Keberanian Hidup Kristiani

advertisement
KEBERANIAN
HIDUP
KRISTIANI
SERI KRISTEN SEJATI
(BUKU PEMBINAAN LANJUTAN SETELAH KATEKISASI)
Cetakan pertama, © Agustus 2015
Para Penulis:
GI. Aksi Bali, GI. Alex Mirza, GI. Andrey Thunggal, GI. Benny Wijaya,
GI. Franky Boentolo, GI. Fuk Sen, Pdt. Lucky Effendi, GI. Okky Chandra
(nama disusun berdasarkan abjad)
Editor: Bidang Pembinaan
Diterbitkan oleh:
Sub Bidang Pengajaran
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Tuhan atas selesainya buku “Keberanian
Hidup Kristiani” yang merupakan modul ke-3 dari seri KRISTEN
SEJATI. Adapun ketiga modul seri KRISTEN SEJATI adalah:
1. Modul # 1: “Keindahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik
2. Modul # 2: “Kelimpahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik, &
3. Modul # 3: “Keberanian Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik
Seri KRISTEN SEJATI sesungguhnya merupakan
pembinaan lanjutan bagi warga gereja setelah mengikuti
KELAS PEMBINAAN DASAR KATEKISASI. Modul-modul dari
SERI KRISTEN SEJATI ini disusun dengan harapan, agar setiap
orang percaya bukan saja memahami dasar-dasar iman Kristen,
namun mengalami pertumbuhan dalam kehidupan rohaninya.
Modul # 1 “Keindahan Hidup Kristiani” bertujuan
menolong dan membimbing kehidupan jemaat untuk
menemukan dan mengalami keindahan-keindahan hidup
sebagai seorang Kristen.
Modul # 2 “Kelimpahan Hidup Kristiani”, setiap jemaat
akan dituntun untuk memiliki nilai-nilai baru sebagai orang
Kristen yang bertumbuh, menjadi pelayan Tuhan yang efektif
dan mengalami kelimpahan hidup yang sesungguhnya.
Dan modul # 3 “Keberanian Hidup Kristiani”, setiap
jemaat didorong untuk menyatakan integritas hidup
sebagai orang kristen di tengah dunia, supaya orang yang
belum percaya dapat melihat kehidupan mereka dan masih
dapat percaya kepada Kristus.
Modul # 3 “Keberanian Hidup Kristiani” ini terdiri dari 8 bab,
antara lain:
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
: Hidup Yang Berintegritas
: Integritas Orang Kristen (1)
: Integritas Orang Kristen (2)
: Integritas Orang Kristen (3)
: Panggilan Orang Kristen (1)
: Panggilan Orang Kristen (2)
: Panggilan Orang Kristen (3)
: Tuhanlah Pembelaku
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari bahan ini, maka
saudara diharapkan mengisi Jurnal Kehidupan setiap hari,
dan mengikuti kelompok diskusi. Doa dan harapan kami, agar
saudara semakin mengalami keberanian hidup Kristiani dan
menjadi pelayan Tuhan yang lebih efektif. Tuhan memberkati!
Salam,
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................ 3
Daftar Isi ........................................................ 5
Bab 1: Hidup yang Berintegritas ........................ 7
Bab 2: Integritas orang Kristen (1) ...................... 23
Bab 3: Integritas orang Kristen (2) ...................... 43
Bab 4: Integritas orang Kristen (3) ...................... 57
Bab 5: Panggilan orang Kristen (1) ..................... 91
Bab 6: Panggilan orang Kristen (2) ..................... 113
Bab 7: Panggilan orang Kristen (3) ..................... 131
Bab 8: TUHANLAH Pembelaku .......................... 147
Bab 1
HIDUP YANG
BERINTEGRITAS
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami pengertian tentang integritas menurut terang
firman Allah.
2. Menyadarkan pentingnya integritas di dalam kehidupan.
3. Mengimplementasikan integritas di dalam kehidupan
sehari-hari.
Satu
Hidup Yang Berintegritas
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang
boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya
dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan,
dan yang tidak bersumpah palsu.“
( Mazmur 24:3-4 )
M
ahatma Gandhi pernah berkata, “Aku menyukai Kristusmu, namun aku tidak menyukai orang-orang Kristenmu.
Orang-orang Kristenmu begitu berbeda dari Kristusmu.”
Tidak dapat dipungkiri, ada orang kristen hidup dalam
kemunafikan. Mereka seperti para ahli-ahli kitab dan orang
Farisi pada zaman Yesus. Mereka menjadikan hukum-hukum
Tuhan menjadi huruf-huruf yang mati, alih-alih menghidupkannya dalam hidup mereka. Mereka mengaku mengenal
Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal
Dia (Titus 1:16). Begitu juga pada zaman ini, orang-orang
munafik berpikir mereka bisa mengurung Tuhan dalam
tembok-tembok gereja dan hidup semaunya di luar gedung
gereja, seakan-akan Tuhan tidak Mahahadir dan Mahatahu.
Namun, sekalipun orang-orang munafik bisa beribadah dan
melayani di gereja, tetapi mereka tidak mungkin berkenan di
hadapan Tuhan. Pemazmur dalam Mazmur 24:3-4 mengatakan. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN?
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?”
“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak
menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
Jadi menurut pemazmur orang yang boleh diam di
gunung Tuhan yang kudus adalah orang yang berjalan
tanpa cela, melakukan apa yang benar, dan mengatakan
kebenaran dalam hatinya (ayat 2). Berikut ini mari kita simak
bagaimana pemazmur menggambarkan kehidupan orang
tersebut.
1. Pergaulan dengan sesamanya
Tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya. Lidah
tidak terbuat dari besi, tetapi bisa menusuk, dan lukanya
sulit untuk disembuhkan, terutama ketika menusuk dari
belakang. Orang yang membicarakan keburukan orang
lain di belakangnya, jika berita itu salah, maka ia telah
berdosa, yaitu berkata bohong. Dan jika berita itu benar,
ia tidak mempunyai kasih karena dia telah membicarakan
kesalahan orang lain bukan demi kepentingan orang tersebut.
Penyebar fitnah ini gemar ‘mengigit’ orang lain dengan
lidahnya, dari satu kumpulan ke kumpulan lain. Jika nama
baik adalah harta yang lebih berharga daripada kekayaan
mana pun (Amsal 22:1), maka luka yang paling hebat yang
dapat menimpa seorang manusia adalah dengan cara
merusak reputasinya.
Tidak berbuat jahat terhadap temannya. Orang yang
mengekang lidahnya tidak akan mengijinkan tangannya
melukai orang lain. Ia tidak akan merugikan pihak mana pun
untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Tidak menimpakan cela kepada tetangganya.
Bagian ini seperti repetisi atau ulangan terhadap
gambaran yang pertama dari ayat ini. Namun lebih
ditekankan dari sisi penerima berita. Seorang penadah,
sama berdosanya dengan si pencuri. Telinga yang suka
mendengar gosip, sama buruknya dengan lidah si penyebar gosip. Tidak ada pendengar, maka gosip padam. Kata
‘menimpakan’ mengandung konotasi seperti ‘mengobarkan’.
“ Ketika berita buruk tersebar mengenai seseorang, kita bisa memadamkan-
nya, atau memilih untuk meneruskan.”
Jika kita meneruskannya, itu berarti kita ‘mengobarkan’ berita itu atau menimpakan cela kepada tetangga kita.
Telinga anak-anak Tuhan jangan terlalu ringan untuk
mendengar atau mempercayai rumor yang didengar tanpa
bukti-bukti yang kuat.
2. Mata hatinya
Memandang hina orang yang tersingkir, tetapi
memuliakan orang yang takut akan Tuhan. Mata hatinya
menilai orang lain bukan berdasarkan jabatan atau harta.
Ia memberikan hormat hanya kepada mereka yang patut
mendapatkannya, yaitu orang-orang yang takut akan Tuhan.
Memandang hina orang fasik, bukan berarti kita memiliki hati
yang penuh penghakiman dan memaki-maki orang fasik.
Bagian ini berbicara tentang sikap hati kita, kepada siapa
seharusnya kita memberikan hormat kita. Jika orang fasik
10
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
11
memegang otoritas tertentu, memandang hina bukan berarti
kita menolak mentaati aturan yang berlaku, tetapi juga pada
saat yang bersamaan kita harus berhati-hati terhadap bahaya
menyanjung atau menjilat orang fasik dan jangan memberikan diri kita menjadi sekutunya. Di sisi lain, orang-orang yang
takut akan Tuhan, sekalipun berada di dalam kemalangan dan
penderitaan, sekalipun bertentangan pendapat dengan kita,
kita tetap harus memberikan penghormatan kepada mereka.
3. Ucapannya
Berpegang pada sumpah, walaupun rugi. Ia lebih
baik merugi daripada harus melanggar ucapannya sendiri.
Sumpah di sini meliputi segala ucapan dan tekad di dalam
hati kita. Jika seseorang tetap memegang janjinya selama
itu mendatangkan keuntungan baginya, ini tidak membuktikan integritas atau kesetiaannya.
Betapa sering kita mendengar orang berdalih
bahwa mereka terpaksa melanggar janjinya, supaya
terhindar dari kerugian. Begitu juga di dalam lembaga
perkawinan, satu pasangan dengan lantang membuat janji
setia sampai kematian memisahkan mereka. Tetapi begitu
melihat realita perkawinan yang tidak selalu sesuai dengan
keinginan masing-masing, maka mereka memilih
untuk melanggar janji daripada mengerjakan perkawinan
mereka. Roy Pritchard, pendeta senior dari Illinois, suatu kali
bercerita tentang seorang kawannya yang tahun-tahun
kebahagian perkawinannya dirampas ketika isterinya
terkena penyakit Alzheimer, isterinya tidak bisa makan
sendiri dan bicara nya melantur. Penyakit ini tidak mungkin
disembuhkan. Pria ini adalah seorang yang sukses dan sering
berkeliling dunia untuk pertemuan-pertemuan bisnisnya. Ia
adalah salah seorang paling terpandang di bidangnya. Dan
ketika Ray bertanya kepadanya mengapa ia tetap setia dalam
pernikahannya, ia menjawab, “… Bertahun-tahun yang lalu
ketika saya bersumpah untuk setia kepada istri saya, saya
tidak tahu bahwa ia akan mengidap penyakit ini. Namun
ia juga membuat janji yang sama kepada saya. Bisa saja
saya yang terkena penyakit itu dan bukannya dia. Istri saya
memberi semampunya demi pernikahan kami. Walaupun sekarang hampir tidak mengenali saya, kami masih
terikat dalam pernikahan. Saya telah berjanji kepadanya, dan
saya akan memegang janji itu.” Inilah contoh orang yang
memegang sumpah sekalipun menurut pandangan dunia ini
terlihat rugi.
“ Dunia kita penuh dengan orang-orang yang lidahnya terampil berkelit.
Seorang yang melanggar ucapannya demi meraup keuntungan sebetulnya
sedang kehilangan sesuatu yang lebih berharga, yaitu kehormatan dirinya
sendiri. “
4. Sikap hatinya terhadap uang
Tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba.
Meminjamkan uang dengan makan riba adalah praktek
terlarang di tengah bangsa Israel. Tukang riba memanfaatkan situasi darurat orang yang lebih miskin untuk mengeruk
keuntungan dan memperkaya diri. Adalah hal yang aneh
dan memalukan di saat semua orang harus memeras
keringat dan membanting tulang bekerja, orang-orang
ini duduk nyaman dan memperoleh kekayaan lewat
kerja orang lain. Karena itulah hukum Perjanjian Lama
12
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
13
melarang praktek riba. Inti dari perintah ini adalah
seseorang tidak boleh menekan sesamanya yang miskin,
di saat mereka seharusnya menerima simpati dan belas
kasihan. Semua transaksi di mana satu pihak mendapat
keuntungan lewat kerugian pihak yang lain, apa pun
istilahnya, adalah sebuah tindakan yang patut dikecam.
Pendeknya, kita perlu mengukir perintah Kristus dalam hati
kita, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka.” (Matius 7:12)
Tidak menerima suap melawan orang yang tak
bersalah. Pengadilan adalah tempat di mana seharusnya
kebenaran berdiri tegak dan kejahatan tertunduk malu.
Namun berapa banyak orang yang terlibat di sana, menggunakan tempat ini untuk berbisnis, semata-mata untuk
mengeruk keuntungan pribadi. Kebenaran dibekap oleh
kerakusan. Tetapi prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan
pribadi setiap kali kita menerima sesuatu demi membela
pihak yang salah dan membengkokkan kebenaran.
Ketika ada perselisihan yang melibatkan dua pihak, kita
harus membela yang benar, bukan yang lebih menguntungkan kita. Bukankah ini yang biasa dilakukan para penjilat:
mereka terus memberikan persetujuan demi persahabatan
atau relasi dengan pihak tertentu, bahkan ketika mereka
seharusnya mengkoreksi atau menegur. Intinya, dalam
sebuah konflik, kita harus memberikan pendapat yang
objektif dan membuang semua kepentingan pribadi
yang mungkin terselip. Jangan pernah jadikan uang
sebagai alat untuk memberi penghakiman atau penilaian.
Rangkuman
Ada dua hukum yang berlaku dalam kehidupan orang
yang berintegritas. Pertama, ia meletakkan kebenaran Tuhan
di atas segala sesuatu, termasuk keuntungan diri. Hatinya
tidak tertawan oleh pesona dunia, baik itu uang,
reputasi, seks, atau kekuasaan. Karena itu dalam setiap
situasi, tidak ada tawaran apa pun yang cukup menggiurkan untuk membuat ia menilai sesuatu dengan kabur atau
bengkok. Mata hatinya selalu jernih dan ia bertindak sesuai
dengan nurani yang bersih. Kedua, ia mengasihi sesamanya seperti ia mengasihi diri sendiri. Karena itu, ia tidak
melihat sesamanya sebagai sumber rejeki. Ia tidak mengatakan sesuatu di depan temannya dan mengatakan yang lain
di belakangnya. Ia lebih memilih menegur kesalahan daripada mengumbar kisah buruk seseorang. Ia memberi upah
yang pantas kepada bawahannya.
Dunia mengajarkan kita untuk bertanya, “Jika aku
melakukan ini, apa untungnya bagiku?” Tapi orang yang
berintegritas bertanya, “Apakah ini benar di mata Tuhan?
Apakah ini mendatangkan kebaikan bagi sesamaku.”
Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah
selama-lamanya. (Mazmur 15:5c) Orang-orang munafik
boleh saja makmur hidupnya. Tetapi hidupnya tidak
tenang karena kuatir suatu kali rekam jejaknya terkuak.
Tidurnya tidak nyenyak. Kerakusan membuatnya selalu harus
berpikir bagaimana ia memperkaya diri dan memenuhi terus
nafsu pribadinya. Ia tidak pernah merasa cukup dan damai
sejahtera tidak ada di dalam hatinya. Orang-orang
munafik mungkin saja dikelilingi oleh banyak orang. Tetapi
14
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
15
ia tahu bahwa orang-orang di sekitarnya hanya menginginkan
keuntungan darinya, tidak ada kawan sejati.
Tidak demikian dengan orang yang berintegritas.
Mulutnya tidak pernah bertentangan dengan tingkah
lakunya. Sekalipun orang memfitnah dia, dia akan tetap
tenang karena hati nuraninya tidak turut menuduh dia.
Tuhan adalah Hakim sepanjang hidupnya di dunia dan
Tuhan akan menjadi perhentian terakhirnya. Dia tidak akan
goyah selama-lamanya. Maukah kita menjadi orang yang
dikenan Tuhan? Menjadi orang yang bukan hanya bersih
dalam apa yang kita katakan, tetapi terutama dalam apa
yang kita lakukan. Bukan hanya di gereja, tetapi bahkan di
tempat-tempat di mana tidak ada orang lain yang memperhatikan kita. [OC]
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Koreksi Hati
Satu-satunya jalan menjadi kudus adalah dengan
menyadari bahwa kita pendosa. Satu-satunya jalan
menuju kekudusan adalah dengan mengakui kegagalan
dan kelemahan kita. Di satu sisi, Mazmur 15 memberi
kita penghiburan bahwa Allah tidak pernah salah dalam
menilai manusia. Ia tidak silau harta. Ia bahkan tidak silau
reputasi rohani. Namun di sisi lain, hal ini adalah kebenaran
yang menggentarkan. Jika Ia menyelidiki hati dan hidup
kita, mencermati tangan kita, adakah Ia senang karena
mendapati kita menjadikan Dia yang utama? Hari ini, ingatlah akan dosa-dosa tersembunyi yang pernah dan mungkin
sedang anda lakukan. Bergantunglah lagi pada kekuatan
anugerah Tuhan. Pikirkan kehadiran-Nya sepanjang hari
ini.
16
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
17
Hari ke-2: Pergaulan
Coba ingat-ingat bagaimana anda pernah disakiti atau
menyakiti teman-teman di sekitar anda. Hari ini,
amati bagaimana cara Anda dan orang-orang di sekitar anda
bergaul. Apa yang menjadi bahan pembicaraan? Apa yang
biasanya menjadi reaksi spontan anda ketika mendengar
gosip tentang teman anda atau siapa pun? Apakah ada
teman yang membutuhkan terguran atau nasehat anda? Jika
ada, pikirkan cara dan waktu yang tepat. Biarkan Roh Kudus
mengingatkan anda dalam cara anda berbicara, cara anda
berperilaku, dan cara anda mendengar sepanjang hari ini.
Hari ke-3: Mata Hati
Pikirkan orang-orang yang ada di sekitar anda.
Mungkin ada orang-orang yang takut akan Tuhan tetapi
kadang bertentangan pendapat dengan anda atau dalam
situasi yang sulit. Apa yang kira-kira dapat anda lakukan
untuk menunjukkan hormat atau perhatian anda kepada
dia? Pikirkan juga kategori orang-orang fasik yang kadang
terpaksa anda ‘hormati’ karena posisi mereka. Apakah
anda sudah memberikan sikap yang tepat kepada mereka?
18
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
19
Hari ke-4: Ucapan
Pagi ini coba ingat kembali janji-janji yang pernah anda
ucapkan. Bisa kepada orang tua, pasangan, anak, rekan
kerja, atau teman anda. Bahkan juga tekad-tekad diri yang
pernah anda utarakan dalam hati atau doa-doa anda. Apakah
ada yang lalai anda tepati? Ambil satu terlebih dahulu yang
paling mendesak. Sebetulnya apa yang menjadi rintangan?
Apa yang dapat anda lakukan untuk memenuhi janji atau
tekad tersebut? Sepanjang hari ini perhatikan dengan
seksama bagaimana ucapan bibir anda selaras dengan
tindak tanduk anda.
Hari ke-5: Dunia Kerja
Renungkan, apakah ada orang-orang yang lebih sulit
secara keuangan dan meminta pertolongan anda. Jika salah
satu sumber pendapatan orang tersebut berada di tangan
anda, apakah anda sudah memperlakukan dia dengan
pantas? atau jika anda bekerja, apakah anda sudah
memberikan hak perusahaan anda, yaitu hasil dan cara kerja
yang terbaik? Bagaimana cara anda mengatur waktu anda di
tempat kerja? Apakah ada kebiasaan-kebiasaan anda yang
sejatinya merugikan tempat anda bekerja?
20
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
Bab I - Hidup Yang Berintegritas
21
Hari ke-6: Komitmen
Renungkanlah sejenak kehidupan anda sendiri. Dalam 5
hari terakhir, hal-hal apa saja yang menjadi rintangan bagi
anda untuk hidup berintegritas di hadapan Tuhan? Jika ada
seseorang yang mengatakan anda ‘munafik’, kira-kira apa
yang menjadi keberatan dia atas hidup anda?
Berdoalah demikian: “Tuhan, aku ingin hidupku berpadanan
dengan kehidupan Kristus. Dalam semua kelemahanku, bantulah aku untuk tidak menjadi orang munafik dan menyangkali-Mu.
Kuatkan dan teguhkan hatiku, karena Engkau adalah Hakim satusatunya dalam hidupku. Kiranya Tuhan dimuliakan melalui ucapan
dan tindak tandukku. Amin.”
Bab 2
INTEGRITAS ORANG
KRISTEN (1)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami tentang kasih, sukacita dan damai sejahtera
menurut terang firman Tuhan.
2. Memaknai kasih, sukacita dan damai sejahtera terkait dengan keberanian keyakinan orang Kristen.
3. Mengimplementasikan kasih, sukacita dan damai sejahteradi dalam kehidupan sehari-hari.
Dua
Integritas Orang Kristen (1)
[Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera]
“ Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan
kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.“
( 1 Korintus 13:13 )
Pendahuluan
Kasih, sukacita dan damai sejahtera merupakan
tiga hal penting dan bahkan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan orang Kristen. Ketiga sifat di atas merupakan
sesuatu yang melekat dalam karakter Allah Tritunggal
yang kita sembah. Hubungan antar ketiga pribadi Allah
Tritunggal pada dasarnya diikat oleh kasih. Oleh sebab itu
dengan sangat baik Donald G. Bloesch menggambarkan
Allah sebagai Allah yang hidup dan mencintai (a living and
loving God).
Bahkan Alkitab secara eksplisit mengatakan bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Demikian juga
dengan sukacita harus menjadi bagian yang nyata dalam
kehidupan orang Kristen. Allah adalah sumber sukacita.
Donald G. Bloesch, God The Almighty: Power, Wisdom, Holiness, Love
(Downers Grove: InterVarsity Press, 1995), 185
24
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab II - integritas orang kristen (1)
25
Dalam banyak bagian Alkitab, Allah memerintahkan
kepada kita untuk bersukacita. Damai sejahtera tidak dapat
dipungkiri lagi merupakan salah satu keunikan dalam
kekristenan. Salah satu sebutan untuk Mesias adalah Raja
Damai (Yesaya 9:5). Dengan demikian kasih, sukcita dan
damai sejahtera merupakan karakter orang Kristen yang
seharusnya terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Tukar Pikiran
Sebelum lebih jauh masuk ke dalam pembahasan kita,
marilah kita merenungkan pertanyaan-pertanyaan reflektif
berikut ini:
1. Seberapa penting kasih dalam hidup saudara? Sudahkah kasih menjadi karakter dalam hidup saudara?
Kendala apa yang dihadapi dalam mempraktekkan kasih
dalam hidup saudara?
2. Menurut saudara, apakah saudara merupakan orang
yang memiliki sukacita dalam hidup? Selama ini apa yang
membuat saudara bersukacita dalam hidup?
26
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
27
3. Apakah hidup saudara saat ini dipenuhi oleh
damai sejahtera? Apa yang seringkali merampas damai
sejahtera saudara? Bagaimana saudara memperoleh damai
sejahtera dalam hidup?
Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera sebagai Buah Roh
Kasih, sukacita dan damai sejahtera adalah tiga dari
sembilan buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-23,
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang
hal-hal itu.” Bagian ini disampaikan oleh Rasul Paulus dalam
konteks untuk menunjukkan perbedaan yang harus terlihat
antara orang Kristen yang sudah hidup dalam Kristus dan
dikuasai oleh Roh dengan orang di luar Kristus yang masih
hidup dalam daging. Rasul Paulus memberi kontras antara
orang yang hidup menurut daging dengan orang yang hidup
menurut Roh. Dalam ayat 19-21 rasul Paulus memaparkan
perbuatan-perbuatan yang lahir dari daging sebagai, “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan,
pesta pora dan sebagainya.” Kemudian mengkontraskannya
dengan perbuatan yang lahir dari Roh di ayat 22-23.
Dengan demikian, orang Kristen sebagai milik Kristus
yang telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu
dan keinginannya dan telah hidup dan dipimpin oleh Roh
(ayat 24-25) sepatutnya menghasilkan buah Roh sebagai
manifestasi Roh itu sendiri dalam hidup kita. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita memiliki buah Roh itu dalam
hidup kita? Atau lebih lanjut adalah, sudahkah buah Roh itu
terintegrasi dalam hidup kita sehari-hari? Untuk itu dalam
pembahasan ini, kita akan fokus bagaimana buah Roh itu
(secara khusus kasih, sukacita, damai sejahtera) menjadi
bagian yang terintegrasi dalam hidup kita sehari-hari.
Kasih sebagai Karakter
Seorang pengarang lagu bernama F.M. Lehman mencoba melukiskan Kasih Allah dalam lagu yang berjudul ”Kasih Allah”. Sepenggal dari syair lagu tersebut berbunyi: ”walau
lautan dijadikan tinta, langit dijadikan kertas, tiap pohon jadi
28
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
29
pena dan tiap orang penulisnya, tak mungkin akan menuliskan kasih Allah yang besar.” Kasih Allah memang tidak bisa
diselami. Tidak ada penyelam yang sangat hebat yang dapat
menyelami kasih Allah. Tidak ada kata dan bahasa di dunia
yang mampu mendefinisikan Kasih Allah dengan sempurna.
Mulai dari bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
sampai bahasa Mandarin tidak ada yang mampu menguraikan Kasih Allah dengan sempurna. Kasih Allah tidak akan
habis untuk diceritakan dengan metode cerita apa pun. Baik
melalui cerita drama, apalagi cerita sinetron pasti sampai
ribuan episode dan mungkin tidak akan ada ending-nya.
Kasih Allah juga tidak dapat dirumuskan dengan rumus apa
pun. Mulai dari rumus matematika, rumus fisika, rumus
kimia, sampai rumus cinta yang suka dibuat-buat oleh
anak-anak muda zaman sekarang. Kasih Allah tidak dapat
mengalami krisis seperti krisis keuangan, ekonomi, politik,
kepemimpinan, dsb. Kasih Alah juga harganya tidak bisa
naik turun seperti harga sembako dan BBM. Intinya Kasih
Allah memang tidak dapat dipahami. Namun, Kasih Allah
yang tak terselami itu tidak hanya diawang-awang, sebaliknya
mendarat, membumi, dan dirasakan secara nyata oleh
manusia karena Allah dengan nyata mewujudkan Kasih-Nya
kepada manusia.
Sebagaimana
Kasih
Allah
tidak
mengawangawang, demikian jugalah seharusnya kasih kita sebagai
orang Kristen, tidak hanya sebatas perasaan-perasaan kasih
tetapi perbuatan-perbuatan kasih. Dengan kata lain, kasih
itu harus menjadi karakter yang melekat dalam diri orang
Kristen. Orang Kristen tidak cukup hanya mengatakan
“aku mengasihi Tuhan” atau “aku mengasihi sesama”, namun
bagaimana wujud mengasihi Tuhan dan sesama itu adalah
kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan kasih dalam
hidup kita, ada dua pelajaran yang harus kita ikuti dari
teladan Kasih Allah kita, yaitu :
1. Kasih yang mengorbankan diri
Kalau Alkitab hanya mengatakan bahwa Allah begitu
mengasihi dunia, itu tidak terlalu istimewa dan
menghebohkan sejarah dunia. Tetapi karena Alkitab melanjutkan bahwa karena Kasih-Nya itu Ia mengaruniakan
anak-Nya yang tunggal, itu mengubah sejarah kehidupan
manusia sehingga dibicarakan di sepanjang zaman. Kalau
kasih manusia menguntungkan diri, sebaliknya Kasih Allah
mengorbankan diri. Oleh karena itu untuk menjadikan
kasih sebagai karakter, kita harus belajar berkorban bagi
Tuhan dan sesama. Kita perlu belajar berkorban untuk orang
lain, bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan
diri sendiri.
2. Kasih yang aktif
Allah tidak hanya berhenti pada perasaan kasih
kepada manusia, tetapi diteruskan dengan tindakan
aktif dan positif, bukan seperti kasih manusia yang
apatis dan manipulatif. Kasih manusia acapkali hanya
sebatas perasaan, tidak berbuah pada tindakan aktif.
Manusia cenderung hanya ingin menerima kasih tetapi
tidak mau membagikan kasih. Kita dengan mudah jatuh
belas kasihan kepada orang lain, tetapi sulit melakukan
tindakan kasih. Bukankah kita sering mendengar orang
berkata, bagaiamana aku bisa mengasihi dia sementara dia
30
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
31
tidak mengasihiku. Sebagai orang Kristen kasih harus
mulai dari diri kita. Sebagai orang yang telah hidup dan
dipimpin oleh Roh, kita harus secara aktif melakukan
perbuatan kasih kepada orang lain, bahkan kepada orang
yang tidak menunjukkan kasih kepada kita.
Rahasia Sukacita Kristen
Suatu ketika Mother Theresa ditanya sebuah
pertanyaan, “Apa syarat bagi yang ingin bekerjasama
dengannya di jalan-jalan yang kumuh dan sepi di Kalkuta?”
Maka Mother Theresa menjawab, “Keinginan untuk bekerja
keras dan sikap yang diwarnai sukacita.” Hal ini menunjukkan
bahwa sukacita merupakan rahasia besar bagi orang
Kristen untuk hidup melayani Allah dan sesama. Namun,
faktanya banyak orang Kristen yang kehilangan sukacita
dalam hidupnya. Salah satu yang membuat kita kehilangan
sukacita adalah keadaan yang kita alami atau keadaan
disekitar kita. Ketika hidup kita lancar dan tanpa masalah, mungkin kita dengan mudah bersukacita, tetapi ketika
keadaan tidak lancar, ada masalah ekonomi, sakit, dsb., apakah kita masih tetap bersukacita?
Orang Kristen memiliki sumber atau alasan bersukacita
yang harus berbeda dengan sumber atau alasan sukacita
dunia ini. Pada umumnya prinsip dunia adalah, “saya
bersukacita karena...” (karena banyak uang, harta,
rumah, naik jabatan, dst.), sementara prinsip Kristen
harusnya, “saya bersukacita meskipun...” (meskipun tidak
punya uang, keadaan sulit, sakit, ada masalah, dst.).
Jika orang dunia berkata, “kalau saja saya disembuhkan,
punya uang banyak, saya pasti akan bersukacita”; Sepatutnya orang Kristen berkata, “walaupun saya tidak sembuh,
tidak punya banyak uang, saya tetap bersukacita.” Hal ini
bisa terjadi karena sumber sukacita orang Kristen bukan
berdasarkan keadaan yang terjadi di luar dirinya, tetapi
karena apa yang dialami di dalam hidupnya, yaitu karya
Roh Kudus yang ada dan bekerja dalam diri orang Kristen.
Dalam Katekismus Westminster, tujuan penciptaan
atau tujuan tertinggi dalam hidup manusia adalah untuk
menikmati Allah dan memuliakan Dia selama-lamanya. Roh
Kudus yang ada dalam diri orang Kristenlah yang memampukannya dapat menikmati Allah dan sebagai salah satu
dampak ketika seseorang dapat menikmati Allah adalah
ketika hidupnya dipenuhi dengan sukacita. Dengan demikian, ketika dunia mencoba mencari sukacita dengan melakukan gaya hidup yang cenderung kepada hedonisme dan
semakin menjauh dari Allah, justru orang Kristen dapat
menemukannya dengan semakin mendekat kepada Allah dan
menikmati-Nya. Pertanyaannya adalah, apakah yang menentukan dan yang menjadi sumber sukacita saudara saat ini?
Damai Sejahtera sebagai Anugerah
Menurut Kompas Cyber Media 15 Februari 2004,
ada sebuah perusahaan mainan raksasa Jepang, Takara,
memperkenalkan mesin baru yang dapat membantu anda
bermimpi indah, nama mesin itu “Yumemi-Kobo”, dilengkapi
wewangian, musik lembut, lampu dan perekam suara, yang
bisa membantu orang mendapatkan mimpi indah dalam
tidurnya. Takara Co. menjual alat ini di Jepang pada Mei
2004, seharga 14.800 yen (sekitar Rp 1,2 juta). Mereka
32
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
33
berharap dapat menjual 300.000 unit pada tahun pertama. Mesin unik ini dikembangkan bekerja sama dengan
para ahli kejiwaan, yang membantu memilih wewangian
khusus yang dipercaya dapat membuat orang tenang, santai,
dan tidur nyenyak. Namun apakah mesin tersebut sungguh
dapat memberi damai sejahtera bagi masyarakat Jepang
yang tingkat bunuh dirinya cukup tinggi itu?
Salah satu pencarian terbesar manusia di dunia ini
adalah DAMAI. Namun, semakin dicari, damai semakin
tidak ditemukan. Semakin hilang entah ke mana. Lihat saja
dunia kita, tidak pernah lepas dari perang dan pertikaian.
Mulai dari perang antar bangsa, perang antar suku dan
golongan, perang antar agama, perang antar perusahaan,
perang antar saudara, perang antar suami istri, dan perang
lainnya. Tidak terkecuali di gereja juga ada banyak “perang”.
Model perangnya pun berbeda-beda, ada yang pakai senjata ada pula yang pakai kata-kata. Motifnya pun beraneka
ragam. Mulai dari motif untuk kepentingan bangsa, golongan,
perusahaan, gereja, sampai motif untuk kepentingan ego
(diri sendiri), dan yang lebih celaka lagi ada pula yang purapura berkepentingan atau sok berkepentingan.
Ada banyak usaha yang dilakukan oleh manusia
untuk mencari dan memiliki damai dalam hidupnya.
Ada yang mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya,
karena dia berpikir bahwa uanglah yang akan memberi
kedamaian di dalam hidupnya. Pada tahun 1923,
delapan orang terkaya di dunia mengadakan pertemuan di
sebuah hotel di Chicago. Jika uang yang mereka miliki
digabungkan menjadi satu, maka, jumlahnya akan melebihi
jumlah uang milik siapa pun juga di muka bumi ini pada
waktu itu. Tetapi akhir hidup kedelapan orang ini sangat
mengenaskan, bahkan 3 orang di antaranya mati bunuh diri,
yaitu Jesse Livermore, pialang saham yang terhebat di Wall
Street; Ivan Krueger, penguasa monopoli dagang terbesar di
dunia; Leon Fraser, presiden Bank International Settlement.
Ternyata uang tidak bisa memberi kedamaian.
Ada juga yang mencari kedamaian lewat kedudukan,
kekuasaan dan ketenaran. ADOLF HITLER (1889-1945),
penguasa kejam yang akhirnya bunuh diri dengan
menembak kepalanya sendiri. KURT COBAIN (1967-1994),
penyanyi terkenal yang mati bunuh diri dengan menelan
50 butir pil painkiller pada tgl. 4 Maret 1994. Kedudukan,
kekuasaan dan ketenaran pun tidak memberi kedamaian.
Cara lain yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan damai adalah dengan kenikmatan dunia ini. Ada
yang lari ke narkoba dan seks bebas. Namun semakin
orang melakukan hal ini, sebenarnya mereka semakin
kehilangan damai sejahtera dalam hidup mereka. Kalau
ini semua tidak bisa memberi damai di dalam hidup kita,
lalu bagaimana kita dapat memiliki damai yang sejati itu?
Sama seperti sukacita, damai sejahtera bukanlah
sesuatu yang dapat dicari oleh manusia. Damai sejahtera
merupakan buah dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang
Kristen. Atau dengan kata lain, damai sejahtera merupakan
anugerah Allah atau pemberian dari Allah kepada manusia
yang tidak dapat menemukan damai sejahtera yang sejati
dalam keberdosaannya. Dengan demikian, orang Kristen
yang berintegritas adalah orang Kristen yang menyadari
bahwa damai sejahtera merupakan anugerah Allah dalam
34
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
35
hidupnya, kemudian meresponinya dengan menerimanya
dan seterusnya membagikan damai sejahtera itu kepada
orang lain. Artinya, orang Kristen yang berintegritas adalah
orang Kristen yang mampu menjadi agen damai sejahtera
atau pembawa damai atau pencipta damai. Maka kehadiran orang Kristen di mana pun harus dapat menciptakan
damai sejahtera.
Pertanyaan yang harus kita renungkan adalah, apakah
kehadiran kita di tengah-tengah orang lain atau masyarakat
membawa damai atau sebaliknya membawa keresahan dan
kegelisahan?
Kesimpulan
Kasih, sukacita, damai sejahtera merupakan
cerminan kehidupan orang Kristen sebagai milik Kristus
yang hidup dan dipimpin oleh Roh. Tanpa Roh dalam diri
seseorang, mustahil dapat memancarkan kasih, sukacita dan damai sejahtera dalam hidupnya. Oleh sebab itu
integritas Kristen salah satu dapat terlihat dari cara hidup
yang diwarnai dengan kasih, sukacita dan damai sejahtera.
[AB]
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Mengakui keterbatasan sebagai langkah
awal mengasihi
Pikirkanlah hal-hal apa yang selama ini membuat
saudara sulit untuk mengasihi? Adakah kepahitan masa
lalu yang membebani saudara sehingga sulit mengasihi?
Atau adakah dendam yang masih tersimpan terhadap
orang lain? Atau apa pun yang saudara pikirkan, tuliskanlah dengan jujur sebagai langkah awal untuk mengasihi.
36
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
37
Hari ke-2: Belajar mempraktekkan kasih
Hari ini saudara mendapatkan sebuah tantangan
untuk belajar mempraktekkan kasih. Buatlah sebuah
rencana hari ini untuk mempraktekkan kasih. Pertama,
pikirkan satu atau dua nama yang selama ini sulit anda
kasihi atau jarang menunjukkan tindakan mengasihi
kepadanya. Kemudian pikirkanlah satu tindakan yang
dapat kamu lakukan kepadanya sebagai wujud kasih.
Hari ke-3: Mengenali hambatan bersukacita
Tanpa bermaksud untuk fokus terhadap masalah, namun
untuk mendeteksi, pikirkanlah hal-hal apa yang selama ini
sangat mudah membuat saudara tidak bisa bersukacita?
38
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
39
Hari ke-4: Mengenali hambatan bersukacita
Pikirkanlah pergumulan-pergumulan yang sedang saudara hadapi saat ini dan kemudian renungkanlah hal baik
dan positif dari pergumulan saudara untuk tetap bersukacita. Renungkan apa rencana Tuhan dibalik pergumulan
saudara yang mungkin belum dapat terlihat saat ini.
Gumulkan dalam doa di hadapan Tuhan.
Hari ke-5: Sudahkah Saudara berada di jalur yang benar?
Apakah yang membuat saudara merasa damai sejahtera
selama ini? Apakah uang, materi, kenyamanan hidup?
Atau bagaimanakah cara yang saudara tempuh untuk
memperoleh damai sejahtera? Akuilah dengan jujur di
hadapan Tuhan sebagai langkah awal untuk kembali ke
jalur yang benar.
40
Bab II - integritas orang kristen (1)
Bab II - integritas orang kristen (1)
41
Hari ke-6: Menjadi pembawa damai
Mungkin saudara sedang mengetahui ada dua pihak yang
lagi bermusuhan atau memiliki hubungan yang tidak
harmonis? Atau mungkin saudara sendiri sedang berada
dalam satu hubungan yang tidak harmonis dengan orang
lain? Pikirkan dan renungkan langkah apa yang saudara
bisa lakukan untuk memperbaiki hubungan-hubungan
tersebut sehingga kembali harmonis dan tercipta damai
sejahtera.
Bab 3
INTEGRITAS ORANG
KRISTEN (2)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami tentang kesabaran, kemurahan dan kebaikan
menurut terang firman Tuhan.
2. Memaknai kesabaran, kemurahan dan kebaikan terkait
dengan keberanian keyakinan orang Kristen.
3. Mengimplementaskan kesabaran, kemurahan dan kebaikan
di dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga
Integritas Orang Kristen (2)
[Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan]
“ Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu “
( Gal. 5:22-23 )
P
endahuluan
Pada penghujung tahun 1999, seluruh penduduk
Amerika berpartisipasi di dalam sebuah jajak pendapat
bertajuk The Most Admired Person of The Century (Orang
Paling Dikagumi Abad ini). Uniknya, yang terpilih bukanlah
seorang pemimpin bangsa yang karismatik layaknya John F.
Kennedy, presiden Amerika yang tersohor itu. Yang
terpilih bukan juga seorang ilmuwan yang jenius
layaknya Albert Enstein. Bukan juga seorang artis
fenomenal yang memikat hati banyak orang layaknya Elvis
Presley. Yang terpilih justru adalah seorang biarawati yang
secara penampilan sepertinya jauh dari kesan memikat;
secara intelektual tidak juga menonjol, apalagi jauh dari
kesan karimatis. Biarawati yang terpilih sebagai orang yang
paling dikagumi tersebut, dikenal oleh banyak orang
dengan sebutan Mother Teresa. Beliau adalah seorang
misionari yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk
menolong orang-orang India di Kalkuta, yakni mereka yang
44
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab III - integritas orang kristen (2)
45
tersisihkan akibat penyakit, kemiskinan, maupun masalah
sosial.
Pada tahun 1950, ia mendirikan sebuah organisasi
non-profit bernama The Missionaries of Charity, di mana
pada tahun 2012 telah beranggotakan 4500 biarawati dan
telah tersebar di 133 negara. Organisasi ini memberikan
pelayanan perawatan bagi para penderita HIV/AIDS, lepra,
tuberkolosis, dan penyakit lainnya. Selain itu organisasi
ini juga melayani para gelandangan, yatim piatu, juga
pendidikan bagi mereka. Pada tahun 1979, Mother Teresa
meraih hadiah Nobel Peace Prize atas kontribusinya dalam
bidang kemanusiaan. Meski ia menutup usianya di tahun
1997, namun nama seorang Mother Teresa agaknya akan
terus dikenang oleh orang-orang India, bahkan seluruh
dunia hingga saat ini.
Mother Teresa adalah satu dari sekian banyak
contoh di mana kualitas kebaikan hati seseorang dapat
“mengalahkan” faktor-faktor seperti kekayaan, kesuksesan,
kerupawanan, ketenaran, kepandaian, bahkan segala sesuatu
yang kerap dielu-elukan oleh dunia saat ini. Marilah realistis,
bukankah kita berhadapan dengan filosofi dunia yang
kerap mengagung-agungkan faktor-faktor tersebut? Yang
dipandang adalah seberapa banyak seseorang bisa mengumpulkan kekayaan, seberapa tinggi seseorang bisa dipandang
berdasarkan jabatannya, juga seberapa bahagia seseorang
bisa menikmati apa yang ditawarkan oleh dunia saat ini.
Mirisnya adalah, tidak sedikit orang yang menyebut dirinya Kristen malah terjebak di dalam filosofi hidup yang
sama. Mereka lupa bahwa menjadi seorang Kristen, adalah
menjadi seorang yang hidupnya dikuasai oleh Roh Kudus.
Secara khusus dalam bagian ini, yakni menjadi seorang yang
hidupnya menghasilkan buah, yang nampak pada kualitas
kesabaran, kemurahan, serta kebaikan.
Kesabaran
Di dalam bahasa aslinya, kata “kesabaran” dalam
tulisan Paulus ini menggunakan sebuah istilah Yunani,
“makrothumia.”
Kata ini dapat diterjemahkan secara
harafiah sebagai kesabaran, daya tahan, konsistensi, serta
kesetiaan. Atau dalam bahasa Inggrisnya, sering diterjemahkan dalam dua istilah, yakni patience dan longsuffering.
Dalam Perjanjian Baru, kata ini dipakai untuk menggambarkan karakter Allah maupun Yesus Kristus, yang sabar
terhadap kelemahan maupun kegagalan manusia. Selain itu,
kata ini juga dipakai untuk menggambarkan atribut orang
Kristen yang harusnya sabar di tengah kecenderungan
potensi amarah yang meluap-luap. Istilah ini juga seringkali
dihubungkan dengan kualitas kasih yang seharusnya ditampakkan oleh seorang Kristen (bandingkan 2 Korintus 6:6;
Efesus 4:2; Kolose 1:11; 3:12; 1 Tesalonika 5:14; 2 Timotius
3:10).
Di dalam sebuah perumpamaan tentang pengampunan, Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh mengenai kesabaran ini secara tersirat dalam Matius 18:23-27 :
“Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja
yang hendak mengadakan perhitungan dengan
hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan
perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang
yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena
46
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab III - integritas orang kristen (2)
47
orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu
memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya
dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka
sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya :
Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan
hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya”.
Di dalam perumpamaan tersebut, sang hamba memohonkan belas kasihan dari sang raja dengan berkata “sabarlah.” Hal ini menunjukkan bahwa sang hamba memohon
kesabaran dari sang raja untuk sedikit memberikan toleransi
berkenaan dengan kesalahan yang diperbuatnya. Perlu diingat bahwa dalam hal ini bukan berarti sang raja mentolerir
kesalahan sang hamba, melainkan sang raja memberikan
belas kasihannya kepada sang hamba. Ia tdak dengan
murka, juga tidak dengan membabi-buta menghukum sang
hamba. Kesabaran dan belas kasihan sang raja ini juga
menggambarkan kesabaran Allah kepada kita yang tentu
saja begitu melimpah. Di tengah keberdosaan, kelemahan,
juga kelalaian kita, Allah tetap menyatakan kesabaran-Nya.
Demikianlah kita sebagai orang Kristen harus memiliki kualitas kesabaran terhadap sesama kita. Tentu saja
dalam hal ini kesabaran berkaitan erat dengan kualitas kasih
sebagaimana Allah mengasihi kita. Jikalau Allah saja
sabar terhadap kita, mengapa kita malah tidak sabar terhadap
sesama kita?
Cetak miring adalah penekanan oleh penulis
Jangan biarkan emosi menguasai kita, lantas kita
kehilangan kendali. Jangan lupa bahwa dalam perumpamaan itu pun sang raja menuntut sang hamba untuk
bersabar, bahkan mengampuni temannya yang juga
berhutang. Demikianlah Allah menuntut kita untuk menyatakan kesabaran dan belas kasih kepada orang lain.
Kemurahan dan Kebaikan
Di dalam bahasa aslinya, istilah “kemurahan” dalam
bagian ini menggunakan istilah “khrestotes.” Sementara itu
istilah “kebaikan” dalam bagian ini menggunakan
istilah “agathosune.” Kedua kata ini sebenarnya memiliki
makna yang setara, yang dapat diartikan secara harafiah
sebagai kebaikan, kemurahan, bahkan kesempurnaan. Di
dalam tata bahasa yang Paulus gunakan, kata khrestotes
ditempatkan tepat di tengah-tengah sembilan karakter
buah Roh. Menariknya, Paulus sengaja menempatkan istilah
khrestotes ini sebelum istilah agathosune untuk
menunjukkan kesamaan makna antara keduanya. Sementara itu kata khrestotes yang sama ditempatkan sebelum
makrothumia (kesabaran) untuk menunjukkan bahwa
kemurahan (khrestotes) akan dinyatakan melalui kesabaran
(makrothumia). Hal ini menunjukkan penekanan Paulus
akan istilah ini, yakni kemurahan dan kebaikan sebagai
karakter utama orang Kristen yang dipimpin oleh Roh.
Kemurahan dan kebaikan itulah yang dinyatakan di dalam
kesabaran.
Horst Robert Balz dan Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans) 3:476
48
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab III - integritas orang kristen (2)
49
Istilah ini juga digunakan oleh Paulus dalam Roma 2:4
untuk menunjukkan kemurahan Allah terhadap orang-orang
Yahudi yang masih saja mengeraskan hatinya:
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?
Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan
Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”
Tujuan utama dari kemurahan Allah adalah pertobatan
mereka, dan karena kekerasan hati mereka lah, maka
mereka pun menimbun murka Allah atas diri mereka. Hal
ini dinyatakan melalui metafora Paulus mengenai pohon
zaitun liar yang dicangkokkan. Orang Kristen (bukan
berlatar-belakang Yahudi) adalah tunas liar yang dicangkokkan kepada pohon zaitun tersebut, karena tunas asli (orang
Yahudi yang menerima murka Allah) telah dipatahkan.
Di ayat 22, Paulus memperingatkan orang Kristen agar tetap
berada di dalam kemurahan Allah, agar tidak dipotong pula:
“Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga
kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang
telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika
kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga.”
Hal ini menunjukkan bahwa kemurahan dan
kebaikan adalah sebuah konsekuensi logis yang harus
dimiliki oleh orang Kristen. Sebagaimana kemurahan Allah
telah diberikan kepada mereka, maka mereka pun harus
menunjukkan kemurahan tersebut kepada orang lain.
Perlu diingat bahwa kemurahan dan kebaikan Allah itulah
yang akan memampukan orang Kristen untuk menyatakan
kemurahan dan kebaikan-Nya pula.
Adalah suatu hal yang patut disesalkan ketika
menyaksikan tidak sedikit dari antara orang Kristen yang
tidak menunjukkan kemurahan dan kebaikan Allah dalam
hidup mereka. Masih saja ada orang-orang Kristen yang
hidup melayani hawa nafsunya sendiri. Kemurahan dan
kebaikan Allah hanyalah sebatas wacana tanpa sebuah
perubahan hidup yang berarti. Tidak jarang juga kita
menemukan sengketa dan pertengkaran di dalam pelayanan
karena egoisme pribadi. Sangat disayangkan, jikalau hal ini
justru akhirnya tidak memberikan sebuah kesaksian yang
baik bagi orang yang belum percaya. Padahal kerinduan
Allah adalah melalui kemurahan dan kebaikan yang ditunjukkan oleh orang percaya, maka semakin banyak orang yang
juga bisa melihat kemurahan dan kebaikan Allah. [AT]
50
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab III - integritas orang kristen (2)
51
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1: Menyadari kemurahan dan kebaikan Allah
dalam hidup saya
Mari ambillah sebuah alat tulis, dan mulailah mengingatingat kembali jejak kehidupan Anda. Bagaimanakah
pengalaman pertama Anda ketika menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Anda? Seperti apa
Anda mendeskripsikan kemurahan dan kebaikan Allah di
dalam hidup Anda saat itu?
Setelah Anda menuliskan semuanya, marilah ambil waktu
sejenak untuk kembali memaknai dan mensyukuri kemurahan dan
kebaikan Allah dalam hidup Anda. Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah atas kemurahan dan kebaikan-Nya.
Hari 2: Melihat jejak kemurahan dan kebaikan Allah
dalam hidup saya
Mari kita menulis lagi. Setelah Anda menerima kemurahan
dan kebaikan Allah yang dinyatakan melalui momen lahir
baru Anda, apakah ada perubahan hidup dalam hidup Anda
berkaitan dengan kemurahan dan kebaikan Allah yang telah
Anda nyatakan kepada orang lain? Silahkan tuliskan rekam
jejak atau kejadian-kejadian yang menggambarkannya.
Setelah Anda menuliskan semuanya, cobalah sedikit berandai-andai. Jikalau
Anda berada di posisi sebagai Tuhan, apa penilaian Anda terhadap rekam
jejak hidup Anda sendiri, seperti yang telah Anda tulis di atas? Sudah cukup
puas-kah Tuhan dengan rekam jejak Anda dalam menyatakan kemurahan
dan kebaikan Allah dalam hidup Anda? Silahkan ambil waktu sejenak untuk
berdoa dan memohon Roh Kudus agar mengoreksi hidup Anda.
52
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab III - integritas orang kristen (2)
53
Hari ke-3: Mengambil langkah untuk mengaplikasikan
kemurahan dan kebaikan Allah
Kali ini, Anda harus menuliskan tindakan-tindakan nyata
yang bisa Anda lakukan untuk menyatakan kemurahan dan
kebaikan Allah dalam hidup Anda. Tuliskanlah tindakantindakan yang realistis, yang dapat Anda lakukan hari ini,
minggu ini, dan selama bulan ini.
Setelah Anda menuliskan semuanya, marilah ambil komitmen
untuk melakukannya dalam hidup Anda. Berdoalah memohon
Roh Kudus agar memampukan Anda.
Hari ke-4: Mengukur kesabaran Allah dalam hidup saya
Mari tuliskan 5 contoh kesabaran Allah di dalam hidup Anda
hingga saat ini. Tentu hal ini berkenaan dengan kelemahan
atau keberdosaan kita yang hingga saat ini dapat dikatakan
bahwa Allah masih bersabar dengan kita.
Setelah Anda menuliskan semuanya, seberapa dalam Anda bisa
merasakan kesabaran Allah terhadap hidup Anda? Apa yang
menjadi komitmen Anda terhadap kesabaran Allah tersebut?
Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan izinkan Roh Kudus untuk
memberikan hikmat bagi Anda untuk meresponi kesabaran Allah
dalam hidup Anda.
54
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab III - integritas orang kristen (2)
55
Hari ke-5: Mengukur kesabaran saya
Seberapa sabarkah Anda? Mari tuliskan beberapa bagian
dalam hidup Anda yang hingga saat ini Anda masih bergumul, berkenaan dengan kesabaran Anda dalam menghadapi kesalahan atau kelalaian orang lain terhadap Anda.
Setelah Anda menuliskan semuanya, seberapa dalam Anda bisa
mewujudkan kesabaran Allah terhadap orang lain? Silahkan
ambil waktu untuk berdoa dan memohon Roh Kudus untuk memampukan Anda menyatakan kesabaran Allah bagi orang lain.
Hari ke-6: Mengaplikasikan kesabaran, kemurahan,
dan kebaikan Allah di dalam keluarga
Selama seminggu ini Anda telah mempelajari kesabaran,
kemurahan, dan kebaikan Allah secara pribadi. Tapi
tahukah Anda bahwa lingkungan yang paling dekat
dengan
Anda
untuk
mengaplikasikan
kesabaran,
kemurahan, dan kebaikan Allah dalam hidup Anda adalah
keluarga Anda sendiri? Seberkualitas apakah Anda telah
mengaplikasikannya dalam keluarga Anda? Bagaimanakah
caranya agar Anda bisa menggerakkan keluarga Anda untuk
mengaplikasikannya juga bagi lingkungan sekitar Anda?
56
Bab III - integritas orang kristen (2)
Bab 4
INTEGRITAS ORANG
KRISTEN (3)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri menurut terang firman Tuhan.
2. Memaknai kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan
diri terkait dengan keberanian keyakinan orang Kristen.
3. Mengimplementasikan kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri di dalam kehdiupan sehari-hari.
Empat
Integritas Orang Kristen (3)
[Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan Diri]
“ Tetapi buah Roh ialah: …kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.“
( Galatia 5:22-23 )
P
endahuluan
Tuhan Yesus berkata bahwa dari buahlah maka pohonnya dikenali (Matius 7:15-20, bandingkan dengan Matius
3:7-9), sebab buah merupakan bukti yang signifikan dari
sebuah pohon. Pohon jeruk tidak berbuah apel bukan?
Maka dalam hal ini integritas seorang Kristen merupakan
suatu tanda penting dari seorang Kristen sejati. Kata integritas berasal dari kata yang sama dalam bahasa latin “integer”
yang berarti lengkap tidak bercacat.
Dalam ilmu informatika, sesuatu sistem disebut
memenuhi persyaratan integritas jikalau sistem tersebut
konsisten, artinya tidak ada pertentangan di dalamnya.
Demikian juga dalam bidang etika, integritas merupakan
suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan kesamaan
antara nilai-nilai ideal dengan praktek kehidupan yang
nyata. Demikianlah seorang Kristen yang berintegritas adalah
seseorang menjalankan apa yang ia percaya sebagai nilai
atau norma dalam kehidupannya sehari-hari.
58
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab IV - integritas orang kristen (3)
59
Seorang yang berintegritas di satu sisi merupakan
seorang yang setia kepada Allah dan kepada norma-norma
yang ia percaya, tetapi di sisi lain, ia juga adalah seorang
yang setia kepada dirinya sendiri. Ia tidak korupsi dan tidak
mengkhianati Allah dan dirinya sendiri.
Tukar Pikiran
Ada tiga nilai yang kita bicarakan dalam pembahasan
bagian ini yang merupakan bagian dari integritas kita
sebagai orang Kristen: kesetiaan, kelemahlembuatan dan
penguasaan diri. Kita perlu mengerti apa arti sebenarnya
dari masing-masing istilah tersebut. Dalam hubungan apa
atau dengan siapa sifat-sifat tersebut harus diaplikasikan.
Apakah ini merupakan sikap kita kepada Allah atau terlebih
sedang berbicara mengenai hubungan kita dengan orang
lain. Apakah kesetiaan berarti kita harus setia dengan buta?
Lalu apakah yang dimaksud dengan kelemahlembutan? Apakah istilah ini berhubungan dengan kata
lemah atau lembut? Lalu saya harus menguasai diri dari apa
atau dalam hal apa? Kesulitan-kesulitan apa yang membuat
nilai-nilai tersebut sulit dipraktekkan? Apakah Alkitab memberikan solusinya? Kita berharap di bagian ini kita dapat
mengklarifikasikan pertanyaan-pertanyaan ini lalu kita mencoba melihat bagaimana kita dapat mengaplikasikannya
dalam hidup kita sebagai orang Kristen.
Isi Topik
Sebelum kita lebih lanjut membicarakan ketiga sub
tema pembahasan ini, perlu kita mengerti, apa yang
sedang dibicarakan rasul Paulus mengenai ketiga hal
ini. Paulus dalam suratnya memberikan perintah kepada
jemaat-jemaat di Galatia untuk saling melayani sebagai
hamba satu dengan yang lain oleh kasih (ayat 13), karena
semua hukum Taurat mengenai hubungan dengan sesama
dapat dirangkumkan dalam pernyataan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ayat 14), yaitu Hukum
Kasih yang kedua. Rupanya tidak lama setelah Paulus dalam
perjalanan misinya yang pertama mengabarkan Injil di
daerah itu, jemaat-jemaat di Galatia ini disusupi oleh injil
lain, yang sebenarnya bukan Injil (1:6), yaitu aturan-aturan
Yahudi yang mementingkan aturan-aturan hukum Taurat,
seperti contohnya sunat, sehingga Injil Kristus diputarbalikkan dan orang-orang mulai mencari pembenaran oleh
karena melakukan hukum Taurat dibandingkan dengan
anugerah Allah oleh karena iman dalam Kristus Yesus (2:16,
5:4). Hal ini membuat orang-orang saling memaksakan
aturan dan saling menghakimi, sehingga mereka saling
“menggigit dan menelan” (ayat 15), saling “menantang dan
mendengki” (ayat 26). Karena itu setelah Paulus dalam
pasal pertama sampai keempat menjelaskan kembali
mengenai anugerah Allah karena orang percaya kepada
pemberitaan Injil, Paulus di pasal yang kelima dan
keenam merasa perlu menasehati jemaat-jemaat di
Galatia ini, bagaimana seharusnya mereka memperlakukan
saudara seiman mereka. Demikianlah kita sekarang
mengerti bahwa ketiga hal yang kita mau bahas ini,
merupakan bagian tentang bagaimana seharusnya kita
60
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
61
sebagai orang Kristen bersikap terhadap sesama kita. Di
dalam konteks inilah, kita mencoba mengerti apa yang
menjadi berita firman Tuhan kepada kita semua. Selain itu
ketiganya merupakan tiga nilai yang terakhir disebutkan oleh rasul Paulus dari sembilan bagian dari buah Roh
yang tunggal (Galatia 5:11-23), oleh karena itu kesembilan
nilai ini haruslah kita lihat sebagai suatu kesatuan yang utuh
dan tidak boleh dipisahkan. Walaupun demikian, marilah
kita mencoba mengerti masing-masing nilai ini secara terpisah, namun nanti kita akan melihat bahwa ternyata dalam
penjelasannya, nilai-nilai yang lain tidak dapat dipisahkan.
Kesetiaan (πίστις, baca: pis-tis)
Kata πίστις selain dapat dimengerti sebagai kesetiaan,
dapat juga diterjemahkan sebagai iman atau kepercayaan.
Kita setia, berarti kita percaya kepada saudara-saudari kita
dan mempercayai mereka dalam segala hal. Untuk mengerti
hal ini, mungkin baik jika kita melihat contoh hal-hal yang
bertentangan dengan kesetiaan itu sendiri.
Contoh masalah pertama adalah gosip. Gosip
merupakan kabar-kabar yang beredar, yang dalam waktu
lampau biasanya disampaikan dari mulut ke mulut
tetapi di jaman modern saat ini bisa juga melalui media
komunikasi lainnya, yang bertujuan bukan untuk kebaikkan
dari hal atau orang yang dibicarakan. Gosip merupakan hal
yang jahat sekali, karena gosip mampu menjelekkan nama
seseorang dan membawa kerugian yang sangat besar
bagi orang tersebut. Walaupun gosip bisa memiliki suatu
kebenaran tertentu, tetapi biasanya kebenarannya sudah
tidak akurat lagi karena sudah ditambahkan dengan
berbagai macam informasi yang salah. Gosip bahkan
mampu memfitnah orang lain. Hanyalah orang-orang
bermuka dua yang melakukan gosip, dimana orang bersikap
manis dan baik di hadapan seseorang, tetapi dibelakangnya
ia “menikam” orang tersebut dengan celaan, ejekkan dan
segala macam perkataan yang tidak baik. Setia kepada saudara-saudari, kita berarti kita tidak menggosipkan
mereka. Apalagi kalau ada hal-hal pribadi yang
dipercayakan mereka kepada kita, gosip merupakan suatu
pengkhianatan terhadap kepercayaan saudara seiman kita
yang dihadiahkan kepada kita. Juga kalau kita mendengarkan sesuatu yang jelek mengenai saudara-saudari kita,
maka setia berarti kita percaya bahwa saudara-saudari kita
seharusnya tidak seperti demikian. Kita tidak gampang
percaya dan dipengaruhi oleh kabar-kabar burung.
Klarifikasi berita terhadap orang yang bersangkutan sering
kali sudah menyelesaikan kebanyakan problema yang ada.
Ketika kita dalam kasih dan kesetiaan bertanya langsung
kepada saudara-saudari kita, kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menjelaskan masalahnya
kepada kita, sehingga kita memiliki pandangan yang
berimbang, dan bahkan mungkin semua kekhawatiran kita
dapat terbukti sebagai suatu kesalahan.
Contoh masalah kedua adalah kecurigaan. Setiap orang
Kristen adalah seorang individu yang unik di hadapan Allah
dan tidak ada seorang lain yang tepat sama dengannya.
Dengan demikian, saudara-saudari kita merupakan orangorang yang ”berbeda” dengan kita. Perbedaan-perbedaan
tersebut seharusnya menjadi sebuah kekayaan dari jemaat
62
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
63
Tuhan dan bukanlah sesuatu yang perlu untuk diberantas.
Tetapi pada saat yang sama juga keberbagai macaman kita
dapat membawa kita kepada sebuah gesekan dan kesalahpengertian. Tidak sedikit orang-orang Kristen bermusuhan karena tidak mencoba mengerti posisi dari pihak yang
diseberangnya. Tidak heran perselisihan pun tidak lagi dapat
dihindarkan, bahkan tidak jarang perpecahan gereja terjadi
karena permasalahan ini. Kita setia, berarti kita menghadapi
saudara-saudari kita tanpa suatu prejudice (penghakiman
awal) atau kecurigaan. Kita percaya bahwa saudara-saudari
kita bermaksud baik dengan kita dan tidak menjahati kita.
Di dalam perbedaan pendapat, kita belajar menghargai
mereka dan mencoba memperkaya diri kita dengan
pandangan mereka.
Contoh masalah ketiga adalah pengkhianatan. Leo
(nama dan kejadian disamarkan) adalah seorang yang
cerdas dan bekerja dalam sebuah perusahaan IT. Ia dipercaya oleh salah satu bosnya untuk menangani suatu proyek
penting yang sangat berarti bagi bosnya tersebut. Tetapi
proyek tersebut mengalami masalah. Ia berusaha menjelaskan kepada bosnya bahwa spesifikasi dari teknologi tersebut
salah dan itu menjadi penyebab mengapa proyek tersebut
tidak dapat maju. Tetapi bosnya tidak percaya itu, walaupun
Leo sendiri juga yakin bahwa apa yang ia lakukan sudah
benar dan tidak melakukan suatu kesalahan apapun. Suatu
hari datang satu bos dari departeman yang lain meminta
Leo membantu dia mengerjakan proyek lain dengan janji
jenjang dan gaji yang jauh lebih tinggi. Ia meminta Leo
meninggalkan bosnya yang sekarang. Leo tahu bahwa bosnya yang sekarang membutuhkan hasil dari proyek yang
mereka sedang kerjakan. Jikalau Saudara menjadi Leo,
apakah yang akan Saudara pilih? Leo merasa dirinya tidak
tenang untuk pergi begitu saja dan memutuskan untuk
setia kepada bosnya yang sekarang, walaupun secara duniawi
keputusannya merupakan suatu keputusan yang bodoh dan
salah. Setelah ada koreksi standard spesifikasi, ternyata
terbukti Leo yang benar dan proyek yang Leo kerjakan dapat
diselesaikan dengan baik. Suatu hal yang lebih menarik dari
itu, bos Leo akhirnya ikut Leo ke gereja dan menjadi orang
Kristen.
Pengkhianatan adalah suatu tindakan melawan
seseorang yang biasanya tidak diketahui oleh pihak
tersebut, bahkan orang yang bersangkutan dapat berpikir
bahwa ia sedang mendapat support atau suatu dukungan
yang bersifat positif. Kesetiaan memiliki sifat yang terus
menerus, karena itu kalau kita setia, maka kita juga tidak
memutuskan dukungan kita begitu saja. Kita menjadi orang
yang dapat dipercaya oleh orang lain. Saudara-saudari kita
dapat dengan tenang menghitung kita sebagai orang-orang
yang memberikan dukungan kepada mereka dan tidak
“menikam” mereka dari belakang. Di dalam memberikan
bantuan kepada saudara, kita juga melakukannya tidak
setengah-setangah
tetapi
menyelesaikannya
sampai
tuntas. Kalaupun kita harus bersikap lain, penting untuk
kita
mengkomunikasikannya
dengan
baik
kepada
saudara-saudari kita. Kesetiaan Kristen bukanlah suatu
kesetiaan buta (fanatisme), tetapi ada berhubungan erat
dengan keadilan dan kebenaran.
64
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
65
Kelemahlembutan (πραΰτης, baca: pra-u-tes)
Kelemahlembutan sering disalah mengerti sebagai
suatu kelemahan, suatu nilai lembek yang biasa dimiliki oleh
para pecundang (loser) dan bukan milik para pemenang
(winner). Untuk mengerti apa yang dimaksud dengan kata ini,
baiklah kita menelaah apa yang Tuhan Yesus sendiri katakan
mengenai orang-orang yang memiliki sifat lemah lembut
dalam Khotbah di Bukit. Ia mengatakan, “Berbahagialah
orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi.” (Matius 5:5). Jikalau kita meneliti Perjanjian Lama, maka jelas sekali bahwa kalimat Tuhan Yesus
berkaitan erat dengan Mazmur 37:11, yang mengatakan
“Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi
negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” Dari latar belakang ini, maka kelemahlembutan berhubungan dengan keadilan. Kelemahlembutan
adalah lawan kata dari amarah dan ketersingungan. Orangorang yang rendah hati, yang dimaksudkan oleh bagian ini,
adalah orang-orang yang hak-haknya dirampas oleh orangorang kafir (orang-orang tidak “ber-Allah”) dan orang-orang
jahat. Mereka menjadi orang-orang yang ditekan. Berbeda
dengan orang-orang yang lemah, yang tidak dapat berbuat
apa-apa dan membiarkan diri menjadi korban situasi, orangorang yang lemah lembut ini tidak membiarkan dirinya dikuasai dengan kemarahan dan dendam, walaupun mereka
memiliki kemampuan untuk membalas. Mereka tidak menggunakan kekerasan sebagai senjata, tetapi menyerahkan
penghakiman kepada Tuhan, Allah mereka. Mereka adalah
orang-orang yang mencari Allah (Mazmur 69:33). Mereka
dalam keadaan ketidakadilan berdiam diri di hadapan Allah
(Mazmur 37:7). Di dalam kesempitan mereka percaya kepada Allah dan mengandalkan Dia. Orang-orang yang lemah
lembut, menurut Yohanes Calvin dalam bukunya “Auslegung
der Heiligen Schrift - Evangelien harmonie” (“Tafsiran Alkitab
– Harmoni Injil-injil”) hal. 164, adalah orang-orang, yang
tidak membiarkan dirinya dipicu oleh ketidakadilan yang
dialami dan tidak tersinggung pada setiap hinaan,
melainkan siap untuk lebih baik menanggung semuanya dibanding menyamakan dirinya dengan orang-orang
kafir. Mereka adalah orang-orang yang merubah orang lain
menjadi baik melalui kelembutan dan keramahannya,
seperti Tuhan Yesus sendiri lemah lembut dan rendah
hati (Matius 11:29). Ia tidak memberikan beban berat
kepada orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia menemui
mereka dengan kasih, bukan dengan kemarahan.
Demikianlah kita melihat, bahwa kelemahlembutan bukanlah suatu kelemahan ataupun suatu keputusasaan seseorang yang tidak tahu bagaimana membela haknya, melainkan suatu pilihan kita sebagai orang Kristen yang kita ambil,
sehingga dalam mengalami ketidakadilan, kita tidak mau
membiarkan diri kita jatuh ke dalam dosa, karena kita tahu
jati diri kita sendiri yang sudah diselamatkan dari kotoran
dosa. Hak orang lain tentu harus kita bela, tetapi hak kita
sendiri, kita memilih supaya Tuhan saja yang membela kita.
Kemarahan dan ketersinggungan adalah milik orang yang
belum percaya. Kelemahlembutan berarti kita menyerahkan segala penghakiman kepada Allah. Kelemahlembutan
membuat kita mengambil sikap pro-aktif mengasihi musuh
kita dan mencoba dengan lembut dan ramah mengubah
mereka yang tersesat.
66
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
67
Bagi orang-orang seperti inilah Tuhan Yesus menjanjikan, bahwa mereka akan mewarisi bumi (Matius 5:5).
Mazmur 37:11b menggambarkan bagaimana mereka
akan mengalami “kesejahteraan yang berlimpah-limpah”.
Yang diutamakan dalam perkataan ini bukanlah suatu
kesejahteraan dalam arti jasmani, tetapi suatu kepenuhan
dari Shalom ‫םוֹֽל((ָׁש‬µwOlv) atau Eirene (εἰρήνη), yaitu suatu kepenuhan dari kedamaian surgawi, suatu keadaan damai yang
sempurna yang sebenarnya akan Tuhan Yesus tegakkan pada
saat kedatangan-Nya yang kedua kali, yaitu pada saat Allah
membuat langit baru dan bumi baru (Wahyu 21). Tetapi
kelimpahan kedamaian ini sudah dapat dirasakan oleh
orang-orang percaya pada saat ini, karena mereka
menyerahkan keadilan kepada Allah. Allah akan
memunculkan kebenaran mereka seperti terang, dan hak
mereka seperti siang (Mazmur 37:6), karena Tuhan adalah
Allah yang tidak membiarkan ketidakadilan terus-menerus
berlangsung. Dialah yang akan memperjuangkan hakhak orang yang lemah lembut ini. Bahkan Tuhan Yesus
sendiri adalah hakim dan akan membinasakan segala jenis
ketidakadilan. Ia akan memberikan orang-orang yang
lemah lembut hak-hak mereka kembali. Demikian berbahagialah orang-orang yang menolak cara kekerasan ataupun
tidak menghalalkan segala cara untuk memperjuangkan
dirinya. Diberkatilah kita, ketika kita menjadi orang yang
tidak gampang tersinggung, tidak mudah marah dan tidak
membiarkan diri kita dipenuhi dengan kepahitan, melainkan
dengan kasih dan penuh kesabaran menanggung beban
yang berat, karena kita akan mewarisi negeri.
Penguasaan Diri ( ἐγκράτεια, baca: eng-kra-tei-a )
Secara sederhana kata ini berarti menjadi tuan di dalam
diri kita sendiri. Sepintas lalu nilai ini seolah-olah hanya
bersangkutan dengan diri kita sendiri, tetapi seperti yang
sebelumnya sudah dijelaskan, bahwa secara konteks
hal ini sedang membicarakan mengenai hubungan kita
dengan orang lain. Sering kali kita berpikir bahwa urusan
diri kita adalah urusan kita sendiri dan tidak perlu orang lain
turut campur dalam urusan pribadi kita, tetapi yang
sering kita lupa, yaitu bahwa urusan diri kita banyak sekali
berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita, bahkan
mempengaruhi mereka. Ada orang mengatakan kalau dia
mau marah, lebih baik dia marah saja, tidak perlu dikontrol,
dibandingkan kalau ia harus memendamnya di dalam diri.
Beberapa orang bahkan mengatakan bahwa marah-marah
itu adalah urusan pribadinya. Ia akan tersinggung, jikalau
ada yang berusaha mengintervensi kemarahannya. Secara
sepintas kelihatannya hal ini adalah kebenaran, tetapi kita
tahu bersama bagaimana suatu kemarahan membawa efek
langsung dan tidak langsung bagi orang-orang di sekitar
kita. Apakah kita dapat membayangkan bahwa orang-orang
di sekitar kita akan tetap memiliki atmosfir yang sukacita
ketika kita memarah-marahi anak kita, pasangan kita, pembantu kita, atau siapapun di depan umum? Tidak heran
Amsal 12:6 mengatakan, “Perkataan orang fasik menghadang
darah, tetapi mulut orang jujur menyelamatkan orang.”
Jikalau contoh di atas mencoba menggambarkan bahwa penguasaan diri yang ditujukan untuk diri kita
sendiri membawa kebaikkan bagi orang lain, penguasaan diri juga bisa sengaja ditujukan bagi orang lain. Saya
68
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
69
menjumpai orang-orang tertentu yang mengalami kesulitan,
sakit penyakit, tetapi mereka justru menjadi berkat bagi
mereka yang membesuk. Mereka memiliki banyak alasan
untuk mendapat belas kasihan kita, tetapi mereka bahkan
pada saat sakit bersaksi memuliakan Allah dan memberikan
kita kekuatan.
Marilah kita sekarang mencoba melihat beberapa
contoh penguasaan diri yang memerlukan perhatian
kita. Pertama adalah masalah pengetahuan. Rasul Petrus
mengatakan bahwa kita perlu menambahkan kepada
pengetahuan penguasaan diri (2 Petrus 1:6). Mungkin kita
heran dan bertanya, mengapa pengetahuan memerlukan
penguasaan diri? Bukankah kebenaran itu yang paling
utama? Pengetahuan adalah baik, tetapi kalau mengejar
pengetahuan saja tanpa penguasaan diri, maka orang dapat
menjadi dingin dan keras bagi orang lain. Kita menjadi orang
yang tidak mencoba mengerti posisi orang lain. Orangorang dicatat dalam surat Roma (Roma 14-15) dan Korintus
(1 Korintus 8) menjadi contoh dalam hal ini. Ketika orangorang Yunani yang menganggap diri berpengetahuan
mengatakan semua makanan boleh dimakan, termasuk
makanan-makanan yang tergolong najis, bahkan daging
yang dianggap sebagai daging persembahan, orang-orang
Yahudi dan orang-orang yang tidak dapat menerima itu
menjadi tersandung imannya. Demikianlah pengetahuan
dapat membuat kita menjadi tidak lagi menguasai diri,
sombong dan menelantarkan kasih (1 Korintus 8:1).
Kedua adalah masalah temperamen kita. Temperamen
lebih merupakan suatu pola tindakan kita, yaitu suatu cara,
bagaimana kita beraksi dan bereaksi. Seorang yang tegas
dan berpendirian teguh, belum tentu ia berdosa. Di satu
pihak ia dapat tegas dalam kebenaran, tetapi di pihak yang
lain bisa pula ia bertahan dalam kesalahan. Oleh karena
itu dalam hal ini penting bagi kita untuk memiliki suatu
penguasaan diri. Contohnya dalam hal emosi. Emosi tidak
hanya selalu berhubungan dengan amarah, tetapi jauh lebih
luas dari itu, seperti perasaan sedih, takut, kurang nyaman,
senang, dll. Karena kita diciptakan berbeda-beda, maka
karakter kita berbeda-beda juga. Karakter ini biasa yang
mempengaruhi emosi-emosi dalam diri kita. Kita memang
tidak bisa memilih karakter kita, tetapi karakter juga tidak
bisa membenarkan semua tindakan kita. Supaya memiliki
tindakan yang benar di mata Tuhan, kita membutuhkan
pengontrolan diri. Orang yang terlalu dikuasai oleh
perasaannya (moody) seringkali menjadi orang yang
sulit dalam masyarakat dan membawa ketidakdamaian bagi
lingkungan; demikian juga dengan mereka yang memiliki temperamen tidak baik, contohnya orang yang mudah
marah, tersinggung, iri dll. Semua ini membawa kepada
perbuatan-perbuatan daging (bandingkan Galatia 5:20-21),
dan oleh karena itu perlu penguasaan diri.
Contoh penguasaan diri yang ketiga adalah dalam
hal keinginan kita. Yakobus 1:14 menyatakan bahwa kita
dicobai oleh keinginan kita sendiri. Terutama “daging”, yaitu
natur manusia berdosa, memiliki suatu dorongan keinginan
yang sangat kuat (nafsu) untuk hal-hal yang tidak berkenan
di hati Tuhan. Memang orang percaya tidak lagi di dalam
daging (Roma 8:9) dan manusia lamanya sudah turut
70
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
71
disalibkan bersama dengan Kristus, sehingga ia bukan lagi
hamba dosa dan tubuh dosanya hilang kuasanya (Roma 6:6),
tetapi Galatia 5 dan Roma 8 juga mencatat bahwa orang
yang percaya masih memiliki keinginan daging yang
berlawanan dengan keinginan Roh. Jikalau kita di bagian ini
berbicara mengenai keinginan, maka itu bukan saja
menyangkut sesuatu pikiran saja, tetapi bisa juga itu
merupakan suatu kebutuhan, yang secara alamiah
mungkin kita bisa golongkan sebagai normal, seperti
contohnya kebutuhan seksual, kebutuhan kita akan sandang
dan pangan, dll., tetapi dalam bentuk yang ekstrim sudah
berubah menjadi suatu dorongan yang tidak tertahankan
lagi sehingga tidak dapat menguasai diri. Keinginan seperti
demikian merupakan keinginan yang diarahkan oleh dosa
dan dibenci Allah.
1 Korintus 9:24-26 menggambarkan penguasaan diri
dalam sebuah perbandingan dengan seorang olahragawan di tengah-tengah pertandingan. Mungkin saja sang
olahragawan memiliki banyak hal yang bisa membuat ia tidak
konsentrasi dalam pertandingan, tetapi sebagai seorang
yang professional, ia tidak bisa berbuat lain selain
mengendalikan diri sepenuhnya supaya dapat menyelesaikan
pertandingan dengan baik. Bahkan Titus 1:8 menyebutkan
nilai ini sebagai suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin Kristen. Seorang yang tidak memiliki nilai ini
tidak boleh menjabat menjadi penatua jemaat. Tetapi
tentu saja nilai ini bukan berarti hanya dimiliki oleh para
pemimpin Kristen, tetapi seharusnya oleh semua dari kita
yang berbuah Roh.
Kesulitan Aplikasi
Dalam kehidupan kita sehari-hari ketiga nilai ini sulit
sekali untuk secara murni diaplikasikan. Mengapa? Seorang
profesor emiritus dari Universitas Stanford dalam bidang
Psikologia bernama Philip Zimbardo mengatakan bahwa
manusia tidak bisa dikatakan baik atau jahat, karena batas
antara baik dan jahat begitu tipis. Tergantung dengan sistem
dan situasi, orang baik-baik dapat menjadi jahat. Orang
hanya memerlukan suatu katalisator (pemicu) kritis
sehingga prilakunya berubah, contohnya kalau seseorang
dalam tekanan besar, pada saat seseorang diambil tanggung jawabnya, atau kalau kebanyakan orang di sekitar
melakukan kejahatan yang sama, maka seseorang dapat
“dipaksa“ melakukan hal-hal yang secara normal ia tidak
akan lakukan. Fenomena ini ia namakan sebagai “The
Lucifer Effect” (“Efek Iblis“). Dalam bukunya berjudul “How
Good People Turn Evil” (“Bagaimana Orang-orang Baik
Menjadi Jahat“) ia menggambarkan, bagimana para psikolog
mengerti akan transformasi karakter manusia, yaitu dispositional (secara bawaan), situasional (melalui pengaruh situasi)
dan systemic (secara sistem). Ketiga hal ini secara alkitabiah
dapat kita terima tanpa masalah.
Faktor disposisional : Dikatakan bahwa manusia bisa
berbuat jahat karena memang di dalam dirinya sudah
ada tertanam sesuatu yang jahat. Dapat dikatakan bahwa
secara bawaannya manusia sudah punya kemampuan itu.
Berbeda dengan banyak pandangan dunia yang memandang,
bahwa manusia pada dasarnya baik, Alkitab menyatakan
bahwa manusia pada dasarnya berdosa (Roma 3:9-23,
Yohanes 8:34). Secara tidak sengaja, kesetiaan, kelemah-
72
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
73
lembutan dan pengusaan diri merupakan sesuatu yang
tidak disukai oleh manusia, walaupun secara kognitiv ia
bisa menyetujui bahwa ketiganya adalah hal-hal yang baik.
Orang cenderung tidak mau menderita kerugian demi
kesetiaan, menanggung perlakuan jahat manusia oleh
karena kelemahlembutan atau menyangkali dirinya untuk
mempertahankan penguasaan diri. Paling sedikit, tidak ada
orang yang mau dengan sukarela dan sukacita melakukan
hal itu. Bahkan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat juga masih memiliki
keinginan daging di dalam dirinya. Orang kurang menyadari,
bahwa potensinya untuk melakukan dosa begitu besar,
sehingga
cenderung
meremehkan
atau
bahkan
menutup-nutupinya. Walaupun firman Tuhan dengan jelas
mempertentangkan nilai-nilai yang merupakan bagian dari
keinginan Roh ini dengan keinginan daging (Galatia 5, Roma
6), tetapi orang sering kali sulit mengenali perbedaannya,
karena manusia cenderung untuk membela dirinya sendiri.
Faktor systemic : Jikalau dalam suatu sistem
banyak orang berbuat dosa tertentu, seperti contohnya
korupsi, sogok, pembajakan software, maka cepat atau
lambat seseorang dapat mengikuti dosa yang sama, bahkan
tanpa punya perasaan bersalah ataupun lebih ekstrim lagi,
menertawakan orang-orang yang tidak melakukan dosa
tersebut. Orang cenderung mengikuti dan beradaptasi
dengan lingkungannya. Sikap di rumah, di kantor dan di
gereja bisa berlainan semua. Orang mencoba membela diri
dengan menyebutkan kalau itu memang merupakan aturan
mainnya. Inilah alasan kedua, mengapa nilai-nilai diatas
sulit untuk diterapkan. Kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri bertentangan dengan norma-norma dunia
di sekitar kita. Contohnya kesetiaan merupakan suatu yang
salah dalam dunia ekonomi yang berusaha untuk mencapai untung sebesar-besarnya. Gosip merupakan konsumsi
yang menggelitik telinga masyarakat, sehingga tidak heran
majalah dan koran gosip laku keras. Kelemahlembutan
dianggap sebagai suatu sikap “terlalu polos” atau
bahkan dicap sebagai sesuatu kelemahan. Penguasaan diri
merupakan nilai yang bertentangan dengan aktualisasi diri
yang saat ini digembar-gemborkan menjadi kebutuhan
manusia yang paling tinggi. Orang-orang yang masih
memegang ketiga hal ini bahkan dianggap oleh dunia
sebagai orang-orang yang bermasalah dan tidak mampu
mengembangkan dirinya dengan benar.
Faktor situasional : Dalam keadaan “kepepet” seseorang
bisa melakukan apa yang tidak biasa ia perbuat. Demikianlah
situasi dapat ikut menyetir tingkah laku kita. Dalam situasi
komunikasi di rumah sedang kurang baik, di luar kita bertemu
dengan teman yang sepertinya lebih mengerti kita, akankah
kita setia kepada keluarga kita atau kita “kepepet“ menjadi
seorang pengkhianat? Masalah yang sama juga terjadi di
gereja, pada saat sedang ada masalah, apakah kita akan
mencari gereja lain? Ketika kita dipermalukan di muka umum,
sedangkan kita punya kemampuan membalas, akankah kita
merelakan diri untuk menjadi orang yang kelihatannya kalah
dan menguasai diri kita sedemikian rupa sehingga kita tetap
mengasihi orang yang mempermalukan kita? Demikianlah
situasi sangat mempengaruhi kita. Jangan kita meremehkan
situasi, sebab kita memiliki keinginan daging di dalam diri
kita.
74
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
75
Melihat ketiga penyebab di atas, maka setiap dari
kita menyadari bahwa kita semua tanpa kecuali sangat
rentan untuk dapat mempertahankan ketiga nilai ini. Tetapi
apakah ini merupakan suatu masalah yang tidak terselesaikan? Philip Zimbardo tidak melihat jalan keluarnya. Satusatunya solusi yang ia sebutkan adalah bahwa manusia dapat
melatih dirinya, untuk bersikap lain dari pada kebanyakan
orang, yaitu beraksi sebagai seorang pahlawan, tetapi ia mengatakan bahwa ini hanya berlaku pada sangat sedikit orang.
Solusi Tuhan
“Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang
baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan
dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan
mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan
setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan
menjadi Allah mereka.“ (Yehezkiel 11:19-20)
Berbeda dengan Zimbardo yang walaupun menyebutkan ketiga penyebab di atas tetapi dalam prakteknya hampir
hanya menekankan permasalahan sistem dan situasi, Alkitab
melihat permasalahan utama terletak di hal disposisional,
yaitu bahwa manusia pada dasarnya adalah orang berdosa
(Roma 3:9-23), bahkan diperbudak oleh dosa (Yohanes 8:34).
Sistem dan Situasi hanyalah membuka kebobrokan manusia.
Karena itu penyelesaian yang Allah berikan bersifat menyeluruh, yaitu dimulai dengan pembaharuan manusia itu sendiri.
Sejalan dengan Yehezkiel 11:19-20 di atas, Allah
berkata di Yehezkiel 36:26-27: “Kamu akan Kuberikan
hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan
Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang
pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Ini
merupakan suatu perjanjian yang baru (Yeremia 31:33,
32:40, Yehezkiel 37:26). Yang dimaksudkan di sini adalah
Allah akan memberikan kelahiran baru, yaitu pada saat
seseorang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat pribadi mereka (Yohanes 1:12-13). Orang
yang ada di dalam Kristus ini adalah ciptaan yang baru
(2 Korintus 5:17): manusianya yang lama sudah berlalu, dan
manusia yang baru sudah datang. Orang-orang ini dibaharui di dalam roh dan pikiran (Efesus 4:23), karena Allah
sendiri yang memberikan hati dan roh yang baru kepada
orang percaya ini (bandingkan Yehezkiel 11:19-20, 36:2627). Hati ini adalah suatu hati yang mengenal Allah (Yeremia 24:7). Banyak orang Kristen salah berpikir bahwa Tuhan
mengubah kita perlahan-lahan dari manusia lama menjadi manusia baru yang sempurna, sehingga mencari-cari
alasan untuk bisa tetap di dalam dosanya. Tetapi Tuhan tidak
pernah memperbaharui manusia lama kita, tetapi membuat suatu perubahan besar dengan memberikan manusia
yang baru. Manusia lama menuju kepada kebinasaan (Efesus
4:22) dan karena itu harus turut disalibkan, supaya tubuh
dosa kita hilang kuasanya dan kita tidak lagi diperbudak oleh
dosa (Roma 6:6, Galatia 5:24). Demikianlah manusia lama
harus ditanggalkan, baru dapat mengenakan manusia baru
(Efesus 4:22-24, Kolose 3:9-10). Manusia baru inilah yang
76
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
77
diperbaharui Tuhan hari demi hari (Kolose 3:10) dalam proses pengudusan. Ketidakmampuan kita menjalankan kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri dimungkinkan
oleh Allah melalui kelahiran baru ini, sebab tanpa perubahan
total ini kita akan selalu berputar-putar dalam dosa-dosa kita
tanpa ada kemenangan.
Suatu pertanyaan yang penting untuk kita: apakah
setelah kita dilahirkan kembali, maka akan kebal terhadap keinginan daging? Kita tahu bersama, bahwa walaupun
kita sudah dilahirkan kembali, tetap kita lemah dan sering
gagal dalam kesetiaan, kelemahlembutan maupun dalam
penguasaan diri. Kita membutuhkan sistem penunjang
iman kita, yaitu suatu lingkungan dimana aturan lingkungan
tersebut membantu kita untuk menjalankan kehendak
Tuhan. TUHAN tahu, bahwa kita membutuhkan sistem seperti
demikian. Demikianlah Yehezkiel 11:20 dan banyak lagi ayat
yang lain mengatakan, “...mereka akan menjadi umat-Ku
dan Aku akan menjadi Allah mereka.” Di dalam suatu persekutuan dengan Allah dan dengan sesama orang percayalah,
kita diberi suatu lingkungan yang dapat menunjang kita
untuk bertumbuh. Di sinilah kita mulai membentuk ulang
secara bertahap sikap, kebiasaan dan temperamen kita.
Persekutuan kita yang akrab dengan Allah dalam firman
dan doa akan sangat merubah kehidupan kita. Pembentukan ulang ini bahkan dapat mempengaruhi karakter
kita. Di dalam keluarga Allah juga kita pertama-tama dapat
belajar mempraktekkan kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri, karena kita tahu bahwa kita semua dalam
rumah Tuhan memiliki nilai yang sama. Persekutuan dengan orang-orang percaya ini pun yang mengingatkan kita
untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut di dunia luar. Di
dalam Jemaat Allah, kita dapat saling memperhatikan, saling
mendorong dalam kasih dan perbuatan baik, dan saling
menasehati (Ibrani 10:23-25). Oleh karena itu kita harus
menjaga kesehatan jemaat kita, baik dalam segi pengajaran
maupun dalam hal relasi antar pribadi.
Selain dari keluarga, Allah juga menjanjikan, “RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu”. Walaupun di
dalam lingkungan yang kondusif, kita dapat melatih diri kita
sedemikian rupa, kesalalahan banyak orang Kristen adalah
mengandalkan diri sendiri. Ketika Zimbardo berbicara
mengenai sangat sedikit orang yang dapat menjadi pahlawan
melalui latihan, ia lebih menekankan usaha manusia untuk
bisa menghasilkan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan
diri sendiri mungkin kita dapat menang beberapa kali terhadap keinginan daging kita, tetapi apakah kita dapat senantiasa menang? Zimbardo sendiri melihat ketidakmungkinan
tersebut. Sedangkan kalau kita meneliti firman Tuhan, maka
kita tahu kemenangan kita bukan terletak dalam diri kita
tetapi pada Allah. Galatia 5:16 mengatakan, “...hiduplah oleh
Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”
Jadi untuk supaya kita mengalahkan keinginan daging,
bukanlah cara yang tepat kalau kita berusaha “berperang”
dengan kekuatan sendiri mengalahkannya, melainkan kita
perlu pertolongan Roh Kudus yang diam dalam kita pada
saat kita percaya kepada Tuhan Yesus (Efesus 1:13, Kisah
Para Rasul 11:16-17, Galatia 3:2, 3:5) dengan membiarkan
Dia mengambil alih kepemimpinan dalam hidup kita, maka
janji Tuhan sendiri yang menggaransi, bahwa kita tidak lagi
mengikuti keinginan daging (bandingkan Roma 8:1-10).
Demikianlah kita juga melihat bahwa buah Roh bukanlah
78
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
79
sesuatu yang bisa kita usahakan, tetapi akan otomatis kita
hasilkan, ketika kita membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh.
Dengan bersandar kepada Roh, maka kita bisa setia, dengan
berserah kepada Tuhan, maka kita akan lemah lembut, dan
ketika kita membiarkan Allah berkuasa, maka penguasaan
diri akan muncul dalam diri kita.
Kesimpulan
Demikianlah kita melihat bahwa kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri sudah dimungkinkan oleh
Allah untuk bisa kita lakukan, ketika Ia melahirkan kita
kembali, menaruh kita dalam relasi hubungan yang akrab
dengan Dia dan orang percaya, dan memberikan Roh
Kudus sebagai penolong kita. Apa yang dilihat oleh para
psikolog bukanlah sesuatu penemuan baru. Allah sejak
dahulu kala sudah memakai nabi Yeremia dan Yehezkiel
di abad ke-6 dan ke-7 SM untuk menceritakan kepada kita
solusi dari masalah yang oleh para pakar psikolog dipandang
sebagai suatu masalah yang tidak terselesaikan. Dengan
demikian kita dimampukan oleh Allah untuk pekerjaan baik.
Jikalau kita adalah orang Kristen sejati, maka untuk bisa
setia, lemah lembut dan ada penguasaan diri, itu bukanlah masalah “mungkin atau tidak mungkin”, tetapi apakah
kita mau atau tidak. Disinilah letak keaslian integritas kita
sebagai orang Kristen dapat terbukti, yaitu dari pilihanpilihan yang kita ambil. Kita tidak perlu berlagak
sebagai pahlawan, tetapi biarlah kita menyadari kelemahan
kita dan berlari kepada Tuhan sambil memohon kekuatan,
maka Dia yang memampukan kita dan membuat yang
tidak mungkin menjadi suatu realita nyata pasti memberikan
pertolongan-Nya tepat pada waktu-Nya. Amin. [LE]
80
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
81
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1: Hidup dengan Integritas
(Renungkan Matius 7:15-23)
Menurut pendapat saudara, dari angka 0 sampai 10, angka
berapa yang orang akan berikan untuk integritas saudara
sebagai orang Kristen? Jikalau sekarang Allah yang memberikan nilai itu, berapakah yang anda akan terima? Coba
tuliskanlah dalam bidang apa saja saudara perlu meningkatkan integritas saudara. Bawalah hal-hal itu kepada Tuhan
dan dan ambillah sikap hati yang mau diubahkan Tuhan.
Laksanakan komitmen saudara dan seminggu kemudian
kembalilah ke jurnal ini untuk menuliskan hasilnya.
Hari 2: Menghadapi Gosip
(Renungkan Matius 15:11, 17-20)
Opsi 1: Cobalah kita ingat seorang saudara kita yang
kurang kita sukai dan kita pandang sebagai “orang Kristen
yang kurang baik”. Apakah gosip tentang mereka akan kita
senangi? Seberapa jauh kita sudah berbagian dalam gosip
tersebut? Coba tuliskan mengapa kita sampai kepada sikap
kurang suka kepadanya.
Opsi 2: Coba kita ingat suatu gosip tentang diri kita.
Tuliskan perasaan dan reaksi saudara ketika mendengarnya, terutama kepada orang yang diduga menjadi
sumber gosip tersebut. Catatlah perubahan-perubahan
sikap saudara terhadap orang itu dan renungkanlah
mengapa gosip seperti demikian dapat beredar.
Entah opsi 1 atau opsi 2 yang saudara pilih, berdoalah
saat ini juga kepada Tuhan dan mintalah kelemahlembutan
dan penguasaan diri. Ambillah komitmen kesetiaan pada
hari ini kepada orang tersebut dan carilah waktu untuk
mendiskusikan “unek-unek” kita dengan orang yang
bersangkutan dalam kasih, bukan dalam suatu perdebatan
yang sebenarnya untuk membela diri kita sendiri, tetapi
sebelumnya mintalah Tuhan pertama-tama mengoreksi diri
saudara terlebih dahulu. Setelah itu tuliskan dalam jurnal
ini bagaimana hasil pembicaraan tersebut dan berdoalah
kembali kepada Allah.
82
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
83
Hari 3: Menghadapi Perlakuan Yang Tidak Pantas
(Renungkan Mazmur 37:1-20)
Cobalah mengingat seorang saudara yang memperlakukan kita dengan tidak adil, bahkan merugikan kita sedemikian rupa, walaupun kita yakin bahwa kita sama sekali tidak
bersalah. Tuliskanlah dalam jurnal ini, bagaimana reaksi dan
penguasaan diri saudara ketika itu. Bawakanlah hal tersebut
kepada Allah. Pada saat anda berdoa, ambillah waktu untuk
mengingat saat saudara menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, pada saat saudara mengalami pengampunan
Tuhan. Coba bayangkan bagaimana Tuhan Yesus sudah
menanggung dosa saudara dan diperlakukan tidak adil:
kita yang berdosa, tetapi Ia yang disalibkan, dan refleksikan
kebenaran ini terhadap masalah saudara. Biarkan Roh
Kudus memimpin saudara, sehingga saudara menemukan
cara-cara untuk dapat memenangkan saudara tersebut.
Cobalah lakukan pimpin Roh tersebut dalam tindakan nyata
dan tuliskanlah hasilnya dalam jurnal ini.
84
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
85
Hari 4: Menghadapi Perbedaan (Renungkan
Roma 14:1-15:1, 1 Korintus 8:1-13)
Coba kita ingat kejadian dimana kita atau kita melihat
seseorang tidak sepaham dengan seorang saudara kita dan
akhirnya lepas kontrol, sehingga terjadi perselisihan. Kalau
saudara diberi kesempatan mengulangi kejadian tersebut
atau saudara menjadi orang tersebut, apakah yang akan
saudara lakukan? Tuliskanlah dalam jurnal ini. Kira-kita apakah yang dapat saudara lakukan supaya pemahaman dan
tindakan saudara tidak menjadi kesulitan bagi orang lain?
Coba tuliskan juga dalam jurnal ini bagaimana caranya kita
dengan pertolongan Tuhan dapat mengontrol pengetahuan
kita dan tidak menghakimi orang lain? Cobalah praktekkan
apa yang sudah saudara tuliskan dan tuliskanlah kembali
hasilnya dalam jurnal ini.
Hari 5: Menghadapi Kelemahan Diri Sendiri
(Renungkan Galatia 5:16-25)
Apakah kelemahan saudara yang paling besar? Ambillah
salah satu hal, seperti contohnya masalah seksual, ambisi,
kuasa, ketamakan, perselisihan dengan saudara, iri hati,
amarah, dendam, egoisme atau hal yang lain, untuk saudara
renungkan pada hari ini. Tuliskanlah bagaimana cara-cara
saudara menguasai diri dan menyelesaikan hal ini. Coba
renungkan mengapa saudara kembali gagal dalam hal itu.
Pilihlah di bagian berikut, apa yang cocok untuk diri saudara
(boleh pilih beberapa sekaligus):
Saudara tidak terlalu yakin sudah dilahirkan kembali Saudara tidak memiliki komunitas Kristen dimana saudara bisa berinteraksi dengan baik dengan orang percaya lainnya
Hubungan saudara dengan Tuhan tidak bisa di
katakan sebagai hubungan yang akrab
Saudara terlalu mengandalkan diri sendiri (cobalah lihat kembali tulisan saudara)
Saya tidak punya masalah apa-apa, semua hal sudah bisa saya atasi dengan baik.
Dari pembahasan kita, kita tahu bahwa kita tidak
perlu sok berlaku sebagai seorang yang sudah hebat dan
kuat, karena sumber solusi kita ada pada Tuhan. Serahkan
kelemahan saudara kepada Dia, dan ketika masalah ini
kembali muncul, cobalah saudara segera berseru minta
86
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
87
pertolongan Tuhan yang sanggup melakukan segalanya.
Tuliskanlah pengalaman saudara dalam jurnal ini kembali.
Catatan: Jikalau saudara memilih salah satu dari pilihan diatas,
adalah baik untuk saudara mencari seorang saudara yang matang
rohaninya atau seorang hamba Tuhan untuk membicarakan
masalah tersebut.
Hari 6: Hidup dalam Kemenangan
(Renungkan Roma 6)
Jikalau ada seseorang mananyakan pengalaman kelahiran
kembali saudara, apakah yang akan saudara katakan?
Tuliskanlah secara singkat dalam jurnal ini. Janganlah
saudara menuliskan riwayat keluarga Kristen saudara atau
bahwa saudara sudah dibaptis atau riwayat pelayanan
saudara, tetapi bagaimana Tuhan memimpin saudara
meninggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Tuliskan juga secara singkat beberapa keindahan
hubungan saudara dengan Tuhan dan sesama orang percaya yang dalam satu bulan ini saudara alami. Cobalah
sharingkan tulisan saudara hari ini kepada orang lain dan
tuliskan kembali ke jurnal ini bagaimana pengalaman saudara
dengan orang lain tersebut.
88
Bab IV - integritas orang kristen (3)
Bab IV - integritas orang kristen (3)
89
Catatan: Jikalau saudara memiliki kesulitan menuliskan jurnal
hari ini, adalah baik untuk saudara mencari seorang saudara yang
matang rohaninya atau seorang hamba Tuhan untuk menbicarakan masalah tersebut.
Bab 5
PANGGILAN ORANG
KRISTEN (1)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami panggilan orang percaya untuk menjadi murid
Kristus yang terus belajar dan melayani.
2. Mengenal karunia rohani yang secara khusus Kristus berikan untuk membangun tubuh Kristus.
3. Mengimplementasikan karunia rohani di dalam kehidupan
bergereja.
Lima
Panggilan Orang Kristen (1)
[Pembinaan dan Test Karunia]
“ Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala
sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami
adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa
yang kami harus lakukan.“
( Lukas 17:10 )
P
endahuluan
Di sebagian gereja, salah satu proyek yang diberikan kepada calon baptisan adalah melayani, terlebih bila
mereka sedang atau telah melalui sesi kelas katekisasi
dengan tema: pelayanan. Para aktivis dan pengurus senior
bahkan hamba Tuhan seakan berlomba untuk menawarkan
pelayanan dan mendorong mereka, supaya mereka akhirnya mau mengambil komitmen untuk melayani dalam suatu
bidang. Ritual semacam ini tentu tidak buruk, bahkan
sesuai dengan panggilan orang Kristen untuk melayani.
Namun, melayani tidak berbicara mengenai sudah atau
belumnya melayani demi memenuhi syarat panggilan orang
Kristen, tetapi melayani berbicara mengenai sudahkah orang
Kristen mengerjakan pelayanan yang sesuai dengan
kehendak Allah.
92
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab V - panggilan orang kristen (1)
93
Kehendak Allah bagi pelayanan seseorang tidak
perlu ditentukan secara mistis, misalnya melalui
penampakan-penampakan tertentu, pendengaran akan
suara atau kata-kata tertentu maupun kejadian spektakuler
tertentu yang melibatkan suatu bidang pelayanan. Hal
ini dapat dimengerti secara sederhana karena panggilan
pelayanan terkait erat dengan kehadiran Allah Roh Kudus
dalam diri orang percaya. Selain menanamkan benih iman
supaya seseorang dapat menanggapi panggilan pertobatan, Allah Roh Kudus juga menyiapkan suatu karunia Roh,
yang kelak dapat digunakan orang tersebut untuk melayani
dalam komunitasnya. Karunia Roh ini terlihat sangat natural,
sekalipun dampaknya bisa sangat spiritual. Karunia Rohani
juga yang harus digali dan ditemukan, karena merupakan
petunjuk utama kepada pangilan pelayanan yang Allah tetapkan bagi seorang percaya.
Berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan yang
natural, maka pembahasan kita pada bab ini juga berujung
pada suatu tindakan praktis, yaitu menemukan karunia Roh
melalui survei pribadi. Namun sebelumnya, akan dibahas
sikap-sikap dan pemahaman-pemahaman yang diperlukan dalam menemukan dan memperlakukan karunia Roh
tersebut. Pembahasan tersebut meliputi tujuan pemberian
karunia Roh, jenis-jenis karunia Roh maupun sikap yang
tepat dalam menggunakannya.
TUJUAN ALLAH MEMBERIKAN KARUNIA ROH
Memuliakan Allah merupakan tujuan hidup manusia
(lihat Efesus 1:6, 12 dan 14). Hal ini berarti bahwa segala
aktivitas yang dilakukan oleh manusia harus bertujuan
untuk memuliakan Allah, tidak terkecuali dengan aktivitas
pelayanan. Dalam Roma 12:1-2, setiap orang yang telah
diselamatkan seharusnya menjalankan ibadah berupa
mempersembahkan
tubuhnya
untuk
melaksanakan
kehendak Allah. Pada enam ayat selanjutnya, dijelaskan salah satu cara untuk mewujudkannya, yaitu dengan
melayani. Dengan demikian, jelas bahwa tujuan pelayanan
adalah memuliakan Allah.
Selain tujuan mendasar untuk memuliakan Allah,
terdapat beberapa rincian tujuan pemberian karunia yang
lebih spesifik, yang dapat dianggap sebagai perwujudan
dari tujuan untuk memuliakan Allah. Pertama, karunia Roh
berfungsi untuk memenuhi kepentingan bersama; bukan
kepentingan pribadi maupun golongan tertentu. Istilah
“kepentingan bersama” terdapat secara eksplisit dalam
1 Korintus 12:7. Mengutamakan kepentingan bersama
juga merupakan prioritas kehidupan orang Kristen dalam
persekutuan, karena merefleksikan karakter Kristus
sendiri (lihat Filipi 2:3-4). Kedua, karunia Roh bermanfaat
untuk mempersatukan tubuh Kristus atau komunitas orang
percaya. Dalam 1 Korintus 12:14-26, rasul Paulus
menekankan bahwa perbedaan karunia di antara orang
percaya menimbulkan kebutuhan satu dengan yang lain.
Dengan adanya kebutuhan ini, maka orang percaya
diharapkan dapat saling melayani dan bersatu membentuk komunitas yang bersatu. Adanya perbedaan karunia di
94
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
95
antara orang percaya merupakan sesuatu yang memang
disengaja, karena Roh yang memberikan karunia yang
berbeda-beda itu adalah Roh yang satu dan menyatukan (Efesus 4:3-7). Ketiga, karunia Roh berguna untuk
melengkapi orang percaya bagi pekerjaan pelayanan dan
pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:12). Dalam hal ini,
karunia Roh memiliki tujuan yang lebih besar, di mana
bukan hanya mempersatukan tetapi untuk melaksanakan
pekerjaan yang mencerminkan kemuliaan Allah.
KARUNIA ROH DAN JENISNYA
Sehubungan
dengan
tujuan-tujuan
pemberian
karunia Roh tersebut, orang percaya perlu menemukan
keberadaan yang tepat di tengah-tengah komunitas yang
melayani. Sejalan dengan Roma 12:3, pelayanan yang
sesuai karunialah (tidak lebih dan tidak kurang) yang
sesuai dengan kehendak Allah dan memuliakannya. Untuk
itu, setiap orang percaya berkewajiban untuk mencari dan
menemukan karunia yang Allah berikan padanya.
Jenis karunia Roh sendiri sangat banyak dan sulit
untuk dijelaskan dengan sangat detil, namun Alkitab
memberikan catatan mengenai beberapa golongan karunia
berikut contoh-contohnya. Pertama-tama, karunia pelayanan
(gifts of service) terdapat dalam Roma 12:6-8. Selanjutnya,
karunia kekuasaan (gifts of power) terdapat dalam 1 Korintus
12:8-10 dan 28-30. Selain itu, karunia kepemimpinan (gifts
of leadership) terdapat dalam Efesus 4:11. Terakhir, karunia
mengurus (gifts of stewardship) terdapat dalam 1 Petrus 4:11.
Macam-macam karunia ini akan dapat lebih dipahami ketika
mengisi dan menghitung assessment (tes karunia) terlampir.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai karunia-karunia Roh ini. Pertama, karunia Roh
hanya dapat terbentuk dalam diri seseorang melalui
pemberian Roh Kudus sendiri (1 Korintus 12:4, 7 dan 11).
Oleh sebab itu, Roh Kuduslah yang menentukan siapa yang
diberikan karunia apa, dan kapan waktu pemberiannya.
Kedua, karunia Roh tidak berasal dari kemampuan atau
kualitas dalam diri manusia yang muncul secara alami.
Ketiga, menurut indikasi Alkitab dalam 1 Petrus 4:10 (“tiaptiap orang”), setiap orang percaya setidaknya menerima
satu macam karunia atau lebih. Meski demikian, tidak ada
orang Kristen yang menerima seluruh karunia yang ada,
dan penyebaran karunia dalam suatu komunitas tidak akan
sama secara merata. Keempat, karunia Roh tidak terbatas
pada hal-hal yang bersifat spektakuler dan menakjubkan.
Karunia Roh juga mencakup kualitas-kualitas tertentu yang
sederhana, misalnya mengajar, menasihati, memimpin dan
sebagainya. Selain itu, karunia yang terlihat paling lemah
atau kurang penting, justru merupakan yang paling dibutuhkan (1 Korintus 12:22).
SIKAP ORANG PERCAYA TERHADAP KARUNIA ROH
Pada bab-bab sebelumnya telah dibahas mengenai
aspek-aspek dari buah Roh, sementara bab ini membahas
mengenai karunia Roh. Sampai di sini, mungkin timbul
pertanyaan: Manakah yang lebih utama, buah Roh atau
karunia Roh? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan
96
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
97
kembali berfokus pada tujuan hidup manusia untuk
memuliakan Allah. Buah Roh mencapai kemuliaan Allah
melalui perubahan karakter manusia menjadi makin serupa
dengan Allah. Karakter-karakter yang sejalan dengan
sifat Allah sendiri tergambar dalam aspek-aspek buah Roh,
sehingga pertumbuhan buah Roh dalam kehidupan orang
percaya adalah mutlak. Berbeda dengan itu, karunia Roh
tidak menentukan kualitas kehidupan seseorang karena
hanya merupakan kemampuan pelengkap. Perkembangan
karunia Roh tidak menentukan perkembangan kerohanian seseorang, bahkan karunia Roh dapat disalahgunakan demi mencapai kemuliaan diri. Tentu bila hal ini terjadi,
tujuan pemberian karunia Roh bukan hanya tidak tercapai,
tetapi diingkari. Sudah selayaknya bagi orang percaya yang
melayani, penggunaan karunia Roh diiringi dengan sikap
yang tepat sehingga juga menghasilkan pertumbuhan buah
Roh.
Ada pun sikap orang percaya berkaitan dengan
karunia Roh mencakup dua hal, yaitu kerinduan untuk menggunakan dan motivasi untuk menggunakannya. Pertama,
kerinduan untuk menggunakan karunia Roh berkaitan
dengan partisipasi seseorang dalam kegiatan pelayanan.
Beberapa parameter yang mengindikasikan tingkat
partisipasi tersebut adalah komitmen menjalankan suatu
pelayanan, keinginan mengasah kemampuan melayani,
maupun kesediaan mengalokasikan waktu untuk mempersiapkan dan melaksanakan suatu pelayanan. Kedua,
motivasi untuk menggunakan karunia Roh berkaitan
dengan jawaban dari pertanyaan: Mengapa saya ingin
melayani dalam bidang tersebut? Sesuai pembahasan di
atas, jawaban idealnya adalah untuk memuliakan Allah
lewat karunia yang sudah Ia berikan kepada saya, karena
ada kebutuhan di antara saudara seiman mengenai pelayanan dalam bidang tersebut. Namun, tidak sulit juga untuk
menemukan jawaban-jawaban lain seperti: agar menarik
perhatian orang, agar mendapat pujian orang, agar tidak
membuang banyak waktu (khususnya untuk jenis pelayanan
yang tidak membutuhkan latihan), agar sesuai dengan hobi,
agar memiliki alasan untuk menolak pelayanan lain yang
tidak disukai, dan lain sebagainya.
Untuk memiliki sikap yang tepat terhadap karunia
Roh, orang percaya perlu kembali kepada Allah itu sendiri.
Roma 11:36 memberi prinsip dasar bahwa segala sesuatu
bersumber dari Allah, dikerjakan oleh Allah dan untuk Allah
itu sendiri, termasuk dalam hal pelayanan. Seorang percaya
hanya dapat melayani dengan baik bila ia memiliki karunia
yang tepat dan memang berasal dari Allah, menggunakan
karunia dengan hikmat, kekuatan dan pertolongan Allah,
serta memiliki motivasi untuk memuliakan Allah. Hal ini
berarti bertolak belakang dengan sikap mengesampingkan
Allah dan mengandalkan diri sendiri, serta memanfaatkan
karunia yang Allah berikan untuk kemuliaan diri sendiri.
Kiranya Allah menolong setiap orang percaya untuk
menjauhi sikap-sikap demikian, dan membawa kita
menikmati keindahan melayani di dalam Kristus. [FB]
98
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
99
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Apakah saya adalah seorang Kristen yang
berharga di mata Allah?
Seorang pelayan di restoran tidak akan dapat melayani
tamu dengan baik bila ia tidak bersukacita dengan pekerjaannya sebagai pelayan. Pelayan tersebut tidak akan bisa
bersukacita melayani bila ia beranggapan bahwa melayani adalah pekerjaan rendahan. Seseorang dapat dengan
mudah merasa direndahkan bila ia memang merasa dirinya
tidak cukup berharga. Sebaliknya, seseorang yang merasa
dirinya amat berharga akan dapat menghasilkan sesuatu
yang berharga, sekalipun dikerjakan melalui pelayanan
yang kecil. Oleh sebab itu, sebelum saudara memutuskan
untuk melayani, tanyakanlah pertanyaan di atas kepada diri
saudara sendiri. Berdoalah agar Tuhan membukakan mata
rohani saudara untuk anugerah-anugerah-Nya.
Hari 2: Apakah saya adalah seorang Kristen yang berharga di mata sesama?
Ketika saudara datang ke gereja, baik dilayani maupun melayani, apakah kehadiran kita berdampak baik sesama?
Adakah saudara seiman kita mencari kita bila kita tidak
beribadah pada suatu kebaktian minggu? Jika ya, apakah
yang dinantikan dari diri kita? Apakah apa yang kita miliki itu
cukup berharga bagi sesama kita?
100
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
101
Hari 3: Orang Kristen bagaimana yang berharga bagi
saya?
Mari beranjak dari diri saudara kepada sesama saudara
seiman. Siapakah yang paling berharga di mata saudara?
Apa yang membuatnya berharga bagi saudara? Apakah
kira-kira orang lain juga berpendapat demikian dengan
saudara? Jika tidak, mengapa saudara seiman tersebut
saudara pandang istimewa?
Hari 4: Karunia rohani apa yang paling saya inginkan?
Berbicara tentang karunia rohani, jenis karunia macam
apakah yang saudara paling inginkan? Bila memungkinkan, pikirkan gambaran yang lebih spesifik mengenai
kemampuan dan kegunaan karunia rohani tersebut. Pikirkan
juga hal terbaik yang dapat dicapai dengan adanya karunia
tersebut. Refleksikan dengan diri saudara, mengapa saudara sangat menginginkan karunia tersebut? Bandingkan
kembali dengan pembahasan sebelum, khususnya pada
bagian akhir; apakah motivasi saudara sudah tepat?
102
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
103
Hari 5: Karunia rohani apa yang saya miliki?
Sudahkah saudara mengisi assessment karunia rohani yang
terlampir? Bila belum, isilah dengan tenang, namun tanpa
berpikir terlalu lama untuk tiap butirnya. Coba lihat hasilnya,
karunia apa yang saudara dapatkan; sesuaikah dengan yang
selama ini saudara pikir saudara miliki? Sudahkah saudara
menggunakannya dalam pelayanan? Adakah pelayananpelayanan yang terlihat kurang sesuai dengan karunia
tersebut, tetapi sedang saudara kerjakan saat ini?
Seandainya Tuhan akan mengabulkan satu permintaan saudara
untuk menukar/mengganti karunia yang Ia berikan kepada saudara, apa yang akan saudara katakan kepada-Nya?
Hari 6: Mari muliakanlah Tuhan kita!
Bacalah Matius 25:14-30, kemudian ulangi dan hayati ayat
21 dan 23. Pernahkah saudara membayangkan bahwa
Tuhan saudara akan berkata demikian kepada saudara? Apakah saudara menginginkan Tuhan mengucapkannya kelak
untuk saudara? Ingatlah bahwa penilaian Tuhan akan sesuai
dengan karunia yang telah Ia berikan kepada saudara.
Tuhan telah menyediakan jalan agar saudara menjadi
hamba yang baik dan setia. Karunia rohani yang Ia berikan adalah
jalannya, gunakan itu untuk memuliakan Tuhan. Pandanglah
karunia tersebut bukan hanya sebagai sesuatu yang berguna
dan berharga, tetapi juga pesan secara khusus untuk saudara
melayani Tuhan dan memuliakan nama-Nya. Selamat melanjutkan
pergumulan ini dalam pelayanan saudara. Tuhan memberkati.
104
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
105
Petunjuk
Ini bukan merupakan sebuah tes, sehingga tidak ada salah
menjawab. Survei Karunia Rohani memuat 80 pernyataan.
Sebagian merupakan tindakan nyata, sebagian lain merupakan penjelasan tentang karakter/sifat, dan sebagian lainnya
berupa pernyataan iman.
- Pilihlah salah satu respons yang paling sesuai dengan
diri saudara dan tuliskan pada tempat kosong di sebelah
nomor pernyataan. Isilah jawaban saudara di tempat
tersebut untuk tiap pernyataan.
- Jangan berpikir terlalu lama untuk sebuah soal. Ingatlah,
ini bukan tes. Biasanya respons spontan adalah yang paling
sesuai.
- Mohon menjawab survei pada tiap pernyataan, jangan
mengosongkan satu soal pun.
- Jangan menanyakan jawaban orang lain atau meminta
masukan jawaban bagi saudara.
- Kerjakan sendiri-sendiri.
Pilihan respons untuk tiap pernyataan
5—Saya selalu seperti demikian
4—Saya hampir selalu seperti demikian
3—Saya kadangkala seperti demikian
2—Saya hampir tidak pernah seperti demikian
1—Saya tidak pernah seperti demikian
_____1. Saya memiliki kemampuan mengorganisir ide, sumber daya, waktu dan orang dengan efektif
_____2. Saya berkeinginan untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk tugas mengajar
_____3. Saya dapat mengorelasikan kebenaran-kebenaran
Allah pada situasi yang spesifik
_____4. Saya dikaruniai kemampuan membimbing orang
lain untuk bertumbuh dalam iman
_____5. Saya memiliki kemampuan khusus untuk mengomunikasikan kebenaran tentang keselamatan
_____6. Saya berkemampuan mengambil suatu keputusan
genting jika diperlukan
_____7. Saya merasa peka ketika melukai perasaan seseorang
_____8. Saya mendapatkan sukacita ketika berbagi dengan
orang lain yang membutuhkan
_____9. Saya menikmati ketika belajar
_____10. Saya menyampaikan berita Allah tentang peringatan
dan penghukuman
_____11. Saya dapat mengenali dengan tepat motivasi dan
gerak-gerik orang lain
_____12. Saya memiliki kemampuan khusus untuk bersandar kepada Allah dalam situasi sulit
_____13. Saya sangat berhasrat untuk berkontribusi membentuk dan mendirikan gereja baru
_____14. Saya cenderung berbuat sesuatu ketika mendapati
kebutuhan fisik dan praktis, dibanding hanya membicarakan
atau merencanakan untuk memberi bantuan
_____15. Saya menikmati ketika melayani para tamu di
rumah saya
_____16. Saya dapat menyesuaikan bimbingan yang tepat
dengan tingkat kedewasaan orang di sekitar saya
_____17. Saya dapat mendelegasikan dan menugaskan halhal yang penting
_____18. Saya memiliki kemampuan dan hasrat untuk mengajar
106
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
107
_____19. Saya biasanya dapat menganalisis suatu situasi dengan tepat
_____20. Saya secara alami berkecenderungan menguatkan
orang lain
_____21. Saya berkeinginan untuk membantu orang Kristen
lainnya bertumbuh dalam iman
_____22. Saya memiliki kesadaran yang tinggi akan keadaan emosi orang lain, seperti kesepian, terluka, takut dan
marah
_____23. Saya seorang yang bersukacita dalam memberi
_____24. Saya menghabiskan waktu untuk menggali berbagai fakta
_____25. Saya merasa saya mendapat pesan dari Allah untuk
orang lain
____26. Saya dapat mengenali seseorang tulus/jujur atau tidak
_____27. Saya seorang yang memiliki visi (gambaran yang
jelas tentang masa depan yang Tuhan inginkan). Saya dapat
mengomunikasikan visi tersebut dengan cara tertentu
sehingga orang lain mau berkomitmen untuk berusaha
mewujudkannya.
_____28. Saya berkeinginan mewujudkan kehendak Allah daripada mempertanyakan dan meragukannya
_____29. Saya mau lebih aktif terlibat membawa berita Injil
kepada orang-orang di belahan dunia yang lain
_____30. Merupakan suatu kesenangan untuk melakukan
sesuatu bagi orang yang membutuhkan
_____31. Saya berhasil membuat suatu kelompok orang
melakukan tugas-tugasnya dengan sukacita
_____32. Saya dapat membuat orang asing cepat merasa
nyaman
_____33. Saya memiliki kemampuan merencanakan pendekatan-pendekatan dalam belajar
_____34. Saya dapat mengenali siapa yang butuh untuk dikuatkan
_____35. Saya telah melatih orang-orang Kristen untuk menjadi murid Kristus yang semakin taat
_____36. Saya ingin melakukan apa saja untuk membuat
orang lain datang pada Kristus
_____37. Saya tertarik pada orang yang sedang terluka
_____38. Saya seorang yang murah hati dalam memberi
_____39. Saya dapat menemukan kebenaran-kebenaran
yang baru
_____40. Saya mendapatkan ilham secara rohani dari Alkitab
tentang isu-isu tertentu atau orang-orang dan terdorong untuk memberitakannya
_____41. Saya peka ketika seseorang bertindak sesuai rencana Allah
_____42. Saya dapat bersandar pada Allah ketika keadaan di
sekitar tampak gelap
_____43. Saya dapat menentukan kehendak Allah bagi suatu
kelompok dan menolong mereka mencapainya
_____44. Saya sangat berhasrat membawa berita Injil ke tempat yang belum pernah mendengarnya
_____45. Saya senang menjangkau orang baru di gereja dan
komunitas saya
_____46. Saya tersentuh terhadap kebutuhan seseorang
_____47. Saya dapat merencanakan dengan efektif dan
efisien agar suatu kelompok mencapai tujuannya
_____48. Saya sering bertukar pendapat dengan sesama
orang Kristen yang sedang bergumul untuk mengambil
keputusan sulit
_____49. Saya memikirkan bagaimana untuk menyenangkan
108
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
109
dan menguatkan orang lain di gereja saya
_____50. Saya dapat memberikan bimbingan rohani bagi
orang lain
_____51. Saya dapat menghadirkan berita Injil yang orang
terhilang sedemikian rupa sehingga mereka menerima
Tuhan dan diselamatkan
_____52. Saya memiliki kapasitas yang tidak biasa untuk memahami perasaan orang yang sedang tertekan
_____53. Saya memiliki dasar penatalayanan yang kuat berdasarkan kesadaran bahwa Allah adalah pemilik segala
sesuatu
_____54. Saya telah menyampaikan kepada orang-orang lain
tentang pesan yang datang langsung dari Allah
_____55. Saya dapat merasakan ketika seseorang bertindak
di bawah kepemimpinan Allah
_____56. Saya mencoba untuk terus-menerus berada dalam
kehendak Allah dan bersedia dipakai oleh-Nya.
_____57. Saya merasa seharusnya membawa berita Injil bagi
orang yang berbeda keyakinan dengan saya
_____58. Saya memiliki kesadaran yang jelas akan kebutuhan
fisik sesama saya
_____59. Saya berkemampuan menetapkan arah yang positif
dan langkah-langkahnya dengan tepat
_____60. Saya senang bertemu pengunjung di gereja dan
membuat mereka merasa diterima
_____61. Saya menjelaskan isi Alkitab sedemikian rupa sehingga orang lain dapat memahaminya
_____62. Saya biasanya dapat melihat adanya solusi rohani
bagi sebuah permasalahan
_____63. Saya menyambut kesempatan untuk menolong
orang yang butuh ketenangan, penghiburan, penguatan dan
konseling
_____64. Saya merasa mudah untuk membagikan Kristus kepada orang yang tidak percaya
_____65. Saya dapat mempengaruhi orang lain untuk memaksimalkan potensi yang Allah berikan padanya
_____66. Saya mengenali tanda-tanda tertekan dan kesulitan
pada orang lain
_____67. Saya berhasrat untuk memberi dengan murah
hati dan rendah hati untuk proyek-proyek dan pelayananpelayanan yang bermanfaat
_____68. Saya dapat mengorganisir fakta-fakta menjadi
keterhubungan yang bermakna
_____69. Allah seringkali memberikan pesan kepada saya
untuk disampaikan kepada umat-Nya
_____70. Saya dapat merasakan apakah seseorang jujur ketika menceritakan pengalaman rohaninya
_____71. Saya senang menyajikan berita Injil bagi orangorang dengan budaya dan latar belakang berbeda
_____72. Saya senang melakukan hal-hal kecil yang dapat
membantu orang lain
_____73. Saya bisa memberikan penjelasan yang jelas dan
tidak rumit
_____74. Saya dapat mengaplikasikan kebenaran Alkitab
pada kebutuhan spesifik di gereja saya
_____75. Allah menggunakan saya untuk menolong orang
lain hidup seperti Kristus
_____76. Saya dapat mengetahui yang orang lain butuhkan
untuk menjadi semakin efektif dalam pelayanan
_____77. Saya suka berbicara tentang Kristus kepada orang
yang belum mengenal-Nya
_____78. Saya memiliki kemampuan untuk membuat para
tamu saya merasa seperti di rumah sendiri
110
Bab V - panggilan orang kristen (1)
Bab V - panggilan orang kristen (1)
111
_____79. Saya memiliki jangkauan bahan-bahan studi yang
luas dan tahu bagaimana mendapatkan informasi
_____80. Saya merasa diyakinkan bahwa keadaan akan
berubah demi kemuliaan nama Allah, sekalipun terlihat
tidak mungkin
Bab 6
PANGGILAN ORANG
KRISTEN (2)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami panggilan orang percaya untuk hidup di dalam
persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya sebagai
tubuh Kristus.
2. Mengalami persekutuan dengan orang- orang percaya sebagai tubuh Kristus.
3. Mengimplementasikan persekutuan dengan orang-orang
percaya.
Enam
Panggilan Orang Kristen (2)
[Ibadah Dan Persekutuan]
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat.“ (Ibrani 10:25 )
P
endahuluan
“Wah, sekarang macet di mana-mana, dulu ke kantor hanya 15 menit sekarang telah menjadi 30 menit bahkan kadang-kadang bisa 1 jam.” Namun ada kalimat lain
yang saat ini juga telah menjadi sering untuk diucapkan “Ya
sudah, kita rapat di group milis saja dari pada waktunya habis
di jalan.” Kalimat-kalimat tersebut adalah beberapa contoh
kalimat yang umum diucapkan oleh orang-orang yang tinggal di kota besar, terutama Jakarta. Barangkali kondisi itu
telah menjadi hal rutin yang kita jalani setiap hari, termasuk
pada hari-hari dimana kita harus pergi ke gereja.
Di samping itu, perkembangan teknologi yang cepat
juga telah memberikan dampak bagi kita dalam “mengatasi”
kemacetan tersebut. Berbagai gadget telah memudahkan
kita dalam berkomunikasi, sehingga kita bisa rapat, mendengarkan puji-pujian, mendengarkan khotbah, dan sekaligus
114
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
115
sebagai alat yang menghibur kita. Jauhnya jarak dan tempat
dapat dijembatani oleh gadget tersebut.
Apa efek yang ditimbulkan dari kedua hal di atas?
Berkumpul bisa menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan
saat ini. Ada beberapa pertanyaan dapat muncul: “Untuk
apa kita datang ke gereja dengan bermacet-macet ria kalau
melalui gadget kita sudah bisa melakukan berbagai hal?”,
“Mengapa kita harus bersekutu bersama dalam satu komunitas Kristen?”, “Mengapa dan untuk apa kita membangun
serta terlibat di dalam sebuah komunitas Kristen?”, “Apakah
yang Firman Tuhan katakan mengenai persekutuan dalam
komunitas Kristen?”
Apa itu persekutuan Kristen?
Apakah bedanya Persekutuan Kristen dengan persahabatan? Kalau persahabatan merupakan proses alamiah
dari sebuah pertemanan yang diikat berdasarkan kecocokan
satu sama lain. Sedangkan persekutuan Kristen merupakan
wadah pembentukan yang Allah sediakan bagi setiap umatNya untuk dapat bertumbuh secara maksimal. Allah mempersatukan umat-Nya tanpa melihat kecocokan yang ada
namun Allah mengikat persekutuan tersebut di dalam kasih
Allah sendiri. Yesus berkata “di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka” (Matius 18:20). Hal ini mengindikasikan bahwa
dalam persekutuan Kristen bukan sekedar adanya relasi antar
manusia tetapi di situ Allah hadir, menyertai, dan berkarya.
Tujuan Persekutuan Kristen
Allah menerima kita apa adanya namun Allah tidak
membiarkan kita apa adanya, tetapi Allah akan membentuk
kita menjadi ada apanya, yaitu ada Kristus di dalam hidup
kita. Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa
Allah (Kejadian 1:26-28). Namun ketika manusia jatuh ke
dalam dosa maka gambar dan rupa Allah yang ada di dalam
manusia tersebut telah menjadi rusak. Sehingga Kristus
harus mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia.
Ketika kita beroleh keselamatan, tujuan Allah bukan hanya
sekedar menyelamatkan kita tetapi mengembalikan kita
kepada gambar dan rupa Allah dengan cara menjadikan kita
segambar dengan Allah yang kelihatan di dalam diri Yesus
Kristus (Roma 8:29).
Bila kita melihat Roma 12:2 yang mengatakan “janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah
oleh pembaruan budimu…” bagian ini dilanjutkan dengan
bagian yang membahas mengenai orang kristen sebagai
satu tubuh yang harus melakukan berbagai hal sebagai
komunitas (Roma 12:5). Mengapa demikian?
Di dalam diri kita ada 4 hubungan antara kesadaran kita
dengan penampakan perilaku kita:
1. Menyadari dan terlihat : memukul
2. Menyadari dan tidak terlihat : pikiran-pikiran jahat
3. Tidak menyadari dan terlihat : kebiasaan buruk
4. Tidak menyadari dan tidak terlihat : kesombongan dalam diri
116
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
117
Untuk no.1 dan 2, walaupun tidak mudah, namun
kita dapat berjuang sendiri untuk berubah karena kita
menyadarinya. Sedangkan untuk no.4, hanya anugerah
Tuhanlah yang mampu menolong kita karena kita
belum mampu menyadarinya dan tidak ada orang lain yang
mengetahui yang dapat membantu kita.
Namun untuk no.3, Allah memberikan peran
kepada orang-orang disekitar kita untuk membuat kita
sadar dan berubah, maka persekutuan menjadi wadah
yang Tuhan sediakan untuk menolong kita menyadari
adanya perilaku yang salah dalam hidup kita. Tidak
jarang karakter kita mengalami pembentukan melalui
konflik dengan sesama saudara seiman di dalam
persekutuan. Ketika kita mengalami konflik maka kita akan
tahu siapa kita ini sesungguhnya. Apakah kita tetap ada
dalam karakter kita yang lama atau telah memiliki karakter
yang baru?
Sangat wajar kalau kita bisa memiliki ketidakcocokan
satu dengan yang lain. Namun justru di dalam ketidakcocokan itulah Allah ingin kita saling membentuk. Dengan
demikian fokus persekutuan Kristen bukan hanya sekedar
berkumpul bersama untuk sama-sama bernyanyi, samasama membaca Alkitab, bersama-sama melayani, namun
untuk bertumbuh bersama-sama.
Manfaat persekutuan
Sebagai orang Kristen kita harus bertumbuh semakin
dewasa secara rohani, hal ini paling tidak berkaitan dengan
4 aspek yaitu:
1. Bertumbuh dalam Pengetahuan (Kolose 1:10)
Pengetahuan akan kebenaran melalui Firman Tuhan
merupakan modal dasar yang harus dimiliki agar kita dapat
menjalankan kehidupan dengan benar.
Namun kadangkala ada hal-hal yang sulit kita pahami
ketika kita membaca Alkitab sendiri karena pikiran kita
sangat terbatas, namun dengan adanya persekutuan, kita bisa
berbagi pemahaman yang membuat kita bisa lebih mengerti.
2. Bertumbuh dalam Iman (2 Korintus 10:15)
Sejarah bangsa Indonesia memberikan sebuah
pelajaran bagi kita. Pada waktu bangsa asing menjajah
negeri kita, banyak orang Indonesia yang berjuang dan
berperang sendiri-sendiri sehingga tidak peduli seberapa
tangguhnya mereka berjuang, pada akhirnya mereka gugur
satu per satu. Demikian juga ketika kita menjalani hidup di
dunia ini. Tanpa adanya persekutuan, kita akan sering
mengalami kegagalan untuk terus menjadi garam
dan terang di tempat kita berada di tempat kerja, di
sekolah, di rumah, dan dimanapun juga. Kita akan sulit
untuk mempertahankan iman Kristen kita tanpa adanya
persekutuan dan kehidupan bergereja karena tidak ada
dukungan doa dan pertumbuhan bersama sehingga kita
118
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
119
berjalan dan berjuang sendirian. Kita bisa menjadi orang
Kristen yang memiliki iman yang suam-suam kuku. Selain
itu bila ada pergumulan-pergumulan berat yang telah kita
doakan secara pribadi namun belum dijawab oleh Tuhan,
hal ini kadangkala membuat kita putus asa namun ketika
melihat bahwa ada doa-doa dari saudara-saudara seiman
kita yang telah dijawab oleh Tuhan, itu membuat kita bertumbuh di dalam iman.
Artinya dalam persekutuan kita tidak hanya saling
mendoakan, namun ketika kita juga mendengar bagaimana
saudara-saudara seiman kita di dalam persekutuan memberikan kesaksian mengenai campur tangan Allah di dalam
dirinya yang telah melepaskan dia dari berbagai kesulitan,
yang telah menolong dia untuk bertumbuh, hal ini akan
menguatkan iman percaya kita kepada Tuhan.
Maka persekutuan menjadi sarana bagi kita dalam hal
memelihara iman kita agar terus bertumbuh. Demikian juga
sebaliknya biarlah keberadaan kita di dalam persekutuan
bisa menguatkan iman saudara-saudari kita dengan membagikan firman Tuhan yang kita tahu, dengan mendoakan
mereka dan dengan memberikan kesaksian bagaimana
Tuhan telah campur tangan dalam kehidupan kita.
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena
mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah
mereka, Karena kalau mereka jatuh, yang seorang
mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang
tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!... Dan
bilamana seorang dapat dikalahkan, dua orang akan dapat
bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”
(Pengkhotbah 4:9-10,12)
3. Bertumbuh dalam Kasih
Pertumbuhan iman yang dialami seorang Kristen akan
diiringi dengan bertambahnya kasih kita kepada Tuhan
dan kepada sesama. Seiring dengan proses pertumbuhan
kasih kita, Tuhan akan memperlengkapi kita dengan
berbagai karunia rohani (Roma 12:6-8; I Korintus 12:8-10).
Pada akhirnya tujuan yang Allah inginkan dari pemberian
karunia-karunia rohani kepada kita adalah agar kita dapat
saling melayani sesama orang Kristen sebagai anggota tubuh
Kristus. Maka kita harus mempergunakan karunia-karunia
yang Tuhan percayakan itu dengan penuh tanggung jawab.
Persekutuan adalah sarana yang telah Tuhan sediakan
untuk kita dapat bertumbuh di dalam kasih dan pelayanan
kita kepada saudara seiman secara efektif melalui karuniakarunia yang telah Tuhan berikan bagi kita.
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia
yang diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik
dari kasih karunia Allah.”
(1 Petrus 4:10)
120
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
121
4. Bertumbuh dalam Karakter
Hati yang dipenuhi oleh kasih Allah yang membuat kita
bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kepada sesama
memberikan dorongan kepada kita untuk terus mengalami
tranformasi, memiliki hati yang taat dan mau dibentuk oleh
Allah. Sehingga kitapun akan mengalami perubahan karakter. Proses tersebut bersifat progresif dan bukan sebuah
proses yang instan. Terkadang sangat berat untuk kita jalani
sendiri, kita membutuhkan dorongan dari komunitas, Persekutuan Kristen menjadi sangat diperlukan dalam proses ini.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya”
(Amsal 27:17)
Bentuk persekutuan
Terdapat dua bentuk persekutuan Kristen yaitu:
1. Formal
Persekutuan yang direncanakan oleh gereja baik dalam
bentuk persekutuan kategorial maupun persekutuan wilayah
dimana susunan acara dan topiknya biasanya sudah ditentukan oleh gereja.
2. Informal
Persekutuan yang tidak direncanakan atau direncanakan hanya oleh anggota kelompok sesuai kesepakatan.
Persekutuan ini bisa terjadi dalam bentuk rekreasi bersama,
pertemuan di pasar, di tempat olahraga, di tempat kerja, dll.
Persekutuan ini bisa terjadi terhadap orang yang memang
sudah terbiasa bertemu ataupun orang yang Tuhan pertemukan secara khusus.
Menyadari bahwa persekutuan Kristen merupakan
sarana yang dibentuk oleh Allah maka sebagai orang
Kristen diharapkan kita tidak membatasi kepada hanya salah
satu bentuk persekutuan saja tetapi kita selalu memandang
bahwa apapun yang Allah sediakan kita tetap terlibat dan
menghargainya.
Sikap sebagai Anggota persekutuan
Lamanya kita terlibat dalam sebuah persekutuan tidak
menjamin bahwa kita bertumbuh dan lebih dewasa secara
rohani. Sama seperti setiap manusia yang pasti menjadi tua
namun tidak pasti menjadi lebih dewasa, banyak orang yang
secara usia sudah cukup tua namun kedewasaannya tidak
sebagaimana usianya. Hal ini terjadi karena menjadi tua
sudah otomatis sedangkan menjadi dewasa perlu
kesadaran dan usaha. Demikian juga dalam hal rohani kita
harus menyadari bahwa kita perlu terus bertumbuh dan
berusaha untuk menjalani pertumbuhan itu. Maka sikap
yang perlu kita miliki :
1. Bersandar kepada kuasa Tuhan
Menyadari bahwa Tuhan hadir dan berkarya dalam
persekutuan kita, maka kita harus bergantung sepenuh-
122
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
123
nya kepada kuasa Allah. Segala apa yang kita rencanakan,
lakukan, serta konflik-konflik yang mungkin terjadi haruslah
dibawa ke hadapan Tuhan.
2. Rendah Hati
Menyadari bahwa persekutuan merupakan wabah
pembentukan diri kita maka kita perlu memiliki sikap
rendah hati untuk menerima nasihat, dorongan, kritikan, dll.
Kita juga harus memiliki sikap rendah hati tanpa memandang siapa diri kita, apa jabatan kita, karena dihadapan Allah
kita sama-sama perlu pembentukan dari Allah. Kita juga
harus rendah hati dengan tidak memandang rendah orang
lain siapapun mereka, apapun jabatan mereka, karena
siapapun mereka bisa diperkenankan oleh Allah untuk
menolong kita. (lihat Filipi 2:2-8).
3. Aktif
Menyadari bahwa kitapun bisa menjadi alat
ditangan Allah untuk menolong orang lain. Maka kita
harus aktif berperan membangun persekutuan tersebut
dengan terlibat aktif sesuai dengan apa yang dapat kita
perankan menurut kehendak Tuhan. (Ibrani 10:25-26)
Hal yang yang menghambat persekutuan
Melihat pentingnya persekutuan namun ternyata
tidak mudah untuk menjalankannya, maka kita perlu untuk
melihat faktor-faktor yang dapat menghambat persekutuan
yang kita jalankan. Ada beberapa faktor yang perlu kita atasi :
1. Malas
Kemalasan merupakan faktor yang utama yang seringkali menghambat kita untuk ikut dalam persekutuan yang
seringkali dibungkus dengan faktor-faktor lainnya. Maka kita
harus berjuang untuk saling memberi semangat satu dengan
yang lain. (Ibrani 10:24)
2. Berjumpa dengan orang yang tidak disukai
Berjumpa dengan orang yang tidak disukai menjadi
faktor yang bisa memberatkan bagi kita untuk ikut terlibat
dalam persekutuan, maka ketika terjadi konflik baik bersifat
terbuka atau ada sesuatu yang menjadi ganjalan maka kita
harus segera menyelesaikannya sesuai dengan hikmat dari
pada Tuhan.
3. Tidak sesuai dengan yang diinginkan
Kegiatan
yang
diadakan
dalam
persekutuan
terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita. maka kita
perlu melihat kepentingan yang lebih besar daripada
kepentingan kita sendiri. Kita juga perlu melihat
sejauh mana kita telah berperan, mungkin Allah ingin kita
berperan untuk membuat persekutuan tersebut lebih hidup.
4. Waktu dan tempat yang tidak tepat
Terkadang sulit
tempat yang cocok
124
untuk
untuk
menemukan waktu dan
seluruh peserta, namun
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
125
persekutuan haruslah tetap berjalan sehingga kesepakatan
harus diambil.
Kesimpulan
Dari sini kita dapat melihat bahwa ketika Allah
menciptakan manusia, Ia mempunyai tujuan. Allah
menciptakan manusia untuk bersekutu sehingga manusia
mempunyai kemampuan untuk menggenapkan rencana
Allah.
Persekutuan merupakan sarana yang Allah berikan
kepada kita agar kita bisa bertumbuh kearah Kristus yang
adalah kepala. Sebagaimana jemaat mula-mula telah
mengalami sebuah pertumbuhan rohani secara kuantitas
maupun kualitas, baiklah kita juga menerima dengan senang
hati pembentukan kerohanian kita melalui persekutuan yang
telah Allah sediakan bagi kita.
Dan pertumbuhan hanya dapat dialami oleh masingmasing
orang
jika
telah
melakukan
pekerjaanpekerjaan yang telah menjadi bagiannya serta bersekutu
bersama-sama dengan anggota tubuh yang lain sehingga
Kristus menjadi kepala gereja dan setiap orang kristen menjadi anggota tubuh dan semuanya itu saling terintegrasi
dengan baik. Tanpa persekutuan yang baik, tujuan yang Allah
tentukan bagi kita akan sulit untuk digenapkan.
Bagaimana dengan persekutuan kita? Apakah
persekutuan kita hanyalah menjadi tempat untuk kita
bernyanyi bersama, mendengarkan khotbah bersama,
kadang makan bersama, atau jalan-jalan bersama? Atau
mungkin lebih baik lagi jika kita terlibat dalam sebuah proyek
yang dikerjakan bersama-sama, namun memiliki tujuan
hanya sekedar proyek tersebut selesai. Jikalau alasannya seperti ini, maka persekutuan kita tidaklah berbeda
dengan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja yang
bahkan kegiatannya jauh lebih menarik.
Persekutuan tersebut tidak boleh hanya berhenti di
dalam persekutuan itu sendiri. Tujuan akhir daripada sebuah
persekutuan bukanlah persekutuan itu sendiri, tetapi terdapat tujuan lain yang telah ditetapkan atau direncanakan
oleh Allah untuk digenapkan melalui persekutuan tersebut.
Persekutuan semakin bertambah penting khususnya bagi orang Kristen. Bahkan jikalau terdapat orang
yang mampu menghafalkan seluruh isi Alkitab, memahami
seluruh doktrin, menguasai apologetika dengan baik,
mengerti bahasa Ibrani dan Yunani, dan kehebatankehebatan yang lain tetapi orang tersebut hidup sendirian,
maka semua kehebatan dan pengertian tersebut menjadi
percuma dan tidak berguna. Ketika manusia menolak
untuk bersekutu, manusia tersebut menolak tujuan Allah
yang telah ditetapkan bagi dia, menolak panggilannya
di dalam bergereja.
Karena sesungguhnya persekutuan Kristen bukanlah
sekedar sebuah sarana / alat bagi kita untuk bertumbuh
namun sesungguhnya persekutuan Kristen merupakan jati
diri setiap orang Kristen sebagaimana Allah di dalam dirinya
sendiri memiliki sebuah persekutuan yang indah antara Allah
Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Sehingga keberadaan
126
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
127
kita sebagai satu tubuh Kristus menjadi sesuatu yang
melekat dalam diri kita (1 Korintus 12:7). Kalau kita tidak
memiliki kerinduan untuk bersekutu maka sebenarnya kita
sedang mengingkari jati diri kita sebagai orang Kristen.
[BW]
“ Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa
orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin
giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
(Ibrani 10:25)
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1: Persekutuan bagi Hidup Saudara
Coba jelaskan, seberapa pentingkah persekutuan bagi
saudara? Apakah yang telah menyebabkan anda bersikap
demikian?
Hari 2: Manfaat Persekutuan bagi Hidup Saudara
Ingatlah baik-baik, selama anda mengikuti persekutuan
siapakah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan untuk membantu pertumbuhan saudara? Bagaimanakah mereka telah
membantu pertumbuhan saudara? Apa respon saudara?
128
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab VI -panggilan orang kristen (2)
129
Hari 3: Hidup Saudara bagi Persekutuan
Ingatlah baik-baik, selama anda mengikuti persekutuan,
siapakah orang-orang yang bertumbuh melalui kehadiran
saudara? Bagaimanakah saudara telah membantu pertumbuhan mereka? Apa respon saudara?
Hari 4: Duri dalam Persekutuan
Selama saudara ikut persekutuan, siapakah orang-orang
yang telah mengecewakan saudara? Dalam hal apakah
mereka telah mengecewakan? Bagaimanakah respon
saudara selama ini? Respon seperti apakah yang seharusnya
saudara ambil?
Hari 5: Berani Bersekutu
Perhatikanlah secara seksama sikap-sikap yang ada dalam
diri saudara selama ini, adakah yang perlu saudara perjuangkan untuk ditingkatkan?
Hari 6: Praktek Bersekutu
Dalam kondisi persekutuan saat ini, tanyakanlah kepada
Tuhan apa yang perlu anda lakukan agar anda bisa lebih
berperan di dalam persekutuan yang sedang anda ikuti!
130
Bab VI - panggilan orang kristen (2)
Bab 7
PANGGILAN ORANG
KRISTEN (3)
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami panggilan orang percaya untuk berbuat baik
dan memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini.
2. Mengenal kondisi dunia ini.
3. Mengimplementasikan perbuatan baik dan pemberitaan
Injil di dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuh
Panggilan Orang Kristen (3)
[Misi Dan Diakonia]
“ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, “
( Kisah Para Rasul 2:42 )
P
endahuluan
Kehadiran gereja dan orang percaya harus
dirasakan oleh dunia ini. Gereja hadir bukan untuk dirinya
sendiri, tetapi bagi dan untuk dunia ini. Gereja disebut
sebagai gereja jika gereja dapat dirasakan oleh masyarakat
sekitarnya. Ini berarti gereja tidak dapat memisahkan
dirinya dari dunia di mana gereja itu hadir. Gereja harus
bertindak secara nyata dalam pelayanan sosial secara
komprehensif, berkesinambungan serta menjangkau ke
dalam dan ke luar. Kehadiran orang percaya dan gereja di
dunia ini dapat dirasakan melalui pelayanan Misi dan
diakonia.
1. MISI
Penyakit yang menjadi ketakutan semua orang adalah
penyakit mematikan yang belum ada obatnya di dunia
ini. Cepat atau lambat, orang yang mengidap penyakit
mematikan itu akan meninggal tanpa ada orang atau obat
132
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
133
yang bisa menolongnya. Betapa menggembirakannya
jikalau seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya obat itu
ditemukan dan terbukti bisa memberikan kesembuhan
untuk penyakit mematikan itu. Ketika ada orang mengidap
penyakit mematikan itu dan kita yang sudah mengetahui
apa obatnya, tetapi kita tidak mau memberitahukan obatnya, maka orang seperti apakah kita ini? Coba bayangkan,
betapa jahatnya kita, ketika menahan berita yang bisa
menyelamatkan orang lain hanya untuk diri kita sendiri!
Setelah sekian lama menjadi orang Kristen, kita sering
mengabaikan orang-orang yang hidup tanpa Kristus. Kita
tahu bahwa Yesuslah satu-satunya jalan Keselamatan dan
semua orang memerlukan DIA (Kisah Para Rasul 4:12),
namun kita diam membisu dan tidak bertindak apa-apa.
Allah mengasihi dan peduli kepada setiap orang
berdosa, sehingga Ia mau menyelamatkan manusia dari
cengkeraman dosa yang membinasakan dan mendamaikan mereka dengan DiriNya. Oleh sebab itu, misi Yesus
Kristus datang ke dunia ini adalah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan akibat dosa. Yesus mengerti dengan
jelas apa yang misi kedatanganNya ke dunia ini dan Dia
menyelesaikannya dengan sempurna (Yohanes 19:30).
Apa yang menjadi misi Kristus di dunia ini dilanjutkan oleh
murid-muridNya dan menjadi misi murid-muridNya. Tuhan
Yesus menyelamatkan kita bukan supaya kita terlena
menikmati keselamatan itu sendirian, melainkan mengutus kita untuk membawa orang pada keselamatan yang
sudah kita alami (2 Korintus 5:20). Tuhan Yesus sebelum naik
ke surga berkata, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
Tugas yang diberikan Yesus kepada murid-muridNya
sebelum kenaikanNya ke sorga adalah Amanat Agung.
Amanat Agung mencakup tindakan pergi ke seluruh penjuru
dunia untuk membangun kerajaan Allah dan menjadi berkat
bagi banyak suku bangsa. Tuhan Yesus memerintahkan para
murid-Nya untuk “pergi.” Dia tidak meminta mereka setelah
menjadi murid-muridNya untuk terisolir jauh dari dunia. Dia
pun tidak meminta para muridNya untuk menghabiskan
hidup mereka di dunia ini diri mereka sendiri. Mereka pun
tidak boleh pasrah begitu saja menunggu kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali, melainkan harus bertindak untuk
pergi. Semangat para murid pun berkobar. Tidak ada
siapapun atau apapun yang sanggup menghalangi mereka.
Tidak ada perkara apa pun lainnya yang lebih penting
bahkan tidak ada harga yang terlalu mahal untuk dibayar.
Banyak murid Yesus yang mati sebagai martir demi
tujuan ini. Murid murid yang lain pun bangkit dan meneruskan misi Amanat Agung ini. Amanat Agung ini harus diteruskan oleh orang percaya secara estafet dari satu generasi ke
generasi berikutnya, hingga tiba kesudahannya pada akhir
zaman nanti. Dengan demikian, amanat agung tersebut
berlaku juga bagi setiap orang di zaman ini yang mengaku
sebagai pengikut Kristus. Namun dua ribu tahun setelah
semangat yang membara dari murid murid Yesus ini,
anak Tuhan telah kehilangan semangat ini. Dalam kondisi
makmur, nyaman dan kenikmatan di zona nyaman telah
134
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
135
mengalihkan perhatian umat Kristen masa kini. Zona
nyaman sudah meninabobokan banyak gereja sehingga misi
Amanat Agung menjadi terbengkalai begitu saja dan tidak
terselesaikan. Umat Kristen masa kini sudah kehilangan api
untuk melaksanakan Amanat Agung ini.
Amanat Agung haruslah menjadi misi gereja secara
utuh dan tuntas. Utuh dan tuntas berarti misi haruslah mencakup semua perintah Tuhan Yesus dalam Amanat Agung ini,
yaitu: Pergilah, Jadikanlah, Baptislah dan Ajarlah. Keempat
perintah ini bukan bersifat pilihan untuk memilih salah satu
saja yang dikerjakan, melainkan harus dilaksanakan semuanya. Ini berarti misi tidak boleh hanya dipahami sebagai
sebuah usaha penginjilan saja. Tugas misi mencakup
aspek yang jauh lebih luas dari pada penginjilan. Penginjilan
itu bagian dari pada misi, tetapi misi tidak hanya penginjilan. Penginjilan itu menghasilkan petobat-petobat baru,
tetapi setelah mereka bertobat, apakah misi dianggap sudah
selesai? Tujuan akhir Amanat Agung tidak pernah berhenti hanya sampai pada pertobatan. Tetapi dilanjutkan pada
panggilan untuk dilengkapi dan melengkapi. Tuhan Yesus
berkata, ”ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu.” Perkataan ajarlah mereka
merupakan perkataan yang sangat penting. Ajarlah mereka
berarti terjadi proses pemuridan atas petobat-petobat baru.
Petobat-petobat baru mengalami proses pemuridan untuk
menjadi seorang murid yang serupa dengan Kristus.
Manusia benar-benar butuh diselamatkan dan
harus diselamatkan, jika tidak setiap orang akan
menuju kebinasaan kekal. Tanpa keselamatan dari Allah
maka tidak ada setitik harapan baik pada masa kini maupun di masa mendatang, dalam hidup ini maupun hidup
yang kekal. Manusia hidup di dunia yang tidak kekal, tetapi
kerajaan Allah bersifat kekal. Hidup kita paling bermakna
kalau kita mengisinya dengan hal-hal yang bernilai kekal.
Dalam dunia yang sementara ini kita dapat mengisi hidup kita
dengan melakukan sesuatu yang bernilai kekal.
Melakukan misi Allah pasti memberikan dampak kekal
bagi orang lain. Melalui pekerjaan misi, Allah mengubah
orang berdosa dari kematian kekal kepada kehidupan yang
kekal. Jika ada satu orang saja yang menerima kehidupan
yang kekal di sorga karena kita, maka hidup kita sudah
memberikan dampak yang kekal bagi orang lain. Ketika
kita mengerjakan misi Allah maka kita sedang mengerjakan
tugas yang nilainya jauh melebihi pekerjaan dan
prestasi apapun yang kita bisa selama hidup di dunia ini.
Dampak dari misi itu akan terus ada sampai selama-lamanya,
sedangkan dampak dari pekerjaan dan prestasi kita tidak
akan sampai selama-lamanya. Oleh karena itu kita harus
menaruh prioritas tertinggi dan semangat yang menyalanyala terhadap pekerjaan misi di dunia ini.
2. DIAKONIA
Kata diakonia memiliki pengerti dan melayani, tindakan
pelayanan yang dilakukan oleh seorang pelayan. Biasanya diakonia diartikan sebagai tugas dalam melayani meja
untuk mempersiapkan hidangan-hidangan bagi orang-orang
terhormat. Jadi diakonia berarti melakukan sesuatu
pelayanan bagi orang lain yang memiliki kedudukan yang
terhormat. Istilah diakonia yang dipandang rendah dalam
kehidupan orang Yunani menjadi satu satu istilah yang
136
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
137
dihormati dalam kehidupan Kristen. Tuhan Yesus sendiri
memberikan makna dan isi yang baru tentang kata diakonia ini. Tuhan Yesus sendiri menegaskan bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani
(diakonia). Tuhan Yesus yang adalah Mesias dan Raja dari
segala raja justru hadir dan merendahkan diriNya untuk melayani umatNya. Pola pelayanan yang ditunjukkan oleh Yesus
ini menjadi teladan dan sumber motivasi bagi para pengikutNya untuk saling melayani dan memperhatikan. Oleh karena
itu diakonia juga dipahami sebagai pelayanan kasih yaitu
dengan memperhatikan dan menyatakan kasih kepada
mereka yang membutuhkan.
Yesus, Sang Gembala Agung, tergerak hatinya oleh
belas kasihan saat melihat orang banyak. Hati Yesus
tergerak oleh belas kasihan ketika Ia melihat orang banyak
karena mereka terlantar seperti domba yang tidak
bergembala (Matius 9:36-38).
Ia tergerak oleh belas
kasihan kepada orang sakit (Matius 14:14), orang buta
(Matius 20:34), pada orang yang dikuasai setan (Markus
9:22). Ia tergerak oleh belas kasihan kepada orangorang yang kelaparan dan kelelahan (Matius 15:32). Yesus
tergerak oleh belas kasihan karena orang yang mengalami
penolakan, tersingkirkan dan kesepian. Makna kata “belas
kasihan” dalam bahasa Yunani menunjukkan pengertian
yang lebih dalam dari pada kata “simpati”. Makna sikap
simpati hanya sebatas ungkapan perasaan saja tetapi
belum tentu ada tindakan nyata apa-apa. Tetapi makna belas
kasihan bukan sekadar perasaan simpati saja melainkan
ada tindakan konkret untuk memberikan pertolongan.
Setiap kali disebutkan ”hati Yesus tergerak oleh belas
kasihan”, selalu ada tindakan nyata dari Tuhan Yesus. Setiap
kali Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan maka Dia segera
bertindak untuk menolong. Salah satu contoh dari tindakan
nyata Tuhan Yesus adalah seperti yang dicatat dalam Matius
14:14: Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang
besar jumlahnya, maka tergeraklah hatiNya oleh belas
kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka
yang sakit.
Yesus menutup perumpamaan orang Samaria yang
murah hati dengan satu pertanyaan (Lukas 10:36) ,”Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah
sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan
penyamun itu? Jawaban pertanyaan itu kita semua pasti
tahu yaitu orang yang telah menunjukkan belas kasihannya. Lalu Yesus mengatakan kalimat terakhir, ”Pergilah dan
perbuatlah demikian!” pergilah berarti Yesus mengutus kita
untuk mempraktekkan hati tergerak belas kasihan itu
kepada orang-orang yang mengalami kesusahan dan
penderitaan dalam hidup mereka. Penderitaan dan
kesusahan itu ada di mana-mana dan tidak ada habisnya.
Memang kita tidak bisa dan tidak mungkin menyelesaikan semua penderitaan dan kesusahan di dunia ini. Tetapi
kita percaya, selalu ada takaran atau porsi yang Tuhan percayakan kepada kita sebagai anak-anakNya. Kita tidak percaya bahwa di dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan,
tidak ada porsi atau takaran bagi kita sama sekali. Kita
tidak bisa berkata, ”Oh itu bukan urusan saya, orang yang
menderita bukan tugas saya, itu tugas orang lain.” Terkadang
Tuhan menempat di sekitar kehidupan kita masing masing,
ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita.
Persoalannya adalah apakah hati kita tergerak ketika melihat
138
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
139
penderitaan yang ada di sekeliling kita?
Ajaran dan tindakan Yesus ini juga diikuti oleh para
rasul. Paulus secara khusus berusaha membantu orangorang kudus di Yerusalem yang mengalami kekurangan
(Roma 15:25; 2 Korintus 8:1-8) dan para janda miskin
(1 Timotius 5:3-10). Diakonia didasarkan atas kasih
Kristus. Dalam Matius 25:40, Yesus berkata,” Dan Raja itu
akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku.” Di sini Yesus hadir dengan mengidentifikasikan diriNya dengan orang yang hina, orang yang
berkekurangan, dan orang yang terabaikan. Yesus menyatakan bagi siapapun yang melayani orang-orang tersebut sama
halnya dengan melayaniNya. Ia peduli kepada orang-orang
seperti itu dan Ia pun mengharapkan murid-muridNya juga
demikian.
Allah merindukan anak-anak-Nya memiliki hati
yang tergerak oleh belas kasihan. Allah merindukan kita
semua yang menerima dan mengalami berkat Tuhan untuk
memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan. Kita
percaya apa yang kita miliki itu berasal dari Tuhan dan
semuanya itu adalah berkat Tuhan. Ketika Tuhan
memberkati kita, Ia tidak menghendaki kita untuk “waduk
berkat” yang hanya menampung berkat dan menerima
berkat saja. Tetapi Ia menghendaki kita untuk menjadi
“saluran berkat” bagi orang lain. Allah memberkati kita
untuk menjadi berkat bagi orang lain. Di sekitar kita ada
banyak orang yang hidup dalam penderitaan. Di antara
mereka ada kelaparan dan tidak memiliki makanan. Di
antara mereka ada yang anak-anaknya putus sekolah. Di
antara mereka ada yang kehilangan tempat tinggal karena
kebakaran, gempa bumi dan tanah longsor. Masihkah kita
berdiam diri? [FS]
140
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
141
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1: Terlibat dalam pelayanan Misi
Meskipun tidak semua orang menerima panggilan untuk
menjadi seorang misionaris, tetapi setiap orang percaya dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi-Nya (Kisah Para
Rasul 1:8). Setiap orang percaya dapat mengambil bagian
dalam misi Tuhan melalui 3 D yaitu Daya, Doa dan Dana.
Renungankanlah pekerjaan misi di gereja kita, apakah yang
dapat kita lakukan untuk pekerjaan misi melalui 3 D ini. Apa
yang bisa kita lakukan untuk misi Tuhan melalui 3 D ini?
Hari 2: Membawa jiwa untuk Tuhan
Menjelang akhir hidupnya, ayah Pendeta Rick Warren
berulang kali berseru,”Selamatkan satu jiwa lagi buat Yesus.”
Saat ini sudah berapa jiwa kita bawa untuk Tuhan? Selama
ini sejak menjadi anak Tuhan, sudahkah satu jiwa kita bawa
kepada Tuhan? Tuliskanlah nama satu orang atau dua orang
atau tiga orang yang ingin kita bawa kepada Tuhan. Tuliskan
nama mereka dan mulailah mendoakan mereka.
142
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
143
Hari ke 3: Mengajak orang ke gereja
Lihatlah kursi-kursi di ruang ibadah gereja kita. Masih
banyakkah kursi-kursi yang kosong? Siapakah yang harus
bertanggungjawab supaya kursi-kursi yang kosong ini bisa
terisi orang yang datang ke gereja? Mungkin kita berkata itu
tugas pendeta. Mungkin kita berkata itu tugas hamba Tuhan.
Benarkah itu hanya tugas hamba Tuhan? Mungkin kita sering
berdoa agar kursi-kursi yang kosong itu bisa terisi penuh.
Setelah menaikkan doa yang demikian, di mana tanggung
jawab kita? Ada internet, handphone, sms, wa, bbm dan
sebagainya, mengapa kita tidak memakai semuanya itu
untuk mengajak orang lain ke gereja?
Hari ke 4: Mengintrospeksi hati
Menurut anda, apakah hati anda adalah hati yang terbuka
terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain? Apakah
hati anda adalah hati yang tertutup terhadap kesulitan dan
penderitaan orang lain? Secara jujur tuliskan jawaban anda.
kalau anda berkata anda adalah seorang yang memiliki hati
yang terbuka terhadap kesusahan dan penderitaan orang
lain, mengapa anda bisa menyimpulkan seperti itu? Kalau
anda berkata anda adalah seorang yang memiliki hati yang
tertutup terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain,
mengapa anda bisa menyimpulkan seperti itu? Coba tuliskan hasil introspeksi hati anda, sehingga anda bisa semakin
mengenal hati anda sendiri.
144
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
145
Hari ke 5: Keluar dari zona keegoisan
Banyak orang Kristen begitu terikat dengan kepentingan
pribadi, masalah pribadi dan kebutuhan pribadi mereka.
Jika setiap orang hanya berpikir, ”bagaimana dengan
nasibku nanti? Bagaimana dengan bisnisku? Keluargaku?
Masa depanku?“ “Masihkah ada orang di dunia ini yang
punya waktu memikirkan keadaan orang lain?” keluarlah
dari zona keegoisan anda dan lihatlah kehidupan orang lain.
Cobalah lihat orang-orang disekeliling anda, apakah ada
orang-orang yang sedang mengalami kesusahan dan
penderitaan? Tuliskanlah orang-orang yang anda lihat, yang
sedang bergumul di dalam kesulitan hidup.
Hari ke 6: Menjadi saluran berkat
Apakah selama ini anda merasa sudah menerima berkat
dari Tuhan? Bagaiamana anda merespons berkat yang anda
terima dari Tuhan? Apakah anda memegang erat berkatberkat itu tanpa mempedulikan orang-orang di sekeliling
anda? apakah anda merasa berkat itu hanya untuk anda
pribadi dan keluarga anda? hari ini kalau Tuhan
menggerakkan anda untuk menjadi saluran berkat,
bagaimana respons anda? tuliskan lah kepada siapakah
anda akan menjadi saluran berkat hari ini?
146
Bab VII - panggilan orang kristen (3)
Bab 8
TUHANLAH
PEMBELAKU
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami ketidakmudahan menjadi orang Kristen yang
berfungsi di tengah - tengah keluarga dan masyarakat.
2. Menyadarkan bahwa Tuhan menyertai, peduli, memimpin,
melindungi dan membela.
3. Meresponi Tuhan yang sedemikian terhadap kita.
Delapan
Tuhanlah Pembelaku
“ Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah
bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? “
(Rom 8:34)
P
endahuluan
Dalam sebuah pengadilan, seorang terdakwa sangat
membutuhkan peranan pembela, agar si terdakwa bisa
diadili scara adil dan benar serta dihargai hak-haknya.
Dalam status kita yang penuh dosa dan menjadi
terdakwa untuk sebuah ancaman hukuman paling final yaitu
kematian kekal, maka kita sangat membutuhkan pembela
yang sanggup membebaskan kita dari ancaman hukuman
mati, bahkan memperoleh kehidupan. Itulah yang dilakukan
Tuhan Yesus sebagai pembela kita.
Pengertian Pembela
Ada beberapa pengertian dan fungsi seorang pembela.
Dua yang paling umum dan paling penting adalah :
148
KEBERANIAN HIDUP KRISTIANI
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
149
Pengertian
Pembela
terhadap
serangan
yang
mengancam keselamatan, biasanya keselamatan secara
fisik. Aspek ini biasa disebut juga peran Pembela sebagai
pelindung. Itu seumpama seorang bapak yang membela
anaknya dari serangan binatang buas. Seorang bapak yang
mengasihi anaknya akan membela dengan sekuat tenaga
demi keselamatan anaknya.
Pengertian yang kedua adalah Pembela terhadap
dakwaan atau tuduhan. Ini umum dilihat dalam sidang
pengadilan ketika ada dua pihak yang berseteru dan
ada pembela yang akan memperjuangkan orang yang
dibelanya dengan segala upaya untuk membawanya sebagai
pemenang. Aspek ini mungkin yang sering dikenal
sebagai Pembela. Akan tetapi peran seorang Pembela yang
hanya membela di ruang pengadilan tanpa merelakan dirinya
sebagai seorang pelindung akan menjadikan perannya
tidak terlalu berarti. Sebaliknya jika seorang Pembela
sekaligus juga merupakan seorang Pelindung yang rela
memberikan segala-galanya bagi orang yang dibelanya,
maka orang yang dibelanya itu bisa menyerahkan dirinya
sepenuhnya kepada Sang Pembela, karena dia memiliki
Pembela yang melindungi dan sekaligus juga rela berkorban
bagi dirinya.
Dalam kedua hal inilah seorang Kristen bisa mempercayai bahwa Tuhan adalah Pembelanya. Karena Tuhan
sebagai Pembela juga sekaligus menjadi Pelindung, yang
membela dirinya dari segala dakwaan atau tuduhan.
Mengapa perlu Pembela?
Dalam kenyataan hidup, ada beberapa alasan mengapa
setiap orang Kristen memerlukan Tuhan sebagai Pembelanya, yaitu:
Alasan pertama adalah karena pada kenyataannya
orang Kristen tetap adalah manusia yang berdosa (Roma
3:23) dan karena dosa-dosanya, seorang Kristen seharusnya
menerima maut (Roma 6:23). Keadaan ini membuat orang
Kristen membutuhkan Pembela yang menegaskan bahwa
hukuman tersebut sudah dibayar lunas (1 Korintus 6:20; 7:23)
dan pembayaran itu sudah dilakukan oleh Putra Allah, Yesus
Kristus, di kayu salib. Kenyataan pengampunan tersebut
seharusnya memberikan suatu keyakinan bahwa orang
percaya memiliki seorang yang tidak hanya menebus,
tetapi juga membela dirinya dalam penebusan tersebut.
Dengan kesadaran tersebut, tentu sewajarnya kalau orang
Kristen kemudian hidup penuh dengan ucapan syukur dan
berusaha untuk menaati Dia yang menyelamatkan dirinya.
Alasan kedua adalah bahwa pada kenyataannya Iblis
akan selalu mencoba menjatuhkan orang percaya ke
dalam dosa dan menjauhkannya dari Tuhan. Usaha ini bisa
berupa godaan, bisa juga menumbuhkan rasa bersalah
terhadap dosa yang pernah dilakukannya, atau bisa juga
meragukan karya pengampunan Tuhan terhadap dirinya. Ayub mengalami bahwa dirinya dicobai begitu rupa
karena Iblis tidak menyukai ketaatan Ayub kepada Tuhan
(Ayat 1:6-2:8). Petrus menuliskan bahwa Iblis berjalan
berkeliling seperti singa yang mengaum-aum dan
mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8).
150
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
151
Akan tetapi, dalam semua itu, Alkitab menyaksikan bahwa
Iblis tidak bisa melakukan lebih daripada apa yang diizinkan Tuhan kepadanya. Tuhan akan selalu berperan sebagai
Pelindung bagi umat-Nya.
Alasan ketiga adalah orang berdosa juga bisa dituduh
oleh hatinya (1 Yohanes 3:19-21). Tuduhan ini bisa terjadi
karena kegagalan dan penyesalan yang berlarut-larut, bisa
juga karena ketidakyakinan terhadap janji Tuhan. Yohanes
menyatakan bahwa Allah adalah lebih besar daripada hati
kita serta mengetahui segala sesuatu. Ini menggambarkan
betapa kita membutuhkan Tuhan sebagai Pembela yang
menolong kita juga terhadap tuduhan-tuduhan hati kita
sendiri.
Tuhan adalah Pembela yang Terbaik
Selain alasan-alasan tersebut, kita juga bisa mengandalkan Tuhan sebagai Pembela kita, karena keberadaan diriNya, yaitu:
1.
Tuhan adalah Pribadi yang selalu menyertai ke manapun
orang percaya melangkah. Firman Tuhan menyatakan
bahwa Yesus akan dinamakan Imanuel (Matius 1:23)
yang berarti Allah menyertai kita. Penyertaan Tuhan
bukan terjadi hanya di waktu tertentu, bukan juga
terjadi sering kali, tetapi penyertaan Tuhan ini
merupakan penyertaan terus menerus dan selamanya
(Matius 28:20). Selain itu, Alkitab juga mengajarkan
bahwa Roh Kudus menyertai orang percaya selamanya
(Yohanes 14:16). Di mana pun orang percaya berada
dan ke mana pun orang percaya melangkah dalam
ketaatan kepada Tuhan, Tuhan pasti menyertai dan siap
menjadi Pembela.
2. Tuhan adalah Pribadi yang Mahakuasa (Kejadian 17:1;
Mazmur 33:8-9, dll), Mahatahu (Mazmur 139:1-6,
dll), Adil (Yesaya 45:21), dll. Bermacam sifat Allah ini
merupakan jaminan lain terhadap janji-janji-Nya.
Dia Mahakuasa, sehingga tidak ada yang dapat
menghalanginya menggenapkan rencana-Nya. Dia
adalah Pribadi yang Mahatahu, sehingga tidak ada yang
bisa menipu pembelaan-Nya. Dia adalah Pribadi yang
Adil, sehingga segala keputusan-Nya dan pembelaanNya tidak dapat diganggu gugat.
3.
Tuhan adalah Pribadi yang bisa dipercaya (Mazmur
119:86). Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-janjiNya. Kalau Dia menempatkan diri-Nya sebagai Pembela,
maka Dia akan terus memenuhinya sampai akhir hidup
orang-orang pilihan-Nya.
4.
Tuhan adalah Pribadi yang sudah membuktikan diri-Nya
rela berkorban bagi umat pilihan-Nya. Paulus menyatakan bahwa tidak mungkin ada yang tidak diberikanNya kepada umat pilihan-Nya, bahkan Putra-Nya sendiri
dikorbankan agar umat-Nya diselamatkan-Nya (Roma
8:31-39). Dalam suratnya itu, Paulus menegaskan
bahwa “tidak akan ada yang dapat memisahkan orang
percaya dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita” (Roma 8.39).
152
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
153
Dengan seluruh karakteristik itu, bukankah Tuhan
memang sangat bisa diandalkan untuk menjadi seorang
Pembela bagi setiap orang percaya?
Sikap yang Seharusnya dari Orang Percaya
Dengan begitu besarnya Tuhan dan kesediaan-Nya
menjadi Pembela orang percaya, apakah sikap yang
seharusnya ada pada orang percaya?
Sikap pertama yang harus ada pada setiap orang
percaya adalah selalu berharap pada-Nya. Kecenderungan setiap orang adalah mengandalkan diri sendiri atau
mengandalkan sesuatu yang lain. Akan tetapi, Tuhan dan
kuasa-Nya adalah yang sepatutnya diandalkan. Bahkan
Tuhan merindukan setiap orang mengandalkan Tuhan saja
dalam hidupnya (Yeremia 17:5-8)
Sikap yang kedua adalah orang percaya perlu
bergaul akrab dengan-Nya. Sikap ini dibutuhkan agar orang
percaya makin yakin pada kuasa dan kasih Tuhan. Dengan
semakin akrab, maka orang percaya semakin mengenal
Tuhan. Dengan semakin mengenal Tuhan, setiap orang
percaya akan makin mengalami betapa besarnya Tuhan
berperan sebagai Pembela dalam hidupnya. Bergaul akrab
ini dialami melalui perenungan dan ketaatan kepada firman
Tuhan serta kehidupan doa, baik secara pribadi maupun
secara bersama.
Sikap yang ketiga adalah sikap yang banyak
mensyukuri dan bersukacita terhadap karya pemeliharaan
di dalam Tuhan. Paulus memberi contoh yang luar biasa
melalui surat Filipi. Pada waktu menulis surat ini, Paulus
sedang di dalam penjara karena pelayanan yang dilakukannya (Filipi 1:13). Dalam keadaan seperti itu, Paulus
bukan menyalahkan atau banyak menggerutu kepada Tuhan.
Paulus meyakini bahwa Tuhan tetap adalah Pembela dan
Pelindungnya. Tuhan punya maksud melalui apa yang
dialaminya. Itu sebabnya Paulus bisa menasihati jemaat
Filipi untuk terus bersukacita di dalam pergumulan dan
perjalanan hidup mereka (Filipi 4:4). Nasihat inipun berguna
bagi kita. Ada masanya mungkin apa yang kita alami tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan dan doakan. Dalam
keadaan seperti itu, kita dipanggil untuk tetap percaya
bahwa Tuhan tetap memegang kendali dan patut menjadi
Andalan hidup kita. Untuk itu, kita diajak untuk terus
mensyukuri dan bersukacita atas karya pemeliharaan-Nya
atas kita. [AM]
154
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
155
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1: Pelindung dan Pembela
Apakah atau siapakah yang selama ini menjadi andalan
dalam kehidupan anda? Pertanyaan ini bisa kita renungkan
dan jawab dengan menilai apa atau siapa yang paling kita
cari ketika kita menghadapi persoalan-persoalan?
Seberapa mengertikah anda pada posisi Tuhan sebagai
Pembela anda?
1. Sebagai Penolong dalam pergumulan kehidupan
• Dalam pergumulan keluarga
• Dalam pergumulan pekerjaan
• Dalam pergumulan pelayanan
• Dalam pergumulan lain
2. Pernahkah anda mengalami pergumulan iman dan
keraguan terhadap keyakinan dan kasih Tuhan pada
anda? Apa yang menyebabkannya? Bagaimana anda bisa
melewatinya?
156
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
157
Hari 2: Pembela terhadap serangan iblis dan tuduhan
hati nurani
Perasaan tidak membutuhkan Pembela adalah satu
perasaan keliru yang berbahaya, karena bisa membawa kita
jatuh dalam dosa-dosa karena kelemahan dan kegagalan
kita. Perasaan tidak membutuhkan Pembela bisa muncul
dalam wujud rasa percaya diri yang berlebihan dan merasa bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi dengan
kekuatan atau hikmat sendiri.
Seberapakah anda menyadari betapa anda memerlukan
Pembela dalam hidup anda?
Dalam hal apa anda menyadari bahwa anda paling membutuhkan seorang Pembela?
•
Dalam menghadapi kenyataan diri yang berdosa
•
Dalam menghadapi tuduhan/dakwaan Iblis
•
Dalam menghadapi tuduhan hati nurani
Hari 3: Dua alasan pertama dari Tuhan pembela terbaik
Seberapakah anda menyadari Tuhan adalah Pembela yang
Terbaik?
•
Dalam penyertaan-Nya yang pasti
•
Dalam sisi ke-Mahakuasaan-Nya, ke-Mahatahuan-Nya,
ke-Adilan-Nya
158
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
159
Hari 4: Dua alasan kedua dari Tuhan Pembela Terbaik
Seberapakah anda menyadari Tuhan adalah Pembela yang
Terbaik?
•
Dalam sisi diri-Nya yang Bisa Dipercaya
•
Dalam sisi bukti kerelaan-Nya berkorban
Hari 5: Sikap yang seharusnya
Sikap apakah yang harus diperbaiki dalam bergantung
kepada Dia sebagai Pembela?
•
Berharap kepada-Nya
•
Bergaul akrab dengan-Nya
•
Bersyukur dan bersukacita atas karya-karya-Nya
Hari 6: Saatnya untuk berbagi
Bagaimana anda bisa membagikan bahan ini kepada orang
lain?
•
Pikirkanlah seseorang yang anda tahu membutuhkan kabar baik tentang Tuhan sebagai Pembela
•
Pikirkanlah waktu dan cara untuk membagikan
kabar baik ini kepadanya
160
Bab VIII - TUHANLAH PEMBELAKU
Bab VIII -TUHANLAH PEMBELAKU
•
Doakan dan lakukanlah
161
notes :
notes :
notes :
Download