikan damai sejahtera itu kepada orang lain. Artinya, orang Kristen yang berintegritas adalah orang Kristen yang mampu menjadi agen damai sejahtera atau pembawa damai atau pencipta damai. Maka kehadiran orang Kristen di mana pun harus dapat menciptakan damai sejahtera. Pertanyaan yang harus kita renungkan adalah, apakah kehadiran kita di tengah-tengah orang lain atau masyarakat membawa damai atau sebaliknya membawa keresahan dan kegelisahan? Kesimpulan Kasih, sukacita, damai sejahtera merupakan cerminan kehidupan orang Kristen sebagai milik Kristus yang hidup dan dipimpin oleh Roh. Tanpa Roh dalam diri seseorang, mustahil dapat memancarkan kasih, sukacita dan damai sejahtera dalam hidupnya. Oleh sebab itu integritas Kristen salah satu dapat terlihat dari cara hidup yang diwarnai dengan kasih, sukacita dan damai sejahtera. [AB] JURNAL KEHIDUPAN Hari ke-1: Mengakui keterbatasan sebagai langkah awal mengasihi Pikirkanlah hal-hal apa yang selama ini membuat saudara sulit untuk mengasihi? Adakah kepahitan masa lalu yang membebani saudara sehingga sulit mengasihi? Atau adakah dendam yang masih tersimpan terhadap orang lain? Atau apa pun yang saudara pikirkan, tuliskanlah dengan jujur sebagai langkah awal untuk mengasihi. 36 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 37 Hari ke-2: Belajar mempraktekkan kasih Hari ini saudara mendapatkan sebuah tantangan untuk belajar mempraktekkan kasih. Buatlah sebuah rencana hari ini untuk mempraktekkan kasih. Pertama, pikirkan satu atau dua nama yang selama ini sulit anda kasihi atau jarang menunjukkan tindakan mengasihi kepadanya. Kemudian pikirkanlah satu tindakan yang dapat kamu lakukan kepadanya sebagai wujud kasih. Hari ke-3: Mengenali hambatan bersukacita Tanpa bermaksud untuk fokus terhadap masalah, namun untuk mendeteksi, pikirkanlah hal-hal apa yang selama ini sangat mudah membuat saudara tidak bisa bersukacita? 38 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 39 Hari ke-4: Mengenali hambatan bersukacita Pikirkanlah pergumulan-pergumulan yang sedang saudara hadapi saat ini dan kemudian renungkanlah hal baik dan positif dari pergumulan saudara untuk tetap bersukacita. Renungkan apa rencana Tuhan dibalik pergumulan saudara yang mungkin belum dapat terlihat saat ini. Gumulkan dalam doa di hadapan Tuhan. Hari ke-5: Sudahkah Saudara berada di jalur yang benar? Apakah yang membuat saudara merasa damai sejahtera selama ini? Apakah uang, materi, kenyamanan hidup? Atau bagaimanakah cara yang saudara tempuh untuk memperoleh damai sejahtera? Akuilah dengan jujur di hadapan Tuhan sebagai langkah awal untuk kembali ke jalur yang benar. 40 Bab II - integritas orang kristen (1) Bab II - integritas orang kristen (1) 41 Hari ke-6: Menjadi pembawa damai Mungkin saudara sedang mengetahui ada dua pihak yang lagi bermusuhan atau memiliki hubungan yang tidak harmonis? Atau mungkin saudara sendiri sedang berada dalam satu hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain? Pikirkan dan renungkan langkah apa yang saudara bisa lakukan untuk memperbaiki hubungan-hubungan tersebut sehingga kembali harmonis dan tercipta damai sejahtera. Bab 3 INTEGRITAS ORANG KRISTEN (2) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami tentang kesabaran, kemurahan dan kebaikan menurut terang firman Tuhan. 2. Memaknai kesabaran, kemurahan dan kebaikan terkait dengan keberanian keyakinan orang Kristen. 3. Mengimplementaskan kesabaran, kemurahan dan kebaikan di dalam kehidupan sehari-hari. Tiga Integritas Orang Kristen (2) [Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan] “ Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu “ ( Gal. 5:22-23 ) P endahuluan Pada penghujung tahun 1999, seluruh penduduk Amerika berpartisipasi di dalam sebuah jajak pendapat bertajuk The Most Admired Person of The Century (Orang Paling Dikagumi Abad ini). Uniknya, yang terpilih bukanlah seorang pemimpin bangsa yang karismatik layaknya John F. Kennedy, presiden Amerika yang tersohor itu. Yang terpilih bukan juga seorang ilmuwan yang jenius layaknya Albert Enstein. Bukan juga seorang artis fenomenal yang memikat hati banyak orang layaknya Elvis Presley. Yang terpilih justru adalah seorang biarawati yang secara penampilan sepertinya jauh dari kesan memikat; secara intelektual tidak juga menonjol, apalagi jauh dari kesan karimatis. Biarawati yang terpilih sebagai orang yang paling dikagumi tersebut, dikenal oleh banyak orang dengan sebutan Mother Teresa. Beliau adalah seorang misionari yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menolong orang-orang India di Kalkuta, yakni mereka yang 44 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab III - integritas orang kristen (2) 45 tersisihkan akibat penyakit, kemiskinan, maupun masalah sosial. Pada tahun 1950, ia mendirikan sebuah organisasi non-profit bernama The Missionaries of Charity, di mana pada tahun 2012 telah beranggotakan 4500 biarawati dan telah tersebar di 133 negara. Organisasi ini memberikan pelayanan perawatan bagi para penderita HIV/AIDS, lepra, tuberkolosis, dan penyakit lainnya. Selain itu organisasi ini juga melayani para gelandangan, yatim piatu, juga pendidikan bagi mereka. Pada tahun 1979, Mother Teresa meraih hadiah Nobel Peace Prize atas kontribusinya dalam bidang kemanusiaan. Meski ia menutup usianya di tahun 1997, namun nama seorang Mother Teresa agaknya akan terus dikenang oleh orang-orang India, bahkan seluruh dunia hingga saat ini. Mother Teresa adalah satu dari sekian banyak contoh di mana kualitas kebaikan hati seseorang dapat “mengalahkan” faktor-faktor seperti kekayaan, kesuksesan, kerupawanan, ketenaran, kepandaian, bahkan segala sesuatu yang kerap dielu-elukan oleh dunia saat ini. Marilah realistis, bukankah kita berhadapan dengan filosofi dunia yang kerap mengagung-agungkan faktor-faktor tersebut? Yang dipandang adalah seberapa banyak seseorang bisa mengumpulkan kekayaan, seberapa tinggi seseorang bisa dipandang berdasarkan jabatannya, juga seberapa bahagia seseorang bisa menikmati apa yang ditawarkan oleh dunia saat ini. Mirisnya adalah, tidak sedikit orang yang menyebut dirinya Kristen malah terjebak di dalam filosofi hidup yang sama. Mereka lupa bahwa menjadi seorang Kristen, adalah menjadi seorang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus. Secara khusus dalam bagian ini, yakni menjadi seorang yang hidupnya menghasilkan buah, yang nampak pada kualitas kesabaran, kemurahan, serta kebaikan. Kesabaran Di dalam bahasa aslinya, kata “kesabaran” dalam tulisan Paulus ini menggunakan sebuah istilah Yunani, “makrothumia.” Kata ini dapat diterjemahkan secara harafiah sebagai kesabaran, daya tahan, konsistensi, serta kesetiaan. Atau dalam bahasa Inggrisnya, sering diterjemahkan dalam dua istilah, yakni patience dan longsuffering. Dalam Perjanjian Baru, kata ini dipakai untuk menggambarkan karakter Allah maupun Yesus Kristus, yang sabar terhadap kelemahan maupun kegagalan manusia. Selain itu, kata ini juga dipakai untuk menggambarkan atribut orang Kristen yang harusnya sabar di tengah kecenderungan potensi amarah yang meluap-luap. Istilah ini juga seringkali dihubungkan dengan kualitas kasih yang seharusnya ditampakkan oleh seorang Kristen (bandingkan 2 Korintus 6:6; Efesus 4:2; Kolose 1:11; 3:12; 1 Tesalonika 5:14; 2 Timotius 3:10). Di dalam sebuah perumpamaan tentang pengampunan, Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh mengenai kesabaran ini secara tersirat dalam Matius 18:23-27 : “Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena 46 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab III - integritas orang kristen (2) 47 orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya : Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya”. Di dalam perumpamaan tersebut, sang hamba memohonkan belas kasihan dari sang raja dengan berkata “sabarlah.” Hal ini menunjukkan bahwa sang hamba memohon kesabaran dari sang raja untuk sedikit memberikan toleransi berkenaan dengan kesalahan yang diperbuatnya. Perlu diingat bahwa dalam hal ini bukan berarti sang raja mentolerir kesalahan sang hamba, melainkan sang raja memberikan belas kasihannya kepada sang hamba. Ia tdak dengan murka, juga tidak dengan membabi-buta menghukum sang hamba. Kesabaran dan belas kasihan sang raja ini juga menggambarkan kesabaran Allah kepada kita yang tentu saja begitu melimpah. Di tengah keberdosaan, kelemahan, juga kelalaian kita, Allah tetap menyatakan kesabaran-Nya. Demikianlah kita sebagai orang Kristen harus memiliki kualitas kesabaran terhadap sesama kita. Tentu saja dalam hal ini kesabaran berkaitan erat dengan kualitas kasih sebagaimana Allah mengasihi kita. Jikalau Allah saja sabar terhadap kita, mengapa kita malah tidak sabar terhadap sesama kita? Cetak miring adalah penekanan oleh penulis Jangan biarkan emosi menguasai kita, lantas kita kehilangan kendali. Jangan lupa bahwa dalam perumpamaan itu pun sang raja menuntut sang hamba untuk bersabar, bahkan mengampuni temannya yang juga berhutang. Demikianlah Allah menuntut kita untuk menyatakan kesabaran dan belas kasih kepada orang lain. Kemurahan dan Kebaikan Di dalam bahasa aslinya, istilah “kemurahan” dalam bagian ini menggunakan istilah “khrestotes.” Sementara itu istilah “kebaikan” dalam bagian ini menggunakan istilah “agathosune.” Kedua kata ini sebenarnya memiliki makna yang setara, yang dapat diartikan secara harafiah sebagai kebaikan, kemurahan, bahkan kesempurnaan. Di dalam tata bahasa yang Paulus gunakan, kata khrestotes ditempatkan tepat di tengah-tengah sembilan karakter buah Roh. Menariknya, Paulus sengaja menempatkan istilah khrestotes ini sebelum istilah agathosune untuk menunjukkan kesamaan makna antara keduanya. Sementara itu kata khrestotes yang sama ditempatkan sebelum makrothumia (kesabaran) untuk menunjukkan bahwa kemurahan (khrestotes) akan dinyatakan melalui kesabaran (makrothumia). Hal ini menunjukkan penekanan Paulus akan istilah ini, yakni kemurahan dan kebaikan sebagai karakter utama orang Kristen yang dipimpin oleh Roh. Kemurahan dan kebaikan itulah yang dinyatakan di dalam kesabaran. Horst Robert Balz dan Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans) 3:476 48 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab III - integritas orang kristen (2) 49 Istilah ini juga digunakan oleh Paulus dalam Roma 2:4 untuk menunjukkan kemurahan Allah terhadap orang-orang Yahudi yang masih saja mengeraskan hatinya: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Tujuan utama dari kemurahan Allah adalah pertobatan mereka, dan karena kekerasan hati mereka lah, maka mereka pun menimbun murka Allah atas diri mereka. Hal ini dinyatakan melalui metafora Paulus mengenai pohon zaitun liar yang dicangkokkan. Orang Kristen (bukan berlatar-belakang Yahudi) adalah tunas liar yang dicangkokkan kepada pohon zaitun tersebut, karena tunas asli (orang Yahudi yang menerima murka Allah) telah dipatahkan. Di ayat 22, Paulus memperingatkan orang Kristen agar tetap berada di dalam kemurahan Allah, agar tidak dipotong pula: “Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga.” Hal ini menunjukkan bahwa kemurahan dan kebaikan adalah sebuah konsekuensi logis yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Sebagaimana kemurahan Allah telah diberikan kepada mereka, maka mereka pun harus menunjukkan kemurahan tersebut kepada orang lain. Perlu diingat bahwa kemurahan dan kebaikan Allah itulah yang akan memampukan orang Kristen untuk menyatakan kemurahan dan kebaikan-Nya pula. Adalah suatu hal yang patut disesalkan ketika menyaksikan tidak sedikit dari antara orang Kristen yang tidak menunjukkan kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup mereka. Masih saja ada orang-orang Kristen yang hidup melayani hawa nafsunya sendiri. Kemurahan dan kebaikan Allah hanyalah sebatas wacana tanpa sebuah perubahan hidup yang berarti. Tidak jarang juga kita menemukan sengketa dan pertengkaran di dalam pelayanan karena egoisme pribadi. Sangat disayangkan, jikalau hal ini justru akhirnya tidak memberikan sebuah kesaksian yang baik bagi orang yang belum percaya. Padahal kerinduan Allah adalah melalui kemurahan dan kebaikan yang ditunjukkan oleh orang percaya, maka semakin banyak orang yang juga bisa melihat kemurahan dan kebaikan Allah. [AT] 50 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab III - integritas orang kristen (2) 51 JURNAL KEHIDUPAN Hari 1: Menyadari kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup saya Mari ambillah sebuah alat tulis, dan mulailah mengingatingat kembali jejak kehidupan Anda. Bagaimanakah pengalaman pertama Anda ketika menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Anda? Seperti apa Anda mendeskripsikan kemurahan dan kebaikan Allah di dalam hidup Anda saat itu? Setelah Anda menuliskan semuanya, marilah ambil waktu sejenak untuk kembali memaknai dan mensyukuri kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup Anda. Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah atas kemurahan dan kebaikan-Nya. Hari 2: Melihat jejak kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup saya Mari kita menulis lagi. Setelah Anda menerima kemurahan dan kebaikan Allah yang dinyatakan melalui momen lahir baru Anda, apakah ada perubahan hidup dalam hidup Anda berkaitan dengan kemurahan dan kebaikan Allah yang telah Anda nyatakan kepada orang lain? Silahkan tuliskan rekam jejak atau kejadian-kejadian yang menggambarkannya. Setelah Anda menuliskan semuanya, cobalah sedikit berandai-andai. Jikalau Anda berada di posisi sebagai Tuhan, apa penilaian Anda terhadap rekam jejak hidup Anda sendiri, seperti yang telah Anda tulis di atas? Sudah cukup puas-kah Tuhan dengan rekam jejak Anda dalam menyatakan kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup Anda? Silahkan ambil waktu sejenak untuk berdoa dan memohon Roh Kudus agar mengoreksi hidup Anda. 52 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab III - integritas orang kristen (2) 53 Hari ke-3: Mengambil langkah untuk mengaplikasikan kemurahan dan kebaikan Allah Kali ini, Anda harus menuliskan tindakan-tindakan nyata yang bisa Anda lakukan untuk menyatakan kemurahan dan kebaikan Allah dalam hidup Anda. Tuliskanlah tindakantindakan yang realistis, yang dapat Anda lakukan hari ini, minggu ini, dan selama bulan ini. Setelah Anda menuliskan semuanya, marilah ambil komitmen untuk melakukannya dalam hidup Anda. Berdoalah memohon Roh Kudus agar memampukan Anda. Hari ke-4: Mengukur kesabaran Allah dalam hidup saya Mari tuliskan 5 contoh kesabaran Allah di dalam hidup Anda hingga saat ini. Tentu hal ini berkenaan dengan kelemahan atau keberdosaan kita yang hingga saat ini dapat dikatakan bahwa Allah masih bersabar dengan kita. Setelah Anda menuliskan semuanya, seberapa dalam Anda bisa merasakan kesabaran Allah terhadap hidup Anda? Apa yang menjadi komitmen Anda terhadap kesabaran Allah tersebut? Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan izinkan Roh Kudus untuk memberikan hikmat bagi Anda untuk meresponi kesabaran Allah dalam hidup Anda. 54 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab III - integritas orang kristen (2) 55 Hari ke-5: Mengukur kesabaran saya Seberapa sabarkah Anda? Mari tuliskan beberapa bagian dalam hidup Anda yang hingga saat ini Anda masih bergumul, berkenaan dengan kesabaran Anda dalam menghadapi kesalahan atau kelalaian orang lain terhadap Anda. Setelah Anda menuliskan semuanya, seberapa dalam Anda bisa mewujudkan kesabaran Allah terhadap orang lain? Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan memohon Roh Kudus untuk memampukan Anda menyatakan kesabaran Allah bagi orang lain. Hari ke-6: Mengaplikasikan kesabaran, kemurahan, dan kebaikan Allah di dalam keluarga Selama seminggu ini Anda telah mempelajari kesabaran, kemurahan, dan kebaikan Allah secara pribadi. Tapi tahukah Anda bahwa lingkungan yang paling dekat dengan Anda untuk mengaplikasikan kesabaran, kemurahan, dan kebaikan Allah dalam hidup Anda adalah keluarga Anda sendiri? Seberkualitas apakah Anda telah mengaplikasikannya dalam keluarga Anda? Bagaimanakah caranya agar Anda bisa menggerakkan keluarga Anda untuk mengaplikasikannya juga bagi lingkungan sekitar Anda? 56 Bab III - integritas orang kristen (2) Bab 4 INTEGRITAS ORANG KRISTEN (3) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri menurut terang firman Tuhan. 2. Memaknai kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri terkait dengan keberanian keyakinan orang Kristen. 3. Mengimplementasikan kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri di dalam kehdiupan sehari-hari. Empat Integritas Orang Kristen (3) [Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri] “ Tetapi buah Roh ialah: …kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.“ ( Galatia 5:22-23 ) P endahuluan Tuhan Yesus berkata bahwa dari buahlah maka pohonnya dikenali (Matius 7:15-20, bandingkan dengan Matius 3:7-9), sebab buah merupakan bukti yang signifikan dari sebuah pohon. Pohon jeruk tidak berbuah apel bukan? Maka dalam hal ini integritas seorang Kristen merupakan suatu tanda penting dari seorang Kristen sejati. Kata integritas berasal dari kata yang sama dalam bahasa latin “integer” yang berarti lengkap tidak bercacat. Dalam ilmu informatika, sesuatu sistem disebut memenuhi persyaratan integritas jikalau sistem tersebut konsisten, artinya tidak ada pertentangan di dalamnya. Demikian juga dalam bidang etika, integritas merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan kesamaan antara nilai-nilai ideal dengan praktek kehidupan yang nyata. Demikianlah seorang Kristen yang berintegritas adalah seseorang menjalankan apa yang ia percaya sebagai nilai atau norma dalam kehidupannya sehari-hari. 58 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab IV - integritas orang kristen (3) 59 Seorang yang berintegritas di satu sisi merupakan seorang yang setia kepada Allah dan kepada norma-norma yang ia percaya, tetapi di sisi lain, ia juga adalah seorang yang setia kepada dirinya sendiri. Ia tidak korupsi dan tidak mengkhianati Allah dan dirinya sendiri. Tukar Pikiran Ada tiga nilai yang kita bicarakan dalam pembahasan bagian ini yang merupakan bagian dari integritas kita sebagai orang Kristen: kesetiaan, kelemahlembuatan dan penguasaan diri. Kita perlu mengerti apa arti sebenarnya dari masing-masing istilah tersebut. Dalam hubungan apa atau dengan siapa sifat-sifat tersebut harus diaplikasikan. Apakah ini merupakan sikap kita kepada Allah atau terlebih sedang berbicara mengenai hubungan kita dengan orang lain. Apakah kesetiaan berarti kita harus setia dengan buta? Lalu apakah yang dimaksud dengan kelemahlembutan? Apakah istilah ini berhubungan dengan kata lemah atau lembut? Lalu saya harus menguasai diri dari apa atau dalam hal apa? Kesulitan-kesulitan apa yang membuat nilai-nilai tersebut sulit dipraktekkan? Apakah Alkitab memberikan solusinya? Kita berharap di bagian ini kita dapat mengklarifikasikan pertanyaan-pertanyaan ini lalu kita mencoba melihat bagaimana kita dapat mengaplikasikannya dalam hidup kita sebagai orang Kristen. Isi Topik Sebelum kita lebih lanjut membicarakan ketiga sub tema pembahasan ini, perlu kita mengerti, apa yang sedang dibicarakan rasul Paulus mengenai ketiga hal ini. Paulus dalam suratnya memberikan perintah kepada jemaat-jemaat di Galatia untuk saling melayani sebagai hamba satu dengan yang lain oleh kasih (ayat 13), karena semua hukum Taurat mengenai hubungan dengan sesama dapat dirangkumkan dalam pernyataan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ayat 14), yaitu Hukum Kasih yang kedua. Rupanya tidak lama setelah Paulus dalam perjalanan misinya yang pertama mengabarkan Injil di daerah itu, jemaat-jemaat di Galatia ini disusupi oleh injil lain, yang sebenarnya bukan Injil (1:6), yaitu aturan-aturan Yahudi yang mementingkan aturan-aturan hukum Taurat, seperti contohnya sunat, sehingga Injil Kristus diputarbalikkan dan orang-orang mulai mencari pembenaran oleh karena melakukan hukum Taurat dibandingkan dengan anugerah Allah oleh karena iman dalam Kristus Yesus (2:16, 5:4). Hal ini membuat orang-orang saling memaksakan aturan dan saling menghakimi, sehingga mereka saling “menggigit dan menelan” (ayat 15), saling “menantang dan mendengki” (ayat 26). Karena itu setelah Paulus dalam pasal pertama sampai keempat menjelaskan kembali mengenai anugerah Allah karena orang percaya kepada pemberitaan Injil, Paulus di pasal yang kelima dan keenam merasa perlu menasehati jemaat-jemaat di Galatia ini, bagaimana seharusnya mereka memperlakukan saudara seiman mereka. Demikianlah kita sekarang mengerti bahwa ketiga hal yang kita mau bahas ini, merupakan bagian tentang bagaimana seharusnya kita 60 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 61 sebagai orang Kristen bersikap terhadap sesama kita. Di dalam konteks inilah, kita mencoba mengerti apa yang menjadi berita firman Tuhan kepada kita semua. Selain itu ketiganya merupakan tiga nilai yang terakhir disebutkan oleh rasul Paulus dari sembilan bagian dari buah Roh yang tunggal (Galatia 5:11-23), oleh karena itu kesembilan nilai ini haruslah kita lihat sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak boleh dipisahkan. Walaupun demikian, marilah kita mencoba mengerti masing-masing nilai ini secara terpisah, namun nanti kita akan melihat bahwa ternyata dalam penjelasannya, nilai-nilai yang lain tidak dapat dipisahkan. Kesetiaan (πίστις, baca: pis-tis) Kata πίστις selain dapat dimengerti sebagai kesetiaan, dapat juga diterjemahkan sebagai iman atau kepercayaan. Kita setia, berarti kita percaya kepada saudara-saudari kita dan mempercayai mereka dalam segala hal. Untuk mengerti hal ini, mungkin baik jika kita melihat contoh hal-hal yang bertentangan dengan kesetiaan itu sendiri. Contoh masalah pertama adalah gosip. Gosip merupakan kabar-kabar yang beredar, yang dalam waktu lampau biasanya disampaikan dari mulut ke mulut tetapi di jaman modern saat ini bisa juga melalui media komunikasi lainnya, yang bertujuan bukan untuk kebaikkan dari hal atau orang yang dibicarakan. Gosip merupakan hal yang jahat sekali, karena gosip mampu menjelekkan nama seseorang dan membawa kerugian yang sangat besar bagi orang tersebut. Walaupun gosip bisa memiliki suatu kebenaran tertentu, tetapi biasanya kebenarannya sudah tidak akurat lagi karena sudah ditambahkan dengan berbagai macam informasi yang salah. Gosip bahkan mampu memfitnah orang lain. Hanyalah orang-orang bermuka dua yang melakukan gosip, dimana orang bersikap manis dan baik di hadapan seseorang, tetapi dibelakangnya ia “menikam” orang tersebut dengan celaan, ejekkan dan segala macam perkataan yang tidak baik. Setia kepada saudara-saudari, kita berarti kita tidak menggosipkan mereka. Apalagi kalau ada hal-hal pribadi yang dipercayakan mereka kepada kita, gosip merupakan suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan saudara seiman kita yang dihadiahkan kepada kita. Juga kalau kita mendengarkan sesuatu yang jelek mengenai saudara-saudari kita, maka setia berarti kita percaya bahwa saudara-saudari kita seharusnya tidak seperti demikian. Kita tidak gampang percaya dan dipengaruhi oleh kabar-kabar burung. Klarifikasi berita terhadap orang yang bersangkutan sering kali sudah menyelesaikan kebanyakan problema yang ada. Ketika kita dalam kasih dan kesetiaan bertanya langsung kepada saudara-saudari kita, kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menjelaskan masalahnya kepada kita, sehingga kita memiliki pandangan yang berimbang, dan bahkan mungkin semua kekhawatiran kita dapat terbukti sebagai suatu kesalahan. Contoh masalah kedua adalah kecurigaan. Setiap orang Kristen adalah seorang individu yang unik di hadapan Allah dan tidak ada seorang lain yang tepat sama dengannya. Dengan demikian, saudara-saudari kita merupakan orangorang yang ”berbeda” dengan kita. Perbedaan-perbedaan tersebut seharusnya menjadi sebuah kekayaan dari jemaat 62 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 63 Tuhan dan bukanlah sesuatu yang perlu untuk diberantas. Tetapi pada saat yang sama juga keberbagai macaman kita dapat membawa kita kepada sebuah gesekan dan kesalahpengertian. Tidak sedikit orang-orang Kristen bermusuhan karena tidak mencoba mengerti posisi dari pihak yang diseberangnya. Tidak heran perselisihan pun tidak lagi dapat dihindarkan, bahkan tidak jarang perpecahan gereja terjadi karena permasalahan ini. Kita setia, berarti kita menghadapi saudara-saudari kita tanpa suatu prejudice (penghakiman awal) atau kecurigaan. Kita percaya bahwa saudara-saudari kita bermaksud baik dengan kita dan tidak menjahati kita. Di dalam perbedaan pendapat, kita belajar menghargai mereka dan mencoba memperkaya diri kita dengan pandangan mereka. Contoh masalah ketiga adalah pengkhianatan. Leo (nama dan kejadian disamarkan) adalah seorang yang cerdas dan bekerja dalam sebuah perusahaan IT. Ia dipercaya oleh salah satu bosnya untuk menangani suatu proyek penting yang sangat berarti bagi bosnya tersebut. Tetapi proyek tersebut mengalami masalah. Ia berusaha menjelaskan kepada bosnya bahwa spesifikasi dari teknologi tersebut salah dan itu menjadi penyebab mengapa proyek tersebut tidak dapat maju. Tetapi bosnya tidak percaya itu, walaupun Leo sendiri juga yakin bahwa apa yang ia lakukan sudah benar dan tidak melakukan suatu kesalahan apapun. Suatu hari datang satu bos dari departeman yang lain meminta Leo membantu dia mengerjakan proyek lain dengan janji jenjang dan gaji yang jauh lebih tinggi. Ia meminta Leo meninggalkan bosnya yang sekarang. Leo tahu bahwa bosnya yang sekarang membutuhkan hasil dari proyek yang mereka sedang kerjakan. Jikalau Saudara menjadi Leo, apakah yang akan Saudara pilih? Leo merasa dirinya tidak tenang untuk pergi begitu saja dan memutuskan untuk setia kepada bosnya yang sekarang, walaupun secara duniawi keputusannya merupakan suatu keputusan yang bodoh dan salah. Setelah ada koreksi standard spesifikasi, ternyata terbukti Leo yang benar dan proyek yang Leo kerjakan dapat diselesaikan dengan baik. Suatu hal yang lebih menarik dari itu, bos Leo akhirnya ikut Leo ke gereja dan menjadi orang Kristen. Pengkhianatan adalah suatu tindakan melawan seseorang yang biasanya tidak diketahui oleh pihak tersebut, bahkan orang yang bersangkutan dapat berpikir bahwa ia sedang mendapat support atau suatu dukungan yang bersifat positif. Kesetiaan memiliki sifat yang terus menerus, karena itu kalau kita setia, maka kita juga tidak memutuskan dukungan kita begitu saja. Kita menjadi orang yang dapat dipercaya oleh orang lain. Saudara-saudari kita dapat dengan tenang menghitung kita sebagai orang-orang yang memberikan dukungan kepada mereka dan tidak “menikam” mereka dari belakang. Di dalam memberikan bantuan kepada saudara, kita juga melakukannya tidak setengah-setangah tetapi menyelesaikannya sampai tuntas. Kalaupun kita harus bersikap lain, penting untuk kita mengkomunikasikannya dengan baik kepada saudara-saudari kita. Kesetiaan Kristen bukanlah suatu kesetiaan buta (fanatisme), tetapi ada berhubungan erat dengan keadilan dan kebenaran. 64 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 65 Kelemahlembutan (πραΰτης, baca: pra-u-tes) Kelemahlembutan sering disalah mengerti sebagai suatu kelemahan, suatu nilai lembek yang biasa dimiliki oleh para pecundang (loser) dan bukan milik para pemenang (winner). Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan kata ini, baiklah kita menelaah apa yang Tuhan Yesus sendiri katakan mengenai orang-orang yang memiliki sifat lemah lembut dalam Khotbah di Bukit. Ia mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Matius 5:5). Jikalau kita meneliti Perjanjian Lama, maka jelas sekali bahwa kalimat Tuhan Yesus berkaitan erat dengan Mazmur 37:11, yang mengatakan “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” Dari latar belakang ini, maka kelemahlembutan berhubungan dengan keadilan. Kelemahlembutan adalah lawan kata dari amarah dan ketersingungan. Orangorang yang rendah hati, yang dimaksudkan oleh bagian ini, adalah orang-orang yang hak-haknya dirampas oleh orangorang kafir (orang-orang tidak “ber-Allah”) dan orang-orang jahat. Mereka menjadi orang-orang yang ditekan. Berbeda dengan orang-orang yang lemah, yang tidak dapat berbuat apa-apa dan membiarkan diri menjadi korban situasi, orangorang yang lemah lembut ini tidak membiarkan dirinya dikuasai dengan kemarahan dan dendam, walaupun mereka memiliki kemampuan untuk membalas. Mereka tidak menggunakan kekerasan sebagai senjata, tetapi menyerahkan penghakiman kepada Tuhan, Allah mereka. Mereka adalah orang-orang yang mencari Allah (Mazmur 69:33). Mereka dalam keadaan ketidakadilan berdiam diri di hadapan Allah (Mazmur 37:7). Di dalam kesempitan mereka percaya kepada Allah dan mengandalkan Dia. Orang-orang yang lemah lembut, menurut Yohanes Calvin dalam bukunya “Auslegung der Heiligen Schrift - Evangelien harmonie” (“Tafsiran Alkitab – Harmoni Injil-injil”) hal. 164, adalah orang-orang, yang tidak membiarkan dirinya dipicu oleh ketidakadilan yang dialami dan tidak tersinggung pada setiap hinaan, melainkan siap untuk lebih baik menanggung semuanya dibanding menyamakan dirinya dengan orang-orang kafir. Mereka adalah orang-orang yang merubah orang lain menjadi baik melalui kelembutan dan keramahannya, seperti Tuhan Yesus sendiri lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29). Ia tidak memberikan beban berat kepada orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia menemui mereka dengan kasih, bukan dengan kemarahan. Demikianlah kita melihat, bahwa kelemahlembutan bukanlah suatu kelemahan ataupun suatu keputusasaan seseorang yang tidak tahu bagaimana membela haknya, melainkan suatu pilihan kita sebagai orang Kristen yang kita ambil, sehingga dalam mengalami ketidakadilan, kita tidak mau membiarkan diri kita jatuh ke dalam dosa, karena kita tahu jati diri kita sendiri yang sudah diselamatkan dari kotoran dosa. Hak orang lain tentu harus kita bela, tetapi hak kita sendiri, kita memilih supaya Tuhan saja yang membela kita. Kemarahan dan ketersinggungan adalah milik orang yang belum percaya. Kelemahlembutan berarti kita menyerahkan segala penghakiman kepada Allah. Kelemahlembutan membuat kita mengambil sikap pro-aktif mengasihi musuh kita dan mencoba dengan lembut dan ramah mengubah mereka yang tersesat. 66 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 67 Bagi orang-orang seperti inilah Tuhan Yesus menjanjikan, bahwa mereka akan mewarisi bumi (Matius 5:5). Mazmur 37:11b menggambarkan bagaimana mereka akan mengalami “kesejahteraan yang berlimpah-limpah”. Yang diutamakan dalam perkataan ini bukanlah suatu kesejahteraan dalam arti jasmani, tetapi suatu kepenuhan dari Shalom םוֹֽל((ָׁשµwOlv) atau Eirene (εἰρήνη), yaitu suatu kepenuhan dari kedamaian surgawi, suatu keadaan damai yang sempurna yang sebenarnya akan Tuhan Yesus tegakkan pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, yaitu pada saat Allah membuat langit baru dan bumi baru (Wahyu 21). Tetapi kelimpahan kedamaian ini sudah dapat dirasakan oleh orang-orang percaya pada saat ini, karena mereka menyerahkan keadilan kepada Allah. Allah akan memunculkan kebenaran mereka seperti terang, dan hak mereka seperti siang (Mazmur 37:6), karena Tuhan adalah Allah yang tidak membiarkan ketidakadilan terus-menerus berlangsung. Dialah yang akan memperjuangkan hakhak orang yang lemah lembut ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri adalah hakim dan akan membinasakan segala jenis ketidakadilan. Ia akan memberikan orang-orang yang lemah lembut hak-hak mereka kembali. Demikian berbahagialah orang-orang yang menolak cara kekerasan ataupun tidak menghalalkan segala cara untuk memperjuangkan dirinya. Diberkatilah kita, ketika kita menjadi orang yang tidak gampang tersinggung, tidak mudah marah dan tidak membiarkan diri kita dipenuhi dengan kepahitan, melainkan dengan kasih dan penuh kesabaran menanggung beban yang berat, karena kita akan mewarisi negeri. Penguasaan Diri ( ἐγκράτεια, baca: eng-kra-tei-a ) Secara sederhana kata ini berarti menjadi tuan di dalam diri kita sendiri. Sepintas lalu nilai ini seolah-olah hanya bersangkutan dengan diri kita sendiri, tetapi seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa secara konteks hal ini sedang membicarakan mengenai hubungan kita dengan orang lain. Sering kali kita berpikir bahwa urusan diri kita adalah urusan kita sendiri dan tidak perlu orang lain turut campur dalam urusan pribadi kita, tetapi yang sering kita lupa, yaitu bahwa urusan diri kita banyak sekali berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita, bahkan mempengaruhi mereka. Ada orang mengatakan kalau dia mau marah, lebih baik dia marah saja, tidak perlu dikontrol, dibandingkan kalau ia harus memendamnya di dalam diri. Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa marah-marah itu adalah urusan pribadinya. Ia akan tersinggung, jikalau ada yang berusaha mengintervensi kemarahannya. Secara sepintas kelihatannya hal ini adalah kebenaran, tetapi kita tahu bersama bagaimana suatu kemarahan membawa efek langsung dan tidak langsung bagi orang-orang di sekitar kita. Apakah kita dapat membayangkan bahwa orang-orang di sekitar kita akan tetap memiliki atmosfir yang sukacita ketika kita memarah-marahi anak kita, pasangan kita, pembantu kita, atau siapapun di depan umum? Tidak heran Amsal 12:6 mengatakan, “Perkataan orang fasik menghadang darah, tetapi mulut orang jujur menyelamatkan orang.” Jikalau contoh di atas mencoba menggambarkan bahwa penguasaan diri yang ditujukan untuk diri kita sendiri membawa kebaikkan bagi orang lain, penguasaan diri juga bisa sengaja ditujukan bagi orang lain. Saya 68 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 69 menjumpai orang-orang tertentu yang mengalami kesulitan, sakit penyakit, tetapi mereka justru menjadi berkat bagi mereka yang membesuk. Mereka memiliki banyak alasan untuk mendapat belas kasihan kita, tetapi mereka bahkan pada saat sakit bersaksi memuliakan Allah dan memberikan kita kekuatan. Marilah kita sekarang mencoba melihat beberapa contoh penguasaan diri yang memerlukan perhatian kita. Pertama adalah masalah pengetahuan. Rasul Petrus mengatakan bahwa kita perlu menambahkan kepada pengetahuan penguasaan diri (2 Petrus 1:6). Mungkin kita heran dan bertanya, mengapa pengetahuan memerlukan penguasaan diri? Bukankah kebenaran itu yang paling utama? Pengetahuan adalah baik, tetapi kalau mengejar pengetahuan saja tanpa penguasaan diri, maka orang dapat menjadi dingin dan keras bagi orang lain. Kita menjadi orang yang tidak mencoba mengerti posisi orang lain. Orangorang dicatat dalam surat Roma (Roma 14-15) dan Korintus (1 Korintus 8) menjadi contoh dalam hal ini. Ketika orangorang Yunani yang menganggap diri berpengetahuan mengatakan semua makanan boleh dimakan, termasuk makanan-makanan yang tergolong najis, bahkan daging yang dianggap sebagai daging persembahan, orang-orang Yahudi dan orang-orang yang tidak dapat menerima itu menjadi tersandung imannya. Demikianlah pengetahuan dapat membuat kita menjadi tidak lagi menguasai diri, sombong dan menelantarkan kasih (1 Korintus 8:1). Kedua adalah masalah temperamen kita. Temperamen lebih merupakan suatu pola tindakan kita, yaitu suatu cara, bagaimana kita beraksi dan bereaksi. Seorang yang tegas dan berpendirian teguh, belum tentu ia berdosa. Di satu pihak ia dapat tegas dalam kebenaran, tetapi di pihak yang lain bisa pula ia bertahan dalam kesalahan. Oleh karena itu dalam hal ini penting bagi kita untuk memiliki suatu penguasaan diri. Contohnya dalam hal emosi. Emosi tidak hanya selalu berhubungan dengan amarah, tetapi jauh lebih luas dari itu, seperti perasaan sedih, takut, kurang nyaman, senang, dll. Karena kita diciptakan berbeda-beda, maka karakter kita berbeda-beda juga. Karakter ini biasa yang mempengaruhi emosi-emosi dalam diri kita. Kita memang tidak bisa memilih karakter kita, tetapi karakter juga tidak bisa membenarkan semua tindakan kita. Supaya memiliki tindakan yang benar di mata Tuhan, kita membutuhkan pengontrolan diri. Orang yang terlalu dikuasai oleh perasaannya (moody) seringkali menjadi orang yang sulit dalam masyarakat dan membawa ketidakdamaian bagi lingkungan; demikian juga dengan mereka yang memiliki temperamen tidak baik, contohnya orang yang mudah marah, tersinggung, iri dll. Semua ini membawa kepada perbuatan-perbuatan daging (bandingkan Galatia 5:20-21), dan oleh karena itu perlu penguasaan diri. Contoh penguasaan diri yang ketiga adalah dalam hal keinginan kita. Yakobus 1:14 menyatakan bahwa kita dicobai oleh keinginan kita sendiri. Terutama “daging”, yaitu natur manusia berdosa, memiliki suatu dorongan keinginan yang sangat kuat (nafsu) untuk hal-hal yang tidak berkenan di hati Tuhan. Memang orang percaya tidak lagi di dalam daging (Roma 8:9) dan manusia lamanya sudah turut 70 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 71 disalibkan bersama dengan Kristus, sehingga ia bukan lagi hamba dosa dan tubuh dosanya hilang kuasanya (Roma 6:6), tetapi Galatia 5 dan Roma 8 juga mencatat bahwa orang yang percaya masih memiliki keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan Roh. Jikalau kita di bagian ini berbicara mengenai keinginan, maka itu bukan saja menyangkut sesuatu pikiran saja, tetapi bisa juga itu merupakan suatu kebutuhan, yang secara alamiah mungkin kita bisa golongkan sebagai normal, seperti contohnya kebutuhan seksual, kebutuhan kita akan sandang dan pangan, dll., tetapi dalam bentuk yang ekstrim sudah berubah menjadi suatu dorongan yang tidak tertahankan lagi sehingga tidak dapat menguasai diri. Keinginan seperti demikian merupakan keinginan yang diarahkan oleh dosa dan dibenci Allah. 1 Korintus 9:24-26 menggambarkan penguasaan diri dalam sebuah perbandingan dengan seorang olahragawan di tengah-tengah pertandingan. Mungkin saja sang olahragawan memiliki banyak hal yang bisa membuat ia tidak konsentrasi dalam pertandingan, tetapi sebagai seorang yang professional, ia tidak bisa berbuat lain selain mengendalikan diri sepenuhnya supaya dapat menyelesaikan pertandingan dengan baik. Bahkan Titus 1:8 menyebutkan nilai ini sebagai suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin Kristen. Seorang yang tidak memiliki nilai ini tidak boleh menjabat menjadi penatua jemaat. Tetapi tentu saja nilai ini bukan berarti hanya dimiliki oleh para pemimpin Kristen, tetapi seharusnya oleh semua dari kita yang berbuah Roh. Kesulitan Aplikasi Dalam kehidupan kita sehari-hari ketiga nilai ini sulit sekali untuk secara murni diaplikasikan. Mengapa? Seorang profesor emiritus dari Universitas Stanford dalam bidang Psikologia bernama Philip Zimbardo mengatakan bahwa manusia tidak bisa dikatakan baik atau jahat, karena batas antara baik dan jahat begitu tipis. Tergantung dengan sistem dan situasi, orang baik-baik dapat menjadi jahat. Orang hanya memerlukan suatu katalisator (pemicu) kritis sehingga prilakunya berubah, contohnya kalau seseorang dalam tekanan besar, pada saat seseorang diambil tanggung jawabnya, atau kalau kebanyakan orang di sekitar melakukan kejahatan yang sama, maka seseorang dapat “dipaksa“ melakukan hal-hal yang secara normal ia tidak akan lakukan. Fenomena ini ia namakan sebagai “The Lucifer Effect” (“Efek Iblis“). Dalam bukunya berjudul “How Good People Turn Evil” (“Bagaimana Orang-orang Baik Menjadi Jahat“) ia menggambarkan, bagimana para psikolog mengerti akan transformasi karakter manusia, yaitu dispositional (secara bawaan), situasional (melalui pengaruh situasi) dan systemic (secara sistem). Ketiga hal ini secara alkitabiah dapat kita terima tanpa masalah. Faktor disposisional : Dikatakan bahwa manusia bisa berbuat jahat karena memang di dalam dirinya sudah ada tertanam sesuatu yang jahat. Dapat dikatakan bahwa secara bawaannya manusia sudah punya kemampuan itu. Berbeda dengan banyak pandangan dunia yang memandang, bahwa manusia pada dasarnya baik, Alkitab menyatakan bahwa manusia pada dasarnya berdosa (Roma 3:9-23, Yohanes 8:34). Secara tidak sengaja, kesetiaan, kelemah- 72 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 73 lembutan dan pengusaan diri merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh manusia, walaupun secara kognitiv ia bisa menyetujui bahwa ketiganya adalah hal-hal yang baik. Orang cenderung tidak mau menderita kerugian demi kesetiaan, menanggung perlakuan jahat manusia oleh karena kelemahlembutan atau menyangkali dirinya untuk mempertahankan penguasaan diri. Paling sedikit, tidak ada orang yang mau dengan sukarela dan sukacita melakukan hal itu. Bahkan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat juga masih memiliki keinginan daging di dalam dirinya. Orang kurang menyadari, bahwa potensinya untuk melakukan dosa begitu besar, sehingga cenderung meremehkan atau bahkan menutup-nutupinya. Walaupun firman Tuhan dengan jelas mempertentangkan nilai-nilai yang merupakan bagian dari keinginan Roh ini dengan keinginan daging (Galatia 5, Roma 6), tetapi orang sering kali sulit mengenali perbedaannya, karena manusia cenderung untuk membela dirinya sendiri. Faktor systemic : Jikalau dalam suatu sistem banyak orang berbuat dosa tertentu, seperti contohnya korupsi, sogok, pembajakan software, maka cepat atau lambat seseorang dapat mengikuti dosa yang sama, bahkan tanpa punya perasaan bersalah ataupun lebih ekstrim lagi, menertawakan orang-orang yang tidak melakukan dosa tersebut. Orang cenderung mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sikap di rumah, di kantor dan di gereja bisa berlainan semua. Orang mencoba membela diri dengan menyebutkan kalau itu memang merupakan aturan mainnya. Inilah alasan kedua, mengapa nilai-nilai diatas sulit untuk diterapkan. Kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri bertentangan dengan norma-norma dunia di sekitar kita. Contohnya kesetiaan merupakan suatu yang salah dalam dunia ekonomi yang berusaha untuk mencapai untung sebesar-besarnya. Gosip merupakan konsumsi yang menggelitik telinga masyarakat, sehingga tidak heran majalah dan koran gosip laku keras. Kelemahlembutan dianggap sebagai suatu sikap “terlalu polos” atau bahkan dicap sebagai sesuatu kelemahan. Penguasaan diri merupakan nilai yang bertentangan dengan aktualisasi diri yang saat ini digembar-gemborkan menjadi kebutuhan manusia yang paling tinggi. Orang-orang yang masih memegang ketiga hal ini bahkan dianggap oleh dunia sebagai orang-orang yang bermasalah dan tidak mampu mengembangkan dirinya dengan benar. Faktor situasional : Dalam keadaan “kepepet” seseorang bisa melakukan apa yang tidak biasa ia perbuat. Demikianlah situasi dapat ikut menyetir tingkah laku kita. Dalam situasi komunikasi di rumah sedang kurang baik, di luar kita bertemu dengan teman yang sepertinya lebih mengerti kita, akankah kita setia kepada keluarga kita atau kita “kepepet“ menjadi seorang pengkhianat? Masalah yang sama juga terjadi di gereja, pada saat sedang ada masalah, apakah kita akan mencari gereja lain? Ketika kita dipermalukan di muka umum, sedangkan kita punya kemampuan membalas, akankah kita merelakan diri untuk menjadi orang yang kelihatannya kalah dan menguasai diri kita sedemikian rupa sehingga kita tetap mengasihi orang yang mempermalukan kita? Demikianlah situasi sangat mempengaruhi kita. Jangan kita meremehkan situasi, sebab kita memiliki keinginan daging di dalam diri kita. 74 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 75 Melihat ketiga penyebab di atas, maka setiap dari kita menyadari bahwa kita semua tanpa kecuali sangat rentan untuk dapat mempertahankan ketiga nilai ini. Tetapi apakah ini merupakan suatu masalah yang tidak terselesaikan? Philip Zimbardo tidak melihat jalan keluarnya. Satusatunya solusi yang ia sebutkan adalah bahwa manusia dapat melatih dirinya, untuk bersikap lain dari pada kebanyakan orang, yaitu beraksi sebagai seorang pahlawan, tetapi ia mengatakan bahwa ini hanya berlaku pada sangat sedikit orang. Solusi Tuhan “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.“ (Yehezkiel 11:19-20) Berbeda dengan Zimbardo yang walaupun menyebutkan ketiga penyebab di atas tetapi dalam prakteknya hampir hanya menekankan permasalahan sistem dan situasi, Alkitab melihat permasalahan utama terletak di hal disposisional, yaitu bahwa manusia pada dasarnya adalah orang berdosa (Roma 3:9-23), bahkan diperbudak oleh dosa (Yohanes 8:34). Sistem dan Situasi hanyalah membuka kebobrokan manusia. Karena itu penyelesaian yang Allah berikan bersifat menyeluruh, yaitu dimulai dengan pembaharuan manusia itu sendiri. Sejalan dengan Yehezkiel 11:19-20 di atas, Allah berkata di Yehezkiel 36:26-27: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Ini merupakan suatu perjanjian yang baru (Yeremia 31:33, 32:40, Yehezkiel 37:26). Yang dimaksudkan di sini adalah Allah akan memberikan kelahiran baru, yaitu pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka (Yohanes 1:12-13). Orang yang ada di dalam Kristus ini adalah ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17): manusianya yang lama sudah berlalu, dan manusia yang baru sudah datang. Orang-orang ini dibaharui di dalam roh dan pikiran (Efesus 4:23), karena Allah sendiri yang memberikan hati dan roh yang baru kepada orang percaya ini (bandingkan Yehezkiel 11:19-20, 36:2627). Hati ini adalah suatu hati yang mengenal Allah (Yeremia 24:7). Banyak orang Kristen salah berpikir bahwa Tuhan mengubah kita perlahan-lahan dari manusia lama menjadi manusia baru yang sempurna, sehingga mencari-cari alasan untuk bisa tetap di dalam dosanya. Tetapi Tuhan tidak pernah memperbaharui manusia lama kita, tetapi membuat suatu perubahan besar dengan memberikan manusia yang baru. Manusia lama menuju kepada kebinasaan (Efesus 4:22) dan karena itu harus turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya dan kita tidak lagi diperbudak oleh dosa (Roma 6:6, Galatia 5:24). Demikianlah manusia lama harus ditanggalkan, baru dapat mengenakan manusia baru (Efesus 4:22-24, Kolose 3:9-10). Manusia baru inilah yang 76 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 77 diperbaharui Tuhan hari demi hari (Kolose 3:10) dalam proses pengudusan. Ketidakmampuan kita menjalankan kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri dimungkinkan oleh Allah melalui kelahiran baru ini, sebab tanpa perubahan total ini kita akan selalu berputar-putar dalam dosa-dosa kita tanpa ada kemenangan. Suatu pertanyaan yang penting untuk kita: apakah setelah kita dilahirkan kembali, maka akan kebal terhadap keinginan daging? Kita tahu bersama, bahwa walaupun kita sudah dilahirkan kembali, tetap kita lemah dan sering gagal dalam kesetiaan, kelemahlembutan maupun dalam penguasaan diri. Kita membutuhkan sistem penunjang iman kita, yaitu suatu lingkungan dimana aturan lingkungan tersebut membantu kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. TUHAN tahu, bahwa kita membutuhkan sistem seperti demikian. Demikianlah Yehezkiel 11:20 dan banyak lagi ayat yang lain mengatakan, “...mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.” Di dalam suatu persekutuan dengan Allah dan dengan sesama orang percayalah, kita diberi suatu lingkungan yang dapat menunjang kita untuk bertumbuh. Di sinilah kita mulai membentuk ulang secara bertahap sikap, kebiasaan dan temperamen kita. Persekutuan kita yang akrab dengan Allah dalam firman dan doa akan sangat merubah kehidupan kita. Pembentukan ulang ini bahkan dapat mempengaruhi karakter kita. Di dalam keluarga Allah juga kita pertama-tama dapat belajar mempraktekkan kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri, karena kita tahu bahwa kita semua dalam rumah Tuhan memiliki nilai yang sama. Persekutuan dengan orang-orang percaya ini pun yang mengingatkan kita untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut di dunia luar. Di dalam Jemaat Allah, kita dapat saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan perbuatan baik, dan saling menasehati (Ibrani 10:23-25). Oleh karena itu kita harus menjaga kesehatan jemaat kita, baik dalam segi pengajaran maupun dalam hal relasi antar pribadi. Selain dari keluarga, Allah juga menjanjikan, “RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu”. Walaupun di dalam lingkungan yang kondusif, kita dapat melatih diri kita sedemikian rupa, kesalalahan banyak orang Kristen adalah mengandalkan diri sendiri. Ketika Zimbardo berbicara mengenai sangat sedikit orang yang dapat menjadi pahlawan melalui latihan, ia lebih menekankan usaha manusia untuk bisa menghasilkan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri sendiri mungkin kita dapat menang beberapa kali terhadap keinginan daging kita, tetapi apakah kita dapat senantiasa menang? Zimbardo sendiri melihat ketidakmungkinan tersebut. Sedangkan kalau kita meneliti firman Tuhan, maka kita tahu kemenangan kita bukan terletak dalam diri kita tetapi pada Allah. Galatia 5:16 mengatakan, “...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” Jadi untuk supaya kita mengalahkan keinginan daging, bukanlah cara yang tepat kalau kita berusaha “berperang” dengan kekuatan sendiri mengalahkannya, melainkan kita perlu pertolongan Roh Kudus yang diam dalam kita pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus (Efesus 1:13, Kisah Para Rasul 11:16-17, Galatia 3:2, 3:5) dengan membiarkan Dia mengambil alih kepemimpinan dalam hidup kita, maka janji Tuhan sendiri yang menggaransi, bahwa kita tidak lagi mengikuti keinginan daging (bandingkan Roma 8:1-10). Demikianlah kita juga melihat bahwa buah Roh bukanlah 78 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 79 sesuatu yang bisa kita usahakan, tetapi akan otomatis kita hasilkan, ketika kita membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh. Dengan bersandar kepada Roh, maka kita bisa setia, dengan berserah kepada Tuhan, maka kita akan lemah lembut, dan ketika kita membiarkan Allah berkuasa, maka penguasaan diri akan muncul dalam diri kita. Kesimpulan Demikianlah kita melihat bahwa kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri sudah dimungkinkan oleh Allah untuk bisa kita lakukan, ketika Ia melahirkan kita kembali, menaruh kita dalam relasi hubungan yang akrab dengan Dia dan orang percaya, dan memberikan Roh Kudus sebagai penolong kita. Apa yang dilihat oleh para psikolog bukanlah sesuatu penemuan baru. Allah sejak dahulu kala sudah memakai nabi Yeremia dan Yehezkiel di abad ke-6 dan ke-7 SM untuk menceritakan kepada kita solusi dari masalah yang oleh para pakar psikolog dipandang sebagai suatu masalah yang tidak terselesaikan. Dengan demikian kita dimampukan oleh Allah untuk pekerjaan baik. Jikalau kita adalah orang Kristen sejati, maka untuk bisa setia, lemah lembut dan ada penguasaan diri, itu bukanlah masalah “mungkin atau tidak mungkin”, tetapi apakah kita mau atau tidak. Disinilah letak keaslian integritas kita sebagai orang Kristen dapat terbukti, yaitu dari pilihanpilihan yang kita ambil. Kita tidak perlu berlagak sebagai pahlawan, tetapi biarlah kita menyadari kelemahan kita dan berlari kepada Tuhan sambil memohon kekuatan, maka Dia yang memampukan kita dan membuat yang tidak mungkin menjadi suatu realita nyata pasti memberikan pertolongan-Nya tepat pada waktu-Nya. Amin. [LE] 80 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 81 JURNAL KEHIDUPAN Hari 1: Hidup dengan Integritas (Renungkan Matius 7:15-23) Menurut pendapat saudara, dari angka 0 sampai 10, angka berapa yang orang akan berikan untuk integritas saudara sebagai orang Kristen? Jikalau sekarang Allah yang memberikan nilai itu, berapakah yang anda akan terima? Coba tuliskanlah dalam bidang apa saja saudara perlu meningkatkan integritas saudara. Bawalah hal-hal itu kepada Tuhan dan dan ambillah sikap hati yang mau diubahkan Tuhan. Laksanakan komitmen saudara dan seminggu kemudian kembalilah ke jurnal ini untuk menuliskan hasilnya. Hari 2: Menghadapi Gosip (Renungkan Matius 15:11, 17-20) Opsi 1: Cobalah kita ingat seorang saudara kita yang kurang kita sukai dan kita pandang sebagai “orang Kristen yang kurang baik”. Apakah gosip tentang mereka akan kita senangi? Seberapa jauh kita sudah berbagian dalam gosip tersebut? Coba tuliskan mengapa kita sampai kepada sikap kurang suka kepadanya. Opsi 2: Coba kita ingat suatu gosip tentang diri kita. Tuliskan perasaan dan reaksi saudara ketika mendengarnya, terutama kepada orang yang diduga menjadi sumber gosip tersebut. Catatlah perubahan-perubahan sikap saudara terhadap orang itu dan renungkanlah mengapa gosip seperti demikian dapat beredar. Entah opsi 1 atau opsi 2 yang saudara pilih, berdoalah saat ini juga kepada Tuhan dan mintalah kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ambillah komitmen kesetiaan pada hari ini kepada orang tersebut dan carilah waktu untuk mendiskusikan “unek-unek” kita dengan orang yang bersangkutan dalam kasih, bukan dalam suatu perdebatan yang sebenarnya untuk membela diri kita sendiri, tetapi sebelumnya mintalah Tuhan pertama-tama mengoreksi diri saudara terlebih dahulu. Setelah itu tuliskan dalam jurnal ini bagaimana hasil pembicaraan tersebut dan berdoalah kembali kepada Allah. 82 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 83 Hari 3: Menghadapi Perlakuan Yang Tidak Pantas (Renungkan Mazmur 37:1-20) Cobalah mengingat seorang saudara yang memperlakukan kita dengan tidak adil, bahkan merugikan kita sedemikian rupa, walaupun kita yakin bahwa kita sama sekali tidak bersalah. Tuliskanlah dalam jurnal ini, bagaimana reaksi dan penguasaan diri saudara ketika itu. Bawakanlah hal tersebut kepada Allah. Pada saat anda berdoa, ambillah waktu untuk mengingat saat saudara menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pada saat saudara mengalami pengampunan Tuhan. Coba bayangkan bagaimana Tuhan Yesus sudah menanggung dosa saudara dan diperlakukan tidak adil: kita yang berdosa, tetapi Ia yang disalibkan, dan refleksikan kebenaran ini terhadap masalah saudara. Biarkan Roh Kudus memimpin saudara, sehingga saudara menemukan cara-cara untuk dapat memenangkan saudara tersebut. Cobalah lakukan pimpin Roh tersebut dalam tindakan nyata dan tuliskanlah hasilnya dalam jurnal ini. 84 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 85 Hari 4: Menghadapi Perbedaan (Renungkan Roma 14:1-15:1, 1 Korintus 8:1-13) Coba kita ingat kejadian dimana kita atau kita melihat seseorang tidak sepaham dengan seorang saudara kita dan akhirnya lepas kontrol, sehingga terjadi perselisihan. Kalau saudara diberi kesempatan mengulangi kejadian tersebut atau saudara menjadi orang tersebut, apakah yang akan saudara lakukan? Tuliskanlah dalam jurnal ini. Kira-kita apakah yang dapat saudara lakukan supaya pemahaman dan tindakan saudara tidak menjadi kesulitan bagi orang lain? Coba tuliskan juga dalam jurnal ini bagaimana caranya kita dengan pertolongan Tuhan dapat mengontrol pengetahuan kita dan tidak menghakimi orang lain? Cobalah praktekkan apa yang sudah saudara tuliskan dan tuliskanlah kembali hasilnya dalam jurnal ini. Hari 5: Menghadapi Kelemahan Diri Sendiri (Renungkan Galatia 5:16-25) Apakah kelemahan saudara yang paling besar? Ambillah salah satu hal, seperti contohnya masalah seksual, ambisi, kuasa, ketamakan, perselisihan dengan saudara, iri hati, amarah, dendam, egoisme atau hal yang lain, untuk saudara renungkan pada hari ini. Tuliskanlah bagaimana cara-cara saudara menguasai diri dan menyelesaikan hal ini. Coba renungkan mengapa saudara kembali gagal dalam hal itu. Pilihlah di bagian berikut, apa yang cocok untuk diri saudara (boleh pilih beberapa sekaligus): Saudara tidak terlalu yakin sudah dilahirkan kembali Saudara tidak memiliki komunitas Kristen dimana saudara bisa berinteraksi dengan baik dengan orang percaya lainnya Hubungan saudara dengan Tuhan tidak bisa di katakan sebagai hubungan yang akrab Saudara terlalu mengandalkan diri sendiri (cobalah lihat kembali tulisan saudara) Saya tidak punya masalah apa-apa, semua hal sudah bisa saya atasi dengan baik. Dari pembahasan kita, kita tahu bahwa kita tidak perlu sok berlaku sebagai seorang yang sudah hebat dan kuat, karena sumber solusi kita ada pada Tuhan. Serahkan kelemahan saudara kepada Dia, dan ketika masalah ini kembali muncul, cobalah saudara segera berseru minta 86 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 87 pertolongan Tuhan yang sanggup melakukan segalanya. Tuliskanlah pengalaman saudara dalam jurnal ini kembali. Catatan: Jikalau saudara memilih salah satu dari pilihan diatas, adalah baik untuk saudara mencari seorang saudara yang matang rohaninya atau seorang hamba Tuhan untuk membicarakan masalah tersebut. Hari 6: Hidup dalam Kemenangan (Renungkan Roma 6) Jikalau ada seseorang mananyakan pengalaman kelahiran kembali saudara, apakah yang akan saudara katakan? Tuliskanlah secara singkat dalam jurnal ini. Janganlah saudara menuliskan riwayat keluarga Kristen saudara atau bahwa saudara sudah dibaptis atau riwayat pelayanan saudara, tetapi bagaimana Tuhan memimpin saudara meninggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Tuliskan juga secara singkat beberapa keindahan hubungan saudara dengan Tuhan dan sesama orang percaya yang dalam satu bulan ini saudara alami. Cobalah sharingkan tulisan saudara hari ini kepada orang lain dan tuliskan kembali ke jurnal ini bagaimana pengalaman saudara dengan orang lain tersebut. 88 Bab IV - integritas orang kristen (3) Bab IV - integritas orang kristen (3) 89 Catatan: Jikalau saudara memiliki kesulitan menuliskan jurnal hari ini, adalah baik untuk saudara mencari seorang saudara yang matang rohaninya atau seorang hamba Tuhan untuk menbicarakan masalah tersebut. Bab 5 PANGGILAN ORANG KRISTEN (1) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami panggilan orang percaya untuk menjadi murid Kristus yang terus belajar dan melayani. 2. Mengenal karunia rohani yang secara khusus Kristus berikan untuk membangun tubuh Kristus. 3. Mengimplementasikan karunia rohani di dalam kehidupan bergereja. Lima Panggilan Orang Kristen (1) [Pembinaan dan Test Karunia] “ Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.“ ( Lukas 17:10 ) P endahuluan Di sebagian gereja, salah satu proyek yang diberikan kepada calon baptisan adalah melayani, terlebih bila mereka sedang atau telah melalui sesi kelas katekisasi dengan tema: pelayanan. Para aktivis dan pengurus senior bahkan hamba Tuhan seakan berlomba untuk menawarkan pelayanan dan mendorong mereka, supaya mereka akhirnya mau mengambil komitmen untuk melayani dalam suatu bidang. Ritual semacam ini tentu tidak buruk, bahkan sesuai dengan panggilan orang Kristen untuk melayani. Namun, melayani tidak berbicara mengenai sudah atau belumnya melayani demi memenuhi syarat panggilan orang Kristen, tetapi melayani berbicara mengenai sudahkah orang Kristen mengerjakan pelayanan yang sesuai dengan kehendak Allah. 92 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab V - panggilan orang kristen (1) 93 Kehendak Allah bagi pelayanan seseorang tidak perlu ditentukan secara mistis, misalnya melalui penampakan-penampakan tertentu, pendengaran akan suara atau kata-kata tertentu maupun kejadian spektakuler tertentu yang melibatkan suatu bidang pelayanan. Hal ini dapat dimengerti secara sederhana karena panggilan pelayanan terkait erat dengan kehadiran Allah Roh Kudus dalam diri orang percaya. Selain menanamkan benih iman supaya seseorang dapat menanggapi panggilan pertobatan, Allah Roh Kudus juga menyiapkan suatu karunia Roh, yang kelak dapat digunakan orang tersebut untuk melayani dalam komunitasnya. Karunia Roh ini terlihat sangat natural, sekalipun dampaknya bisa sangat spiritual. Karunia Rohani juga yang harus digali dan ditemukan, karena merupakan petunjuk utama kepada pangilan pelayanan yang Allah tetapkan bagi seorang percaya. Berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan yang natural, maka pembahasan kita pada bab ini juga berujung pada suatu tindakan praktis, yaitu menemukan karunia Roh melalui survei pribadi. Namun sebelumnya, akan dibahas sikap-sikap dan pemahaman-pemahaman yang diperlukan dalam menemukan dan memperlakukan karunia Roh tersebut. Pembahasan tersebut meliputi tujuan pemberian karunia Roh, jenis-jenis karunia Roh maupun sikap yang tepat dalam menggunakannya. TUJUAN ALLAH MEMBERIKAN KARUNIA ROH Memuliakan Allah merupakan tujuan hidup manusia (lihat Efesus 1:6, 12 dan 14). Hal ini berarti bahwa segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia harus bertujuan untuk memuliakan Allah, tidak terkecuali dengan aktivitas pelayanan. Dalam Roma 12:1-2, setiap orang yang telah diselamatkan seharusnya menjalankan ibadah berupa mempersembahkan tubuhnya untuk melaksanakan kehendak Allah. Pada enam ayat selanjutnya, dijelaskan salah satu cara untuk mewujudkannya, yaitu dengan melayani. Dengan demikian, jelas bahwa tujuan pelayanan adalah memuliakan Allah. Selain tujuan mendasar untuk memuliakan Allah, terdapat beberapa rincian tujuan pemberian karunia yang lebih spesifik, yang dapat dianggap sebagai perwujudan dari tujuan untuk memuliakan Allah. Pertama, karunia Roh berfungsi untuk memenuhi kepentingan bersama; bukan kepentingan pribadi maupun golongan tertentu. Istilah “kepentingan bersama” terdapat secara eksplisit dalam 1 Korintus 12:7. Mengutamakan kepentingan bersama juga merupakan prioritas kehidupan orang Kristen dalam persekutuan, karena merefleksikan karakter Kristus sendiri (lihat Filipi 2:3-4). Kedua, karunia Roh bermanfaat untuk mempersatukan tubuh Kristus atau komunitas orang percaya. Dalam 1 Korintus 12:14-26, rasul Paulus menekankan bahwa perbedaan karunia di antara orang percaya menimbulkan kebutuhan satu dengan yang lain. Dengan adanya kebutuhan ini, maka orang percaya diharapkan dapat saling melayani dan bersatu membentuk komunitas yang bersatu. Adanya perbedaan karunia di 94 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 95 antara orang percaya merupakan sesuatu yang memang disengaja, karena Roh yang memberikan karunia yang berbeda-beda itu adalah Roh yang satu dan menyatukan (Efesus 4:3-7). Ketiga, karunia Roh berguna untuk melengkapi orang percaya bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:12). Dalam hal ini, karunia Roh memiliki tujuan yang lebih besar, di mana bukan hanya mempersatukan tetapi untuk melaksanakan pekerjaan yang mencerminkan kemuliaan Allah. KARUNIA ROH DAN JENISNYA Sehubungan dengan tujuan-tujuan pemberian karunia Roh tersebut, orang percaya perlu menemukan keberadaan yang tepat di tengah-tengah komunitas yang melayani. Sejalan dengan Roma 12:3, pelayanan yang sesuai karunialah (tidak lebih dan tidak kurang) yang sesuai dengan kehendak Allah dan memuliakannya. Untuk itu, setiap orang percaya berkewajiban untuk mencari dan menemukan karunia yang Allah berikan padanya. Jenis karunia Roh sendiri sangat banyak dan sulit untuk dijelaskan dengan sangat detil, namun Alkitab memberikan catatan mengenai beberapa golongan karunia berikut contoh-contohnya. Pertama-tama, karunia pelayanan (gifts of service) terdapat dalam Roma 12:6-8. Selanjutnya, karunia kekuasaan (gifts of power) terdapat dalam 1 Korintus 12:8-10 dan 28-30. Selain itu, karunia kepemimpinan (gifts of leadership) terdapat dalam Efesus 4:11. Terakhir, karunia mengurus (gifts of stewardship) terdapat dalam 1 Petrus 4:11. Macam-macam karunia ini akan dapat lebih dipahami ketika mengisi dan menghitung assessment (tes karunia) terlampir. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai karunia-karunia Roh ini. Pertama, karunia Roh hanya dapat terbentuk dalam diri seseorang melalui pemberian Roh Kudus sendiri (1 Korintus 12:4, 7 dan 11). Oleh sebab itu, Roh Kuduslah yang menentukan siapa yang diberikan karunia apa, dan kapan waktu pemberiannya. Kedua, karunia Roh tidak berasal dari kemampuan atau kualitas dalam diri manusia yang muncul secara alami. Ketiga, menurut indikasi Alkitab dalam 1 Petrus 4:10 (“tiaptiap orang”), setiap orang percaya setidaknya menerima satu macam karunia atau lebih. Meski demikian, tidak ada orang Kristen yang menerima seluruh karunia yang ada, dan penyebaran karunia dalam suatu komunitas tidak akan sama secara merata. Keempat, karunia Roh tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat spektakuler dan menakjubkan. Karunia Roh juga mencakup kualitas-kualitas tertentu yang sederhana, misalnya mengajar, menasihati, memimpin dan sebagainya. Selain itu, karunia yang terlihat paling lemah atau kurang penting, justru merupakan yang paling dibutuhkan (1 Korintus 12:22). SIKAP ORANG PERCAYA TERHADAP KARUNIA ROH Pada bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai aspek-aspek dari buah Roh, sementara bab ini membahas mengenai karunia Roh. Sampai di sini, mungkin timbul pertanyaan: Manakah yang lebih utama, buah Roh atau karunia Roh? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan 96 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 97 kembali berfokus pada tujuan hidup manusia untuk memuliakan Allah. Buah Roh mencapai kemuliaan Allah melalui perubahan karakter manusia menjadi makin serupa dengan Allah. Karakter-karakter yang sejalan dengan sifat Allah sendiri tergambar dalam aspek-aspek buah Roh, sehingga pertumbuhan buah Roh dalam kehidupan orang percaya adalah mutlak. Berbeda dengan itu, karunia Roh tidak menentukan kualitas kehidupan seseorang karena hanya merupakan kemampuan pelengkap. Perkembangan karunia Roh tidak menentukan perkembangan kerohanian seseorang, bahkan karunia Roh dapat disalahgunakan demi mencapai kemuliaan diri. Tentu bila hal ini terjadi, tujuan pemberian karunia Roh bukan hanya tidak tercapai, tetapi diingkari. Sudah selayaknya bagi orang percaya yang melayani, penggunaan karunia Roh diiringi dengan sikap yang tepat sehingga juga menghasilkan pertumbuhan buah Roh. Ada pun sikap orang percaya berkaitan dengan karunia Roh mencakup dua hal, yaitu kerinduan untuk menggunakan dan motivasi untuk menggunakannya. Pertama, kerinduan untuk menggunakan karunia Roh berkaitan dengan partisipasi seseorang dalam kegiatan pelayanan. Beberapa parameter yang mengindikasikan tingkat partisipasi tersebut adalah komitmen menjalankan suatu pelayanan, keinginan mengasah kemampuan melayani, maupun kesediaan mengalokasikan waktu untuk mempersiapkan dan melaksanakan suatu pelayanan. Kedua, motivasi untuk menggunakan karunia Roh berkaitan dengan jawaban dari pertanyaan: Mengapa saya ingin melayani dalam bidang tersebut? Sesuai pembahasan di atas, jawaban idealnya adalah untuk memuliakan Allah lewat karunia yang sudah Ia berikan kepada saya, karena ada kebutuhan di antara saudara seiman mengenai pelayanan dalam bidang tersebut. Namun, tidak sulit juga untuk menemukan jawaban-jawaban lain seperti: agar menarik perhatian orang, agar mendapat pujian orang, agar tidak membuang banyak waktu (khususnya untuk jenis pelayanan yang tidak membutuhkan latihan), agar sesuai dengan hobi, agar memiliki alasan untuk menolak pelayanan lain yang tidak disukai, dan lain sebagainya. Untuk memiliki sikap yang tepat terhadap karunia Roh, orang percaya perlu kembali kepada Allah itu sendiri. Roma 11:36 memberi prinsip dasar bahwa segala sesuatu bersumber dari Allah, dikerjakan oleh Allah dan untuk Allah itu sendiri, termasuk dalam hal pelayanan. Seorang percaya hanya dapat melayani dengan baik bila ia memiliki karunia yang tepat dan memang berasal dari Allah, menggunakan karunia dengan hikmat, kekuatan dan pertolongan Allah, serta memiliki motivasi untuk memuliakan Allah. Hal ini berarti bertolak belakang dengan sikap mengesampingkan Allah dan mengandalkan diri sendiri, serta memanfaatkan karunia yang Allah berikan untuk kemuliaan diri sendiri. Kiranya Allah menolong setiap orang percaya untuk menjauhi sikap-sikap demikian, dan membawa kita menikmati keindahan melayani di dalam Kristus. [FB] 98 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 99 JURNAL KEHIDUPAN Hari ke-1: Apakah saya adalah seorang Kristen yang berharga di mata Allah? Seorang pelayan di restoran tidak akan dapat melayani tamu dengan baik bila ia tidak bersukacita dengan pekerjaannya sebagai pelayan. Pelayan tersebut tidak akan bisa bersukacita melayani bila ia beranggapan bahwa melayani adalah pekerjaan rendahan. Seseorang dapat dengan mudah merasa direndahkan bila ia memang merasa dirinya tidak cukup berharga. Sebaliknya, seseorang yang merasa dirinya amat berharga akan dapat menghasilkan sesuatu yang berharga, sekalipun dikerjakan melalui pelayanan yang kecil. Oleh sebab itu, sebelum saudara memutuskan untuk melayani, tanyakanlah pertanyaan di atas kepada diri saudara sendiri. Berdoalah agar Tuhan membukakan mata rohani saudara untuk anugerah-anugerah-Nya. Hari 2: Apakah saya adalah seorang Kristen yang berharga di mata sesama? Ketika saudara datang ke gereja, baik dilayani maupun melayani, apakah kehadiran kita berdampak baik sesama? Adakah saudara seiman kita mencari kita bila kita tidak beribadah pada suatu kebaktian minggu? Jika ya, apakah yang dinantikan dari diri kita? Apakah apa yang kita miliki itu cukup berharga bagi sesama kita? 100 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 101 Hari 3: Orang Kristen bagaimana yang berharga bagi saya? Mari beranjak dari diri saudara kepada sesama saudara seiman. Siapakah yang paling berharga di mata saudara? Apa yang membuatnya berharga bagi saudara? Apakah kira-kira orang lain juga berpendapat demikian dengan saudara? Jika tidak, mengapa saudara seiman tersebut saudara pandang istimewa? Hari 4: Karunia rohani apa yang paling saya inginkan? Berbicara tentang karunia rohani, jenis karunia macam apakah yang saudara paling inginkan? Bila memungkinkan, pikirkan gambaran yang lebih spesifik mengenai kemampuan dan kegunaan karunia rohani tersebut. Pikirkan juga hal terbaik yang dapat dicapai dengan adanya karunia tersebut. Refleksikan dengan diri saudara, mengapa saudara sangat menginginkan karunia tersebut? Bandingkan kembali dengan pembahasan sebelum, khususnya pada bagian akhir; apakah motivasi saudara sudah tepat? 102 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 103 Hari 5: Karunia rohani apa yang saya miliki? Sudahkah saudara mengisi assessment karunia rohani yang terlampir? Bila belum, isilah dengan tenang, namun tanpa berpikir terlalu lama untuk tiap butirnya. Coba lihat hasilnya, karunia apa yang saudara dapatkan; sesuaikah dengan yang selama ini saudara pikir saudara miliki? Sudahkah saudara menggunakannya dalam pelayanan? Adakah pelayananpelayanan yang terlihat kurang sesuai dengan karunia tersebut, tetapi sedang saudara kerjakan saat ini? Seandainya Tuhan akan mengabulkan satu permintaan saudara untuk menukar/mengganti karunia yang Ia berikan kepada saudara, apa yang akan saudara katakan kepada-Nya? Hari 6: Mari muliakanlah Tuhan kita! Bacalah Matius 25:14-30, kemudian ulangi dan hayati ayat 21 dan 23. Pernahkah saudara membayangkan bahwa Tuhan saudara akan berkata demikian kepada saudara? Apakah saudara menginginkan Tuhan mengucapkannya kelak untuk saudara? Ingatlah bahwa penilaian Tuhan akan sesuai dengan karunia yang telah Ia berikan kepada saudara. Tuhan telah menyediakan jalan agar saudara menjadi hamba yang baik dan setia. Karunia rohani yang Ia berikan adalah jalannya, gunakan itu untuk memuliakan Tuhan. Pandanglah karunia tersebut bukan hanya sebagai sesuatu yang berguna dan berharga, tetapi juga pesan secara khusus untuk saudara melayani Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Selamat melanjutkan pergumulan ini dalam pelayanan saudara. Tuhan memberkati. 104 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 105 Petunjuk Ini bukan merupakan sebuah tes, sehingga tidak ada salah menjawab. Survei Karunia Rohani memuat 80 pernyataan. Sebagian merupakan tindakan nyata, sebagian lain merupakan penjelasan tentang karakter/sifat, dan sebagian lainnya berupa pernyataan iman. - Pilihlah salah satu respons yang paling sesuai dengan diri saudara dan tuliskan pada tempat kosong di sebelah nomor pernyataan. Isilah jawaban saudara di tempat tersebut untuk tiap pernyataan. - Jangan berpikir terlalu lama untuk sebuah soal. Ingatlah, ini bukan tes. Biasanya respons spontan adalah yang paling sesuai. - Mohon menjawab survei pada tiap pernyataan, jangan mengosongkan satu soal pun. - Jangan menanyakan jawaban orang lain atau meminta masukan jawaban bagi saudara. - Kerjakan sendiri-sendiri. Pilihan respons untuk tiap pernyataan 5—Saya selalu seperti demikian 4—Saya hampir selalu seperti demikian 3—Saya kadangkala seperti demikian 2—Saya hampir tidak pernah seperti demikian 1—Saya tidak pernah seperti demikian _____1. Saya memiliki kemampuan mengorganisir ide, sumber daya, waktu dan orang dengan efektif _____2. Saya berkeinginan untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk tugas mengajar _____3. Saya dapat mengorelasikan kebenaran-kebenaran Allah pada situasi yang spesifik _____4. Saya dikaruniai kemampuan membimbing orang lain untuk bertumbuh dalam iman _____5. Saya memiliki kemampuan khusus untuk mengomunikasikan kebenaran tentang keselamatan _____6. Saya berkemampuan mengambil suatu keputusan genting jika diperlukan _____7. Saya merasa peka ketika melukai perasaan seseorang _____8. Saya mendapatkan sukacita ketika berbagi dengan orang lain yang membutuhkan _____9. Saya menikmati ketika belajar _____10. Saya menyampaikan berita Allah tentang peringatan dan penghukuman _____11. Saya dapat mengenali dengan tepat motivasi dan gerak-gerik orang lain _____12. Saya memiliki kemampuan khusus untuk bersandar kepada Allah dalam situasi sulit _____13. Saya sangat berhasrat untuk berkontribusi membentuk dan mendirikan gereja baru _____14. Saya cenderung berbuat sesuatu ketika mendapati kebutuhan fisik dan praktis, dibanding hanya membicarakan atau merencanakan untuk memberi bantuan _____15. Saya menikmati ketika melayani para tamu di rumah saya _____16. Saya dapat menyesuaikan bimbingan yang tepat dengan tingkat kedewasaan orang di sekitar saya _____17. Saya dapat mendelegasikan dan menugaskan halhal yang penting _____18. Saya memiliki kemampuan dan hasrat untuk mengajar 106 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 107 _____19. Saya biasanya dapat menganalisis suatu situasi dengan tepat _____20. Saya secara alami berkecenderungan menguatkan orang lain _____21. Saya berkeinginan untuk membantu orang Kristen lainnya bertumbuh dalam iman _____22. Saya memiliki kesadaran yang tinggi akan keadaan emosi orang lain, seperti kesepian, terluka, takut dan marah _____23. Saya seorang yang bersukacita dalam memberi _____24. Saya menghabiskan waktu untuk menggali berbagai fakta _____25. Saya merasa saya mendapat pesan dari Allah untuk orang lain ____26. Saya dapat mengenali seseorang tulus/jujur atau tidak _____27. Saya seorang yang memiliki visi (gambaran yang jelas tentang masa depan yang Tuhan inginkan). Saya dapat mengomunikasikan visi tersebut dengan cara tertentu sehingga orang lain mau berkomitmen untuk berusaha mewujudkannya. _____28. Saya berkeinginan mewujudkan kehendak Allah daripada mempertanyakan dan meragukannya _____29. Saya mau lebih aktif terlibat membawa berita Injil kepada orang-orang di belahan dunia yang lain _____30. Merupakan suatu kesenangan untuk melakukan sesuatu bagi orang yang membutuhkan _____31. Saya berhasil membuat suatu kelompok orang melakukan tugas-tugasnya dengan sukacita _____32. Saya dapat membuat orang asing cepat merasa nyaman _____33. Saya memiliki kemampuan merencanakan pendekatan-pendekatan dalam belajar _____34. Saya dapat mengenali siapa yang butuh untuk dikuatkan _____35. Saya telah melatih orang-orang Kristen untuk menjadi murid Kristus yang semakin taat _____36. Saya ingin melakukan apa saja untuk membuat orang lain datang pada Kristus _____37. Saya tertarik pada orang yang sedang terluka _____38. Saya seorang yang murah hati dalam memberi _____39. Saya dapat menemukan kebenaran-kebenaran yang baru _____40. Saya mendapatkan ilham secara rohani dari Alkitab tentang isu-isu tertentu atau orang-orang dan terdorong untuk memberitakannya _____41. Saya peka ketika seseorang bertindak sesuai rencana Allah _____42. Saya dapat bersandar pada Allah ketika keadaan di sekitar tampak gelap _____43. Saya dapat menentukan kehendak Allah bagi suatu kelompok dan menolong mereka mencapainya _____44. Saya sangat berhasrat membawa berita Injil ke tempat yang belum pernah mendengarnya _____45. Saya senang menjangkau orang baru di gereja dan komunitas saya _____46. Saya tersentuh terhadap kebutuhan seseorang _____47. Saya dapat merencanakan dengan efektif dan efisien agar suatu kelompok mencapai tujuannya _____48. Saya sering bertukar pendapat dengan sesama orang Kristen yang sedang bergumul untuk mengambil keputusan sulit _____49. Saya memikirkan bagaimana untuk menyenangkan 108 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 109 dan menguatkan orang lain di gereja saya _____50. Saya dapat memberikan bimbingan rohani bagi orang lain _____51. Saya dapat menghadirkan berita Injil yang orang terhilang sedemikian rupa sehingga mereka menerima Tuhan dan diselamatkan _____52. Saya memiliki kapasitas yang tidak biasa untuk memahami perasaan orang yang sedang tertekan _____53. Saya memiliki dasar penatalayanan yang kuat berdasarkan kesadaran bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu _____54. Saya telah menyampaikan kepada orang-orang lain tentang pesan yang datang langsung dari Allah _____55. Saya dapat merasakan ketika seseorang bertindak di bawah kepemimpinan Allah _____56. Saya mencoba untuk terus-menerus berada dalam kehendak Allah dan bersedia dipakai oleh-Nya. _____57. Saya merasa seharusnya membawa berita Injil bagi orang yang berbeda keyakinan dengan saya _____58. Saya memiliki kesadaran yang jelas akan kebutuhan fisik sesama saya _____59. Saya berkemampuan menetapkan arah yang positif dan langkah-langkahnya dengan tepat _____60. Saya senang bertemu pengunjung di gereja dan membuat mereka merasa diterima _____61. Saya menjelaskan isi Alkitab sedemikian rupa sehingga orang lain dapat memahaminya _____62. Saya biasanya dapat melihat adanya solusi rohani bagi sebuah permasalahan _____63. Saya menyambut kesempatan untuk menolong orang yang butuh ketenangan, penghiburan, penguatan dan konseling _____64. Saya merasa mudah untuk membagikan Kristus kepada orang yang tidak percaya _____65. Saya dapat mempengaruhi orang lain untuk memaksimalkan potensi yang Allah berikan padanya _____66. Saya mengenali tanda-tanda tertekan dan kesulitan pada orang lain _____67. Saya berhasrat untuk memberi dengan murah hati dan rendah hati untuk proyek-proyek dan pelayananpelayanan yang bermanfaat _____68. Saya dapat mengorganisir fakta-fakta menjadi keterhubungan yang bermakna _____69. Allah seringkali memberikan pesan kepada saya untuk disampaikan kepada umat-Nya _____70. Saya dapat merasakan apakah seseorang jujur ketika menceritakan pengalaman rohaninya _____71. Saya senang menyajikan berita Injil bagi orangorang dengan budaya dan latar belakang berbeda _____72. Saya senang melakukan hal-hal kecil yang dapat membantu orang lain _____73. Saya bisa memberikan penjelasan yang jelas dan tidak rumit _____74. Saya dapat mengaplikasikan kebenaran Alkitab pada kebutuhan spesifik di gereja saya _____75. Allah menggunakan saya untuk menolong orang lain hidup seperti Kristus _____76. Saya dapat mengetahui yang orang lain butuhkan untuk menjadi semakin efektif dalam pelayanan _____77. Saya suka berbicara tentang Kristus kepada orang yang belum mengenal-Nya _____78. Saya memiliki kemampuan untuk membuat para tamu saya merasa seperti di rumah sendiri 110 Bab V - panggilan orang kristen (1) Bab V - panggilan orang kristen (1) 111 _____79. Saya memiliki jangkauan bahan-bahan studi yang luas dan tahu bagaimana mendapatkan informasi _____80. Saya merasa diyakinkan bahwa keadaan akan berubah demi kemuliaan nama Allah, sekalipun terlihat tidak mungkin Bab 6 PANGGILAN ORANG KRISTEN (2) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami panggilan orang percaya untuk hidup di dalam persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya sebagai tubuh Kristus. 2. Mengalami persekutuan dengan orang- orang percaya sebagai tubuh Kristus. 3. Mengimplementasikan persekutuan dengan orang-orang percaya. Enam Panggilan Orang Kristen (2) [Ibadah Dan Persekutuan] “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.“ (Ibrani 10:25 ) P endahuluan “Wah, sekarang macet di mana-mana, dulu ke kantor hanya 15 menit sekarang telah menjadi 30 menit bahkan kadang-kadang bisa 1 jam.” Namun ada kalimat lain yang saat ini juga telah menjadi sering untuk diucapkan “Ya sudah, kita rapat di group milis saja dari pada waktunya habis di jalan.” Kalimat-kalimat tersebut adalah beberapa contoh kalimat yang umum diucapkan oleh orang-orang yang tinggal di kota besar, terutama Jakarta. Barangkali kondisi itu telah menjadi hal rutin yang kita jalani setiap hari, termasuk pada hari-hari dimana kita harus pergi ke gereja. Di samping itu, perkembangan teknologi yang cepat juga telah memberikan dampak bagi kita dalam “mengatasi” kemacetan tersebut. Berbagai gadget telah memudahkan kita dalam berkomunikasi, sehingga kita bisa rapat, mendengarkan puji-pujian, mendengarkan khotbah, dan sekaligus 114 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab VI -panggilan orang kristen (2) 115 sebagai alat yang menghibur kita. Jauhnya jarak dan tempat dapat dijembatani oleh gadget tersebut. Apa efek yang ditimbulkan dari kedua hal di atas? Berkumpul bisa menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan saat ini. Ada beberapa pertanyaan dapat muncul: “Untuk apa kita datang ke gereja dengan bermacet-macet ria kalau melalui gadget kita sudah bisa melakukan berbagai hal?”, “Mengapa kita harus bersekutu bersama dalam satu komunitas Kristen?”, “Mengapa dan untuk apa kita membangun serta terlibat di dalam sebuah komunitas Kristen?”, “Apakah yang Firman Tuhan katakan mengenai persekutuan dalam komunitas Kristen?” Apa itu persekutuan Kristen? Apakah bedanya Persekutuan Kristen dengan persahabatan? Kalau persahabatan merupakan proses alamiah dari sebuah pertemanan yang diikat berdasarkan kecocokan satu sama lain. Sedangkan persekutuan Kristen merupakan wadah pembentukan yang Allah sediakan bagi setiap umatNya untuk dapat bertumbuh secara maksimal. Allah mempersatukan umat-Nya tanpa melihat kecocokan yang ada namun Allah mengikat persekutuan tersebut di dalam kasih Allah sendiri. Yesus berkata “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:20). Hal ini mengindikasikan bahwa dalam persekutuan Kristen bukan sekedar adanya relasi antar manusia tetapi di situ Allah hadir, menyertai, dan berkarya. Tujuan Persekutuan Kristen Allah menerima kita apa adanya namun Allah tidak membiarkan kita apa adanya, tetapi Allah akan membentuk kita menjadi ada apanya, yaitu ada Kristus di dalam hidup kita. Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-28). Namun ketika manusia jatuh ke dalam dosa maka gambar dan rupa Allah yang ada di dalam manusia tersebut telah menjadi rusak. Sehingga Kristus harus mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Ketika kita beroleh keselamatan, tujuan Allah bukan hanya sekedar menyelamatkan kita tetapi mengembalikan kita kepada gambar dan rupa Allah dengan cara menjadikan kita segambar dengan Allah yang kelihatan di dalam diri Yesus Kristus (Roma 8:29). Bila kita melihat Roma 12:2 yang mengatakan “janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu…” bagian ini dilanjutkan dengan bagian yang membahas mengenai orang kristen sebagai satu tubuh yang harus melakukan berbagai hal sebagai komunitas (Roma 12:5). Mengapa demikian? Di dalam diri kita ada 4 hubungan antara kesadaran kita dengan penampakan perilaku kita: 1. Menyadari dan terlihat : memukul 2. Menyadari dan tidak terlihat : pikiran-pikiran jahat 3. Tidak menyadari dan terlihat : kebiasaan buruk 4. Tidak menyadari dan tidak terlihat : kesombongan dalam diri 116 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 117 Untuk no.1 dan 2, walaupun tidak mudah, namun kita dapat berjuang sendiri untuk berubah karena kita menyadarinya. Sedangkan untuk no.4, hanya anugerah Tuhanlah yang mampu menolong kita karena kita belum mampu menyadarinya dan tidak ada orang lain yang mengetahui yang dapat membantu kita. Namun untuk no.3, Allah memberikan peran kepada orang-orang disekitar kita untuk membuat kita sadar dan berubah, maka persekutuan menjadi wadah yang Tuhan sediakan untuk menolong kita menyadari adanya perilaku yang salah dalam hidup kita. Tidak jarang karakter kita mengalami pembentukan melalui konflik dengan sesama saudara seiman di dalam persekutuan. Ketika kita mengalami konflik maka kita akan tahu siapa kita ini sesungguhnya. Apakah kita tetap ada dalam karakter kita yang lama atau telah memiliki karakter yang baru? Sangat wajar kalau kita bisa memiliki ketidakcocokan satu dengan yang lain. Namun justru di dalam ketidakcocokan itulah Allah ingin kita saling membentuk. Dengan demikian fokus persekutuan Kristen bukan hanya sekedar berkumpul bersama untuk sama-sama bernyanyi, samasama membaca Alkitab, bersama-sama melayani, namun untuk bertumbuh bersama-sama. Manfaat persekutuan Sebagai orang Kristen kita harus bertumbuh semakin dewasa secara rohani, hal ini paling tidak berkaitan dengan 4 aspek yaitu: 1. Bertumbuh dalam Pengetahuan (Kolose 1:10) Pengetahuan akan kebenaran melalui Firman Tuhan merupakan modal dasar yang harus dimiliki agar kita dapat menjalankan kehidupan dengan benar. Namun kadangkala ada hal-hal yang sulit kita pahami ketika kita membaca Alkitab sendiri karena pikiran kita sangat terbatas, namun dengan adanya persekutuan, kita bisa berbagi pemahaman yang membuat kita bisa lebih mengerti. 2. Bertumbuh dalam Iman (2 Korintus 10:15) Sejarah bangsa Indonesia memberikan sebuah pelajaran bagi kita. Pada waktu bangsa asing menjajah negeri kita, banyak orang Indonesia yang berjuang dan berperang sendiri-sendiri sehingga tidak peduli seberapa tangguhnya mereka berjuang, pada akhirnya mereka gugur satu per satu. Demikian juga ketika kita menjalani hidup di dunia ini. Tanpa adanya persekutuan, kita akan sering mengalami kegagalan untuk terus menjadi garam dan terang di tempat kita berada di tempat kerja, di sekolah, di rumah, dan dimanapun juga. Kita akan sulit untuk mempertahankan iman Kristen kita tanpa adanya persekutuan dan kehidupan bergereja karena tidak ada dukungan doa dan pertumbuhan bersama sehingga kita 118 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 119 berjalan dan berjuang sendirian. Kita bisa menjadi orang Kristen yang memiliki iman yang suam-suam kuku. Selain itu bila ada pergumulan-pergumulan berat yang telah kita doakan secara pribadi namun belum dijawab oleh Tuhan, hal ini kadangkala membuat kita putus asa namun ketika melihat bahwa ada doa-doa dari saudara-saudara seiman kita yang telah dijawab oleh Tuhan, itu membuat kita bertumbuh di dalam iman. Artinya dalam persekutuan kita tidak hanya saling mendoakan, namun ketika kita juga mendengar bagaimana saudara-saudara seiman kita di dalam persekutuan memberikan kesaksian mengenai campur tangan Allah di dalam dirinya yang telah melepaskan dia dari berbagai kesulitan, yang telah menolong dia untuk bertumbuh, hal ini akan menguatkan iman percaya kita kepada Tuhan. Maka persekutuan menjadi sarana bagi kita dalam hal memelihara iman kita agar terus bertumbuh. Demikian juga sebaliknya biarlah keberadaan kita di dalam persekutuan bisa menguatkan iman saudara-saudari kita dengan membagikan firman Tuhan yang kita tahu, dengan mendoakan mereka dan dengan memberikan kesaksian bagaimana Tuhan telah campur tangan dalam kehidupan kita. “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka, Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!... Dan bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” (Pengkhotbah 4:9-10,12) 3. Bertumbuh dalam Kasih Pertumbuhan iman yang dialami seorang Kristen akan diiringi dengan bertambahnya kasih kita kepada Tuhan dan kepada sesama. Seiring dengan proses pertumbuhan kasih kita, Tuhan akan memperlengkapi kita dengan berbagai karunia rohani (Roma 12:6-8; I Korintus 12:8-10). Pada akhirnya tujuan yang Allah inginkan dari pemberian karunia-karunia rohani kepada kita adalah agar kita dapat saling melayani sesama orang Kristen sebagai anggota tubuh Kristus. Maka kita harus mempergunakan karunia-karunia yang Tuhan percayakan itu dengan penuh tanggung jawab. Persekutuan adalah sarana yang telah Tuhan sediakan untuk kita dapat bertumbuh di dalam kasih dan pelayanan kita kepada saudara seiman secara efektif melalui karuniakarunia yang telah Tuhan berikan bagi kita. “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” (1 Petrus 4:10) 120 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 121 4. Bertumbuh dalam Karakter Hati yang dipenuhi oleh kasih Allah yang membuat kita bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kepada sesama memberikan dorongan kepada kita untuk terus mengalami tranformasi, memiliki hati yang taat dan mau dibentuk oleh Allah. Sehingga kitapun akan mengalami perubahan karakter. Proses tersebut bersifat progresif dan bukan sebuah proses yang instan. Terkadang sangat berat untuk kita jalani sendiri, kita membutuhkan dorongan dari komunitas, Persekutuan Kristen menjadi sangat diperlukan dalam proses ini. “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (Amsal 27:17) Bentuk persekutuan Terdapat dua bentuk persekutuan Kristen yaitu: 1. Formal Persekutuan yang direncanakan oleh gereja baik dalam bentuk persekutuan kategorial maupun persekutuan wilayah dimana susunan acara dan topiknya biasanya sudah ditentukan oleh gereja. 2. Informal Persekutuan yang tidak direncanakan atau direncanakan hanya oleh anggota kelompok sesuai kesepakatan. Persekutuan ini bisa terjadi dalam bentuk rekreasi bersama, pertemuan di pasar, di tempat olahraga, di tempat kerja, dll. Persekutuan ini bisa terjadi terhadap orang yang memang sudah terbiasa bertemu ataupun orang yang Tuhan pertemukan secara khusus. Menyadari bahwa persekutuan Kristen merupakan sarana yang dibentuk oleh Allah maka sebagai orang Kristen diharapkan kita tidak membatasi kepada hanya salah satu bentuk persekutuan saja tetapi kita selalu memandang bahwa apapun yang Allah sediakan kita tetap terlibat dan menghargainya. Sikap sebagai Anggota persekutuan Lamanya kita terlibat dalam sebuah persekutuan tidak menjamin bahwa kita bertumbuh dan lebih dewasa secara rohani. Sama seperti setiap manusia yang pasti menjadi tua namun tidak pasti menjadi lebih dewasa, banyak orang yang secara usia sudah cukup tua namun kedewasaannya tidak sebagaimana usianya. Hal ini terjadi karena menjadi tua sudah otomatis sedangkan menjadi dewasa perlu kesadaran dan usaha. Demikian juga dalam hal rohani kita harus menyadari bahwa kita perlu terus bertumbuh dan berusaha untuk menjalani pertumbuhan itu. Maka sikap yang perlu kita miliki : 1. Bersandar kepada kuasa Tuhan Menyadari bahwa Tuhan hadir dan berkarya dalam persekutuan kita, maka kita harus bergantung sepenuh- 122 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 123 nya kepada kuasa Allah. Segala apa yang kita rencanakan, lakukan, serta konflik-konflik yang mungkin terjadi haruslah dibawa ke hadapan Tuhan. 2. Rendah Hati Menyadari bahwa persekutuan merupakan wabah pembentukan diri kita maka kita perlu memiliki sikap rendah hati untuk menerima nasihat, dorongan, kritikan, dll. Kita juga harus memiliki sikap rendah hati tanpa memandang siapa diri kita, apa jabatan kita, karena dihadapan Allah kita sama-sama perlu pembentukan dari Allah. Kita juga harus rendah hati dengan tidak memandang rendah orang lain siapapun mereka, apapun jabatan mereka, karena siapapun mereka bisa diperkenankan oleh Allah untuk menolong kita. (lihat Filipi 2:2-8). 3. Aktif Menyadari bahwa kitapun bisa menjadi alat ditangan Allah untuk menolong orang lain. Maka kita harus aktif berperan membangun persekutuan tersebut dengan terlibat aktif sesuai dengan apa yang dapat kita perankan menurut kehendak Tuhan. (Ibrani 10:25-26) Hal yang yang menghambat persekutuan Melihat pentingnya persekutuan namun ternyata tidak mudah untuk menjalankannya, maka kita perlu untuk melihat faktor-faktor yang dapat menghambat persekutuan yang kita jalankan. Ada beberapa faktor yang perlu kita atasi : 1. Malas Kemalasan merupakan faktor yang utama yang seringkali menghambat kita untuk ikut dalam persekutuan yang seringkali dibungkus dengan faktor-faktor lainnya. Maka kita harus berjuang untuk saling memberi semangat satu dengan yang lain. (Ibrani 10:24) 2. Berjumpa dengan orang yang tidak disukai Berjumpa dengan orang yang tidak disukai menjadi faktor yang bisa memberatkan bagi kita untuk ikut terlibat dalam persekutuan, maka ketika terjadi konflik baik bersifat terbuka atau ada sesuatu yang menjadi ganjalan maka kita harus segera menyelesaikannya sesuai dengan hikmat dari pada Tuhan. 3. Tidak sesuai dengan yang diinginkan Kegiatan yang diadakan dalam persekutuan terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita. maka kita perlu melihat kepentingan yang lebih besar daripada kepentingan kita sendiri. Kita juga perlu melihat sejauh mana kita telah berperan, mungkin Allah ingin kita berperan untuk membuat persekutuan tersebut lebih hidup. 4. Waktu dan tempat yang tidak tepat Terkadang sulit tempat yang cocok 124 untuk untuk menemukan waktu dan seluruh peserta, namun Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 125 persekutuan haruslah tetap berjalan sehingga kesepakatan harus diambil. Kesimpulan Dari sini kita dapat melihat bahwa ketika Allah menciptakan manusia, Ia mempunyai tujuan. Allah menciptakan manusia untuk bersekutu sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk menggenapkan rencana Allah. Persekutuan merupakan sarana yang Allah berikan kepada kita agar kita bisa bertumbuh kearah Kristus yang adalah kepala. Sebagaimana jemaat mula-mula telah mengalami sebuah pertumbuhan rohani secara kuantitas maupun kualitas, baiklah kita juga menerima dengan senang hati pembentukan kerohanian kita melalui persekutuan yang telah Allah sediakan bagi kita. Dan pertumbuhan hanya dapat dialami oleh masingmasing orang jika telah melakukan pekerjaanpekerjaan yang telah menjadi bagiannya serta bersekutu bersama-sama dengan anggota tubuh yang lain sehingga Kristus menjadi kepala gereja dan setiap orang kristen menjadi anggota tubuh dan semuanya itu saling terintegrasi dengan baik. Tanpa persekutuan yang baik, tujuan yang Allah tentukan bagi kita akan sulit untuk digenapkan. Bagaimana dengan persekutuan kita? Apakah persekutuan kita hanyalah menjadi tempat untuk kita bernyanyi bersama, mendengarkan khotbah bersama, kadang makan bersama, atau jalan-jalan bersama? Atau mungkin lebih baik lagi jika kita terlibat dalam sebuah proyek yang dikerjakan bersama-sama, namun memiliki tujuan hanya sekedar proyek tersebut selesai. Jikalau alasannya seperti ini, maka persekutuan kita tidaklah berbeda dengan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja yang bahkan kegiatannya jauh lebih menarik. Persekutuan tersebut tidak boleh hanya berhenti di dalam persekutuan itu sendiri. Tujuan akhir daripada sebuah persekutuan bukanlah persekutuan itu sendiri, tetapi terdapat tujuan lain yang telah ditetapkan atau direncanakan oleh Allah untuk digenapkan melalui persekutuan tersebut. Persekutuan semakin bertambah penting khususnya bagi orang Kristen. Bahkan jikalau terdapat orang yang mampu menghafalkan seluruh isi Alkitab, memahami seluruh doktrin, menguasai apologetika dengan baik, mengerti bahasa Ibrani dan Yunani, dan kehebatankehebatan yang lain tetapi orang tersebut hidup sendirian, maka semua kehebatan dan pengertian tersebut menjadi percuma dan tidak berguna. Ketika manusia menolak untuk bersekutu, manusia tersebut menolak tujuan Allah yang telah ditetapkan bagi dia, menolak panggilannya di dalam bergereja. Karena sesungguhnya persekutuan Kristen bukanlah sekedar sebuah sarana / alat bagi kita untuk bertumbuh namun sesungguhnya persekutuan Kristen merupakan jati diri setiap orang Kristen sebagaimana Allah di dalam dirinya sendiri memiliki sebuah persekutuan yang indah antara Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Sehingga keberadaan 126 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 127 kita sebagai satu tubuh Kristus menjadi sesuatu yang melekat dalam diri kita (1 Korintus 12:7). Kalau kita tidak memiliki kerinduan untuk bersekutu maka sebenarnya kita sedang mengingkari jati diri kita sebagai orang Kristen. [BW] “ Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25) JURNAL KEHIDUPAN Hari 1: Persekutuan bagi Hidup Saudara Coba jelaskan, seberapa pentingkah persekutuan bagi saudara? Apakah yang telah menyebabkan anda bersikap demikian? Hari 2: Manfaat Persekutuan bagi Hidup Saudara Ingatlah baik-baik, selama anda mengikuti persekutuan siapakah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan untuk membantu pertumbuhan saudara? Bagaimanakah mereka telah membantu pertumbuhan saudara? Apa respon saudara? 128 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab VI -panggilan orang kristen (2) 129 Hari 3: Hidup Saudara bagi Persekutuan Ingatlah baik-baik, selama anda mengikuti persekutuan, siapakah orang-orang yang bertumbuh melalui kehadiran saudara? Bagaimanakah saudara telah membantu pertumbuhan mereka? Apa respon saudara? Hari 4: Duri dalam Persekutuan Selama saudara ikut persekutuan, siapakah orang-orang yang telah mengecewakan saudara? Dalam hal apakah mereka telah mengecewakan? Bagaimanakah respon saudara selama ini? Respon seperti apakah yang seharusnya saudara ambil? Hari 5: Berani Bersekutu Perhatikanlah secara seksama sikap-sikap yang ada dalam diri saudara selama ini, adakah yang perlu saudara perjuangkan untuk ditingkatkan? Hari 6: Praktek Bersekutu Dalam kondisi persekutuan saat ini, tanyakanlah kepada Tuhan apa yang perlu anda lakukan agar anda bisa lebih berperan di dalam persekutuan yang sedang anda ikuti! 130 Bab VI - panggilan orang kristen (2) Bab 7 PANGGILAN ORANG KRISTEN (3) Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami panggilan orang percaya untuk berbuat baik dan memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini. 2. Mengenal kondisi dunia ini. 3. Mengimplementasikan perbuatan baik dan pemberitaan Injil di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuh Panggilan Orang Kristen (3) [Misi Dan Diakonia] “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, “ ( Kisah Para Rasul 2:42 ) P endahuluan Kehadiran gereja dan orang percaya harus dirasakan oleh dunia ini. Gereja hadir bukan untuk dirinya sendiri, tetapi bagi dan untuk dunia ini. Gereja disebut sebagai gereja jika gereja dapat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. Ini berarti gereja tidak dapat memisahkan dirinya dari dunia di mana gereja itu hadir. Gereja harus bertindak secara nyata dalam pelayanan sosial secara komprehensif, berkesinambungan serta menjangkau ke dalam dan ke luar. Kehadiran orang percaya dan gereja di dunia ini dapat dirasakan melalui pelayanan Misi dan diakonia. 1. MISI Penyakit yang menjadi ketakutan semua orang adalah penyakit mematikan yang belum ada obatnya di dunia ini. Cepat atau lambat, orang yang mengidap penyakit mematikan itu akan meninggal tanpa ada orang atau obat 132 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab VII - panggilan orang kristen (3) 133 yang bisa menolongnya. Betapa menggembirakannya jikalau seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya obat itu ditemukan dan terbukti bisa memberikan kesembuhan untuk penyakit mematikan itu. Ketika ada orang mengidap penyakit mematikan itu dan kita yang sudah mengetahui apa obatnya, tetapi kita tidak mau memberitahukan obatnya, maka orang seperti apakah kita ini? Coba bayangkan, betapa jahatnya kita, ketika menahan berita yang bisa menyelamatkan orang lain hanya untuk diri kita sendiri! Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, kita sering mengabaikan orang-orang yang hidup tanpa Kristus. Kita tahu bahwa Yesuslah satu-satunya jalan Keselamatan dan semua orang memerlukan DIA (Kisah Para Rasul 4:12), namun kita diam membisu dan tidak bertindak apa-apa. Allah mengasihi dan peduli kepada setiap orang berdosa, sehingga Ia mau menyelamatkan manusia dari cengkeraman dosa yang membinasakan dan mendamaikan mereka dengan DiriNya. Oleh sebab itu, misi Yesus Kristus datang ke dunia ini adalah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan akibat dosa. Yesus mengerti dengan jelas apa yang misi kedatanganNya ke dunia ini dan Dia menyelesaikannya dengan sempurna (Yohanes 19:30). Apa yang menjadi misi Kristus di dunia ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan menjadi misi murid-muridNya. Tuhan Yesus menyelamatkan kita bukan supaya kita terlena menikmati keselamatan itu sendirian, melainkan mengutus kita untuk membawa orang pada keselamatan yang sudah kita alami (2 Korintus 5:20). Tuhan Yesus sebelum naik ke surga berkata, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20) Tugas yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya sebelum kenaikanNya ke sorga adalah Amanat Agung. Amanat Agung mencakup tindakan pergi ke seluruh penjuru dunia untuk membangun kerajaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak suku bangsa. Tuhan Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk “pergi.” Dia tidak meminta mereka setelah menjadi murid-muridNya untuk terisolir jauh dari dunia. Dia pun tidak meminta para muridNya untuk menghabiskan hidup mereka di dunia ini diri mereka sendiri. Mereka pun tidak boleh pasrah begitu saja menunggu kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, melainkan harus bertindak untuk pergi. Semangat para murid pun berkobar. Tidak ada siapapun atau apapun yang sanggup menghalangi mereka. Tidak ada perkara apa pun lainnya yang lebih penting bahkan tidak ada harga yang terlalu mahal untuk dibayar. Banyak murid Yesus yang mati sebagai martir demi tujuan ini. Murid murid yang lain pun bangkit dan meneruskan misi Amanat Agung ini. Amanat Agung ini harus diteruskan oleh orang percaya secara estafet dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga tiba kesudahannya pada akhir zaman nanti. Dengan demikian, amanat agung tersebut berlaku juga bagi setiap orang di zaman ini yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Namun dua ribu tahun setelah semangat yang membara dari murid murid Yesus ini, anak Tuhan telah kehilangan semangat ini. Dalam kondisi makmur, nyaman dan kenikmatan di zona nyaman telah 134 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 135 mengalihkan perhatian umat Kristen masa kini. Zona nyaman sudah meninabobokan banyak gereja sehingga misi Amanat Agung menjadi terbengkalai begitu saja dan tidak terselesaikan. Umat Kristen masa kini sudah kehilangan api untuk melaksanakan Amanat Agung ini. Amanat Agung haruslah menjadi misi gereja secara utuh dan tuntas. Utuh dan tuntas berarti misi haruslah mencakup semua perintah Tuhan Yesus dalam Amanat Agung ini, yaitu: Pergilah, Jadikanlah, Baptislah dan Ajarlah. Keempat perintah ini bukan bersifat pilihan untuk memilih salah satu saja yang dikerjakan, melainkan harus dilaksanakan semuanya. Ini berarti misi tidak boleh hanya dipahami sebagai sebuah usaha penginjilan saja. Tugas misi mencakup aspek yang jauh lebih luas dari pada penginjilan. Penginjilan itu bagian dari pada misi, tetapi misi tidak hanya penginjilan. Penginjilan itu menghasilkan petobat-petobat baru, tetapi setelah mereka bertobat, apakah misi dianggap sudah selesai? Tujuan akhir Amanat Agung tidak pernah berhenti hanya sampai pada pertobatan. Tetapi dilanjutkan pada panggilan untuk dilengkapi dan melengkapi. Tuhan Yesus berkata, ”ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Perkataan ajarlah mereka merupakan perkataan yang sangat penting. Ajarlah mereka berarti terjadi proses pemuridan atas petobat-petobat baru. Petobat-petobat baru mengalami proses pemuridan untuk menjadi seorang murid yang serupa dengan Kristus. Manusia benar-benar butuh diselamatkan dan harus diselamatkan, jika tidak setiap orang akan menuju kebinasaan kekal. Tanpa keselamatan dari Allah maka tidak ada setitik harapan baik pada masa kini maupun di masa mendatang, dalam hidup ini maupun hidup yang kekal. Manusia hidup di dunia yang tidak kekal, tetapi kerajaan Allah bersifat kekal. Hidup kita paling bermakna kalau kita mengisinya dengan hal-hal yang bernilai kekal. Dalam dunia yang sementara ini kita dapat mengisi hidup kita dengan melakukan sesuatu yang bernilai kekal. Melakukan misi Allah pasti memberikan dampak kekal bagi orang lain. Melalui pekerjaan misi, Allah mengubah orang berdosa dari kematian kekal kepada kehidupan yang kekal. Jika ada satu orang saja yang menerima kehidupan yang kekal di sorga karena kita, maka hidup kita sudah memberikan dampak yang kekal bagi orang lain. Ketika kita mengerjakan misi Allah maka kita sedang mengerjakan tugas yang nilainya jauh melebihi pekerjaan dan prestasi apapun yang kita bisa selama hidup di dunia ini. Dampak dari misi itu akan terus ada sampai selama-lamanya, sedangkan dampak dari pekerjaan dan prestasi kita tidak akan sampai selama-lamanya. Oleh karena itu kita harus menaruh prioritas tertinggi dan semangat yang menyalanyala terhadap pekerjaan misi di dunia ini. 2. DIAKONIA Kata diakonia memiliki pengerti dan melayani, tindakan pelayanan yang dilakukan oleh seorang pelayan. Biasanya diakonia diartikan sebagai tugas dalam melayani meja untuk mempersiapkan hidangan-hidangan bagi orang-orang terhormat. Jadi diakonia berarti melakukan sesuatu pelayanan bagi orang lain yang memiliki kedudukan yang terhormat. Istilah diakonia yang dipandang rendah dalam kehidupan orang Yunani menjadi satu satu istilah yang 136 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 137 dihormati dalam kehidupan Kristen. Tuhan Yesus sendiri memberikan makna dan isi yang baru tentang kata diakonia ini. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (diakonia). Tuhan Yesus yang adalah Mesias dan Raja dari segala raja justru hadir dan merendahkan diriNya untuk melayani umatNya. Pola pelayanan yang ditunjukkan oleh Yesus ini menjadi teladan dan sumber motivasi bagi para pengikutNya untuk saling melayani dan memperhatikan. Oleh karena itu diakonia juga dipahami sebagai pelayanan kasih yaitu dengan memperhatikan dan menyatakan kasih kepada mereka yang membutuhkan. Yesus, Sang Gembala Agung, tergerak hatinya oleh belas kasihan saat melihat orang banyak. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan ketika Ia melihat orang banyak karena mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:36-38). Ia tergerak oleh belas kasihan kepada orang sakit (Matius 14:14), orang buta (Matius 20:34), pada orang yang dikuasai setan (Markus 9:22). Ia tergerak oleh belas kasihan kepada orangorang yang kelaparan dan kelelahan (Matius 15:32). Yesus tergerak oleh belas kasihan karena orang yang mengalami penolakan, tersingkirkan dan kesepian. Makna kata “belas kasihan” dalam bahasa Yunani menunjukkan pengertian yang lebih dalam dari pada kata “simpati”. Makna sikap simpati hanya sebatas ungkapan perasaan saja tetapi belum tentu ada tindakan nyata apa-apa. Tetapi makna belas kasihan bukan sekadar perasaan simpati saja melainkan ada tindakan konkret untuk memberikan pertolongan. Setiap kali disebutkan ”hati Yesus tergerak oleh belas kasihan”, selalu ada tindakan nyata dari Tuhan Yesus. Setiap kali Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan maka Dia segera bertindak untuk menolong. Salah satu contoh dari tindakan nyata Tuhan Yesus adalah seperti yang dicatat dalam Matius 14:14: Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Yesus menutup perumpamaan orang Samaria yang murah hati dengan satu pertanyaan (Lukas 10:36) ,”Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Jawaban pertanyaan itu kita semua pasti tahu yaitu orang yang telah menunjukkan belas kasihannya. Lalu Yesus mengatakan kalimat terakhir, ”Pergilah dan perbuatlah demikian!” pergilah berarti Yesus mengutus kita untuk mempraktekkan hati tergerak belas kasihan itu kepada orang-orang yang mengalami kesusahan dan penderitaan dalam hidup mereka. Penderitaan dan kesusahan itu ada di mana-mana dan tidak ada habisnya. Memang kita tidak bisa dan tidak mungkin menyelesaikan semua penderitaan dan kesusahan di dunia ini. Tetapi kita percaya, selalu ada takaran atau porsi yang Tuhan percayakan kepada kita sebagai anak-anakNya. Kita tidak percaya bahwa di dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan, tidak ada porsi atau takaran bagi kita sama sekali. Kita tidak bisa berkata, ”Oh itu bukan urusan saya, orang yang menderita bukan tugas saya, itu tugas orang lain.” Terkadang Tuhan menempat di sekitar kehidupan kita masing masing, ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Persoalannya adalah apakah hati kita tergerak ketika melihat 138 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 139 penderitaan yang ada di sekeliling kita? Ajaran dan tindakan Yesus ini juga diikuti oleh para rasul. Paulus secara khusus berusaha membantu orangorang kudus di Yerusalem yang mengalami kekurangan (Roma 15:25; 2 Korintus 8:1-8) dan para janda miskin (1 Timotius 5:3-10). Diakonia didasarkan atas kasih Kristus. Dalam Matius 25:40, Yesus berkata,” Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Di sini Yesus hadir dengan mengidentifikasikan diriNya dengan orang yang hina, orang yang berkekurangan, dan orang yang terabaikan. Yesus menyatakan bagi siapapun yang melayani orang-orang tersebut sama halnya dengan melayaniNya. Ia peduli kepada orang-orang seperti itu dan Ia pun mengharapkan murid-muridNya juga demikian. Allah merindukan anak-anak-Nya memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan. Allah merindukan kita semua yang menerima dan mengalami berkat Tuhan untuk memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita percaya apa yang kita miliki itu berasal dari Tuhan dan semuanya itu adalah berkat Tuhan. Ketika Tuhan memberkati kita, Ia tidak menghendaki kita untuk “waduk berkat” yang hanya menampung berkat dan menerima berkat saja. Tetapi Ia menghendaki kita untuk menjadi “saluran berkat” bagi orang lain. Allah memberkati kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Di sekitar kita ada banyak orang yang hidup dalam penderitaan. Di antara mereka ada kelaparan dan tidak memiliki makanan. Di antara mereka ada yang anak-anaknya putus sekolah. Di antara mereka ada yang kehilangan tempat tinggal karena kebakaran, gempa bumi dan tanah longsor. Masihkah kita berdiam diri? [FS] 140 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 141 JURNAL KEHIDUPAN Hari 1: Terlibat dalam pelayanan Misi Meskipun tidak semua orang menerima panggilan untuk menjadi seorang misionaris, tetapi setiap orang percaya dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi-Nya (Kisah Para Rasul 1:8). Setiap orang percaya dapat mengambil bagian dalam misi Tuhan melalui 3 D yaitu Daya, Doa dan Dana. Renungankanlah pekerjaan misi di gereja kita, apakah yang dapat kita lakukan untuk pekerjaan misi melalui 3 D ini. Apa yang bisa kita lakukan untuk misi Tuhan melalui 3 D ini? Hari 2: Membawa jiwa untuk Tuhan Menjelang akhir hidupnya, ayah Pendeta Rick Warren berulang kali berseru,”Selamatkan satu jiwa lagi buat Yesus.” Saat ini sudah berapa jiwa kita bawa untuk Tuhan? Selama ini sejak menjadi anak Tuhan, sudahkah satu jiwa kita bawa kepada Tuhan? Tuliskanlah nama satu orang atau dua orang atau tiga orang yang ingin kita bawa kepada Tuhan. Tuliskan nama mereka dan mulailah mendoakan mereka. 142 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 143 Hari ke 3: Mengajak orang ke gereja Lihatlah kursi-kursi di ruang ibadah gereja kita. Masih banyakkah kursi-kursi yang kosong? Siapakah yang harus bertanggungjawab supaya kursi-kursi yang kosong ini bisa terisi orang yang datang ke gereja? Mungkin kita berkata itu tugas pendeta. Mungkin kita berkata itu tugas hamba Tuhan. Benarkah itu hanya tugas hamba Tuhan? Mungkin kita sering berdoa agar kursi-kursi yang kosong itu bisa terisi penuh. Setelah menaikkan doa yang demikian, di mana tanggung jawab kita? Ada internet, handphone, sms, wa, bbm dan sebagainya, mengapa kita tidak memakai semuanya itu untuk mengajak orang lain ke gereja? Hari ke 4: Mengintrospeksi hati Menurut anda, apakah hati anda adalah hati yang terbuka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain? Apakah hati anda adalah hati yang tertutup terhadap kesulitan dan penderitaan orang lain? Secara jujur tuliskan jawaban anda. kalau anda berkata anda adalah seorang yang memiliki hati yang terbuka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain, mengapa anda bisa menyimpulkan seperti itu? Kalau anda berkata anda adalah seorang yang memiliki hati yang tertutup terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain, mengapa anda bisa menyimpulkan seperti itu? Coba tuliskan hasil introspeksi hati anda, sehingga anda bisa semakin mengenal hati anda sendiri. 144 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab VII - panggilan orang kristen (3) 145 Hari ke 5: Keluar dari zona keegoisan Banyak orang Kristen begitu terikat dengan kepentingan pribadi, masalah pribadi dan kebutuhan pribadi mereka. Jika setiap orang hanya berpikir, ”bagaimana dengan nasibku nanti? Bagaimana dengan bisnisku? Keluargaku? Masa depanku?“ “Masihkah ada orang di dunia ini yang punya waktu memikirkan keadaan orang lain?” keluarlah dari zona keegoisan anda dan lihatlah kehidupan orang lain. Cobalah lihat orang-orang disekeliling anda, apakah ada orang-orang yang sedang mengalami kesusahan dan penderitaan? Tuliskanlah orang-orang yang anda lihat, yang sedang bergumul di dalam kesulitan hidup. Hari ke 6: Menjadi saluran berkat Apakah selama ini anda merasa sudah menerima berkat dari Tuhan? Bagaiamana anda merespons berkat yang anda terima dari Tuhan? Apakah anda memegang erat berkatberkat itu tanpa mempedulikan orang-orang di sekeliling anda? apakah anda merasa berkat itu hanya untuk anda pribadi dan keluarga anda? hari ini kalau Tuhan menggerakkan anda untuk menjadi saluran berkat, bagaimana respons anda? tuliskan lah kepada siapakah anda akan menjadi saluran berkat hari ini? 146 Bab VII - panggilan orang kristen (3) Bab 8 TUHANLAH PEMBELAKU Yang diharapkan dari materi ini: 1. Memahami ketidakmudahan menjadi orang Kristen yang berfungsi di tengah - tengah keluarga dan masyarakat. 2. Menyadarkan bahwa Tuhan menyertai, peduli, memimpin, melindungi dan membela. 3. Meresponi Tuhan yang sedemikian terhadap kita. Delapan Tuhanlah Pembelaku “ Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? “ (Rom 8:34) P endahuluan Dalam sebuah pengadilan, seorang terdakwa sangat membutuhkan peranan pembela, agar si terdakwa bisa diadili scara adil dan benar serta dihargai hak-haknya. Dalam status kita yang penuh dosa dan menjadi terdakwa untuk sebuah ancaman hukuman paling final yaitu kematian kekal, maka kita sangat membutuhkan pembela yang sanggup membebaskan kita dari ancaman hukuman mati, bahkan memperoleh kehidupan. Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus sebagai pembela kita. Pengertian Pembela Ada beberapa pengertian dan fungsi seorang pembela. Dua yang paling umum dan paling penting adalah : 148 KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 149 Pengertian Pembela terhadap serangan yang mengancam keselamatan, biasanya keselamatan secara fisik. Aspek ini biasa disebut juga peran Pembela sebagai pelindung. Itu seumpama seorang bapak yang membela anaknya dari serangan binatang buas. Seorang bapak yang mengasihi anaknya akan membela dengan sekuat tenaga demi keselamatan anaknya. Pengertian yang kedua adalah Pembela terhadap dakwaan atau tuduhan. Ini umum dilihat dalam sidang pengadilan ketika ada dua pihak yang berseteru dan ada pembela yang akan memperjuangkan orang yang dibelanya dengan segala upaya untuk membawanya sebagai pemenang. Aspek ini mungkin yang sering dikenal sebagai Pembela. Akan tetapi peran seorang Pembela yang hanya membela di ruang pengadilan tanpa merelakan dirinya sebagai seorang pelindung akan menjadikan perannya tidak terlalu berarti. Sebaliknya jika seorang Pembela sekaligus juga merupakan seorang Pelindung yang rela memberikan segala-galanya bagi orang yang dibelanya, maka orang yang dibelanya itu bisa menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Sang Pembela, karena dia memiliki Pembela yang melindungi dan sekaligus juga rela berkorban bagi dirinya. Dalam kedua hal inilah seorang Kristen bisa mempercayai bahwa Tuhan adalah Pembelanya. Karena Tuhan sebagai Pembela juga sekaligus menjadi Pelindung, yang membela dirinya dari segala dakwaan atau tuduhan. Mengapa perlu Pembela? Dalam kenyataan hidup, ada beberapa alasan mengapa setiap orang Kristen memerlukan Tuhan sebagai Pembelanya, yaitu: Alasan pertama adalah karena pada kenyataannya orang Kristen tetap adalah manusia yang berdosa (Roma 3:23) dan karena dosa-dosanya, seorang Kristen seharusnya menerima maut (Roma 6:23). Keadaan ini membuat orang Kristen membutuhkan Pembela yang menegaskan bahwa hukuman tersebut sudah dibayar lunas (1 Korintus 6:20; 7:23) dan pembayaran itu sudah dilakukan oleh Putra Allah, Yesus Kristus, di kayu salib. Kenyataan pengampunan tersebut seharusnya memberikan suatu keyakinan bahwa orang percaya memiliki seorang yang tidak hanya menebus, tetapi juga membela dirinya dalam penebusan tersebut. Dengan kesadaran tersebut, tentu sewajarnya kalau orang Kristen kemudian hidup penuh dengan ucapan syukur dan berusaha untuk menaati Dia yang menyelamatkan dirinya. Alasan kedua adalah bahwa pada kenyataannya Iblis akan selalu mencoba menjatuhkan orang percaya ke dalam dosa dan menjauhkannya dari Tuhan. Usaha ini bisa berupa godaan, bisa juga menumbuhkan rasa bersalah terhadap dosa yang pernah dilakukannya, atau bisa juga meragukan karya pengampunan Tuhan terhadap dirinya. Ayub mengalami bahwa dirinya dicobai begitu rupa karena Iblis tidak menyukai ketaatan Ayub kepada Tuhan (Ayat 1:6-2:8). Petrus menuliskan bahwa Iblis berjalan berkeliling seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). 150 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 151 Akan tetapi, dalam semua itu, Alkitab menyaksikan bahwa Iblis tidak bisa melakukan lebih daripada apa yang diizinkan Tuhan kepadanya. Tuhan akan selalu berperan sebagai Pelindung bagi umat-Nya. Alasan ketiga adalah orang berdosa juga bisa dituduh oleh hatinya (1 Yohanes 3:19-21). Tuduhan ini bisa terjadi karena kegagalan dan penyesalan yang berlarut-larut, bisa juga karena ketidakyakinan terhadap janji Tuhan. Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Ini menggambarkan betapa kita membutuhkan Tuhan sebagai Pembela yang menolong kita juga terhadap tuduhan-tuduhan hati kita sendiri. Tuhan adalah Pembela yang Terbaik Selain alasan-alasan tersebut, kita juga bisa mengandalkan Tuhan sebagai Pembela kita, karena keberadaan diriNya, yaitu: 1. Tuhan adalah Pribadi yang selalu menyertai ke manapun orang percaya melangkah. Firman Tuhan menyatakan bahwa Yesus akan dinamakan Imanuel (Matius 1:23) yang berarti Allah menyertai kita. Penyertaan Tuhan bukan terjadi hanya di waktu tertentu, bukan juga terjadi sering kali, tetapi penyertaan Tuhan ini merupakan penyertaan terus menerus dan selamanya (Matius 28:20). Selain itu, Alkitab juga mengajarkan bahwa Roh Kudus menyertai orang percaya selamanya (Yohanes 14:16). Di mana pun orang percaya berada dan ke mana pun orang percaya melangkah dalam ketaatan kepada Tuhan, Tuhan pasti menyertai dan siap menjadi Pembela. 2. Tuhan adalah Pribadi yang Mahakuasa (Kejadian 17:1; Mazmur 33:8-9, dll), Mahatahu (Mazmur 139:1-6, dll), Adil (Yesaya 45:21), dll. Bermacam sifat Allah ini merupakan jaminan lain terhadap janji-janji-Nya. Dia Mahakuasa, sehingga tidak ada yang dapat menghalanginya menggenapkan rencana-Nya. Dia adalah Pribadi yang Mahatahu, sehingga tidak ada yang bisa menipu pembelaan-Nya. Dia adalah Pribadi yang Adil, sehingga segala keputusan-Nya dan pembelaanNya tidak dapat diganggu gugat. 3. Tuhan adalah Pribadi yang bisa dipercaya (Mazmur 119:86). Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-janjiNya. Kalau Dia menempatkan diri-Nya sebagai Pembela, maka Dia akan terus memenuhinya sampai akhir hidup orang-orang pilihan-Nya. 4. Tuhan adalah Pribadi yang sudah membuktikan diri-Nya rela berkorban bagi umat pilihan-Nya. Paulus menyatakan bahwa tidak mungkin ada yang tidak diberikanNya kepada umat pilihan-Nya, bahkan Putra-Nya sendiri dikorbankan agar umat-Nya diselamatkan-Nya (Roma 8:31-39). Dalam suratnya itu, Paulus menegaskan bahwa “tidak akan ada yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8.39). 152 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 153 Dengan seluruh karakteristik itu, bukankah Tuhan memang sangat bisa diandalkan untuk menjadi seorang Pembela bagi setiap orang percaya? Sikap yang Seharusnya dari Orang Percaya Dengan begitu besarnya Tuhan dan kesediaan-Nya menjadi Pembela orang percaya, apakah sikap yang seharusnya ada pada orang percaya? Sikap pertama yang harus ada pada setiap orang percaya adalah selalu berharap pada-Nya. Kecenderungan setiap orang adalah mengandalkan diri sendiri atau mengandalkan sesuatu yang lain. Akan tetapi, Tuhan dan kuasa-Nya adalah yang sepatutnya diandalkan. Bahkan Tuhan merindukan setiap orang mengandalkan Tuhan saja dalam hidupnya (Yeremia 17:5-8) Sikap yang kedua adalah orang percaya perlu bergaul akrab dengan-Nya. Sikap ini dibutuhkan agar orang percaya makin yakin pada kuasa dan kasih Tuhan. Dengan semakin akrab, maka orang percaya semakin mengenal Tuhan. Dengan semakin mengenal Tuhan, setiap orang percaya akan makin mengalami betapa besarnya Tuhan berperan sebagai Pembela dalam hidupnya. Bergaul akrab ini dialami melalui perenungan dan ketaatan kepada firman Tuhan serta kehidupan doa, baik secara pribadi maupun secara bersama. Sikap yang ketiga adalah sikap yang banyak mensyukuri dan bersukacita terhadap karya pemeliharaan di dalam Tuhan. Paulus memberi contoh yang luar biasa melalui surat Filipi. Pada waktu menulis surat ini, Paulus sedang di dalam penjara karena pelayanan yang dilakukannya (Filipi 1:13). Dalam keadaan seperti itu, Paulus bukan menyalahkan atau banyak menggerutu kepada Tuhan. Paulus meyakini bahwa Tuhan tetap adalah Pembela dan Pelindungnya. Tuhan punya maksud melalui apa yang dialaminya. Itu sebabnya Paulus bisa menasihati jemaat Filipi untuk terus bersukacita di dalam pergumulan dan perjalanan hidup mereka (Filipi 4:4). Nasihat inipun berguna bagi kita. Ada masanya mungkin apa yang kita alami tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dan doakan. Dalam keadaan seperti itu, kita dipanggil untuk tetap percaya bahwa Tuhan tetap memegang kendali dan patut menjadi Andalan hidup kita. Untuk itu, kita diajak untuk terus mensyukuri dan bersukacita atas karya pemeliharaan-Nya atas kita. [AM] 154 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 155 JURNAL KEHIDUPAN Hari 1: Pelindung dan Pembela Apakah atau siapakah yang selama ini menjadi andalan dalam kehidupan anda? Pertanyaan ini bisa kita renungkan dan jawab dengan menilai apa atau siapa yang paling kita cari ketika kita menghadapi persoalan-persoalan? Seberapa mengertikah anda pada posisi Tuhan sebagai Pembela anda? 1. Sebagai Penolong dalam pergumulan kehidupan • Dalam pergumulan keluarga • Dalam pergumulan pekerjaan • Dalam pergumulan pelayanan • Dalam pergumulan lain 2. Pernahkah anda mengalami pergumulan iman dan keraguan terhadap keyakinan dan kasih Tuhan pada anda? Apa yang menyebabkannya? Bagaimana anda bisa melewatinya? 156 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 157 Hari 2: Pembela terhadap serangan iblis dan tuduhan hati nurani Perasaan tidak membutuhkan Pembela adalah satu perasaan keliru yang berbahaya, karena bisa membawa kita jatuh dalam dosa-dosa karena kelemahan dan kegagalan kita. Perasaan tidak membutuhkan Pembela bisa muncul dalam wujud rasa percaya diri yang berlebihan dan merasa bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi dengan kekuatan atau hikmat sendiri. Seberapakah anda menyadari betapa anda memerlukan Pembela dalam hidup anda? Dalam hal apa anda menyadari bahwa anda paling membutuhkan seorang Pembela? • Dalam menghadapi kenyataan diri yang berdosa • Dalam menghadapi tuduhan/dakwaan Iblis • Dalam menghadapi tuduhan hati nurani Hari 3: Dua alasan pertama dari Tuhan pembela terbaik Seberapakah anda menyadari Tuhan adalah Pembela yang Terbaik? • Dalam penyertaan-Nya yang pasti • Dalam sisi ke-Mahakuasaan-Nya, ke-Mahatahuan-Nya, ke-Adilan-Nya 158 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU 159 Hari 4: Dua alasan kedua dari Tuhan Pembela Terbaik Seberapakah anda menyadari Tuhan adalah Pembela yang Terbaik? • Dalam sisi diri-Nya yang Bisa Dipercaya • Dalam sisi bukti kerelaan-Nya berkorban Hari 5: Sikap yang seharusnya Sikap apakah yang harus diperbaiki dalam bergantung kepada Dia sebagai Pembela? • Berharap kepada-Nya • Bergaul akrab dengan-Nya • Bersyukur dan bersukacita atas karya-karya-Nya Hari 6: Saatnya untuk berbagi Bagaimana anda bisa membagikan bahan ini kepada orang lain? • Pikirkanlah seseorang yang anda tahu membutuhkan kabar baik tentang Tuhan sebagai Pembela • Pikirkanlah waktu dan cara untuk membagikan kabar baik ini kepadanya 160 Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU • Doakan dan lakukanlah 161 notes : notes : notes :