BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri, dan ketidakpastian tersebut selalu berkaitan dengan risiko. Prinsip inilah yang sering menjadi dasar bagi investor di pasar modal Indonesia dalam melakukan kegiatannya, karena investasi di pasar modal merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko. Semakin besar ketidakpastian dalam berinvestasi di pasar modal berarti semakin besar risiko kerugian yang mungkin muncul. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawar dan peminta jangka panjang dalam bentuk efek (Keppres No. 60: 1988). Pasar modal di Indonesia benar-benar mengalami kemajuan yang pesat dalam arti jumlah frekuensi dam volume perdagangan yang meningkat tajam setelah dioperasikannya sistem perdagangan otomatis (JATS). Semakin banyak investor yang kemudian mulai melakukan transaksi di Bursa Efek Jakarta (BEJ) karena bagi investor, pasar modal merupakan salah satu alat penyaluran dana (investasi), selain deposito berjangka dan tabungan. Kehadiran pasar modal akan memperbanyak investasi. Investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang . 2 Melihat perkembangan pasar modal yang dikaitkan dengan pengaruh global, krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi semakin berat. Seperti yang kita ketahui saat ini bahwa pasar modal dengan potensinya yang semakin besar dalam memobilisasi dana, memiliki arti yang strategis bagi pembangunan perekonomian nasional. Mengingat bahwa sektor swasta dalam menyediakan dana untuk pembangunan yang cukup besar, menuntut digalakkannya pengarahan dana masyarakat baik melalui peranan perbankan maupun pengembangan pasar modal. Kesungguhan mempersiapkan perkembangan pasar modal Indonesia dan kinerja Bursa Efek Jakarta yang lebih besar memberikan indikasi pasar untuk berkembang di masa mendatang. Dengan potensinya yang semakin besar dalam memobilisai dana, pasar modal memiliki manfaat secara langsung antara lain: (1) memperbaiki struktur permodalan perusahaan; (2) meningkatkan efisiensi alokasi sumer-sumber dana; (3) menunjang terciptanya perekonomian yang sehat; (4) meningkatkan penerimaan negara; dan (5) dapat mengurangi utang luar negeri swasta. (Ary Suta: 1988). Kebijakan moneter yang ditetapkan akibat krisis moneter dan prospek perusahaan yang semakin tidak jelas, secara langsung mempengaruhi perilaku pemodal dan kinerja emiten. Tingkat suku bunga yang semakin tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi dan 3 menyebabkan para pemodal mencari alternatif lain yang lebih menguntungkan. Seperti memindahkan investasinya berupa tabungan ataupun deposito karena tingkat suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Jika ini terjadi maka akan memberikan batasan yang semakin sempit bagi peningkatan penanaman modal dalam saham-saham perusahaan yang dijual di Bursa Efek. Pemilihan investasi oleh investor disesuaikan dengan preferensi investor, artinya keputusan investor berdasarkan pertimbangan faktor-faktor, yaitu risiko (risk) dan keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut (return). Investor melakukan investasi selalu mempunyai harapan untuk mendapatkan tingkat keuntungan (return), tetapi harapan investor tidak selalu sesuai dengan kenyataan yang terjadi karena hanya ketidakpastian masa yang akan datang. Ketidakpastian inilah yang diidentifikasi sebagai risiko. Dalam dunia usaha, hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Risiko inilah yang disebut dengan risiko investasi. Risiko maupun return bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus pandai-pandai mencari alternatif investasi yang menawarkan tingkat return diharapkan yang paling tinggi risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu pada tingkat risiko terendah. Ada dua ukuran risiko yaitu: 4 1. Risiko Sistematik, risiko yang tidak bisa dihilangkan meskipun dengan diversifikasi (pembentukan portofolio). 2. Risiko Tidak Sistematik, risiko yamg bisa dihilangkan dengan diversifikasi (pembentukan portofolio). Dalam hal ini yang diperhitungkan investor adalah risiko sistematik, karena tidak dapat dihilangkan walaupun dengan membentuk portofolio. Ukuran yang dipakai sebagai pengukur risiko adalah beta. Secara umum beta digunakan untuk mengukur kepekaan tingkat keuntungan suatu saham terhadap tingkat keuntungan suatu portofolio pasar. Seberapa besar kepekaan itulah yang ditunjukkan oleh beta. Beta merupakan koefisien regresi yang menunjukkan ukuran risiko relatif suatu saham terhadap portofolio pasar ( Jones, 1998 ). Beta juga merupakan ukuran volatilitas return saham terhadap return pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu perioda tertentu. Semakin besar fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar, semakin besar pula beta saham tersebut. Demikian pula sebaliknya semakin kecil fluktuasi return saham terhadap return pasar, semakin kecil pula beta saham tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan pengujian terhadap perbedaan risiko sistematik (beta) saham pada pasar sedang bullish dan sedang bearish. Penelitian ini mendasarkan pada suatu asumsi bahwa risiko sistematik (beta) saham sebagai komponen penting untuk mengestimasi return suatu saham tidaklah bersifat 5 stasioner dari waktu ke waktu, sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi pasar yang sedang terjadi (Fabozzi dan Francis, 1977; Bhardwaj dan Brooks, 1993). Berdasarkan hal tersebut, penghitungan risiko sistematik secara terpisah pada saat pasar sedang bullish dan bearish perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan kondisi pasar yang terjadi, yang bisa mempengaruhi risiko sistematik saham. Jika risiko sistematik suatu saham berubah, maka tentunya return yang diisyaratkan atas saham tersebut juga perlu disesuaikan (Vennet dan Crombez, 1997). Jones (1998) mendefinisikan pasar bullish sebagai suatu kecenderungan pergerakan naik (upward trend) yang terjadi di pasar modal. Hal ini ditandai kecenderungan peningkatan harga-harga saham (indeks pasar) baru yang mampu menembus nilai atas harga (indeks pasar) sebelumnya, ataupun kalau ada penurunan harga, tidak sampai melewati batas harga (indeks) terbawah yang terjadi sebelumnya. Sedangkan, istilah pasar bearish diartikan sebaliknya, yaitu kecenderungan pergerakan turun (downward trend) yang terjadi dipasar modal. Indikasinya adalah jika harga (indeks) baru gagal menembus batas tertinggi harga sebelumnya, atau jika penurunan harga (indeks) yang terjadi mampu menembus batas bawah bawah harga (indeks) yang terjadi sebelumnya. Menurut Fabozzi dan Francis (1979), penelitian tentang perbedaan beta saham pada pasar sedang bullish dan bearish diilhami oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh levy (1974), serta Black (1972), yang meneliti hubungan risiko dan return dalam model keseimbangan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Dalam 6 penelitian tersebut, mereka melakukan pengujian terhadap kemampuan beta sebagai ukuran risiko sistematik saham dalam menjelaskan variabel return saham. Salah satu hasil penting dalam penelitian tersebut, adalah perlunya penghitungan beta saham secara terpisah pada kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish, untuk memperoleh hasil estimasi return yang lebih akurat dan bisa mengakomodasi perubahan risiko sistematik beta akibat perubahan kondisi pasar. Model untuk mengestimasi beta saham yang digunakan dalam penelitian tersebut disebut sebagai model pasar dua faktor (two-factor market model), yang memungkinkan penghitungan beta secara terpisah pada dua kondisi pasar bullish dan bearish. Penelitian tentang isu yang sama juga cukup menarik dilakukan di pasar modal Indonesia, untuk mendapatkan bukti secara empiris tentang signifikansi hubungan risiko sistematik saham pada saat pasar sedang bullish dan sedang bearish dengan return saham di pasar modal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan apakah beta saham yang dihitung pada dua jenis kondisi pasar (bullish dan bearish) bisa menjelaskan return saham di Bursa Efek Jakarta. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh beta saham pada dua kondisi pasar bullish dan bearish secara terpisah maka, untuk menghasilkan keputusan investasi yang lebih akurat harus memperhatikan perubahan ekspektasi pasar pada tingkat return pada kondisi pasar yang berbeda. 7 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: “Pengaruh Risiko Sistematik Terhadap Return Saham Pada Kondisi Pasar Bullish dan Bearish”. 1.2. Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah risiko sistematik berpengaruh terhadap return saham? 2. Apakah pengaruh risiko sistematik terhadap return saham pada kondisi pasar bullish berbeda dengan pengaruhnya pada kondisi bearish? 1.3. Batasan Masalah Peneliti membatasi permasalahannya pada: 1.3.1. Data yang digunakan adalah data harga harga penutupan saham bulanan (monthly closing price) untuk menghitung return saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG) bulanan sebagai proksi untuk menghitung return pasar dengan perioda pengamatan dari Juni 1999 hingga Januari 2003. 1.3.2. Data tersebut dikumpulkan dari Indonesian Security Market Database Index dari Juni 1999 hingga Januari 2003. 8 1.3.3. Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang dipilih berdasar kriteria sebagai berikut : telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebelum Juni 1999 dan tetap diperdagangkan hingga Januari 2003 1.3.4. Kondisi pasar yang dimaksudkan adalah bullish dan bearish. Penentuan kondisi bulan bullish dan bearish dari median (nilai tengah) tingkat keuntungan pasar selama perioda pengamatan. Diklasifikasikan sebagai bulan bullish jika tingkat keuntungan pasar bulan tersebut lebih besar dari median tingkat keuntungan pasar selama perioda pengamatan, begitupun sebaliknya jika tingkat keuntungan pasar lebih kecil dari median tingkat keuntungan pasar diklasifikasikan sebagai bulan bearish. 1.3.5. Untuk mengetahui pengaruh perubahan kondisi pasar ( bullish dan bearish ) terhadap beta ( risiko sistematik) portofolio saham yaitu dengan melakukan analisis regresi. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti pendukung secara empiris pengaruh risiko sistematik terhadap return saham. 1.4.2. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti pendukung secara empiris apakah pengaruh risiko sistematik terhadap return saham pada kondisi pasar bullish berbeda dengan pengaruhnya pada kondisi bearish. 9 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti a. Untuk memperdalam teori yang telah diperoleh selama kuliah khususnya analisis sekuritas dan teori portofolio yang membahas tentang faktor-faktor fundamental dan risiko sistematik. b. Untuk memberi gambaran dan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi dalam pasar modal Indonesia. c. Untuk mengetahui sejauhmana kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish mempengaruhi hubungan beta dan return saham di pasar modal Indonesia. d. Untuk menambah pengetahuan praktis tentang kondisi pasar modal Indonesia khususnya Bursa Efek Jakarta. e. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata I di Universitas Kristen Duta Wacana. 1.5.2. Bagi Investor a. Investor mampu memahami dan menganalisis return saham sesuai dengan keadaan pasar yang terjadi. b. Sebagai informasi yang berguna untuk membuat keputusan investasi yang lebih akurat, yang memperhatikan perubahan risiko sistematik sesuai dengan kondisi pasar yang terjadi . c. Investor dapat mengetahui sejauh mana saham-saham yang layak dibeli ataupun dijual. 10 1.5.3. Bagi Pihak Lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan wawasan bagi pihak lain yang ingin mempelajari mengenai analisis sekuritas dan kondisi nyata pada pasar modal Indonesia.