analisis daya saing tenaga kerja lokal

advertisement
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil
FATKHURAHMAN
Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
Jalan Yos Sudarso KM 8 Rumbai
Telp. (0761) 52581. Email: [email protected]
Abstract: The value of production in the small industry into the spotlight, because at this time
the development of small industry is very apprehensive. The turmoil that happens becomes an
issue, because the growth and development of small industry is not comparable with the
expected condition. This study wanted to prove that one of the factors that influence it is the
value of production through the use of secondary data of small industries and human capital
and analyzed using simple regression it can be generated informsi that human capital has a
positive role to the value of small industrial production. This proves that the more human
capital develops the better the value of production of small industries.
Keywords: Human Capital and Production Value
Perkembangan industri kecil saat ini di Kota
Pekanbaru menjadikan perhatian yang serius
dalam dunia akademisi, dimana industry kecil
mengalami pertumbuhan yang melambat bila
dibandingkan
dengan
kondisi
diawal
reformasi. Perhatian pemerintah terhadap
pertumbuhan industry kecil mulai dirasakan
kurang optimal.
Terdapat banyak industry kecil yang
kurang mampu bertahan dengan berbagai
alasan dan juga kesiapan mental para
pengelola
industry
kecil
juga
memprihatinkan. Sebagian dari pengelola
tumbuh karena adanya dorongan pemerintah
dan sebagian lain karena adanya usaha untuk
mempertahankan keadaan yang mereka
perjuangkan selama ini.
Bahkan fenomena di lapangan
diperoleh bahwa ada sebagian pengelola
usaha industry makanan di Kota Pekanbaru
yang mempersilahkan kepada karyawannya
untuk mengelola usahanya, asalkan usahanya
berjalan dan karyawan mendapatkan rezeki di
sana itu sudah sangat membantu pemilik
usaha tadi.
Kenyataan
ini menjadi
sangat
memprihatinkan bila dilihat dari beberapa
hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan
tentang harapan bagi bangkitnya kembali
sektor industri sebagaimana terjadi antara
1970an sampai sebelum krisis ekonomi 1997,
tidak ikut stagnan. Pintu masuk bagi harapan
demikian adalah relatif resistensinya
kelompok industri kecil menengah, termasuk
di dalamnya adalah industri berskala mikro,
ketika krisis berlangsung. Kalau jumlah
industri besar mengalami penurunan, jumlah
industri kecil menengah justru justru
mengalami kenaikan. Yang menjadi masalah
adalah, mampukah industri kecil menengah
ini berfungsi sebagai break-through bagi
bangkitnya kembali sektor indusri di
Indonesia?. Potensi IKM di Indonesia
sebenarnya sangat besar. Hanya saja, potensi
yang besar itu belum termaksimalkan. Salah
satu kelemahan dari sektor industri yang
mengelompok (clustered) adalah bahwa
mereka
cenderung
hanya
menikmati
keuntungan-keuntungan akibat lokasi yang
sama (external economies). Mereka belum
maksimal memanfaatkan jaringan untuk
bekerjasama (joint action) guna memecahkan
permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi. (Marijan, K. 2005).
Kemudian hasil penelitian Lestari, A.
W., & Woyanti, N. (2011) menjelaskan
bahwa Small and medium industries in
Semarang District as the leading sectors in
the absorption of labor in fact tends to
fluctuate even negative growth rate in
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
several years. An increasing number of
business units is not matched with the demand
for labor in Small and Medium Industries, as
well as the value of the minimum wage tends
to increase every year but the demand for
labor at small and medium industries in
Semarang
district
also
experienced
fluctuations in some years even increase the
minimum wage actually lead to increased
employment in Small and Medium Industries.
This study uses multiple regression analysis
method using time series data from year 1995
to 2009. The variables used in this study were
employed labor force data on small and
medium industries in Semarang district, the
number of units of small and medium
enterprises in the Smal and Medium
Industries in the District of Semarang, the
value of investments in Smal and Medium
Industries in Semarang district, and the value
of the Minimum Wage District (UMK). The
data in the form of secondary data obtained
from Disperindag Regency Semarang, BPS
Central Java Province, and Central Java
Manpower Office. From the regression
results can be concluded that the variable
number of units of small and medium
enterprises in the Smal and Medium
Industries in Semarang Regency (UNIT), the
value of investments in Smal and Medium
Industries in District Hyderabad (INV), and
the District Minimum Wage (UMK)
significantly affects labor demand variables
in Small and Medium Industries in the
District of Semarang on the level of 95
percent (α = 5 percent). Recommendations
that can be done to increase employment
opportunities is through increased investment
to creates a new business unit or by
developing existing business, this is very
helpful in improving labor demand. Also
expected the company did not arbitrary in
giving wages to the work force so as to realize
the harmony between employers and workers.
Selain itu juga pendapat lain
menjelaskan bahwa Usaha penyerapan tenaga
kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti perkembangan
jumlah penduduk dan angkatan kerja,
239
pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas
tenaga kerja dan kebijaksanaan mengenai
penyerapan tenaga kerja itu sendiri. Di
samping itu perluasan penyerapan tenaga
kerja juga tidak mengabaikan usaha-usaha
lain yang mampu memberikan produktivitas
yang lebih tinggi melalui berbagai program.
Salah satu cara untuk memperluas
penyerapan tenaga kerja adalah melalui
pengembangan industri terutama industri
yang bersifat padat karya. Perkembangan
dapat terwujud melalui investasi swasta
maupun pemerintah. Pengembangan industri
tersebut akan menyebabkan kapasitas
produksi
meningkat
sehingga
dapat
menciptakan kesempatan kerja Dalam
penelitian ini menganalisis penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil mebel di kota
Semarang dengan menggunakan metode
analisis regresi berganda. Datadata yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
angkatan kerja yang bekerja di Kota
Semarang pada sektor industri kecil, data
UMK Semarang yang bersumber dari BPS
Propinsi Jawa Tengah, Produktivitas, modal
dan non upah. Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS versi 12.0 yang menunjukan bahwa
variabel (upah (X1), produktivitas (X2),
modal (X3) dan non upah (X4)) baik secara
parsial maupun secara bersama-sama
terhadap variabel terikat (penyerapan tenaga
kerja (Y)). Hal ini dapat ditentukan dengan
hasil uji t untuk mengetahui pengaruh secara
parsial dan uji F (simultan) untuk mengetahui
pengaruh secara bersama-sama. Besar
pengaruh variabel (upah (X1), produktivitas
(X2), modal (X3) dan non upah (X4))
terhadap variabel terikat (penyerapan tenaga
kerja (Y)) sebesar 74,1% sedangkan sisanya
25,9% diterangkan oleh faktor yang lain.
(Zamrowi, M. T., 2007).
Selain itu Nurhayati, N., Hubeis, M.,
& Raharja, S. (2012). dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa pengembangan usaha
tahu layak untuk dilaksanakan. Strategi
pengembangan berdasarkan analisis AHP
meliputi aspek proses pengolahan produk,
pengolahan limbah dan pembiayaan usaha.
Prioritas strategi untuk peningkatan mutu
240
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
produk dengan pelatihan sumber daya
manusia (SDM) berkaitan dengan teknik
penjadwalan terkait penggunaan bahan baku,
pemilihan bahan baku, pembagian pekerjaan,
teknik penyusunan Standard Operational
Procedure (SOP), serta pengawasan dan
pengendalian mutu produk. Prioritas strategi
dalam upaya pengolahan limbah adalah
dengan pelatihan SDM dalam pengolahan
limbah cair menjadi biogas, pembuatan nata
de soya dan pembuatan biofilter. Prioritas
strategi dalam pembiayaan usaha adalah
pinjaman modal usaha dari koperasi, yaitu
KOPTI.
Dari beberapa penelitian di atas
menjelaskan dengan jelas bahwa peran
industry kecil dalam perekonomian Indonesia
sangat besar dan ini memberikan bukti bahwa
Negara ini sesungguhnya sangat bergantung
kepada keberadaan industry kecilnya dalam
menopang perekonomian, khususnya pada
ekonomi kerakyatan.
Selain itu juga, modal manusia dalam
industry kecil menjadi sorotan. Bahwa
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Brata, A. G. (2002) bahwa adanya
hubungan dua arah antara pembangunan
manusia dan pembangunan ekonomi regional
di Indonesia, termasuk di masa krisis.
Pembangunan manusia yang berkualitas
mendukung pembangunan ekonomi dan
sebaliknya kinerja ekonomi yang baik
mendukung pembangunan manusia. Namun
dalam masing-masing hubungan ini juga
disertai dengan berperannya variabelvariabel
lainnya seperti peran perempuan dan tingkat
ketersediaan sumber daya alam. Adapun
variabel boneka konflik tidak berpengaruh
signifikan baik terhadap pembangunan
manusia
manupun ekonomi
regional.
Barangkali hasilnya akan berbeda bila yang
digunakan adalah data korban konflik. Hanya
saja
data
tersebut
sangat
terbatas
ketersediaannya. Berdasarkan temuan yang
ada, perlu digaris bawahi adalah bahwa
pembangunan ekonomi haruslah tidak
mengabaikan pembangunan manusia. Hal ini
penting bukan hanya untuk mengurangi
disparitas
regional
baik
dalam
hal
pembangunan manusia maupun kinerja
ekonomi regional itu sendiri, tetapi juga
karena pertumbuhan ekonomi sendiri
belumlah memadai untuk secara otomatis
meningkatkan kualitas modal manusia.
Kuryanto, B., & Syafruddin, M.
(2008) bahwa tidak ada pengaruh positif
antara IC sebuah perusahaan dengan
kinerjanya, semakin tinggi nilai IC sebuah
perusahaan, kinerja masa depan perusahaan
tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh
positif antara tingkat pertumbuhan IC sebuah
perusahaan dengan kinerja masa depan
perusahaan, kontribusi IC untuk sebuah
kinerja masa depan perusahaan akan berbeda
sesuai dengan jenis industrinya.
Menurut Sjafii, A. (2009) bahwa
urutan variabel bebas yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur adalah faktor eksternal yakni
krisis ekonomi, disusul kemudian oleh
pertumbuhan tenaga kerja, investasi swasta,
pengeluaran/ investasi pemerintah lokal
untuk bidang kesehatan dan pendidikan, dan
pengeluaran konsumsi pemerintah yang
berpengaruh terhadap perekonomian di Jawa
Timur. Investasi sektor publik untuk pembangunan
manusia
yakni
pengeluaran
pemerintah bidang kesehatan dan pendidikan
sangat diperlukan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia yang tampak
dari
Indeks
Pembangunan
Manusia.
Pembangunan manusia itu sendiri akan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi lokal. Pada
akhirnya pertumbuhan ekonomi tersebut
dapat menekan indeks kemiskinan manusia
(IKM).
Menurut Cahyono, B. (2014) tingkat
kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan
dapat dilakukan tidak hanya melalui
pemberdayaan ekonomi, namun juga melalui
penguatan modal sosial, dan community
development. Penguatan sosial dapat
dilakukan dengan mengembangkan skemaskema penguatan modal sosial, seperti
peningkatan fungsi BPD, LKMD, Gapoktan,
PKK, BUMDes, dan Koperasi. Penguatan
sosial
kapital
dilakukan
dengan
memaksimalkan peran lembagalembaga
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
sosial dengan memfokuskan pada penguatan
aspek kepercayaan, mutual respect, dan
mutual benefit, serta memperhatikan faktor
budaya dan nilai-nilai yang berlaku. Dimensi
inti telaah dari modal sosial terletak pada
bagaimana kemampuan masyarakat (bangsa)
untuk bekerjasama membangun suatu
jaringan guna mencapai tujuan bersama,
dimana kerjasama ini diwarnai oleh suatu
pola inter-relasi yang imbal balik dan saling
menguntungkan serta dibangun diatas
kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma
dan nilainilai sosial yang positif dan kuat.
Adapun kekuatan kerjasama ini akan
maksimal jika didukung oleh semangat
proaktif membuat jalinan hubungan diatas
prinsipprinsip sikap yang partisipatif, sikap
yang saling memperhatikan, saling memberi
dan menerima, saling percaya mempercayai,
dan
diperkuat
oleh
nilai-nilai
dan
normanorma
yang
mendukungnya.
Implikasinya bahwa perlu adanya keragaman
program-program
yang
dengan
mengutamakan pada peningkatan kemampuan
human capital dan sosial kapital masyarakat.
Implikasi untuk enterpreneurship dalam
kegiatan bisnis dapat dilakukan dengan
menciptakan situasi dan mengkondisikan
bahwa human capital dan sosial capital saling
mendukung terhadap produktivitas dan
kesejahteraan.
Menurut Syahra, R. (2003) konsep
modal sosial yang sejak beberapa tahun
terakhir semakin popular di kalangan
ilmuwan sosial dan praktisi pembangunan.
Bermula dari sebuah konsep pemikiran
akademis yang mencoba menjelaskan
mengapa suatu kelompok masyarakat dapat
berhasil dengan kemampuan sendiri untuk
mengalami kemajuan sementara kelompok
lain tetap terbelakang, seperti yang antara lain
dipopulerkan melalui berbagai karya Robert
Putnam, modal sosial dianggap dapat
memainkan
peranan
penting
dalam
mengefektifkan pemberian bantuan untuk
pembangunan masyarakat, setelah pendekatan
lain yang bersifat lebih teknosentris,
ekonosentris dan komodosentris mengalami
banyak
kegagalan.
Apabila
berhasil
241
diaplikasikan dengan baik, maka kontribusi
terpenting pengembangan modal sosial
adalah terciptanya kelompok masyarakat
yang semakin mandiri, yang mampu
berpartisipasi secara lebih berarti dalam
mewujudkan good governance atau tata
pemerintahan yang baik.
Bagaimana memberdayakan modal
manusia, menurut Widjajanti, K. (2011)
menunjukkan ada dua pola cara yang
mengarah pada peningkatan keberdayaan
masyarakat, dimana (1) pola yang terdiri dari
dua tahapan untuk keberdayaan, dan (2) pola
yang
menunjukkan
bahwa
untuk
meningkatkan keberdayaan diperlukan tiga
tahapan proses aktivitas. Terdapat korelasi
dimana semakin tinggi proses pemberdayaan
akan dapat menciptakan keberdayaan
masyarakat.
Implementasi
dari
hasil
penelitian ini adalah bahwa pemberdayaan
menginginkan
pengembangan
modal
manusia, dan akan lebih baik lagi jika
pemberdayaan didukung oleh pengembangan
kemampuan pelaku pemberdayaan.
Menurut hasil penelitian Abbas, T.
(2010) bahwa modal fisik dan modal
manusia memiliki peran penting dalam
proses pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Keduanya dapat saling melengkapi,
dimana kemajuan dalam modal fisik dapat
saja melimpah pada modal manusia dan
sebaliknya, kemajuan dalam modal manusia
dapat pula melimpah pada modal fisik.
Menurut World Bank (2001) dalam Abbas,
T. (2010), kemajuan dalam modal manusia
dapat meningkatkan produktivitas dan
tingkat
pengembalian
modal
fisik.
Perkembangan yang lebih mutakhir dalam
literatur ekonomi pembangunan telah
mengungkapkan bahwa, disamping modal
fisik dan tenaga kerja, modal manusia
(human capital) juga merupakan faktor yang
sangat penting dan memainkan peranan kunci
dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh akumulasi modal
fisik dan akumulasi modal manusia. Kedua
jenis modal tersebut merupakan faktor
penting yang menentukan pertumbuhan
ekonomi. Stern (1991:128) dalam Abbas, T.
242
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
(2010) menyatakan bahwa akumulasi modal
fisik dan modal manusia merupakan faktor
penentu pertumbuhan (determinant of
growth). Modal manusia kini dipandang
sebagai mesin pertumbuhan utama yang
memiliki
peranan menggerakkan dan
mendorong
pertumbuhan
ekonomi.
Pentingnya
modal
manusia
dalam
pertumbuhan ekonomi telah mendorong
sejumlah ahli ekonomi pembangunan
memusatkan kajiannya pada peranan modal
manusia
dalam
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonomi.
Berdasarkan uraian di atas, memang
terjadi beberapa perbedaan pendapat tentang
peran modal manusia terhadap nilai industri
kecil tersebut. Namun hal inilah membuat
penelitian berbeda dengan yang lainnya,
sehingga melakukan penelitian dengan
membuktikan peranan modal manusia
terhadap nilai industri kecil.
METODE
Penelitian ini menggunakan data
skunder, data skunder diperoleh dari Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Kota
Pekanbaru, data diambil dari hasial survey
tahun 2014 yang dicacah sebanyak 190
industri kecil, Teknik analisis data dengan
menggunakan persamaan regresi linier
sederhana.
HASIL
Pengaruh modal manusia terhadap
nilai industri kecil adalah sebesar 79012.5,
angka menunjukkan bahwa modal manusia
memberikan pengaruh positif, artinya
semakin banyak tersedia modal manusia
dalam hal ini adalah tenaga kerja, maka akan
semakin meningkat produksi pada industri
kecil. Nilai yang dicapai sebesar 79012.555
yang artinya setiap peningkatan satu satuan
modal manusia akan meningkatkan produksi
sebesar 79012.555 satuan produksi. Selain itu
juga dapat dilihat nilai siginfikansi pengaruh
secara parsial modal manusia terhadap
produksi, berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai t hitung sebesar 7.245 dan nilai
siginifikansi sebesar 0,05. Angka ini apabila
dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1.980
dan juga nilai alpha 0,05 ini menunjukkan
bahwa variabel modal manusia berpengaruh
signifikan terhadap produksi pada industri
kecil di Kota Pekanbaru.
PEMBAHASAN
Terbukti bahwa modal manusia
memberikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai industry kecil. Hal ini dapat
dikatakan bahwa perlu adanya pembangunan
dan pengembangan modal manusia serta
pemberdayaan juga mestinya meberikan nilai
tambah bagi manusia dalam hal ini adalah
tenaga kerja dalam rangka pengembangan
keadaan yang ada.
Diberbagai kondisi modal manusia
yang ada dalam industry kecil berkaitan
dengan kewirausahaan dalam berusaha dan
ini memberikan bukti bahwa kewirausahaan
dapat memberikan nilai bagi perusahaan
dalam menambah nilai.
Menurut Alma, B. (2002) pilihan
masa depan buat negara kita, dalam
mengatasi persoalan tenaga kerja yang makin
banyak mmenganggur, tiada lain ialah
persolantenaga kerja yang makin banyak
menganggur, tiada lain ialah membuka
lapangan wirausaha dan memasyarakatkan
pengetahuan kewirausahaan melalui berbagai
buku dan lainnya.
Menurut Wahyuningsih, S. (2009)
Usaha Kecil dan Menengah merupakan
kegiatan usaha yang banyak diminati setelah
terjadinya krisis ekonomi yang berdampak
pada PHK pada perusahaan-perusahaan
besar. Dukungan sektor UKM memberikan
peluang kesempatan kerja bagi yang tidak
tertampung
di
dunia
kerja
pemerintahan
maupun
perusahaanperusahaan menengah dan besar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui profil UKM
di Indonesia, kesempatan kerja yang
diberikan pada kegiatan UKM, Sumbangan
UKM terhadap PDB.
Menurut Hadisoegondo, S. (2015)
bahwa apabila kita membicarakan masalah
wirausaha baru dan kebutuhannya ser- ta
upaya mewujudkannya, seharusnya kita tidak
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
boleh melupakan berbagai pe- ngalaman yang
telah kita miliki di masa lalu. Pada periode
tahun 1970-an mun- cul konsep dan model
tentang wiraswas- ta, telah dipromosikan
dengan gencar, khususnya sebagai sarana
yang diper- lukan oleh mereka-mereka yang
ingin membuka dan mengembangkan usaha
mandiri (self employed) serta para mana- jer
dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi
yang digelutinya. Kondisi nega- ra saat itu
baru saja mulai masuk pada Pelita II, setelah
sebelumnya mengalami masa sulit dalam
phase Orde Lama. Perubahan terjadi pada
tahun 1965 dengan berlangsungnya Orde
Baru, yang menekankan masalah perbaikan
ekonomi sebagai target utamanya. Orientasi
ini mengakibatkan lemahnya pembinaan di
bidang sosial budaya, yang membuat pincangnya pertumbuhan kehidupan bang- sa ini,
sehingga berakibat buruk sampai datangnya
krisis ekonomi. Pada tahun sekitar sekitar
awal tahun 1970 1 di Amerika Serikat, kajian
tentang masalah kewirausahaan juga sedang
gencar tum- buhnya. Jadi nampak seolah-olah
me- mang ada keterkaitan kepentingan yang
mendunia sifatnya akan materi kewirausahaan
dan kebutuhan akan tersedianya wirausaha
(sebagai individu yang menerapkan konsep
kewirausahaan) untuk membantu mengelola
usaha atau bisnis secara rasional dan
terencana. Wirausaha itu adalah sesorang
yang dapat meng- hasilkan dan sekaligus
menantang atas berbagai aturan sosial yang
sudahm ada; sementara kewirusahaan
merupakan konsep yang mampu men- jamin
terjadinya proses perbanyakan populasi
organisasi, dan sekaligus meletakkan landasan
bagi tumbuhnya populasi baru. Pertumbuhan
populasi baru itu, berdasar kajian sosiologis
cukup terkait dengan materi kewirausa- haan
yang dapat mempengaruhi terjadi- nya
stratifikasi maupun ketidaksamaan dalam
kehidupan masyarakat banyak. Adapun
prosesnya adalah dengan cara melalui upaya
mempertajam adanya peluang kehidupan
antara para pendiri perusahaan di satu sisi dan
kehidupan karyawan di sisi lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, jelas
bahwa melalui pengembangan modal manusia
243
dalam bentuk kewirausahaan memberikan
nilai dalam rangka pengembangan modal
manusia itu sendiri dan ini memberikan
peluang dalam membangun berbagai keadaan
yang ada. Selain berbentuk kewirausahaan
juga
masalah
masalah
keberdayaan
masyarakat melalui program pemberdayaan
Menurut
Firmansyah,
H.,
&
Pertanian, J. S. E. P. F. (2012) bahwa
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan yang merangkum
multi-aspek. Konsep ini mewakili paradigma
baru pembangunan (postdevelopmentalism
paradigm), yang bersifat people centred,
participatory, empowering, and sustainable”
(Chambers, 1995) dalam Firmansyah, H., &
Pertanian, J. S. E. P. F. (2012). Paradigma
pemberdayaan masyarakat lebih luas dari
hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) atau menyediakan
mekanisme
untuk
mencegah
proses
pemiskinan lebih lanjut (safety need), yang
pemikirannya belakangan ini banyak
dikembangkan sebagai upaya mencari
alternatif
terhadap
konsep-konsep
pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini
berkembang dari upaya banyak ahli dan
praktisi untuk mencari apa yang antara lain
oleh Friedman (1992) dalam Firmansyah, H.,
& Pertanian, J. S. E. P. F. (2012) disebut
sebagai alternative development, yang
menghendaki
inclusive
democracy,
appropriate economic growth, gender
equality and intergenerational equaty”
(Kartasasmita, 1997) dalam Firmansyah, H.,
& Pertanian, J. S. E. P. F. (2012). Intinya
adalah agency, self-determination, dan selfhelp dengan basis sustainabilitas. Menurut
Sumodiningrat (2002) dalam Firmansyah, H.,
& Pertanian, J. S. E. P. F. (2012), upaya
memberdayakan masyarakat harus dilihat
dari tiga sisi. Pertama, upaya itu harus
mampu menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan
potensi
masyarakat
berkembang (enabling). Kedua, ia harus
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering). Ketiga, ia juga
mengandung pula arti melindungi. Menurut
Ife (2002) dalam Firmansyah, H., &
244
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
Pertanian, J. S. E. P. F. (2012), program
pemberdayaan masyarakat hanya mungkin
dapat
mewujudkan
indikator-indikator
keberdayaan bila ia dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip pemberdayaan, seperti prinsip
holisme, keberlanjutan, keanekaragaman,
perkembangan organik, perkembangan yang
seimbang, dan mengatasi struktur yang
merugikan. Prinsip-prinsip inilah yang bila
diterapkan secara konsekuen akan menjadikan
program pemberdayaan tersebut sebagai
pemberdayaan masyarakat yang mampu
memberdayakan masyarakat.
Juga peranan modal manusia secara
bersama-sama yakni modal kewirausahaan
dan modal keberdayaan masyarakat sebagai
basis tenaga kerja menjadi sangat menarik dan
berperan. Sebagaimana juga disampaikan oleh
Wahyudin, U. (2012) dalam hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa model pelatihan
kewirausahaan berlatar ekokultural untuk
pemberdayaaan masyarakat miskin di
perdesaan
seyogianya
berfokus
pada
pembentukan pola pikir masyarakat dari
pekerja menjadi pencipta pekerjaan. Substansi
materi harus terkait dengan ekosistem dan
unsur budaya yang lekat dengan masyarakat.
Media belajarnya memanfaatkan gambar dan
simbol yang terkait dengan budaya Sunda.
Kurikulum, bahan ajar, strategi dan media
pelatihan sebagaimana dikembangkan dalam
penelitian ini berdasarkan hasil kajian teori
dan pertimbangan pakar, secara empirik
efektif untuk pemberdayaan masyarakat
miskin di pedesaan. Model pelatihan
kewirausahaan berlatar ekokultural yang
meliputi kurikulum, bahan ajar/ materi
pelatihan, strategi dan media pelatihan untuk
pemberdayaan
masyarakat
miskin
di
perdesaan
sebagaimana
dikembangkan
berdasarkan hasil kajian teori dan pendapat
para pakar serta teruji secara empirik dalam
penelitian ini, dapat diadaptasi dan diterapkan
di lain tempat dengan penyesuaian ekologi
dan kultur setempat. Agar model pelatihan
yang dihasilkan bersifat utuh maka perlu
dilakukan penataan struktur model dan
penyempurnaan unsur-unsurnya, mulai dari
dasar pemikiran hingga model evaluasi
programnya. Parameter ukur keberdayaan
masyarakat yang dihasilkan dalam penelitian
ini dapat dijadikan instrumen untuk
mengungkap data yang akan dijadikan dasar
analisis kebutuhan pelatihan dan sebagai
pijakan dalam pengembangan bahan ajar dan
media pembelajaran.Perlu mengembangkan
bahan ajar dan materi pelatihan yang sarat
dengan ilustrasi gambar dan simbol yang
memperjelas narasi verbal. Gambar dan
simbol ini harus dipilih sehingga sangat lekat
dengan unsur-unsur ekologis dan budayan
lokal. Model pelatihan kewirausahaan
berlatarekokultural untuk meningkatkan daya
saing masyarakat miskin di perdesaan
seyogianya berfokus pada perubahan dan
pembentukan pola pikir dari pekerja menjadi
pencipta pekerjaan. Substansi materi
pelatihan harus terkait dengan unsur-unsur
budaya yang lekat terhadap warga
masyarakat dan bebasis pada agro bisnis
mengingat lokasi ekologis penelitian ini
berada pada daerah agraris dengan mata
pencaharian utama penduduknya bertani.
Media
belajarnya
lebih
banyak
memanfaatkan gambar dan simbol-simbol
yang terkait dengan budaya Sunda sehingga
mudah dipahami oleh warga masyarakat
termasuk mereka yang tidak bisa baca-tulis.
Model alat ukur keberdayaan masyarakat
yang mencakup kemandirian, sikap mental
kewirausahaan, telah teruji secara rasional
maupun empirik. Alat ukur ini dapat
dijadikan instrumen untuk mengungkap
kebutuhan pelatihan serta data dasar
pengembangan
materi
pelatihan
kewirausahaan berlatar ekokultural. Model
pelatihan kewirausahaan berlatarekokultural
secara
efektif
dapat
meningkatkan
keberdayaan
masyarakat
miskin
di
perdesaan. Keberdayaanini tampak dalam
sikap
mental
kewirausahaan
dan
kemandirian.
Keberdayaan
masyarakat
miskin di perdesaan akan bertambah kuat
dengan cara menciptakan perubahan kreatif
yang berarti dari tidak bernilai menjadi
bernilai, menghasilkan sebuah produk akhir
yangmemiliki nilai pasar, mampu memulai
dari nol dan yang dianggap tidak berharga.
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
245
Kuryanto, B., & Syafruddin, M. (2008).
SIMPULAN
Kesimpulan yang diambil berkaitan
Pengaruh
Modal
Intelektual
dengan peran modal manusia dalam
Terhadap Kinerja Perusahaan.
menambah nilai industry kecil dikaitan
dengan peran kewirausahaan dan keberdayaan Sjafii, A. (2009). Pengaruh Investasi Fisik
dari tenaga kerja sebagai basis industry kecil.
dan
Investasi
Pembangunan
Pengembangan jiwa kewirausahaan dan juga
Manusia Terhadap Pertumbuhan
pemberdayaannya oleh pemerintah dan
Ekonomi Jawa Timur 1990perusahaan besar melalui kemitraan menjadi
2004. Journal of indonesian applied
sebuah model yang perlu mendapatkan
economics, 3(1).
pertimbangan.
Cahyono, B. (2014). Peran modal sosial
dalam peningkatan kesejahteraan
DAFTAR RUJUKAN
masyarakat petani tembakau di
Marijan, K. (2005). Mengembangkan industri
Kabupaten
Wonosobo. Jurnal
kecil menengah melalui pendekatan
Ekonomi & Bisnis, 15(1), 1-16.
kluster. INSAN 7 (3): 216, 225.
Syahra, R. (2003). Modal sosial: Konsep dan
Lestari,
A.
W.,
&
Woyanti,
N.
aplikasi. Jurnal Masyarakat dan
(2011). Pengaruh Jumlah Usaha,
Budaya, 5(1), 1-22.
Nilai Investasi, dan Upah Minimum
terhadap Permintaan Tenaga Kerja Widjajanti, K. (2011). Model pemberdayaan
Pada Industri Kecil dan Menengah
masyarakat.
di Kabupaten Semarang (Doctoral
dissertation,
Universitas Abbas, T. (2010). Modal Manusia dan
Diponegoro).
Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal EMabis FE-Unimal, 11(3).
ZAMROWI,
M.
T.
(2007). Analisis
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Alma, B. (2002). Kewirausahaan.
Industri Kecil (Studi di Industri Kecil
Mebel di Kota Semarang) (Doctoral Wahyuningsih, S. (2009). Peranan UKM
dissertation, program Pascasarjana
Dalam
Perekonomian
Universitas Diponegoro).
Indonesia. MEDIAGRO, 5(1).
Nurhayati, N., Hubeis, M., & Raharja, S. Hadisoegondo,
S.
(2015).
Upaya
(2012). Kelayakan dan strategi
Penumbuhan
Wirausaha
Baru:
pengembangan usaha industri kecil
Masalah
dan
tahu di Kabupaten Kuningan, Jawa
Pendekatannya. INFOKOP, 14(29).
Barat. MANAJEMEN IKM: Jurnal
Manajemen Pengembangan Industri Firmansyah, H., & Pertanian, J. S. E. P. F.
Kecil Menengah, 7(2), 111-121.
(2012).
Tingkat
Keberdayaan
Masyarakat
dalam
Program
Brata, A. G. (2002). Pembangunan Manusia
Pemberdayaan Masyarakat di Kota
dan Kinerja ekonomi regional di
Banjarmasin dan Kabupaten Tanah
Indonesia. Economic Journal of
Laut. Jurnal
Agribisnis
Emerging Markets, 7(2).
Perdesaan, 2(1), 53-67.
246
Peran Modal Manusia Terhadap Nilai Produksi Industri Kecil (Fatkhurahman)
Wahyudin,
U.
(2012).
Pelatihan
kewirausahaan berlatar ekokultural
untuk pemberdayaan masyarakat
miskin pedesaan. MIMBAR, Jurnal
Sosial dan Pembangunan, 28(1), 5564.
Download